Anda di halaman 1dari 10

Sosialisai Perda no.

2 tahun
2019 tentang Rumah Susun
Babra Kamal,M.Si
Kota
• Orang sering membayangkan kota hanya sekedar tempat dimana
orang ribuan, ratusan ribu sampai jutaan berkumpul disana dan
mengusahkan kehidupannya mereka masing-masing
(ada yang bekerja, ada yang sekolah dan lain-lain urusan masing-
masing)
• Namun kota tak hanya bisa diartikan sekadar kumpulan orang ( dalam
hal tersebut kita butuh mempertimbangkan pandangan seorang
Sosiolog Hery Levebre yang menulis buku Production of Space)
3 Konsepsi tentang Ruang (Henry Levebre)
• Ruang yang dipersepsikan (segala macam ruang yang kita lihat ketika
kita melakukan pergerakan di dalamnya cth: naik pete2, berkendara
dari satu tempat ke tempat lain)

• Ruang konsepsikan (ruang yang direncanakan oleh dinas tata kota,


bagaian mana pasar, industri dan sekolah/kampus ) renstra >rencana
tata ruang

• Live Space : Ruang yang dihidupi/dialami (sesuatu yang langsung kita


rasakan ditubuh kita didalam perasaan dan imajinasi kita)
3 Ruang Antropologis Masyarakat Bugis
MAKASSAR
• BOTTING LANGI (bagian yang terletak di struktur atas bangunan dari
rumah adat suku Bugis, tepatnya yaitu pada atap. Pemasangan serta
pembuatan desainnya dibuat ada rongga)
• ALE KAWA (pada strukturnya menjadi satu simbol atas area tengah dari
pemilik rumah yang digunakan untuk tinggal.)
• BURI LIWU (sebuah tingkatan bagian bawah yang melambangkan
kehidupan bawah tanah dan juga laut. Dimana penempatannya berada
di area kolong Rumah)
Urbanisasi
• bahwa semua ibukota di Asia Tenggara pastilah kota terbesar di negaranya. Proses urbanisasi
terkonsentrasi di kota-kota utama, tempat bermukim bagi setengah dari semua penduduk.
• Kota-kota besar di Indonesia merupakan daerah yang berada di tepian pantai (waterfront city)
karena dahulu merupakan kota pelabuhan kolonial, menjadikan kawasan ini sangat vital bagi
pertumbuhan dan pergerakan ekonomi dan politik.
• Data Kompas menyebutkan hampir 54% penduduk Indonesia tinggal di kota. Konsekuensi yang
muncul adalah timbulnya masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat,
agar mendapatkan lahan. (Laporan kompas.com diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/23/21232065/%20Hampir.54.Persen.Penduduk.Indonesia.Tinggal
.di.Kota.padatanggal
17 Februari 2016 Pukul 22.00)
Kota Makassar dan Ketersediaan Lahan
• Masalah terbesar di perkotaan terutama adalah ketersediaan lahan.
• Perkembangan Makassar sebagai kota dagang dan sebagai kota yang berfungsi pusat
pemerintahan Belanda di Sulawesi pada khususnya dan kawasan timur Nusantara pada umumnya,
secara otomatis menimbulkan konsekwensi-konsekwensi logis di bidang pembangunan fisik untuk
kebutuhan-kebutuhan di kota, seperti pembangunan perumahan dan gedung-gedung, pembuatan
dan perbaikan jalanan, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan sarana social, dan
sebagainya.
• Saat ini kota Makassar menjadi kota dengan tingkat investasi yang cukup pesat di kawasan timur
Indonesia, pemerintah semakin giat mempromosikan investasi khususnya di sektor niaga dan jasa,
perumahan, perhotelan dan lain-lain. Tumbuh pesatnya sektor perdagangan ditandai dengan
berdirinya rumah toko (ruko) dihampir semua kawasan di kota Makassar.
REGULASI
• UUD 1945 pasal 27 ayat 2 (tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan), Pasal 28H
ayat 1 (setiap orang berhak hidupsejahtera, lahir batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh layanan kesehatan )
• Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
• PERDA RTRW Kota Makassar 2015-2034
• PERDA NO.2 tahun 2019 tentang Rumah susun
PROBLEMATIKA
• Kepadatan penduduk terus membayangi Kota Makassar. Kota dengan luas teritori sebesar
175,77 Km², pada tahun 2017 dipadati penduduk sebesar 1.489.011 jiwa. Jumlah penduduk
yang tergolong cukup besar ini akan sebanding dengan kebutuhan lahan sebagai tempat
tinggal.
• Harga tanah yang semakin melambung dan biaya hidup yang besar seolah memarginalkan
akses masyarakat kecil terhadap ruang. Ruang menjadi terbatas bagi segelintir masyarakat
yang berkemampuan secara finansial. Sementara, Kota merupakan public space yang
mestinya dapat dinikmati oleh siapapun juga.
• Permasalahan ini semestinya menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan kota
Makassar. Terlebih lagi ini merupakan amanat dari SDGs, sebagai bentuk pembangunan
berkelanjutan yang menekankan kota tanpa kumuh. Keterbatasan lahan yang tak seimbang
dengan kebutuhan jumlah penduduk akan menciptakan berdirinya bangunan yang sempit dan
berdempetan. Kekhawatiran yang muncul adalah perkembangan penyakit dan akses terhadap
kebersihan yang sulit.
SOLUSI
• Beragam permasalahan Kota Makassar diatas nampaknya telah
disadari Pemerintah Kota, melalui pengadaan Rumah Susun
Sederhana. Rumah susun merupakan salah satu program untuk
mengatasi masalah keterbatasan ruang dan kelayakan hidup bagi
masyarakat ekonomi kebawah. Rumah susun dianggap dapat menjadi
alternatif tersendiri dari problem kehidupan masyarakat ekonomi
kecil.
•SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai