Anda di halaman 1dari 17

Unsur Hara Esensial dan Non Esensial

pict: http://dc435farming.files.wordpress.com/2011/12/apakah-plant-catalyst-2006-itu-2.jpg

C, H, O, N, P dan S merupakan unsur-unsur yang menyusun protein ataupun protolasma. Di samping
enam unsur ini masih ada 15 unsur lain yang dinilai esensial, yaitu : K, Ca, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn,
Cl, Ni, Na, Co, Va, dan Si. Tidak semua unsur ini dibutuhkan oleh semua tumbuhan, tetapi semua unsur
ini ternyata dibutuhkan oleh beberapa tumbuhan. Unsur-unsur ini bersama-sama dengan P dan S
biasanya menyusun abu tanaman setelah C, H, O dan N dibebaskan dalam pembakaran. Tiap-tiap unsur
dari dua puluh unsur tersebut memegang peranan dalam proses tumbuh dan dapat mengurangi
pertumbuhan dan produksi bila terdapat dalam jumlah yang kurang.
Unsur C, H dan O yang terdapat di dalam tanah berasal dari air dan CO
2
yang kemudian dirubah menjadi
karbohidrat sederhana melalui proses forosintesa yang akhirnya dijadikan asam-asam amino, protein
dan protoplasma. Unsur-unsur ini tidak digolongkan ke dalam unsur-unsur mineral.
Kadar unsur-unsur hara mineral di dalam tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga persentase
kandungannya di dalam tanaman berbeda-beda. Metode analisa dapat mempengaruhi susunan suatu
unsur di dalam tanaman. Dengan majunya metode dan tehnik analisa maka ketelitian dan ketepatan
pengukuran dapat lebih baik. Contoh yang ekstrim adalah belerang. Terakhir ini oleh Venema ditentukan
bahwa kadar belerang di dalam tanaman sebenarnya dua sampai seratus kali lebih tinggi dibandingkan
dengan data yang lama.
Seringkali juga terjadi salah penggunaan data analisis tanaman. Dalam hal ini data tersebut dipakai
sebagai satu-satunya dasar untuk merumuskan program pemupukan. Dasar pemikiran ialah bahwa
pupuk yang diberikan setara dengan jumlah yang diserap tanaman. Pendekatan demikian sama sekali
mengabaikan faktor-faktor penting lain seperti kehilangan karena pencucian, fiksasi dari beberapa unsur
oleh tanah, efesiensi dari berbagai tanaman dalam mengabsorpsi unsur-unsur tertentu, dan lain-lain.
Data analisis tanaman bersama-sama dengan keterangan-keterangan tentang faktor-faktor di atas
apabila dipertimbangkan secara bersama maka hasil formulasi akan jauh lebih baik.
Peranan dari setiap unsur hara mineral dalam pertumbuhan tanaman dikemukakan secara singkat di
dalam uraian-uraian di bawahn ini.

Nitrogen (N)
Unsur ini penting bagi tanaman dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Nitrogen umumnya
diserap oleh tanaman dalam bentuk NO
3
-
dan NH
4
+
walaupun urea (H
2
NCONH
2
) dapat juga dimanfaatkan
oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun. Jarang sekali bahwa urea
diabsorpsi melalui akar karena di dalam tanah urea dihidrolisa menjadi NH
4
+
. Asam-asam amino yang
larut dalam air dan asam nucleic dapat juga diabsorpsi oleh tanaman tingkat tinggi. Tetapi senyawa-
senyawa ini biasanya tidak terdapat dalam larutan tanah dalam jumlah yang cukup berarti. Di tanah-
tanah yang bereaksi agak masam sampai alkali, dengan aerasi baik, maka bentuk NO
3
-
akan banyak
dijumpai.
Bentuk N yang diabsorpsi tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang lebih baik tumbuh bila diberi
NH
4
+
ada pula yang lebih baik bila diberi NO
3
-
dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh
bentuk-bentuk N ini. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya mengabsorpsi bentuk NO
3
-
yang
terbanyak. Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi N, -NH, -NH
2
. bentuk reduksi ini
kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan akhirnya menjadi protein.
Protein di dalam sel-sel vegetatif tanaman, umumnya adalah peranan fungsional daripada struktural.
Sebagian besar berupa enzym dan sisanya berupa nucleoprotein dimana sebagian terdapat di dalam
chromosom. Dengan demikian maka protein bersifat seperti katalisator dan sebagai pemimpin dalam
proses metabolisme. Protein-protein yang fungsional tidak stabil, mereka selalu pecah dan kemudian
membentuk kembali.
Pemberian N yang banyak akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatip berlangsung hebat sekali dan
warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat
proses kematangan karena tidak seimbang dengan unsur lain seperti P, K, dan S.
Penyediaan nitrogen berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persediaan N sedikit maka
hanya sebagian kecil hasil photosintesa ini yang dirubah menjadi protein dan sisanya diendapkan.
Pengendapan karbohidrat ini menyebabkan sel-sel vegetatip tanaman menebal. Apabila persediaan N
cukup banyak maka sedikit sekali yang mengendap karena sebgaian besar dijadikan protein, jadi banyak
protoplasma yang terbentuk. Oleh karena protoplasma ini mengikat banyak air, maka tanaman yang
dipupuk banyak N biasanya mempunyai kadar air tinggi di dalam sel vegetatip. Sebagai akibatnya
tanaman ini tidak resisten terhadap serangan hama ataupun penyakit.
Pada tanaman serat, kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya sedangkan untuk tanaman biji-bijian
akan menyebabkan tanaman rebah, terutama bila kekurangan kalium atau apabila varietas yang dipakai
tidak tahan terhadap pemupukan N yang tinggi. Pemupukan N yang tinggi juga akan mengurangi kadar
gula tanaman bit.
Keburukan-keburukan akibat pemupukan N yang dikemukakan di atas biasanya tidak terjadi bila unsur-
unsur lain terdapat dalam keadaan yang cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat
meningkatkan produksi tanaman.
Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering.
Gejala chlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap berwarna
hijau. Kenyataan ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat
mengambil N cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun yang tua menjalani
proses autolysis. Dalam hal ini protein dirubah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasi ke bagian-
bagian yang muda dimana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan kandungan N yang rendah
sekali, daun akan menjadi coklat dan mati. Utnuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua mula-
mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang dan melebar ke
samping sehingga memberikan bentuk V.

