Anda di halaman 1dari 148

Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun (Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin

Ibnu Khaldun)
Narasumber: Zulhakki Himawan [1]

A. PENDAHULUAN
Marak dan berkembangnya ekonomi Islam pada tiga dasawarsa belakangan ini, telah
mendorong dan mengarahkan perhatian para ilmuan modern kepada pemikiran ekonomi
Islam klasik. Dikarenakan hasil pemikirian tentang ekonomi Islam oleh para ekonom
Islam klasik tersebut merupakan pionir-pionir penting yang sukses melakukan
transformasi sistem ekonomi Islam ke dalam dunia modern.
Di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun adalah
raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja bapak sosiologi tetapi juga
bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam
Smith dan Ricardo. Artinya, Ia lebih dari tiga Abad mendahului para pemikir Barat
modern tersebut.
Ibnu Khaldun merupakan salah seorang pemikir dan cendekiawan dalam sejarah
perkembangan Islam. Kontribusi pemikiran yang disampaikannya diakui oleh banyak
pihak meskipun dunia telah mengalami rangkaian evolusi yang sangat panjang selama
berabad-abad.
Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang mampu memberikan pengaruh besar bagi
cendekiawan-cendekiawan barat dan timur, baik muslim maupun non-muslim. Dengan
kata lain bahwa teori-teori ekonomi modern yang saat ini dipelajari di seluruh dunia,
merupakan pencurian dari teori-teori yang ditulis oleh para ekonom Barat yang
melakukan plagiat tanpa menyebut rujukan yang berasal dari kitab-kitab klasik tentang
ekonomi Islam.
Selanjutnya pada makalah ini akan membahas mengenai riwayat hidup singkat dari
Ibnu Khaldun, karya-karya yang dilahirkan beliau selama hidupnya, dan juga hasil-hasil
pemikiran beliau seputar kegiatan perekonomian. Dan tak lupa sebelumnya pemakalah
memohon maaf bilamana pada makalah ini terdapat kekurangan dalam hal isi maupun
sistematika penulisan, besar kemungkinan pada kesempatan selanjutnya pemakalah akan
mencoba belajar dan memperdalam mengenai isi dari makalah ini.
B.
1.

PEMBAHASAN
Riwayat Hidup Singkat Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 H/27 Mei 1332
M. Ia mempunyai nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibnu Khaldun.
Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarganya,
sedangkan Waliuddin adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat
sebagai qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibnu Khaldun.[2]
Dalam karyanya at-Tarif, Ibnu Khaldun menerangkan tentang dirinya dan garis
keturunannya sebagai Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn al-Hasan Ibn Jabir Ibn
Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Abdurrahman Ibn Khaldun. Keluarganya berasal dari
Hadramaut (Yaman).[3] Berdasarkan silsilahnya, Ibnu Khaldun masih mempunyai

hubungan darah dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat nabi yang terkemuka.[4]
Salah seorang cucu wail, Khail Ibnu Usman memasuki daerah Andalusia dengan orangorang Arab penakluk di Awal abad ketiga Hijriah (Abad IX M). Kemudian anak cucunya
membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun. Dari nama bani
Khaldun inilah Ibnu Khaldun berasal. Bani Khaldun ini pertama kali tinggal di kota
Qarmunah di Andalusia sebelum ke kota Seville.[5]
Masa kelahiran Ibnu Khaldun merupakan penghujung zaman pertengahan dan
permulaan zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup ketika umat Islam berada pada masa
kemunduran dan disintegrasi yang ditandai dengan kejatuhan kekhalifahan Abbasyiah ke
tangan pasukan Mongol. Sedangkan di Afrika Utara yang bersama-sama Andalusia
disebut Maghrib, masa tersebut pada akhir abad VII M merupakan masa runtuhnya
dinasti al-Muwahhidun.[6]
Pada waktu itu, Tunisia menjadi pusat hijrah para ulama Andalusia yang mengalami
kekacauan akibat perebutan kekuasaan disana. Kehadiran para ulama tersebut bersamaan
waktunya dengan naiknya Abu al-Hasan menjadi pemimpin Daulah Bani Marin pada
sekitar tahun 1347 M.
Dengan demikian, Ibnu Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama
disamping dari ayahnya sendiri, seorang perwira militer dan administrator. Dalam
usianya yang muda, Ibnu Khaldun telah menghapal al-Quran dan menguasai beberapa
disiplin ilmu Islam seperti tajwid, tafsir, hadits, ushul fiqh, tauhid dan fiqh mazhab
Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu aqliyah seperti filsafat, tasawuf dan metafisika
serta ilmu-ilmu bahasa seperi nahwu, sharaf, balaghah. Disamping itu, ia juga tertarik
pada ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi, fisika dan matematika. Dalam semua
bidang studinya, ia mendapat nilai yang sangat memuaskan dari guru-gurunya.[7]
Akan tetapi, studinya secara tiba-tiba terhenti akibat terjangkitnya penyakit pes pada
tahun 749 H di sebagian besar belahan dunia bagian timur. Wabah itu merenggut ribuan
nyawa. Akibatnya lebih jauh, penguasa bersama ulama hijrah ke Maghrib Jauh (Maroko)
pada 750 H. Oleh karena itu, ia berusaha mendapatkan pekerjaan dan mencoba mengikuti
jejak kakek-kakeknya di dunia politik. Komunikasi yang dijualnya dengan ulama dan
tokoh-tokoh terkenal banyak membantunya dalam mencapai jabatan-jabatan tinggi.[8]
Sebagai anggota dari keluarga aristokrat, Ibnu Khaldun sudah ditakdirkan untuk
menduduki jabatan tertinggi dalam administrasi negara dan mengambil bagian dalam
hampir semua pertikaian politik di Afrika Utara. Pada tahun 1352 M, ketika masih
berusia dua puluh tahun, ia sudah menjadi master of the seal dan memulai karir
politiknya yang berlanjut hingga 1375 M. Perjalanan hidupnya beragam. Namun, baik di
dalam penjara atau di istana, dalam keadaan kaya atau miskin, menjadi pelarian atau
menteri, ia selalu mengambil bagian dalam peristiwa-peristiwa politik di zamannya, dan
selalu tetap berhubungan dengan para ilmuwan lainnya baik dari kalangan Muslim,
Kristen maupun Yahudi. Hal ini menandakan bahwa Ibnu Khaldu tidak pernah berhenti
belajar.
Dari tahun 1375 M sampai 1378 M, ia menjalani pensiunnya di Galat ,sebuah puri di
Provinsi Oran, dan mulai menulis sejarah dunia dengan Muqaddimah sebagai volume
pertamanya.[9] Kemudian sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia wafat pada
tanggal 26 Ramadhan 808 H/16 Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan
tahun masehi dan 76 tahun menurut hitungan tahun hijriyah.[10]

2. Karya-karya Ibnu Khaldun


Selama masa hidupnya, Ibnu Khaldun telah membuat karya tulis besar yang
dinamakan Al-Ibar, Nama lengkap dari kitab ini adalah Kitab al-Ibar wa Diwan alMubtada wa al-Khabar fi al-Ayan wa al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa man
Asrahum min zawi as-Sultan al-Akbar. karya ini terdiri dari tiga buah buku yang terbagi
ke dalam tujuh volume, diantaranya:
a.
Muqaddimah (satu volume)
Merupakan pendahuluan dari kitab Al-Ibar, Buku tersebut memuat pembahasan tentang
gejala sosial, termasuk didalammnya kegiatan ekonomi
b.
Al-Ibar (empat volume)
Buku yang memuat uraian tentang berita-berita mengenai bangsa Arab, generasi dan
Negara-negara mereka sejak permulaan terciptanya ala mini hingga masanya Ibnu
Khaldun. Di dalamnya, disebutkan pula secara ringkas bangsa-bangsa dan Negara-negara
terkenal yang pernah hidup semasa dengan bangsa Arab, misalnya bangsa Nabata,
Suryani, Persia, Bani Israil, Koptik, Yunani, Romawi, Turku dan bangsa Eropa.
c.

At-Tarif bi Ibn Khaldun (dua volume)


Buku ini merupakan buku autobiografi dari Ibnu Khaldun, kemudian ia uraikan sebagian
besar peristiwa yang ia alami semasa hidupnya. Selain mengungkapkan kepribadiannya,
terdapat pengungkapan tokoh-tokoh yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
politik dunia Islam saat itu, khususnya di daerah Maghribi.

3. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun


Pada kitab yang dibuat oleh Ibnu Khaldun tersebut, banyak uraian yang menjelaskan
tentang kegiatan-kegiatan perekonomian, yaitu:
a.
Mekanisme Pasar
Ibnu Khaldun secara khusus memberikan ulasan tentang harga dalam bukunya alMuqaddimah pada suatu bab berjudul Harga-harga di Kota. Ia membagi jenis barang
menjadi dua jenis, yaitu barang kebutuhan pokok dan barang pelengkap.[11]
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah banyak, maka
pengadaan barang-barang kebutuhan pokok menjadi prioritas.[12] Jadi suatu harga
ditentukan oleh jumlah distribusi ataupun penawaran suatu daerah, dikarenakan jumlah
penduduk suatu kota besar yang padat dan memiliki jumlah persediaan barang pokok
yang melebihi kebutuhan dan kemudian memiliki tingkat penawaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kota kecil yang memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih
sedikit. Yang kemudian akan berdampak pada harga yang relatif lebih murah.
Begitu sebaliknya, supply bahan pokok suatu kota kecil yang relatif lebih sedikit,
dengan terbatasnya persediaan maka harga juga akan relatif mahal.
Sedangkan permintaan pada bahan-bahan pelengkap akan meningkat sejalan dengan
berkembangnya suatu kota dan berubahnya gaya hidup, dikarenakan segala kebutuhan
pokok dengan mudah mereka dapati dan seiring dengan bertambahnya kebutuhan lain,
maka tingkat permintaan pada bahan pelengkap akan naik, walaupun dengan tingkat
harga yang relatif mahal dan jumlah barang yang relatif sedikit, dikarenakan terdapat
banyak jumlah orang kaya disana, maka mereka pun sanggup membayar dengan tingkat
permintaan yang tinggi yang kemudian akan berdampak pada naiknya harga tersebut.

1)
a)
b)
c)
d)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
3)
a)
b)
c)
d)
e)

Istilah dari ekonomi kontemporer terhadap teori pada paragraf sebelumnya ialah,
terjadinya suatu peningkatan disposible income dari penduduk suatu kota besar. Dengan
naiknya disposible income tersebut dapat meningkatkan marginal propensity to consume
terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut.
Pada bagian lain, Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga akan naik. Namun, bila
jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak barang yang
diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun.[13]
Jadi kemudahan dalam hal pendistribusian akan berpengaruh pada kestabilan harga.
Berikut beberapa faktor menurut Ibnu Khaldun yang dijadikan indikator dalam
kegiatan suatu perekonomian di suatu pasar.
Faktor-faktor penentu keseimbangan harga
Kekuatan Permintaan dan Penawaran
Tinggi rendahnya suatu pajak (bea cukai)
Biaya Produksi
Perilaku penimbuan (Monopoli)
Faktor-faktor penentu Penawaran
Tingkat Permintaan
Tingkat keuntungan relatif
Tingkat usaha manusia
Besarnya tenaga buruh (tingkat ketrampilan)
Ketenangan dan Keamanan
Faktor-faktor penentu Permintaan
Pendapatan
Jumlah penduduk
Kebiasaan masyarakat (adat istiadat)
Tingkat pembangunan
Tingkat kesejahteraan masyarakat
Dalam hal ini, pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga tidak
begitu baik dipahami di dunia barat sampai akhir abad ke-19 dan 20. Para ekonom
Inggris pra-klasik dan bahkan pendiri aliran klasik, Adam Smith, secara umum hanya
menekankan pada peranan biaya produksi, khususnya peranan pekerja buruh dalam
penentuan harga.[14]
Istilah permintaan dan penawaran dalam literatur bahasa Inggris pertama kali
digunakan sekitar tahun 1767, meski demikian pengaruh permintaan dan penawaran
dalam penentuan harga di pasar baru dikenal pada dekade kedua di abad ke-19. Padahal
Ibnu Khaldu telah menemukan pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan
harga. Ia mengemukakan bahwa dalam keadaan nilai uang yang tidak berubah, kenaikan
atau penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan.[15]

b.

Keuntungan
Keuntungan menurut Ibnu Khaldun, adalah nilai yang timbul dari kerja manusia,
yang diperoleh dari usaha untuk mencapai barang-barang dan perhatian untuk

memilikinya. Oleh karena itu, kerja manusia merupakan elemen penting dalam proses
produksi.
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa nilai sesuatu itu terletak pada kerja manusia
yang dicurahkan kepadanya, atau dengan kata lain subtansi nilai itu adalah kerja, dan
segala yang terpenting dalam kerja tersebut adalah pencurahan tenaga untuk
memproduksi sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Khalifah Ali ra, Nilai setiap orang terletak pada keahlian yang
dimilikinya.[16] Pengertian tersebut mengartikan bahwasanya derajat seseorang
ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya.
Terdapat hubungan timbal balik antara nilai kerja dan hasil kerja produksi, ini berarti
bila kualitas dan kuantitas nilai kerja menurun, maka nilai produksi pun akan menurun,
begitupun sebaliknya.
Dalam konsep keuntungan menurut Ibnu Khaldun, nilai kerja menempati poin sentral
dalam teori produksi, ia mengharuskan dalam setiap penentuan biaya produksi, biaya
tenaga kerja harus dimasukkan kedalamnya karena dengan adanya usaha dan kerja, laba
dan keuntungan akan diperoleh, dan bila tidak ada kerja maka tidak akan ada
produksi.[17]
c.

Pembagian Kerja
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi diantara masyarakat
berdasarkan spesialisasi, menurutnya akan menghasilkan output yang lebih besar. Konsep
pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada peningkatan hasil produksi.
Dan sebagaimana teori division of labor nya Adam Smith (1729-1790), pembagian
kerja akan mendorong spesialisasi, dimana orang akan memilih mengerjakan yang
terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing, hal ini akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, pada akhirnya akan meningkatkan hasil
produksi secara total.[18]

d.

Keuangan Publik
Berkenaan dengan keuangan publik dalam hal ini pajak, yang berfungsi sebagai
sumber utama pemasukan negara, haruslah dikelola dengan sebaik mungkin, sehingga
dapat memberikan hasil yang maksimal, yang nantinya dapat digunakan untuk
memperbaiki kesejahteraan sosial rakyat.
Dalam hal ini, menurut Ibnu Khaldun, keberadaan departemen perpajakan sangat
penting bagi kekuasaan raja (pemerintah). Jabatan ini berkaitan dengan operasi pajak dan
memelihara hak-hak negara dalam masalah pendapatan dan pengeluaran negara.
Ibnu Khaldun berpendapat dalam hal pajak, haruslah berdasarkan pemerataan,
kenetralan, kemudahan, dan produktivitas.

e.

Standar Kekayaan Negara


Menurut Ibnu Khaldun, kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang
di negara tersebut, tetapi kekayaan suatu negara ditentukan oleh tingkat produksi
domestik dan neraca pembayaran yang positif dari negara tersebut.[19] Dengan demikian,
negara yang makmur adalah negara yang mampu memproduksi lebih banyak dari yang
dibutuhkan, sehingga kelebihan hasil produksi tersebut diekspor, dan pada akhirnya akan
menambah kemakmuran di negara tersebut.

1)

2)

a)

b)

f.

g.

Berikut merupakan konsep ekonomi menurut Ibnu Khaldun sebagai indikator dari
kekayaan suatu negara,
Tingkat Produk Domestik Bruto
Bila suatu negara mencetak uang dengan sebanyak-banyaknya, itu bukan merupakan
refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa). Maka
uang yang melimpah itu tidak ada artinya, yang membuat jumlah uang lebih banyak
dibanding jumlah ketersediaan barang dan jasa.
Neraca Pembayaran Positif
Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan
kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:
Tingkat produksi yang tinggi.
Jika tingkat produksi suatu negara tinggi dan melebihi dari jumlah permintaan domestik
negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand. Maka memungkinkan negara
tersebut melakukan kegiatan ekspor.
Tingkat efisiensi yang tinggi
Bila tingkat efisiensi suatu negara lebih tinggi dibanding negara lain, maka dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara
lain dengan harga yang lebih kompetitif.
Perdagangan Internasional
Teori Ibnu Khaldun tentang pembagian kerja (division of labor) merupakan embrio
dari teori perdagangan internasional yang berkembang pesat pada era merkantilisme di
abad ke-17. Hal itu disadari analisisnya tentang pertukaran atau perdagangan diantara
negara-negara miskin dan negara kaya yang menimbulkan kecenderungan suatu negara
untuk mengimpor ataupun menekspor dari negara lain. Bagi penganut paham
merkantilisme, sumber kekayaan negara adalah dari perdagangan luar negeri, dan uang
sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber kekuasaan.
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa melalui perdagangan luar negeri, kepuasan
masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan negara semuanya meningkat. Dan
barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya dari
suatu negara ke negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara
positif kepada tingkat pendapatan negara lain.
Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara positif kepada tingkat
pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat kemakmuran. Jika barang-barang
luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dari dalam negeri, ini akan memicu impor.
Pada saat yang sama produsen dalam negeri harus berhadapan dengan produk berkualitas
tinggi dan kompetitif sehingga mereka harus berusaha untuk meningkatkan produksi
mereka.
Konsep Uang
Ibnu Khaldun secara jelas mengemukakan bahwa emas dan perak selain berfungsi
sebagai uang juga digunakan sebagai medium pertukaran dan alat pengukur nilai sesuatu.
Juga pula uang itu tidak harus mengandung emas dan perak, hanya saja emas dan perak
dijadikan standar nilai uang, sementara pemerintah menetapkan harganya secara
konsisten. Oleh karena itu Ibnu Khaldun menyarankan agar harga emas dan perak itu
konstan meskipun harga-harga lain berfluktuasi.

Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun diatas, sebenarnya standar mata uang yang ia
sarankan masih merupakan standar emas hanya saja standar emas dengan sistem the gold
bullion standard, yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat tukar namun otoritas
moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar
uang yang beredar. Koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang.
Dalam sistem ini, diperlukan suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan
jumlah emas yang disimpan sebagai back up. Setiap orang bebas memperjualbelikan
emas, tetapi pemerintah menetapkan harga emas.
Mengenai nilai tukar mata uang, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa kekayaan suatu
negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang beredar di negara tersebut, tetapi oleh
tingkat produksi dan neraca pembayaran yang positif. Ia menyatakan bahwa nilai uang di
suatu negara merefleksikan kemampuan produksi dari negara tersebut. sehingga bila
kemampuan produksinya menurun, maka nilai uangnya akan menurun, dan harga secara
berkesinambungan akan meningkat, dan pada kondisi ini inflasi terjadi. Karena itu, dalam
perdagangan internasional, nilai tukar uang antar negara sebenarnya tergantung pada
kemampuan masing-masing negara memperoleh neraca pembayaran positif.
h.

Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan dan pembangunan, menurut Ibnu Khaldu, bergantung pada aktivitas
ekonomi, jumlah dan pembagian tenaga kerja, luasnya pasar, tunjangan dan fasilitas yang
disediakan negara, serta peralatan. Pada gilirannya tergantung pada tabungan atau surplus
yang dihasilkan setelah memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, maka negara akan semakin besar. Pendapatan yang besar akan memberikan
kontribusi terhadap tingkat tabungan yang lebih tinggi dan investasi yang lebih besar
untuk peralatan dan dengan demikian akan ada kontribusi yang lebih besar di dalama
pembangunan dan kesejahteraan.
Alat untuk mencapai kesejahteraan dan pembangunan yang paling utama menurut
Ibnu Khaldun adalah masyarakat, pemerintah, dan keadilan. Di masyarakat, solidaritas
diperlukan untuk meningkatkan kerja sama, sehingga akan meningkatkan produktivitas,
solidaritas akan menguat jika ada keadilan.

Kesimpulan
Dari uraian pada makalah ini, dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya sosok Ibnu Khaldun
merupakan seorang yang semasa hidupnya mengkritisi setiap fenomena yang terjadi pada
lingkungan sekitar masyarakat. Terlihat dari hasil karyanya yang berjudul al-Ibar wa
Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi al-Ayan wa al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa
man Asrahum min zawi as-Sultan al-Akbar, yang membahas membahas tentang
fenomena-fenomena yang terjadi pada lingkungan masyarakat, termasuk didalamnya
tentang kegiatan perekonomian. Sehingga dari hasil karyanya tersebut Pemikiranpemikirannya yang cemerlang mampu memberikan pengaruh besar bagi cendekiawancendekiawan barat dan timur, baik muslim maupun non-muslim.

Tokoh Ekonomi Islam


Senin, Oktober 01, 2012 Agama No comments

Diantara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering
disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak
sosiologi tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh
mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para
pemikir Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis
sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun. Artinya Bapak Ekonomi :
Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah
sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya
pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun
al-Hadrami ( ) lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19
Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut
sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Bapak Ekonomi
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif,
adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan adapula dari perspektif filsafat.
Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan
zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan tersebut
memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara
empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah AshShiddiqy, menuliskan poin-poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang
ekonomi.
(Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran

tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan,
konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro
ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan
perdagangan, hak milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai
tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga
menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang
kemiringannya berjenjang mundur,).
Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn Khaldun: A Fourteenth Century
Economist, menuturkan :
(Ibn Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental,
beberapa abad sebelum kelahiran resminya (di Eropa). Ia menemukan keutamaan dan
kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai
kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum
Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes.
Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk
membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi
telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang)
Lafter, penasehat economi president Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter
Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun
mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan
pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua
pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah
mengalami penurunan, maka adalah wajar jika pasar yang lainpun akan ikut turun,
bahkan dalam agregate yang cukup besar.
S.Colosia berkata dalam bukunya, Constribution A LEtude DIbnu Khaldaun Revue Do
Monde Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim Ath-Thahawi, mengatakan, Apabila
pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir
ilmu filsafat sejarah, maka pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan
upah, menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477)
Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka
Boulakia mengatakan, Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika kita menyebut Ibnu
Khaldun sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi.[1] Shiddiqi juga menyimpulkan
bahwa Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar (Ibnu
Khaldun has rightly been hailed as the greatest economist of Islam)(Shiddiqy, hlm. 260)
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka
kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam
bidang ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul
Production, Distribution and Exchange in Khalduns Writing dan Nashat menulis alFikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic Though in the Prolegomena of Ibn
Khaldun).. Selain itu kita masih memiliki kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu

Khaldun. Ini menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual
terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi.
Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An Introduction
to History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun, Boulakia
menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali menulis Economics
of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat fil Islam, Abdul
Qadir Ibn Khaldun ke maashi khayalat, (Economic Views of Ibn Khaldun), Rifaat
menulis Maashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat (Ibn Khalduns Views on Economics)
Somogyi menulis buku Economic Theory in the Classical Arabic Literature, Tahawi aliqtisad al-islami madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a
School of Thought and a System, a Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn
Khaldun on Agriculture, Abdul Sattar menulis buku Ibn Khalduns Contribution to
Economic Thought in: Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in
Islam.
Penutup
Paparan di atas menunjukkan bahwa tak disangsikan lagi Ibnu Khaldun adalah Bapak
ekonomi yang sesungguhnya. Dia bukan hanya Bapak ekonomi islam, tapi Bapak
ekonomi dunia. Dengan demikian, sesungguhnya beliaulah yang lebih layak disebut
Bapak ekonomi dibanding Adam Smith yang diklaim Barat sebagai Bapak ekonomi
melalui buku The Wealth of Nation.. Karena itu sejarah ekonomi perlu diluruskan
kembali agar ummat Islam tidak sesat dalam memahami sejarah intelektual ummat Islam.
Tulisan ini tidak bisa menguraikan pemikiran Ibnu Khaldun secarfa detail, karena ruang
yang terbatas dan lagi pula pemikirannya terlalu ilmiah dan teknis jika dipaparkan di sini.
Teori ekonomi Ibnu Khaldun secara detail lebih cocok jika dimuat dalam journal atau
buku.
..

Ibnu khaldun selain tokoh filsafat dunia yang terkenal, ibnu khaldun juga tokoh islam
dunia yang ahli dalam bidang kenegaraan. Ibnu Khaldun membahas aneka ragam
masalah ekonomi yang luas. Bapak ekonomi Di antara sekian banyak pemikir masa
lampau yang mengaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang
paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut sebagai raksasa intelektual paling
terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak Sosiologi tetapi juga Bapak Ilmu ekonomi
Pendahuluan
Biografi Ibnu Khaldun
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal
sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini.
Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena

pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah
dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823)
mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja,
tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran
Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap
berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta
ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai peristiwa,
baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan
Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang
dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang
monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai
penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun,
namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau.
Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih
madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para
gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika
pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar
gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode
kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting
kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari
lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu
berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan
merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-ibar (tujuh
jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini
pun menjadi Kitab al-Ibar wa Diwanul Mubtada awil Khabar fi Ayyamil Arab wal
Ajam wal Barbar wa Man Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-ibar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun
1863, dengan judul Les Prolegomenes dIbn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru
terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapatpendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan
Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Tariif bi
Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis);
Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan
pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar
al-Mutaqaddimiin wa al-Mutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).

DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland


dalam artikelnya The Islamic Review & Arabic Affairs di tahun 1970-an
mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, Tulisan-tulisan
sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang
diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris
(yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris). Salah satu tulisan yang
sangat menonjol dan populer adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan
buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun
menganalisis apa yang disebut dengan gejala-gejala sosial dengan metodametodanya yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan
memahami akan gejala-gejala sosial tersebut. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia
berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan
masyarakat moderen dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di
masyarakat.
Bab ke dua dan ke empat berbicara tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan cara
berkumpulnya manusia serta menerangkan pengaruh faktor-faktor dan lingkungan
geografis terhadap gejala-gejala ini. Bab ke empat dan ke lima, menerangkan tentang
ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam
berbicara tentang paedagogik, ilmu dan pengetahuan serta alat-alatnya. Sungguh
mengagumkan sekali sebuah karya di abad ke-14 dengan lengkap menerangkan hal
ihwal sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan pengetahuan. Ia telah menjelaskan
terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa pada dasarnya negera-negara berdiri
bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan
kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang
menikmati kestabilan dan kemakmuran yang ditinggalkan generasi pertama.
Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang tumbuh menuju ketenangan,
kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunanbangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akibat kelemahan
internal maupun karena serangan musuh-musuh yang kuat dari luar yang selalu
mengawasi kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil bahan pelajaran. Bahwa
Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan
sebuah sejarah. Ia adalah seorang peneliti yang tak kenal lelah dengan dasar ilmu
dan pengetahuan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas
masyarakat. Selain seorang pejabat penting, ia pun seorang penulis yang produktif.
Ia menghargai akan tulisan-tulisannya yang telah ia buat. Bahkan
ketidaksempurnaan dalam tulisannya ia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan
waktu dan kesabaran. Sehingga karyanya benar-benar berkualitas, yang di adaptasi
oleh situasi dan kondisi.

Karena pemikiran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai


peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Alquran yang
diterapkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam, dan giat
mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Alquran, ia
menjunjung tinggi akan kehebatan Alquran. Sebagaimana dikatakan olehnya,
Ketahuilah bahwa pendidikan Alquran termasuk syiar agama yang diterima oleh
umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran dapat
meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun patut
diutamakan sebelum mengembangkan ilmu-ilmu yang lain.
Jadi, nilai-nilai spiritual sangat di utamakan sekali dalam kajiannya, disamping
mengkaji ilmu-ilmu lainnya. Kehancuran suatu negara, masyarakat, atau pun secara
individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama
sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menjadikan insan yang beriman dan
bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, ia
wafat di Kairo Mesir pada saat bulan suci Ramadan tepatnya pada tanggal 25
Ramadan 808 H./19 Maret 1406 M.[1]

Teori-teori Ekonomi Ibnu Khaldun

Dyah Ratna Meta Novia


Ibnu Khaldun telah mencetuskan sejumlah teori dasar ekonomi modern jauh sebelum
Adam Smith dan David Ricardo.

Pada puncak kejayaannya, dunia Islam tak hanya unggul dalam bidang politik dan militer
saja. Salah satu faktor penting yang menopang kemajuan Kekhalifahan Islam di era
keemasan adalah sistem perekonomian yang kuat. Dengan menguasai ekonomi dunia,
dunia Islam sempat menjadi adikuasa yang disegani.
Dunia Islam di era keemasan memiliki sederet ekonom yang telah mencurahkan
pemikirannya untuk membangun Kekhalifahan Islam. Salah satunya adalah Ibnu
Khaldun. Sejatinya, ia adalah ilmuwan Muslim yang serbabisa. Namun, cendekiawan
Muslim yang terlahir di Tunisia itu juga telah menyumbangkan pemikirannya tentang
ekonomi.
Ibnu Khaldun sudah mencetuskan berbagai macam teori ekonomi, jauh sebelum lahirnya
para ekonom Barat yang diklaim sebagai bapak ekonomi seperti Adam Smith (1723-1790
M) dan David Ricardo (1772-1823). Ibnu Khaldun telah mencetuskan sejumlah teori
dasar ekonomi modern yang hingga kini masih tetap berlaku.
Teori-teori yang dicetuskannya merupakan hasil pemikiran yang terlahir dari hasil
pengamatannya terhadap berbagai masyarakat yang kemudian dipadukan dengan analisis
tajam dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Tak heran jika Ibnu Khaldun
sempat didaulat sebagai guru besar Universitas al-Azhar Kairo yang dibangun Dinasti
Fatimiyah.
Selama mengabdikan dirinya di salah satu universitas tertua dan terkemuka di dunia itu,
Ibnu Khaldun menulis sederet karya fenomel di bidang ekonomi, yang hingga kini masih
menjadi obyek studi. Lantas apa sumbangan Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi?
Ibnu Khaldun tercatat sebagai ekonom pertama yang secara sistematis menganalisis
fungsi ekonomi, pentingnya teknologi, spesialisasi dan perdagangan ke luar negeri jika
negara mengalami surplus ekonomi. Ia juga menekankan peran pemerintah dan kebijakan
stabilisasi untuk meningkatkan output produksi serta pembukaan kesempatan kerja yang
luas bagi masyarakat.
Sang ekonom telah mempelajari ekonomi, sosiologi, ilmu politik dan berbagai ilmu
lainnyauntuk memahami perilaku manusia dan sejarah. Dia mengungkapkan fakta bahwa
spesialisasi merupakan sumber utama terjadinya surplus ekonomi. Pernyataan tersebut
diungkapkan hampir tiga abad sebelum Adam Smith mengungkapkannya.
Menurut Ibnu Khaldun, ketika ada suatu lingkungan yang kondusif untuk melakukan
spesialisasi, maka sebaiknya pengusaha didorong untuk melakukan perdagangan dan
produksi lebih lanjut. Dengan spesialisasi, seseorang bisa mendapatkan keuntungan lebih
banyak dari usahanya.
Dalam menjelaskan spesialisasi, Ibnu Khaldun mengatakan, Setiap jenis kerajinan
tertentu harus dihasilkan oleh orang-orang yang mahir dan terampil dalam membuat
kerajinan tersebut. Semakin banyak berbagai subdivisi dari suatu kerajinan, maka

semakin besar pula jumlah orang-orang yang harus mahir dalam membuat kerajinan
tersebut.
Para perajin, papar dia, harus mempunyai keahlian tertentu dan mereka dari hari ke hari
semakin mahir dalam membuat kerajinan tangan. Pengetahuan mereka tentang kerajinan
juga semakin banyak. Jika hal ini dilakukan dalam waktu yang lama, maka kerajinan
akan berakar kuat dan bisa menjadi sumber mata pencaharian yang bagus.
Menurutnya, spesialisasi berarti koordinasi dari berbagai fungsi dari faktor produksi.
Sehingga, orang-orang akan mendapatkan kepuasan yang lebih dengan melakukan kerja
sama dari pada mengerjakannya sendirian. Selain itu, koordinasi dan kerja sama dalam
proses produksi harus ada dalam kewirausahaan berdasarkan kekuatan pasar.
Ibnu Khaldun menganggap pekerja dan pengusaha sebagai pelaku ekonomi yang
dihormati dalam masyarakat. Keduanya mencoba untuk memaksimalkan kegiatan mereka
untuk mendapatkan upah dan laba. Baginya, keuntungan adalah motif utama dalam
kewirausahaan. Sebab, dengan meraih banyak keuntungan diharapkan produksi bisa
diperluas.
Sedangkan, perdagangan berarti usaha untuk meraih keuntungan dengan meningkatkan
modal, melalui pembelian barang-barang dengan harga rendah lalu menjualnya kembali
dengan harga yang lebih tinggi. Laba merupakan nilai yang direalisasikan dari tenaga
kerja. Namun nilai ini, yakni harga tenaga kerja, ditentukan oleh hukum penawaran dan
permintaan. Poin ini tidak terjawab oleh Karl Marx dan para pengikutnya.
Menurut Ibnu Khaldun, koordinasi, kerja sama dan arah faktor-faktor produksi dalam
meningkatkan surplus ekonomi produktif, merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
pengusaha. Tujuannya untuk mencari keuntungan. Para pengusaha menghabiskan waktu,
tenaga dan modal untuk mencari barang dan jasa lalu menjualnya kembali dengan harga
yang lebih tinggi demi memperoleh keuntungan.
Ibnu Khaldun memuji prakarsa para pengusaha dalam kegiatan produktif mereka dan
mereka pantas mendapat keuntungan dari usaha mereka yang berisiko. Bahkan Karl Marx
dan David Ricardo kurang bisa memahami hal tersebut.
Selain itu, sang ekonom Musim legendaris itu juga mengungkapkan sebuah teori
ekonomi yang menyatakan harga barang dan jasa ditentukan oleh penawaran dan
permintaan. Ketika suatu barang langka dan permintaan naik, maka harga menjadi tinggi.
Para pedagang akan membeli barang di pusat barang tersebut diproduksi. Sehingga
mereka bisa membeli dengan harga murah.
Lalu mereka akan menjual barang tersebut di daerah yang barang tersebut masih
dianggap langka serta tentu saja yang permintaan terhadap barang tersebut tinggi, papar
Ibnu Khaldun. Dengan demikian, kata dia, para pedagang bisa menjual barangnya dengan
harga tinggi dan mendapat laba yang lebih banyak.

Namun ketika pada suatu tempat terdapat barang yang jumlahnya berlimpah, maka harga
barang menjadi rendah. Ibnu Khaldun juga telah berhasil menunjukkan konsep biaya
jangka panjang produksi. Ia juga terus menekankan kebijakan moneter yang stabil. Ibnu
Khaldun benar-benar menentang kebijakan-kebijakan yang bisa memainkan nilai mata
uang.
Dia khawatir, pihak berwenang tergoda untuk mempermainkan nilai mata uang untuk
mendapatkan keuntungan guna membangun istana dan membayar gaji para tentara
bayaran. Jika pihak berwenang sampai melakukan hal itu, maka bisa terjadi inflasi dan
penduduk akan kehilangan kepercayaan terhadap mata uang.
Menurut Ibnu Khaldun, perlindungan terhadap daya beli uang itu harus dilaksanakan
sebagai bentuk keadilan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dia mengusulkan berdirinya
badan moneter yang independen di bawah kekuasaan Hakim Agung, yang takut kepada
Allah SWT. Sebab jika dibawah penguasa yang tidak takut Allah SWT, maka penguasa
tersebut bisa mempermainkan nilai mata uang demi keuntungan pribadi.
Pajak dalam Pandangan Ekonom Legendaris
Dalam sebuah risalah ekonomi yang ditulisnya, Ibnu Khaldun pernah menulis dan
membahas masalah pajak. Tulisan tersebut tercantum dalam bukunya yang fenomenal
berjudul Muqqadimah. Tulisan tentang pajak termuat pada bagian faktor pemicu
peningkatan dan penurunan pendapatan negara/kerajaan.
Menurut Ibnu Khaldun, sebuah kerajaan yang baru saja didirikan, memungut pajak dari
rakyatnya dalam jumlah yang tak terlalu besar.. Tetapi, ketika kerajaan tersebut semakin
berkembang, maka pajak yang dipungut dari rakyatnya juga kian besar.
Jika para pendiri kekaisaran/kesultanan mengikuti jalan agama, mereka akan menerapkan
pajak yang disahkan oleh hukum Tuhan yang mencakup zakat, kharaj (pajak tanah), dan
jizyah. Baik zakat, kharaj, maupun jizyah jumlahnya tidak terlalu memberatkan bagi
masyarakat. Lagi pula pajak semacam itu sudah tetap dan tidak bisa dinaikkan.
Ibnu Khaldun berpendapat, sebuah kerajaan yang dibangun dalam sistem suku dan
penaklukan merupakan nomaden. Sebenarnya, kata dia, peradaban dibentuk untuk
membuat para penguasa menjadi penuh kebaikan, kesabaran. Sehingga, kata dia, pajak
dan kewajiban-kewajiban pribadi yang digunakan untuk memberikan pendapatan kepada
kerajaan seharusnya tak memberatkan.
Jika pajak tak memberatkan, maka subjek pajak akan melaksanakan kewajiban mereka
dengan penuh antusiasme, papar Ibnu Khaldun. Menurutnya, masyarakat akan giat
bekerja untuk menyisihkan sebagian penghasilannya, guna membayar pajak yang ringan.
Sehingga akan lebih banyak orang yang bekerja keras untuk meraih pendapatan.
Hasilnya, orang yang membayar pajak akan meningkat dan pendapatan negara juga
bertambah.

Menurut dia, ketika sebuah kerajaan telah mengalami periode yang cukup panjang dan
mulai menetap, tidak nomaden lagi, kaka kerajaan akan melakukan kegiatan bisnis.
Kemudian kesederhanaan, tata krama, dan kesabaran mulai menghilang. Administrasi
dituntut lebih detil.
Anggota kerajaan semakin sejahtera dan penuh dengan kesenangan.
Mereka hidup dalam kemewahan dan kebutuhan baru yang kurang penting mulai
bermunculan, tuturnya. Hal itu, ungkap Ibnu Khaldun, mendorong kerajaan untuk
menaikkan pajak pada semua golongan masyarakat, termasuk petani.
Mereka ingin pajak membawa lebih banyak keuntungan bagi negara. Mereka juga
memaksakan penjualan produk-produk pertanian ke kota-kota. Ketika pengeluaran untuk
pembelian barang mewah semakin meningkat dalam pemerintahan, maka pajak pun pasti
naik.
Akibatnya, rakyat semakin terbebani dan itu membuat semangat para petani untuk
bekerja semakin luntur. Sebab semakin banyak pendapatan yang mereka hasilkan, kian
besar pula pajak yang harus ditanggung.
Ketika petani membandingkan antara biaya pengeluaran dengan pendapatan. Mereka jadi
semakin kecewa. Sehingga mereka meninggalkan pertanian. Hal ini menimbulkan
penurunan pajak yang dikumpulkan oleh negara. Sehingga pendapatan negara berkurang.
Oleh karena itu, sebaiknya negara atau pemerintah tidak menerapkan pajak yang terlalu
tinggi kepada masyarakatnya supaya mereka giat bekerja, papar Ibnu Khaldun.
Demikianlah salah satu sumbangan penting Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi. dya

keyword: teori-teori ekonomi, teori penawaran islam, pemikiran ibnu khaldun tentang
ekonomi, sistem ekonomi ibnu khaldun, teori ekonomi islam ibnu khaldun, sumbangan
ibnu khaldun dalam ekonomi, sumbangan ibnu khaldun dalam ekonomi islam, teori ibnu
khaldun dalam ekonomi, Teori ekonomi islam menurut ibnu khaldun, sumbangan ibnu
taimiyah dalam ekonomi, teori ekonomi islam menurut ibnu khaldum, tiori ekonomi
bisnis internasional, tiori ekonomi islam menurut ibn khaldun, uang kertas menurut Ibnu
Khaldun PDF, ibnu khaldun sistem ekonomi, pemikiran ekonomi ibnu taimiyah ppt, teori
permintaan islam, ekonomi dan masyarakat persepektif islam ibn khaldun, teori
penawaran islami slide, teori penawaran islami, teori penawaran islam dan, uang menurut
ibnu khaldun, fungsi uang ibnu khaldun, teori penawaran dalam perspektif islam ppt,
teori penawaran dalam islam modern, teori penawaran dalam islam, teori pajak menurut
ibnu khaldun, teori laba, teori produksi dalam islam, teori produksi dalam pandangan
ekonomi islam

Para Ilmuan Muslim : Bidang Fisika


Di bidang fisika, para ilmuwan Muslim telah memberikan kontribusi luar biasa
untuk kehidupan umat manusia. Karya-karya mereka, khususnya fisikawan
Muslim di zaman keemasan (golden ages) Islam, banyak memberi inspirasi dan
mewarnai karya para ilmuwan Barat. Berikut akan dijelaskan secara singkat
tentang ilmuwan Islam penyumbang penting perkembangan ilmu pengetahuan
dibidang. Diantaranya :
1. Al-Kindi

Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi
semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan namanama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah
orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun
barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang
Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah
mereka sendiri. Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk
mengkaji ilmu optik adalah Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi (801 M 873
M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang
refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang
optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu
sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger
Bacon.
Teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukumhukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep
tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan
Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek yang
sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya
pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi
yang padat.
2. Al-Biruni

Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni, ilmuwan


besar ini dilahirkan pada 362 H (15 September 973 13 Desember 1048), di desa
Khath yang merupakan ibukota kerajaan Khawarizm, Turkmenistan (kini kota
Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih dikenal dengan nama Al Biruni. Nama Al
Biruni sendiri berarti asing, yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah
kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang dikhususkan
menjadi pemukiman bagi orang-orang asing.
Dalam bukunya, Al-Jamahir, Al-Biruni juga menegaskan, penglihatan
menghubungkan apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah
dalam ciptaan-Nya. Dari penciptaan alam tersebut kita menyimpulkan eksistensi
Allah. Prinsip ini dipegang teguh dalam setiap penyelidikannya. Ia tetap kritis
dan tidak memutlakkan metodologi dan hasil penelitiannya.
Prestasi paling menonjol di bidang fisika ilmuwan Muslim yang pertama kali
memperkenalkan permainan catur ke negeri-negeri Islam ini adalah tentang
penghitungan akurat mengenai timbangan 18 batu. Selain itu, ia juga
menemukan konsep bahwa cahaya lebih cepat dari suara. Dalam kaitan ini, AlBiruni membantah beberapa prinsip fisika Aristotelian seperti tentang gerak
gravitasi langit, gerak edar langit, tempat alamiah benda serta masalah
kontinuitas dan diskontinuitas materi dan ruang.
Dalam membantah dalil kontinuitas materi yang menyatakan, benda dapat terusmenerus dibagi secara tak terhingga, Al-Biruni menjelaskan bahwa jika dalil itu
benar tentu benda yang bergerak cepat tidak akan pernah menyusul benda yang
mendahuluinya, namun bergerak lambat.
Kenyataannya, urai Al-Biruni, dalam pengamatan kita, benda yang bergerak
cepat dapat menyusul benda yang mendahuluinya seperti bulan yang
mendahului matahari karena gerak bulan jauh lebih cepat daripada matahari.
Lalu Al-Biruni menjelaskan bahwa alangkah hinanya jika kita menafikan
pengamatan atas kenyataan itu.
Sebagai seorang fisikawan, Al-Biruni memberikan sumbangan penting bagi
pengukuran jenis berat (specific gravity) berbagai zat dengan hasil perhitungan
yang cermat dan akurat. Konsep ini sesuai dengan prinsip dasar yang ia yakini
bahwa seluruh benda tertarik oleh gaya gravitasi bumi.
Teori ini merupakan pintu gerbang menuju hukum-hukum Newton 500 tahun
kemudian. Al Biruni juga mengajukan hipotesa tentang rotasi bumi di sekeliling
sumbunya. Konsep ini lalu dimatangkan dan diformulasikan oleh Galileo Galilei
600 tahun setelah wafatnya Al Biruni.
3. Al-Haitham

Fisikawan ternama ini bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Hasan (atau
al-Husain) Ibn Al-Haitham. Ia lahir tahun 965 di Basrah (Irak). Namun namanya
mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah AlHakim (996-1020). Fisikawan Muslim terbesar dan salah satu pakar optik
terbesar sepanjang masa, itu wafat di Kairo sekitar tahun 1039.
Sepanjang hidupnya, Al-Haitham telah menulis sekitar 70 kitab. Salah satu
kitabnya, Al-Manazir, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan tajuk
Opticae Thesaurus. Dalam kitabnya Al-Haitham mengatakan, proses melihat
adalah jatuhnya cahaya ke mata. Bukan karena sorot mata sebagaimana diyakini
orang sejak zaman Aristoteles. Dalam kitab itu ia juga menjelaskan berbagai cara
untuk membuat teropong dan kamera sederhana (kamera obscura).
Kitab tentang optika ini telah menginspirasi para ilmuwan Barat seperti Roger
Bacon dan Johann Kepler. Tak heran jika Al-Hazen, demikian Barat menyebut
nama Al-Haitham, mendapat gelar Bapak Optika Modern.
Al-Haitham juga dinilai telah memberikan sumbangan besar bagi kemajuan
metode penelitian. Ia telah memulai suatu tradisi metode ilmiah untuk menguji
sebuah hipotesis, 600 tahun mendahului Rene Descartes yang dianggap Bapak
Metode Ilmiah Eropa di zaman Rennaisance. Metode ilmiah Al-Haitham diawali
dari pengamatan empiris, perumusan masalah, formulasi hipotesis, uji hipotesis
dengan melakukan penelitian, analisis hasil penelitian, interpretasi data dan
formulasi kesimpulan, serta diakhiri dengan publikasi. Selain fisikawan, AlHaitham juga dikenal sebagai astronom dan matematikawan. Ia telah menulis
komentar tentang Aristoteles dan Galen.
4. Ibnu Bajjah

Namanya Abu-Bakr Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sayigh. Tapi ia biasa


dipanggil Ibnu Bajjah yang berarti anak emas. Ibnu Bajjah lahir di Saragoza,
Spanyol, pada tahun 1082 dan wafat pada 1138 M. Ia mengembangkan berbagai
ilmu pengetahuan di zaman kekuasaan Dinasti Murabbitun. Avempace sebutan

Barat untuk Ibnu Bajjahantara lain mengembangkan ilmu fisika, matematika,


astronomi, musik, ilmu kedokteran, psikologi, sastra, dan filsafat.
Sebagaimana Al-Haitham, karya Ibnu Bajjah dalam bidang fisika banyak
mempengaruhi fisikawan Barat abad pertengahan seperti Galileo Galilei. Ibnu
Bajjah menjelaskan tentang hukum gerakan. Menurutnya, kecepatan sama
dengan gaya gerak dikurangi resistensi materi. Prinsip-prinsip yang
dikemukakannya ini menjadi dasar bagi pengembangan ilmu mekanika modern.
Karena itu tidak mengherankan jika hukum kecepatan yang dikemukakan Galilei
sangat mirip dengan yang dipaparkan Ibnu Bajjah. Karya-karya Ibnu Bajjah
mengenai analisis gerakan juga sangat mempengaruhi pemikiran Thomas
Aquinas.
5. Al-Khazini

Abdurrahman al-Khazini hidup pada abad ke-12 M. Ia adalah ilmuwan yang


menemukan berbagai teori penting dalam sains. Temuan ilmuwan kelahiran
Bizantium ini antara lain: metode ilmiah eksperimental dalam mekanik;
perbedaan daya, masa dan berat; jarak gravitasi; serta energi potensial gravitasi.
Sumbangan penting Al-Khazini dalam bidang fisika terangkum dalam kitab
Mizan al-Hikmah yang ditulisnya pada tahun 1121. Dalam buku ini ia
menjelaskan tentang teori keseimbangan hidrostatika.Teori ini telah mendorong
penciptaan peralatan ilmiah. Tak mengherankan jika Robert E. Hall dalam
tulisan bertajuk Al-Khazini yang dimuat dalam A Dictionary of Scientific
Biography Volume VII (1973) menyebutkan, Al-Khazini adalah salah seorang
saintis terbesar sepanjang masa. Sedangkan editor Dictionary of Scientific
Bibliography, Charles C. Jilispe, menjuluki Al-Khazini sebagai Fisikawan
terbesar sepanjang sejarah.
Dalam bukunya, Al-Khazini menerangkan prinsip keseimbangan hidrostatika
dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran mikrogram (10?6 gr). Tingkat
ketelitian seperti ini, menurut K. Ajram dalam The Miracle of Islamic Science,
baru dapat tercapai pada abad ke-20 M.
Al-Khazini juga menjelaskan definisi berat. Menurutnya, berat merupakan gaya
yang inheren dalam benda-benda padat yang menyebabkan mereka bergerak
dalam satu garis lurus terhadap pusat bumi (gravitasi) dan terhadap pusat benda
itu sendiri. Besaran gaya ini tergantung dari kerapatan benda.
Ia juga menerangkan pengaruh suhu (temperatur) terhadap kerapatan benda.
Hal ini ia lakukan sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu
hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi.

Sebagaimana para ilmuwan Muslim lainnya yang hidup di era keemasan Islam,
Al-Khazini merupakan ilmuwan multidisiplin. Selain pakar fisika, ia juga ahli di
bidang biologi, kimia, matematika, astronomi, dan filsafat.
Al-Khazini, dan para ilmuwan Muslim lainnya, telah melahirkan ilmu gravitasi
yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini juga telah berjasa meletakkan
fondasi bagi pengembangan mekanika klasik di era Renaisans Eropa. Inilah salah
satu bukti betapa para ilmuwan Muslim telah memberi kontribusi yang luar biasa
bagi peradaban dunia.
6. Al-Farisi

Kamal al-Din Abul-Hasan Muhammad Al-Farisi lahir di Tabriz, Persia


(sekarang Iran) pada tahun 1267 dan wafat pada 1319 M. Al-Farisi terkenal
dengan kontribusinya tentang optik. Dalam bidang optik, ia berhasil merevisi
teori pembiasan cahaya yang dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Al-Farisi
membedah dan merevisi teori pembiasan cahaya yang telah ditulis oleh AlHaitham. Hasil revisi itu ia tulis dalam kitab Tanqih al-Manazir (Revisi tentang
Optik).
Menurut Al-Farisi, tidak semua teori optik yang dikemukakan Al-Haitham benar.
Karena itulah ia berusaha memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan teori
Al-Haitham. Tak cuma itu, teori Al-Haitham soal pelangi juga ia perbaiki.
Bahkan Al-Farisi mampu menggabungkan teori Al-Haitham ini dengan teori
pelangi dari Ibnu Sina. Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwa warna
merupakan hasil sebuah pencampuran antara gelap dengan terang. Secara
khusus, ia pun melakukan penelitian yang mendalam soal warna. Ia melakukan
penelitian dengan lapisan/bola transparan. Hasilnya, al-Farisi mencetuskan
bahwa warna-warna terjadi karena superimposition perbedaan bentuk gambar
dalam latar belakang gelap.
Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan
memproduksi sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur gambar
yang dikurangi dan kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap sampai
hilang ketika matahari berada di luar kerucut pembiasan sinar setelh satu kali
pemantulan, ungkap al-Farisi.
Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam dioptika
yang disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ahli
optik Muslim terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan Ibnu al-Haytham (1041
M). Dalam Kitab Tanqih al-Manazir , al-Farisi menggunakan bejana kaca besar
yang bersih dalam bentuk sebuah bola, yang diisi dengan air, untuk
mendapatkan percobaan model skala besar tentang tetes air hujan.

Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang
berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia
memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan
beberapa percobaan dan penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan
pembiasan cahaya bahwa warna pelangi adalah sebuah fenomena dekomposisi
cahaya.
Hasil penelitiannya itu hampir sama dengan Theodoric of Freiberg. Keduanya
berpijak pada teori yang diwariskan Ibnu Haytham serta penelitian Descartes
dan Newton dalam dioptika (contohnya, Newton melakukan sebuah penelitian
serupa di Trinity College, dengan menggunakan sebuah prisma agak sedikit
berbentuk bola).
Al-Farisi mampu menjelaskan fenomena alam ini dengan menggunakan
matematika. Inilah salah satu karya fenomenalnya.
7. Taqi al-Din

Selain dikenal sebagai pakar fisika, Taqi al-Din Muhammad ibnu Maruf alShami al-Asadi (1526-1585 M) adalah pakar matematika, pakar botani,
astronom, astrolog, dan ahli teknik. Taqi al-Din juga teolog, filsuf, ahli hewan,
ahli obat-obatan, hakim, guru, dan imam masjid. Sebagai ahli teknik, ia misalnya
membuat jam dinding dan jam tangan.
Taqi al-Din menulis sekitar 90 kitab. Salah satunya bertajuk Al-Turuq al-Samiyya
fi al-Alat al-Ruhaniyya. Kitab yang ditulis pada 1551 ini menjelaskan kerja mesin
dan turbin uap air. Karya ini mendahului penemuan Giovanni Branca (1629)
tentang mesin uap air. Kitab-kitab lainnya antara lain menerangkan tentang
optik, matematika, mekanika, astronomi, dan astrologi.

Read more: http://www.tadungkung.com/2012/06/para-ilmuan-muslim-bidangfisika.html#ixzz2EHpV2N00

101 ILMUWAN MUSLIM


Inilah 101 Ilmuwan dan Tokoh Sains Muslim Yang
Dilupakan Dunia

Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan
berkata Iqra!, pada ayat pertama di dalam Al-Quran. Iqra bukan hanya berarti
bacalah, namun juga berarti belajarlah.
Begitu Maha Segalanya Allah SWT, hingga menurunkan satu kalimat pertama dalam
wahyu-Nya yang ternyata mempunyai arti dan makna yang sangat berguna sekali bagi
kelangsungan kehidupan manusia Bumi dikemudian hari.
*****
Bagaimana mungkin seorang Muhammad membaca? Beliau adalah seorang buta huruf.
Beliau bukan seorang ilmuwan. Beliau bukanlah seorang pengarang. Dan, Al-Quran
tidak diwahyukan secara berurutan. Namun sesuai kejadian-kejadian yang dialami oleh
beliau.
Selama diwahyukan , Al-Quran tidak diturunkan berdasarkan ayat demi ayat yang
berurutan, selalu acak, beda surah, beda ayat, beda kota, beda keadaan. Kemudian
dihafalkannya beserta semua sahabatnya agar tidak saling lupa. Namun ketika tiap ayat di
Al-Quran yang telah diwahyukan tersebut disusun, ternyata menjadi beraturan!
Itulah salah satu kitab Ilahi yang sempurna, mukzizat yang tiada duanya karena tidak
hanya dapat dinikmati oleh Rasul dan kaum di zamannya, namun oleh segenap umatnya
hingga akhir zaman (for all mindkind).
*****

Di dalam Islam, ada tiga pilar yang harus dikerjakan untuk menjadi manusia yang selalu
bertaqwa dan berbudaya dengan baik. Yaitu, percaya kepada Allah, menggali ilmu
(ilm), dan mencintai sesama manusia.

SCIENCE IS FUN..!
Islam sering kali diberikan gambaran oleh orang-orang dan golongan yang tidak pernah
mengenalnya sebagai agama yang mundur dan memundurkan.
Islam juga dikatakan tidak pernah menggalakkan umatnya untuk menuntut dan
menguasai pelbagai lapangan ilmu pengetahhuan.
Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi justru
bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah telah membuktikan betapa dunia
Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam
berbagai bidang keilmuwan.
Pada masa lalu dan memang sudah ajaran Islam, bahwa jika seseorang menemukan alat
atau apapun yang belum ada manusia yang menciptakannya, maka wajiblah baginya
untuk menyebarkan hasil temuannya itu.
Menyebarkannya kepada umat manusia agar mereka semakin dapat mempermudah
pekerjaannya dan menjadikan mereka semakin bersyukur kepada Allah.

Mereka tidak menuntut satu apapun, termasuk


hak paten atau upeti lainnya akibat temuannya tersebut.
Dan dari orang-orang baratlah ilmu-ilmu itu kemudian dicuri, lalu dipatenkan atas nama
mereka masing-masing untuk mencari keuntungan. Banyak sekali penemuan-penemuan
dari kebudayaan Islam yang tak tercatat sejarah.
Misalkan, diantaranya adalah keilmuwan dalam bidang falsafah, sains, politik,
kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, astronomi dan sebagainya.
Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka
tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi mereka juga
menguasai keilmuwan tersebut dalam masa yang singkat dan dapat menguasai beberapa
bidang ilmu secara bersamaan.
Inilah 101 Ilmuwan dan Tokoh Sains Muslim Yang Dilupakan Dunia

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria


ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang
pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 930. Ar-Razi juga diketahui
sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar
dalam Islam. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada
tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,
matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn
bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin
sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit
Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad,
ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit
cacar. Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit alergi
asma, dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada
salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah
mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan
pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi
diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti
tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang
berasal dari merkuri.

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu alHaitham atau Ibnu Haitham (Basra,965 Kairo 1039), dikenal dalam kalangan
cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam
yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan
filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah
memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler
dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain: Physics,Optics,
Mathematics.

Abu Musa Jabir bin Hayyan / Jabir Ibnu


Hayyan
Orang-orang Eropa menamakannya Gebert, ia hidup antara tahun 721-815 M.
Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari dan mengembangkan dunia
Islam yang pertama. Ilmu tersebut kemudian berkembang dan kita mengenal
sebagai ilmu kimia. Bidang keahliannya, (dimana dia mengadakan peneltian)
adalah bidang : Logika, Filosofi, Kedokteran, Fisika, Mekanika, dan sebagainya.

Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi


Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi
semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan namanama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah
orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun
barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang
Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah
mereka sendiri. Al Khindi ahli adalah ilmuwan ensiklopedi, pengarang 270 buku,
ahli matematika, fisika, musik, kedokteran, farmasi, geografi, ahli filsafat Arab
dan Yunani kuno.
Al-Kindi adalah seorang filosof muslim dan ilmuwan sedang bidang disiplin
ilmunya adalah: Filosofi, Matematika, Logika, Musik, Ilmu Kedokteran.

Abul Hakam Umar bin Abdurrahman bin


Ahmad bin Ali Al-Kirmani adalah cendekiawan besar abad ke-12 dari Kordoba,
Al-Andalus. Ia adalah murid dari Maslamah Al-Majriti. Ia mempelajari dan
berkarya di bidang bidang geometri dan logika. Menurut muridnya Al-Husain bin
Muhammad Al-Husain bin Hayy Al-Tajibi, tak ada yang sepandai Al-Kirmani
dalam memahami geometri atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya yang
tersulit, dan dalam mempertunjukkan seluruh bagian dan bentuknya. Ia lalu
pindah ke Harran, Al-Jazirah (sekarang terletak di Turki). Disana ia mempelajari
geometri dan kedokteran. Ia lalu kembali ke Al-Andalus dan tinggal di Sarqasta

(Zaragoza). Ia diketahui menjalankan praktik bedah seperti amputasi dan


kauterisasi.

Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas azZahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad
Pertengahan. Dia lahir di Madinatuz Zahra, 936 1013 yang dikenal di Barat
sebagai Abulcasis. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik
kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di
sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal
dengan nama El Zahrawi. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah
Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik
mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak.
Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama
dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Bidang lain: Surgery, Medicine.

Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Abu


Mansur al-Samarqandi al-Maturidi al-Hanafi atau Abu Mansyur
Almaturiddi adalah seorang cendekiawan muslim dan ahli di bidang ilmu kalam.

Maturidi dilahirkan di Maturid, dekat Samarqand. Di bidang ilmu agama, beliau


berguru pada Abu Nasr al-`Ayadi and Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani. Ia banyak
menulis tentang Mutazilah, Qarmati, dan Syiah.

Ibnu Rushd atau nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad
adalah ahli falsafah, perubatan, matematik, teologi, ahli fikah mazhab Maliki,
astronomi, geografi dan sains. Rushd lahir 1126 dan meninggal dunia 1198.
Dilahirkan di Sepanyol dan meninggal dunia di Maghribi, beliau adalah ahli
falsafah yang paling agung pernah dilahirkan dalam sejarah Islam. Pengaruhnya
bukan sahaja berkembang luas didunia Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat
di Eropah. Di Barat, beliau dikenal sebagai Averroes dan bapa kepada fahaman
sekularisme.

Abu Raihan Al-Biruni merupakan


matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,
pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada
bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di
Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah
yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan
pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur. Abu Raihan Al-Biruni merupakan
teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu
Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat
sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Mamun Khawarazmshah. Dia
lahir 15 September 973 dan meninggal 13 Desember 1048. Bidang lain:
Astronomy, Mathematics, determined Earths circumference

Muhammad Ibnu Musa AlKhawarizmi


(780 850) adalah seorang pakar dalam bidang matematik, astronomi dan
geografi dari Iran. Al-Khawarizmi juga dikenali sebagai bapa algebra. Orang
Eropa menyebutnya dengan AlGorisma. Nama itu kemudian dipakai orang-orang
barat dalam arti kata Aritmatika atau ilmu hitung. Mengapa ? Karena dia adalah
seorang muslim yang pertama-tama dan ternama dalam ilmu Matematika dan
ilmu hitung. Bukunya yang terkenal berjudul Al-jabar Wal Muqobalah, kemudian
buku tersebut disalin oleh orang-orang barat dan sampai sekarang ilmu itu kita
kenal dengan nama Al-Jabar.

Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi


Hidup antara tahun 864-930 dan namanya dilatinkan menjadi Razes. Seorang
dokter klinis yang terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian
Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu Kimia.

Didalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah
menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan,
sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-Razi telah
mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan
bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Lboratorium Kimia yang
pertama di dunia. Bidang lain: Medicine, Ophthalmology, Smallpox , Chemistry,
Astronomy.

Abu Nasir Al-Farabi


Orang barat menyebutnya dengan ALFARABIUS. Ia hidup tahun antara tahun
870-900 Masehi dan merupakan tokoh Islam yang pertama dalam bidang Logika.
Al Farabi juga mengembangkan dan mempelajari ilmu Fisika, Matematika, Etika,
Filosofi, Politik, dan sebagainya. Bidang lain: Sociology, Logic, Philosophy,
Political Science, Music.

Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad


Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani (Buzhgan, Nishapur, Iran, 940 997 / 998)
adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Persia. Pada tahun 959,
Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya trigonometri
di sana. Dia juga mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah di bulan
dinamai Abul Wfa sesuai dengan namanya. Salah satu kontribusinya dalam
trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan mengembangkan metode
untuk menghitung tabel trigonometri.

Abul Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majriti adalah seorang astronom,


alkimiawan, matematikawan, dan ulama Arab Islam dari Al-Andalus (Spanyol

yang dikuasai Islam). Abdul Qasim lahir di Madrid dan meninggal 1008 atau
1007 M).Ia juga ikut serta dalam penerjemahan Planispherium karya Ptolemeus,
memperbaiki terjemahan Almagest, memperbaiki tabel astronomi dari AlKhwarizmi, menyusun tabel konversi kalender Persia ke kalender Hijriah, serta
mempelopori teknik-teknik geodesi dan triangulasi. Ia juga ditulis sebagai salah
satu penulis Ensiklopedia Ikhwan As-Shafa, tapi kecil kemungkinan bahwa ia
benar-benar salah satu penulisnya.

Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina atau dikenal dengan


nama Avicenna, yang hidup antara tahun 986-1037 M. Seorang ilmuwan muslim
dan Filosof besar pada waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeh AlRais.
Keistimewaannya antara lain pada masa umur 10 tahun sudah hafal Al-Qur`an,
kemudian pada usia 18 tahun sudah mampu menguasai semua ilmu yang ada pada
waktu itu, bidang keahliannya adalah ilmu Kedokteran, ilmu Fisika, Geologi,
Mineralogi. Juga dibidang Medicine, Philosophy, Mathematics, Astronomy.

Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi


merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup di Sicily. Sumbangan
utama tokoh ini ialah menghasilkan peta bebola perak seberat 400 paun untuk
Raja Roger II, lengkap dengan membahagikan dunia kepada 7 iklim, laluan

perdagangan, teluk, tasik, sungai, bandar-bandar besar, bukit dan lembah serta
gunung-ganang. Al Idrisi lahir 1099 Masihi di Ceuta, Sepanyol dan meninggal
pada 1166 Masihi. Beliau juga mencatatkan jarak dan ketinggian sesuatu tempat
dengan tepat. Tokoh Geografi kurun ke-12 ini kemudiannya menghasilkan buku
Nuzhah al Musytaq fi Ishtiraq al Afaq (Kenikmatan pada Keinginan Untuk
Menjelajah Negeri-negeri) atau Rogers Book iaitu sebuah ensiklopedia geografi
yang mengandungi peta dan informasi tentang negara Eropah, Afrika dan Asia.
Buku ini mencatatkan perihal masyarakat, budaya, kerajaan dan cuaca negaranegara yang terdapat di dalam petanya. Beliau turut menggunakan semula garisan
lintang dan garisan bujur yang diperkenalkan sebelumnya dalam peta yang
dihasilkan. Beberapa abad lamanya, Eropah menggunakan peta Al Idrisi dan turut
menggunakan hasil kerja ilmuwan ini ialah Christopher Columbus.

Piri Reis pencipta peta dunia terlengkap


dibuat pada tahun 1513. Para ahli satelit sendiri pun merasa terkejut dengan
model pemetaan yang dibuat oleh tokoh Muslimin tersebut. peta yang dibuat
diatas sepotong kulit rusa berukuran 9065 centimeter tersebut benar-benar
digambarkan lengkap dan cukup detail. Bahkan hasil perbandingan dengan
pemotretan dari angkasa luar yang dilakukan menggunakan satelit saat ini
memiliki bentuk yang sangat mirip. Mulanya para sejarawan tidak percaya akan
bukti keberadaan peta tersebut. Di peta yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut
Timur Tengah. Sementara kawasan lainnya seperti benua Afrika dan Amerika
sama sekali tergambar sangat berbeda. Baru setelah gambar hasil pemotretan
satelit jaman modern ini dipadukan dengan peta kuno karya muslimin bangsa
Turki tersebut sangat nyata kebenarannya bahwa gambar yang ditorehkan dalam
kulit tersebut memang sangat detail dan terperinci. (klik disini unuk membaca
artikel: Ilmuwan Muslim Pencipta Peta Dunia Pertama)

Omar Al-Khayym adalah seorang pemuisi,


ahli matematik, dan ahli astronomi. Kahyyam yang lahir: 18 Mei 1048 di
Nishapur, Iran (Parsi) dan meninggal 4 Desember 1131 itu mempunyai nama asli
Ghiyatuddin Abu al-Fatah Omar ibni Ibrahim Al-Nisaburi Khayami. Khayam
adalah perkataan pinjaman bahasa Arab yang bermakna pembuat khemah.
Beliau paling dikenali kerana himpunan puisinya, Rubaiyat Omar Khayyam.

Ibnu Nafis atau Ibn Al-Nafis Damishqui,


merupakan orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah
dalam tubuh manusia (pada 1242). Penggambaran kontemporer proses ini telah
bertahan. Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru. Secara besar-besaran karyanya tak tercatat
sampai ditemukan di Berlin pada 1924. Dia lahir di Damaskus (kini wilayah
Suriah) tahun 1210 dan meninggal di Kairo (kini wilayah Mesir), 17 Desember
1288 pada umur 77/78 tahun)

Abu Nashr Mansur bin Ali (sekitar. 970 1036) merupakan matematikawan
dari Khwarazm. Ia banyak dikenal untuk penemuannya tentang hukum sinus.

Abu Nashr Mansur dilahirkan di Khwarazm dari keluarga yang menguasai


daerah itu. Ia kemudian menjadi pangeran dalam iklim politik. Ia merupakan guru
Al-Biruni dan juga kolega penting para matematikawan. Bersama mereka
menorehkan karya penemuan besar dalam matematika dan mendedikasikan
karyanya pada orang lain. Kebanyakan karya Abu Nashr berfokus pada

matematika, namun beberapa karyanya pada astronomi. Dalam matematika, ia


memiliki banyak tulisan penting pada trigonometri, yang dikembangkan dari
tulisan Ptolomeus. Ia juga memelihara karya Menelaus dari Alexandria dan
mengerjakan kembali banyak teorema Yunani. Ia meninggal di daerah yang kini
Afganistan dekat kota Ghazna.

Muhammad Asad atau Leopold Weiss adalah seorang cendekiawan muslim,


mantan Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, dan penulis
beberapa buku tentang Islam termasuk salah satu tafsir Al Quran modern yakni
The Message of the Quran. Muhammad Asad terlahir sebagai Leopold Weiss
pada tahun 1900 di kota Lemberg, saat itu bagian dari Kekaisaran AustriaHongaria(sekarang bernama Lviv dan terletak di Ukraina) dalam lingkungan
keluarga Yahudi. Dia lahir di Lemberg, Austria-Hongaria pada tahun 1900 dan
meninggal di Spanyol pada tahun 1992. Pendidikan agama yang ia enyam selama
masa kecil hingga mudanya menjadikan ia familiar dengan bahasa Aram, Kitab
Perjanjian Lama serta teks-teks maupun tafsir dari Talmud, Mishna, Gemara dan
Targum.

Salman Al Farisi; pembuat strategi perang kanal, meriam pelontar/tank.

Miqdad bin Amru; pelopor pembuat pasukan kalveleri/berkuda modern pertama.

Al Nadim (990), abad ke 10 adalah pelopor pembuat katalog/ensiklopedi


kebudayaan pertama.

Mamun Ar Rasyid yang hidup tahun 815, abad 9 adalah pelopor pendiri
perpustakaan umum pertama di dunia yang dikenal dengan Darul Hikmah di
Baghdad.

Nizam Al Mulk (1067); pelopor pendiri universitas modern pertama di dunia


yang dikenal dengan Nizamiyyah saat itu ditiru sistemnya oleh Oxford Univ.
Inggris.

Al Ghazali (1111); pelopor pembuat klasifikasi fungsi sosial pengetahuan yang


dalam perkembangannya mengarah timbulnya berbagai jenis referensi dan karya
bibliografi, ahli ilmu kalam, ahli tasawuf.

Al Farabi (950); ahli musik dan filsafat Yunani, (salah satu karya besarnya
dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas).

