BIMFI
BERKALA
ILMIAH
MAHASISWA
FARMASI
INDONESIA
Volume 2 No. 2
Januari - Juni 2014
BIMFI
ISSN 2302-7851
Volume 2 No. 2
Januari - Juni 2014
BERKALA
ILMIAH
MAHASISWA
FARMASI
INDONESIA
BIMFI
SUSUNAN PENGURUS
BOARD OF TRUSTEE
Dr. Ahmad Muhtadi, MS., Apt
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
BOARD OF DIRECTOR
Rahmi Khamsita, S.Farm., Apt
PENANGGUNG JAWAB
ISMAFARSI
PIMPINAN UMUM
M. Khairuman Universitas Padjadjaran
SEKRETARIS
Anggita Sekarsari Universitas Padjadjaran
DEWAN REDAKSI
Agus Al Imam B. Universitas Indonesia
Sujatmoko Universitas Padjadjaran
Oktavia Rahayu A. Universitas Brawijaya
Yonika Arum Larasati Universitas Gadjah Mada
PUBLIKASI
Retno Rela Mahanani S. Universitas Indonesia
Ade Putri Yulianti Universitas Tanjungpura
Jihan Shasika Rani Universitas Andalas
Nia Anzini Universitas Tanjungpura
Aris Setiyo Universitas Airlangga
Prima Ramadhani Universitas Andalas
Muliawati Universitas Hasanuddin
PIMPINAN REDAKSI
Nita Kristiani Universitas Gadjah Mada
ii
DAFTAR ISI
ISSN 2302-7851
Susunan Pengurus...................................................................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................................................................
Petunjuk Penulisan................................................................................................................................
Setitik Ilmu.................................................................................................................................................
Sambutan Pimpinan Umum...............................................................................................................
ii
iii
iv
ix
x
PENELITIAN
Formulasi Ekstrak Seduh Hepatoprotektor dari Ekstrak Sambiloto (Andrographis
paniculata)
Willi Tri Andika, Sujatmoko, M. Khairuman
..................................................................................................................................................................................................................................
64
Preparasi, Karakterisasi dan Uji Efektivitas Lotion Fitosom Ekstrak Pegagan (Centella
asiatica) pada Mencit (Mus musculus) Balb/c Model Dermatitis Kontak Iritan
Oktavia Rahayu A, Pipit Sulistiyani, Zulkarnaen, Putri Fitri Alfiantya, Edwina Narulita Sari
..................................................................................................................................................................................................................................
71
Activity Test of Lumbricus rubellus Protein Isolate on Bacillus subtilis with Agar Difussion
Method
V. Noviani, T. Terrawati, F. D. Anggraini, S. E. Suherman, M. A. Taufik
..................................................................................................................................................................................................................................
82
Aktivitas Inhibisi Pseudomonas aeruginosa oleh Protein Cacing Tanah dengan Metode
Difusi Cakram
Susanti, Fitri Devi M, Zila Khuzaimah, Intan WS, Ika S, Riska R
..................................................................................................................................................................................................................................
87
ADVERTORIAL
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Sediaan
Masker Peel Off sebagai Antioksidan
Sri Rahayu Evrilia, Hana Nopia, Sri Yannika
..................................................................................................................................................................................................................................
94
Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) sebagai Obat Kumur untuk
Pengobatan Karies Gigi
Farah Naufal Kartiwa, Bella Fikka Gamila
..................................................................................................................................................................................................................................
101
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Oksitosin sebagai Peptida Terapetik Antiobesitas dan Antidiabetes
Dewi Okta Briana, Oktavia Rahayu A
..................................................................................................................................................................................................................................
109
iii
PETUNJUK PENULISAN
Pedoman Penulisan Artikel
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI)
Indonesian Pharmacy Student Journal
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) adalah publikasi tiap enam bulanan yang
menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi
validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMFI menerima artikel
penelitian asli yang berhubungan dengan kelompok bidang ilmu farmakologi, farmasetika,teknologi
sediaan farmasi, farmakognosi, fitokimia, kimia farmasi, bioteknologi farmasi, artikel tinjauan pustaka,
laporan kasus, artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta
editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa
farmasi.
Kriteria Artikel
1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu farmasi, kesehatan masyarakat, dan ilmu dasar
farmasi. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks
(pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu
dalam dunia farmasi, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.
3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini
ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi farmasi. Format
terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4. Artikel penyegar ilmu farmasi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik
yang sangat menarik dalam dunia farmasi atau kesehatan, memberikan human interest karena
sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada
hal-hal dasar atau farmasi yang perlu diketahui oleh pembaca.
5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia farmasi dan kesehatan, mulai dari
ilmu dasar farmasi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang
farmasi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia farmasi. Artikel ditulis sesuai kompetensi
mahasiswa farmasi.
6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam,
bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa farmasi).
7. Advertorial: artikel singkat mengenai obat atau kombinasi obat terbaru, beserta penelitian, dan
kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka.
iv
9. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan
merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
10. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
11. Tabel
12. Gambar
13. Metode statistik
14. Ucapan terima kasih
15. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam
keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat
1. Artikel dalam jurnal
i.
Artikel standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.
Penulis lebih dari enam orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in
Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
vi
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY):
Delmar Publishers; 1996.
ii.
iii.
iv.
v.
Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of
the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19;
Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
vii
vi.
vii.
viii.
Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation].
St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
ix.
x.
Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995.
3. Materi elektronik
viii
i.
ii.
iii.
Arsip komputer
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2.
Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.
SETITIK ILMU
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI)
Indonesian Pharmacy Student Journal
Satu-satunya jurnal mahasiswa farmasi Indonesia
Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia (BIMFI) atau Indonesian Pharmacy Student Journal
merupakan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia
(ISMAFARSI) setiap enam bulan sekali.
Berkala ilmiah ini merupakan langkah awal ISMAFARSI dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa
farmasi akan berkala ilmiah dan upaya pemetaan penelitian terkait ilmu kefarmasian di Indonesia.
Maka dari itu, BIMFI berazaskan dari, oleh, dan untuk mahasiwa. Kriteria jenis tulisan yang tercantum
dalam BIMFI adalah penelitian asli, tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar, editorial,
petunjuk praktis, dan advertorial yang dibuat oleh mahasiswa farmasi Indonesia. Karya ilmiah yang
dipublikasikan merupakan artikel terbaik yang sudah menjalani tahap penyaringan dan penilaian. Hal
tersebut didukung oleh sistem redaksional yang digunakan, yaitu seleksi oleh editor dan redaktur, serta
penilaian oleh mitra bestari, yang ahli di bidangnya masing-masing.
Karya ilmiah yang dimuat dalam BIMFI terbagi dalam kelompok bidang ilmu, seperti
Farmakologi, Farmakoterapi, Farmasetika, Teknologi Sediaan Farmasi, Farmakognosi, Fitokimia, Kimia
Farmasi, Analisis Farmasi, Mikrobiologi Farmasi, dan Bioteknologi Farmasi. Karya yang dipublikasikan
adalah tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa farmasi.
Sebagai tahap awal penyebaran, BIMFI dalam bentuk cetak akan dibagikan ke beberapa
Fakultas atau Prodi Farmasi di Indonesia. Pada tahap selanjutnya, BIMFI akan dibagikan ke seluruh
Fakultas atau Prodi Farmasi, Asosiasi Institusi Farmasi, Organisasi Profesi Farmasi, dan beberapa
perpustakaan di Indonesia untuk menjamin penyampaian informasi kepada para mahasiswa farmasi
Indonesia. Selain itu, BIMFI juga tersedia dalam bentuk electronic journal yang bisa diakses di website.
Dengan demikian, BIMFI diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa farmasi akan informasi
ilmu kefarmasian.
ix
M. Khairuman
Penelitian
ABSTRAK
Masalah kesehatan yang muncul sering kali lambat disadari kemunculannya, seperti masalah
kerusakan hati yang sulit dideteksi. Karena itu diperlukan suatu agen praktis sehari-hari yang dapat
mencegah kerusakan hati akibat makanan maupun xenobiotik. Penelitian ini ditujukan untuk membuat
formulasi ekstrak seduh sambiloto (Andrographis paniculata) yang memiliki andrografolid dengan
aktivitas antihepatotoksik yang baik. Penelitian ini dimulai dengan melakukan praformulasi untuk
menentukan dosis, ekstraksi simplisia sambiloto menggunakan metode soxhletasi dengan pelarut
etanol 95%, kemudian dilakukan karakterisasi ekstrak cair, pengentalan ekstrak, karakterisasi ekstrak
kental, dan tahap formulasi. Hasil rendemen ekstrak yang didapatkan sebanyak 4,33% b/b;pH 6;enam
bercak berpendar pada sinar UV 254 nm dan UV 366 pada ekstrak cair dan tiga bercak pada sediaan
dengan eluent etil asetat:kloroform:metanol 0,66:8,9:0,44; kadar air 20% v/b; bobot jenis 0,815;
kerapatan 0,784 g/mL; kadar sari larut air 6%; kadar sari larut etanol 17% dan DER 23,11. Didapatkan
formula untuk ekstrak seduh untuk dua kali pemberian sebagai berikut: ekstrak sambiloto 2,7 g;
NaCMC 1%; PGA; 2%; propil paraben; 0,05%, amilum 30%; sukrosa 40%.
Kata kunci: sambiloto, hepatoprotektor, formulasi ekstrak seduh
ABSTRACT
Health problems are mostly late to be aware of, for instance liver damage which is almost impossible
to detect in early stage. Due to this problem, a practical daily agent of hepatoprotector caused by
foods and xenobiotics is highly needed. This research aimed to formulate an instant granule of
sambiloto (Andrographis paniculata) that has andrographolide a good antihepatotoxicity agent. This
research began with preformulation to determine dose, extraction of sambiloto simplisia by
soxhletation using ethanol 95% as solvent; then characterization of liquid extract and extract
thickening was done, and next step was formulation. The rendemen result came up with 4,33% w/w;
pH 6; six fluorescents spotted under UV 254 nm and UV 366 nm for liquid extract and three
fluorescents spotted for the granule, eluent consisted of ethyl acetate:chloroform:methanol
0,66:8,9:0,44 were used; water content 20% v/w; specific grafity 0,815; density 0,784 g/mL; extract
dissolved in water 6%; extract dissolved in ethanol 17%; and DER 23,11. Formula earned from
analysis for two dose of instant granule: sambiloto extract 2,7 g; NaCMC 1%; PGA; 2%; propyl
paraben; 0,05%, amylum 30%; andsucrose 40%.
Keywords: sambiloto, hepatoprotector, instant granule formulation
64
1. PENDAHULUAN
Saat
ini,
semakin
masalah
kurang
sehat.
Hal
banyak
ini
mengakibatkan
infeksi
(immunostimulan).
membuat
beralih
masyarakat
menggunakan obat
Sambiloto
mulai
dikenal
dengan
berbagai
dan
merangsang
Sambiloto
untuk
fagositosis
memiliki
efek
aktif
andrographolid
sebagai
terbukti
hepatographolid
(4)
(3)
yaitu
merupakan
(1)
tanaman
asli
akut
yang
peningkatannya
lebih
spesifik
daripada
(4)
berbentuk
tema
dengan
tinggi
berwarna
berukuran
kecil,
putih
keunguan.
berbentuk
Buahnya
silindris,
dan
(2)
seduh
merupakan
neo-andrografolid,
65
dapat
mengakomodasi
memperbaiki
rasa
dosis
dari
besar,
ekstrak
dan
sambiloto.
diuapkan
sampai
diperoleh
ekstrak
kental
ataupun kapsul
2. METODE
dilakukan
Penelitian
Fitokimia
dilakukan
Fakultas
di
Laboratorium
Farmasi
Universitas
dengan
ekstrak
sambiloto
menetapkan
beberapa
parameter, yaitu :
1. Ekstrak Cair
A. Penetapan pH
Penetapan
pH
dilakukan
dengan
dan sukrosa.
B. Pola Dinamolisis
C. Pola KLT
2.1. Formulasi
Berdasarkan jurnal penelitian Sambiloto
memiliki aktivitas hepatoprotektor pada tikus
yang berbobot 200 g pada dosis 500mg/KgBB.
2. Ekstrak Kental
A. Rendemen Ekstrak
(6)
sehingga
untuk
mempermudah
Rendemen (%) =
X 100 %
BS = Berat Simplisia
B. Organoleptik Ekstrak
Pemeriksaan organoleptik ekstrak kental
dilakukan
menggunakan
pancaindera
yang
2.3. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah
soxhletasi, dengan menggunakan pelarut etanol
95%. Sejumlah simplisia dimasukan dalam alat
66
Kemudian
kerapatan
air
dapat
ditetapkan.
Kemudian
selama
18
jam
dan
BJ (ekstrak) =
KA = Kerapatan Air
D. Kadar Air
didiamkan
dibiarkan
mendingin
sampai
dikocok
berkali-kali
selama
jam
penangas
berlangsung
ekstrak semula.
suling.
dipanaskan
udara,
dengan
sehingga
lambat
menggunakan
penyulingan
tetapi
teratur.
Formulasi
air-
sediaan
ekstrak
seduh
terkandung
dalam
daun
sambiloto
67
Formula umum :
R/
Ekstrak Sambiloto
2,7g
NaCMC
1%
Gom Arab
2%
PropilParaben
0.05%
Amilum
30%
Sukrosa
40%
sachet.
Sediaan
dibuat
menjadi
bentuk
total sediaan.
Ekstrak
seduh
merupakan
1. Ekstrak Cair
A. Penetapan pH
kerjanya
ini adalah 6.
yang
berbeda,
gom
arab
akan
B. Pola Dinamolisis
paraben
digunakan
sebagai
menghambat
Digunakannya
No.
Bercak
1.
2.
68
pertumbuhan
propilparaben
ialah
bakteri.
karena
Pereaksi
-
2. Ekstrak Kental
Tabel 2. Standardisasi Ekstrak Kental
No.
1.
230 gram
9,95 gram
Rendemen
2.
3.
Bentuk
Ekstrak Kental
Warna
Hijau Tua
Rasa
Pahit
Bau
11,71 gram
21,33 gram
Berat air
9,62 gram
0,962 g/ml
19,55 gram
Berat ekstrak
7,84 gram
Kerapatan ekstrak
0,784 g/ml
2 gram
Volume air
0,4 ml
20% v/b
500 gram
0 ml
0 % v/b
115,71 gram
115,77 gram
Berat sari
Kadar sari larut air
7.
0,815
Kadar air
6.
10 ml
Kerapatan air
5.
Pemeriksaan Organoleptis
Volume piknometer
4.