Fosfor (P)
Fosfor bersama-sama dengan Nitrogen dan Kalsium, digolongkan sebagai unsur-unsur utama walaupun
diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P
dalam bentuk ion orthofosfat primer H
2
PO
4
-
dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO
4
2-
. Absorpsi
kedua ion itu oleh tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah absorpsi
bentuk H
2
PO
4
-
akan meningkat.
Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat dapat diambil oleh tanaman.
Akhir-akhir ini TVA (Tennessee Valey Authority) telah mengeluarkan sejumlah pupuk polifosfat dari
kalsium, kalium dan amonium dimana terbanyak adalah bentuk pirofosfat dihidrolisakan di dalam air
maka absorpsi merupakan pertanyaan yang hanya. Namun demikian, terlepas dari bentuk fosfat yang
sebenarnya diabsorpsi tanaman, metafosfat dan pirofosfat merupakan sumber fosfat yang baik.
Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P organik seperti asam nucleic dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung dipakai oleh tanaman.
Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktivitas mikrobia tinggi, maka peranan mereka sebagai
sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil.
Fosfat juga telah ditemukan sebagai bagian dari asam nucleic, phytin, dan fosfolipid-fosfolipid. Dengan
demikian pemberian P yang cukup pada saat tanaman masih muda adalah penting untuk meleakkan
primordi dari bagian-bagian reproduktif. Fosfat juga mempercepat masaknya buah terutama bagi
tanaman serealia. Kekurangan fosfat jelas sekali mengurangi pertumbuhan tanaman. Fosfat penting bagi
pembentukkan biji, dan banyak dijumpai di dalam buah dan biji.
Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Percobaan-percobaan dari Ohlrogge dan
rekan-rekannya di universitas Purdue, menunjukkan bahwa apabila pupuk P yang mudah larut diberikan
bersama-sama dengan pupuk NH
4
+
di dalam larikan, maka akar tanaman akan berkembang hebat sekali
di daerah itu. Juga ada kenyataan bahwa absorpsi fosfat bertambah bila dipakai pupuk nitrat
dibandingkan dengan pupuk amonium.
Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat maka fosfat di
dalam jaringan yang tua diangkat ke bagian-bagian meristem yang sedang aktif. Tetapi oleh karena
kekurangan unsur ini menghambat seluruh pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun
seperti halnya kekurangan unsur-unsur N dan K, jarang terlihat.
Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fosfat atau
radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman diangkat ke golongan aseptor melalui suatu reaksi yang
disebut fosfosilasi sehingga reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforilasi akan mengurangi enersi
aktivitas dari penghalang (barrier) di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua reaksi-reaksi
kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.
Perubahan fosfat di dalam tanama terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama fosfat anorganik
diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal organik. Pada tahap kedua terjadi proses
transfosforilasi dimana golongan fosforil dirubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga.
Fosfat atau pirofosfat dibebaskan dari intermediated phosphorylated oleh proses hidrolisa ataupun
melalui substitusi radikal organik. Sumber enersi yang utama untuk perubahan fosfat ke dalam berbagai
bentuk kombinasi organik adalah energi potensial oksidasi reduksi yang dihasilkan dalam proses
metabolisme oksidatif.
Ikatan-ikatan fosfat organik dari berbagai senyawa-senyawa biologi pada dasarnya merupakan golongan
enersi tinggi dan enersi rendah sesuai dengan perubahan enersi bebas pada waktu proses hidrolisa.
Walaupun penggolongan ini nampaknya kurang tepat, tetapi untuk perubahan-perubahan dari satu
golongan ke golongan yang lain nampaknya mempunyai hubungan yang teratur. Diduga bahwa enersi
dari berbagai ikatan fosfat dapat dihubungkan dengan enersi dari perubahan fosforil (phosphoryl
transfer potential = P
tp
). Nilainya yang dinyatakan dalam kilogram kalori mencerminkan jumlah kegiatan
biokimia yang dihasilkan dari suatu ikatan fosfat tertentu.
Tabel 1. menunjukkan perubahan enersi bebas P
tp
(DF) dari hidrolisa berbagai bentuk fosforil hasil
metabolisme. AMP, ADP, dan ATP berturut-turut merupakan singkatan dari adenosin mono-, di-, dan
trifosfat. Senyawa-senyawa fosfat organik yang diberikandalam tabel 3.1. dan lain-lain bentuk senyawa
fosfat organik, mempunyai peranan yang terpenting terhadap perubahan-perubahan enersi dalam
proses hidup aerobic atau anaerobic dari tumbuhan dan hewan.
Tabel 1. Perubahan-perubahan Enersi Bebas (DF) Dari Beberapa Fosforil Hasil Metabolisme
Hasil Metabolis
Temperatur
(OC)
pH
DF Pada Suhu dan
pH Tertentu
(kilogram kalori)
ATP (-- ADP + fosfat anorganik) 30 7.0 - 7.0
ATP (-- AMP + pirofosfat) 37 7.5 - 8.6
ADP (-- AMP + fosfat anorganik) 25 7.0 - 6.4
Pirofosfat 30 7.0 - 6.6
Glukose -1- fosfat 30 7.0 - 5.0
Galaktose 1-1- fosfat 25 7.0 - 5.0
Glukose -6- fosfat 25 7.0 - 3.3
Fruktose -6- fosfat 30 7.0 - 3.8
Fruktose -1- fosfat 38 5.8 - 3.5
Gliserol-fosfat 25 7.0 - 2.1
Gliseroldehida -1.3- difosfat 25 6.9 - 11.8
Fosfeonal piruvat 30 7.4 - 12.7
Asetifosfat 29 7.0 - 10.1

Bebrapa peran fosfat yang penting ialah dalam proses photosintesa, perubahan-perubahan karbohidrat
dan senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, meta bolisme asam amino, metabolisme
lemak, metabolisme sulfur, oksidasi biologis, dan sejumlah reaksi dalam proses hidup.
Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer enersi, suatu proses
yang vital dalam hidup dan pertumbuhan.