Ibnu Sina (1037) dikenal oleh barat dengan nama Aveciena; ilmuwan
ensiklopedi, dokter, psikolog, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai
referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh,
meneliti penyakit TBC, Diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.

Ibnu Rusydi (1198) dikenal oleh barat dengan nama Averusy; ahli fisika, ahli
bahasa, ahli filsafat Yunani kuno.

Fakhruddin Razi (1290); ahli matematika, ahli fisika, tabib/dokter, filosof,


penulis ensiklopedia ilmu pengetahuan modern.

Al Battani (sekitar 850 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan
dari Arab. Al Battani lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang
terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46
menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan
trigonometri.

Ibnu Khaldun (1406) seorang sejarahwan,


pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah dan sosiologi. Ibnu Khaldun, lahir 27 Mei
1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari
Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan
ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).

Ibnu Thufail (1185); dokter, filosof, penulis novel filsafat paling awal Risalah
Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan judul
barunya Robinson Crusoe

Ibnu Al Muqaffa (757); pengarang kitab Al Hayawan atau kitab tentang


Binatang/ Ensiklopedia tentang Hewan.

Ikhwan Ash Shafa (983); pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama
(bukanlah Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).

Al Khwarizmi (850); menemukan logaritma (berasal dari nama Al Khwarizmi)


dan aljabar (Al Jabr), ilmu bumi dengan menyatakan bumi itu bulat sebelum
Galileo dengan bukunya Kitab Surah al Ardh.

Abu Wafa (997); mengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta
penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.

Abul Hasan Tsabit bin Qurra bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 18
Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan
dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin. Tsabit lahir di kota Harran,
Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan
Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang
berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.

Umar Khayyam (1123); memecahkan persamaan pangkat tiga dan empat melalui
kerucut-kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika
modern, penyair.

Al Battani (929); ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak bumi


matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada
globe dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi berputar
pada porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo), table astronomi,
orbit planet-planet.

Ibnu Al Haytsam (1039) pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya (Kitab
Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan
Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum
Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan
ukuran bintang-bintang dekat zenit.

Al Tusi atau Nasir al-Din Tusi (1274)


astronom kawakan dari Damaskus yang melakukan penelitian tentang gerakan
planet-planet, membuat model planet (planetarium) jauh sebelum Copernicus.

Ibnu Bajjah atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ashShayigh merupakan filsuf dan dokter Muslim Andalusia yang dikenal di Barat

dengan nama Latinnya, Avempace. Ia lahir di Saragossa di tempat yang kini


bernama Spanyol dan meninggal di Fez pada 1138. Pemikirannya memiliki
pengaruh yang jelas pada Ibnu Rushdi dan Yang Besar Albert. Kebanyakan buku
dan tulisannya tidak lengkap (atau teratur baik) karena kematiannya yang cepat. Ia
memiliki pengetahuan yang luas pada kedokteran, Matematika, dan Astronomi.
Sumbangan utamanya pada filsafat Islam ialah gagasannya pada Fenomenologi
Jiwa, namun sayangnya tak lengkap. Ekspresi yang dicintainya ialah Gharib dan
Motivahhed ekspresi yang diakui dan terkenal dari Gnostik Islam.

Tsabit bin Qurrah (901); penemu teori tentang getaran/trepidasi.

Jabir Ibnu Hayyan (813); ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu
sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air,
identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam
nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie),
pembuat campuran komplek untuk cat. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam
bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki
Vizier, di masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan
teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat
berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir
telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara
lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses
tersebut.

Abu Bakar Ar Razi (935); membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati
dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi tubuh
manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.

Al Majriti (1007); membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum


Lavoisier)

Al Jahiz (869) menulis penelitian


tentang ilmu hewan (zoology) pertama kali. Al-Jahiz lahir di Basra, Irak pada 781

M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, nama aslinya. Ahli
zoologi terkemuka dari Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang
mencetuskan teori evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi
Muslim dan Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan
Charles Darwin pernah berujar, Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam
lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai
meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral. Al-Jahiz lah ahli biologi
Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori evolusi . Ilmuwan dari
abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan
seekor binatang untuk tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat,
Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk
tetap hidup (struggle for existence). Untuk dapat bertahan hidup, papar dia,
makhluk hidup harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup..
Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang
membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia
tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains. Beliau bersekolah
hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi
Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Quran dan
hadist
Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya,
lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas
tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari
lingkungan tempat mereka tinggal.. Berkat teori-teori yang begitu cemerlang,
Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia
Islam. Ilmuwan yang amat tersohor di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan
kitab Ritab Al-Haywan (Buku tentang Binatang). Dalam kitab itu dia menulis
tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun
tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung
melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu
menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui
penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap
ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri. Karirnya sebagai
penulis ia awali dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz masih di Basra. Sejak
itu, ia terus menulis hingga menulis dua ratus buku semasa hidupnya Pada
abad ke-11, Khatib al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat sebagian
pekerjaannya dari Kitab al-Hayawan of Aristotle. Selain al-Hayawan, beliau juga
menulis kitab al-Bukhala (Book of Misers or Avarice & the Avaricious), Kitab alBayan wa al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstration), Kitab
Moufakharat al Jawari wal Ghilman (The book of dithyramb of concubines and
ephebes), dan Risalat mufakharat al-sudan ala al-bidan (Superiority Of The
Blacks To The Whites).
Suatu ketika, pada tahun 816 M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal
setelah lima puluh tahun menetap di Baghdad pada tahun 869, ketika ia berusia 93
tahun.

Kamaluddin Ad Damiri (1450); mengembangkan system taksonomi/ klasifikasi


khusus ilmu hewan dan buku tentang kehidupan hewan.

Abu Bakar Al Baytar (1340); pengarang buku tentang kedokteran hewan yang
pertama.

Al Khazini (1121); ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran


(geodesi) dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori
zat padat, sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900 thn dari
Newton)

Al Farghani (870); pengarang buku tentang pergerakkan benda-benda langit dan


ilmu astronomi dan dipakai oleh Dante jauh kemudian.

Al Razi (abad ke8); pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang
penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi
(sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat,
pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak
minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian
tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata,
penyakit campak dan cacar.

Banu Musa bersaudara (abad ke 9); pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat
pintar) yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis, kincir
air dan system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda), teknik
pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan
tambang bawah tanah.

Abul Hasan Ali Al-Masudi merupakan salah seorang pakar sains Islam yang
meninggal pada tahun 957. Dilahirkan di Baghdad, dia juga merupakan seorang
ahli sejarah, geografi dan falsafah. Dia pernah mengembara ke Sepanyol, Rusia,
India, Sri Lanka dan China serta menghabiskan umurnya di Syiria dan Mesir. Dia
berasal dari keturunan sahabat Nabi Muhammad, Abdullah bin Masud. Bukunya
Muruj adh-Dhahab wa Maadin al-Jawahir (Padang Emas dan Lombong
Manikam) yang ditulis pada 943, merupakan himpunan kisah perjalanan dan
pembelajarannya. Ia menyentuh aspek sosial dan kesusasteraan sejarah,
perbincangan mengenai agama dan penerangan geografi. Dia juga menulis buku
Al-Tanbih wa al-Ashraf, yang merupakan buku terakhirnya

Nasir Al-Din Al-Tusi (12011274) adalah


ahli sains Islam Syiah berkebangsaan Iran yang dikenali sebagai ahli falsafah,
matematik, astronomi, teologi, serta pakar perubatan dan penulis, iaitu beliau
adalah seorang pakar dalam pelbagai bidang. Bidang lainnya: Astronomy, NonEuclidean Geometry.

Al Farazi (790); perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog
pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam
serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu
tertentu.

Taqiuddin (1565); merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan
dengan pegas.

Ibnu Nafis (1288); menulis dan menggambarkan tentang sirkulasi peredaran


darah dalam tubuh manusia (Harvey 1628 dianggap pertama yang
menemukannya).

Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi
merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun meninggal
pada tahun 1248. Lebih dikenali sebagai Ibn al-Baitar, beliau dilahirkan di
Malaga, Spanyol.

Az Zahra (939); pembuat alat bedah/pembedahan , teknik dan jenis


pengoperasian, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan operasi gigi serta
peralatan bedah gigi.

Al Ibadi (873); pengarang buku tentang anatomi mata, otak dan syaraf optik,
permasalahan pada mata.

Ibnu Fadlan (abad 10); membuat daftar koordinat daerah Volga-Caspian (daerah
Rusia) dan sosiologi daerah tersebut.

Ali Ibn Rabban Al-Tabari merupakan


salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun 838 870.

Ibnu Batutah (1369); membuat daftar koordinat dan sosiologi wilayah China,
Srilangka, India, Byzantium, Rusia Selatan.

Ibnu Majid (abad 15); pemandu Vasco de Gamma dan menerbitkan buku
panduan navigasi bagi pilot dan pelaut.

Ibnu Khuradadhbih (abad 9); karya


geografi tentang kerajaan-kerajaan dan rute perjalanannya dari negeri-negeri
China, Korea dan Jepang.

Imam Hanafi, nama lengkapnya adalah An Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 700
M di Kufah, Irak. Ajarannya dalam ilmu fiqih adalah selalu berpegang pada AlQuran dan hadis. Beliau tidak menghendaki adanya taklid dan bidah yang tidak
ada dasarnya dalam Al Quran dan hadis. Dalam menetapkan hukum fiqih beliau
bersumber pada Al Quran, hadis, qiyas dan ihtisan.

Imam Maliki, nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Malik bin Annas. Beliau
lahir di Madinah tahun 716 M. Beliau merupakan ulama besar di kawasan Arab.
Dalam menetapkan ilmu fiqih, beliau berpedoman pada Al Quran, hadis, ijma
sahabat, dan kemaslahatan urf (adat) penduduk Madinah. Buku karangannya
diantaranya adalah Al Muwaththa. Imam Maliki ini adalah guru Imam Syafii.

Imam Syafii, nama lengkapnya adalah Muhammad Ibnu Idris bin Abbas bin
Usman Asy Syafii. Beliau dilahirkan di Palestina tahun 767 M. Menurut riwayat,
beliau telah mahir membaca dan menulis Arab pada usia 5 tahun. Pada usia 9
tahun, beliau telah hafal Al Quran 30 juz. Pada usia 10 tahun, beliau sudah
menghafal hadis yang terdapat dalam kitab Al Muwaththa karya Imam Malik. Di
usianya yang 15 tahun, beliau lulus dalam spesialisasi hadis dari gurunya Imam
Sufyan bin Uyaina, sehingga beliau diberi kepercayaan untuk mengajar dan
memberi fatwa kepada masyarakat dan menjadi guru besar di Masjidil Haram,
Mekah. Dalam menetapkan ilmu fiqih, Imam Syafii berpedoman pada Al Quran,
hadis, ijma dan qiyas. Buku karangan Imam Syafii adalah Ar Risalah dan Al
Um. Ajaran Imam Syafii terkenal dengan Mazhab Syafii yang banyak dianut
oleh umat Islam di Indonesia, Asia Tenggara, Mesir, Baghdad, dan negara
lainnya.

Imam Hambali, nama lengkapnya adalah Ahmad bin Hambal Asy Syaibani.
Beliau lahir di Baghdad tahun 855 M. Ajarannya terkenal dengan nama Mazhab
Hambali. Dalam menetapkan hukum fiqih, Imam Hambali berpedoman pada Al
Quran, hadis, dan fatwa para sahabat.

Imam Ghazali, nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin


Muhammad Al Ghazali. Beliau lahir di Iran tahun 1058 M. Beliau tokoh yang
terkenal dalam bidang ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu akhlak.
Karena keluasan ilmunya, beliau mendapat gelar Hujjatul Islam. Karya beliau
diantaranya adalah Tahafut Al Falasifah, Huluqul Muslim, dan yang terkenal
adalah Ihya Ulumuddin.

Al Masudi ; menerbitkan ensiklopedi geografi yang membahas gempa bumi,


formasi geologis, sifat dasar laut mati, evolusi geologi (jauh sebelum Maghelan
dan Weber).

Al Idris (1154); ahli peta bumi, membuat peta bumi dan globe dengan dilengkapi
penjelasan penggunaan kompas.

Yaqut Hawami (1229); membuat kamus geografi pertama berdasarkan abjad


berisikan nama kota dan tempat yang dikenal dan berisi informasi akurat
mengenai ukuran bumi, zona iklim dan sifatnya, geografi matematika dan politik.

Abu Al-Nasr Al-Farabi atau dikenali sebagai Al-Pharabius di dunia barat


merupakan salah seorang pakar sains dan ahli falsafah Islam yang hebat di dalam

dunia Islam pada ketika itu,beliau hidup antara tahun 870 950. Dia berasal dari
Farab, Kazakhstan.

Ibnu Abdus Salam (abad 13); merumuskan pertama kali tentang hak-hak
perlindungan binatang atau konservasi hewani.

Safiuddin (1294); memperkenalkan teori musik.

Al Mawsili (850); ahli musik klasik dan oleh muridnya musisi ulung Ziryab
memperkenalkan ke Spanyol thn 822, pengembangan notasi mensural, konsep
gloss atau hiasan melodi, pengembangan rumpun alat musik gesek, kecapi,
kelompok gitar, busur gesek pada alat musik gesek, musik keroncong dan
morisko.

Abu Hasan Al Asyari adalah tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu tauhid.
Beliau lahir di Baghdad tahun 873 M. Ajaran Abu Hasan Al Asyari dikenal
dengan paham Asyariah. Adapun ajaran Asyariah yang berkembang sampai saat
ini adalah sifat wajib Allah swt. ada 13(wujud, qidam, baqa, mukhalafatul
lilhawadis, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrat, iradat, ilmu, hayat. sama,
bashar dan kalam) ditambah dengan 7 sifat maknawiyah (qadiran, muridan,
aliman, hayyan, samian, basiran, mutakalliman), sehingga menjadi 20 sifat
wajib bagi Allah swt.

Nur Al-Din Ibn Ishaq Al-Bitruji (1204) dikenali sebagai Alpetragius) di dunia
barat merupakan salah seorang ahli sains Islam.

Muhammad Abduh (Delta Nil, 1849 Alexandria, 11 Juli 1905 ) adalah seorang
pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.
Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga
murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang
mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negaranegara Asia dan Afrika. Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam
tahun pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di
Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam.
Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal
Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku
berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.

al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara asy-Syaikh Abdul


Muhsin bin Hammad al-Abbad al-Badr lahir di Zulfa (300 km dari utara
Riyadh) pada 3 Ramadan tahun 1353H (10 Desember 1934. Ia adalah salah
seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih
memberikan pelajaran Sunan Turmudzi. Ia adalah seorang Alim Robbaniy dan
pernah menjabat sebagai wakil mudir (rektor) Universitas Islam Madinah yang
waktu itu rektornya adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.

Ahmad ibnu Yusuf al-Misri (835 912) adalah seorang matematikawan, putra
dari Yusuf ibnu Ibrahim yang juga seorang matematikawan. Ahmad ibnu Yusuf
lahir di Baghdad, Irak dan kemudian pindah bersama bapaknya ke Damaskus
pada tahun 839. Kemudian ia pindah lagi ke Kairo, dan dari sini lah namanya
mendapat tambahan al-Misri (dari Mesir).

Abu-L Abbas Ahmad ibn Khallikan adalah sarjana Muslim Kurdi pada abad
ke-13. Karyanya yang paling terkenal adalah Wafayat al-Ayan (Berita Kematian
Laki-laki Ulung) atau lebih dikenal sebagai Kamus Biografis. Dia lahir Irbil, 22
September 1211 -Damaskus, Suriah dan meninggal 30 Oktober 1282. Menurut
Encyclopedia Britannica, ibn Khallikan memilih bahan faktual untuk biografinya
dengan sangat baik dari sisi pengetahuan akademis dan buku ini juga
menyebutkan ia adalah seorang yang menyumbangkan sumber berharga
untuk karya kontemporer dan berisi petikan dari biografi yang lebih awal yang
sudah tidak lagi ada. Ia mulai mengerjakan karya ini dari tahun 1256 sampai
dengan tahun 1274.

Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, dalam bahasa Latin Averroes, adalah
seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Dia lahir tahun 1126 Marrakesh,
Maroko, dan meninggal 10 Desember 1198). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan
resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah
tidak ada. Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang
dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd
tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Ibnu Rusyd adalah seorang jenius
yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya
sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai Kadi (hakim) dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas
filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,
termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu
Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.

Said Al-Andalus (Almera, 1029 Toledo, 1070) Al-Tulaytuli (dari Toledo)


adalah seorang qadi, ilmuwan dan sejarawan Al-Andalus. Karyanya yang terkenal
adalah Tabaqat Al-Umam (Klasifikasi Bangsa-Bangsa), yang banyak dipelajari
oleh para sejarawan. Karyanya yang lain adalah Kumpulan Sejarah Bangsa Arab
dan Non-Arab, dan Koreksi Pergerakan Bintang-Bintang.

Jafar Muhammad bin Musa bin Shakir Banu Musa, (800 873), adalah
seorang astronom dan matematikawan dari Baghdad. Ia bersama kedua
saudaranya (Ahmad Banu Musa dan Hasan Banu Musa) sangat aktif
menerjemahkan berbagai buku sains dari manuskrip Yunani dan Pahlavi ke dalam
bahasa Arab pada masa kekhalifahan Al-Mamun.

Mlik ibn Anas bin Malik bin mr al-Asbahi atau Malik bin Anas lahir di
(Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H)). Ia
adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.

Yusuf al-Qaradawi (lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9 September 1926;


umur 84 tahun) adalah seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia
dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Selain sebagai seorang
Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang ketua majelis fatwa. Banyak dari
fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai bahan rujukan atas permasalahan
yang terjadi. Namun banyak pula yang mengkritik fatwa-fatwanya.

Jalaluddin as-Suyuthi lahir 1445 (849H) wafat 1505 (911H). Dia adalah ulama
dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir. Beliau
pernah berguru pada al Bulqini sampai wafatnya Al Bulqini, Beliau juga belajar
hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al Manaawi. Dalam Kitab beliau yang
berjudul Khusnul Muhadlarah beliau menyebutkan bahwa dari setiap guru yang
aku datangi aku mendapatkan lisensi dan aku menghitungnya sampai sejumlah
150 ijazah dari 150 guru.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4


Februari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang Imam
Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli
fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits,
penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus
seorang mujtahid.

Muhammad Marmaduke William Pickthall (1875-1936) adalah seorang


intelektual Muslim Barat, yang terkenal dengan terjemahan Al Quran yang puitis
dan akurat dalam bahasa Inggris. Ia merupakan pemeluk agama Kristen yang
kemudian berpindah agama memeluk Islam. Pickthall adalah juga seorang
novelis, yang diakui oleh D.H Lawrence, H.G Wells dan E.M Forster, juga
seorang jurnalis, kepala sekolah serta pemimpin politik dan agama. Dididik di
Harrow, ia terlahir pada keluarga Inggris kelas menengah, yang akar keluarganya
mencapai ksatria terkenal William sang penakluk. Pickthall berkelana ke banyak
negara-negara Timur, mendapat reputasi sebagai ahli masalah Timur Tengah. Ia
menerbitkan terjemahannya atas Al Quran (The meaning of the Holy Quran),
ketika menjadi pejabat di bawah pemerintahan Nizam dari Hyderabad.
Terjemahannya ini menjadi terjemahan dalam bahasa Inggris pertama yang
dilakukan oleh seorang Muslim dan diakui oleh Universitas Al Azhar (Mesir);
terjemahan ini oleh Times Literary Supplement disebut sebagai sebuah
pencapaian penulisan yang besar. Pickthall dimakamkan di pemakaman Muslim
di Brookwood.

Ahmad bin Muhammad Miskawaih, Ibnu Miskawaih (932-1030) merupakan


filsuf Iran yang menonjol dari Ray, Iran. Ia merupakan tokoh politik yang aktif

selama masa Al-Booye. Pengaruhnya pada filsafat Islam terutama berkaitan


dengan isu etik.

Al-Ji (781 Desember 868/Januari 869) adalah seorang cendekiawan AfrikaArab yang berasal dari Afrika Timur. Ia merupakan sastrawan Arab dan memiliki
karya-karya dalam bidang literatur Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat,
psikologi, Teologi Mutaziliyah, dan polemik-polemik politik religi.

Ibnu Ismail Al Jazari


Ilmuwan Muslim Penemu Konsep Robotika Modern. Al Jazari mengembangkan
prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai
mesin robot..
Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam
bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan
membuat sebuah mesin (Donald Hill). Kalimat di atas merupakan komentar
Donald Hill, seorang ahli teknik asal Inggris yang tertarik dengan sejarah
teknologi, atas buku karya ahli teknik Muslim yang ternama, Al-Jazari
Al Jazari merupakan seorang tokoh besar di bidang mekanik dan industri. Lahir
dai Al Jazira, yang terletak diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya
antara Sungai tigris dan Efrat Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar
biasa pada masanya. Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman Abullezz Ibn
Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas. Ibnu
Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai Bapak Modern
Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi rancangan
mesin-mesin modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft, suction
pump, programmable automation, dan banyak lagi. Ia dipanggil Al-Jazari
karena lahir di Al-Jazira, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris dan Efrat,
Irak. Seperti ayahnya ia mengabdi pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar
Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik. Donald Routledge dalam
bukunya Studies in Medieval Islamic Technology, mengatakan bahwa hingga
zaman modern ini, tidak satupun dari suatu kebudayaan yang dapat menandingi
lengkapnya instruksi untuk merancang, memproduksi dan menyusun berbagai
mesin sebagaimana yang disusun oleh Al-Jazari. Pada 1206 ia merampungkan
sebuah karya dalam bentuk buku yang berkaitan dengan dunia teknik.
Beliau mendokumentasikan lebih dari 50 karya temuannya, lengkap dengan

rincian gambar-gambarnya dalam buku, al-Jami Bain al-Ilm Wal Aml al-Nafi Fi
Sinat at al-Hiyal (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices).
Bukunya ini berisi tentang teori dan praktik mekanik. Karyanya ini sangat
berbeda dengan karya ilmuwan lainnya, karena dengan piawainya Al-Jazari
membeberkan secara detail hal yang terkait dengan mekanika Dan
merupakan kontribusi yang sangat berharga dalam sejarah teknik. Keunggulan
buku tersebut mengundang decak kagum dari ahli teknik asal Inggris, Donald Hill
(1974). Donald berkomentar bahwa dalam sejarah, begitu pentingnya karya AlJazari tersebut. Pasalnya, kata dia, dalam buku Al-Jazari, terdapat instruksi untuk
merancang, merakit, dan membuat mesin.. Di tahun yang sama juga
1206, al-Jazari membuat jam gajah yang bekerja dengan tenaga air dan berat
benda untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis, yang dalam interval
tertentu akan memberikan suara simbal dan burung berkicau. Prinsip humanoid
automation inilah yang mengilhami pengembangan robot masa sekarang.
Kini replika jam gajah tersebut disusun kembali oleh London Science Museum,
sebagai bentuk penghargaan atas karya besarnya. Pada acara World of Islam
Festival yang diselenggarakan di Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak
kagum dengan hasil karya Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum merekonstruksi
kerja gemilang Al-Jazari, yaitu jam air Ketertarikan Donald Hill terhadap
karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari
pada 1974, atau enam abad dan enam puluh delapan tahun setelah pengarangnya
menyelesaikan karyanya.Tulisan Al-Jazari juga dianggap unik karena
memberikan gambaran yang begitu detail dan jelas. Sebab ahli teknik lainnya
lebih banyak mengetahui teori saja atau mereka menyembunyikan
pengetahuannya dari orang lain.. Bahkan ia pun menggambarkan
metode rekonstruksi peralatan yang ia temukan.
Karyanya juga dianggap sebagai sebuah manuskrip terkenal di dunia, yang
dianggap sebagai teks penting untuk mempelajari sejarah teknologi. Isinya
diilustrasikan dengan miniatur yang menakjubkan. Hasil kerjanya ini kerap
menarik perhatian bahkan dari dunia Barat.
Dengan karya gemilangnya, ilmuwan dan ahli teknik Muslim ini telah membawa
masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia hidup dan bekerja di
Mesopotamia selama 25 tahun. Ia mengabdi di istana Artuqid, kala itu di bawah
naungan Sultan Nasir al-Din Mahmoud.
Al-Jazari memberikan kontribusi yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan dan
masyarakat. Mesin pemompa air yang dipaparkan dalam bukunya, menjadi salah
satu karya yang inspiratif. Terutama bagi sarjana teknik dari belahan negari
Barat
Jika menilik sejarah, pasokan air untuk minum, keperluan rumah tangga, irigasi
dan kepentingan industri merupakan hal vital di negara-negara Muslim. Namun
demikian, yang sering menjadi masalah adalah terkait dengan alat yang efektif
untuk memompa air dari sumber airnya
Masyarakat zaman dulu memang telah memanfaatkan sejumlah peralatan untuk
mendapatkan air. Yaitu, Shaduf maupun Saqiya. Shaduf dikenal pada masa kuno,
baik di Mesir maupun Assyria. Alat ini terdiri dari balok panjang yang ditopang di
antara dua pilar dengan balok kayu horizontal

Sementara Saqiya merupakan mesin bertenaga hewan. Mekanisme sentralnya


terdiri dari dua gigi. Tenaga binatang yang digunakan adalah keledai maupun unta
dan Saqiya terkenal pada zaman Roma..
Para ilmuwan Muslim melakukan eksplorasi peralatan tersebut untuk
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Al-Jazari merintis jalan ke sana
dengan menguraikan mesin yang mampu menghasilkan air dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan dengan mesin yang pernah ada sebelumnya.

..
Al-Jazari, kala itu, memikul tanggung jawab untuk merancang lima mesin pada
abad ketiga belas. Dua mesin pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf,
mesin ketiganya adalah pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air
menggantikan tenaga binatang
Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di Damaskus
dan diperkirakan mampu memasok kebutuhan air di rumah sakit yang berada di
dekat sungai tersebut
Mesin keempat adalah mesin yang menggunakan balok dan tenaga binatang.
Balok digerakkan secara naik turun oleh sebuah mekanisme yang melibatkan gigi
gerigi dan sebuah engkol.
Mesin itu diketahui merupakan mesin pertama kalinya yang menggunakan engkol
sebagai bagian dari sebuah mesin. Di Eropa hal ini baru terjadi pada abad 15. Dan
hal itu dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa
Pasalnya, engkol mesin merupakan peralatan mekanis yang penting setelah roda.
Ia menghasilkan gerakan berputar yang terus menerus. Pada masa sebelumnya
memang telah ditemukan engkol mesin, namun digerakkan dengan tangan. Tetapi,
engkol yang terhubung dengan sistem rod di sebuah mesin yang berputar
ceritanya lain..
Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh sejarawan teknologi dianggap sebagai
peralatan mekanik yang paling penting bagi orang-orang Eropa yang hidup pada
awal abad kelima belas. Bertrand Gille menyatakan bahwa sistem tersebut

sebelumnya tak diketahui dan sangat terbatas penggunaannya


Pada 1206 engkol mesin yang terhubung dengan sistem rod sepenuhnya
dikembangkan pada mesin pemompa air yang dibuat Al-jazari. Ini dilakukan tiga
abad sebelum Francesco di Giorgio Martini melakukannya.
Sedangkan mesin kelima, adalah mesin pompa yang digerakkan oleh air yang
merupakan peralatan yang memperlihatkan kemajuan lebih radikal. Gerakan roda
air yang ada dalam mesin itu menggerakan piston yang saling berhubungan..
Kemudian, silinder piston tersebut terhubung dengan pipa penyedot. Dan pipa
penyedot selanjutnya menyedot air dari sumber air dan membagikannya ke sistem
pasokan air. Pompa ini merupakan contoh awal dari double-acting principle. Taqi
al-Din kemudian menjabarkannya kembali mesin kelima dalam bukunya pada
abad keenam belas

Abu Al Zahrawi / ALBUCASIS


Sang Penemu Gips Era Islam. Abu Al Zahrawi merupakan seorang dokter, ahli
bedah, maupun ilmuan yang berasal dari Andalusia. Dia merupakan penemu asli
dari teknik pengobatan patah tulang dengan menggunakan gips sebagaimana yang
dilakukan pada era modern ini Sebagai seorang dokter era kekalifahan, dia
sangat berjasa dalam mewariskan ilmu kedokteran yang penting bagi era modern
ini.Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al Zahra yaitu sebuah kota yang
terletak di dekat Kordoba di Andalusia yang sekarang dikenal dengan negara
modern Spanyol di Eropa.. Kota Al Zahra sendiri dibangun pada tahun 936
Masehi oleh Khalifah Abd Al rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912
hingga 961 Masehi. Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan
dari Bani Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas. Menurut catatan
sejarah keluarga ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang pindah ke
Andalusia.Al Zahrawi selain termasyhur sebagai dokter yang hebat juga
termasyhur karena sebagai seorang Muslim yang taat. Dalam buku Historigrafi
Islam Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul Turki
menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi.. Kebanyakan dia
melakukan pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia sering kali
tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap melakukan
pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau sedekah. Dia
merupakan orang yang begitu pemurah serta baik budi pekertinya..
Selain membuka praktek pribadi, Al Zahrawi juga bekerja sebagai dokter pribadi
Khalifah Al Hakam II yang memerintah Kordoba di Andalusia yang merupakan
putra dari Kalifah Abdurrahman III (An-Nasir). Khalifah Al Hakam II sendiri

berkuasa dari tahun 961 sampai tahun 976 Dia melakukan perjanjian
damai dengan kerajaan Kristen di Iberia utara dan menggunakan kondisi yang
stabil untuk mengembangkan agrikultur melalui pembangunan irigasi. Selain itu
dia juga meningkatkan perkembangan ekonomi dengan memperluas jalan dan
pembangunan pasar.Kehebatan Al Zahrawi sebagai seorang dokter tak dapat
diragukan lagi Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu
besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran modern adalah penggunaan
gips bagi penderita patah tulang maupun geser tulang agar tulang yang patah bisa
tersambung kembali. Sedangkan tulang yang geser bisa kembali ke tempatnya
semula. Tulang yang patah tersebut digips atau dibalut semacam semen.
Dalam sebuah risalahnya, dia menuliskan, jika terdapat tulang yang bergeser
maka tulang tersebut harus ditarik supaya kembali tempatnya semula. Sedangkan
untuk kasus masalah tulang yang lebih gawat, seperti patah maka harus
digips.Untuk menarik tulang lengan yang bergeser, Al Zahrawi menganjurkan
seorang dokter meminta bantuan dari dua orang asisten. Kedua asisten tersebut
bertugas memegangi pasien dari tarikan Kemudian lengan harus diputar ke
segala arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang atau
pembalut yang lebih besar. Sebelum dokter memutar tulang sendi sang pasian,
dokter tersebut harus mengoleskan salep berminyak ke tangannya. Hal ini juga
harus dilakukan oleh para asisten yang ikut membantunya dalam proses
penarikan. Setelah itu dokter menggerakan tulang sendi pasien dan mendorong
tulang tersebut hingga tulang tersebut kembali ke tempatnya semula
Setelah tulang lengan yang bergeser tersebut kembali ke tempat semula, dokter
harus melekatkan gips pada bagian tubuh yang tulangnya tadi sudah
dikembalikan. Gips tersebut mengandung obat penahan darah dan memiliki
kemampuan menyerap. Kemudian gips tersebut diolesi dengan putih telur dan
dibalut dengan perban secara ketat. Setelah itu, dengan menggunakan perban yang
diikatkan ke lengan, lengan pasien digantungkan ke leher selama beberapa
hari. Sebab jika lengan tidak digantungkan, maka lengan terasa sakit
karena masih lemah kondisinya. Sesudah kondisi lengan semakin kuat dan
membaik, maka gantungan lengan ke leher dilepaskan. Jika tulang yang bergeser
itu sudah benar-benar kembali dalam posisi semula dengan baik dan sudah tidak
terasa begitu sakit lagi maka buka semua balutan termasuk gips yang membalut
tangan pasien..
Tetapi jika tulang yang bergeser tersebut belum
sepenuhnya pulih atau kembali ke tempat semula secara tepat, maka perban
maupun gips yang membalut lengan pasien harus dibuka. Lalu lengan pasien
dibalut lagi dengan gips dan perban yang baru setelah itu dibiarkan selama
beberapa hari hingga lengan pasien benar-benar sembuh total.Salah satu karya
fenomenal Al Zahrawi merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab tersebut berisi
penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan setelah
dilakukannya proses operasi. Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia
mengenalkan tehnik sublimasi. Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan Kitab Al
Tasrif pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber Theoricae nec non
Practicae Alsaharavii.. Salah satu risalah buku tersebut juga diterjemahkan
dalam bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone di Genova dan Abraham Indaeus pada

abad ke-13. Salinan Kitab Al Tasrif juga juga diterbitkan di Venice pada tahun
1471 dengan judul Liber Servitoris. Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga
diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada
abad ke-12 dengan judul Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab
karya Al Zahrawi semakin termasyhur di seluruh Eropa.. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya
yang mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al
Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai kampuskampus.Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang termasyhur pada zamannya.
Bahkan hingga lima abad setelah dia meninggal, bukunya tetap menjadi buku
wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan kedokterannya masuk dalam kurikulum jurusan kedokteran di
seluruh Eropa.

ADALAH Ya'qub bin Ibrahim bin Habib bin Khanis bin Saad al-Anshari al-Jalbi al-Kufi al-Baghdadi, dikenal
dengan nama panggilan Abu Yusuf. Ia dilahirkan di Kufah, Irak, pada tahun 113 H dan wafat pada 182 H di
Kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di masa itu.
Abu Yusuf menimba ilmu kepada ulama-ulama besar di zamannya, seperti Hisyam bin Urwah, Abu Ishaq
as-Saybani, Abu Muhammad Atho bin Saib al-Kufi, Anas bin Malik, (dalam Ilmu Hadist). Muhammad Ibnu
Abdurrahman bin Abi Laila, Al-Laits bin Saad, dan Abu Hanifah (dalam Ilmu Fikih), nama yang terakhir inilah
yang banyak memberikan inspirasi terhadap pemikiran Abu Yusuf, selama 17 tahun belajar bersamanya.
Kelak abu Yusuf menjadi salah satu ulama madhab Hanafi termasyhur dan terpercaya di zamannya.
Meski kerap berbeda pendapat, Abu Yusuf merupakan orang pertama yang menentukan kitab Mazhab
Hanafi dan menyebarluaskan ajaran gurunya itu. Kedekatannya dengan para penguasa Abbasiyah
sekaligus memiliki peran penting dalam Negara, menjadikan mazhab Hanafi mudah diterima di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah yang menganut Mazhab Hanafi, antara lain, Mesir dan Pakistan.
Terlahir dari keluarga yang miskin, Abu Yusuf mempunyai ketertatrikan serius dalam menuntut ilmu,
menjadikannya sebagai pribadi yang disegani, pintar sekaligus terpercaya, terutama dalam hal berkaitan
dengan hukum maupun ilmu hadist. Dengan keluasan ilmunya, mencakup ilmu tafsir, ilmu strategi perang,
penanggalan Arab, dan periwayatan hadist, Abu Yusuf mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang
dipanggil sebagai Qadi al-Qudah (hakim agung selama tiga periode kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di
Baghdad, pada masa Pemerintahan Khalifah Al-Hadi, Al-Mahdi, dan Harun Al-Rasyid. Pada masa
pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, semua keputusan mahkamah baik seluruh kekhalifahan harus
bersandar kepada keputusannya. jabatanya sebagai hakim agung diembanya hingga ia wafat pada 182 H.
Sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang menguasai multidisiplin keilmuan, Abu Yusuf telah banyak
melahirkan karya-karya dalam beberapa disiplin keilmuan, antara lain dalam bidang hukum Islam, fiqih,
hadist, maupun ekonomi (keuangan public).
Diantara karya-karya Abu Yusuf yang adalah kitab Al-Fihrist, sebuah kompilasi bibliografi buku yang ditulis
oleh Ibnu Nadim pada abad ke-10 M. Kitab Al-Atsar berisi tentang berbagai tradisi periwayatan hadis.

Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Layla berisi tentang ulasan-ulasan mengenai perbandingan fikih
antara Abu Hanifah dengan Abi Layla, Kitab Al-Radd 'Ala Siyar Al-Awza'i berisi bantahan terhadap
pemikirian seorang ulama yang bernama Al-Awza'I mengenai hukum peperangan, kitabAl-Jawami
merupakan karya yang ditulis untuk Yahya bin Khalid berisi tentang perdebatan mengenai analogi dan rasio,
Kitab Kharaj (keuangan Publik) berisi tentang panduan dan ketentuan-ketentuan dalam pengelolaan
keuangan Negara, meliputi pemasukan dan pengeluaran negara, mekanisme pasar, serta perpajakan.
Karya inilah yang melambungkan nama Abu Yusuf sebagai Ekonom termasyhur di zaman khalifah
abbasiyah. Beberapa karyanya yang lain merupakan hasil penulisan kembali yang dilakukan oleh para
muridnya dan diteruskan melalui generasi penerusnya, seperti kitab Al-Hiyal berisi tentang perangkatPerangkat Hukum dalam Islam, yang ditulis kembali oleh muridnya Muhammad As-Saybani, dalam kitab
Al-Makharij fi Al-Hiyal.
Kitab Kharaj (Keuangan Publik)
Kitab ini ditulis atas permintaan khalifah Harun Ar-Rasyid agar menjadi pedoman dalam hal pemasukan
serta pengeluaran keuangan negara, meliputi pajak, zakat dan jizyah. Dikatakan oleh Abu Yusuf,
"Sesungguhnya Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid (semoga Allah mengokohkan kekuasaannya) telah
meminta kepadaku untuk membuat sebuah buku sebagai panduan umum, dalam pengumpulan kharaj
(pajak tanah), usyr (pajak tumbuhan), zakat dan jizyah (pajak non-muslim)".
Penamaan kitab Kharaj setidaknya dilatar belakangi oleh dua hal. Pertama, dikarenakan memuat
beberapa persoalan perpajakan (kharaj, ushr, zakat dan Jiz'ah), serta masalah-masalah pemerintahan.
Kedua, dikarenakan pemasukan Negara terbesar di zaman itu adalah kharaj (pajak bumi), sehingga istilah
kharaj berubah arti, dari pajak tanah menjadi pajak secara keseluruhan. Hal ini diikuti oleh ulama-ulama
setelah Abu Yusuf seperti Imam al-Mawardi dalam Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Imam Al-Ghazali dalam
Ihya Ulumuddin, Ibnu Taymiyyah dalam Majmu Al-Fatawa, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Alamu AlMuwaqqiien An Rabb Al-Alamin, serta Ibn Khuldun dalam Tarikh Al-Ibar/ Muqaddimah Ibn Khuldun.
Karya ini, menjadikan Abu Yusuf sebagai ekonom muslim pertama yang menulis secara khusus tentang
kebijakan ekonomi Negara, pemasukan dan pengeluarannya, kewajiban pemerintah, pemenuhan
kebutuhan rakyat, konsep zakat dan pajak, pembangunan infarstruktur Negara serta sistem pasar.
Kesuksesan Abu Yusuf dalam Kitab Kharaj dengan mengelaborasi antara agama, tradisi dan budaya
menjadi trending topic yang sering didiskusikan oleh para ulama di baghdad. Kecermelangan pikirnya,
dalam menawarkan problem-solving kepada masyarakat menjadikannya sebagai lambang hati nurani
Negara dan para pengikutnya.
Secara ringkas, kitab "Kharaj" memuat beberapa permasalahan berikut; (a) Bidang pemerintahan, seorang
khalifah adalah wakil Allah di bumi untuk melaksanakan perintahnya. Dalam hak dan tanggung jawab
pemerintah terhadap rakyat, abu Yusuf menggunakan kaidah fikih "Tasharruful Imam ala-Ra'iyyah manutun
bil Maslahah" (kebijakan pemimpin atas rakyat, harus didasarkan kepentingan umum/rakyat). (b) Bidang
keuangan negara, uang adalah amanat Allah, bukan milik khalifah, dengan demikian dia harus dijaga
dengan penuh tanggung jawab, secara khusus, Abu Yusuf mengingatkan bahwa segala sesuatu akan
dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt.Fa saufa yasalullah, amma anta fihi wa ma amil taha bihi, (c)
Bidang pertanian, tanah yang diperoleh atas dasar pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap
selama tiga tahun dan diberikan kepada rakyat yang lainnya (d) bidang perpajakan, pajak hanya ditetapkan
pada harta yang melebihi kebutuhan rakyat, didasarkan atas kerelaan mereka, secara adil dan sesuai
dengan kemampuan, (e) bidang peradilan, penentuan hukum berdasarkan hal-hal yang syubhat tidak
dibenarkan. kesalahan dalam mengampuni lebih baik dari pada kesalahan dalam menghukum. serta
jabatan tidak boleh menjadi bahan pertimbangan dalam masalah keadilan.
Signifikasi pemikiran Abu Yusuf Terhadap Ekonomi Islam
Dua kebijakan penting yang dilakukan Abu Yusuf dalam rangka pemembenahan sistem ekonomi yang adil
dan sejahtera (Income, Expenditure, dan mekanisme pasar). Hal ini melibatkan dua elemen penting dalam
Negara, yaitu rakyat dan pemerintah. Pertama, menentukan tingkat penetapan pajak yang sesuai, adil dan
seimbang, dalam upaya menghindari Negara dari resesi ekonomi. Kedua, pengaturan pengeluaran
pemerintah sesuai dengan kebijakan umum.

Untuk mewujudkannya Kebijakan tersebut dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut; (1)
Penggantian sistem wazifah (sistem Pemungutan pajak secara Proporsional) dengan sistem muqasamah
(sistem Pemungutan pajak secara Progresif), (2) Membangun fleksibilitas sosial antara Muslim dan NonMuslim, (3) Pelaksanaan transparansi sistem ekonomi, (4) Membangun Sistem Ekonomi yang otonom
(tanpa intervensi).
Penyusunan secara rinci dan sistematis berdasarkan elaborasi antara hadits-hadits nabi yang berkaitan
dengan keuangan publik, perpajakan dan mekanisme pasar dengan pendekatan logika 'ala' madzhab
Hanafi menjadikan karya ini tetap relevan untuk dijadikan rujukan dalam bidang ekonomi, keuangan publik,
perpajakan, mekanisme pasar dll. bahkan dapat pula dijadikan sebagai pedoman primer maupun sekunder
dalam pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter, serta ekonomi pembangunan secara umum. Wallahu
Alam Bisshowab.*

My Note

Selasa, 25 Mei 2010


Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

BAB I
Pendahuluan
Kebanyakan dari Mahasiswa saat ini lebih mengenal Adam Smith dan para tokoh
ekonomi lainnya yang berasal dari barat, akan tetapi kita belum tentu mengetauhi bahwa
Islampun memiliki para tokoh ekonomi awal (klasik), seperti al-ghazali, abu Ubaid dan
lain-lain. Oleh karenanya menarik untuk dibicarakan satu tokoh ekonomi Islam yang
brillian di masanya, yaitu Abu Yusuf, yang terkenal dengan kitab Kharaj-nya (Manual on
Land Tax) yang hidup pada masa daulah Abbassiah yaitu pada masa Khalifah Harun alRasyid.
Selain itu ekonomi Islam yang telah hadir kembali saat ini, bukanlah suatu hal
yang tiba-tiba datang begitu saja. Karena yang sudah kita ketauhi dari paragraph diatas
tadi, bahwa terdapat tokoh-tokoh ekonomi Islam, yang mana konsep ekonomi mereka
berakar pada hukum Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadis Nabi saw.

Sebagaiman tokoh yang akan dibahas dalam makaah ini yaitu Abu Yusuf, beliau telah
memberikan kontribusi pemikiran ekonomi. Beliau merupakan seorang tokoh muslim
pertama yang menyinggung masalah mekanisme pasar. makalah ini akan berusaha
mengangkat tentang bagaimanakah pemikiran ekonomi beliau.
Adapun pembahasan dalam makalah ini akan diawali dengan Sekilas tentang Abu
Yusuf, Kitab al-Kharaj, Latar Belakang Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf, Mekanisme
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf, Sistem Ekonomi Abu Yusuf, Tujuan Kebijakan ekonomi
Abu Yusuf.

BAB II
PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF
Sekilas Tentang Abu Yusuf
Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang
sesunggunya lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang
diakui di masa abassiyah[1].

Time periods of Abu Yusuf


Adapun nama panjang dari Abu yusuf adalah Imam Abu Yusuf Yaqub bin
Ibrahim bin Habib al-anshari al-jalbi al-Kufi al-Baghdadi. Di panggil al-anshari karena
ibunya masih keturunan dari salah seorang sahabat Rasulullah Saw., Sa`ad Al-Anshari.
Beliau dilahirkan di kota Kufa. Pada masa kecilnya, Imam Abu Yusuf memiliki
ketertarikan yang kuat pada ilmu pengetahuan, terutama pada ilmu hadis. Abu Yusuf
menimba berbagai ilmu kepada banyak ulama besar, seperti Abu Muhammad atho bin asSaib Al-kufi, Pendidikannya dimulai dari belajar hadits dari bebearapa tokoh. Ia juga ahli
dalam bidang fiqh, beliau belajar dari seorang guru yang bernama Muhammad Ibnu
abdur Rohman bin Abi laila yang lebih di kenal dengan nama Ibn Abi Laila.selam tujuh
belas tahun Abu Yusuf tiada henti-hentinya belajar kepada Abu hanifa, iapun terkenal
sebagai salah satu murid terkemuka Abu Hanifa.
Adapun buku-buku yang pernah ditulis Abu Yusuf seperti:
1. kitab al-Atsar
2. kitab ikhtilaf Ibni Abi Hanifa wa Laila
3. Kitab ar-Radd ala al-Siyar Auza`i
4. Kitab al-Kharaj. Buku ini merupakan buku yang paling popular dari kepopuleran bukubukunya yang lain. Dengan buku ini dia dianugerahi sebagai Ulan fikih dan ahli ekonomi
klasik muslim[2].

Kitab al-Kharaj
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab
al-Kharaj. Kitab ini ditulis untuk merespon permintaan khalifah harun al-Rasyid tentang
ketentuan-ketentuan agama Islam yang membahas masalah perpajakan, pengelolaan
pendapatan dan pembelanjaan public. Abu Yusuf menuliskan bahwa Amir al-Muminin
telah memintanya untuk mempersiapkan sebuah buku yang komprehensif yang dapat
digunakan sebagai petunjuk pengumpulan pajak yang sah, yang dirancang untuk
menghindari penindasan terhadap rakyat. Al-Kharaj merupakan kitab pertama yang
menghimpun semua pemasukan daulah islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan
kitabullah dan sunnah rasul saw. Dalam kitab ini dijelaskan bagaimana seharusnya sikap

penguasa dalam menghimpun pemasukan dari rakyat sehingga diharapkan paling tidak
dalam proses penghimpunan pemasukan bebas dari kecacatan sehingga hasil optimal
dapat direalisasikan bagi kemaslahatan warga Negara. Kitab ini dapat digolongkan
sebagai fublic finance dalam pengertian ekonomi modern. Pendekatan yang dipakai
dalam kitab al-Kharaj sangat pragmatis dan bercorak fiqh. Kitab ini berupaya
membangun sebuah system keuangan public yang mudak dilaksanakan yang sesuai
dengan hokum islam yang sesuai dengan persyaratan ekonomi. Abu Yusuf dalam kitab
ini sering menggunakan ayat-ayat Al Quran dan Sunnah Nabi saw serta praktek dari para
penguasa saleh terdahulu sebagai acuannya sehingga membuat gagasan-gagasannya
relevan dan mantap[3]. Misalnya Abu yusuf dalam kitabnya al-Kharaj mengomentari
perbuatan khalifah Umar dengan mengatakan: pendapat Umar ra yang menolak
pembagian tanah kepada penakluknya tersebut, adalah sesuai dengan keterangan alQur`an yang di ilhamkan Allah kepadanya dan merupakan taufiq dari Allah kepadanya
dalam tindakan yang diambilnya dalam keputusan ini dinyatakan bahwa kekayaan
tersebut adalah untuk seluruh umat Islam. Sedangkan pendapatnya yg menegaskan bahwa
penghasilan tanah tersebut harus di kumpulkan kemudian dibagi kepada kaum muslimin,
juga membawa manfaat yang luas bagi mereka semua[4].
Prinsip-prinsip yang ditekankan Abu Yusuf dalam perekonomian, dapat
disimpulkkan bahwa pemikiran ekonomi Abu Yusuf sebenarnya tersimpul dalam alKharaj yang dapat disebut sebagai bentuk pemikiran ekonomi kenegaraan, mengupas
tentang kebijakan fiscal, pendapat negara dan pengeluaran[5].
Penamaan al-Kharaj terhadap kitab ini, dikarenakan memuat beberapa
persoalan pajak, jiz'ah Kaum non muslim wajib membayar jizyah, namun jika mereka
meninggalmaka jizyah tersebut tidak boleh dibayar oleh ahli warisnya. Jizyah dalam
terminology konvensional disebut dengan pajak perlindungan, yakni jasa keamanan yang
diberikan Negara islam kepada kaum non muslim. Bagi kaum non muslim yang ikut
berperang , maka bagi mereka tidak dibebankan untuk membayar jizyah. Berdasarkan
klasifikasi strata masyarakat maka jizyah bagi golongan kaya sebesar 4 dinar, golongan
menengah 2 dinar dan kelas miskin 1 dinar. Tentang mereka yang enggan membayar
jizyah, beliau menyatakan bahwa dalam menarik jizyah dari orang-orang non muslim
tidak perlu dengan cara kekerasan tetapi dengan cara yang kekeluargaan yakni

memberlakukan mereka layaknya teman, karena hal ini dapat member pengaruh positif
yaitu bertambah simpatinya kaum non muslim terhadap Islam., serta masalah-masalah
pemerintahan.

Kitab al-Kharaj mencakup berbagai bidang, antara lain :

1. Tentang pemerintahan, seorang khalifah adalah wakil Allah di bumi untuk


melaksanakan perintah-Nya. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab
pemerintah terhadap rakyat. Kaidah yang terkenal adalah Tasharaf alimam manuthum bi al-Maslahah.
2. Tentang keuangan; uang negara bukan milik khalifah tetapi amanat Allah
dan rakyatnya yang harus dijaga dan penuh tanggung jawab.
3. Tentang pertanahan; tanah yang diperoleh dari pemberian dapat ditarik
kembali jika tidak digarap selama tiga tahun dan diberikan kepada yang
lain.
4. Tentang perpajakan ; pajak hanya ditetapkan pada harta yang melebihi
kebutuhan rakyat yang ditetapkan berdasarkan pada kerelaan mereka.
5. Tentang peradilan; hukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang yang
subhat. Kesalahan dalam mengampuni lebih baik dari pada kesalahan
dalam menghukum. Jabatan tidak boleh menjadi bahan pertimbangan
dalam persoalan keadilan.

Latar Belakang Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi


beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari latar belakang
pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa gurunya. Hal ini nampak dari, setting
social dalam penetapan kebijakan yang dikeluarkannya, tidak keluar dari konteksnya. Ia
berupaya melepaskan belenggu pemikiran yang telah digariskan para pendahulu, dengan
cara mengedepankan rasionalitas dengan tidak bertaqlid. Faktor ekstern, adanya system

pemerintahan yang absolute dan terjadinya pemberontakan masyarakat terhadap


kebijakan khalifah yang sering menindas rakyat. Ia tumbuh dalam keadaan politik dan
ekonomi kenegaraan yang tidak stabil, karena antara penguasa dan tokoh agama sulit
untuk dipertemukan. Dengan setting social seperti itulah Abu Yusuf tampil dengan
pemikiran ekonomi al-Kharaj[6]. Penekanan terhadap tanggung jawab penguasa
merupakan tema pemikiran ekonomi Islam yang selalu dikaji sejak awal. Tema ini pula
yang ditekankan Abu Yusuf dalam surat panjang yang dikirimkannya kepada penguasa
Dinasti Abbasiyah, Khalifa Harun Al-Rasyid. Di kemudian hari, surat yang membahas
tentang pertanian dan perpajakan tersebut dikenal sebagai kitab al-Kharaj.
Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil pertanian
dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam pandangannya,
cara ini lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil produksi yang lebih besar
dengan memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan. Dalam hal pajak, ia
telah meletakan prinsip-prinsip yang jelas yang berabad-abad kemudian dikenal oleh para
ahli ekonomi sebagai canons of taxation. Kesanggupan membayar, pemberian waktu
yang longgar bagi pembayar pajak dan sentralisasi pembuatan keputusan dalam
administrasi pajak adalah beberapa prinsip yang ditekankannya[7]. Misalnya abu Yusuf
juga mengangkat kisah khalifah Umar ibn Khattab yang menghadapi kaum nasrani bani
Tlaghlab. Mereka hdala orang arab yang anti pajak. Maka jangan sekali-kali kamu
engkau jadikan mereka sebagai musuh (karena tidak mau membayar pajak), maka
ambillah dari mereka pajak dengan atas nama sedekah. Karena mereka Sejak dulu mau
membayar sedekah dengan berlipat ganda asa tidak bernama pajak. Mendengar hal itu
pada mulanya khalifah Umar menolak usulan ini, tetapi kemudian hari justru
menyetujuinya, sebab di dalamnya terdapat unsur mengais manfaat dan mencegah
mudharat[8]. Sebagai contoh dalam sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi
pajak.
Dalam bukunya kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menguraikan kondisi-kondisi untuk
perpajakan, yaitu:
1. charging a justifiable minimum (harga minimum yang dapat dibenarkan)
2. no oppression of tax-payers (tidak menindas para pembayar pajak)

3. maintenance of a healthy treasury, (pemeliharaan harta benda yang sehat)


4. benefiting both government and tax-payers (manfaat yang diperoleh bagi
pemerintah dan para pembayar pajak)
5. in choosing between alternative policies having the same effects on
treasury, preferring the one that benefits tax-payers (pada pilihan antara
beberapa alternatif peraturan yang memeliki dampak yang sama pada
harta benda, yang melebihi salah satu manfaat bagi para pembayar
pajak[9]
Abu Yusuf dengan keras menentang pajak pertanian. Ia menyarankan agar
petugas pajak diberi gaji dan perilaku mereka harus diawasi untuk mencegah korupsi dan
praktek penindasan. Dan mengusulkan penggantian system pajak tetap (lump sum
system) atas tanah menjadi pajak proporsional atas hasil pertanian. Sistem proporsional
ini lebih mencerminkan rasa keadilan serta mampu menjadi automatic stabilizer bagi
perekonomian sehingga dalam jangka panjang perekonomian tidak akan berfluktuasi
terlalu tajam[10]. Bagi Abu Yusuf metode pajak secara proporsional dapat meningkatkan
pemasukan negara dari pajak tanah dari sisi lain mendorong para penanam untuk
meningkatkan produksinya. Abu Yusuf menyatakan:
Dalam pandangan saya, system perpajakan terbaik untuk menghasilkan pemasukan lebih
banyak bagi keuangan negara dan yang paling tepat untuk menghindari kezaliman
terhadap pembayar pajak oleh para pengumpul pajak adalah pajak pertanian yang
proporsional. System ini akan menghalau kezaliman terhadap para pembayar pajak dan
menguntungkan keuangan negara.[11]
Sistem pajak ini didasarkan pada hasil pertanian yang sudah diketahui dan dinilai, system
tersebut mensyaratkan penetapan pajak berdasarkan produksi keseluruhan, sehingga
system ini akan mendorong para petani untuk memanfaatkan tanah tandus dan amati agar
mnemperoleh bagian tambahan. Dalam menetapkan angka. Abu Yusuf menganggap
system irigasi sebagai landasannya, perbedaan angka yang diajukannya adalah sebagai
berikut:
1. 40 % dari produksi yang diairi oleh hujan alamiah

2. 30 % dari produksi yang diairi secara artificial 1/3 dari produksi tanaman
(pohon palm, kebun buah-buahan dan sebagainya) dari produksi
tanaman musim panas.
Dari tingkatan angka di atas dapat dilihat bahwa Abu Yusuf menggunakan
sistem irigasi sebagai kriteria untuk menentukan kemampuan tanah membayar pajak,
beliau menganjurkan menetapkan angka berdasarkan kerja dan modal yang digunakan
dalam menanam tanaman[12].
Abu Yusuf wrote too that all persons had the right to use water from the great
rivers. But if the canal excavated passed through land belonging to others, then those
who benefited from this canal might have to pay compensation like a monthly charge
(Abu Yusuf juga menjeaskan bahwa semua manua memiiki hak untuk menggunakan air
dari sungai besar tetapi jika kanal (parit kecil) digali yang melalui lahan milik orang lain,
kemudian ini dimanfaat dari kanal tersebut harus membayar kopensasi seperti membayar
iuran setiap bulan)[13].
Hal kontroversial dalam analisis ekonomi Abu Yusuf ialah pada masalah
pengendalian harga (tas`ir). Ia menentang penguasa yang menetapkan harga.
Argumennya didasarkan pada sunnah Rasul. Dalam hal ini beliau mengutip hadis-hadis
rasulullah saw yang menyatakan bahwa tinggi dan rendahnya barang merupakan bagian
dari keterkaitan dengan keberadaan allah, dan kita tidak bias mencampuri terlalu jauh
bagian dari ketetapan tersebut (Riwayat Abdu a-Rahman bin Abi Laila dari Hikam bin
Utaibah) dan hadis yang menyatakan Sesungguhnya urusan tinggi dan rendahnya harga
suatu barang punya kaitan erat dengan kekuasaan allah swt. Aku berharap dapat bertemu
dengan Tuhanku di mana salah seorang diantara kalian tidak akan menuntutku karena
kezhaliman (Hadis Tsabit Abu Hamzah al-Yamani dari Salim bin Abi Jaad) dan
Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga, penahan, pencurah serta pemberi rizki.
Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku dimana salah seorang di antara kalian tidak
menuntutku karena kezhaliman dalam hal darah dan harta (Riwayat Sufyan bin Uyainah,
dari Ayub dari Hasan). Abu yusuf menyatakan bahwa hasil panen yang berlimpah bukan
bukan alasan Untuk menurunkan harga panen dan, sebaliknya., kelangkaan tidak
mengakibatkan harganya melambung. Pendapat abu Yusuf ini merupakan hasi observasi.

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ada kemungkinan kelebihan hasil dapat


berdampingan dengan harga yang tinggi dan kelangkaan dengan harga yang rendah.
Namun disisi lain, abu Yusuf juga tidak menolak peranan permintaan dan penawaran
dalam penentuan harga[14] . tapi kelihatannya Abu Yusuf ingin mengatakan bahwa
kenyataannya Abu Yusuf ingin mengatakan bahwa pada kenyataannya harga tidak hanya
bergantung pada kekuatan penawaran tetapi juga permintaan. Karena itu peningkatan
atau penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan penurunan atau peningkatan
dalam produksi. Secara tegas ia mengatakan ada beberapa variabel-variabel lain yang
mempengaruhi, namun beliau tidak menjelaskan secara rinci, variabel-variabel apa saja
itu.[15]
Tapi bias dari variabel itu adalah pergeseran dalam permintaan atau jumlah
uang yang beredar di suatu Negara, atau penimbunan dan penahanan barang, atau semua
hal tersebut. Menurut Siddiqi sebagaimana yang telah dikutip oleh Adiwarman bahwa
ucapan Abu yusuf harus diterima sebagai pernyataan dari hasil pengamatan pada saat itu,
yakni keberadaan yang bersamaan antara melimpahnya barang dan tingginya harga serta
kelangkaan barang dan harga rendah.
Dapat dilihat bahwa pemikiran Abu Yusuf menggambarkan adanya batasanbatasan tertentu bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan harga. Abu Yusuf lebih
banyak mengedepankan rayu dengan menggunakan perangkat analisis qiyas dalam
upaya mencapai kemaslahatan ammah sebagai tujuan akhir hukum[16].
Penting diketahui, para penguasa pada periode itu umumnya memecahkan
masalah kenaikan harga dengan menambah suplai bahan makana dan mereka
menghindari kntrol harga. Kecendrungan yang ada daam pemikiran ekonomi adalah
membersihkan pasar dari praktek penimbunan, monopoli, dan pratek korup lainnya dan
kemudian membiarkan penentuan harga kepada kekuatan permintaan dan penawaran.
Abu Yusuf tidak dikecualikan dalam hal kecenderungan ini[17].

Mekanisme Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf


Adapun yang menjadi kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam
masalah keuangan publik. Dengan daya observasi dan analisisnya, abu yusuf

menguraikan masalah keuangan dan menunjukkan beberapa kebijakan yang harus


diadobsi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. beliau melihat bahwa
sektor Negara sebagai satu mekanisme yang memungkinkan warga Negara melakukan
campur tangan atas proses ekonomi. Bagaimana mekanisme pengaturan tersebut dalam
menentukan : Tingkat pajak yang sesuai dan seimbang dalam upaya menghindari
perekonomian Negara dari ancaman resesi. Sebuah arahan yang jelas tentang pengeluaran
pemerintah untuk tujuan yang diinginkan oleh kebijaksanaan umum. Untuk dapat
mewujudkan keadaan tersebut Abu Yusuf meletakkan beberapa macam mekanisme,
yakni:

1. Menggantikan system wazifah dengan system muqosomah.


Wazifah dan muqosomah merupakan istilah dalam membahasakan system
pemungutan pajak. Wazifah memberikan arti bahwa system pemungutan yang ditentukan
berdasarkan nilai tetap, tanpa membedakan ukuran tingkat kemampuan wajib pajak atau
mungkin dapat dibahasakan dengan pajak yang dipungut dengan ketentuan jumlah yang
sama secara keseluruhan, sedangkan Muqosomah merupakan system pemungutan pajak
yang

diberlakukan

berdasarkan

nilai

yang

tidak

tetap

(berubah)

dengan

mempertimbangkan tingkat kemampuan dan persentase penghasilan atau pajak


proporsional, sehingga pajak diambil dengan cara yang tidak membebani kepada
masyarakat[18]. Berkaitan dengan ini Abu Yusuf mengatakan;
Saya mendapat pertanyaan mengenai pajak dan pengumpulannya di Sawad. Saya
mengumpulkan pendapat orang-orang di lapangan dan mendiskusikan permasalahan
tersebut bersama mereka, dan tak satupun yang gagal dalam pelaksanaanya, kemudian
saya menanyakan tentang kharaj yang ditetapkan (tauzif) oleh umar bin Khatab, dan
tentang kapasitas tanah yang dikenai pajak (wazifah) mereka (orang-orang yang
dikumpulkan untuk bermusyawarah) tersebut mengungkapkan, bahwa belakangan ini
tanah-tanah subur lebih banyak dibandingkan dengan tanah-tanah yang tidak subur, dan
mereka juga mengungkapkan banyaknya tanah sisa yang tidak dikerjakan (nonproduktif)
dan sedikitnya tanah garapan yang digunakan sebagai subyek kharaj. Menurut pandangan
mereka , jika tanah yang tidak digarap yang kami miliki akan dikenakan kharaj seperti

halnya tanah garapan yang subur, maka kami tidak akan bisa mengerjakan tanah atau
lahan-lahan yang ada sekarang, lantaran ketidakmampuan kami untuk membayar kharaj
terhadap tanah yang non-produktif tersebut, dan jika tanah tersebut tidak dikelola dalam
waktu seratus tahun, maka ia tetap akan menjadi subyek kharaj atau tetap tidak akan
pernah digarap selamanya, dan jika memang demikian halnya maka bagi orang-orang
yang menggarap tanah ini untuk keperluan sehari-hari tidak bisa dikenai kharaj.
Konsekuensinya, saya menyadari bahwa biaya yang tetap dalam[19].
Abu Yusuf dalam membenahi system perekonomian, ia membenahi mekanisme
ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan miskin.

2. Membangun fleksibilitas social

Problematika muslim dan non-muslim juga tidak lepas dari pembahasan Abu
Yusuf, yaitu tentang kewajiban warga negara non-Muslim untuk membayar pajak. Abu
Yusuf memandang bahwa warga Negara sama dihadapan hukum, sekalipun beragama
non-Islam. Dalam hal ini Abu Yusuf membagi tiga golongan orang yang tidak memiliki
kapasitas hukum secara penuh, yaitu Harbi, Mustamin, dan Dzimmi. Kelompok
Mustamin dan Dzimmi adalah kelompok asing yang berada di wilayah kekuasaan Islam
dan membutuhkan perlindungan keamanan dari pemerintah Islam, serta tunduk dengan
segala aturan hukum yang berlaku. Perhatian ini diberikan Abu Yusuf dalam rangka
memberi pemahaman keseimbangan dan persamaan hak dan juga mekanisme penetapam
pajak jizah.
Pembayaran

jizah

oleh

non-muslim,

bukanlah

sebagai

hukuman

atas

ketidakpercayaan mereka terhadap Islam, sebab hal iti bertentangan dengan al-Quran
(2): 256 ; tidak ada paksaan dalam agama. Jizah tidak diberlakukan bagi perempuan,
anak-anak, orang miskin dan kalangan tidak mampu. Bagi yang tidak mampu membayar,
mereka juga wajib dilindungi dan disantuni.
Berkaitan dengan jizah ini, Abu Yusuf secara khusus membahasnya yang
ditujukan kepada Harun al-Rasyid. Beliau mengatakan siapa saja yang memaksa warga
yang bukan muslim, atau meminta pajak kepada mereka di luar kemampuannya, maka

aku termasuk golongannya. Jizah, jika dihadapkan pada konteks realitas social ekonomi
masyarakat, maka pertimbangan persentase berdasarkan pendapat Abu Yusuf di atas
kiranya lebih mengarah pada tingkat keseimbangan dan nilai-nilai keadilan yang
manusiawi,. Hal ini dilakukan sebagai ukuran material dan kemampuan masyarakat
dalam menunaikan kewajibannya sebagai warga Negara. Pemahaman fleksibilitas yang
dibangun Abu yusuf juga terlihat dari sikapnya yang toleran pada non-Muslim dalam
memberi izin melakukan transaksi perdagangan di wilayah kekuasaan Islam. Hal lain,
yang dilakukan Abu Yusuf adalah menolak pendapat yang melarang pedagang Islam
untuk berdagang di wilayah Dar al_harbi. Hal ini dilakukan guna membuka peluang
untuk kontribusi bagi pembangunan dan penyebaran tekhik perdagangan ke seluruh
dunia, seperti Cina, Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara dan Turki. Dari sikap Abu
Yusuf di atas, terlihat bahwa ia memperhatikan hubungan baik antar Negara,
pengembangan ekonomi perdagangan, serta
upaya mensikapi perekonomian masyarakat sebagai antisipasi jika terjadi krisis
kebutuhan pokok[20].

3. Membangun system politik dan ekonomi yang transparan.

Menurut Abu Yusuf pembangunan system ekonomi dan politik, mutlak


dilaksanakan secara transparan, karena asas transparan dalam ekonomi merupakan bagian
yang paling penting guna mencapai perwujudan ekonomi yang adil dan manusiawi[21].

4. Menciptakan system ekonomi yang otonom

Abu Yusuf menciptakan system ekonomi yang otonom (tidak terikat dari
intervensi pemerintah). Perwujudannya nampak dalam pengaturan harga yang
bertentangan dengan
hukum supply and demand.
Selain itu semua Abu Yusuf juga memberikan beberapa saran tentang cara-cara
memperoleh sumber pembelanjaan untuk jangka panjang, seperti membangun jembatan
dan bendungan serta menggali saluran-saluran besar dan kecil. Ketika berbicara tentang
pengadaan fasilitas infrasstruktur, Abu Yusuf menyatakan bahwa negara bertanggung
jawab untuk memenuhinya agar dapat meningkatkan produktivitas tanah, kemakmuran
rakyat serta pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa semua biaya yang dibutuhkan
bagi pengadaan proyek Publik. Selain di biadang keuangan Publik, abu Yusuf juga
memberikan pandangannya tentang mekanisme pasar dan harga[22], seperti yang
dijelaskan pada paragraph sebelumnya .

Sistem Ekonomi Abu Yusuf


Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk
mencapai kemaslahatan ummat. Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Quran, al- Hadits,
maupun landasan-landasan lainnya. Hal inilah yang nampak dalam pembahasannya kitab
al-Kharaj. Kemaslahatan yang dimaksud oleh Abu Yusuf adalah, yang dalam termiologi
fiqh disebut dengan Maslahah/ kesejahteraan, baik sifatnya individu (mikro) maupun
(makro) kelompok. Secara mikro juga diharapkan bahwa manusia dapat menikmati hidup
dalam kedamaian dan ketenangan dalam hubungan interaksi sosial antar sesama, dan
diatur dengan tatanan masyarakat yang saling menghargai antar masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lainnya. Ukuran maslahah, menurut Abu Yusuf dapat diukur
dari beberapa aspek, yaitu keseimbangan, (tawazun), kehendak bebas (al-Ikhtiar),
tanggung jawab/keadilan (al-adalah/accountability), dan berbuat baik (al-Ikhsan). Jika
konsepsi maslahah yang dipakai oleh Abu yusuf adalah konsepsi As-Syatibi, maka teori
analalisis ekonominya dikategorikan sebagai bentuk dari al_maslahah al-Mutabarah[23].

Selain itu Konsep maslahah ummat seperti ini jika dikembangkan dalam wacana
ekonomi masa sekarang dan mendatang adalah sangat memungkinkan. Hal ini nampak,
selain dari struktur bangunan pemikirannya yang berangkat pada pengembangan moral
etis agamis, juga terlihat dari filterisasi at-Tawazun, alikhtiyar, al-adalah, al-Ikhsan,
yang memungkinkan etika ekonomi bergerak lebih leluasa dan ideal dalam dinamika
sosio cultural masyarakat tanpa harus meninggalkan bagian normatifitas transendental
ajaran agama[24].
Dalam hal yang berhubungan pemerintahan Abu Yusuf menyusun sebuah
kaidah fiqh yang sangat populer, yaitu Tasrruf al-Imam `ala Ra`iyyah Manutun bi alMashlaha (setiap tindakan pemerintah yang bertkaitan dengan rakyat senantiasa terkait
dengan kemaslahatan mereka).ia menekankan pentingnya sifat amanah dalam mengelola
uang negara, uang negara bukan milik khalifah, tetapi amanat allah dan rakyatnya yang
harus dijaga dengan penuh tanggungjawab[25].
Dengan melihat dari bagaimana kebijakan Abu yusuf dalam hal ekonomi,
menunjukkan bahwa perkembangan pemikiran ekonomi dalam islam telah memberikan
suatu pencerahan. Melihat dari bagaimana pendapat Abu yusuf tentang fluktuasi harga
memberikan kesimpulan bahwa system ekonomi yang ada belum tentu bias diterima,
tergantung pada keadaan dan situasi yang terjadi pada suatu tenpat.
Dengan pemikiran ekonomi Abu Yusuf ini hendaklah dapat mendorong kita
untuk menjadi umat yang menghubungkan antara agama dan ekonomi, karena hal yang
berhubungan dengan kegiatan manusia tersebut telah di jelaskan hukumnya didalam AlQur`an dan Hadis. Selain mendapat kesejahteraan di dunia, kita juga akan mendapat
kesejahteraan di akhirat juga. Kesejahteraan (mashlahah itu terbagi dalm dua komponen
yaitu; manfaat dan berkah. Yang mana berkah tersebut dapat diperoleh dengan
menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiataan ekonominya.

