Anda di halaman 1dari 12

Komunikasi dan Empati

Budi Hartono 102013079 KELOMPOK F5 yohanesbudi_hartono@ymail.com

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Saat menjalani kesehariannya seorang dokter selalu berkomunikasi dengan pasien-pasien. Dalam komunikasi itu dokter bisa mendapat informasi. Baik dalam hal penyakit yang dikeluhkan pasien maupun hal yang lain mengenai pasien tersebut. Dalam hubungan pasien dan dokter bukan hanya dokter saja yang berbicara, tetapi pasien harus diberi kesempatan untuk berbicara atau bercerita tentang keluhan penyakitnya. Sehingga komunikasi yang terjadi adalah dua arah (dokter dan pasien berbicara) bukan satu arah (dokter saja yang berbicara). Jika komunikasi tersebut dapat terjalin, seorang pasien merasa dihargai karena telah diberi kesempatan untuk bercerita. Dalam berkomunikasi seorang dokter tidak cuma pandai berbicara (komunikasi verbal) tapi juga harus melakukan body language (komunikasi non-verbal) yang sesuai. Sehingga dalam menjelaskan sesuatu, pasien tidak salah menangkap yang dimaksud oleh dokter tersebut. Karena jika ada miss ketika berkomunikasi antara dokter dengan pasien, dokter bisa salah dalam mendiagnosa karena pasien masih ada yang ingin dikatakan, selain itu pasien juga bisa menjadi takut dengan penyakit yang dideritanya karena dokter tidak mampu berkomunikasi verbal maupun non-verbal. Serta mengacu pada gagalnya seorang dokter dalam melakukan hubungan komunikasi dengan pasien (skenario PBL blok 1 modul 2) maka dibuatlah makalah ini untuk membahas bagaimana cara membangun komunikasi dan juga bagaimana cara berkomunikasi yang baik antara dokter dan pasien, baik saat berkonsultasi maupun saat dilakukannya proses terapi, penyembuhan, dan pengobatan.

BAB 2 PEMBAHASAN
1. Komunikasi dan Empati Apa itu komunikasi ? Komunikasi berasal dari bahasa inggris Communication yang memiliki arti suatu kegiatan menyampaikan informasi atau pesan yang mempunyai nilai atau penting. Komunikasi pada prinsipnya adalah pertukaran ide atau gagasan, atau kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide antara satu pihak ke pihak lain. Komunikasi memiliki elemen-elemen yang seharusnya ada disetiap berkomunikasi dengan yang lain. Elemen-elemen yang terdapat pada komunikasi : A. Komunikator : orang menyampaikan pesan/gagasan/informasi B. Pesan C. Media D. Komunikan : gagasan/informasi yang akan disampaikan : sarana komunikasi : pendengar, pihak yang menerima pesan

E. Umpan balik : respon dari komunikan terhadap pesan yang telah diterima

Jadi dalam komunikasi antara dokter-pasien, dokter dan pasien bisa menjadi komunikator ataupun komunikan. Maksudnya, jika dokter menjadi komunikator maka pasien akan menjadi komunikan yang menerima pesan lalu memberi respon terhadap pesan atau informasi yang telah diterima. Sebaliknya, jika pasien yang menjadi komunikator maka dokter akan berubah menjadi komunikan sehingga dokter pun dapat merespon informasi dari pasien itu. Jika komunikasi seperti ini diterapkan pada saat anamnesis, maka dokter akan mendapat informasi mengenai penyakit yang diderita pasien. Sehingga pasien memberikan kepercayaan kepada dokter untuk memeriksa dan menentukan pengobatan untuk dirinya. 4 Komunikasi yang terjadi dalam anamnesis adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi ini terdiri dari 3 tahap : pasien bercerita, dokter mendengarkan dan memperhatikan, lalu tanya jawab. Terdapat 3 tipe komunikasi dalam proses anamnesis: a) Patient Centered Anamnesis : pasien lebih banyak bercerita, dokter mendengarkan lalu langsung tanya jawab

b) Doctor Centered Anamnesis : Dokter lebih banyak bertanya, pasien sekedar menjawab c) Kombinasi keduanya. 3 Dalam perkembangannya, sering sekali terjadi penyimpangan yang disebabkan karena ketidakefektifan pemberi pesan (komunikator) dalam menyampaikan pesan tersebut, atau ketidakmampuan penerima pesan (komunikan) dalam memahami dan mengerti pesan yang disampaikan komunikator. Hal ini dikatakan sebagai kondisi komunikasi tidak efektif. Di zaman sekarang, dimana tingkat kesehatan masyarakat semakin ditingkatkan. Menyadari bahwa pentingnya kesehatan bagi kehidupan manusia. Sehingga dokter pasti akan dicari oleh pasien yang memiliki berbagai penyakit, atau hanya sekedar bercerita. Dan