Kalium (K)
Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K
+
, dan dijumpai dalam berbagai kadar di dalam tanah.
Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya terdapat dalam jumlah yang
kecil. Penambahan K ke dalam tanah biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air : Kcl, K
2
SO
4
,
KNO
3
, K- Mg- Sulfat- dan pupuk-pupuk majemuk.
Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila
kebutuhannya tidak mencukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian-bagian
yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlibat pada bagian bawah dan
bergerak ke ujung tanaman.
Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, K tidak dijumpai di dalam bagian tanaman seperti
protoplasma, lemak dan selulosa. Fungsinya nampaknya lebih bersifat katakisator. Terlepas dari
kenyataan-kenyataan di atas, kalium mempunyai peran penting sekali terhadap peristiwa-peristiwa
fisiologis berikut :
1. Metabolisme karbohidrat: pembentukkan, pemecahan dan translokasi pati.
2. Metabolisme nitrogen dan sintesa protein.
3. Mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral.
4. Netralisasi asam-asam organik yang penting bagi proses fisiologik.
5. Mengaktifkan berbagai enzym.
6. Mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik.
7. Mengatur pergerakkan stoma dan hal-hal yang berhubungan dengan air.
Peranan-peranan tersebut di atas dapat dilihat dalam berbagai bentuk gejala tumbuh. Daun-daun
menjadi kuning, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian dan mengakibatkan mudah rendah.
Kekurangan kalium akan menyebabkan produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa
walaupun produksi tanaman berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal
sebagai kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas pada kalium tetapi juga
berlaku untuk unsur hara lainnya. Kekurangan kalium juga mengurangi resistensi terhadap penyakit.
Serangan pouldry dan penyakit busuk akar pada tanaman alfalfa, mildew pada gandum bertambah
hebat pada tanah-tanah yang kekurangan kalium. Pengaruh kalium juga terlihat pada kwalitas buah.
Pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap pertumbuhan maupun terhadap
kwalitasnya merupakan akibat pengaruhnya terhadap proses-proses fisiologis. Kekurangan kalium akan
merubah aktivitas enzym invertase, diastase, peptase dan katalase pada tanaman tebu juga kalium
berpengaruh atas aktivitas pyruvic kinase pada beberapa tanaman.
Proses photosintesa dapat berkurang bila kandungan kalium rendah dan pada saat itu respirasi
bertambah besar. Hal ini akan menekan persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi
pertumbuhan tanaman. Translokasi gula pada tanaman tebu berkurang sekali bila kadar kalium rendah.
Dari percobaan terbukti bahwa pada tanah-tanah yang kadar kalium rendah translokasi ini berkurang
menjadi kurang lebih setengah dari kecepatan translokasi normal, yaitu kira-kira 2.5 cm/menit.
Peranan kalium dan hubungan dengan kandungan air dalam tanaman adalah penting dalam
mempertahankan turgor tanaman itu yang sangat diperlukan agar proses-proses metabolisme lainnya
dapat berlangsung dengan baik.
Pengaruh yang penting lainnya adalah dalam proses metabolisme protein. Pada tanaman yang kadar
kaliumnya rendah ternyata perubahan bentuk-bentuk amida ke protein terlambat sehingga dijumpai
akumulasi dari N-amida. Percobaan-percobaan membuktikan bahwa dengan naiknya kadar kalium maka
kandungan protein tanaman juga bertambah sedangkan sebaliknya jumlah senyawa N-nonprotein
berkurang. juga diperoleh kenyataan bahwa tanaman makanan ternak dengan kadar N-nonprotein
tinggi akan membahayakan hewan karena mudah terjadi proses dominasi. Dalam proses ini akan
dibebaskan sejumlah NH
3
yang dapat membahayakan hewan.
Oleh karena hewan dan manusia memperoleh sejumlah kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka
kalium yang cukup bagi tanaman kita adalah penting. Peranan kalium dalam proses metabolisme hewan
pada prinsipnya adalah untuk menimbulkan arus bioelektrik.

Kalsium (Ca)
Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi, dan diambil dalam bentuk Ca
++
. Kalsium banya
dijumpai di dalam daun, dan pada beberapa tanaman dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel-sel
tanaman tersebut. Juga kalsium dapat dijumpai dalam bentuk ion di dalam cairan sel.
Tanaman yang kekurangan kalsium akan terganggu pembentukkan pucuk dan ujung-ujung akar. Dengan
demikian, pertumbuhan tanaman dapat terhenti apabila kadar kalsium rendah sekali.
Peranan khusus dari kalsium belum jelas. Secara klasik dikemukakan bahwa diduga kalsium memegang
peranan dalam pembentukkan middle lamella dari sel-sel oleh karena peranannya dalam pembentukkan
kalsium pekat.
Kalsium juga diduga penting dalam pembentukkan dan peningkatan kadar protein dalam mitchondria.
Apabila ini benar maka peranan mitchondria dalam repirasi aerobik, yang berarti pula peranannya
dalam absorpsi unsur hara. Ini berarti bahwa ada hubungan langsung antara kalsium dan absorpsi ion
oleh tanaman.
Peranan kalsium dalam pembentukkan protein dihubungkan dengan peranan kalsium dalam absorpsi
nitrat dan aktivitas beberapa enzym.
Peranan kalsium dala pemanjangan sel, dan hubungannya dengan perkembangan jaringan-jaringan
meristematik belum dapat dipastikan oleh karena terdapat hasil-hasil percobaan yang saling
bertentangan. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya interaksi dengan zat-zat tumbuh tertentu,
dengan kation-kation tertentu, dan untuk akar terdapat interaksi dengan pH dari media tmbuh. Namun
demikian telah dapat dipastikan bahwa akar tanaman tidak memanjang dalam media tanpa kalsium.
Kalsium biasanya digolongkan dalam unsur yang mobil dalam tanaman.