BAB III
Kesimpulan
Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang
sesunggunya lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang
diakui di masa abassiyah. Adapun nama panjang dari Abu yusuf adalah Imam Abu Yusuf
Yaqub bin Ibrahim bin Habib al-anshari al-jalbi al-Kufi al-Baghdadi.
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab
al-Kharaj. Al-Kharaj merupakan kitab pertama yang menghimpun semua pemasukan
daulah islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul saw.
Dalam kitab ini dijelaskan bagaimana seharusnya sikap penguasa dalam menghimpun
pemasukan dari rakyat sehingga diharapkan paling tidak dalam proses penghimpunan
pemasukan bebas dari kecacatan sehingga hasil optimal dapat direalisasikan bagi
kemaslahatan warga Negara.
Kitab al-Kharaj mencakup berbagai bidang, antara lain :

Tentang pemerintahan

Tentang keuangan

Tentang pertanahan

Tentang

Tentang peradilan
Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi
beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari latar belakang
pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa gurunya. Faktor ekstern, adanya system
pemerintahan yang absolute dan terjadinya pemberontakan masyarakat terhadap
kebijakan khalifah yang sering menindas rakyat.

Adapun yang menjadi kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam
masalah keuangan publik.
Abu Yusuf dalam membenahi system perekonomian, ia membenahi mekanisme
ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan miskin.

Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk
mencapai kemaslahatan ummat. Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Quran, al- Hadits,
maupun landasan-landasan lainnya. Hal inilah yang nampak dalam pembahasannya kitab
al-Kharaj. Kemaslahatan yang dimaksud oleh Abu Yusuf adalah, yang dalam termiologi
fiqh disebut dengan Maslahah/ kesejahteraan, baik sifatnya individu (mikro) maupun
(makro) kelompok
Tujuan kebijakan ekonomi Abu Yusuf adalah untuk mencapai maslahah ammah.
Maslahah adalah kesejahteraan yang sifatnya individu (mikro) maupun golongan
(makro).
Model pemikiran Abu Yusuf adalah berbentuk pemikiran ekonomi kenegaraan,
mengupas tentang kebijakan fiskal, yang berkenaan dengan pendapatan negara.

Daftar Pustaka
Al-Qardhawi, Yusuf. Karakteristik Islam. Jakarta : Rabbani Press, 1997.

ardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian. Jakarta : Rabbani Press, 1997.

ri Akmal Tarigan dkk.,Pergumulan Ekonomi Syariah di Indonesia. Bandung: Cipta Pustaka


Media, 2007.

l Tarigan dkk., Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Bandung: Cipta Pustaka Media, 2006.
http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi
abu yusuf. Html.
http://www.islamic-world.net/2010/16/economics/al_kharaj.htm
http://www.islamic economic abu yusuf, business, and finance.com (23
februari 2010).

m, Adiwarman Azhar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ed. Ke-2. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2004.

a Edwin dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Pendana Media
Group, 2007.
Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan
pada situs pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram.

Yogyakarta. Ekonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

[1]

Mustafa Edwin, pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG, 2007), h. 185

[2] http://www.islamic economic abu yusuf, business, and finance.com (23 februari 2010), h.1

http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi abu


yusuf. html
[4] Yusuf al-Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Perekonomian (Jakarta: Rabbani press:
1997), h. 431
[5] Akmal Azhar, dkk, Dasar-dasar Ekonomi Islam (Bandung: Cipta Pustaka Media:
2006), h. 223
[3]

[6] Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan pada situs pemikiran ekonomi
abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 1-2

[7] Adiwarman

Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),


h.14-15
[8] Yusuf al-Qardhawi, Karakteristik Islam (Jakarta: Rabbani press: tthn), h. 296
[9] http://www.islamic-world.net/economics/al_kharaj.htm

P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008), h.107
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.245
[12] http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi abu
yusuf. html
[13] http://www.islamic-world.net/economics/al_kharaj.htm
[14] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.15
[15] Mustafa Edwin, pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG, 2007), h. 186
[16] http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi abu
yusuf. html
[17] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.15
[10]
[11]

[18] ibid
[19] Naili Rahmawati,

pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan pada situs


pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 15
[20] ibid, h. 6-7
[21] ibid
[22] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004), ed
3, h.235-236

Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan pada situs
pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 2-3
[24] Ibid
[25] P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008), h.107
Diposkan oleh Early_ridho di 16:23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi:

[23]

1 komentar:
1.
arrijal9partners26 September 2010 20:17
The team at ArRIJAL & Partners, Inc. offers a variety of professional services to
families/individuals.
Our clients are our number one priority. We believe in the TEAM concept of
values-based financial and legacy planning; therefore, we have surrounded
ourselves with other professionals throughout the country who are highly
regarded in the areas of investment, law and accounting. This comprehensive,
value-added approach insures you that your planning will be completed using the
most accurate, thorough and up-to-date information and methodologies with Al
Qur'an & Al Hadits (As Sunnah).
ArRIJAL & Partners provides services in the areas of training, consulting and
speaker resources. We can serve as a consultant and provide topics related to;
Board training, the tangible and intangible aspects of giving, custom educational
programs, and motivational programs.
For our peers, we provide training and resources to help you serve your affluent
clients. We offer Life Style Financial (LSF) Check up! Training sessions - either
customized for your team or in a group setting. Many of the trainings involve
other professional coaches from around the country, who add additional valuable
content and insight into the Life Style Financial (LSF) Check up system in "Cara
Islam Merencanakan Keuangan".
Agus Rijal, S.E. (Abu Yusuf)
0818.422.400 (022) 7678.5577
http://www.facebook.com/Islamic.Financial.Planner
http://arrijal9partners.wordpress.com/artikel-buku/
ArRIJAL & Partners adalah Konsultan jasa keuangan (Financial Advisor/
Penasehat Keuangan) & Konsultan Manajemen (Marketing & MSDM/ Personal

Marketing) yang sekaligus bekerjasama dengan pemasar produk beberapa


lembaga keuangan dan memasarkan produk beberapa institusi bisnis sesuai
dengan kebutuhan klien.
ArRIJAL & Partner S member of PT SPORTIF INDAH LESTARI
Layanan yang diberikan berupa; Konsultasi (Private Consultation; personal &
corporate), Seminar/ Workshop (training & non-Private Consultation), Financial
Planning for Muslim Family (Ziswaf, warisan, Haji & Umroh, dll)
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Translate Here(Terjemahkan Disini)

Facebook Badge
Early Ridho Kismawadi

Create Your Badge

Labels

Abu Ubaid (2)


Abu Yusuf (1)
Akuntansi Syariah (4)
Al Ghazali (1)
Asuransi Syariah (2)
Bank Syariah (1)

Blank Centuries (1)


Download Filem (6)
Ekonomi Islam (12)
Ekonomi Kapitalis (1)
Ekonomi Masa Rasulullah (1)
Fazlur rahman (3)
Ghazan Khan (1)
Great Gap (1)
Harun Nasution (1)
Ibnu Khaldun (1)
Konsep Pemikiran (3)
Kritikan Atas Islamic Studies (1)
Pajak (1)
Software Hadits Digital (1)
Tafsir (2)
Umar bin Abdul Aziz (1)
Umar bin Khattab (2)

Blog Archive

2012 (10)

2011 (28)

2010 (16)
o Oktober (4)
o September (1)
o Agustus (1)
o Juli (2)
o Mei (1)
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf
o April (4)
o Maret (1)
o Januari (2)

2009 (37)

Early Ridho Kismawadi. Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf


Dengan latar belakang sebagai seorang fuqaha beraliran ahl al-Rayu, Abu Yusuf
cenderung memaparkan berbagai pemikiran ekonominya dengan menggunakan perangkat
analisis qiyas yang didahului dengan melakukan kajian yang mendalam terhadap AlQuran, Hadits Nabi, Atsar Shahabi, serta praktik para penguasa yang saleh. Landasan
pemikirannya, seperti yang telah disinggung, adalah mewujudkan al-mashlahah alammah (kemashlahatan umum). Pendekatan ini membuat berbagai gagasannya lebih
relevan dan mantap.
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan publik. Dengan
daya observasi dan analisisnya yang tinggi, Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan
dan menunjukkan beberapa kebijakan yang harus diadopsi bagi pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan rakyat. Terlepas dari berbagai prinsip perpajakan dan
pertanggungjawaban Negara terhadap kesejahteraan rakyatnya, ia memberikan beberapa
saran tentang cara-cara memperoleh sumber perbelanjaan untuk pembangunan jangka
panjang, seperti membangun jembatan dan bendungan serta menggali saluran-saluran
besar dan kecil.
Suatu studi komparatif tentang pemikiran Abu Yusuf dalam kitab ini menunjukkan
bahwa berabad-abad sebelum adanya kajian yang sistematis mengenai keuangan publik
di Barat, Abu Yusuf telah berbicara tentang kemampuan dan kemudahan para pembayar
pajak dalam pemungutan pajak. Ia menolak tegas pajak pertanian dan menekankan
pentingnya pengawasan yang ketat terhadap para pemungut pajak untuk menghindari
korupsi dan tindak penindasan. Abu Yusuf menganggap penghapusan penindasan dan
jaminan kesejahteraan rakyat sebagai tugas utama penguasa. Ia juga menekankan
pentingnya pengembangan infrastruktur dan menyarankan berbagai proyek kesejahteraan.
Selain di bidang keuangan publik, Abu Yusuf juga memberikan pandangannya seputar
mekanisme pasar dan harga, seperti bagaimana harga itu ditentukan dan apa dampak dari
adanya berbagai jenis pajak. Dalam kedua hal terakhir tersebut, berdasarkan hasil
observasinya sendiri, Abu Yusuf mengungkapkan teori yang justru berlawanan dengan
teori dan asumsi yang berlaku di masanya.
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab alKharaj. Kitab ini ditulis untuk merespon permintaan khalifah harun al-Rasyid tentang
ketentuan-ketentuan agama Islam yang membahas masalah perpajakan, pengelolaan
pendapatan dan pembelanjaan publik. Abu Yusuf menuliskan bahwa Amir al-Muminin
telah memintanya untuk mempersiapkan sebuah buku yang komprehensif yang dapat
digunakan sebagai petunjuk pengumpulan pajak yang sah, yang dirancang untuk
menghindari penindasan terhadap rakyat.
Pendekatan yang dipakai dalam kitab al-Kharaj sangat pragmatis dan bercorak fiqh.
Kitab ini berupaya membangun sebuah sistem keuangan publik yang mudah dilaksanakan
yang sesuai dengan hukum Islam yang sesuai dengan persyaratan ekonomi. Abu Yusuf
dalam kitab ini sering menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi saw serta
praktek dari para penguasa saleh terdahulu sebagai acuannya sehingga membuat gagasangagasannya relevan dan mantap. Kitab Al-Kharaj mencakup berbagai bidang antara lain.
Tentang pemerintahan, seorang khalifah adalah wakil Allah swt di bumi untuk
melaksanakan perintah-Nya. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab pemerintah
terhadap rakyat Abu Yusuf menyusun sebuah kaidah fiqh yang sangat popular yakni

Tasarruf al-Imam ala ar-Raiyyah Manutun bi al-Maslahah (setiap tindakan pemerintah


yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait dengan kemaslahatan mereka).
Tentang keuangan, uang Negara bukan milik khalifah tetapi amanat Allah swt dan
rakyatnya yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Tentang pertanahan, pajak
diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap selama tiga tahun dan
diberikan kepada yang lain. Tentang perpajakan, pajak hanya ditetapkan pada harta yang
melebihi kebutuhan rakyat dan ditetapkan berdasarkan kerelaan mereka. Tentang
peradilan, hukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang subhat. Kesalahan dalam
mengampuni lebih baik dari pada kesalahan dalam menghukum. Jabatan tidak boleh
menjadi bahan pertimbangan dalam persoalan peradilan. Mekanisme Ekonomi Abu
Yusuf Tujuan utama dari kebijakan ekonomi Abu Yusuf adalah pada keuangan publik,
beliau melihat bahwa sektor Negara sebagai satu mekanisme yang memungkinkan warga
Negara melakukan campur tangan atas proses ekonomi.
Untuk dapat mewujudkan keadaan tersebut Abu Yusuf meletakkan beberapa macam
mekanisme, yakni: Menggantikan sistem wazifah dengan sistem muqosomah. Wazifah
dan muqosomah merupakan istilah dalam membahasakan sistem pemungutan pajak.
Wazifah memberikan arti bahwa sistem pemungutan yang ditentukan berdasarkan nilai
tetap, tanpa membedakan ukuran tingkat kemampuan wajib pajak atau mungkin dapat
dibahasakan dengan pajak yang dipungut dengan ketentuan jumlah yang sama secara
keseluruhan, sedangkan Muqosomah merupakan sistem pemungutan pajak yang
diberlakukan berdasarkan nilai yang tidak tetap (berubah) dengan mempertimbangkan
tingkat kemampuan dan persentase penghasilan atau pajak proporsional, sehingga pajak
diambil dengan cara yang tidak membebani kepada masyarakat. Bagi Abu Yusuf metode
pajak secara proporsional dapat meningkatkan pemasukan dari pajak tanah dari sisi lain
mendorong para penanam untuk meningkatkan produksinya. Sistem pajak ini didasarkan
pada hasil pertanian yang sudah diketahui dan dinilai, sistem tersebut mensyaratkan
penetapan pajak berdasarkan produksi keseluruhan, sehingga sistem ini akan mendorong
para petani untuk memanfaatkan tanah tandus dan mati agar memperoleh bagian
tambahan.
Beliau mengutip hadis-hadis Rasulullah saw yang menyatakan bahwa;
tinggi dan rendahnya barang merupakan bagian dari keterkaitan dengan keberadaan
Allah, dan kita tidak bisa mencampuri terlalu jauh bagian dari ketetapan tersebut
(Riwayat Abdu al-Rahman bin Abi Laila dari Hikam bin Utaibah) dan hadis yang
menyatakan Sesungguhnya urusan tinggi dan rendahnya harga suatu barang punya
kaitan erat dengan kekuasaan Allah swt. Aku berharap dapat bertemu dengan Tuhanku di
mana salah seorang diantara kalian tidak akan menuntutku karena kezhaliman (Hadis
Tsabit Abu Hamzah al-Yamani dari Salim bin Abi Jaad).
Referensi Makalah
Kepustakaan:
Sabahuddin Azmi, Islamic Economics, Keuangan Publik Dalam Pemikiran Islam Awal.
(Bandung: Nuansa, 2005). Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2003). Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta : The
International Institute of Islamic Thought Indonesia, 2002).

Referensi Terkait :

Syetan menurut al-QuranKata syetan berasal dari kata benda syathana yang
mempunyai arti bauda (jauh), yaitu jauh dari kebenaran. Syathana juga berarti
khalafa, yang artinya adalah menyalahi yaitu menyalahi hal-hal yang benar.
Syathana sebagai asal kata syetan,juga memiliki arti dakhala, yang artinya masuk,
yaitu yang su ... [Baca...]
Pengertian Akidah dalam Terminologi Ayat al-QuranSering kita mendengar kata
akidah, bahkan mungin kita tak bosan mengucapkannya, saya berakidah. Apa
pengertian akidah?. Mahmud Syaltut dalam mendefinisikan akidah adalah ;

] ... p gnay iroet utaus halada hadikA: aynitrA Baca...]
Term yang Memiliki Makna Sama dengan IbadahMuhammmad Abduh dalam
tafsir al-Manar, mendefinisikan ibadah sebagai:

Dipahami bahwa ibadah adalah suatu keataatan
hamba yang mencapai peuncaknya dari kesadara ... [Baca...]
Dosa dalam Terminologi al-QuranDalam terminologi al-Quran, terdapat sejumlah
istilah atau kata yang biasa diterjemahkan dengan dosa dalam bahasa Indonesia.
Istilah-istilah tersebut, misalnya: al-Itsm, al-Dzanb, al-Khithu, al-Sayyi'at dan alJarm. Kelima kata tersebut akan dijelaskan pada referensi berikut ini.Kata Itsm
dengan b ... [Baca...]

4. "Menteri Ekonominya Mesti Paham Ekonomi Syariah," kata Adiwarman


dalam rubrik Figur majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2003. Apa
maksudnya? Silakan ikuti wawancara kami dengan mantan Wakil Direktur
Bank Muamalat Indonesia (BMI) ini.

"Besok sepatu ketnya harus ganti, karena sekarang Anda bukan


mahasiswa lagi," kata seorang pejabat Bank Muamalat Indonesia (BMI)
kepada seorang karyawan baru. "Juga jenggotnya dipotong," kata pejabat
itu lagi. Memang jenggot pemuda itu panjang terurai, sebuah tampilan
yang bertentangan dengan dunia perbankan yang necis dan kelimis.
"Enggaklah. Lebih baik tidak bekerja di sini daripada suruh potong,"
kata pemuda itu menolak.
Syukurlah, pejabat itu bisa memahami.
Andaikan tidak, mungkin dia akan menyesal, sebab pemuda itu ternyata
sangat berpotensi. Terbukti, kelak, bukan saja pemuda itu menjadi orang
penting di BMI jabatan terakhirnya Wakil Presiden Direktur tapi juga
punya peran besar dalam membangkitkan dan mengembangkan perbankan
syariah di Indonesia.

Pemuda itu bernama Adiwarman Azwar Karim, yang kini dikenal sebagai satu dari
sedikit ahli perbankan syariah di Indonesia.
Kontribusi
Adi (39), begitu laki-laki tinggi semampai ini biasa dipanggil, dalam
pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia bukan saja
sebagai praktisi. Tapi juga sebagai intelektual, antara lain menjadi
dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair,
IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta. Kuliah
yang diberikan apalagi kalau bukan tentang perbankan dan ekonomi
syariah.
Anggota Dewan Syariah Nasional MUI ini juga ikut
terlibat dalam mempersiapkan UU Perbankan Syariah yang kini sedang
digodok pemerintah.
Presiden Direktur Karim Busines Consulting
yang juga kolumnis ini yakin perkembangan ekonomi Islam ke depan makin
cerah. Yang perlu kita lakukan sekarang, katanya, melakukan
percepatan-percepatan. Salah satu hal penting yang mesti dilakukan
adalah mempengaruhi pemerintah agar dukungannya lebih besar lagi kepada
pengembangan ekonomi Islam. Bahkan ia berobsesi, "Saya ingin orang yang
menjadi menteri ekonomi kelak, orang yang sangat paham ekonomi
syariah," katanya.
Bagaimana langkah-langkah percepatan itu
dan bagaimana sosok sebenarnya dari `pejuang' ekonomi Islam ini? Di
sela-sela simposium internasional Ekonomi Islam di Hotel Hyatt,
Yogyakarta, Oktober lalu, yang diselenggarakan Universitas Islam
Indonesia (UII), Cholis Akbar dan Bambang Subagyo dari Suara
Hidayatullah (Sahid) menguntitnya. Wawancara dilakukan secara estafet
mulai dari kamar Hotel Ibis, kampus Fakultas Ekonomi UII, dan di mobil
dalam perjalanan menuju villa di Jalan Kaliurang Yogyakarta milik Dekan
FE UII. Berikut ini petikan wawancara yang kerap ditingkahi gelak tawa
itu.

Perbankan Syariah
Sekarang perkembangan bank syariah cukup pesat. Seberapa besar kontribusinya
terhadap perekonomian nasional?
Kalau

dilihat jumlah asetnya, antara bank Islam dengan bank konvensional


bandingannya kecil sekali, kurang dari 1%. Ini hitungan dulu ketika
bank syariah baru ada Bank Muamalat Indonesia (BMI), sementara bank
konvensional jumlahnya ada 200. Tapi sekarang bank-bank konvensional
ramai-ramai membuka divisi syariah. Saya perkirakan kontribusi itu akan
terjadi lonjakan yang besar. Tidak hanya perbankan tetapi juga dalam
bidang ansuransi. Sekarang ada Takaful, Mubarakah, MAA, Beringin Putra,
dan Beringin Life. Itu semua membuat kita optimis, ke depan akan ada
lonjakan-lonjakan.
Apa dasarnya optimis?
Dasarnya ada
tiga, pertama dari segi demand atau masyarakat. Ada dua yang menonjol,
yakni tumbuhnya semangat berislam dari kalangan yang berekonomi mapan.
Karena terpengaruh oleh anak-anaknya, mereka ingin mencoba gaya hidup
lain, termasuk dalam berekonomi, yaitu ingin hidup lebih bersyariat.
Kedua, banyaknya aktivis Islam kampus tahun 80-an yang sekarang sudah
mencapai kedudukan manajer atau kepala bagian. Ketika masih mahasiswa
mereka melakukan kajian-kajian ke-Islaman, termasuk mengkaji ekonomi
Islam. Nah, sekarang mereka menginginkan produk-produk syariat yang
mereka kaji dulu.
Kedua, faktor supply. Sekarang ini ada
delapan bank syariat: dua bank secara penuh syariah dan enamnya lagi
membuka cabang syariah. Menurut survey kami bersama Bank Indonesia
masih ada 21 bank lagi yang akan buka divisi syariah, empat di
antaranya bank asing. Mengapa mereka menggebu-gebu membuka cabang
syariah?
Selain tren demand, juga bank syariah membuka
kemungkinan untuk menawarkan produk yang lebih beragam. Karena bank
syariah boleh melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan bank
konvensional. Misalnya, leasing, factoring, dan ventura, pembiayaan
kartu kredit. Tetapi memang kalau dibilang bank-bank itu niatnya untuk
membangkitkan ekonomi syariah, saya juga tidak begitu percaya.
Ketiga,
ini fenomena di seluruh dunia, tampaknya makin lama ummat Islam makin
cerdas dalam memilih lapangan jihad. Artinya begini, sekarang banyak
ummat Islam Indonesia menyadari bahwa memperjuangkan tujuh kata (Piagam
Jakarta) sekian puluh tahun ternyata tidak banyak membawa kemajuan.
Tetapi kalau kita pakai cara lain, misalnya melalui ekonomi, dengan
cara mengintegrasikan syariah ke dalam undang-undang perbankan, pada
undang-undang asuransi, atau zakat dalam perpajakan ternyata justru
lebih banyak hasilnya. Paling tidak, sedikitnya kita memberikan

kontribusi pada hukum positif yang ada di Indonesia berupa


pemikiran-pemikiran syariah.
Nah, ketiga faktor itulah yang membuat saya sangat optimis perkembangan ekonomi
Islam.
Tentu,
tentu kita harus realistis. Kita sudah terlalu lama tidak bersinggungan
dengan ekonomi. Kita ahli da'wah, tapi soal ekonomi itu lain
perkaralah! Kalau soal ta'awun, kita ahli. Tapi kalau soal `aqdun
tijaari artinya dalam hal muamalah (bisnis) dan cari ribhi (untung),
kita tidak begitu ahli. Karena itu kita perlu waktu untuk menjadi ahli
dalam bidang tijaarah. Rasulullah sendiri seorang pedagang. Imam Abu
Hanifah juga seorang pedagang.
Karenanya bidang muamalah ini
harus kita geluti, kalau tidak, kita tidak akan pernah bisa ahli. Ya
awalnya agak bego-bego dikit lah. Misalnya dalam perbankan, banyak yang
komplain bahwa bagi hasil bank syariah itu kecil, sudah begitu geraknya
lambat lagi. Tapi ya itulah, karena kita belum pernah punya pengalaman
dan juga tak pernah diberi kesempatan. Jadi, seperti jalannya anak
kecil, tertatih-tatih.
Nah, sekarang persoalannya bagaimana
mempercepat proses belajar itu. Salah satu ijtihad yang kita ambil
adalah membolehkan bank-bank konvensional membuka divisi syariah.
Tapi seperti yang Anda bilang tadi, motivasi mereka mungkin semata bisnis. Bagaimana
itu?
Yang
tahu niat itu hanya Allah. Kita hanya melihat dhohirnya saja. Dhohirnya
mereka membuka divisi syariah masa kita larang, seperti orang mau masuk
Islam masa kita tanya niatnya apa. Terserahlah mereka niatnya apa, yang
penting dhohirnya mereka membuka syariah. Apapun niatnya, mereka telah
membantu ummat Islam terlepas dari salah satu dosa, yaitu dosa riba.
Nanti uangnya bercampur antara yang halal dan haram?
Itu
lain persoalannya. Di Bank Indonesia sudah dibuat aturannya, misalnya
pembukuannya beda walau uangnya boleh nyampur. Orangnya juga terpisah,
dan strukturnya juga beda. Sebelum membuat aturan begitu kita melakukan
studi banding ke Malasyia dan Arab Saudi.
Di Malaysia

sistemnya satu pintu. Maksudnya, antara bank syariah dan konvensional


kantor dan orangnya jadi satu. Ibarat kita datang ke restoran mie, kita
tinggal pilih mie ayam atau mie babi. Jadi restoran dan pelayannya
sama, jadi satu. Lha Indonesia lebih mencontoh Arab Saudi. Di sana
menggunakan dua pintu. Misalnya suatu bank di Mekkah buka syariah, tapi
di Madinah bank yang sama membuka konvensional, sehingga terpisah.
Di
Malaysia perkembangan bank syariah kurang begitu oke, sebab pegawainya
tidak punya gairah menjual produk-produk syariah. Mereka pasif saja,
hanya menunggu permintaan konsumen saja. Di Arab Saudi perkembangannya
nyata, karena banknya punya motivasi. Mereka ingin cabangnya
berkembang. Nah, sekarang Malaysia meniru kita.
Orang menabung di bank yang penting uangnya aman dan mendapat untung. Bagaimana
di bank syariah?
Bicara
soal ekonomi, pendekatannya memang harus ekonomi. Jadi Anda tidak usah
bicara haram dan halal. Kalau pendekatan fiqiyah seperti itu kita akan
terlibat pada perdebatan yang tak kunjung ada habisnya. Itu pula yang
terjadi pada awal-awal BMI. Tapi kemudian kita sadar, kita bukan ingin
diskusi fiqh, kita ingin bisnis. Karena itu pendekatannya jangan
fiqiyah, pendekatannya harus bisnis pula. Tapi yang kita jual dijamin
halal.
Ibaratnya, Ente mau buka restoran, tidak usah pakai
dalil. Misalnya, ayamnya dipotong pakai bismillah dan pisaunya juga
tajam. Ente tidak usah bercerita begitu. Yang penting enak, murah dan
halal lagi. Jadi halal bukan kita pakai sebagai daya tarik, tapi itu
sudah inheren setiap tindakan kita. Tidak perlu tanya halal lagi, pasti
halal.
Kesimpulannya, menurut saya, strateginya sekarang ini
bukan lagi memainkan emosi ummat yaitu ini halal dan ini haram. Bukan
begitu. Strateginya begini: Halal sudah menjadi jaminan, ditambah
memberikan keuntungan yang sama, bahkan lebih baik ketimbang bank
konvensional. Seperti Ente buka supermarket, pegawainya berjilbab,
berjenggot dan berpeci. Tapi pelayanannya memble, ya orang tidak mau
datang. Jadi, kita sekarang bukan lagi mengeksploitir fiqh sebagai alat
bersaing. Soal halal dan haram itu tidak usah ditanya lagi. Kalau kita
melakukan sesuatu sudah pasti halalnya, begitu.
Jadi yang kita
lihat aspek bisnisnya. Kalau tidak begitu nanti syariah dipakai
berlindung. Misalnya tukang jahit pakaian, berjanji pada tanggal

tertentu selesai. Tapi kenyataannya tidak selesai, alasannya malamnya


shalat tahajut. Nah, itu tidak benar. Konsumen tidak mau tahu alasan
shalat tahajud atau tidur, pokoknya selesai.
Hal-hal begitu
juga ditemukan pada bank-bank syariah. Misalnya, kadang-kadang bank
syariah memberikan bagi hasil lebih rendah dibanding bank konvensional.
Alasannya, karena memakai sistem syariah. Padahal persoalannya,
pengelola banknya saja yang kurang pintar.
Soal halal, siapa
yang menjamin, sebab sebagian orang menilai kenyataannya bank syariah
pada akhirnya hitung-hitungannya juga seperti bunga?
Saya
tidak menutup mata bahwa di bank syariah masih ada beberapa
penyimpangan-penyimpangan. Baik dari sisi manajemen maupun syariahnya.
Tetapi kalau kita tidak pernah mencoba, kita tidak tahu mana yang mesti
diperbaiki. Itulah tugas kami di Dewan Syariah Nasional (DSN). Kalau
diketahui ada penyimpangan-penyimpangan kami suruh memperbaiki.
Apakah
penyimpangan itu disengaja atau tidak? Di situ susahnya, sebab mereka
belum ngerti bahwa itu tidak boleh, bagaimana? Kata Kiai Sahal (Rois
Syuriah PBNU), itu bukan salah mereka, salah kita tidak memberi tahu
bahwa itu tidak boleh. Artinya, mereka yang bekerja di bank syariah
belum begitu paham fiqh, sebaliknya kita yang di DSN juga belum begitu
paham perbankan. Jadi, sama-sama belajarlah.
Bukan berarti
fatwanya salah, tidak. Fatwanya sudah benar, hanya saja pada tingkat
implementasinya terjadi penyimpangan-penyimpangan. Ini yang harus terus
perbaiki. Penyimpangan-penyimpangan itu, antara lain karena faktor
sumber daya manusia. Mereka yang bekerja di bank syariah kebanyakan
lulusan ekonomi atau jurusan umum lainya, lalu ditraining dua minggu
terus disuruh bekerja di bank syariah. Begitu mana bisa menjadi ahli,
paling-paling hanya bisa menghafalkan nama-nama Arab seperti
mudharabah, ijaroh dan sebagainya. Ya begitu doang. Jadi kita tidak
bisa menyalahkan bank syariahnya, karena inputnya masih begitu. Karena
itu pembenahannya harus mulai dari pendidikan.
Lahir di
Jakarta, 29 Juni l963. Ayahnya berasal dari Padang, daerah yang banyak
menghasilkan ulama-ulama terkenal. Semula ayahnya seorang jaksa, tapi
kemudian mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi pengacara. Adi
lahir empat bersaudara, semuanya laki-laki dan sarjana hukum, kecuali

Adi sendiri yang `menyimpang' menjadi sarjana ekonomi.


Sejak
kecil ia sudah dikenalkan dengan pendidikan agama. Tetapi ketika
remaja, Adi sempat terseret pergaulan anak-anak ibukota. Ia lebih
senang hura-hura dan disko ketimbang belajar atau ngaji. "Koleksi kaset
dan piringan hitamnya masih saya simpan sampai sekarang," katanya.
Beruntung otaknya encer, sehingga bisa melewati jenjang sekolah
menengah dengan cukup baik.
Tetapi sikap suka hura-huranya
tetap melekat hingga ia kuliah di IPB Bogor jurusan Ekonomi Pertanian.
Akibatnya, nilainya jeblok. Sadar dengan itu, ia berusaha melepaskan
diri dari pergaulan teman-temannya yang tak terkontrol. Caranya, ia
mengambil kuliah lagi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
"Dengan begitu saya punya alasan untuk menolak kalau diajak kawan-kawan
pesta," tuturnya.
Apalagi ayahnya kemudian jatuh sakit
terserang kanker hingga meninggal dunia tahun 1985. Peristiwa itu
mengingatkan Adi untuk lebih dekat lagi kepada yang Kuasa. Dan memang
Adi akhirnya lebih intens mengkaji Islam. Ia nyantri di pesantren
tasawuf Al Ihya' di Bogor. "Dulu ke mana-mana pakai jubah," katanya
menggambarkan keberagamaannya saat itu.
Lulus dari IPB tahun
l986, kemudian melanjutkan ke European University, Belgia, untuk
mengambil gelar MBA. Uniknya, kuliahnya di UI diselesaikan setelah
setahun ia meraih MBA. Belum puas dengan ilmu yang telah diraih, tahun
l992 Adi mengambil master di Boston University, Amerika Serikat atas
beasiswa USAID. Thesis masternya tentang Bank Islam di Iran.
Laki-laki
yang hobi membaca buku dan memelihara ayam ini mengaku, dulu ketika
berniat mendalami ekonomi Islam ia tak pernah mempertimbangkkan bahwa
ilmu yang ditekuni itu bisa memberinya masa depan yang baik. Apalagi
rezim Soeharto saat itu lagi gencar-gencarnya memberangus Islam. "Jaman
itu kita (ummat Islam) lagi dioyak-oyak," kata Adi menggambarkan situsi
saat itu.
Tapi jaman berubah. "Kalau sekarang sih
hitung-hitungannya, kalau saya tidak menggeluti ekonomi Islam, saya
tidak sengetop ini he.. he.. benar nggak? Namun satu hal yang diyakini
pria yang tidak merokok ini, sesuatu kalau ditekuni secara serius kita
akan jadi jagoan. "Begitu sunnatullahnya," tegasnya.

Bagaimana ceritanya sehingga Anda lebih mendalami ekonomi Islam?


Ketika
tingkat dua di IPB saya mendapat mata kuliah Manajemen Pemasaran,
dosennya Pak AM Syaifuddin. Tapi beliau memberi kuliah hanya dua kali
saja, pembukaan dan penutupan. Selebihnya yang mengajar asistennya.
Sudah masuknya hanya dua kali, ketika mengajar yang diajarkan bukan
Manajemen Pemasaran. Beliau memperkenalkan ilmu baru yang disebut
Ekonomi Islam. Ketika itu saya setengah terkejut, "Lho ada to ekonomi
Islam itu, kok saya tidak tahu." Sejak saat itu saya mendalami lebih
intens, dengan membaca buku-buku. Saya hunting mencari buku-buku
ekonomi Islam. Pokoknya hampir semua buku tentang ekonomi Islam ludes
saya baca, walau isinya waktu itu masih sebatas ayat-ayat al-Qur'an dan
hadits (masih normatif).
Ketika menulis skripsi di IPB dengan
judul `Peranan Perbankan pada Sektor Pertanian', di situ saya masukkan
pembahasan bunga dalam perspektif Islam. Demikian pula saat menulis
skripsi di UI. Puncaknya ketika menulis tesis untuk mengambil master di
Boston Universty. Judul tesisnya Bank Islam di Iran.
Mengapa memilih Iran?
Kawan-kawan
saya di masjid memang sempat protes, "Mengapa di Iran, nanti pikiran
Anda dipengaruhi Syiah," katanya. Saya sempat bimbang juga. Tapi
akhirnya saya berpendapat, yang saya pelajari soal ekonomi, bukan soal
akidah dan ibadahnya. Wong kita mempelajari ekonomi Nasrani dan Yahudi
saja boleh kok. Tapi wanti-wanti kawan-kawannya itu menjadikan saya
lebih berhati-hati.
Profesor pembimbing saya sebenarnya
menginginkan saya menulis ekonomi Indonesia, tapi saya tidak mau.
Karena ekonomi Islam itu sudah menjadi cita-cita saya sejak lama.
Nah,
mengapa memilih Iran? Saya mencari negara di mana sistem ini (ekonomi
Islam) diterapkan dalam level negara. Waktu itu hanya ada dua pilihan,
yaitu Iran dan Pakistan. Setelah saya pelajari lebih jauh ternyata
Pakistan belum menerapkan ekonomi Islam secara menyeluruh. Padahal
obyek penelitiannya tidak boleh hanya satu bank, tapi harus negara
supaya dapat melihat dampaknya pada negara. Jadi pilihannya memang
hanya Iran.