komunikasi itu yang membuat hubungan dokter dan pasien dapat terjalin dengan baik. Jika sejak awal tidak terjalin hubungan yang baik, maka akan menimbulkan keengganan pasien untuk melakukan wawancara/tanya jawab, rasa tidak percaya pasien terhadap dokter dan rasa takut pada dokter. Keadaan yang seperti ini akan menyebabkan gangguan komunikasi, sehingga data yang diperoleh oleh dokter tidak tepat dan akurat. Itulah pentingnya komunikasi efektif antara dokter dengan pasien. Komunikasi efektif merupakan suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari informai yang disampaikan antara pihak satu dengan pihak yang lainnya. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dua arah bukan satu arah, memakai bahasa yang baik dan mudah dimengerti, menghadirkan suasana yang nyaman dan kondusif, dapat mendorong pasien untuk memberikan informasi dengan sukarela, stage (agent) yang digunakan adalah dewasa dan dewasa (saling menghargai, tidak otoriter, tidak mengatur saja). Dengan cara melakukan wawancara yang efektif dan sistematis kepada pasien. Selain dengan komunikasi, seorang dokter harus memiliki rasa empati. Dalam berkomunikasi dibutuhkan kemampuan mendengar aktif, keterampilan berdialog, mengendalikan emosi dan empati. Mendengar efekti merupakan dasar dalam pengumpulan data informasi secara akurat. Dokter harus berkonsentrasi mendengarkan saat pasien sedang bercerita dan dokter harus memberi respon terhadap cerita pasien. Saat pasien sedang bercerita tentu akan muncul sebuah emosi tersendiri bagi cerita tersebut. Emosi tersebut bisa negatif bisa positif. Seharusnya dokter

harus bisa mengendalikan emosi. Dokter juga harus bersabar bila pasien mengungkapkan perasaan-perasaannya. 4,2 Seorang dokter juga harus mampu memahami perasaan pasiennya agar komunikasi dokter-pasien berjalan dengan lancar. Itulah yang disebut dengan empati. Empati merupakan kemampuan (seolah-olah) menjadi diri orang lain. Empati memiliki arti bahwa kita mampu memahami perasaan orang lain tanpa terhanyut kedalam perasaan tersebut. Dalam dunia kedokteran, empati sangatlah penting. Dengan kita memahami perasaan pasiennya, dokter dapat menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan pasien. Jadi akan terjadi kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter dalam proses pmeriksaan dan pengobatan. 5 Conoh-contoh hubungan dan komunikasi yang berdasarkan empati : 1) Meperlakukan orang lain sebagai sesama manusia yang setara,lepas dari identitasnya, tanpa prasangka atau sikap menghakimi 2) Menghargai perbedaan pendapat dalam berkomunikasi 3) Tidak memaksakan kehendak 4) Tidak bersikap apriori/berprasangka, bersikap netral 5) Berusaha mengerti cara berpikir dan perasaan orang lain 6) Menghargai nilai-nilai seseorang 7) Dapat menyatakan pendapat dan menjadi pendengar yang baik 8) Penyelesaian masalah diselesaikan oleh kedua belah pihak dengan sikap saling menghargai dan kesetaraan, dan mencapai kesepakatan bersama 9) Dalam hubungan dokter-pasien, dokter kiranya memperlakukan dirinya sebagai manusia yang kebetulan berprofesi sebagai dokter, dan memperlakukan pasien sebagai manusia yang kebetulan berstatus pasien 10) Dalam hubungan orang tua-anak, sebaiknya tidak memperlakukan anaknya sebagai eksistensi atau sammbungan dari dirinya, mrlainkan mrnyadari bahwa anaknya itu merupakan seorang manusia yang kebetulan adalah anaknya

2. Jenis komunikasi Sebagai seorang dokter yang baik, kiranya harus tahu komunikasi yang mana yang harus dilakukan. Atau merubah jalur komunikasi dari yang kurang baik menjadi lebih baik.