Magnesium (Mg)
Magnesium diabsorpsi dalam bentuk ion Mg dan merupakan satu-satunya mineral yang menyusun
chlorophyl. Dengan demikian maka peranan Mg menjadi cukup jelas. Kadar Mg dalam tanaman berkisar
antara 0.1 0.4 %.
Walaupun sebagian besar magnesium dijumpai di dalam chloropyl, tetapi sering juga cukup banyak
dijumpai di dalam biji. Nampaknya ia mempunyai hubungan dengan metaolisme fosfat dan juga
memegang peranan khusus dalam mengaktifkan beberapa sistem enzym. Mg juga berperan dalam
sintesa protein dan Mg diduga mendorong pembentukkan rantai polypeptide dari asam-asam amino.
Oleh sebab itu kekurangan g mengakibatkan jumlah N-protein menurun dan N-protein meningkat.
Magnesium termasuk unsur yang mobil dengan demikian dapat ditranslokasikan dari bagian-bagian
yang tua ke bagian yang muda apabila mulai terjadi defisiensi. Oleh sebab itu gejala sulfur kurang lebih
sama dengan fosfor, tetapi pada alfalfa, kubis dan turnips, kadarnya dapat lebih besar.
Kekurangan sulfur ditandai dengan gejala-gejala berikut : chlorosis seluruh tanaman, tanaman kerdil,
batangnya kecil dan kurus. Gejala kekurangan S pada banyak tanaman sama dengan nitrogen sehingga
seringkali terjadi salah menilai masalah di lapangan.
Perbedaan gjala terutama terletak pada perbedaan sifat dari kedua unsur ini. Sulfur sukar ditranslokasi
dari bagian yang tua ke bagian yang muda apabila terjadi kekurangan unsur ini. Dengan demikian gejala
kekurangan sulfur akan terlihat pada bagian-bagian yang muda.
Peranan sulfur dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat banyak dan penting.
1. Sulfur dibutuhkan untuk sintesa asam-asam amino yang mengandung S, seperti cystine, cyctine,
dan methonine dan juga untuk sintesa protein.
2. Sulfur mengaktifkan enzym-enzym protolytic tertentu seperti papainase, contoh-contohnya adalah
papain, bromelin dan ficin.
3. Sulfur merupakan bagian dari: vitamin-vitamin tertentu, coenzym A, biotin, thiamin (vitamin B
1
)
dan glutathiono.
4. Sulfur terdapat juga di dalam minyak beberapa tanaman rempah dan bawang.
5. Sulfur menaikkan kadar minyak tanaman seperti kedele.
6. Rantai disulfida (-S-S-) akhir-akhir ini dihubungkan dengan struktur protoplasma, dan jumlah
gugusan subhidril (-SH) dalam tanaman dalam beberapa hal telah dihubungkan dengan kenaikan day
tahan terhadap suhu rendah.
Nilai biologik dari suatu protein yang dinyatakan dengan indeks EAA (Essential Amino Aci) ditentukan
dengan jalan membandingkan kadar asam amino dengan kadarnya pada protein hewani yang
berkwalitas tinggi. Penelitian-penelitian tentang nilai gizi suatu bahan makanan menunjukkan bahwa
asam amino yang mengandung S menentukan nilai biologik dari protein yang dikandungnya, bahkan
lebih penting dari kandungan lysin. Para peneliti ini bahkan engemukakan bahwa sebagian besar dari
penduduk dunia hidup dari bahan makanan yang rendah kadar methioninnya.
Pemupukan dengan sulfat dapat menaikkan kadar methionin, cyctine dan kandungan S total di dalam
tanaman (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Ion Sulfat Terhadap Kadar Methionin, Cystine dan S Total di
Dalam Dua Strain Alfalfa *)

Perlakuan SO
4
2-

(ppm)
Methionine
(mg/g N)
Cyctine
(mg/g N)
% S
C 3 C 10 C 3 C 10 C 3 C 10
0 10.6 17.6 21.5 24.4 0.100 0.089
1 20.8 27.6 28.6 35.2 0.103 0.098
3 33.6 34.9 37.0 43.6 0.129 0.12
9 38.0 40.3 38.9 42.9 0.186 0.200
27 41.4 43.9 42.9 45.0 0.229 0.227
81 43.4 44.3 43.6 46.0 0.244 0.242

*) Sumber asli: Tisda;e et. al., Agron. J. 42:221 (1950)
Dari data pada Tabel 2 terlihat bahwa kemampuan kedua strain Alfalfa dalam pembentukkan
methionine dan cyctine berbeda. Kemampuan dari berbagai species atau strain tanaman dalam
memanfaatkan unsur hara dari jumlah yang tersedia secara efektif untuk membentuk berbagai senyawa
di dalam tubuhnya merupakan suatu sifat yang penting terutama bila dilihat dalam hubungan dengan
gizi makanan hewan maupun manusia. Oleh sebab itu merupakan bahan yang penting untuk diteliti.
Kekurangan sulfur dapat menyebabkan akumulasi N-nonprotein, dan ini akan sangat membahayakan
ternak.
Apabila ternak ruminant dapat menggunakan sulfat, sulfida dan juga unsur S dalam pembentukkan
protein, maka ternak nonruminant harus ada methionine di dalam ransumnya baru dapat membentuk
protein.
Pemupukan N dalam jumlah besar dapat menyebabkan akumulasi nitrat dan amida di dalam tanaman.
Kadar nitrat yang tinggi di dalam tanaman akan bersifat racun bagi hewan. Akumulasi ini terutama
terjadi apabila kadar S di dalam tanah rendah. Kenyataan ini baru saja diperoleh peneliti-peneliti di
Norwegia. Mereka menunjukkan bahwa bahaya dari kandungan nitrat yang tinggi dihilangkan
pemupukan S yang cukup. Tanaman dengan bandingan N : S (%N : %S) sebesar 10 : 1 sampai 20 : 1
dinilai cukup baik untuk diberikan kepada ternak ruminant.