Di situ saya mempelajari bagaimana Iran mengubah


sistem perbankan konvensional menjadi sistem syariah?
Tahapan-tahapannya apa saja? Ternyata dari sisi tabungan seperti
deposito dan sebagainya hanya perlu waktu satu hari, semua tabungan
berubah menjadi bagi hasil. Tapi dari sisi aset yaitu kredit dan
sebagainya itu dilakukan bertahap selama tiga tahun dan melalui tujuh
tahap.
Apa yang saya pelajari di Iran itu menjadi sangat
berguna buat saya sekarang. Dengan ilmu yang saya miliki itu, saya
menjadi mudah memberikan konsultasi kepada bank-bank konvensional yang
ingin mengkonversi menjadi bank syariah.
Artinya, dalam penerapan ekonomi Islam di Indonesia Anda cenderung terpengaruh oleh
Iran?
Nggak,
nggak... jangan gitu. Saya ini tetap ahlu sunnah wal jama'ah lah
hahaha... Iran pada jaman Shah itu sekuler, sama seperti di Indonesia
pada jaman Soeharto, tapi dalam waktu yang singkat mereka mampu
mengubah sistem perbankannya dari konvensional menjadi sistem syariah.
Itu yang saya pelajari.
Soal pendekatan saya terpengaruh oleh
pendekatan interplyty. Pendekatan ini melarang kita melakukan
islamisasi ekonomi dengan cara mengambil ekonomi Barat lalu dicari ayat
al-Quran dan haditsnya. Ini tidak benar, karena itu memaksakan
al-Qur'an dan hadits cocok dengan pikiran manusia. Ekonomi Islam bukan
ekonomi konvensional lalu ditempeli al-Quran dan hadits.
Saya
juga terpengaruh oleh Ikhwanul Muslimin dalam hal bagaimana suatu ide
bisa bergulir. Ekonomi Islam di Indonesia, kalau tidak pakai ilmu
haraqah belum begini perkembangannya. Jadi, kita buat haraqah al
iqtisoqi al islami indonesiya (gerakan ekonomi Islam Indonesia). Dengan
pendekatan haraqah masing-masing sel bergerak. Dan menurut saya ini
ditanggapi secara baik oleh kawan-kawan di haraqah, sebab mereka juga
menuju pada suatu tempat yang sama. Salah satu komponen dari tempat
bersama itu adalah terwujudnya ekonomi syariah.
Ngomong-ngomong Anda masih punya rekening di bank konvensional?
Tidak.
Ketika di Amerika terpaksa membuka rekening di bank. Itu pun saya pilih
yang tidak pakai bunga. Malah rekening saya dipotong 8 dollar tiap
bulan. Ya hitung-hitung itu latihan. Di kantor saya punya credit card,

tapi tak pernah dipakai. Terpakai kalau masuk hotel, sekedar saya
tunjukkan sebagai jaminan. Tapi saat check out saya bayar pakai uang
kontan. Terpaksa membawa credit card, karena saya punya pengalaman
ditolak hotel di Malaysia lantaran tidak punya credit card sebagai
jaminan.
Jadi, antara perkataan dengan perbuatan harus
sejalan. Bila tidak, kata-kata kita tidak punya kekuatan. Rekening saya
ada di BNI Syariah, BMI, dan Syariah Mandiri. Pernah sekali terpaksa
membuka rekening di BCA. Gara-garanya saya jual mobil, pembelinya
membayar lewat transfer BCA. Begitu tranfer masuk, rekening itu saya
tutup lagi.
Ekonomi Syariah/Syariah
Langkah-langkah apa saja untuk mempercepat terwujudnya ekonomi Islam?
Harus
ada tahapan-tahapannya. Soal dinar yang Ente tulis itu misalnya (Sahid
edisi Oktober 2002), saya sebenarnya sangat ngerem-ngerem. Apa benar
dinar itu punyanya Islam? Wong dinar itu milik orang kafir yang dipakai
alat oleh Rasul. Jujur saja, semangatnya asal jangan pakai dolar, kan
gitu? Ente dipermainin sama dolar lalu keki.
Marilah kita
pikir lebih tenang, kita susun langkahnya dengan rapi. Ibaratnya,
tahapannya begini, kalau kondisinya masih di darul arqom, Ente jangan
perang Badr. Seperti sekarang, sebagian ulama kita bersikeras
mengeluarkan fatwa bunga bank itu haram. Bahwa bunga bank itu haram
kita sudah tahu. Persoalannya, bila fatwa itu kita munculkan sekarang,
ya hitung-hitung dulu. Berapa orang Islam yang akan mengikuti fatwa
itu? Jangan-jangan kita dilecehkan oleh ummat kita sendiri, karena
fatwanya tidak ada yang mau mendengar.
Bank syariah di
Indonesia itu cuma satu persennya saja belum ada, kok mengeluarkan
fatwa. Sabar dulu, nanti kalau sudah ada 10% baru keluarin fatwa.
Perang Badr itu perbandingan orang mukmin dengan orang kafir 300:1000.
Jadi harus ada minimum requirement (persyaratan minimal). Fiqh itu
tidak hanya fiqh syar'iyyah saja. Masih ada fiqh berikutnya seperti
fiqh maslahah, dan fiqhul waqi' (fiqh realitas). Jadi
hitung-hitungannya jelas.
Kalau orang kita suruh pakai dinar
dan emas lalu tidak boleh pakai rupiah di saat seperti ini, akan
menjadi apa? Yang senang orang Singapura lah. Habis emas kita ditukar

kertas bergambar Lee Kwan Yew. Betul akan ada masa dinar dan emas, tapi
harus ada tahap-tahap yang baik.
Ada ungkapan menarik, "Li
kulli maqamin, maqaalun. Wa likulli maqaalin, maqaamun". (Setiap
kondisi butuh ungkapan yang tepat. Dan setiap ungkapan, butuh waktu
yang tepat pula). Contohnya BMT (Baitul Maal Wattamwil), itu ide
brilyan. Saya pernah diundang ke Chicago AS hanya untuk menerangkan
BMT. Tapi menurut saya terlalu cepat diangkat menjadi gerakan nasional.
Pak Harto pernah mencanangkan "Gerakan 1000 BMT". Ya kacau. Tidak bisa
semua orang disuruh hijrah ke Madinah tiba-tiba, begitu perumpamaannya.
Biarkan orang terseleksi dari tingkat keimanannya. Jadi BMT itu
konsepnya bagus tapi belum siap diangkat menjadi gerakan Nasional.
Jadi, langkah-langkahnya apa saja?
Menurut
saya ada tiga tahap. Di antaranya kita harus masuk ke kampus. Kalau
tidak bisa masuk ke kurikulum, minimal lewat mahasiswa. Biar mereka
yang meminta dibuka studi ekonomi Islam dan pihak universitas mau tidak
mau akan menyediakan mata kuliah ekonomi Islam. Ini yang sudah
berkembang di beberapa tempat.
Kedua, pengembangan sistem. Ini
bisa lewat undang-undang, atau peraturan daerah. Kalau mereka masih
Islamophobia, tak suka pakai al-Qur'an dan hadist, okey ayat kita
simpan dalam hati. Yang penting maqosid-nya (tujuan) sampai. Kalau
perlu kita pakai bahasa Inggris biar dia happy (senang). Makan tuh
bahasa Inggris, yang penting pesannya sampai he.. he...
Yang
terakhir pengembangan ekonomi ummat. Ini sangat berat, tidak bisa hanya
banyak omong. Mesti terjun ke lapangan. Apa artinya kita buat
undang-undang dan peraturan, kalau kita sendiri tidak menekuninya.
Ekonomi Islam itu tidak sekedar riba, melainkan bagaimana kita jualan,
tidak curang tapi untung. "Lebih baik untung sedikit tapi barokah" itu
tidak ada dalam Islam. Islam itu harus untung besar dan barokah.
Menurut Anda, sejauh mana pemerintah memberi dorongan terhadap pengembangan
ekonomi Islam?
Pemerintah
itu siapa sih? Kalau pemerintah itu dipersonifikasikan satu sampai dua
orang, apa benar itu namanya pemerintah? Oleh karena itu, kita harus
merespon secara keseluruhan. Sebab bagian terbesar dari pemerintahan
itu juga orang Muslim. Kita cenderung menempatkan pemerintah di suatu

tempat, dan ummat Islam di tempat lain. Lha wong kenyataannya


pemerintah itu juga ummat Islam. Kalau kita menempatkan di dua kutub
berbeda, ini namanya mengulang-ulang kesalahan di tempat yang sama.
Kita selalu dibenturkan, seolah oposan sama pemerintah. Enggak! Kita
mau damai-damai saja dengan pemerintah.
Persoalannya, mampukah
kita meng- influence (mempengaruhi) orang-orang yang ada di
pemerintahan yang jumlahnya sangat banyak itu. Untuk apa? Untuk membuat
kebijakan-kebijakan yang lebih Islami. Kalau Anda tanyakan good will,
buktinya pemerintah mengeluarkan undang-undang perbankan yang di
dalamnya ada kata-kata mudharabah, murabakhah. Pemerintah itu orang
yang juga memiliki hati. Bahkan sebagian di antaranya orang Islam juga.
Karena itulah tugas kita, ballighuu annii walaw aayah (sampaikan da'wah
walau hanya satu ayat), termasuk kepada orang-orang yang menduduki
jabatan pemerintah. Buktinya rezim berganti-ganti undang-undang
perbankan syariah tidak ikut ganti. Presiden ganti, tapi team pengkaji
perbankan syariah di Bank Indonesia (BI) malah makin besar jumlahnya.
Peci, Jenggot dan BMI
Penampilannya
layaknya seorang ustadz ketimbang seorang konsultan perbankan papan
atas, khususnya perbankan Islam. Berbaju koko, berpeci dan berjenggot
lebat, begitulah "seragam" Adi ke mana pun pergi. Khususnya peci dan
jenggot, itu punya riwayat tersendiri.
Jenggot, katanya, itu
oleh-oleh ketika studi di Amerika. Di negeri Paman Sam itu, laki-laki
yang gemar memelihara burung dan ayam ini tinggal bersama kawannya dari
Pakistan dan Aljazair. Mereka rata-rata berjenggot, karena itu sering
meledek Adi, "Eh, laki-laki kok tidak punya jenggot." Diledek begitu
akhirnya risih juga telinganya. "Akhirnya saya panjangkan juga,"
katanya.
Tetapi siapa sangka, ketika bekerja di BMI jenggot
itu malah bikin "masalah". Ia pernah diminta mencukur jenggotnya, tapi
ia menolak. Selesai?
Belum. Bahkan direkturnya sempat
`menggugat', "Memangnya ada ketentuan jenggot itu mesti sepanjang apa?"
Adi kelabakan. Lazimnya, seorang bankir memang tampil rapi dan klimis.
Lha Adi? Jenggotnya dibiarkan terurai panjang. Untung di BMI ada teman
saya dari Jamaah Tabligh. "Katanya ada, yaitu Umar (bin Khaththab) itu
jenggotnya sepanjang dua pegangan tangan,". Jadilah Adi mengikuti
usulan temannya yang mengutip kitab Fadhail Amal. Namun ketika yang

protes itu ibu-ibu, Adi tidak berkutik. "Eh, bagus ya jenggotnya Pak
Adi, lebat. Tapi bukankah dalam Islam dianjurkan rapi?" kata ibu-ibu di
sekitar rumah Adi di komplek Nurul Fikri kepada istrinya. "Oke, oke...
saya rapikan," kali ini Adi benar-benar takluk.
Lain lagi
kisah peci yang selalu bertengger di kepala Adi itu. Ceritanya, ia
diminta BMI membawa rombongan beberapa kiai pondok pesantren studi
banding ke Jepang. Tiba-tiba salah seorang kiai asal Sukabumi nyletuk,
"Anda ini sudah pas. Tapi satu yang kurang, peci!" Dosen tamu di IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ini lalu menukas, "Itu tidak sunnah, Pak
Kiai." "Memang bukan. Itu muru'ah (kehormatan)," kata kiai itu. Sejak
saat itulah Adi selalu lengket dengan peci. "Jadi ini oleh-oleh dari
Jepang," ujarnya.
Namun sesungguhnya bukan tanpa maksud Adi
tampil seperti ustadz itu. "Ini sebagai kontrol sosial buat saya, sebab
namanya iman itu naik turun," jelasnya. "Contohnya, kalau berpakaian
begini saya kan malu pergi ke disko atau minum bir."
Karir Adi
di BMI terbilang cemerlang, setelah sebelumnya bekerja di Bappenas.
Masuk tahun l992 karir awalnya di BMI sebagai staf Litbang. Enam tahun
kemudian ia dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan
terakhirnya di pionir bank syariah itu Wakil Presiden Direktur. "Itu
sudah mentok untuk jabatan karir. Sebab, jabatan Presiden Direktur
lebih bersifat politis," katanya.
Tapi bukan karena itu kalau
kemudian ia memutuskan keluar dari BMI (2000). Ada kepentingan yang
lebih besar lagi yang ingin ia capai. "Kalau tetap di BMI, saya tidak
bisa mengerjakan untuk orang lain," katanya. Maksud orang lain itu
adalah bank-bank konvensional yang membuka syariah. Nyatanya memang,
sekarang ada beberapa bank syariah yang memanfaatkan kemampuan Adi.
Diakui
Adi, memutuskan keluar dari BMI bukan perkara gampang. Soalnya, bekerja
di bank syariah itu sudah diidam-idamkan Adi sejak mahasiswa. Kebetulan
bank syariah yang ada kala itu baru BMI. Setelah melakukan shalat
istikharah selama 6 bulan, Adi baru bulat meninggalkan BMI.
Dengan
modal Rp 40 juta Adi kemudian mendirikan perusahaan konsultan. Beberapa
kawan yang diajak bergabung awalnya pesimis, sebab siapa yang bakal
pakai jasa mereka. Jumlah bank syariah saat itu baru dua. Tapi seiring
munculnya bank-bank syariah baru seperti sekarang, Adi kemudian

kebanjiran job. Setidaknya, ia kini mampu menghidupi 15 karyawan.


Menikah
dengan Rustika Thamrin (35), sarjana Psikologi UI, pada usia 25 tahun,
kini Adi sudah dikaruniai tiga orang anak: Abd. Barri Karim (12),
Azizah Mutia Karim (11), dan Abd. Hafidz Karim (6). "Saya ingin
anak-anak saya menjadi mujahid," begitulah harapan Adi kepada buah
hatinya. Semoga! (Bas dan Cha)

Jagonya Perbankan Syariah


Monday, 09 April 2012 22:45 administrator

Mata kuliah ekonomi syariah yang dia pilih telah mengubah segalanya. Adiwarman
Azwar Karim yang tadinya awam soal sistem syariah menjadi jatuh cinta pada ilmu
ekonomi Islam. Juga, cita-citanya sebagai pemain bola seperti Franz Becker Bower dari
klub Bayern Munchen Jerman pun kandas.

SWA Sembada | 18/XX/2 -15 September 2004

Mata kuliah ekonomi syariah yang dia pilih telah mengubah segalanya. Adiwarman
Azwar Karim yang tadinya awam soal sistem syariah menjadi jatuh cinta pada ilmu
ekonomi Islam. Juga, cita-citanya sebagai pemain bola seperti Franz Becker Bower dari
klub Bayern Munchen Jerman pun kandas. Obsesi menjadi konsultan syariah justru lebih
menggebu-gebu setelah banyak belajar tentang sistem ekonomi itu secara otodidak. Tak
disangka, ia kini tampil sebagai ikon industri syariah di Indonesia.
A.M. Saefuddin adalah orang pertama yang memperkenalkan Adiwarman dengan dunia
syariah. Ceritanyabegini. Tahun 1983, manakala ia sebagai mahasiswa Ekonomi
Pertanian Institut Pertanian Bogor sedang kuliah manajemen pemasaran. Kebetulan saat
itu dosennya
(A.M.
Saefuddin,
mantan KetuaBulogdan Menteri
Pertanian)
mengajar tentang ekonomi syariah. Kuliah syariah yang hanya dua kali pertemuan itu
sepertinya menjadi pencerahan bagi mata hati Adiwarman. Dari situ ia baru sadar,
ternyata ada ilmu ekonomi lain yang lebih menarik. "Sejak saat itu saya sering membeli
buku-buku ekonomi syariah, ikut seminar dan belajar sendiri tentang syariah. Sampaisampai skripsi saya tentang syariah juga," ujar Adiwarman yang juga menggondol
gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Setelah lulus IPB, laki-laki kelahiran Jakarta, 29 Juni 1963 ini mendapat tawaran
beasiswa untuk melanjutkan pendidikan master bidang keuangan di Universitas Boston,
Amerika Serikat. Lagi-lagi di sini ia menyelesaikan tesis ekonomi syariah Iran. Juga, ia
masih sempat kuliah lagi bidang MBA di Universitas European, Belgia. "Saya menjadi
yakin dan ingin membuktikan bahwa ekonomi syariah itu realistis dan bisa jalan,"
ujarnya. Maka, disebarlah banyak surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan di luar
negeri.
Sayang, sebelum aplikasi itu mendapat respons ia keburu dipanggil Saefuddin untuk balik
ke Indonesia. "Saya tadinya nggak mau pulang. Tapi Pak Saefuddin meyakinkan saya
untuk segera pulang karena di Indonesia sudah ada bank syariah, yaitu Bank
Muamalat yang kala itu sedang dirintis," kenang Adiwarman yang menghabiskan masa
remajanya sebagai "anak Menteng" itu.
Lalu tahun 1992 ia masuk ke Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai staf litbang, yang
langsung berada di bawah dirut. Di bank baru itu, kariernya terus melejit menjadi
KepalaDivisi dan Pimpinan Wilayah. Namun, tahun 2001 ia keluar dari
BMI dengan posisi terakhir Vice President BankMuamalat Institute (lembagapelatihan
BMI). Mengapa keluar dari bank yang sudah 10 tahun dibesarkannya? "Karena banyak
permintaan dari relasi untuk mind-set up bisnis baru bank syariah. Agar tidak
terjadiconflict of interest dengan BMI lebih baik saya keluar," tuturanakpasangan
pengacara kondang, Azwar Karim (almarhum) dan Ida ini.
Ia mengaku dihadapkan pada pilihan yang sulit saat memutuskan keluar dari BMI. "Saya
sampai shalat istikharah 6 bulan untuk memantapkan pilihan," ujar pria berwajah Timur
Tengah ini. Di satu sisi, BMI ibaratnya bayi yang telah dibesarkan, di lain pihak ia ingin
lebih mandiri. "Kalau jadi pegawai otak kita hanya berpikir bagaimana
menghabiskan uang, sedangkan seorang wirausahawan dituntut lebih kreatif dan banyak
tantangan bagaimana menghasilkan uang," Adiwarman mengungkapkan.
Beberapa bulan setelah keluar dari BMI ia mengibarkan bendera Karim Business
Consulting (KBC). Dengan modal Rp 40 juta (hasil penarikan Jamsostek) digunakan
untuk bayar gaji 6 karyawan dan belanja perlengkapan kantor. Awalnya, KBC berkantor
di Menara Batavia, Jl. K.H. Mas Mansyur. Ini pun hasil kemurahan hati relasi yang
meminjamkan tempatnya.
Boleh dikata, eksistensi KBC di bisnis syariah tahun 2001 bukanlah pionir. Antonio
Syafii, yang notabene mantan rekan kerjanya di BMI telah lebih dulu memproklamasikan
diri sebagai konsultan syariah lewat Tazkia Consulting. Hanya saja, sepengetahuan
Adiwarman kala itu bisnis inti Tazkia di bidang pelatihan dan sedikit menggarap
unit usaha syariah. "Untuk itu kami jalankan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain.
Ibaratnya, kita main ke pasar yang tidak ada orangnya," ia berujar.

Lalu, segmen pasar mana yang dibidik? Adiwarman menegaskan


pihaknya lebih fokus menggarap pasar korporasi. Produk dan layanan yang ditawarkan
spesialis dalam pengernbangan produk, perencanaan korporat (menyusun rencana bisnis
lima tahun ke depan), identitas korporat, set up unit usaha syariah fstudi kelayakan,
membuat buku manual operasi, mengurus perizinan dan memodifikasi sistem teknologi
informasi), serta pelatihan.
Tak disangka, masih di tahun 2001 order terus berdatangan. Mula-mula ia mendapat
order dari Bank Indonesia untuk membuat buku saku bank syariah dengan nilai proyek
Rp 100 juta. Bahkan klien asing pun sudah digenggam, yaitu dari International Institute
of Islamic Source di AS untuk mind-set up registered value in Islamic finance.
Tahun 2002 adalah tonggak bersejarah perjalanan bisnis KBC. Momentumnya terjadi
setelah Adiwarman memperoleh order membuat perencanaan korporat BNI Syariah.
Inilah klien pertama yang betul-betul pelaku bisnis perbankan. Bak bola salju, order
selanjutnya terus bergulir. Setahun kemudian dilanjutkan kontrak pelatihan dan asistensi
ke-12 cabang BNI Syariah. Ia mengaku proyek BNI Syariah datang sendiri.
Sukses mengantarkan BNI Syariah, tahun 2003 tercatat hampir semua bank menjadi
kliennya (kecuali Bank IFI Syariah). Ada 17 bank yang membutuhkan sentuhan KBC.
Sebut saja Bank Bukopin Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Syariah Mandiri, BII
Syariah Platinum, Bank Jabar, Bank Sumut. Kalangan universitas juga menjadi kliennya.
Contoh UI, UGM, Undip, Unbraw, IAIN Aceh, IAIN Padang. Bahkan, industri asuransi
juga tak mau ketinggalan. Ada Maskapai Reasuransi Indonesia, Bumiputera, Asuransi
Astra, Adira Insurance dan Jasaraharja Putera yang menjadi kliennya. Kemudian,
Bapepam, Mandiri Sekuritas, FIF, Bahana Artha Ventura dan AAA Securities punjatuh
dalam genggamannya. Di 2004, ada empat klien yang ditangani KBC: proyek pendirian

unit usaha syariah dari Bank DKI, Bank Riau, Bank Niaga dan Bank Permata. Klien
untuk layanan pengembangan produk datang dari BMI, BRI Syariah, Bukopin Syariah
dan BII Syariah.
Berapa tarif proyeknya? Dikatakan Adiwarman, tergantung banyaktidaknya order dari
klien. Sebagai gambaran untuk satu pengernbangan produk rata-rata Rp 60 juta.
Biasanya, satu bankbutuh pengembangan produk dari sisi liabilitas saja hingga 50
produk, sedangkan tarif terbesar adalah pendirian unit usaha syariah yang nilainya di atas
Rp 1 miliar.
Seiring membanjirnya order, bisnis KBC pun terus maju. Jumlah karyawan naik menjadi
33 orang dengan tiga konsultan senior dan kantornya pindah ke Plasa DM Sudirman.
Ketiga konsultan itu telah teruji kepiawaiannya karena mereka mantan Kepala Divisi TI
BMI, Vice President Bank Danamon dan doktor pemasaran UI.
Istrinya yang bernama Rustika juga meleburkan diri di KBC di tengah kesibukannya
sebagai psikolog di RS Hermina Depok. Adiwarman dan istrinya berbagi tugas.
Istrinyangantor pukul 09.00-15.30 untuk mengurus administrasi dan manajemen
perusahaan. Sementara itu, Adiwarman membawahkan divisi pemasaran/pengembangan
bisnis, bisnis konsultansi, pelatihan dan public relations.
Perjalanan bisnis KBC tidak selamanya mulus. Beberapa kendala sempat menghadang.
Pertama, orang sering memandang remeh penampilannya. Sosok Adiwarman memang
identik dengan penampilan baju koko, peci serta berjenggot. Takpelak, setiap kali masuk
gedung perkantoran untuk presentasi atau meeting senantiasa dicurigai satpam.
"Disangkanya, kami ini mau minta sumbangan," ujarnya geli.
Kedua, minimnya SDM yang siap pakai. Sebagai profesi baru, ia mengaku sukar sekali
mencari orang yang punya latar belakang pengalaman sebagai konsultan syariah. Tak
kurang Rizqullah, Dirut BNI Syariah berkomentar soal keterbatasan SDM syariah yang
tangguh. "Kapasitas Adiwarman pribadi memang tak diragukan. Tapi KBC perlu
didukung oleh kemampuan SDM yang lebih baik," ungkapnya.
Adiwarman mengaku keberhasilan KBC, selain didukung oleh kompetensi dalam memuaskan pelanggan, juga karena prinsipnya bermain di jalur bersih. Ia tak mau aksi
sogok-menyogok untuk menggolkan proyek. Pernah suatu kali ia dijanjikan order proyek
dengan syarat si mediator mendapat imbalan sekian persen. "Saya tolak saja ajakan itu,"
ujar Adiwarman. Meski bermain di jalur bisnis yang bersih, KBC tidak sulit mendapatkan
proyek. Ia menambahkan, "Yang sulit adalah bagaimana mendapat kepercayaan klien dan
menjaganya."
Keberhasilan KBC, selain didukung oleh
kompetensi dalam memuaskan
pelanggan, juga karena prinsipnya
bermain di jalur bersih. la tak mau aksi
sogok-menyogok untuk

Hebatnya, akhir 2004 ini KBC siap go


international. Perusahaan ini siap masuk ke
pasar Thailand, Brunei Darussalam dan Iran. Di ketiga negara itu pasarnya besar dan
KBC optimistis, dengan kelebihan yang dimiliki, mampu menaklukkan pasar di negaranegara tersebut. Dari sisi pengalaman, dijelaskan Adiwarman, KBC lebih unggul. Ia
mengklaim lembaga konsutannya itu lebih banyak menangani klien ketimbang konsultan
serupa di Malaysia. Kemudian, dari sisi harga, KBC hanya mematok tarif sepertiga dari
tarif konsultan Malaysia. Di Malaysia, lanjutnya, memang lebih dulu berkembang
ekonomi syariahnya, tapi sebatas Islamic Windows atau setara dengan pembukaan
counterlayanan syariah. Beda dengan Indonesia yang konsepnya membuat bank baru
Keberanian Adiwarman menembus pasar internasional lantaran sudah memiliki
banyakjaringan. Ia menjadi anggotaorganisasi syariah sedunia, yaitu International Islamic
Conference yang melakukan konferensi setahun sekali. Rasa percaya diri itu kian lengkap
karena ia pun hendak melanjutkan kuliah doktor ekonomi syariah di Universitas Oxford,
Inggris.
menggolkan proyek.

Adiwarman optimistis profesi konsultan syariah dapat diandalkan di masa mendatang.


Sebab, ini adalah profesi baru sehingga belum banyak pesaing. Di sisi lain, kebutuhan
sistem ekonomi syariah kian meluas sejalan tingginya kesadaran umat untuk melakukan
transaksi keuangan secara Islami.*

Pemikiran ekhonm umer chapra

Islam adalah pandangan hidup yang seimbang dan terpadu, didesain untuk
mengantarkan kebahagiaan manusia (falah) lewat penegakan keharmonisan antara
kebutuhan-kebutuhan moral dan materiil manusia, dan aktualisasi keadilan sosioekonomi dan persaudaraan dalam masyarakat.
M. Umer Ch a pra [ i]

A.

Introduksi:

Selayang

Pandang

Tentang

Chapra
Muhammad

Umer

Chapra

adalah

seorang

pakar ekonomi yang berasal dari pakistan. Ia

bekerja sebagai penasihat ekonomi senior pada


Monetary Agency, Kerajaan Arab Saudi, sejak
1965. Sebelumnya, ia mengajar mata kuliah
ekonomi pada Univesity of Wisconsin, Plattevile
dan University of Kentucky, Lexington, AS. Ia
juga

bekerja

sebagai

ekonom

senior

dan

Associate Editor Pakistan Development Review


pada

Pakistan

Institute

of

Development

Economics, sebagai reader pada Central Institute


of

Islamic

Research,

Pakistan.

Ia

telah

mempublikasikan sejumlah buku, monograf, dan


artikel-artikel

profesional

tentang

ekonomi

Islam, serta telah memberikan kuliah secara luas


tentang subjek ini di beberapa negara muslim.
Berkat kontribusinya yang beragam bagi
ekonomi Islam dan peran-nya yang begitu
besar

dalam

pengambangan

subjek

ini,

ia

menerima anugerah (medali) pada tahun 1990

dari IDB (Islamic Development Bank) dalam


bidang

ekonomi

Islam

dan

King

Faisal

International Prize dalam bidang kajian Islam.[ii]


Pada diri Chapra, seseorang akan melihat
gabungan model baru kesarjanaan Islam, di
mana arus pengetahuan tradisional dan modern
saling memenuhi satu sama lain. Sosok Chapra
merupakan

trendsetter

ekonom

muslim

kontemporer yang karyanya banyak menghiasi


kajian-kajian tentang ekonomi Islam sehingga
seolah-olah sebagai rujukan yang wajib.
Pada kesempatan diskusi ini, penulis paparkan
ide-ide

Chapra

yang

tertuang

dalam

masterpiece-nya Islam dan Tantangan Ekonomi


(Islam

and

sebagiannya

Economic
dimuat

pula

Challange)
pada

yang

Islam

dan

Pembangunan Eko-nomi (Islam and Economic

Development)

yang

menguraikan

sistem

ekonomi Islam sebagai sebuah alternatif; dan


karya lainnya Sistem Moneter Islam (judul
aslinya:

Towards a Just

Monetary

System).

Menurutnya, buku ini menjawab perta-nyaan


dan

menganalisis

berkaitan

dengan

persoalan-persoalan
sistem

per-bankan

yang
dan

keuangan Islam.
B. Islam dan Tantangan Ekonomi
Dalam

bukunya

menegaskan

ini,

(dengan

Umer
membuat

Chapra

ingin

pema-paran

cukup komprehensif terutama atas dasar dan


dengan landasan filosofis dan teoritis), bahwa
umat Islam tidak usah berpaling ke Timur atau
ke

Barat

khususnya

dalam
dalam

mewujudkan
bidang

kesejahteraan,

ekonomi

tetapi

berpaling pada Islam. Dia mengamati bahwa


banyak negara-negara Islam atau yang ber-

penduduk mayoritas Islam telah mengambil


pendekatan pembangunan ekonomi dari Barat
dan Timur, dengan menerapkan sistem kapitalis,
sosialis atau negara kesejahteraan.
Chapra menekankan bahwa selama negaranegara Muslim terus mengguna-kan strategi
kapitalis dan sosialis, mereka tidak akan mampu,
berbuat melebihi negara-negara kapitalis dan
sosialis, mencegah penggunaan sumber-sumber
daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
dengan demikian akan ditekan secara otomatis,
menjadikannya

maqashid

sulit

meskipun

untuk
ter-adi

merealisasikan
pertumbuhan

kekayaan.[iii]
Dalam kesimpulannya Chapra menggambarkan
betapa kapitalisme tidak mempunyai pilihan
selain bersandar sepenuhnya kepada harga dan
keuntungan

pribadi

untuk

memberikan

mekanisme

filter

dan

daya

motivasi

untuk

menyeim-bangkan permintaaan dan penawaran


agregat dan mewujudkan efisiensi dan keadilan
dalam

alokasi

sumber-sumber

daya.

Penggunaan mekanisme harga sebagai satusatunya strategi untuk alokasi sumber-sumber


melindungi

kebebasan

individu

tetapi

menghalangi realisasi efisiensi dan keadilan,


kecuali jika kondisi-kondisi dasar tertentu
termasuk
kekayaan

distribusi
yang

pendapatan

seimbang

dan

dan

persaingan

sempurna, dipenuhi. Kemampuan orang kaya


untuk membayar harga memungkinkan mereka
untuk

memperoleh

kehendaki,
sebab

apa

orang

miskin

pendapatan

saja

yang

semakin

mereka

mereka
tertekan,

sudah

tidak

mencukupi, itu tidak juga meningkat sesuai


dengan

kenaikan

harga.

Dengan

demikian,

mereka semakin terperangkap dalam lingkaran


setan kemis-kinan dan kerugian.[iv]
Chapra

juga

menggambarkan

betapa

sosialisme dengan kinerja perencanaan ekonomi


terpusat ternyata tidak lebih baik. Penghapusan
motif laba dan pemi-likan pribadi membunuh
inisiatif motivasi dan kreativitas individu dalam
sebuah masyarakat dengan suatu perspektif
kehidupan dunia yang pendek. Perencanaan
terpusat dan kolektivitas juga tidak berhasil
meningkatkan keadilan malah meng-arah pada
pemusatan kekuasaan di tangan sejumlah kecil
anggota politbiro, yang kenyataannya lebih
buruk ketimbang kapitalisme monopolistik yang
meski-pun

telah

menyebabkan

pemusatan

kekayaan dan kekuasaan, tidak mungkin ter-jadi


suatu pemusatan kekuasaan sebesar semacam
itu karena adanya proses pembuatan keputusan

yang terdesentralisir yang biasanya dipunyai


oleh pasar. Mekanisme filter yang digunakan
dalam hal ini adalah prilaku dari anggota polit
biro yang sangat berkuasa.[v]
Sementara itu konsep Negara Sejahtera, yang
mencoba

menggabungkan

mekanisme

harga

dengan sejumlah perangkat lainnya. Terutama


pembiayaan kesejahteraan oleh negara untuk
menjamin keadilan, pada mulanya menimbulkan
sebuah euphoria sebuah rasa bahwa masalah
alokasi dan distribusi telah diatasi secara ideal,
tetapi

yang

ternyata

tidak.

Penambahan

pengeluaran untuk sektor publik tidak dibarengi


dengan suatu pengurangan ganti rugi dalam
klaim-klaim lain atas sumber-sumber, dengan
defisit anggaran yang membengkak meskipun
telah

ditetapkan

beban

pajak

yang

berat.

Keadaan itu menimbulkan pemakaian sumber-

sumber daya semakin memburuk, meningkatkan


ketidakseim-bangan

internal

dan

eksternal.

Masalah kemiskinan dan ketercabutan tetap berlanjut dan bahkan semakin dalam. Kebutuhankebutuhan tetap tak terpenuhi. Ketidakadilan
justru

semakin

bertambah.