Hasil
0,06 gram
6 % v/b
133,54 gram
133,71 gram
Berat sari
0,17 gram
17 % b/b
kadar air yang masih cukup tinggi 20% v/b hal ini
69
Ekstrak
Sediaan
0,056
0,27
0,34
0,61
0,8
0,87
0,044
0,278
0,3
0,53
Sinar
tampak
Kuning
Hijau
Biru
-
Pengamatan
UV254 nm
UV366 nm
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
Kuning
366 nm
Kuning
Biru
Kuning
Merah
Merah
Kuning
Biru
-
Pereaksi
-
254 nm
DAFTAR PUSTAKA
[1]
4. SIMPULAN
[2]
Simplisia
sambiloto
diekstraksi
[3]
[4]
70
Penelitian
ABSTRAK
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan penyakit kulit yang sering terjadi akibat paparan zat iritan
yang menginduksi inflamasi kulit tanpa melibatkan produksi antibodi. Pendekatan terapeutik DKI
hanya berupa pemberian kortikosteroid topikal atau sistemik, yang tentunya dapat memberikan efek
samping dalam jangka panjang seperti atrofi kulit. Salah satu tanaman herbal di Indonesia, yaitu
pegagan (Centella asiatica) mengandung glikosida saponin triterpenoid yang mempunyai efek
sebagai antiinflamasi. Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian efek ekstrak dan fitosom ekstrak
herba pegagan dalam bentuk sediaan lotion terhadap DKI pada mencit model dermatitis kontak iritan.
Fitosom ekstrak dibuat sebagai model drug delivery system untuk meningkatkan efek terapi ekstrak
pegagan. Ekstrak dan fitosom ekstrak dikarakterisasi dengan menggunakan spektroskopi FT-IR, LCMS/MS, dan SEM. Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas sediaan lotion fitosom ekstrak pegagan
(L2) yang dibandingkan dengan lotion ekstrak pegagan tanpa diformulasikan dalam bentuk fitosom
(L1) sebagai penatalaksanaan dermatitis kontak iritan. Simplisia herba pegagan diekstraksi secara
maserasi dengan pelarut etanol selama 24 jam dengan re-maserasi 3 kali. Dermatitis kontak iritan
diinduksi dengan sodium lauril sulfat (SLS) yang diaplikasikan sehari sekali selama 3 minggu pada
kulit dorsal mencit Balb/c. Mencit dikelompokkan menjadi 6 kelompok: kontrol negatif, kontrol positif,
kelompok perlakuan preventif (L1, L2) dan kelompok perlakuan kuratif (L1,L2). Perubahan patologi
dievaluasi menggunakan pewarnaan H & E. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa rentang diameter
fitosom antara 1,39-2,06 m.Spektrum FT-IR menunjukkan fitosom memiliki pola serapan dengan
jenis ikatan O-H, C-H, C-O, dan C=C. Hasil spektogram menunjukkan adanya asiatikosida dengan
berat molekul m/z 957,00 yang dikalkulasikan untuk m/z 468,30; m/z 469,54; dan m/z 470,89.
Asiatikosida yang terkandung pada setiap gram ekstrak adalah 3,02% dan pada fitosom adalah
0,342%. Uji mutu farmasetik yang dilakukan adalah tipe emulsi berupa m/a dan pH 5. Uji ANOVA
menunjukkan bahwa pemberian kedua jenis lotion secara bermakna menurunkan jumlah leukosit dan
spongiosit pada jaringan kulit (p=0,00). Kesimpulan penelitian adalah bahwa pemberian lotion fitosom
ektrak pegagan dapat digunakan untuk alternatif penatalaksanaan dermatitis kontak iritan, baik
sebagai preventif maupun kuratif, serta menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan lotion
yang mengandung ekstrak saja.
Kata kunci: fitosom, lotion, DKI, preparasi, karakterisasi, Centella asiatica
ABSTRACT
Irritant contact dermatitis (ICD) is among the most common skin disorders in human that induce skin
inflammation without the production of specific antibodies. The most common therapeutic approach for
these disorders currently relies upon the systemic or topical aplication of corticosteroids. Although
these medications generally improve clinical symptoms, systemic and/or local side effects can occur
with prolonged used. A herbal drug such as Centella asiatica (in Indonesia is known as pegagan)
containing triterpenoid saponins which acts as anti inflammatory. In this research the effectiveness of
extract and phytosome of pegagan extract in form of lotion agains ICD in mice has been caried out.
Phytosome of extract acted as a model of drug delivery system to increase its therapeutic effects.
Extract and phytosome were characterized by using FT-IR, LC-MS/MS spectroscopy and SEM.
However, no study has been conducted to investigate Centella asiatica as anti inflammatory of mice
71
with irritant contact dermatitis models. Centella asiatica extract-phytosome serves as novel drug
delivery system consisting of microscopic vesicle that enhanced the therapeutic effect of plant
extracts. Whether topical application of these herbal extracts display preventive and/or therapeutic
effects on irritant contact dermatitis, thereby avoiding the potential side effects of conventional drug.
The aim of research is to formulate Centella asiatica extract-phytosome and to characterize this
formulation. Also to formulate lotion containing Centella asiatica extract-phytosome and determine
whether this lotion exerts preventive and/or therapeutic effects on ICD mice models. We also compare
the effect of lotion containing Centella asiatica extract-phytosome and lotion containing Centella
asiatica extract only. Centella asiatica extract-phytosome was formulated by mechanical dispersion
method. Complex formation was confirmed by carrying out SEM, LC-MS/MS and FT-IR analysis.
Irritant contact dermatitis was established by topical sodium lauryl sulphate (SLS) as irritant. SLS was
applied once daily for 3 weeks on the dorsal skin of hairless mice. The patological changes induced by
irritant were evaluated using H&E staining. SEM showed Centella asiatica extract-phytosome
diameter range of 1,39-2,06 m. Asiaticoside as the marker compound with antiinflammatory
properties was follows m/z 957,4 as parent mass with 468.30 m/z, 459.54 m/z, 470.89 m/z as product
ion. Our results demostrate that this lotion of Centella asiatica extract-phytosome exhibits both
therapeutic and preventive effects in chronic irritant contact dermatitis. Lotion containing Centella
asiatica extract-phytosome also results better effication in ICD than lotion containing Centella asiatica
extract only. These results suggest that this lotion of Centella asiatica extract-phytosome could
provide an alternative regimen for the prevention and treatment on irritant contact dermatitis.
Keywords: phytosome, lotion, ICD, preparation, characterization, Centella asiatica
1. PENDAHULUAN
kulit
di
yang
epidermis
ditandai
dan
dengan
mempunyai
pada
sel
epidermis.
DKI
dapat
Kurangnya
pengetahuan
dan
kesadaran
alkali.(2)
penggunaan
dalam
menyebabkan
yaitu
DKI.
bekerja.
menyebabkan
kehidupan
tidak dilaporkan.
bahan-bahan
kimia
sehari-hari
(1)
(4)
Pada
suatu
studi
reaksi
epidemiologi
Indonesia
hipersensitivitas
akibat
Penggunaan
sarung
kelembaban
tangan
yang
dapat
berlebih
semakin
mudah
berinteraksi
dengan
kulit.
dan
sebagai perlindungan.
dermatitis
kontak
alergik
(DKA).
DKI
72
penggunaan
obat
(5,6)
antiinflamasi
golongan
(7,8)
atau
nama
latin
yang
dikembangkan
sebagai
cosmeceutical
banyak
secara
diuretik,
memiliki
berperan
ditemukan
dan
Indonesia,
lainnya.
dalam
asiatikosida,
di
proses
asiatic
madecassoside.
Pegagan
acid,
inflamasi,
yaitu
madecasid,
dan
(9,10)
salah
berbasis alam.
satu
modalitas penatalaksanaan
DKI
2. METODE
(11)
formulasi
ini
memperbaiki
konvensional
mikrosphere,
nanopartikel,
obat
dikembangkan
herbal
dan
yang
untuk
dengan
liposom.
saat
mengikat
komponen
hydroxytoluene
dibandingkan
konvensional.
dengan
(12)
ekstrak
herbal
(BHT),
Alat-alat
yang
metilparaben,
digunakan
adalah
lipofilik
fourier
(LC-MS/MS),
menyebabkan
(SEM).
fitosom
bagian
polar
absorbsi
dari
bagian
fitosom
lebih
baik
transform
infrared
scanning
(FT-IR),
electron
liquid
microscopy
73
penelitian
menggunakan
ini
adalah
model
rotary
evaporator
hingga
0
Penghilangan
berkisar
25-35
gram.