Boron (B)
Boron dalam tanah umumnya terdapat dalam bentuk asam borat yang tak terdisosiasi (H
3
BO
3
, pK 9.2)
dan diserap tanaman. Bentuk-bentuk lain yang jumlahnya sedikit ialah B
4
O
7
2-
, H
2
BO
3
-
, HBO
3
=
dan BO
3
--
.
Juga diambil tanaman tetapi tidak nyata pengaruhnya bagi tanaman. Kadarnya dalam tanaman-tanaman
monokotil berkisar antara 6 18 ppm dan dalam dikotil antara 20 60 ppm. Kadar 20 ppm dalam dayn
tua berbagi tanaman biasanya dinilai cukup.
Beberapa tanaman terutama jenis kacang-kacangan, sangat sensitif terhadap unsur ini. Dosis B yang
dipakai dengan hasil baik untuk alfalfa dapat bersifat racun bagi kacang-kacangan. Boron relatif immobil
di dalam tanaman sehingga gejala defisiensi pertama-tama terlihat pada pucuk-pucuk muda yang
selanjutnya diikuti oleh kematian daun-daun muda. Daun yang termuda akan menjadi hijau pucat,
terutama pada bagian dasarnya. Jaringan pada bagian pangkal daun pecah, sehingga apabila daun itu
tumbuh terus maka ia seakan-akan terpilih.
Berbagai tanaman akar (root crops) dipengaruhi sekali oleh kekurangan boron. Jaringan-jaringan dalam
dari akar-akar pecah dan memberikan warna hitam yang dinamakan hati coklat atau hitam (brown atau
black heart) seperti sering terlihat pada bit gula. Mengapa kekurangan boron memberikan gejala seperti
disebutkan di atas, tidak diketahui dengan jelas.
Boron dinyatakan mengambil peran dalam metabolisme karbohidrat dan pergerakkan gula dengan jalan
membentuk senyawa kompleks dari boron gula yang bersifat permeable atau dengan mempengaruhi
membran sel sehingga sifatnya lebih permeable untuk gula.
Boron juga mempengaruhi perkembangan sel, dan sistesa-sintesa penting lainnya. Fungsi lain adalah
bahwa unsur ini merupakan inhibitor dalam pembentukkan tepung.
Percobaan-percobaan juga membektukan bahwa transpirasi tanaman kacang-kacangan yang diberi
boron lebih besar dari pada yang tidak memdapat boron. Reduksi ini terutama disebabkan karena
kecepatan absorpsi air berkurang serta morfologi tanaman kekurangan B tidak normal.
Juga kekurangan boron akan menyebabkan terhentinya penambahan sel. Pembelahan sel dalam hal ini
jelas tidak terhenti oleh karena tidak adanya gula, protein asam nukleat tetapi bahwa tidak ada boron
menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel untuk mitosis
terganggu.
Sarjana-sarjana Rusia akhir-akhir ini mendapatkan bahwa kekurangan boron menurunkan kandungan
asam rebonucleic acid (RNA) pada ujung-ujung batang dan akar dari tanaman kacang-kacangan dan
bunga matahari yang ditanam dalam kultur air sedangkan kandungan asam desxyribonucleic (DNA) pada
bagian-bagian itu juga berkurang pada tanaman bunga matahari. Pemberian boron ternyata
mengembalikan produksi normal dari RNA dan DNA. Hal ini menunjukkan bahwa kekurangan boron
akan lebih mengganggu metabolisme asam nucleic dari pada metabilisme karbohidrat.
Besi (Fe)
Kadar Fe sebesar 50 250 ppm dalam tanaman dinilai cukup. Besi diambil oleh tanaman dalam bentuk
ion ataupun dalam bentuk garam-garam kompleks organik (chelate) dan dapat juga diabsorpsi oleh
daun apabila besi sulfat atau kompleks Fe organik diberikan melalui daun. Pada beberapa tanaman,
jarum-jarum besi yang dibenamkan ke dalam batang dapat merupakan sumber besi bagi tanaman itu.
Walaupun Fe
3+
dapat siabsorpsi oleh tanaman, tetapi dalam proses metabolisme ion Fe
2+
yang aktif.
Oleh sebab itu dapat terjadi bahwa walaupun kadar ion ferri banyak di dalam jaringan tanaman, gejala
kekurangan besi dapat juga timbul.
Kekurangan besi sering terjadi di tanah-tanah berkapur atau tanah alkali tetapi juga dapat timbul di
tanah-tanah asam apabila dilakukan pemupukan fosfat yang terlalu berat. Tanaman-tanaman yang
sering menunjukkan gejala ini adalah jeruk, sorghum, kedele, jenis sayur-sayuran dan tanaman liar, dan
sebagainya.
Gejala kekurangan mula-mula terlihat pada daun yang muda karena tidak dapat ditranslokasi dari bagian
yang tua ke bagian meristem. Sebagai akibatnya pertumbuhan terhenti. Gejala ini mula-mula timbul
sebagai chlorosis diantara tulang daun yang muda. Dalam keadaan yang lebih lanjut, gejala ini tersebar
cepat ke seluruh helai daun sehingga warnanya menjadi putih.
Fungsi khusus dari besi adalah mengaktifkan berbagai sistem enzym antara lain catalase, cytochrome,
oksidase, aconitase, sintesa khlorofil, peptidilproline hydrolase dan nitrogenesa (dalam fiksasi N
2
,
terdapat pada rhizobium, dll). Kekurangan basi akan melemahkan mekanisme dari sitem prosuksi
khloropyl. Hal ini terbukti dari percobaan dimana kadar khloropyl meningkat dengan pemberian besi
secara terus menerus.
Besi juga diduga mempunyai hubungan dengan sintesa protein khloropyl. Keseimbangan antara jumlah
besi dengan jumlah Mo, P, Mn dan Cu perlu mendapat perhatian khusus.
Besi mampu mengganti sebagian fungsi Mo sebagai kofaktor logam yang penting untuk kegiatan enzym
reduktase nitrat pada kedele.
Mangan (Mn)
Kadar normal dalam tanaman berkisar antara 20-500 ppm. Kekuranga Mn biasanya terjadi bila kadarnya
dalam bagian atas menjadi 15-25 ppm. Mangan diabsorpsi tanaman dalam bentuk ion mangano,
Mn
2+
dan juga dalam bentuk molekul senyawa kompleks organik. Bentuk-bentuk ini dapat juga diserap
melalui daun.
Mangan tidak mobil dalam tanaman sehingga gejala defisiensinya muncul mula-mula pada bagian yang
muda. Pada tahap pendahuluannya gejalanya berupa chlorosis diantara tulang-tulang daun.
Pada tanah-tanah yang masa dimana biasanya kadar Mn tinggi, tanaman akan keracunan. Daun-daun
akan mengkerut ataupun timbul bercak-bercak keratan pada daun.
Terlihatnya Mn dalam fotosintesis terutama adalah pada evaluasi O
2
. Mn juga berperan dalam proses-
proses oksidasi reduksi dan reaksi-reaksi dekarboksilasi dan hidrolisis. Mn juga dapat mengganti Mg
dalam banyak reaksi fosforilasi dan reaksi-reaksi tranfer. Mn juga dilukiskan dalam banyak reaksi enzym
dalam siklus asam sitrat. Dalam hal transformasi enzym Mn sama efektif seperti Mg. Mn mempengaruhi
kadar enzym dalam tanaman dan nampaknya kadar Mn tinggi mendorong pemecahan dari indolencetic
acid (IAA). Juga Mn merupakan aktivator khusus dari enzym prolidase dan glutamyl transferase.
Akhir-akhir ini diketemukan bahwa Mn mempunyai peranan dalam salah satu proses fotokimia seperti
reaksi Hill. Penelitian-penelitian Australia menemukan bahwa Mn merupakan bagian dari chloroplast
tomat. Dalam usaha mengisolasi Mn dari chloroplast dengan konsentrasi KCN yang tinggi ternyata reaksi
Hill terhalang sama sekali. Dari kenyataan ini disimpulkan bahwa Mn secara langsung mengambil bagian
di dalam reaksi Hill pada chloroplast.
Mn seperti halnya dengan unsur-unsur mikro yang lain dibutuhkan dalam jumlah yang kecil sedangakan
dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun. Cara mengatasinya biasanya dengan jalan pengapuran
sampai pH 5.5.