Problem

yang

dihadapi Negara Sejah-tera adalah bagaimana


menghapuskan
diciptakannya.

ketidakseimbangan
Sistem

ini

tidak

yang
memiliki

mekanisme filter yang disepakati selain harga


untuk mengatur permintaan secara agregat, dan
ia

hanya

mekanisme

bersandar
pasar

sepenuhnya
untuk

kepada

menghapuskan

ketidakseimbangan yang ada.[vi]


Umer

Chapra

tidak

terhindarkan

untuk

menyimpulkan bahwa ketiga sistem yang ada


tersebut diatas tidak dapat berperan sebagai
model bagi negara-negara Muslim.[vii] Meskipun

demikian, hingga sekarang, sejumlah negara


Islam berusaha dan masih mendasarkan diri
pada cita-cita kapitalis, sosialis dan negara
sejahtera (seperti misalnya Iraq. Syria. Aldjazair
dan

Yaman

Selatan

dengan

pen-dekatan

Sosialis).
Alternatif Islam
Islam, sebagaimana diuraikan oleh Chapra,
merumuskan

suatu

sistem

ekonomi

yang

berbeda sama sekali dari sistem-sistem yang


berlaku. Ia memiliki akar dalam Syarih yang
menjadi sumber pandangan dunia sekaligus
tujuan-tujuan dan strateginya. Berbeda dengan
sistem-sistem dunia yang berlaku saat ini,
tujuan-tujuan

Islam

adalah

bukan

tetapi

didasarkan

(maqashid

semata-mata
pada

asy-syariah)

bersifat

materi,

konsep-konsepnya

sendiri mengenai kesejahte-raan manusia (falah)


dan kehidupan yang baik (hayat thayyibah), yang
memberi-kan

nilai

sangat

penting

bagi

persaudaraan dan keadilan sosio-ekonomi dan


menuntut suatu kepuasan yang seimbang, baik
dalam

kebutuhan-kebutuhan

materi

maupun

rohani dari seluruh ummat manusia.[viii]


Seperti dikutipkan di dalam ayat pada awal
cuplikan

ini,

penyuntikan

dalam

ekonomi

dimensi

iman

Islam
dalam

terjadi
semua

keputusan manusia tanpa meman-dang apakah


keputusan-keputusan

itu

berkaitan

dengan

urusan rumah tangga, badang usaha, pasar, atau


politbiro yang akan merealisasikan efisiensi dan
kea-dilan
sumber

dalam
daya,

hal
untuk

alokasi

dan

mengurangi

distribusi
ketidak

seimbangan dan ketidakstabilan perekonomian


secara makro, atau untuk menga-tasi kejahatan,

percekcokan, ketegangan dan berbagai gejala


anomi yang berbeda.[ix] Oleh karena itu, Islam
tidak sejalan dengan Kapitalisme yang merupakan sebuah sistem yang memberikan nilai
tertinggi pada kebebasan tidak terbatas untuk
memungkinkan

individu

kepentingannya

sendiri

memaksimalkan

kekayaan

mengejar
dan

dan

untuk

memuaskan

keinginannya.[x] Islam juga tidak sejalan dengan


paham

ekonomi

sosialis

yang

menganggap

pemilikan pribadi dan sistem upah sebagai


sumber

kejahatan

dan

menekankan

bahwa

keadilan tidak dapat diberikan kepada si miskin


tanpa mensosialisasikan pemilikan pribadi dalam
berbagai tingkatan. Mereka merasa demokrasi
sekalipun tidak dapat dijalankan secara efektif
selama

masih

ada

ketidakmerataan

kepentingan-kepentingan istimewa.[xi]

dan

Di dalam Islam, di dalam hal kepemilikan


pribadi,

Rasulullah

Muhammad

SAW

telah

menyatakan kesucian hak milik pribadi, tetapi


kesucian

ini

berada

dalam

posisi

manusia

sebagai khalifah Allah. Di dalam ajaran Islam


untuk menciptakan suatu keseimbangan antara sumber-sumber

daya

yang

langka

dan

pemakaian-pemakaian atasnya dengan suatu


cara yang dapat mewujudkan baik efiseinsi
maupun keadilan, adalah dengan memusatkan
perhatian

kepada

manusia

itu

sendiri

dan

bukannya pada pasar atau negara. Manusia


merupakan unsur yang hidup dan yang sangat
diperlukan sebagai dasar dari sebuah sistem
ekonomi.[xii]

Islam didasarkan pada tiga prinsip pokok yaitu:

tauhid, khilafah dan adalah (keadilan), yang


jelas

pula

merupakan

sumber

utama

dari

maqashid dan strategi ekonomi Islam.[xiii] Batu


fondasi kepercayaan Islam adalah Tauhid. Bahwa
alam

teralih

dirancang

dengan

sadar

dan

diciptakan oleh Wujud Tertinggi, Yang Esa dan


tidak ada yang menyamai-Nya, bukan terjadi
secara kebetulan. Dia terlibat secara aktif dalam
hukum-hukum

alam.

Segala

sesuatu

yang

diciptakan-nya mempunyai tujuan. Tujuan inilah


yang menjadikan wujudnya alam ini dimana

manusia adalah bagian darinya, berarti penting.


Dan manusia adalah khalifah Tuhan di bumi, dan
telah diberkahi dengan semua kelengkapannya.
Konsep khalifah ini memiliki sejumlah implikasi,
atau akibat yang wajar, yatu: persau-daraan
universal, sumber-sumber daya adalah amanat,
gaya

hidup

sederhana

dan

kebebasan

manusia.[xiv]
Dalam

hal

adalah

(keadilan),

Islam

berpandangan bahwa tanpa disertai keadilan


sosial ekonomi, persaudaraan yang merupakan
satu bagian integral dari konsep tauhid dan

khilafah, akan tetap menjadi sebuah konsep


yang berlubang yang tidak memiliki substansi.
Keadilan adalah sebuah ramuan sangat penting
dari maqashid, sulit untuk dapat memahami
sebuah masyarakat Muslim yang ideal tanpa
adanya keadilan di situ. Islam benar-benar tegas

dalam tujuannya untuk membasmi semua jejak


kezaliman dan masyarakat manusia. Kezaliman
adalah

sebuah

istilah

menyeluruh

yang

mencakup semua bentuk ketidakadilan, eksploitasi,

penindasan

dan

kemungkaran,

dimana

seseorang mencabut hak-hak orang lain atau


tidak

memenuhi

kewajiban

kepada

mereka.

Penegakan keadilan dan pembasmian semua


bentuk ketidakadilan telah ditekankan oleh Al
Qurn sebagai misi utama dari semua Nabi yang
diutus Tuhan.[xv]
Komitmen
persaudaraan

Islam
dan

yang
keadilan

besar

pada

menuntut

agar

semua sumber daya yang tersedia bagi umat


manusia, amanat suci dari Tuhan digunakan
untuk mewujudkan maqahid asy-syariah, empat
diantaranya cukup penting, yakni: pemenuhan
kebutuhan, penghasilan yang diperoleh dari

sumber yang baik, distribusi pendapatan dan


kekayaan

yang

stabilitas.

adil

Tidak

dan

seperti

pertumbuhan

dan

kapitalisme

dan

sosialisme, tujuan-tujuan Islam adalah suatu


hasil

mutlak

dan

mendasarinya.

logis

Untuk

dari

filsafat

masyarakat

yang

Muslim

mewujudkan tujuan-tujuannya, diperlukan suatu


strategi yang juga meru-pakan hasil logis dari
filsafat yang mendasarinya.
Strategi ini meliputi reorganisasi seluruh sistim
ekonomi dengan empat unsur penting yang
saling mendukung, yaitu: (1) suatu mekanisme
filter yang disepakati masyarakat, yaitu Moral,
dengan mengubah skala preferensi individu
sesuai dengan tuntutan khilafah dan adalah, (2)
suatu

sistim

mendorong
baiknya

motivasi

individu

bagi

yang

agar

kuat

berbuat

kepentingannya

untuk
sebaik-

sendiri

dan

masyarakat, dengan dasar pertanggung jawaban


kepada Tuhan dan Hari Akhir (3) restrukturisasi
seluruh ekonomi dengan tujuan mewujudkan

maqashid meskipun sumber-sumber yang ada


itu langka; dengan dasar lingkungan sosial yang
kondusif

untuk

pengamatan

menaati

dengan

tidak

aturan-aturan
mengizin-kan

pemilikan materi dan konsumsi yang mencolok


sebagai sumber prestise, dan (4) suatu peran
pemerintah yang berorientasi tujuan yang positif
dan kuat.
C. Sistem Moneter Islam
Sistem keuangan hadir untuk memberikan
berbagai macam jasa keuangan yang dapat
diterima

secara

religius

kepada

komunitas-

komunitas muslim. Selain fungsi khusus ini,


institusi-institusi

perbankan

dan

keuangan,

sebagaimana
lainnya,

aspek-aspek

diharapkan

masyarakat

memberikan

Islam

kontrinbusi

secara pantas kepada pencapaian tujuan-tujuan


sosio-ekonomi

Islam

yang

utama.

Yang

terpenting dari semua ini adalah kesejahteraan


ekonomi dengan kesempatan kerja penuh (full

employment) dan tingkat pertumbuhan ekonomi


yang

tinggi,

distribusi

keadilan

pendapatan

sosioekonomi
serta

kekayaan

dan
yang

wajar, stabilitas mata uang, dan mobilisasi serta


investasi

tabungan

untuk

pembangunan

ekonomi yang mampu memberikan jaminan


keuntungan (bagi-hasil) kepada semua pihak
yang

terlibat.

haruslah

Barang

kali

dikemukakan

dimensi
sebagai

religius
tujuan

selanjutnya yang jelas, dalam arti bahwa peluang


untuk melakukan ope-rasi-operasi keuangan
yang sah secara agama mempunyai nilai jauh

melampaui nilai model operasi keuangan itu


sendiri.
Bab ini akan menjelaskan setting struktur
keuangan Islam model atau a la Chapra. Namun
kita terlebih dahulu membicarakan sasaran dan
strategi dalam rangka membangun struktur ideal
dari sistem keuangan Islami.
Sasaran
Sistem perbankan dan uang, seperti aspekaspek kehidupan Islam lainnya, harus direkayasa
untuk mendukung pencapain sasaran-sasaran
utama sosio-ekonomi Islam. Sistem ini juga
harus terus melaksanakan fungsi utamanya yang
berkaitan dengan bidangnya yang khusus dan
yang seperti sistem perbankan lainnya berfungsi.
Sasaran itu antara lain:[xvi]

1. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan


kesempatan kerja penuh dan laju pertumbuhan
ekonomi yang optimal;
2.

Keadilan

sosio-ekonomi

dan

distribusi

kekayaan dan pendapatan yang merata;


3. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan
alat tukat sebagai satuan unit yang dapat
diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran
yang ditang-guhkan, dan alat penyimpan nilai
yang stabil;
4.

Mobilisasi

dan

investasi

tabungan

untuk

pembangunan perekonomian dalam suatu cara


yang adil sehingga pengembalian keuntungan
dapat

dijamin

bagi

semua

pihak

yang

bersangkutan;
5.

Memberikan semua bentuk pelayanan yang


efektif yang secara normal diha-rapkan dari
sistem perbankan.

Barangkali dapat diutarakan bahwa sasaran


dan fungsi sistem uang dan perbankan Islam
sama dengan yang berlaku dalam kapitalisme.
Meskipun

banyak

kemiripan,

perbedaan

yang

cukup

penekanan,

yang

terjadi

tetapi

signifikan
karena

ada
dalam

disvergensi

dalam komitmen kepada nilai-nilai spiritual,


keadilan

sosioekonomi,

kemanusiaan.

dan

Sasarn-sasaran

persaudaraan
dalam

Islam

meru-pakan bagian yang tidak terpisahkan dari


ideologi dan keimanan. Akan tetapi, strategilah
yang

sangat

penting

untuk

merealisasikan

sasaran-sasaran dan di sini-lah Islam memiliki


kontribusi

unik.

Adapun

strategi,

diuraikan pada pemba-hasan sebelumnya.


Struktur Ideal Dari Sistem[xvii]

sudah

Chapra

mengajukan

sebuah

sistem

yang

meliputi beberapa institusi berikut: bank sentral,


bank komersial, institusi keuangan non-bank,
institusi

kredit

deposito,

khusus,

dan

korporasi

korporasi

asuransi

audit

investasi.

Meskipun di permukaan struktur ini nampak


sama saja dengan struktur untuk keuangan
konvensional,

Chapra

melihat

bahwa

ada

beberapa perbedaan dalam fungsi, skup, dan


tang-gung jawab dari institusi terkait. Masingmasing institusi dianggap sebagai kom-ponen
integritas sistem yang esensial dan, dengan
demikian, perlu untuk mencapai tujuan-tujuan
yang

diinginkan

yang

sudah

dijelaskan

sebelumnya dalam bab ini.


Bank

sentral

harus

melaksanakan

semua

fungsi yang sama seperti bank-bank sentral


lainnya, yaitu menerbitkan mata uang (currency),

bertindak sebagai pem-beri pinjaman dari usaha


terakhir,

dan

meregulasi

membimbing,

sistem

menyelia,

keuangan.

Tidak

serta
seperti

bank-bank sentral konvensional, bagaimanapun


versi Islam harus juga bertindak mencegah
terjadinya konsentrasi kekayaan dan kekuasaan
di tangan kelompok yang punya kepentingan
melalui

institusi-institusi

keuangan.

Tujuan

sosial ekonomi ini, bersama dengan tanggung


jawab penyeliaan yang sangat komprehensif dan
fungsi sentralnya untuk mempromosikan Islam,
membedakan bank sentral dari imbangannya
yang konvensional.
Bank komersial Islam berbeda dengan bankbank

komersial

tradisional

dalam

dua

hal.

Perbedaan yang pertama dan paling signifikan


adalah

penghapusan

pelarangan

ini

akan

riba.

Pada

memaksa

gilirannya,
bank

untuk

menggunakan
yang

metode-metode

didasarkan

terutama

operasi

pada

baru

aransemen

profit-and-loss sharing (PLS). Perbedaan utama


kedua adalah bahwa dana yang ber-asal dari
masyarakat harus digunakan untuk melayani
kepentingan umum

dan

bukan

kepentingan

individu. Dengan demikian, transaksi-transaksi


perbankan tidak boleh semata-mata profit-

oriented,

tetapi

kebu-tuhan

sebaliknya

masyarakat

ditujukan
Islam

untuk
secara

keseluruhan. Dalam rangka mencapai sasaran


ini, maka bank Islam akan lebih cenderung
menjadi bank universal atau bank serba guna
(multi-purpose) daripada bank komersial murni:
turunan silang antara bank komersial dan bank
investasi,

perwakilan investasi,

manajemen investasi.

dan

institusi

Intermediator keuangan non bank terdiri atas


perwakilan

investasi

dan

dana

investasi

(invesment trust and fund), koperasi simpan


(credit

pinjam
investasi

union),

lainnya,

dan

institusi

manajemen

perusahaan

asuransi.

Tujuan intermediator-intermediator itu adalah


melengkapi

bank-bank

komersial

dan

menggalang dana melalui partisipasi ekuitas


(modal)

simpanan

bagi-hasil

untuk

tujuan-

tujuan inves-tasi. Institusi-institusi ini masingmasing dibedakan sesuai dengan sifat aktivitas
pendanaan

yang

dilakukan

serta,

konsekuensinya, sesuai dengan masa berakhirnya dana. Selain dari menggalang dana, para
intermediator

ini

minat

dan

bisnis

kekayaan.

membantu

me-nyebarkan

mengurangi

konsentrasi

Proyek-proyek

dan

sektor-sektor

perekonomian itu yang mungkin saja tidak


menarik

bagi

bank-bank

komersial

atau

institusi-institusi yang bermotif laba lainnya,


namun tetap saja penting dilihat dari perspektif
komunal yang lebih luas, akan didanai oleh
institusi-institusi pemberi kredit khusus. Target
operasi mereka meliputi para petani, pekerja
tangan ahli, dan usaha atau perusahaan kecil
lainnya. Dana untuk tujuan ini dapat diarahkan
lewat institusi-institusi khusus dari bank sentral
atau pemerintah, dan disalurkan dengan cara
yang tidak terpe-ngaruh oleh inflasi seraya
mengadopsi

praktik-praktik

yang

digunakan

dalam pembangunan standar. Dana jaminan


deposito dan korporasi audit investasi adalah
organisasi-organisasi

dukungan

pemerintah

yang didirikan untuk menjamin deposito atas

unjuk

(demand

deposit [giro]) dalam bank

komersial dan untuk melindungi kepentingan


para investor bagi-hasil dan para pemegang
modal. Tidak ada yang sama dengan korporasi
audit investasi dalam perbankan Barat karena
pentingnya prinsip PLS dalam pendanaan Islami,
dan fungsi auditing itu sangat diperlukan tidak
hanya untuk keselamatan tetapi juga untuk
memenuhi

fungsi

penting

dalam

integritas

sistem keuangan. Karena alasan-alasan inilah


maka proses auditing, yang melampaui prinsipprinsip auditing konvensional di Barat, harus
sampai pada mempertimbangkan proyek-proyek
investasi
manajemen,

dan

kean-dalan

sehingga

dari

praktik

menjamin

adanya

pembagian peng-hasilan yang layak di antara


para pemegang saham dan para deposan bagi
hasil.

D. Kesimpulan
Umar Chapra telah dengan baik menguraikan
dengan singkat tetapi jelas dan dengan referensi
cukup tentang ekonomi kapitalis, sosialis dan
negara

sejahtera

kelemahannnya,

serta

dan

kelemahan-

dengan

baik

pula

menguraikan tentang alternatif lain: ekonomi


Islam. Tetapi lebih pada penguraian bersifat
filosofis dasar dan pandangan dasar, belum
memberikan
bersifat

teknis

pandangan-pandangan
pragmatis

atas

yang

pelaksanaan

ekonomi Islam. Namun Bagaimanapun tulisan ini


merupakan sebuah khazanah yang tidak ternilai,
yang dapat dijadikan pegangan dasar dalam
pengembangan sistem ekonomi Islam.
Ciri utama dan kerangka yang dikemukakan
Chapra tentang sistem moneter Islam adalah
penyebaran tanggung jawab kesejahteraan sosial

dan ketentuan agama ke seluruh tingkat sistem


keuangan, dari mulai bank sentral sampai fungsi
objektif dari agen keuangan Islam.
Meskipun karyanya ini mencakup nilai yang
luas dalam
namun

bidang

dalam

keuangan

ilmu ekonomi moneter,

rangka

Islam

membangun

yang

lengkap

sistem

sering

kali

mendapat kesulitan. Ada dua kesulitan utama


muncul ketika mencari sistem keuangan Islam
yang lengkap di mana bank dan masyarakat
yang mela-kukan investasi langsung mencari
investasi-investasi
Kesu-litan

yang

pertama

dibolehkan

berhubungan

syariat.
dengan

sekuritas sektor swasta, karena sistem keuangan Islam harus mengembangkan instrumeninstrumen yang cocok. Pembiayaan sektor publik
menjadi sumber kesulitan kedua ketika prinsipprinsip Islam diterap-kan pada sistem keuangan

secara keseluruhan. Teknik untuk membiayai


penge-luaran pemerintah di antaranya termasuk
menerbitkan obligasi dan surat-surat berharga
berbunga, apakah sektor keuangan atau secara
langsung kepada publik. Bagaimana pemerintah
akan membiayai pengeluarannya dalam sebuah
perekonomian tanpa utang bunga?
Atas

dasar

ini,

sistem

keuangan

Islam

memerlukan lebih dari institusi-institusi yang


digambarkan Chapra. [ ]
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2011
PENDAHULUAN
Banyaknya tokoh-tokoh ekonom dunia begitu banyak memberikan sumbangsih
pemikirannya untuk perubahan perekonomian. Salah satunya ialah umer chapra yang
mendefinisikan ekonomni islam sebagai sebuah pengetahuan yang membantu upaya
realisasi kebahagiaan manusai yang berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaranislam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro
ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

PEMBAHASAN

1. Dr. M. Umer Chapra, Tokoh Ekonomi Islam Kontemporer


Beliau adalah ekonom kontemporer muslim yang paling terkenal pada masa modern
ini di timur dan barat.Ayahnya yang bernama Abdul Karim Chapra. Umer Chapra
dilahirkan dalam keluarga yang taat beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang
mempunyai karakter yang baik. Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan
sehingga memungkinkan ia mendapatkan pendidikan yang baik.Masa kecil umer chapra
dihabiskan di tanah kelahirannya sampai beliau berumur 15 tahun. Kemudian ia pindah
ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D dari
Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya dengan
menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak, Maryam,
Anas, Sumayyah dan Ayman.Dalam karir akademiknya DR. M. Umer Chapra
mengawalinya ketika mendapatkan medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950
dengan prestasi yang diraihnya sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000
mahasiswa. Setelah meraih gelar S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956,
dengan gelar B.Com / B.BA ( Bachelor of Business Administration ) dan M.Com / M.BA
( Master of Business Administration ), karir akademisnya berada pada tingkat tertinggi
ketika meraih gelar doktoralnya di Minnesota, Minneapolis. Pembimbingnya, Prof.
Harlan Smith, memuji bahwa Umer Chapra adalah seorang yang baik hati, mempunyai
karakter yang baik dan kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini, Umer Chapra
adalah orang yang terbaik yang pernah dikenalnya, bukan hanya dikalangan mahsiswa
namun juga seluruh fakultas.
banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh
lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF, IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lainlain.

Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam.Ide-ide cemerlangnya


banyak tertuang dalam karangan-karangannya.Kemudian karena pengabdiannya ini
beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih

penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989.Beliau
adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah banyak
buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini telah
terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya
ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa
Indonesia.Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor
Rodney Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai Presentasi terbaik terhadap
teori moneter Islam sampai saat ini dalam Bulletin of the British Society for Middle
Eastern Studies (2/1985, pp.224-5). Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam
subjek ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi Muslim modern sehingga buku ini
menjadi buku teks di sejumlah universitas dalam subjek tersebut
Beliau berkata terhadap ekonomi islam dan mendefinisikan sebagai derikut : Ekonomi
Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagiaan manusia yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam
tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
2. MUHAMMAD BAQIR ASH-SADR, DALAM KONTEKS KEKINIAN
Baqir Sadr makin menemukan relevansinya dengan situasi perekonomian global
dewasa ini.Gagasan bahwa kapitalisme adalah sistem yang semata-mata hanya
berorientasi pada akumulasi kapital dan mengabaikan tata nilai di luar motif ekonomi
secara tidak langsung mendapatkan dukungan dari ekonom konvensional.Tidak hanya
itu, makna penting peran Negara di bidang ekonomi yang di gagas Sadr juga dapat
ditemukan dalam gagasan ekonom konvensional yang salah satunya adalah mantan
gubernur The Fed AS Alan Gleenspan. Walaupun demikian, dari kacamata ekonom
muslim sendiri, gagasan Sadr di bidang ekonomi juga harus diletakkan dalam kerangka
yang proporsional. Hal ini sebagaimana Timur Kuran nyatakan dalam kritiknya terhadap
pemikiran ekonomi Sadr.
B. Pokok Pemikiran Ekonomi Baqir Sadr
1. Definisi Ekonomi Islam (Proses Penggalian Doktrin Ekonomi Islam)

Dalam mendefinisikan ekonomi Islam, Baqir Sadr mencoba memberikan sebuah


intepretasi baru yang bisa dikatakan original.Pendifinisian tersebut di mulai dari
membangun kerangka dasar dengan membuat perbedaan yang signifikan antara ilmu
ekonomi dan doktrin ekonomi.
Menurut Sadr, ilmu ekonomi merupakan ilmu yang berhubungan dengan penjelasan
terperinci perihal kehidupan ekonomi, peristiwa-peristiwanya, gejala-gejala (fenomenafenomena) lahiriahnya, serta hubungan antara peristiwa-peristiwa dan fenomenafenomena

tersebut

dengan

sebab-sebab

dan

faktor-faktor

umum

yang

memepengaruhinya.
Sedangkan doktrin ekonomi adalah cara atau metode yang dipilih dan diakui oleh
suatu masyarakat dalam memecahkan setiap problem praktis ekonomi yang dihadapinya.
Dari hal ini, Sadr selanjutnya menyatakan bahwa perbedaan yang signifikan dari kedua
terminilogi di atas adalah bahwa doktrin ekonomi berisikan setiap aturan dasar dalam
kehidupan

ekonomi

yang

berhubungan

dengan

ideologi

seperti

nilai-nilai

keadilan.Sementara ilmu ekonomi berisikan setiap teori yang menjelaskan realitas


kehidupan ekonomi yang terpisah dari kerangka ideologi.Nilai-nilai keadilan inilah yang
bagi Sadr sebagai tonggak pemisah antara gagasan doktrin ekonomi dengan teori-teori
ilmiah ilmu ekonomi.
2. Karakteristik Ekonomi Islam
a. Konsep Kepemilikan Multi Jenis (Multitype Ownership)
b. Pengambilan Keputusan, Alokasi Sumber dan Kesejahteraan Publik.
3. Pandangan Islam Tentang Masalah Ekonomi.
.

Menurut Sadr, masalah-masalah ekonomi lahir bukan disebabkan oleh kelangkaan

sumber-sumber material ataupun terbatasnya kekayaan alam. Sadr berpendapat bahwa


permasalahan ekonomi muncul kareana disebabkan oleh dua faktor yang mendasar.
Pertama adalah karena prilaku manusia yang melakukan kezaliman dan kedua karena
mengingkari nikmat Allah SWT. Dari kedua aspek tersebut, Sadr menyimpulkan sebagai
salah satu faktor yang dominan yang menjadi akar lahirnya permasalahan ekonomi dalam
kehidupan manusia, bukan karena akibat terbatasnya alam atau karena ketidakmampuan
alam dalam merespon setiap dinamika kebutuhan manusia. Menurut Sadr, masalah

tersebut hanya dapat teratasi dengan mengakhiri kedzaliman dan keingkaran manusia.
Salah satu cara yang ditawarkan Sadr adalah dengan menciptakan hubungan yang baik
antara distribusi dan mobilisasi segenap sumber daya material untuk memakmurkan alam
serta menyibak segala kekayaan.
4. Teori Produksi
Sadr mengatakan bhwa ada dua aspek yang mendasari terjadinya aktivitas produksi
Pertama adalah aspek obyektif atau aspek ilmiah yang berhubungan dengan sisi teknis
dan ekonomis yang terdiri atas sarana-sarana yang digunakan, kekayaan alam yang
diolah, dan kerja yang dicurahkan dalam aktivitas produksi. Kedua adalah aspek
subyaktif .Yaitu aspek yang terdiri atas motif psikologis, tujuan yang hendak dicapai
lewat aktifitas produksi, dan evaluasi aktivitas produksi menurut berbagai konsepsi
keadilan yang dianut.
5. Distribusi Kekayaan
Dalam pemikiran Sadr, distribusi kekayaan berjalan pada dua tingkatan, yang
pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi dan yang kedua adalah distribusi
kekayaan produktif.Pokok pikiran yang di maksud Sadr, sebagai sumber-sumber
produktif adalah terkait dengan tanah, bahan-bahan mentah, alat-alat dan mesin yang
dibutuhkan untuk memproduksi beragam barang dan komoditas.Sedangkan yang
termasuk dengan kekayaan produktif hasil dari proses pengolahan atau hasil dari aktivitas
produksi melalui kombinasi sumber-sumber produsi yang di hasilkan manusia melaui
kerja. Berkenaan dengan ini pula, maka prinsip-prinsip menjaga adilnya sirkulasi
kekayaan dan keseimbangan harta di tengah-tengah kehidupan masyarakat juga masuk
dalam konsepsi Sadr sebagaimana pemikiran ekonomi Islam lainnya.
6. Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi
Menurut Sadr, fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat beberapa
tanggung jawab. Tanggung jawab atau fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi tersebut
antara lain berkenaan dengan pertama, penyediaan akan terlaksananya Jaminan Sosial
dalam masyarakat, kedua berkenaan dengan tercapainya keseimbaangan sosial dan ketiga
terkait adanya intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi
KESIMPULAN

Masalah-masalah ekonomi lahir bukan disebabkan oleh kelangkaan sumbersumber material ataupun terbatasnya kekayaan alam. Sadr berpendapat bahwa
permasalahan ekonomi muncul kareana disebabkan oleh dua faktor yang mendasar.
Sadr berpendapat bahwa permasalahan ekonomi muncul kareana disebabkan oleh
dua faktor yang mendasar. Pertama adalah karena prilaku manusia yang melakukan
kezaliman dan kedua karena mengingkari nikmat Allah SWT. Sadr menyimpulkan
sebagai salah satu faktor yang dominan yang menjadi akar lahirnya permasalahan
ekonomi dalam kehidupan manusia, bukan karena akibat terbatasnya alam atau karena
ketidakmampuan alam dalam merespon setiap dinamika kebutuhan manusia

M. Umer Chapra (1 Februari 1933, Bombay India) adalah salah satu ekonom
kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat.
Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat
beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik.
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia
pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D
dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya
dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak,
Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.

Daftar isi

1 Latar Belakang dan Pendidikan


2 Pembangunan Ekonomi Islam
3 Karya M. Umer Chapra
4 Pranala luar

Latar Belakang dan Pendidikan


Dalam karier akademiknya DR. M. Umer Chapra mengawalinya ketika mendapatkan
medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan prestasi yang diraihnya
sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa. Setelah meraih gelar
S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956, dengan gelar B.Com / B.BA (
Bachelor of Business Administration ) dan M.Com / M.BA ( Master of Business
Administration ), karier akademisnya berada pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar
doktoralnya di Minnesota, Minneapolis. Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji
bahwa Chapra adalah seorang yang baik hati, mempunyai karakter yang baik dan

kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini, Chapra adalah orang yang terbaik yang
pernah dikenalnya, bukan hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas.
DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang
berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia menduduki posisi
di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama hampir 35 tahun sebagai
penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembaga-lembaga ekonomi Arab Saudi ini
membuatnya di beri kewarganegaraan Arab Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan
Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama
45 tahun beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan
ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di
Arab Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk
kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF,
IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lain-lain.

Pembangunan Ekonomi Islam


Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide cemerlangnya
banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena pengabdiannya ini
beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih
penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989.
Beliau adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah
banyak buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini
telah terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya
ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa Indonesia.
Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor Rodney
Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai "Presentasi terbaik terhadap teori
moneter Islam sampai saat ini" dalam Bulletin of the British Society for Middle Eastern
Studies (2/1985, pp.224-5). Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam subjek
ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi Muslim modern sehingga buku ini menjadi buku
teks di sejumlah universitas dalam subjek tersebut.
Buku keduanya, Islam and the Economic Challenge, di deklarasikan oleh ekonom besar
Amerika, Profesor Kenneth Boulding, dalam resensi pre-publikasinya, sebagai analisis
brilian dalam kebaikan serta kecacatan kapitalisme, sosialisme, dan negara maju serta
merupakan kontribusi penting dalam pemahaman Islam bagi kaum Muslim maupun nonMuslim. Buku ini telah diresensikan dalam berbagai jurnal ekonomi barat. Profesor Louis
Baeck, meresensikan buku ini di dalam Economic Journal dari Royal Economic Society
dan berkata: Buku ini telah ditulis dengan sangat baik dan menawarkan keseimbangan
literatur sintesis dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca buku ini akan menjadi
tantangan intelektual sehat bagi ekonom barat. ( September 1993, hal. 1350 ). Profesor
Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini dalam Journal of

Economic Literature untuk American Economic Assosiation dan mengatakan bahwa


buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar Ekonomi Islam.
Kritiknya terhadap sistem ekonomi yang ada secara tidak biasa diungkap dengan pintar
dan mempunyai dokumentasi yang baik. Chapra, menurutnya telah membaca banyak
tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga kritiknya berbobot. Dan, Profesor Kuran
merekomendasikan buku ini sebagai panduan sempurna dalam pemahaman ekonomi
Islam.
Pendapat M. Umer Chapra terhadap ekonomi Islam pernah dikatakannya dan
didefinisikannya sebagai berikut: Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau
tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.

Toward a Just Monetary System (1985)


Islam and Economic Challenge (1992)
Islam and the Economic Development (1994)
The Future of Economics; an Islamic Perspective (200

DR. M. Umer Chapra


Upload By On 08-04-2012 15:31:04 | Total Read : 1

M. Umer Chapra (1 Februari 1933, Bombay India) adalah salah satu ekonom
kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat.
Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Umer Chapra dilahirkan dalam keluarga yang
taat beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik.
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia
pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D
dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya
dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak,
Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.

Dalam karir akademiknya DR. M. Umer Chapra mengawalinya ketika mendapatkan


medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan prestasi yang diraihnya
sebagai urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa. Setelah meraih gelar
S2 dari Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956, dengan gelar B.Com / B.BA (
Bachelor of Business Administration ) dan M.Com / M.BA ( Master of Business
Administration ), karir akademisnya berada pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar
doktoralnya di Minnesota, Minneapolis. Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji
bahwa Umer Chapra adalah seorang yang baik hati, mempunyai karakter yang baik dan
kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini, Umer Chapra adalah orang yang terbaik
yang pernah dikenalnya, bukan hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas.
DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang
berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia menduduki posisi
di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama hampir 35 tahun sebagai
penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembaga-lembaga ekonomi Arab Saudi ini
membuatnya di beri kewarganegaraan Arab Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan
Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama
45 tahun beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan
ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di
Arab Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk
kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF,
IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lain-lain.
Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide cemerlangnya
banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena pengabdiannya ini
beliau mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih
penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989.
Beliau adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah
banyak buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini
telah terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya
ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa Indonesia.
Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor Rodney
Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai Presentasi terbaik terhadap teori
moneter Islam sampai saat ini dalam Bulletin of the British Society for Middle Eastern
Studies (2/1985, pp.224-5). Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam subjek
ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi Muslim modern sehingga buku ini menjadi buku
teks di sejumlah universitas dalam subjek tersebut.
Buku keduanya, Islam and the Economic Challenge, di deklarasikan oleh ekonom besar
Amerika, Profesor Kenneth Boulding, dalam resensi pre-publikasinya, sebagai analisis
brilian dalam kebaikan serta kecacatan kapitalisme, sosialisme, dan negara maju serta
merupakan kontribusi penting dalam pemahaman Islam bagi kaum Muslim maupun non-

Muslim. Buku ini telah diresensikan dalam berbagai jurnal ekonomi barat. Profesor Louis
Baeck, meresensikan buku ini di dalam Economic Journal dari Royal Economic Society
dan berkata: Buku ini telah ditulis dengan sangat baik dan menawarkan keseimbangan
literatur sintesis dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca buku ini akan menjadi
tantangan intelektual sehat bagi ekonom barat. ( September 1993, hal. 1350 ). Profesor
Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini dalam Journal of
Economic Literature untuk American Economic Assosiation dan mengatakan bahwa
buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar Ekonomi Islam.
Kritiknya terhadap sistim ekonomi yang ada secara tidak biasa diungkap dengan pintar
dan mempunyai dokumentasi yang baik. Umer Chapra, menurutnya telah membaca
banyak tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga kritiknya berbobot. Dan, Profesor
Kuran merekomendasikan buku ini sebagai panduan sempurna dalam pemahaman
ekonomi Islam.
Pendapat M. Umer Chapra terhadap ekonomi Islam pernah dikatakannya dan
didefinisikannya sebagai berikut: Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau
tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.