Perawatan
dan
kandungan
air
menggunakan
desain
only
terdiri
1500
controlled
atas
ini
menggunakan
group
ekor
design.
mencit.
Terdapat
Kelompok
rpm).
Ekstrak
pegagan
ditambahkan
Matematika
Universitas Brawijaya.
dan
Ekstrak
Ilmu
dan
Pengetahuan
fitosom
Alam,
dikarakterisasi
2.4. Ekstraksi
Setiap
Negeri Malang.
400
gram
serbuk
simplisia
3. Visualisasi partikel
74
kelompok
preventif,
sebelum
diinduksi
terlebih dahulu.
2.9. Pengecekan
1.
ad
homogen.
Kulit
Potong
jaringan
sekitar
1cmx1cm.
dan
uji
organoleptik,
tipe
Metilparaben
dan
Leukosit
Spongiosa
Jumlah
emulsi,
pH,
dan
homogenitas.
Lotion 1 (L1)
Lotion 2 (L2)
Ekstrak pegagan 5%
Fitosom ekstrak
pegagan 5%
alkohol
Gliserin 15%
Gliserin 15%
Metilparaben 0,18%
Metilparaben 0,18%
Tetesi
coverslip
BHT 0,1%
BHT 0,1%
Aquadest ad 100%
Aquadest ad 100%
bertingkat.
dengan
Tetesi
emelian
dan
dengan
tutup
Harris
dengan
3. Pemeriksaan histopalogi
Slide kulit hasil pengecatan HE diperiksa
DKI
dengan
SLS
0,25%
dengan
kelompok
kontrol
ukuran
positif,
1cmx1cm.
pemberian
Untuk
SLS
menggunakan
program
IBM
SPSS
75
(14)
1.
yang
dianalisis
dengan
dan
ditunjang
dengan
penggunaannya
secara
healing.
(15)
merupakan
campuran
menembus
terbentuk
senyawa
salah
yang
satu
karakterisitik
Namun,
fitosom
dapat
serapan
baru
pada
bilangan
76
Ikatan
Jenis vibrasi
-O-H
Ulur
Ekstrak
Lecithin
Fitosom
3413,77
3313,48
3392,55
3338,55
-N-H
Ulur
3313,48
3392,55
Ulur
2931,60
2925,81
2925,81
2854,45
2854,45
-C-H
I
I
Ulur
3008,75
3010,67
Ulur
1689,10
1743,53
1743,53
Ulur
1647,10
1650,95
1633,59
=C-H
I
-C=O
I
-C=CI
1620,09
Ulur
1519,80
1527,52
1515,94
Tekuk
1452,30
1463,87
1460,01
1411,80
1377,08
1415,65
-C=CC-H
1373,22
1377,08
C-N
Ulur
1269,07
1226,64
1232,43
C-O
Ulur
1054,99
1064,63
1143,71
1058,85
C-H
2.
Tekuk
864,05
921,99
923,84
804,26
869,84
802,33
777,26
829,33
719,40
Asiatikosida
kualitatif
77
3.
Visualisasi Partikel
Scanning
Electron
Microscopy
(SEM)
partikel
fitosom.
Dari
hasil
analisis,
optimasi
formulasi
lotion
yang
dilakukan,
maka
digunakan
kemungkinan
preformulasi,
timbul.(17)
dinyatakan
Pada
bahwa
studi
eksipien-
dalam
air
(m/a),
sesuai
dengan
Kulit
percepatan
yang
lembab
penyembuhan
memungkinkan
dermatitis
kontak
timbul
Konsistensi
jika
lotion
terpapar
sudah
zat
sesuai
iritan.
(18)
dengan
Pemberian
Lotion
sebagai
Penatalaksanaan DKI
Pemeriksaan histopatologi preparat kulit
meliputi perhitungan jumlah sel leukosit yang
merupakan marker terjadinya inflamasi dan
78
identifikasi
spongiosa
yang
merupakan
(Gambar 3.4).
Apabila
yang
lebih
besar
dibandingkan
ANOVA
didapatkan
nilai
p=0,00
penyembuhan
kulit
mencit
lebih
cepat
kontrol
negative
menunjukkan
nilai
tidak
lotion
dapat
digunakan
sebagai
itu
jika
dibandingkan
antara
kuratif
L1
didapatkan
nilai
p=.017.
Pada
Perbandingan
jumlah
leukosit
antara
79
Gambar 3.5. Grafik Jumlah Leukosit dan Spongiosit di setiap kelompok perlakuan.
4. SIMPULAN
[2]
[3]
[5]
[6]
panjang.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
[7]
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
atas
[8]
80
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
World
Health
Organization.
WHO
Monographs on Selected Medicinal Plants
Volume 1. Geneva. 1999.
[16] Turnipseed SB, Andersen WC, Karbiwnyk
CM, Madson MR and Miller KE. Multiclass,
multi-residue
liquid
chromatography/tandem
mass
spectrometry screening and confirmation
methods for drug residues in milk. Rapid
Communications in Mass Spectrometry,
2008.Vol.22 (10): 14671480.
[17] Lambers H., Bloem P., Finkel. Natural Skin
Surface pH is on Average Below 5, Which
is beneficial for its resident. Pubmed. 2006.
Vol 28(5) : 359-370
[18] Mayo Clinic Staff. Dermatitis. Mayoclinic.
2012. Diakses tanggal 2 februari pukul
7.30 WIB
81
Penelitian
ABSTRAK
Secara empiris, cacing Lumbricus rubellus sering digunakan sebagai obat tradisional tambahan untuk
membantu pengobatan penyakit tifus. Lumbricus rubellus dipercaya dapat membunuh bakteri
berdasarkan protein yang dikandungnya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kerentanan bakteri
Bacillus substilis terhadap isolat protein Lumbricus rubellus. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh fraksi protein cacing terhadap zona hambat yang ditimbulkan (sehingga
diambillah fraksi dengan nilai absorbansi tertinggi) yaitu 0,527, 0,643, and 0,434 (nilai absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi protein cacing). Metode yang digunakan adalah difusi agar
dengan melihat zona inhibisi (zona bening) yang terbentuk sebagai suatu tanda timbulnya efek dan
dilakukan pembandingan terhadap baku pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona
inhibisi tidak terbentuk yang menunjukkan bahwa isolat protein cacing belum memberi efek terhadap
bakteri Bacillus subtilis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa isolat protein cacing kurang tepat untuk
digunakan dengan konsentrasi rendah. Konsentrasi isolat protein cacing perlu ditingkatkan untuk
mendapatkan titik penghambatan terutama dalam hal menimbulkan efek bagi tubuh.
Kata kunci: isolat protein, nilai absorbansi, zona inhibisi, Lumbricus rubellus, Bacillus subtilis
ABSTRACT
Empirically, worms Lumbricus rubellus used as an auxiliary drug of typhoid that believed could kill
bacteria with their protein. Observation was used to acknowledge the susceptibility of Bacillus subtilis
toward Lumbricus rubellus worm protein isolate. This practice tried to test the suceptibility of
Lumbricus rubellus toward protein isolate which was got through protein isolation based on different
absorbances (higher absorbance of all fraction), those absorbances are 0,527, 0,643, and 0,434
(absorbance value is comparable with concentration). The method which used was agar diffusion to
test the inhibition zone as meaning gave effect at all fraction, and those fractions were compared with
standard protein isolates. The result showed that the inhibition zones were not formed, it showed that
the worm protein isolate did not give effect to the bactery. This discovery suggested that this worm
protein isolate is not proper to used, moreover the concentration of this isolate needs to be increased
in order to get the inhibition point. This work increases our understanding of the inhibition method.