Tembaga (Cu)
Kadar normal Cu jaringan tanaman berkisar antara 5-20 ppm. Defisiensi muncul bila kadarnya menjadi
lebih kecil dari 4 ppm dalam bahan kering. Tembaga diambil tanaman dalam bentuk ion kupri Cu2+, dan
juga dalam bentuk molekul kompleks organik. Bentuk-bentuk ini (garam-garam Cu dan Cu kompleks)
dapat juga diambil melalui daun, sehingga untuk mengatasi kekurangan Cu biasanya dilakukan
penyemprotan pada daun.
Kekurangan Cu biasanya dijumpai di tanah-tanah organosol tetapi juga pada tanah-tanah berkapur dan
berpasir kuarsa. Tanaman yang biasanya respons terhadap pemupukan Cu ialah bit, clover, carrots,
jagung, gandum, dan pohon buah-buahan. Gejala defisiensinya untuk tiap jenis tanaman berbeda. Pada
tanaman jagung daun-daun termuda berwarna kuning dan pertumbuhannya tertekan, dan apabila
keadaan kekurangan makin parah maka daun-daun yang muda menjadi putih pucat sedangkan daun
yang tua mati. Pada tingkat yang lebih lanjut jaringan-jaringan pada ujung-ujung dan tepi daun mati dan
memberikan gejala kekurangan Cu mula-mula berupa warna pucat dari daun-daun muda dan ujung-
ujungnya mati. Sedangkan banyak tanaman sayuran yang kekurangan Cu memperlihatkan tanah layu,
kemudian timbul bercak-bercak hijau kebiruan, menjadi chlorotik, mengeriting dan bunga-bunga biasa
tidak terbentuk.
Cu berfungsi sebagai aktivator untuk berbagi enzym yang meliputi tyrosinase, laktase, oksidase asam
askorbat. Juga berfungsi pada photosynthetic electron transport dan dalam pembentukkan nodule (tidak
langsung).
Kekurangan Cu juga menyebabkan akumulasi besi pada tanaman jagung dan terutama pada nodenya.
Seperti halnya dengan besi dan Mn, jumlah Cu yang haris ada di dalam tanaman harus dihubungkan
dengan jumlah logam-logam berat yang lain. Hal ini mungkin lebih penting daripada jumlah absolutnya,
agar tanaman dapat berfungsi dengan baik.
Seng (Zn)
Kadar normal dalam bahan kering berkisar antara 25-150 ppm. Kurang dari 25 ppm tanaman akan
kekurangan Zn dan lebih dari 400 ppm akan keracunan. Seng diambil tanaman dalam bentuk Zn
2+
tetapi
juga dapat diambil dalam bentuk molekul garam kompleks organik seperti EDTA. Pemberian garam-
garam Zn yang larut maupun Zn kompleks melalui daun merupakan cara yang sering ditempuh untuk
mengatasi kekurangan Zn.
Defisiensi Zn telah dikemukakan pada berbagai tanaman antara lain pada tanaman jagung, sorghum,
jeruk, polong-polongan, kapas dan berbagai tanaman sayuran. Gejala pertama terlihat pada daun yang
muda dimulai dengan khlorosis diantara tulang-tulang daun diikuti dengan berkurangnya laju
pertumbuhan tunas dan dapat memberikan gejala roset untuk beberapa tanaman.
Gejala yang umum terjadi pada tanaman adalah :
1. Timbulnya daerah-daerah berwarna hijau muda, kuning, atau putih diantara tulang-tulang daun
terutama daun-daun yang tua di bagian bawah.
2. Jaringan-jaringan pada daerah tersebut di atas mati.
3. Ruas-ruas tanaman/ batang memendek sehingga daun-daunnya memberikan bentuk roset.
4. Daun-daun menjadi kecl, sempit dan agak tebal. Bentuknya seringkali tidak sempurna.
5. Daun-daun lebih cepat gugur.
6. Pertumbuhan tertekan.
7. Bentuk buah seringkali tidak sempurna dan kecil atau tidak berbuah sama sekali.
Seperti halnya dengan unsur hara mikro yang lain, seng dalam kadar yang relatif kecil dapat bersifat
racun bagi tanaman. Kesetimbangan konsentrasinya di dalam tanaman dengan konsentrasi logam-logam
berat yang lain adalah lebih penting daripada konsentraso absolutnya. Kekurangan Zn biasanya timbul
pada tanah-tanah berkapur atau tanah-tanah yang diberi perlakuan P berat.
Fungsi Zn dalam tanaman meliputi (1) metabilisme auxin (meliputi sintesa tryptofan dan metabolisme
tryptamin, (2) dehydrogenase enzym, (3) fosfodiesterase, (4) carbonic anhydrase, (5) superoksida
dismutase, (6) mendorong pembentukkan cytochrome, dan (7) menstabilkan fraksi ribosom.