Arti mimpi dari A - Z | A | B | C | D | E | F | G |


H|I|J|K|L|M|N|O|P|Q|R|S|T|U|V
|W|X|Y|Z|

Ramalan
Jodoh

GuestBoo RS Indek
k
S
s

Home
Masakan
Busana
Primbon
News
Bisnis
Net-Komp
Foto
Video

BANK SYARIAH WACANA ULAMA DAN CENDEKIAWAN


6/12/2011 Kumpulan Info Terbaru No comments
Share this:

digg
A. MUQADDIMAH
Muara dari sekian banyak kajian tentang ekonomi akan berujung pada persoalan
kesejahteraan. Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang sangat didambakan oleh setiap
manusia, karena didalamnya terkandung makna segala kenikmatan hidup, seperti
kebahagiaan, ketentraman, kemakmuran, kebersamaan dan keadilan. Karena itu tidak
heran jika manusia menguras semua energi pemikirannya dalam mencari petunjuk yang
paling tepat untuk mencapai kondisi tersebut. Sehingga dalam sejarah peradaban manusia
lahirlah idiologi-idiologi yang mereka fungsikan sebagai petunjuk, seperti sosialisme,
kapitalisme dan fasisme atau Negara kesejahteraan.
Semua idiologi itu telah direalisasikan dalam kehidupan manusia, namun Al-Hamdulillah
semua idiologi itu telah gagal menciptakan hakekat kesejahteraan manusia itu sendiri.
Sosialisme yang menekankan perencanaan perekonomian terpusat, telah runtuh dinegara
tempat ia lahir dan berkembang yaitu dibekas Negara-negara Uni Soviet dan Eropa
Timur. Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan (racikan kapitalisme dengan sujumput
belas kasih sosialisme = fasisme) juga telah menunjukkan kegagalannya dinegara-negara
Eropa Barat dan Amerika serikat, dengan timbulnya kesenjangan antara si miskin dan si
kaya serta ketidak seimbangan eksternal dan makro ekonomi. Penyebab paling
fundamental dari kegagalan idiologi-idilogi ini adalah karena ia lahir dari pandangan
masyarakat barat sekuler yang berpendapat bahwa agama tidak relevan untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi. Akibatnya, aspek moralitas dalam kebijakan ekonomi
ditinggalkan.

Melihat kegagalan idiologi-idiologi tersebut, manusia membutuhkan obat sebuah


system ekonomi yang tepat untuk mewujudkan kesejahteraan. Bersamaan dengan
kebangkitan Islam yang sedang berlangsung dihampir semua negara muslim,
mengingatkan masyarakat dunia bahwa, Islam sebagai suatu system hidup yang
komprehensif dan kaffah mewajibkan para pemeluknya untuk menjadikannya sebagai
sumber pedoman dan reverensi utama dalam setiap aspek kehidupan dari mulai urusan
Aqidah, Syariat, Akhlaq, Sosial dan Ekonomi. Wahyu Ilahi yang terwujud dalam AlQuran dan Sunnah menjadi sumber kajian ekonomi Islam yang sarat dengan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan sebagi landasan untuk studi-studi lanjutan yang
pada gilirannya mampu melahirkan inovasi-inovasi pendekatan baru yang sejalan dengan
nilai-nilai keadilan, keseimbangan dan sekaligus sesuai dengan tuntutan kehidupan
manusia kontemporer.
Di Indonesia pada kurun waktu yang cukup panjang kajian tentang Ekonomi Islam atau
Muamalah syariah masih dikaji secara tradisional dan tanpa inovasi-inovasi pendekatan
baru yang sesuai dengan tuntutan kehidupan manusia kontemporer. Saat ini, sudah
menjadi keniscaan, bahwa dalam kehidupannya, masyarakat muslim harus bersentuhan
dengan lembaga-lembaga keuangan. Karena itulah kajian Ekonomi Syariah lantas
menjadi bagian dari kajian yang secara intensif dilakukan oleh para ulama dan
cendekiawan muslim. Di Indonesia tercatat beberapa cendekiawan muslim yang menjadi
pioneer dalam kajian ini antara lain; Adiwarman A. Karim, Muhammad Syafii Antonio,
Karnaen A. Perwataatmaja, Adian Husaini, Zainul Arifin, Dawam Raharjo, dan lain-lain.
Book Review ini sengaja saya batasi pada satu buku yang disusun oleh Muhammad
Syafii Antonio, dari beberapa buku yang telah beliau tulis sebelumnya sebagai satu
perwakilan dari sejumlah tulisan para cendekiawan yang konsen dalam mengembangkan
perbankan syariah. Buku yang berjudul Bank Syariah wacana Ulama & Cendekiawan ini
menjadi sangat Istimewa dibandingkan dengan yang lainnya sebab buku ini dikata
pengantari oleh dua institusi tinggi di republik ini yaitu Ketua Umum MUI Prof. KH. Ali
Yafie dan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin.
B. SEKILAS PANDANG TENTANG PERANGKAT PAYUNG HUKUM BAGI
PERBANKAN SYARIAH
Bank Syariah di Indonesia secara resmi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992
sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syariah pertama di Indonesi yang mulai
beroprasi pada tanggal 1 Mei 1992.[1] Namun dalam kurun waktu lebih dari 6 tahun
perkembangan Bank Syariah tidak sepesat bank-bank yang beroperasi secara
konvensional. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, perbankan
syariah diharapkan dapat berkembang lebih baik dan dapat menjadi salah satu komponen
penting dalam upaya pengembangan industri perbankan Indonesia. Hal ini mengingat
pada Undang-Undang No.10 tersebut perbankan syariah diberi peluang yang lebih luas
dalam menjalankan khusus usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada Bank Umum
Konvensional untuk membuka kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.[2]
Prof. K.H. Ali Yafie, dalam sambutannya atas nama Majelis Ulama Indonesia
mengapresiasi kehadiran buku ini yang dicetak pada Oktober 1999, sebagai buku yang

hadir bertepatan dengan semakin giatnya pemerintah yang dimotori oleh Bank Indonesia
menyiapkan perangkat-perangkat pengembangan Bank Syariah di tanah air. Hal ini
ditandai dengan disyahkannya Undang-Undang tentang Perbankan No. 10/1998. dan
dibentuknya komite pengembangan perbankan syariah pada Bank Indonesia.
Pada saat yang sama MUI sebagai wadah musyawarah dan perwakilan ummat Islam seIndonesia, sejak tahun 1996 telah membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai
lembaga syariah tertinggi yang mengayomi dan mengawasi oprasional kesyariahan
lembaga-lembaga keuangan syariah ditanah air. Kehadiran buku yang sangat
komprehensif ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi rekan-rekan ulama dan
cendekiawan yang akan berperan aktif dalam pengawasan dan pengembangan lembaga
keuangan syariah.
Apresiasi senada disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin
menanggapi kendala terbesar yang dihadapi dalam pengembangan Bank Syariah di
Indonesia adalah pemahaman anggota masyarakat yang timpang mengenai kegiatan
oprasional bank syariah. Banyak masyarakat yang mendambakan keberadaan bank
berdasar prinsip syariah, namun kenyataanya mereka belum memahami sepenuhnya
produk, mekanisme, system dan seluk beluk bank syariah. Untuk itu masyarakat perlu
mendapatkan informasi yang akurat dari sumber yang memiliki otoritas tentang hal
tersebut. Buku ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para Alim Ulama,
muballighiin, muballighaat dan cendekiawan dalam mensosialisasikan bank syariah,
karena merekalah yang memiliki potensi dan akses yang besar dalam penyebarluasan
informasi kepada masyarakat.
C. BIOGRAFI PENULIS
Muhammad Syafii Antonio, satu sosok dengan kombinasi yang unik, seorang
cendekiawan muda, santri, ekonom dan bankir. Lahir 12 Mei 1967 dengan Nama asli Nio
Gwan Chung dari pasangan Liem Soen Nio dan Nio Sem Nyau. Dibesarkan ditengah
keluarga Kong Hu Chu dan Kristen, namun pengembaraannya mencari kebenaran telah
menghantarkannya keharibaan Islam.
Bermula dari bersyahadah dihadapan KH. Abdullah Bin Nuh di Bogor, belajar Alif-ba-ta
kepada H. Adung Abdurrahim di Masjid Agung Sukabumi, hingga mondok di Pondok
Pesantren An-Nizham Sukabumi dibawah asuhan KH. Abdullah Muchtar, penerus dan
murid utama ulama terkemuka Habib Syakh bin Salim bin Umar al-Attas. Di pesantren
inilah ia berhasil menghafal matan Alfiah Ibnu malik.[3]
Tahun 1990 Syafii lulus dari Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi University of
Jordan serta mengikuti program Islamic Studies di Al-Azhar Universitas Cairo. Ia
mendapat Master of Econonics dari International Islamic University Malaysia dan saat
buku ini ditulis beliau tengah mengikuti program doctoral pada bidang pasar modal dan
pasar uang di Australia.
Syafii yang menjadi perintis Bank Muamalat dan Asuransi Takaful, saat ini aktif di
Komite ahli Bang Syariah pada Bank Indonesia , Dewan Pengawas Bang Muamalat,
Asuransi Takaful, RHB Asset Menegemen, dan BNI Faisal Finance. Disamping itu,
SyafiI juga memimpin beberapa unit usahayang tergabung dalam TAZKIA GROUP
yang memiliki misi pengembangan bisnis dan ekonomi syrariah. Dalam bidang social
kemasyarakatan, SyafiI aktif bersama H. Junus Jahya, Ali Kariem, dan Prof. Hembing di

Yayasan Haji Kariem Oei untuk pembauran WNI keturunan.


Beberapa karya tulis Syafii yang telah diterbitkan antara lain : Apa dan Bagaimana Bank
Islam, Prinsip Oprasionsl Bank Islam (bersama Karnaen A. Perwataatmaja, Direktur
Eksekutif IDB), Zakat kaum berdasi (bersama Adian Husaini), Wawasan Islam dan
Ekonomi, Arbitrase Islam di Indonesia, Bank Syariah : Suatu pengenalan Umum, Bank
Syariah:Bagi Bankir dan praktisi keuangan, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, dan
Bank Syariah: Wacana Ulam & Cendekiawan yang akan kita coba mereview isinya.
D. BOOK REVIEW
Di awal buku ini Syafii menuliskan sebuah Ayat Al-Qran Surat Al-Araf:96.

[ 96
Menurut saya Ayat ini menjadi motto yang mencerminkan semangat beliau untuk
melakukan perombakan paradigma pemikiran masyarakat muslim, yang selama ini
cenderung memahami Islam secara parsial menuju bangunan keimanan dan ketaqwaan
yang Kaffah untuk meraih keberkahan anugerah Tuhan baik yang bersumber dari langit
maupun bumi.
Pada halaman berikutnya, sebagai seorang santri, dengan penuh tawadhu ia ingin
mempersembahkan karya tulisnya sebagai bentuk dakwah bi-al Qolam yang diharapkan
efektif untuk menggugah dan menyadarkan para ulama dan cendekiawan atas tugas dan
amanat besar yang dipikulnya. Syafii menulis dalam kalimat persembahannya :
Buku ini dipersembahkan untuk guru-guru saya para ulama dan cendekiawan yang
dipundaknya terpikul amanah untuk mengganti system ekonomi ribawi dengan nizham
muamalah Islamiyah. Suatu nizham yang hanya dengannya kita akan diridhai Alloh SWT
sehingga anuerah Ilahipun akan dilimpahkan untuk ummat dan bangsa ini
Selanjutnya beliau menaruh harapan besar karya tulis ini dapat menjadi mediator antara
ulama dan cendekiawan berkomunikasi untuk menggali kembali, membangunkan wacana
fiqh muamalah maaliah yang selama ini tidur dalam gugusan teks, agar hidup dinamis
dan diaplikasikan dalam pengembangan industri perbankan nasional yang kini telah
dilanda krisis dan kehilangan arah.
Pada Mukaddimahnya Syafii mengemukakan bahwa sudah cukup lama umat Islam
Indonesia , demikian juga masyarakat muslim dibelahan dunia Islam lainnya,
menginginkan system perekonomian yang berbasisi nilai-nilai dan prinsip syariah untuk
dapat diterapkan dalam segenap aspek kehidupan dan transaksi muamalah. Keinginan ini
didasari oleh suatu kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total. Seperti
ditegaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 85 :

/ ]


85

Ayat diatas dengan tegas mengingatkan, bahwa selama kita menerapkan Islam secara
parsial, kita Ummat Islam akan mengalami keterpurukan dunia dan kerugian ukhrawi.
Hal ini sangat jelas, sebab selama Islam hanya diwujudkan dalam bentuk ritualisme

ibadah semata, diingat pada saat kelahiran bayi, ijab kabul pernikahan, serta penguburan
mayat, sementara dimarjinalkan dari dunia perbankan, asuransi, pasar modal,
pembiyayaan proyak, dan transaksi ekspor-impor, maka umat Islam telah mengubur
Islam dalam-dalam dengan tangannya sendiri.
Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia dan Asia pada khususnya, serta resesi, ketidak
seimbanagan ekonomi, krisis financial global pada umumnya, adalah akibat yang telah
benar-benar nyata sebab diterapkannya system keuangan konvensional dengan perangkat
bunga/ribanya dan oprasional perbankkan yang kering dari nilai-nilai Ilahiyyah. Adalah
kewajiban para pewaris Nabi dan Ulil Albab, untuk menawarkan solusi non-konvensional
demi kemaslahatan ummat dan bahkan masyarakat dunia dari keterpurukan.
Adalah saatnya kita meninggalkan system ekonomi ribawi. Adalah saatnya kita
membawa dan menterjemahkan kitab-kitab kuning dari rak-rak Pondok Pesantren
menjadi manual oprasi di bank, asuransi, pasar uang, dan pasar modal. Adalah saatnya
kita memperkenalkan kepada industri keuangan dan perbankan, bahwa Islam memiliki
prinsip Syirkah Inan, al-Mudharabah, Bai as-salam, Bai al-Istishna, bai al-murabahah,
Ijarah, al-Hawalah, ar Rahn, al Wakalah, al Kafalah, al Qardh,dan lain-lain serta
membuktikan bahwa semuanya dapat diterapkan dalam lembaga-lembaga keuangan
modern. Adalah saatnya kita menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi
utama kemitraan dan kebersamaan (sharing) dalam profit dan risk dapat mewujudkan
kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Adalah saatnya kita membuktikan
bahwa dengan sistem perbankan syariah kita dapat membunuh wabah penyakit negative
spread (keuntungan minus) dari dunia perbankan hingga ke akar-akarnya.
E. PEMBAHASAN BUKU
Buku yang oleh penyusunnya dianggap sangat sederhana ini dibagi menjadi lima bagian
dan 18 bab. Bagian pertma, menegaskan kembali bahwa Islam adalah satu system hidup
yang lengkap dan universal, mengatur dan memberikan arahan yang dinamis dan lugas
bagi semua aspek kehidupan, termasuk bidang bisnis dan transaksi keuangan. Pada
bagian ini juga menjelaskan bahwa perbankan Islam hanyalah merupakan sub unit dari
unit financial; demikian juga unit financial merupakan bagian dari sub system ekonomi.
Sementara sub system ekonomi merupakan bagian integral dari system Islam yang maha
luas. Pembangunan sub unit perbankan tidak akan berjalan dengan baik seandainya tidak
didukung oleh unit-unit dan sub-sub system lainnya, seperti sub system
pendidikan/tarbiyyah dan sub system politik. Karena izin bank syariah tidak akan keluar
tanpa political will yang afirmatif, demikian juga bank syariah akan kehilangan nasabah
bila umatnya tidak ditarbiyah untuk bermuamalah secara Islami.
Usaha-usaha untuk melakukan tarbiyah kepada masyarakat umum, ternyata merupakan
persoalan yang teramat berat. Masyarakat muslim yang sudah sekian lama otak dan
pemikirannya teracuni oleh bunga bank, perlu diobati secara perlahan dengan antara lain
merubah pandangan mereka tentang harta benda dan ekonomi. Pandangan tersebut antara
lain dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama; Pemilik mutlaq terhadap segala sesuatu yang dimuka bumi ini termasuk harta
benda adalah Allah SWT. Manusia hanya menerima amanah mengelola dan
memanfaatkannya sesuai dengan ketentuan Allah. Kedua, Harta sebagai perhiasan hidup
yang memungkinkan manusia bias menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan,

padahal manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan
menikmatinya secara berlebihan. Ketiga, harta sebagai ujian keimanan, halini
menyangkut persoalan bagaimana cara mendapatkannya, dan kempat, harta sebagai bekal
ibadah, terutama mentasarrufkannya dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.
Untuk men-tarbiyah masyarakat terdidikpun masih mengalami problem psikologi dan
paradigm berfikir yang cukup besar. Jika kita mencermati, Siswa-siswi, dan mahasiswa
yang sudah diminta menggantungkan cita-citanya setinggi langit dan berorientasi
kedepan, dalam memilih lembaga dan jurusan pendidikannya, hampir keseluruhannya
berorientasi pada pasar kerja dimasa mendatang. Itu artinya bahwa mereka akan melirik
pada jurusan muamalah syariah misalnya, jika peluang dan pasar kerja pada perbankan
syariah cukup menjanjikan. Pada kenyataannya booming Bank Syariah belum
sepenuhnya menginspirasi masyarakat untuk belajar agama seperti yang ditempuh oleh
Muhammad Syafii Antonio yang semula konghucu, katolik dan kemudian Muslim.
Pada bagian kedua, yang terdiri dari bab 2 dan bab 3, penyusun membahas kembali
masalah lama yang cukup kontroversial yang di Indonesia belum juga kunjung selesai,
yaitu pertentangan antara riba dan bunga bank. Dalam bab 2 penyusun buku menjelaskan
devinisi riba dan hukum pengambilan bunga uang, baik dari tinjauan nash Al-Quran dan
As Sunnah, demikian juga pendapat dari kalangan Yahudi dan Kristiani. Kesimpulan
yang cukup menarik dari pembahasan bab ini, yaitu bahwa 3 agama besar (Islam, Yahudi,
danm Nasrani) sepakat bahwa riba adalah perbuatan yang dilarang, dan pengambilan
bunga uang telah memenuhi semua kriteria ketidakadilan riba yang tercela itu. Pendapat
ini sesungguhnya telah dikukuhkan fatwa akademi-akademi Fiqh Islam, seperti
Organisasi Konfrensi Islam (OKI) tahun 1970 dan ulama-ulama dunia dalam salah satu
konfrensinya di Al-Azhar University, Cairo, pada tahun 1965.
Pada Bab ini terdapat sebuah pembahasan yang menurut saya menjadi kunci dalam
membangun kesadaran untuk meninggalkan riba yakni memahami tentang apa berbedaan
investasi dengan membungakan uang, apa perbedaan hutang uang dan hutang barang, dan
apa perbedaan anta bunga dan bagi hasil. Berikut rangkuman dari pembahasan diatas:
Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan
unsure keidakpastian, karna itu perolehan pengembaliannya (return) tidak pasti dan tidak
tetap. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha[4] , menurut saya yang tepat
adalah kegiatan tanpa usaha yang tidak mengandung resiko karena perolehan
pengembaliannya berupa bunga yang relative pasti dan tetap.
Ada dua jenis hutang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hutang yang terjadi
karena pinjam meminjam uang, tidak boleh ada tambahan, kecuali karena alas an yang
pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaries, dan studi kelayakan. Tambahan
lainnya yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidaklah
dibolehkan. Sedangkan hutang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus
jelas dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Harga jual itu sendiri terdiri
dari harga pokok plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati, maka
selamanya tidak boleh berubah naik, karena akan masuk pada dalam katagori riba fadl.
Bunga bank dibuat pada waktu aqad dengan asumsi harus selalu untung, dan besarnya
prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang ditabungkan atau yang di
pinjamkan. Sedangkan bagi hasil penentuan nisbah bagihasil dibuat apada waktu aqad

dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, dan besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Dalam hal ini bank syariah secara
transparan selalu melaporkan secara terbuka, setiap akhir bulan kepada nasabah berapa
total secara nasional keuntungan perusahaan, sehingga nasabah dapat menghitungnya
sendiri berapa bagi hasil yang dia terima.
Dalam bab 2 ini Syafii juga mengutarakan pemikiran para ulama Indonesia baik yang
tergabung pada MUI maupun Ormas Islam yang telah cukup lama mengkaji
danmembahas masalah riba, tetapi keputusan-keputan mereka yang sepakat
mengharamkan riba belum dapat menyediakan jalan keluar berupa lembaga keuangan
syariah. Majlis Tarjih Muhammadiyah misalnya, sejak munas disidoarjo (1968) telah
dengan tegas memutuskan haramnya riba dan haram bertransaksi dengan perbankan yang
menggunakan system bunga. Sayangnya PP. Muhammadiyah sendiri sampai munas
berikutnya, Pekalongan (1972), belum bias mewujudkan lembaga keuangan syariah, dan
kerena itu lucunya, pada munas berikutnya Malang (1989) malah memutuskan halalnya
tambahan pembayaran pada koprasi simpan pinjam, karena daianggap bukan riba.[5]
Lajnah Bahsul Masail Nahdlatul Ulama sejak sidang di Bandar Lampung (1982) telah
membahas bunga bank pada perbankan konvensional. Ulama masih berbeda pendapat
dan bijaksana dalam memberikan hukum yakni, haram, halal dan syubhat. Hal ini lebih
disebabkan karena secara institusi belum sanggup memciptakan lembaga keuangan
syariah karena belum tersedia payung hukum dari pemerintah. [6]
Adapunkekurang tegasan sebagian ulama dan ormas Islam di tanah air, tampaknya
disebabkan oleh beberapa alasan berikut:
Kurang komprehenshipnya informasi yang sampai kepada ulama dan cendekiawan
tentang bahaya dan dampak destruktifnya system bunga. Terutama sangat tampak pada
saat terjadi krisis moneter dan ekonomi. Kesenjangan informasi ini menyebabkan para
ulama tenang-tenang saja karena tidak terlalu terimbas oleh dampak krisis karena
mayoritas ulama adalah bulaku bisnis, bahkan cenderung melegitimasi mekanismme
konfensional yang ada. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam kaidah Fiqhiyyah; Al
hukmu ala as syaiI farun an tasawwurihi Hukum terhadap segala sesuatu hal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari cara pandang dan informasi yang sampai
kepada si pemberi hukum.
Nas-nas Al-Quran dn Sunnah Nabawiyyahyang berkaitan dengan ribapun cenderung
kurng difahami secara komprhensif, terutama pada tahapan-thapan pelarangan riba,
arahan Rasulullah terhadap praktek bisnis dan simpan pinjam sahabat, demikian juga
praktek pembungaan uang dalam ajaran yang berakar samawi lainnya seperti Yahudi dan
Nasrani.
Belum berkembang luasnya lembag keuangan syariah sehingga ulama dalam posisi yang
sulit untuk melarang dengan tegas transaksi keuangan koinvensional yang sudah
sedemikian luas.
Adanya kemalasan intelektual dan pandangan yang cenderung pragmatis dari para ulama
dan cendekiawan muslim.

Untuk menunjukkan hikmah pelarangan riba, ditinjau dari logika ekonomi dan dimensi
sosial kemasyarakatan, bab 3 membahas beberapaa analisis, diantaranya bunga dan
egoisme moral spiritual, teori kemutlakan produktifitas modal, bunga dan kepongahan
social budaya, serta beberapa nasihat dari imam Ar razi tentang larangan praktek
pembungaan uang.
Pada bab 3 ini cukuplah kiranya kita merenungkan pernyataan dari Maulana Maududi
dalam bukunya, Riba, menjelaskan bahwa institusi bunga merupakan sumber bahaya dan
kejahatan. Bunga akan menyengsarakan dan menghancurkan masyarakat melalui
pengaruhnya terhadap karaktermanusia. Diantaranya: menimbulkan perasaan cinta
terhadap uang dan hasrat untuk mengumpulkan harta bagi kepentingannya sendiri, tanpa
menggindahkan peraturan dan peringatan Allah. Bunga oleh Al-maududi dikecam karena
menumbuhkan sikap egois, bakhil, berwawasan sempit, malas, dan berhati batu, tidak
mengenal belas kasihan.[7] Sementara itu Imam ar-Razi dalam nasihatnya menyatakan
bahwa bunga mengakibatkan terampasnya kekayaan orang lain, rusaknya moralitas,
melahirkan kebencian dan permusuhan juga akan mengekalkan sikaya semakin kaya dan
yang miskin menjadi semakin miskin.[8]
Bagian 3, yang merupakan inti dan bagian terbesar dari buku ini, membahas akad-akad
muamalah dan kemungkinan aplikasinya dalam industri perbankan. Diantara akad-akad
utama yang dibahas antara lain. (1) bai al Murabahah (2) bai as salam (3) bai al
istishna (4) al ijaroh (5) al mudlorobah (6) al musyarakah (7) al hawalah (8) ar rahn (9)
al qord (10) al kafalah dan (11) al wakalah.
Pada pembahasan ini Syafii mencoba mengurai secara rinci dan detail tentang bentukbentuk aqad dalam muamalah Islam sekaligus aplikasinya dalam perbankan. Pada bagian
ini syafii tidak menjelaskan rumusan tentang perpaduan dua aqad dalam sebuah
transaksi dan bagaimana tehnik implementasinya. Pada kenyataannya dalam oprasional
Bank Syariah Mandiri misalnya menawarkan prodak Talangan Haji yang melahirkan
perpaduan aqad antara al-qard wa al-Ijarah sekaligus. Pada produk pembiayaan Griya
BSM juga terjadi perpaduan antara Baiul Murabahah dan al-Ijarah, sehingga dikenal
dengan Al-Ijarah al-muntahia bi al-Tamlik. Termasuk juga Tabungan Berencana dan
Investa Cendekia yang menggabungkan antara aqdul mudlarabah dan kafalah yang
bekerja sama dengan perusahaan Asuransi lain, sekalipun Takaful Syariah.
Sekalipun secara teori dan aplikasinya telah di rumuskan secara baik oleh Syafii, namun
perbankan syariah belum dapat menggunakan seluruh teori dan aqad itu dalam bentuk
prodak yang ditawarkan kepada masyarakat. Seperti bai as salam, bai istishns, dan
kafalah yang berdiri sendiri. Disamping dilapangan menawarkan prodak-prodak yang
telah dijualpun mendapati kesulitan tersendiri, sebab istilah-istilah tersebut cukup asing
ditengah-tengah masyarakat muslim sendiri yang pada akhirnya memaksa kepada
marketing untuk menuturkan persamaannya dengan istilah yang sudah lebih familier
dimasyrakat pada perbankan konvensional.
Bagian 4, yang merupakan bagian teringkas dari buku ini, mengupas aplikasi prinsipprinsip syariah dalam perbankan, baik pada produk penghimpunan dana, pembiayaan,
jasa, maupun landasan umum penghitungan bagi hasil. Untuk memungkinkan melihat
mayyizah, keunggulan/keistimewaan dan perbedaan komparatif antara bank syariah dan
konvensional. Bagian ini juga membahas aspek legalitas, struktur organisasi, karakter
bisnis yang dibiyayai, serta lingkungan kerja atau Corporate culture dari bank syariah.

Bagian 5, yang merupakan bagian terakhir dari buku ini, terdiri dari bab 17 dan 18.
Dalam bab 17 dijelaskan perkembangan bank syariah, baik didalam dan diluar negeri.
Salah satu hal yang menarik dalam bab ini adalah bahwa lembaga-lembaga keuangan
asing global, seperti Citibank, Bank ANZ, Jardine Flemming, dan ABN AMRO, ternyata
sudah melebarkan sayapnya memasuki industri keuangan syariah.
Sesuai dengan nama buku ini , Bab 18, sebagai pamungkas, membahas peran ulama
dalam pengembangan dan sosialisasi perbankan syariah. Dari kehadiran dan kesediaan
ulama dan cendekiawan ditengah-tengah masyarakat, peran panutan ummat itu dalam
pengembangan dan sosialisasi bank syariah menjadi sangat vital karena:
Ulama dan cendekiawan dapat menyerap aspirasidan kebutuhan ekonomi/financial
ummat untuk kemudian merumuskan bersama dalam menejemen bank syariah.
Mensosialisasikan hasil rumusan produk tersebut kepada masyarakat, sekaligus
menginformasikan keunggulan-keunggulan produk Muamalah Syariah dan perbedaannya
dengan produk perbankan konvensional.
Pada pembahasan bab ini, informasi yang paling penting menurut saya adalah bahwa
keterlibatan para ulama beserta para cendekiawan memiki fungsi dan peran yang amat
besar dalam perbankan syariah, bahkan menjadi satu kelembagaan tersendiri dan
merupakan bagian dari struktur formal dalam perbankan syariah, yang tidak dimiliki oleh
perbankan konvensional. Lembaga itu adalah Dewan Pengawas Syarah (DPS) danDewan
Syariah Nasional. Berikut tugas dan fungsi dari dua lembaga tersebut :
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Peran utama DPS adalah mengawasi jalannya oprasional bank sehari-hari, agar selalu
sesui dengan ketentuan-ketentuan syariah. Disamping meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian DPS bertindak
sebagai pnyaring pertama sebelum suatu prodak diteliti kembali dan difatwakan oleh
Dewan Syariah Nasional.
Dewan Syariah Nasional (DSN)
DSN dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil rekomendasi Lokakarya reksadana
Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom
dibawah Majlis Ulama Indonesia dan dipimpin langsung oleh Ketua MUI dan sekretaris.
Kegiatan sehari-hari DSN dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua
dan ekretaris serta beberapa anggota.
Fungsi Utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah Islam. Fungsi lainnya adalah meneliti dan memeberi fatwa bagi
produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. DSN juga dapat
memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga tersebut
menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.
F. BEBERAPA CATATAN DAN KOMENTAR

Buku karya Muhammad SyafiI Antonio ini, seperti dinyatakan sendiri oleh beliau
sengaja tidak melakukan system referensi secara detail dan menyeluruh karena para
pembaca buku ini diasumsikan akan sangat hiterogen, namun toh demikian beliau telah
mencatatkan semua referensi primernya dalm daftar pustaka, untuk komunitas pembaca
ulama dan cendekiawan muslim dapat menelusuri lebih jauh tentang permasalahan yang
dibahas. Namun pada buku yang terbit berikutnya dengan isi yang hampir sama,
diterbitkan oleh Gema Insani Press dengan judul Bank Syariah dari Teori ke Praktek
rujukan pada masing-masing pembahasannya telah dicatatkan secara detail dalam bentuk
foot not.
Dari dua bukunya SyafiI sama sama belum menunjukkan tehnis opasional sekaligus
prakteknya jika dalam salah satu prodak perbankan syariahnya harus menggunakan dua
aqad sekaligus dan keabsahannya secaraa fiqhi ataupun fatwa-fatwa dari DPS dan DSN
berkaitan dengan aqad-aqad tersebut. Menurut penulis, hal ini perlu pembahasan tehnis
aqadnya agar satu obyek transaksi tidak terdiri dari dua jenis aqad sekaligus. Karena
dalam prakteknya dua jenis aqad itu dirumuskan dalam satu lembar perjanjian yang
dilaksanakan pengikatannya dalam sat majlis. Misalnya aqad talangan haji, Griya BSM,
Investa Cendekia dll.
Dalam buku ini, tampak sekali syafiI menekannkan pentingnya mensosialisasikan
pikiran-pikiran besar beliau untuk mentarbiyah mayarakat agar bertransaksi secara
syariah dan menghindari transaksi ribawi. Kendala terbesar dilapangan bahwa merubah
dan mencuci otak ribawi masyarakat yang sudah pernah bertransaksi secara ribawi
relative lebih sulit karena mereka selalu akan membandingkan dari sisi keuntungannya
dengan Bank konfensional. Dan yang kedua dalam transaksi pembiayaan produktif
didapati problem terbesarnya adalah membangun Moral kejujuran nasabahnya untuk
dapat melaporkan keuntungan prusahaannya secara riil. Karena itu diperlukan sentuhansentuhan keegamaan secara terus menerus dalam membangun kesadaran berbisnis yang
dibungkus oleh nilai-nilai ilahiyyah. Dan untuk hal ini SyafiI mengamanatkan tugas
yang berat itu kepada para ulama dan cendekiawan muslim.
Dalam upayanya mentarbiyah masyarakat SyafiI sendiri telah mendirikan sebuah
lembaga yang ia menejeri sendiri yaitu TAZKIA Institut. Dari seluruh rangkaian
kegiatannya mulai dari mempublukasikan perbankan syariah melalui media elektronik,
kursus, training, dan pendampingan juga pelatihan-pelatihan Dan Al-hamdulillahnya
SyafiI melalui lembaganya juga berencana mendirikan STI Ekonomi TAZKIA. Itu
artinya sosialisasi itu akan semakin efektif, namun terbatas untuk kalangan birokrat dan
pelajar. Nah bagaimana dengan sosialisasi pada masyarakat awam? Mestinya kita
berharap training itu juga dapat diberikan kepada para khutaba misalnya, pada ososiasiasosiasi pedagang kecil, atau lembaga-lembaga perkumpulan arisan dan alain-lain.
Menyediakan anggaran untuk mencetak bulletin-buliten keagamaan atau mimbar-mimbar
dakwah dan lain sebagainya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah mengalami percepatan.
Demikian Book Reiuw ini disajikan mudah-mudahan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad SyafiI, Bank syariah dari teori ke Praktek, Gema Insani Press,

Jakarta, 2001
Ahkam al_Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar,
Munas, dan Kombes Nahdlatul Ulama (1926 2004), Surabaya, Khalista, LTN NU, 2004
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta, Bank
Indonesia, 1999
Priyogo Suseno dan Heri Sudarsono, Undang-Undang (UU), Peraturan Bank Indonesia
(PBI) dan Surat Keputusan Direksi BI (SK_DIR) tentang perbankan Syariah, Yogyakarta,
UII Press, 2004.
Jamil, Fathurrahman , Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos
Publising House, 1995)
[1] Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, Jakarta, Gema
Insani Press, 2001 hal. 22
[2] Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta,
Bank Indonesia, 1999, Baca juga Peraturan Bank Indonesia No.4/1/PBI/2002 tentang
perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umumberdsarkan
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum
konfensional; dalam, Priyogo Suseno dan Heri Sudarsono, Undang-Undang (UU),
Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Keputusan Direksi BI (SK_DIR) tentang
perbankan Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004.
[3] Sebuah kitab Qawaid fi al-Lughah al-Arabiyah fi an-Nahwi wa as_Sorf yang paling
lengkap dan popular. Terdiri dari seribu bait.
[4] Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah wacana ulama dan cendekiawan, Tazkia
Institut, 1999: 86.
[5] Pembahasan lengkapnya dapat dilihat pada, Fathurrahman Jamil, Metode Ijtihad
Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos Publising House, 1995)
[6] Isi keputusan lengkapnya dapat dibaca dalam Ahkam al_Fuqaha, Solusi
Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Kombes
Nahdlatul Ulama (1926 2004), Surabaya, Khalista, LTN NU, 2004: 449-454
[7] Abul-Ala al- Maududi, Riba, (Lahore: Islam Publication, 1951). Baca dalam
Muhammad Syafii Antonio Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press,
Jakarta, 2001:77
[8] Muhammad bin Umar bin Husaini al-Quresy ar-Razi (wafat 606H) at-Tafsir al-Kabir
(kairo al-Matbaah al Bahiyyah al-Mishriyyah, 1939.M). Baca dalam Muhammad SyafiI
Antonio Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001: 80-82
Book Review Oleh : Zainul Hakim, S.EI, M.PdI

Anda mungkin juga menyukai