Keywords: proten isolate, absorbance value, inhibition zone, Lumbricus rubellus, Bacillus subtilis
82
1. INTRODUCTION
gel.
acts
The
solution
was
added
with
as
solvent.
Potassium
dihydrogen
centrifugated
sediment.
in
5 minutes
Afterwards
the
at
6000
rpm.
supernatan
was
purificated
with
gel
filtration
chromatografy
fractions
were
tested
with
wavelength.
with
Then
the
chloramphenicol
fraction
10
mg/ml,
which
had
nematode
centrifugated
in
minutes
and
nematode
to
solubilize
the
sucrose
residu.
83
Gel
stirring
of bed.
buffer
volume
suspense
(swelling
slowly
buffer)
using
stir
and
bar.
been
dampened
by
tris
HCl
buffer.
Gel
absorbance.
84
After
worm
supernatant
has
been
was observed.
Bacillus subtilis.
of gel matrix.
solution
kh2po4,
sentrifugation,
heating
explained below:
was
solution
and
contained
cooling.
When
process,
worm
protein
would
be
85
5. SUGGESTION
This
suggested
that
this
Absorbance
Fraction
discovery
260 nm
280nm
0.597
0.527
0.788
0.643
inhibition point.
21
0.295
0.233
6. ACKNOWLEDGEMENT
We would like to thank all who have
4. CONCLUSION
This worm protein isolation process
begins with the extraction. The extraction process
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
fractions
were
measured
with
high
[3]
86
Penelitian
ABSTRAK
Bagi sejumlah orang, cacing tanah merupakan binatang yang menjijikan. Namun, dibalik tubuhnya
yang panjang dan kurus tersimpan berjuta-juta manfaat. Cacing tanah terkenal sebagai penggembur
tanah, makanan burung, dan digunakan sebagai umpan memancing. Ternyata hewan ini juga
bermanfaat bagi dunia medis dan kesehatan. Orang-orang biasanya menggunakannya untuk
pengobatan tifus, diare, sirkulasi darah, pencernaan, antipiretik, dan menjaga kesehatan kulit. Orangorang mengonsumsinya dalam bentuk kapsul yang mengandung bubuk kering cacing tanah. Cacing
tanah merupakan sumber protein yang baik. Pseudomonas aeruginosa merupakan suatu bakteri gram
negatif, dan berbentuk batang. Pseudomonas aeruginosa biasanya menginfeksi saluran paru, saluran
kencing, luka bakar, luka, dan juga menyebabkan infeksi darah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh fraksi protein cacing tanah dalam penghambatan aktivitas Pseudomonas
aeruginosa. Protein diisolasi dari kapsul cacing tanah. Protein berwarna kemudian dimurnikan dengan
kromatografi kolom.Absorbansi dari 21 fraksi yang dikumpulkan diukur dengan detektor
spektrofotometri UV. Tiga fraksi dengan absorbansi tertinggi digunakan untuk uji inhibisi pertumbuhan
bakteri dengan metode difusi cakram. Fraksi-fraksi ini dapat menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa dengan diameter zona hambat sebesar 1,1 cm; 1,2 cm , dan 1,175 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein cacing tanah dapat menghambat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa.
Kata kunci: cacing tanah, inhibisi, Pseudomonas aeruginosa, difusi cakram
ABSTRACT
For some earthworms are disgusting animals. However, behind the long and slimy body is apparently
saved a million benefits. Earthworms are known as bulking soil, bird food, and used as fishing bait. It
turns out that the animal is also beneficial in the medical world and health. People usually use it for
treatment of typhus, diarrhea, blood circulation, digestion, antipyretic, and maintain healthy skin.
People consume it in capsules containing dried earthworm powder. Earthworms are good sources of
protein. Pseudomonas aeruginosa is a gram-negative, and rod-shaped bacterium. Pseudomonas
aeruginosa typically infects the pulmonary tract, urinary tract, burns, wounds, and also causes
other blood infections. The research was aimed to study the effect of earthworm protein fraction in
inhibition of Pseudomonas aeruginosa activity. Protein was isolated from earthworm capsules. The
colored protein was then purified by column chromatography. The absorbance of 21-collected
fractions were measured by UV-spectrophotometry detector. Three fractions with highest absorbance
were used for bacterial growth inhibition test. The disk-diffusion method was used. These fractions can
inhibit the growth of Pseudomonas aeruginosa with the inhibition zone diameters are 1,1 cm; 1,2 cm;
and 1,175 cm. The results indicated that earthworm protein can inhibit the growth of Pseudomonas
aeruginosa.
Keywords: Earthworm protein, inhibition, Pseudomonas aeruginosa, disk diffusion
87
1. PENDAHULUAN
(1)
sukrosa,
larutan
dapar
M9,
Nematode
(1)
penyembuhan
penyakit.
Secara
tradisional
cacing
dipercaya
dapat
meredakan
tanah
demam,
menurunkan
darah,
tekanan
(2)
Mengenai
protein
dalam
berpotensi
untuk
tabung.
antimikroba
sehingga
dimanfaatkan
sebagai
dilakukan
pengujian
terhadap
mikroba
yang
diujikan
pada
bakteri
Pseudomonas aeruginosa.
2. METODE
Alat-alat
dalam
88
yang
digunakan
disentrifugasi
dengan
kecepatan
6000
rpm
Setelah
itu,
Pseudomonas
750
suspensi
aeruginosa
bakteri
diinokulasikan
ke
merata.
Setelah
gel
memadat,
perforator
hasil
kromatografi
filtrasi
gel
dalam
kolom.
Eluat
ditampung
dalam vial
1,5
a
b
1
s
o 0,5
r
0
b
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
a
n -0,5
No Vial
s
i
absorbansi 260 nm
absorbansi 280 nm
89
Nomor
Vial
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Absorbansi
260 nm
280 nm
0,533
0,520
0,321
0,263
0,431
0,415
0,445
0,436
0,341
0,295
0,352
0,301
0,255
0,156
0,632
0,472
1,072
0,760
0,714
0,517
0,519
0,410
0,180
0,219
0,097
0,077
0,057
0,042
0,004
-0,011
0,009
-0,004
-0,019
-0,033
-0,008
-0,020
-0,028
-0,041
-0,013
-0,025
0,018
-0,005
90
laboratorium biologi.
atau
tris
(hydroxymethyl)
adalah
komponen
utama,
peran
utamanya
dan
mempertahankan
efeknya
dapat
pH
yang
stabil
menggeser
meskipun
pH
Tris
tampaknya
ditambahkan
tidak
sampai
menghambat
pH
6,8.
banyak
Setelah
Cawan
petri
I
II
F1
F2
F3
Antibiotik
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,2
1,15
1,3
1,2
1,25
1,1
1,3
1,2
1,2
1,1
1,15
3,3
3,0
3,15
2,9
2,8
2,85
Ekstrak
cacing
2,0
2,5
2,25
2,1
2,1
2,1
Sampel
Blanko
-
91
3 kali.
hasil
kromatografi
filtrasi
gel
kloramfenikol,
adalah 1,1 cm, 1,25 cm, 1,15 cm, 2,85 cm, dan
spektrofotometri
UV-Vis
pada
bakteri
yang
diperoleh
pertumbuhan
dapat
berturut-turut
dihambat
diketahui
Pseudomonas
oleh
antibiotik
diambil
titik
pengukuran
hasil
cacing
absorbansi
tiga
dari
bahwa
aeruginosa
Dari
ekstrak
tertinggi
untuk
menguji
cacing
menginhibisi
aktivitas
terhadap
Pseudomonas aeruginosa.