Molibdenum (Mo)
Kadar normal dalam bahan kering tanaman adalah kurang dari 1 ppm, tetapi kurang dari 0.2 ppm
tanaman akan kekurangan Mo. Tetapi dalam kasus-kasus ekstrim kadar Mo dalam tanaman dapat
mencapai 1000-2000 ppm. Kadar Mo dalam nodule kacang-kacangan dapat mencapai 10 kali kadarnya
dalam daun.
Peranan Mo sebagai unsur essensiil baru saja ditetapkan dibandingkan dengan unsur-unsur lain. Mo
mungkin sekali diambil tanaman dalam bentuk MoO
4
2-
. Dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, dan
kelebihan sedikit saja dapat bersifat racun bagi ternak yang memakan bahan hijauan hasil perlakuan Mo.
Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pemupukan Mo terutama disebabkan karena jumlah yang terlalu
kecil. Di Australia biasanya hanya dicampur 24 oz oksida Molibdat dengan 2240 lb superfosfat. Untuk
mendapatkan suatu campuran yang meratapun merupakan suatu masalah.
Gejala defisiensinya banyak dikemukakan pada berbagai tanaman dan biasanya dimulai dengan gejala
chlorosis diantara tulang-tulang daun. Pada tanaman polong-polongan daun-daun biasanya menjadi
kuning pucat dan pertumbuhannya tertekan. Gejala ini juga merupakan ciri khas dari kekurangan
nitrogen. Hal ini disebabkan karena Mo dibutuhkan oleh Rhizobium untuk fiksasi N. Mo juga dibutuhkan
oleh tanaman-tanaman bukan polong-polongan, untuk reduksi nitrat.
Kekurangan Mo akan menggangu fiksasi nitrogen, asimilasi nitrogen dan reduksi nitrat yang berarti
mengganggu sintesa asam-asam amino dan protein. Mo juga mempengaruhi akumulasi nitrat dan
menekan aktivitas oksidase asam askorbat dan merupakan aktivator bagi enzym reduksi nitrat dan
oksidase xanthine.

Chlor (Cl)
Kadar Cl dalam tanaman biasanya berkisar antara 0.2 2 %, tetapi kadar 10% tidak biasa ditemukan.
Chlor diabsorpsi tanaman dalam bentuk Cl
-
dan baru saja ditetapkan sebagai unsur essensiil (pertengan
1950). Brom dalam konsentrasi yang agak tinggi dapat mengganti sebagian fungsi dari chlorseperti
halnya antara natrium dengan kalium.
Hingga saat ini kekurangan chlor terbanyak dikenal dalam penelitian dengan kultur hara di rumah kaca.
Tetapi beberapa tanaman dilapangan menunjukkan respons terhadap unsur ini, seperti tembakau,
tomat, lobak, kol, bit, gandum, jagung, kentang, kapas, carrots dan erces.
Chlor dalam jumlah yang berlebihan dapat merusak tanaman seperti pada tembakau dan kentang.
Untuk kedua specien ini, daun-daun menebal dan cenderung menggulung. Dalam keadaan yang
berlebihan ini, maka kwalitas penyimpanan dari kentang dan kwalitas bakar dari tembakau akan
berkurang.
Gejala defisiensi chlor sukar dikenal. Dikatakan bahwa tanaman yang kekuranagn chlor memperlihatkan
warna daun seperti perung. Pada percobaan dengan kultur hara di rumah kaca, kekurangan chlor
menekan perkembangan akar. Pengetahuan tentang fungsi chlor dalam nutrisi tanaman relatif belum
ada. Cl belum ditemukan dalam hasil metabolisme sehingga peranannya diduga erat kaitannya dengan
tekanan osmotik cairan sel, dan kemungkinan dalam hubungan dengan peranan netralisasi dari kation
yang berdampak pada proses-proses biokimia dan biofisik. Cl juga dapat menjadi counter ion pada saat
kadar K
+
meningkat, jadi dengan demikian menjaga turgar daun dan bagian tanaman yang lain. Cl juga
ternyata berperan dalam evolusi O
2
pada photosystem II dalam proses photosintesa. Serapan NO
3
-
dan
SO
4
=
dapat berkurang karena bersaing dengan Cl
-
.