Pengertiannya sudah dibahas sebelumnya. Sedangkan jenis-jenis dari komunikasi ada tiga menurut transaksi : 1) Complementrey Transaction Complementrey transaction atau transaksi komplementer merupakan komunikasi yang sehat. Terdapat pesan yang dikirim oleh komunikator dari suatu ego state Apabila komunikasi diterima sesuai dengan yang diharapkan komunikasi tersebut berjalan dengan lancar. 2) Crossed Transaction Respon dari transaksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Komunikasi yang saling bersilang, maksudnya ego state O sebagai komunikator lalu ego state K sebagai komunikan. Akan terjadi ketidakseimbangan dalam berkomunikasi. Selalu berujung pada kemarahan, perasaan bersalah, dan selalu bertengkar. 3) Ulterior Transaction Peran disampaikan oleh ego state tertentu yang meilbatkan dua atau lebih ego state. Ada makna tersembunyi yang terdapat pada pesan yang diberikan. Yang tersurat berbeda dari yang tersirat.

Dan ini adalah jenis-jenis dari perilaku menurut perilaku/tatacara : 1) Verbal Merupakan komunikasi yang menggunakan nada suara, sifat kata, perkataan. Jadi bisa dibilang kalau komunikasi verbal itu bisa didengar secara langsung. Namun kata-kata yang ditulis pun masuk kedalam jenis yang ini. Yang berhubungan dengan suara adalah kualitas suara (keras/tidak), pace (kecepatan), intonasi (tinggi rendah). 2) Non Verbal Merupakan komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, ekspresi wajah, sorot mata. Dapat dilihat secara langsung atau komunikasi yang tidak lisan. Pada komunikasi non verbal,dalam penyampaian informasi nya tidak menggunakan kata-kata. Melainkan berupa : gerakan tubuh (body language), ekspresi muka, kontak mata, pakaian, gaya rambut, gaya tulisan, simbol. Ketika praktek, ada halhal yang harus diperhatikan juga. Posisi antara dokter-pasien tidak terlalu

dekat/jauh, dan berhadapan, menyamping atau siku. Sikap tubuh dokter ketika berhadapan dengan pasien juga harus diperhatikan. Santai tapi tetap berwibawa.

3. Analisis Transaksionil

Pertama kali diperkenalkan oleh Eric Berne (1961) seorang psikiater dan psycho-analyst. Analisa transaksionil merupakan proses transaksi/komunikasi dalam hubungan sosial antar 2 atau lebih individu yang berbeda. Yang dianalisa meliputi : proses dan isi pikir, perasaan, perilaku verbal dan non verbal. Analisa ini memusatkan pada interaksi yang sedang berlangsung dalam pengobatan. Terdapat empat macam bentuk interaksi yang dapat dianalisa :
a) Struktural Analisis Yang dianalisa adalah kepribadia seseorang. Perasaan yang terkait dengan pengalaman di masa lalu. Dilihat juga cara bertindak (perilaku), dan cara berpikir. Mengenai fenomena intrapsikik. b) Transaksional Analisis Pada jenis interaksi ini, tidak memandang usia yang sedang berinteraksi. Menentuukan ego yang dominant yang sedang berlangsung (orang tua, dewasa, anak) di setiap individu yang sedang berinteraksi. c) Game Analisis / Analisa permainan Menganalisa apa yang tersembunyi dari interaksi yang sedang berlansung. Serta menganalisa apa yang dihasilkan dari interaksi. Juga melakukan identifikasi permainan yang dilakukan dalam interaksi mereka. d) Script Analisis Menganalisa kejadian dalam kehidupan nya yang terlihat dalam semua interaksi yang dilakukan. Drama kehidupan meliputi : peran dipelajari, dikhayalkan, dilakukan.

Anutan yang dimiliki manusia adalah orang tua (O), dewasa (D), dan kanak-kanak(K). Penampilan anutan orang tua biasanya sering mengkritik, bertanya bagaimana melakukan

sesuatu, memproteksi, membimbing, serta marah. Individu berperasaan dan bertindak seperti yang dilakukan ayah/ibu. Anutan dewasa, memiliki penampilan : mengolah persoalan berdasarkan data, analisa, dan logika ,berorientasi pada kenyataan, menganalisa sesuatu serta mencoba memahami, percaya diri sendiri dan tidak dipengaruhi perasaan. Sedangkan pada anutan kanak-kanak, sering kali menggunakan emosi, perasaan dan tingkah laku yang masih bersifat wajar, memiliki intuisi dan fantasi. Juga memiliki daya kreatifitas, rasa ingin tahu, ingin dicintai dan dikasihi. Penampilan anutan pada orang dewasa, dan anak-anak : Orang dewasa: Kritikal Rasional Gelak tawa, suka ria, gembira Anak-anak : Rasa kasihan Memcahkan masalah Berontak, mengejek => O => D => K => O => D => K

Disetiap saat orang dalam bergaul menempatkan sikap O, D, K. Bila menentukan dari penampilan yang mana yang sedang ditampilkan merupakan analisa struktural, jika mencoba menganalisa komunikasi yang terjadi dalam hubungan sosial disebut analisa transaksi. Transaksi sendiri memiliki arti suatu kesatuan dari hubungan sosial yang terjadi diantara 2 orang yang sedang berhadapan. Jika sesorang yang state O terlalu dominant, maka orang nya sangat kritikal, sok tahu, mau menang sendiri, tidak tahan kritik. Lalu jika seseorang yang state D nya terlalu dominant orang itu akan bisa sangat pandai, terlalu rasional dalam bergaul, tidak memiliki banyak teman, karena selalu menggunakan rasionalitas nya. Sedangkan jika state K yang terlalu dominant maka orang itu suka main-main saja, tidak bisa serius.

4. Kepribadian

Ada banyak pengertian mengenai kepribadian. Menurut Stern kepribadian merupakan "Kehidupan seseorang secara keseluruhan, indiviudal, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman". Sedangkan menurut Guilford "pola trai-trait yang unik dari seseorang". Jadi kepribadian itu merupakan seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap dan khas pada suatu individu dalam megadakan hubungan. Aspek-aspek yang ada pada kepribadian : 1) Temperamen (tabiat) Aspek yang berhubungan erat dengan konstitusi jasmani dan merupakan bawaan sejak dari lahir. Sangat sulit untuk diubah oleh pengaruh lingkungan luar karena dapat dikatakan menetap seumur hidup. Sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologik tubuh.

2) Watak (karakter) Keseluruhan keadaan dan cara bertindak dalam merespon suatu rangsangan. Akan terus berkembang dalam masa kehidupan seseorang. Aspek yang berhubungan erat dengan fungsi saraf pusat. Dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pengalaman, dan pendidikan.

3) Struktur kepribadian Dibagi lagi menjadi 3 bagian : 1) ID Lapisan psikis paling dasar yang merupakan keinginan-keinginan tersimpan dalam psikis seseorang. Tidak mengenal waktu dan tidak meurut logika karena dikuasai oleh prinsip kesenangan. 2) Ego Lapisan psikis yang mengadakan hubungan langsung dengan dunia luar. Bertugas memperahankankepribadian dirinya dan juga menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Menyelesaikan pertentangan antara realitas

lingkungan dengan keinginan yang ada dalam psikis seseorang. Berfungsi juga untuk menyatukan ingtegritas kepribadian seseorang. 3) Superego

Lapisan psikis yang terbentuk dari internilasasi (memasukkan ke dalam psikis) larangan, perintah, dan aturan ke dalam psikis seseorang. Merupakan dasar dari hati nurani. Beberapa manifestasi yang merupakan aktifitas dari ada nya superego, misalnya rasa menyesal, rasa bersalah, dan rasa berdosa.

10

KESIMPULAN

Ketika pasien menyampaikan sesuatu atau bertanya sesuatu, pasien cenderung memiliki perilaku yang berbeda-beda satu sama lain. Perilaku-perilaku itu bisa karena kepribadian yang ada dalam diri pasien. Lalu kita sebagai dokter harus menanggapi nya dengan perilaku yang baik. Karena kita dibentuk menjadi pribadi yang memiliki perilaku yang baik. Jadi pasien pun merasa nyaman dan bisa saja meniru perilaku kita yang baik. Karena pasien merupakan manusia yang setara dengan kita yang kebetulan menjadi pasien dokter tersebut. Tujuan seorang dokter adalah bukan cuma menyembuhkan penyakit, tapi juga harus meningkatkan kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup seseorang meningkat maka mereka akan lupa dengan penyakita yang ada di tubuh mereka. Sehingga mereka tidak merasa terbebani terhadap penyakit mereka. Jadi Sebagai dokter harus memiliki komunikasi yang efektif dalam berhubungan dengan pasien, dapat memilih state yang pada waktu dan tempat yang tepat, memiliki kepribadian yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pasiennya, serta memiliki rasa empati terhadap pasien maupun yang lainnya.

11

Daftar Pustaka

William I. Gorden, Communication : Personal and Public,1978 Willms, J.L, dkk. 2005. Evaluasi Diagnosis & Fungsi Bangsal. Jakarta :EGC. Hal557. Hardjodisastro,Daldiyono.2006. Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 217. Soetjiningsih, dkk. 2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter : Suatu Pendekatan Holistik . Jakarta : EGC. Hal 6-7. Sumartono. 2004.Komunikasi Kasih Sayang.Jakarta : Elex Media Komputindo. Hal118.

12

Anda mungkin juga menyukai