92
4. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
aeruginosa
yang
ditunjukkan
[1]
[2]
93
Advertorial
ABSTRAK
Pengembangan sediaan masker peel-off berbasis kulit buah manggis sangat berpotensi untuk
dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu negara penghasil manggis yang cukup besar di dunia.
Masalah utama dari antioksidan berbasis kulit buah manggis ini adalah stabilitas penyimpanannya
yang rendah. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu produk dengan stabilitas yang lebih baik
namun tidak mengurangi manfaat kulit buah manggis, salah satunya adalah dengan
mengembangkannya menjadi formulasi sediaan masker peel-off. Tujuan dari penulisan gagasan ini
adalah untuk memberikan perspektif nilai tambah dari kulit buah manggis sebagai antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencegah penuaan dini. Metode
penulisan berdasarkan analisis sintesis yang memanfaatkan pustaka dari berbagai sumber pustaka.
Gagasan yang diajukan berisi sistem pemecahan masalah limbah kulit buah manggis sehingga dapat
diaplikasikan dalam formulasi sediaan masker peel-off yang digunakan untuk menghambat penuaan
dini yang disebabkan oleh radikal bebas dari sinar UV. Trend masyarakat yang lebih memilih back to
nature ataupun healthy lifestyle turut mendukung terjadinya peningkatan permintaan pasar akan
antioksidan dalam formulasi masker peel-off. Maka dari itu penulis memberikan sebuah solusi nyata
untuk memanfaatkan potensi besar dari antioksidan yang dihasilkan dari kulit buah manggis kedalam
formulasi sediaan masker peel-off yang diharapkan dapat memberikan efek yang positif bagi
kesehatan masyarakat.
Kata kunci : antioksidan, kulit buah manggis, masker peel off.
ABSTRACT
A peel-off mask preparations with mangosteen rind as bases has the potential to be developed in
Indonesia as one of the mangosteen-producing countries in the world. The main problems of
mangosteen peel-based antioxidants are low storage stability. Therefore, its necessary to develop a
product with better stability but doesnt reduce the benefits of mangosteen rind, one of which is to
develop it into a dosage formulation peel-off mask. The purpose of this idea is to provide value-added
perspective of mangosteen rind as an antioxidant that can counteract free radicals and is used to
prevent premature aging. The writing method based on analytical synthesis that utilizes a library of
literature sources. This idea is to solve the problem of waste containing mangosteen rind that can be
applied in a peel-off mask formulation that prevent premature aging caused by free radicals from UV
rays. Trend of the people who prefer back to nature or healthy lifestyle contributed to the increased
market demand for antioxidants in the peel-off mask formulations. Thus the authors provide a real
solution to harness the great potential of antioxidants produced from mangosteen rind into dosage
formulations peel-off mask that is expected to provide positive effect on public health.
Keywords : antioxidants, mangosteen rind, peel-off mask.
94
1. PENDAHULUAN
Peningkatan
degeneratif
peneliti
di
prevalensi
Indonesia,
pangan
dan
penyakit
memotivasi
para
Indonesia
untuk
gizi
(3)
xanton, mangostin,
indigenous
yang
dianugrahkan
oleh
Tuhan
usus.(4)
(1)
(Garcinia
mangostana
L.)
nasional
primadona
Zat
buah
manggis
memanfaatkan
dapat
kulitnya.
dilakukan
dengan
Penelitian-penelitian
aktif
pada
masker
dapat
lebih
lama
wajah.(5)
untuk
permasalahan
memindahkan
peel-off
antimikroba.
(2)
memecahkan
tersebut
masalah
dengan
dan
meminimalisir
dengan
atau
memafaatkan
tidak
menimbulkan
antioksidan
diusahakan mulai
bebas
diharapkan
sekarang.
Radikal
dengan
adanya
gagasan
95
timbulnya penuaan
memberikan
efek
yang
2.2 Antioksidan
sehingga
positif
bagi
kesehatan masyarakat.
Antioksidan
didefinisikan
sebagai
antioksidan
dapat
(7)
Sumber-
dikelompokkan
2. PEMBAHASAN
Kajian
terkini
telah
hidoksi
Antioksidan-antioksidan
ini
terbanyak.
selama
ditambahkan
merupakan
melalui
kandungan
sains
yang
quinon
proses
(TBHQ)
tambahan pangan.
tersebut
pengolahan,
ke
dan
makanan
tokoferol.
merupakan
(c)
senyawa
sebagai
bahan
(7)
(6)
Kulit
manggis
mengandung
(reducing
radicals,
antioksidan,
radikal bebas.
radicals,
di
dalam
yang
oxidizing
kulit
manggis
juga
(7)
96
(6)
Radikal Bebas
(5)
atom
yang
polimer
memperlambat
hidrogen.
berbagai
pemutusan
Antioksidan
laju
(AH)
autooksidasi
mekanisme
diluar
rantai
autooksidasi
dengan
sintetik
(carbopol,
plivinil
alkohol,
mekanisme
dengan
Salah
satu
direkomendasikan
2.5 Masker Peel Off
langkah
untuk
yang
menambah
variasi
manggis
ini
yaitu
gagasan
untuk
ditimbang
yang
menguap,
tipis
dan
terkandung
terbentuklah
dalam
lapisan
masker
film
yang
(8)
sebanyak
500
gram
kemudian
24
jam
maserat
ditampung.
langsung
dengan
Manfaat
dapat
masker
(biasa
gel
dikenal
antara
lain
dilakukan
dan
Kemudian
dikeluarkan
remaserasi
97
dikeluarkan
hasil
untuk
dan
penampungan
ditampung.
pelarut
Seluruh
dicampurkan
3. Uji DPPH
cara
dibasakan
simplisia
dengan
telah
digerus
ml
amonia
atau
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
(,-difenil-pikrilhidrazil)
merupakan
suatu
10%,
pertama
aktivitas
blanko.
B. Uji flavonoid
bagian,
pada
10
yang
DPPH
tabung
reaksi
antioksidan
dengan
menggunakan
spektrofotometri
disaring.
tersebut
Filtrat
yang
didapat
UV-Vis
pada
panjang
monoterpenoid,
seskuiterpenoid,
senyawa
4. Rancangan Formulasi
Masker peel off ekstrak kulit buah
monoterpenoid,
98
Formula 1
Formula 2
(%)
(%)
Ekstrak kulit manggis
*
*
Veegum
10
10
Asam Stearat
5
5
Propylenglycol
10
10
Triethanolamin
2
2
Propil paraben
0,02
0,02
Metil Paraben
0,18
0,18
Alpa tokoferol
0,001
0,001
Olive oil
0,1
0,1
Cetyl alcohol
2
2
Perfume
0,1
0,1
Aquadest
ad100
ad100
Keterangan : * konsentrasi tergantung uji DPPH
5. Pembuatan masker peel off
buah
Formula 3
(%)
*
10
5
10
2
0,02
0,18
0,001
0,1
2
0,1
ad100
(stress
condition)
Formula 4
(%)
*
10
5
10
2
0,02
0,18
0,001
0,1
2
0,1
ad100
yang
Formula 5
(%)
*
10
5
10
2
0,02
0,18
0,001
0,1
2
0,1
ad100
bertujuan
untuk
manggis,
bahan
metyl
paraben,
veegum,
dan
untuk
mempersingkat
waktu
berdurasi 12 jam.
1. Pengamatan Organoleptis
buah
manggis,
metyl
paraben,
veegum,
dan
dipaksakan.
bau
yang
terjadi
selama
kondisi
2. Viskositas
Selain
pengamatan
dilakukan
memiliki
digunakan
organoleptis
pengukuran
keuntungan
dan
viskositas
antara
sampel
uji
lain
juga
dengan
mudah
bisa mudah
uji
atau
tolak
ketidakstabilan
dari
ukur
untuk
sediaan.
mendeteksi
Pengujian
ini
99
3. SIMPULAN
semakin besar.
4. pH
Sediaaan
masker
gel
di
uji
pH
untuk
5. Uji iritasi
4. SARAN
pemanfaatan
kulit
buah
manggis
DAFTAR PUSTAKA
etil
asetat).
Proses
kromatografi
100
Advertorial
ABSTRAK
Karies gigi merupakan permasalahan mulut dan gigi yang sering dijumpai di masyarakat. Saat ini
pengembangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan tradisional telah memberikan inovasi
untuk mengatasi karies gigi. Salah satu tanaman yang berpotensi adalah daun jambu biji. Penelitian
menunjukkan bahwa daun jambu biji memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri penyebab karies
gigi Staphylococcus mutans. Ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menghambat dan membunuh
Staphylococcus mutans pada konsentrasi masing-masing 2% dan 3,5%. Studi pustaka ini akan
membahas tentang sifat antibakteri dari ekstrak daun jambu biji dan melihat potensinya dalam bentuk
sediaan obat kumur yang digunakan untuk mengobati karies gigi.
Kata kunci: ekstrak daun jambu biji, karies, obat kumur
ABSTRACT
Dental caries is a mouth and teeth problems that often found in the community.The current
development of the use of plants as traditional medicine has been providing innovations to address
dental caries. One of the plants that potentially is guava leaves. Research has shown that guava leaf
as antimicrobial acivity against Streptococcus mutans bacteria cause dental caries. Guava leaf extract
proved to inhibit and kill Streptococcus mutans on each 2% and 3,5% concentration. This review
focused on antibacterial properties of guava leaf extract and its potential in the form of a mouthwash
used to treat dental caries.
Keyword: guava leaf extract, caries, mouthwash
101
1. PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan
(Psidium
(2)
guajava
Linn.)
memiliki
aktivitas
(7)
pengobatan
karies
gigi
dapat
46,5%.
(3)
pada
mulut
mutans.
(3)
yang
Telah
disebut
banyak
Streptococcus
penelitian
yang
kumur.
(4)
progresif
tanaman
yang
tanaman
2. PEMBAHASAN
diduga
memberikan
khasiat
biji
(Psidium
guajava
pada
jaringan
(8)
keras
permukaan
(gigi
dan
saliva),
substrat
(makanan),
(10)
internasional.
(5)
berulang-ulang
mengakibatkan
dalam
waktu
demineralisasi
tertentu
akan
yang
102
Streptococcus
mutans
bersifat
menghasilkan asam.
Karies
atau
meningkat
sedangkan
nutrisi
dan
dimulai
palatal
gigi
dari
lapisan
insisivus.
enamel
White
spot
ini
pada
pH
yang
bakteri
yang
sangat
akan
menembus
melambat
dinding
memfermentasi
seterusnya
pada
lapisan
dentin
gigi
pada
mutans
dapat
yang
menempel
karbohidrat
permukaan
mulut
pada
mempertahankan
melibatkan
rongga
sel
turut
pH
rendah,
menggunakan
glucosyltransferase
destruksi.
kelihatan
Dentin
tersingkap
dan
(12)
fermentasi
karbohidrat
mutans adalah
2.2 Streptococcus mutans
untuk
enzim
oleh
menghasilkan
Streptococcus
(15,16,17)
karies
gigi
dapat
restorasi
kerusakan.
gigi
yang
telah
mengalami
(18)
(13)
103
serta
standar
uji
siprofloksasin
l/disc
mm.
flour,
dan
fisur
silen.
penatalaksanaan karies
Pada
tahap
akhir
menunjukkan
ada
tidaknya
pertumbuhan
hambat
ekstrak
daun
jambu
biji
terhadap
(21)
tambal
permanen.
untuk
gigi
sulung
maupun
(18)
S.
No
Treatment
Concentration
(g/ml)
-copanene,
farnesene,
ME
EAF
IF
Standard
humulene,
25
50
75
100
25
50
75
100
25
50
75
100
25
Zone of
Inhibition
(in mm)
for S.
Mutans
10.5
14
16
17.5
11.5
17.5
20
20.5
12
16
18
19.5
25
aktivitas
antibakteri
24 jam pada 37 C.
(21)
dengan :
ME Ekstrak Metanol Daun Jambu Biji;
104
(7)
Kadar
dengan
Hambat
Minimal
konsentrasi
tersebut
(KHM)
ditentukan
2%,
karena
pada
konsentrasi
tampak
jernih.
Sedangkan
(24,25,26,27)
pada
berperan
tidak
sehingga
konsentrasi
yang
lebih
kecil
1,5%
Minimal
streaking
(KBM)
masing-masing
(7)
ditentukan
penting
adalah
membantu
humektan
memperpanjang
dan
waktu
Kadar
dengan
konsentrasi
pada
obat
kumur
dan
mencegah
terjadinya
pengerasan.
Bahan-bahan
yang
digunakan
sebesar 3,5%.
(7)
2.5
obat kumur.(30)
Obat Kumur
Obat
yang
mulut,
rasa
merupakan
agen
menurunkan
tegangan
digunakan
kumur
untuk
adalah
membilas
cairan
rongga
gigi.
(22)
pembusa
juga
permukaan
dapat
sehingga
(23)
105
dalam
akan
kumur.
sediaan
obat
kumur
ini
(31)
Sebagai
kumur
melarutkan
dapat
ketika
digunakan
meningkatkan
misalnya
zat
memberikan
pelarut
dalam
pemberi
efek
rasa
obat
dan
menyegarkan
kelarutan
zat
aktif
dalam
yaitu
asam
mentol;
serta
benzoat.
Selain
pengawet,
itu,
untuk
Na fosfat (Na2HPO4).(36)
Komposisi
Konsentrasi (%)
0,25
Etanol 70 %
Na sakarin
0,15
Mentol
q.s.
Gliserin
10
no.1, CI 42090
(31,33)
Na fosfat
q.s.
0,15
Na lauril sulfat
Asam benzoat
0,05
Aquadest
Ad 100 ml
(34)
106
[5]
[6]
yang
dihasilkan
kemudian
disaring
[7]
(31)
3. SIMPULAN
Daun jambu biji (Psidium guajava) dapat
digunakan dalam pengobatan karies gigi karena
kemampuannya
pertumbuhan
dalam
bakteri
[8]
menghambat
penyebab
karies
[9]
[10]
[11]
2.
Dilakukan
penelitian
untuk
menguji
penggunaannya
[12]
[13]
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[14]
[15]
[16]
[17]
Kecamatan Kawangkoan Utara. Jurnal eGiGi (eG) 2013; Vol. 1; No. 1: 59-68.
Parimin SP. Jambu Biji: Budi Daya dan
Ragam
Pemanfaatannya.
Jakarta:
Penebar Swadaya; 2007.
Prabu, G.R., Gnanamani, A., Sadulla, S.J.
Guajaverin: A Plant Flavonoid as Potential
Antiplaque Agent Against Streptococcus
mutans. J Journal of Applied Microbiology
2006; 101: 487-495.
Hermawan R. Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) sebagai
Antimikroba Terhadap Bakteri Penyebab
Karies Streptococcus mutans Secara In
Vitro
[Skripsi].
Malang:
Universitas
Brawijaya; 2012.
Angela A. Pencegahan Primer pada Anak
yang Berisiko Karies Tinggi. Maj. Ked.
Gigi. (Dent. J.) 2005; Vol. 38; No. 3: 130
134.
Dukic OL, Juric H, Dukic W, Glavina D.
Factors Predisposing to Early Childhood
Caries (ECC) in Children of Pre-School
Age in The City of Zagreb [Dissertation].
Zagreb (Croatia): School of Dental
Medicine, University of Zagreb; 2001.
Brogrdh-Roth S, K Stjernqvist, L Matsson,
G Klingberg. Parental Perspectives on
Preterm Childrens Oral Health Behaviour
and Experience of Dental Care During
Preschool and Early School Years. Int J
Paediatr Dent 2009: 243250.
Mohamad, Salman Salim Bin. Karies Gigi
Pada Anak Usia 20-40 Bulan Dengan
Kelahiran Prematur Di RSU DR. Pirngadi
Medan [Skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2011.
Marsh PD, Martin MV. Oral Microbiology.
5th Ed. New York: Elsevier; 2009.
Gronroos L. General Bacteriology Aspects
of Mutans Streptococci Disseratation
Mannaheimintie [Review of literature].
Helsinki: University of Helsinki; 2000.
Fujiwara T. Etiology and clinical symptoms
of dental caries. Foods Food Ingredients J
2005; 210; 4.
Taubman M. Imagine: A World Without
Cavities. Massachusetts Society Med Res
2007: 1-3.
Anne AS. Indeks DEF-T dan DMF-T
Masyarakat Desa Cipondoh dan Desa
Mekarsari
Kecamatan
Tirtamulya
Kabupaten Karawang. Jurnal Kedokteran
Gigi Unpad 2008: 1-4.
Sasmita
dan
Pertiwi.
Identifikasi,
Pencegahan, dan Restorasi sebagai
Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak.
[Tinjauan Pustaka]. Bandung: Universitas
Padjadjaran; 2009.
107
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
108
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
[34]
[35]
[36]
[37]
Tinjauan
Pustaka
ABSTRAK
Beberapa tahun terakhir, peptida banyak dikembangkan sebagai terapi untuk obesitas. Dalam
artikel ini, kami telah mengkaji potensi dan efikasi dari oksitosin (OXT) pada terapi obesitas dan
diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan pada studi hewan coba dan beberapa studi yang telah
dilakukan pada manusia, OXT memiliki efek terapetik sebagai antiobesitas dan antidiabetes
melitus tipe 2 dengan mengontrol berat badan, meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin, dan menurunkan perlemakan hati, sehingga OXT sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai peptida terapetik obesitas dan diabetes melitus tipe 2. Penelitian
lebih lanjut mengenai studi pada manusia perlu dikembangkan untuk mendapatkan dosis optimal
dan menentukan durasi terapi dengan OXT pada pasien obesitas dan diabetes melitus tipe 2.
Kata kunci: OXT, obesitas, diabetes, peptida, hormon
ABSTRACT
Recently, peptide has being developed to treat obesity. In this article we have reviewed the
potency and efficacy of oxytocin (OXT) on obesity and type 2 diabetes mellitus. Based on animal
models and some human studies, OXT exhibited therapeutic effects on obesity and type 2 diabetes
mellitus type 2 by improving weight control, increasing the secretion of insulin, increasing the
sensitivity of insulin receptor, and lowering fatty liver. In conclusion, OXT is potential peptide for
being developed as therapeutic peptides for obesity. Further investigations as human clinical
studies are needed to obtain the optimum dose and duration of treatment with OXT in obese and
type 2 diabetes mellitus patients.
Keywords: OXT, obesity, diabetes, peptide, hormone
109
1. PENDAHULUAN
Prevalensi
lemak di usus.(3)
komplikasi
hipertensi,
penyebab
kematian
underweight.
melebihi
kondisi
(1)
seperti
diabetes
dislipidemia,
melitus,
penyakit
jantung,
(4)
Institute
serius
overweight
didefinisikan
menyajikan
data
hasil
penelitian
preklinik
terapi
farmakologis
telah
dengan
penggantian
diketahui
perilaku
dapat
pemberian
2. PEMBAHASAN
mempengaruhi
sistem
seksual,
dan
keseimbangan
air.
Dua
penglihatan
110
terganggu,
amnesia,
dan
daerah
kunci
pada
regulasi
asupan
menurunkan
(alpha-MSH),
cocaine-amphetamine-regulated
kadar
glukosa
serum
melalui
(3)
neuropeptida
seperti
kolesistokinin (CCK).
leptin,
ghrelin,
dan
(3)
hipotalamus
neuronal
kompetitif.
sistem
yang
menstimulasi
sedangkan
neuron
asupan
dengan
Sistem
dua
pertama
makanan,
NPY/AGRP
akan
dihambat,
yang
mendapat
sangat
akan
vagal
neuron
menghasilkan
lain
akan
stimulasi
dorsal
dihambat
sehingga
timbal
jarang
balik
dari
ditemukan,
perifer melalui
sejumlah
(6)
mutasi
dan
reseptor
ghrelin
dapat
(3)
menyebabkan
(8)
111
2.3 Oksitosin
Oksitosin
(OXT)
merupakan
hormon
itu,
OXT
juga
dapat
menurunkan
asupan
dengan
maternal,
liver
aspek
sosial,
dan
peningkatan
minipumps
dan
secara
intoleransi
subkutan
glukosa
yang
tanpa
Berikut
data
hasil
(9)
penelitian
yang
katabolik
dan
anorektik,
OXT
dapat
kolesistokinin
sekresi
OXT
mengurangi
dari
(CCK),
hipofisis
asupan
menyebabkan
dan
makanan.
kemudian
Hal
ini
dapat
mengurangi
Kerja
OXT
sebagai
(OXT)
mampu
bertindak
112
hati.
berkontribusi
yaitu
OXT
yang
diinjeksikan
menginduksi
(13)
terjadinya
penyakit
(14)
(15)
(NTS).
Hasil
penelitian
yang
setelah
injeksi
menunjukkan
bahwa
menyebabkan
anoreksia
intraperitonial
injeksi
OXT
OXT
sebagian
ip
dengan
telah
dari
diketahui
kolesistokinin
bahwa
injeksi
juga
dapat
(AP),
locus
coerulus
(LC),
(12)
3. SIMPULAN
OXT memiliki efek terapetik sebagai
sentral,
pada
(5)
insulin,
meningkatkan
sensitivitas
113
4. SARAN
Perlunya dikembangkan penelitian lebih
lanjut mengenai studi pada manusia sehingga
didapatkan dosis yang optimal dan durasi terapi
dengan OXT pada pasien obesitas dan diabetes
melitus tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
114
Indeks
Antioksidan
94-100
Bacillus subtilis
Cacing tanah
Centella asiatica
87-89, 93
71-73
Diabetes
Difusi cakram
DKI
Fitosom
Formulasi ekstrak seduh
71, 73-78, 80
64
Hepatoprotektor
Hormon
Inhibisi
Isolat protein
Karakterisasi
Karies
Kulit buah manggis
71, 74, 76
101-105, 107
94-100
Lotion
Lumbricus rubellus
94, 97-100
Nilai absorbansi
82
Obat kumur
Obesitas
OXT
Peptida
Preparasi
Pseudomonas aeruginosa
109-113
71, 74
87-89, 91-93
Sambiloto
64-69
Zona inhibisi
82, 85
115
www.bimkes.org
Organized by:
Supported by:
IKATAN SENAT
MAHASISWA FARMASI
SELURUH INDONESIA
UNIVERSITAS DIREKTORAT JENDERAL
PADJADJARAN PENDIDIKAN TINGGI