Cobalt (Co)
Belum diketahui apakag cobalt dibutuhkan oleh tanaman tingkat tinggi walaupun telah ditemukan
beberapa pengaruh dari unsur ini terhadap jenis leguminosao. Cobalt dibutuhkan oleh rhizobium untuk
fiksasi nitrogen sehingga bertitik tolak dari produksi polong-polongan secara biasa, maka unsur ini dinilai
essensiil. Cobalt penting untuk rhisobium karena ia merupakan pembentuk vitamin B12
(cyanicibalamine), yang sangat penting untuk pembentukkan heamoglobin dan diperlukan untuk fiksasi
nitrogen.
Penelitian-penelitian tentang peranan Co terhadap ektivitas rhizobium menunjukkan bahwa rhizobium
yang diinokulasi pada tanaman legume dengan media bebas cobalt, tidak tumbuh. Percobaannya sulit
karena konsentrasi yang dipakai terlalu kecil, berkisar antara 0.1 1.0 ppb (part per billion : 1 billion =
1.000.000.000) sesuai dengan kebutuhan organisme-organisme ini.
Peneliti-peneliti Rusia akhir-akhir ini mendapatkan bahwa cobalt dapat memperbaiki pertumbuhan,
transpirasi dan photosintesa dan pada kacang-kacangan dan mustard, kadar chlorophyl dalam daun
baik. Selanjutnya dikemukakan bahwa kadar air dan aktivitas katalase dalam daun bertambah,
sedangkan konsentrasi cairan sel berkurang karena perlakuan cobalt.
Peranan cobalt selain dalam sinthesa vitamin B12, belum diketahu. Tetapi ada percobaan yang
menunjukkan bahwa kemungkinan cobalt merupakan salah satu dari logam-logam yang mengaktifkan
enzym-enzym arginase, lecithinase, exalacetic decarboxylase dan enzem malat, tetapi ia tidal
mempunyai fungsi khusus.

Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur yang essensiil bagi ganggang hijau, scenedesmus, tetapi untuk tanaman
tingkat tinggi belum terbukti. Vanadium dapat mengganti molybden sampai batas-batas tertentu dalam
butriso azotobakter. Beberapa peneliti mengemukakan pendapat tentang peranan V pada rhizcbium,
tetapi belum diterima secara umum. Hubungan unsur ini dengan nutrisi tanaman sama sekali belum
diketahui.
Natrium (Na)
Kadar dalam tanaman dapat berkisar dari 0.1 10 % dalam daun kering. Natrium diabsorpsi dalam
bentuk Na
+
. Secara umum natrium belum diakui sebagai unsur esensiil, tetapi essensiil bagi tanaman-
tanaman dari golongan C
4
. tetapi hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa unsur ini essensiil untuk
tanaman bit dan bukan sekedar sebagai pengganti peranan kalium. Telah lama diketahui bahwa
pertumbuhan beberapa tanaman distimulir oleh perlakuan natrium dan terutama terjadi pada tanah-
tanah yang kekurangan kalium. Ada beberapa tempat di Indonesia dimana petani memupuk pohon
kelapanya dengan garam dapur.
Natrium mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan.
Pada tanah-tanah dengan kadar natrium rendah, daun-daun tenaman bit menjadi hijau tua dan tipis.
Tanaman cepat menjadi layu. Gejala nekrotik diantara tulang daun dapat juga terjadi seperti kalium.
Peranan kalium dalam proses fisiologi belum banyak diketahui, tetapi beberapa yang telah diketahui
adalah (1) dalam akumulasi asam eksalat, (2) peran bersama dengan K, (3) dalam pembukaan stomata,
dan (4) mengatur reduktase nitrat.

Silikon (Si)
Dalam tanah terutama terdapat bentuk Si(OH)
4
dan diduga tanaman menyerap dalam bentuk ini.
Essensialitas dari Si untuk pertumbuhan tanaman tingkat tinggi merupakan pertanyaan yang hangat.
Akhir-akhir ini telah ditetapkan bahwa Si essensiil bagi padi, tebu dan rumput disamping beberapa
tanaman lain seperti gandum, ketimun, desmondium clover, lettuce, dll. Pentingnya Si bagi ganggang
telah lama diketahui tetapi akhir-akhir ini peneliti-peneliti Jepang dalam percobaan dengan kultur hara
menemukan bahwa pada tanaman padi silikon dapat menambah tinggi tanaman, jumlah batang, berat
basah, dan berat kering tanaman. Apabila pada masa reproduksi pemberian Si dihentikan maka jumlah
butir tiap malai dan persentase biji yang masa berkurang. Diduga mungkin Si juga essensiil untuk
beberapa tanaman lain seperti ketimun dan gandum.
Fungsi Si dalam proses metabolisme dan fisiologi tanaman belum ditemukan. Namun Si nampaknya
berperan dalam menjaga agar daun-daun tidak terkulai sehingga meningkatkan photosintesa,
meningkatkan resistensi terhadap hama, dan meningkatkan daya oksidasi akar sehingga tanaman padi
lebih toleran terhadap kadar Fe dan Mn yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai