Ibnu Khaldun)
Narasumber: Zulhakki Himawan [1]
A. PENDAHULUAN
Marak dan berkembangnya ekonomi Islam pada tiga dasawarsa belakangan ini, telah
mendorong dan mengarahkan perhatian para ilmuan modern kepada pemikiran ekonomi
Islam klasik. Dikarenakan hasil pemikirian tentang ekonomi Islam oleh para ekonom
Islam klasik tersebut merupakan pionir-pionir penting yang sukses melakukan
transformasi sistem ekonomi Islam ke dalam dunia modern.
Di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun adalah
raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja bapak sosiologi tetapi juga
bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam
Smith dan Ricardo. Artinya, Ia lebih dari tiga Abad mendahului para pemikir Barat
modern tersebut.
Ibnu Khaldun merupakan salah seorang pemikir dan cendekiawan dalam sejarah
perkembangan Islam. Kontribusi pemikiran yang disampaikannya diakui oleh banyak
pihak meskipun dunia telah mengalami rangkaian evolusi yang sangat panjang selama
berabad-abad.
Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang mampu memberikan pengaruh besar bagi
cendekiawan-cendekiawan barat dan timur, baik muslim maupun non-muslim. Dengan
kata lain bahwa teori-teori ekonomi modern yang saat ini dipelajari di seluruh dunia,
merupakan pencurian dari teori-teori yang ditulis oleh para ekonom Barat yang
melakukan plagiat tanpa menyebut rujukan yang berasal dari kitab-kitab klasik tentang
ekonomi Islam.
Selanjutnya pada makalah ini akan membahas mengenai riwayat hidup singkat dari
Ibnu Khaldun, karya-karya yang dilahirkan beliau selama hidupnya, dan juga hasil-hasil
pemikiran beliau seputar kegiatan perekonomian. Dan tak lupa sebelumnya pemakalah
memohon maaf bilamana pada makalah ini terdapat kekurangan dalam hal isi maupun
sistematika penulisan, besar kemungkinan pada kesempatan selanjutnya pemakalah akan
mencoba belajar dan memperdalam mengenai isi dari makalah ini.
B.
1.
PEMBAHASAN
Riwayat Hidup Singkat Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 H/27 Mei 1332
M. Ia mempunyai nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibnu Khaldun.
Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarganya,
sedangkan Waliuddin adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat
sebagai qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibnu Khaldun.[2]
Dalam karyanya at-Tarif, Ibnu Khaldun menerangkan tentang dirinya dan garis
keturunannya sebagai Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn al-Hasan Ibn Jabir Ibn
Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Abdurrahman Ibn Khaldun. Keluarganya berasal dari
Hadramaut (Yaman).[3] Berdasarkan silsilahnya, Ibnu Khaldun masih mempunyai
hubungan darah dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat nabi yang terkemuka.[4]
Salah seorang cucu wail, Khail Ibnu Usman memasuki daerah Andalusia dengan orangorang Arab penakluk di Awal abad ketiga Hijriah (Abad IX M). Kemudian anak cucunya
membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun. Dari nama bani
Khaldun inilah Ibnu Khaldun berasal. Bani Khaldun ini pertama kali tinggal di kota
Qarmunah di Andalusia sebelum ke kota Seville.[5]
Masa kelahiran Ibnu Khaldun merupakan penghujung zaman pertengahan dan
permulaan zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup ketika umat Islam berada pada masa
kemunduran dan disintegrasi yang ditandai dengan kejatuhan kekhalifahan Abbasyiah ke
tangan pasukan Mongol. Sedangkan di Afrika Utara yang bersama-sama Andalusia
disebut Maghrib, masa tersebut pada akhir abad VII M merupakan masa runtuhnya
dinasti al-Muwahhidun.[6]
Pada waktu itu, Tunisia menjadi pusat hijrah para ulama Andalusia yang mengalami
kekacauan akibat perebutan kekuasaan disana. Kehadiran para ulama tersebut bersamaan
waktunya dengan naiknya Abu al-Hasan menjadi pemimpin Daulah Bani Marin pada
sekitar tahun 1347 M.
Dengan demikian, Ibnu Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama
disamping dari ayahnya sendiri, seorang perwira militer dan administrator. Dalam
usianya yang muda, Ibnu Khaldun telah menghapal al-Quran dan menguasai beberapa
disiplin ilmu Islam seperti tajwid, tafsir, hadits, ushul fiqh, tauhid dan fiqh mazhab
Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu aqliyah seperti filsafat, tasawuf dan metafisika
serta ilmu-ilmu bahasa seperi nahwu, sharaf, balaghah. Disamping itu, ia juga tertarik
pada ilmu politik, sejarah, ekonomi, geografi, fisika dan matematika. Dalam semua
bidang studinya, ia mendapat nilai yang sangat memuaskan dari guru-gurunya.[7]
Akan tetapi, studinya secara tiba-tiba terhenti akibat terjangkitnya penyakit pes pada
tahun 749 H di sebagian besar belahan dunia bagian timur. Wabah itu merenggut ribuan
nyawa. Akibatnya lebih jauh, penguasa bersama ulama hijrah ke Maghrib Jauh (Maroko)
pada 750 H. Oleh karena itu, ia berusaha mendapatkan pekerjaan dan mencoba mengikuti
jejak kakek-kakeknya di dunia politik. Komunikasi yang dijualnya dengan ulama dan
tokoh-tokoh terkenal banyak membantunya dalam mencapai jabatan-jabatan tinggi.[8]
Sebagai anggota dari keluarga aristokrat, Ibnu Khaldun sudah ditakdirkan untuk
menduduki jabatan tertinggi dalam administrasi negara dan mengambil bagian dalam
hampir semua pertikaian politik di Afrika Utara. Pada tahun 1352 M, ketika masih
berusia dua puluh tahun, ia sudah menjadi master of the seal dan memulai karir
politiknya yang berlanjut hingga 1375 M. Perjalanan hidupnya beragam. Namun, baik di
dalam penjara atau di istana, dalam keadaan kaya atau miskin, menjadi pelarian atau
menteri, ia selalu mengambil bagian dalam peristiwa-peristiwa politik di zamannya, dan
selalu tetap berhubungan dengan para ilmuwan lainnya baik dari kalangan Muslim,
Kristen maupun Yahudi. Hal ini menandakan bahwa Ibnu Khaldu tidak pernah berhenti
belajar.
Dari tahun 1375 M sampai 1378 M, ia menjalani pensiunnya di Galat ,sebuah puri di
Provinsi Oran, dan mulai menulis sejarah dunia dengan Muqaddimah sebagai volume
pertamanya.[9] Kemudian sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia wafat pada
tanggal 26 Ramadhan 808 H/16 Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan
tahun masehi dan 76 tahun menurut hitungan tahun hijriyah.[10]
1)
a)
b)
c)
d)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
Istilah dari ekonomi kontemporer terhadap teori pada paragraf sebelumnya ialah,
terjadinya suatu peningkatan disposible income dari penduduk suatu kota besar. Dengan
naiknya disposible income tersebut dapat meningkatkan marginal propensity to consume
terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut.
Pada bagian lain, Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga akan naik. Namun, bila
jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak barang yang
diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun.[13]
Jadi kemudahan dalam hal pendistribusian akan berpengaruh pada kestabilan harga.
Berikut beberapa faktor menurut Ibnu Khaldun yang dijadikan indikator dalam
kegiatan suatu perekonomian di suatu pasar.
Faktor-faktor penentu keseimbangan harga
Kekuatan Permintaan dan Penawaran
Tinggi rendahnya suatu pajak (bea cukai)
Biaya Produksi
Perilaku penimbuan (Monopoli)
Faktor-faktor penentu Penawaran
Tingkat Permintaan
Tingkat keuntungan relatif
Tingkat usaha manusia
Besarnya tenaga buruh (tingkat ketrampilan)
Ketenangan dan Keamanan
Faktor-faktor penentu Permintaan
Pendapatan
Jumlah penduduk
Kebiasaan masyarakat (adat istiadat)
Tingkat pembangunan
Tingkat kesejahteraan masyarakat
Dalam hal ini, pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga tidak
begitu baik dipahami di dunia barat sampai akhir abad ke-19 dan 20. Para ekonom
Inggris pra-klasik dan bahkan pendiri aliran klasik, Adam Smith, secara umum hanya
menekankan pada peranan biaya produksi, khususnya peranan pekerja buruh dalam
penentuan harga.[14]
Istilah permintaan dan penawaran dalam literatur bahasa Inggris pertama kali
digunakan sekitar tahun 1767, meski demikian pengaruh permintaan dan penawaran
dalam penentuan harga di pasar baru dikenal pada dekade kedua di abad ke-19. Padahal
Ibnu Khaldu telah menemukan pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan
harga. Ia mengemukakan bahwa dalam keadaan nilai uang yang tidak berubah, kenaikan
atau penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan.[15]
b.
Keuntungan
Keuntungan menurut Ibnu Khaldun, adalah nilai yang timbul dari kerja manusia,
yang diperoleh dari usaha untuk mencapai barang-barang dan perhatian untuk
memilikinya. Oleh karena itu, kerja manusia merupakan elemen penting dalam proses
produksi.
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa nilai sesuatu itu terletak pada kerja manusia
yang dicurahkan kepadanya, atau dengan kata lain subtansi nilai itu adalah kerja, dan
segala yang terpenting dalam kerja tersebut adalah pencurahan tenaga untuk
memproduksi sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Khalifah Ali ra, Nilai setiap orang terletak pada keahlian yang
dimilikinya.[16] Pengertian tersebut mengartikan bahwasanya derajat seseorang
ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya.
Terdapat hubungan timbal balik antara nilai kerja dan hasil kerja produksi, ini berarti
bila kualitas dan kuantitas nilai kerja menurun, maka nilai produksi pun akan menurun,
begitupun sebaliknya.
Dalam konsep keuntungan menurut Ibnu Khaldun, nilai kerja menempati poin sentral
dalam teori produksi, ia mengharuskan dalam setiap penentuan biaya produksi, biaya
tenaga kerja harus dimasukkan kedalamnya karena dengan adanya usaha dan kerja, laba
dan keuntungan akan diperoleh, dan bila tidak ada kerja maka tidak akan ada
produksi.[17]
c.
Pembagian Kerja
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi diantara masyarakat
berdasarkan spesialisasi, menurutnya akan menghasilkan output yang lebih besar. Konsep
pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada peningkatan hasil produksi.
Dan sebagaimana teori division of labor nya Adam Smith (1729-1790), pembagian
kerja akan mendorong spesialisasi, dimana orang akan memilih mengerjakan yang
terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing, hal ini akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, pada akhirnya akan meningkatkan hasil
produksi secara total.[18]
d.
Keuangan Publik
Berkenaan dengan keuangan publik dalam hal ini pajak, yang berfungsi sebagai
sumber utama pemasukan negara, haruslah dikelola dengan sebaik mungkin, sehingga
dapat memberikan hasil yang maksimal, yang nantinya dapat digunakan untuk
memperbaiki kesejahteraan sosial rakyat.
Dalam hal ini, menurut Ibnu Khaldun, keberadaan departemen perpajakan sangat
penting bagi kekuasaan raja (pemerintah). Jabatan ini berkaitan dengan operasi pajak dan
memelihara hak-hak negara dalam masalah pendapatan dan pengeluaran negara.
Ibnu Khaldun berpendapat dalam hal pajak, haruslah berdasarkan pemerataan,
kenetralan, kemudahan, dan produktivitas.
e.
1)
2)
a)
b)
f.
g.
Berikut merupakan konsep ekonomi menurut Ibnu Khaldun sebagai indikator dari
kekayaan suatu negara,
Tingkat Produk Domestik Bruto
Bila suatu negara mencetak uang dengan sebanyak-banyaknya, itu bukan merupakan
refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa). Maka
uang yang melimpah itu tidak ada artinya, yang membuat jumlah uang lebih banyak
dibanding jumlah ketersediaan barang dan jasa.
Neraca Pembayaran Positif
Ibnu Khaldun menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan
kekayaan negara tersebut. Neraca pembayaran yang positif menggambarkan dua hal:
Tingkat produksi yang tinggi.
Jika tingkat produksi suatu negara tinggi dan melebihi dari jumlah permintaan domestik
negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand. Maka memungkinkan negara
tersebut melakukan kegiatan ekspor.
Tingkat efisiensi yang tinggi
Bila tingkat efisiensi suatu negara lebih tinggi dibanding negara lain, maka dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara
lain dengan harga yang lebih kompetitif.
Perdagangan Internasional
Teori Ibnu Khaldun tentang pembagian kerja (division of labor) merupakan embrio
dari teori perdagangan internasional yang berkembang pesat pada era merkantilisme di
abad ke-17. Hal itu disadari analisisnya tentang pertukaran atau perdagangan diantara
negara-negara miskin dan negara kaya yang menimbulkan kecenderungan suatu negara
untuk mengimpor ataupun menekspor dari negara lain. Bagi penganut paham
merkantilisme, sumber kekayaan negara adalah dari perdagangan luar negeri, dan uang
sebagai hasil surplus perdagangan adalah sumber kekuasaan.
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa melalui perdagangan luar negeri, kepuasan
masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan negara semuanya meningkat. Dan
barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya dari
suatu negara ke negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara
positif kepada tingkat pendapatan negara lain.
Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara positif kepada tingkat
pendapatan negara, tingkat pertumbuhan serta tingkat kemakmuran. Jika barang-barang
luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dari dalam negeri, ini akan memicu impor.
Pada saat yang sama produsen dalam negeri harus berhadapan dengan produk berkualitas
tinggi dan kompetitif sehingga mereka harus berusaha untuk meningkatkan produksi
mereka.
Konsep Uang
Ibnu Khaldun secara jelas mengemukakan bahwa emas dan perak selain berfungsi
sebagai uang juga digunakan sebagai medium pertukaran dan alat pengukur nilai sesuatu.
Juga pula uang itu tidak harus mengandung emas dan perak, hanya saja emas dan perak
dijadikan standar nilai uang, sementara pemerintah menetapkan harganya secara
konsisten. Oleh karena itu Ibnu Khaldun menyarankan agar harga emas dan perak itu
konstan meskipun harga-harga lain berfluktuasi.
Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun diatas, sebenarnya standar mata uang yang ia
sarankan masih merupakan standar emas hanya saja standar emas dengan sistem the gold
bullion standard, yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat tukar namun otoritas
moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar
uang yang beredar. Koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang.
Dalam sistem ini, diperlukan suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan
jumlah emas yang disimpan sebagai back up. Setiap orang bebas memperjualbelikan
emas, tetapi pemerintah menetapkan harga emas.
Mengenai nilai tukar mata uang, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa kekayaan suatu
negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang beredar di negara tersebut, tetapi oleh
tingkat produksi dan neraca pembayaran yang positif. Ia menyatakan bahwa nilai uang di
suatu negara merefleksikan kemampuan produksi dari negara tersebut. sehingga bila
kemampuan produksinya menurun, maka nilai uangnya akan menurun, dan harga secara
berkesinambungan akan meningkat, dan pada kondisi ini inflasi terjadi. Karena itu, dalam
perdagangan internasional, nilai tukar uang antar negara sebenarnya tergantung pada
kemampuan masing-masing negara memperoleh neraca pembayaran positif.
h.
Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan dan pembangunan, menurut Ibnu Khaldu, bergantung pada aktivitas
ekonomi, jumlah dan pembagian tenaga kerja, luasnya pasar, tunjangan dan fasilitas yang
disediakan negara, serta peralatan. Pada gilirannya tergantung pada tabungan atau surplus
yang dihasilkan setelah memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin banyak aktivitas yang
dilakukan, maka negara akan semakin besar. Pendapatan yang besar akan memberikan
kontribusi terhadap tingkat tabungan yang lebih tinggi dan investasi yang lebih besar
untuk peralatan dan dengan demikian akan ada kontribusi yang lebih besar di dalama
pembangunan dan kesejahteraan.
Alat untuk mencapai kesejahteraan dan pembangunan yang paling utama menurut
Ibnu Khaldun adalah masyarakat, pemerintah, dan keadilan. Di masyarakat, solidaritas
diperlukan untuk meningkatkan kerja sama, sehingga akan meningkatkan produktivitas,
solidaritas akan menguat jika ada keadilan.
Kesimpulan
Dari uraian pada makalah ini, dapat ditarik kesimpulan, bahwasanya sosok Ibnu Khaldun
merupakan seorang yang semasa hidupnya mengkritisi setiap fenomena yang terjadi pada
lingkungan sekitar masyarakat. Terlihat dari hasil karyanya yang berjudul al-Ibar wa
Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi al-Ayan wa al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa
man Asrahum min zawi as-Sultan al-Akbar, yang membahas membahas tentang
fenomena-fenomena yang terjadi pada lingkungan masyarakat, termasuk didalamnya
tentang kegiatan perekonomian. Sehingga dari hasil karyanya tersebut Pemikiranpemikirannya yang cemerlang mampu memberikan pengaruh besar bagi cendekiawancendekiawan barat dan timur, baik muslim maupun non-muslim.
Diantara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering
disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak
sosiologi tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh
mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para
pemikir Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis
sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu Khaldun. Artinya Bapak Ekonomi :
Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah
sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya
pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun
al-Hadrami ( ) lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19
Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut
sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Bapak Ekonomi
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif,
adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan adapula dari perspektif filsafat.
Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan
zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan tersebut
memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara
empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah AshShiddiqy, menuliskan poin-poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang
ekonomi.
(Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran
tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan,
konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro
ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan
perdagangan, hak milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai
tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga
menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva penawaran tenaga kerja yang
kemiringannya berjenjang mundur,).
Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn Khaldun: A Fourteenth Century
Economist, menuturkan :
(Ibn Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental,
beberapa abad sebelum kelahiran resminya (di Eropa). Ia menemukan keutamaan dan
kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai
kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum
Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes.
Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk
membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi
telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang)
Lafter, penasehat economi president Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter
Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun
mengajukan obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan
pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua
pasar dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah
mengalami penurunan, maka adalah wajar jika pasar yang lainpun akan ikut turun,
bahkan dalam agregate yang cukup besar.
S.Colosia berkata dalam bukunya, Constribution A LEtude DIbnu Khaldaun Revue Do
Monde Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim Ath-Thahawi, mengatakan, Apabila
pendapat-pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir
ilmu filsafat sejarah, maka pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan
upah, menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477)
Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka
Boulakia mengatakan, Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika kita menyebut Ibnu
Khaldun sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi.[1] Shiddiqi juga menyimpulkan
bahwa Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar (Ibnu
Khaldun has rightly been hailed as the greatest economist of Islam)(Shiddiqy, hlm. 260)
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka
kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam
bidang ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul
Production, Distribution and Exchange in Khalduns Writing dan Nashat menulis alFikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic Though in the Prolegomena of Ibn
Khaldun).. Selain itu kita masih memiliki kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu
Khaldun. Ini menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual
terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi.
Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An Introduction
to History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun, Boulakia
menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali menulis Economics
of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat fil Islam, Abdul
Qadir Ibn Khaldun ke maashi khayalat, (Economic Views of Ibn Khaldun), Rifaat
menulis Maashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat (Ibn Khalduns Views on Economics)
Somogyi menulis buku Economic Theory in the Classical Arabic Literature, Tahawi aliqtisad al-islami madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a
School of Thought and a System, a Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn
Khaldun on Agriculture, Abdul Sattar menulis buku Ibn Khalduns Contribution to
Economic Thought in: Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in
Islam.
Penutup
Paparan di atas menunjukkan bahwa tak disangsikan lagi Ibnu Khaldun adalah Bapak
ekonomi yang sesungguhnya. Dia bukan hanya Bapak ekonomi islam, tapi Bapak
ekonomi dunia. Dengan demikian, sesungguhnya beliaulah yang lebih layak disebut
Bapak ekonomi dibanding Adam Smith yang diklaim Barat sebagai Bapak ekonomi
melalui buku The Wealth of Nation.. Karena itu sejarah ekonomi perlu diluruskan
kembali agar ummat Islam tidak sesat dalam memahami sejarah intelektual ummat Islam.
Tulisan ini tidak bisa menguraikan pemikiran Ibnu Khaldun secarfa detail, karena ruang
yang terbatas dan lagi pula pemikirannya terlalu ilmiah dan teknis jika dipaparkan di sini.
Teori ekonomi Ibnu Khaldun secara detail lebih cocok jika dimuat dalam journal atau
buku.
..
Ibnu khaldun selain tokoh filsafat dunia yang terkenal, ibnu khaldun juga tokoh islam
dunia yang ahli dalam bidang kenegaraan. Ibnu Khaldun membahas aneka ragam
masalah ekonomi yang luas. Bapak ekonomi Di antara sekian banyak pemikir masa
lampau yang mengaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang
paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut sebagai raksasa intelektual paling
terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak Sosiologi tetapi juga Bapak Ilmu ekonomi
Pendahuluan
Biografi Ibnu Khaldun
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. adalah dikenal
sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini.
Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena
pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh telah
dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823)
mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan ketika memasuki usia remaja,
tulisan-tulisannya sudah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan pemikiran
Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap
berbagai masyarakat yang dikenalnya dengan ilmu dan pengetahuan yang luas, serta
ia hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam tugas-tugas yang diembannya penuh dengan berbagai peristiwa,
baik suka dan duka. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan
Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang
dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah ia melahirkan karya-karya yang
monumental hingga saat ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di berbagai
penjuru dunia. Panjang sekali jika kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun,
namun ada tiga periode yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup beliau.
Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih
madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para
gurunya. Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika
pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar
gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode
kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting
kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari
lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu
berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan
merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-ibar (tujuh
jilid) yang telah ia revisi dan ditambahnya bab-bab baru di dalamnya, nama kitab ini
pun menjadi Kitab al-Ibar wa Diwanul Mubtada awil Khabar fi Ayyamil Arab wal
Ajam wal Barbar wa Man Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-ibar ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun
1863, dengan judul Les Prolegomenes dIbn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru
terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni saat pendapatpendapat Ibnu Khaldun dikaji dan diadaptasi oleh sosiolog-sosiolog German dan
Austria yang memberikan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi diantaranya, at-Tariif bi
Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah
(pendahuluan atas kitabu al-ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis);
Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan
pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar
al-Mutaqaddimiin wa al-Mutaakh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
Pada puncak kejayaannya, dunia Islam tak hanya unggul dalam bidang politik dan militer
saja. Salah satu faktor penting yang menopang kemajuan Kekhalifahan Islam di era
keemasan adalah sistem perekonomian yang kuat. Dengan menguasai ekonomi dunia,
dunia Islam sempat menjadi adikuasa yang disegani.
Dunia Islam di era keemasan memiliki sederet ekonom yang telah mencurahkan
pemikirannya untuk membangun Kekhalifahan Islam. Salah satunya adalah Ibnu
Khaldun. Sejatinya, ia adalah ilmuwan Muslim yang serbabisa. Namun, cendekiawan
Muslim yang terlahir di Tunisia itu juga telah menyumbangkan pemikirannya tentang
ekonomi.
Ibnu Khaldun sudah mencetuskan berbagai macam teori ekonomi, jauh sebelum lahirnya
para ekonom Barat yang diklaim sebagai bapak ekonomi seperti Adam Smith (1723-1790
M) dan David Ricardo (1772-1823). Ibnu Khaldun telah mencetuskan sejumlah teori
dasar ekonomi modern yang hingga kini masih tetap berlaku.
Teori-teori yang dicetuskannya merupakan hasil pemikiran yang terlahir dari hasil
pengamatannya terhadap berbagai masyarakat yang kemudian dipadukan dengan analisis
tajam dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Tak heran jika Ibnu Khaldun
sempat didaulat sebagai guru besar Universitas al-Azhar Kairo yang dibangun Dinasti
Fatimiyah.
Selama mengabdikan dirinya di salah satu universitas tertua dan terkemuka di dunia itu,
Ibnu Khaldun menulis sederet karya fenomel di bidang ekonomi, yang hingga kini masih
menjadi obyek studi. Lantas apa sumbangan Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi?
Ibnu Khaldun tercatat sebagai ekonom pertama yang secara sistematis menganalisis
fungsi ekonomi, pentingnya teknologi, spesialisasi dan perdagangan ke luar negeri jika
negara mengalami surplus ekonomi. Ia juga menekankan peran pemerintah dan kebijakan
stabilisasi untuk meningkatkan output produksi serta pembukaan kesempatan kerja yang
luas bagi masyarakat.
Sang ekonom telah mempelajari ekonomi, sosiologi, ilmu politik dan berbagai ilmu
lainnyauntuk memahami perilaku manusia dan sejarah. Dia mengungkapkan fakta bahwa
spesialisasi merupakan sumber utama terjadinya surplus ekonomi. Pernyataan tersebut
diungkapkan hampir tiga abad sebelum Adam Smith mengungkapkannya.
Menurut Ibnu Khaldun, ketika ada suatu lingkungan yang kondusif untuk melakukan
spesialisasi, maka sebaiknya pengusaha didorong untuk melakukan perdagangan dan
produksi lebih lanjut. Dengan spesialisasi, seseorang bisa mendapatkan keuntungan lebih
banyak dari usahanya.
Dalam menjelaskan spesialisasi, Ibnu Khaldun mengatakan, Setiap jenis kerajinan
tertentu harus dihasilkan oleh orang-orang yang mahir dan terampil dalam membuat
kerajinan tersebut. Semakin banyak berbagai subdivisi dari suatu kerajinan, maka
semakin besar pula jumlah orang-orang yang harus mahir dalam membuat kerajinan
tersebut.
Para perajin, papar dia, harus mempunyai keahlian tertentu dan mereka dari hari ke hari
semakin mahir dalam membuat kerajinan tangan. Pengetahuan mereka tentang kerajinan
juga semakin banyak. Jika hal ini dilakukan dalam waktu yang lama, maka kerajinan
akan berakar kuat dan bisa menjadi sumber mata pencaharian yang bagus.
Menurutnya, spesialisasi berarti koordinasi dari berbagai fungsi dari faktor produksi.
Sehingga, orang-orang akan mendapatkan kepuasan yang lebih dengan melakukan kerja
sama dari pada mengerjakannya sendirian. Selain itu, koordinasi dan kerja sama dalam
proses produksi harus ada dalam kewirausahaan berdasarkan kekuatan pasar.
Ibnu Khaldun menganggap pekerja dan pengusaha sebagai pelaku ekonomi yang
dihormati dalam masyarakat. Keduanya mencoba untuk memaksimalkan kegiatan mereka
untuk mendapatkan upah dan laba. Baginya, keuntungan adalah motif utama dalam
kewirausahaan. Sebab, dengan meraih banyak keuntungan diharapkan produksi bisa
diperluas.
Sedangkan, perdagangan berarti usaha untuk meraih keuntungan dengan meningkatkan
modal, melalui pembelian barang-barang dengan harga rendah lalu menjualnya kembali
dengan harga yang lebih tinggi. Laba merupakan nilai yang direalisasikan dari tenaga
kerja. Namun nilai ini, yakni harga tenaga kerja, ditentukan oleh hukum penawaran dan
permintaan. Poin ini tidak terjawab oleh Karl Marx dan para pengikutnya.
Menurut Ibnu Khaldun, koordinasi, kerja sama dan arah faktor-faktor produksi dalam
meningkatkan surplus ekonomi produktif, merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
pengusaha. Tujuannya untuk mencari keuntungan. Para pengusaha menghabiskan waktu,
tenaga dan modal untuk mencari barang dan jasa lalu menjualnya kembali dengan harga
yang lebih tinggi demi memperoleh keuntungan.
Ibnu Khaldun memuji prakarsa para pengusaha dalam kegiatan produktif mereka dan
mereka pantas mendapat keuntungan dari usaha mereka yang berisiko. Bahkan Karl Marx
dan David Ricardo kurang bisa memahami hal tersebut.
Selain itu, sang ekonom Musim legendaris itu juga mengungkapkan sebuah teori
ekonomi yang menyatakan harga barang dan jasa ditentukan oleh penawaran dan
permintaan. Ketika suatu barang langka dan permintaan naik, maka harga menjadi tinggi.
Para pedagang akan membeli barang di pusat barang tersebut diproduksi. Sehingga
mereka bisa membeli dengan harga murah.
Lalu mereka akan menjual barang tersebut di daerah yang barang tersebut masih
dianggap langka serta tentu saja yang permintaan terhadap barang tersebut tinggi, papar
Ibnu Khaldun. Dengan demikian, kata dia, para pedagang bisa menjual barangnya dengan
harga tinggi dan mendapat laba yang lebih banyak.
Namun ketika pada suatu tempat terdapat barang yang jumlahnya berlimpah, maka harga
barang menjadi rendah. Ibnu Khaldun juga telah berhasil menunjukkan konsep biaya
jangka panjang produksi. Ia juga terus menekankan kebijakan moneter yang stabil. Ibnu
Khaldun benar-benar menentang kebijakan-kebijakan yang bisa memainkan nilai mata
uang.
Dia khawatir, pihak berwenang tergoda untuk mempermainkan nilai mata uang untuk
mendapatkan keuntungan guna membangun istana dan membayar gaji para tentara
bayaran. Jika pihak berwenang sampai melakukan hal itu, maka bisa terjadi inflasi dan
penduduk akan kehilangan kepercayaan terhadap mata uang.
Menurut Ibnu Khaldun, perlindungan terhadap daya beli uang itu harus dilaksanakan
sebagai bentuk keadilan bagi masyarakat. Oleh karena itu, dia mengusulkan berdirinya
badan moneter yang independen di bawah kekuasaan Hakim Agung, yang takut kepada
Allah SWT. Sebab jika dibawah penguasa yang tidak takut Allah SWT, maka penguasa
tersebut bisa mempermainkan nilai mata uang demi keuntungan pribadi.
Pajak dalam Pandangan Ekonom Legendaris
Dalam sebuah risalah ekonomi yang ditulisnya, Ibnu Khaldun pernah menulis dan
membahas masalah pajak. Tulisan tersebut tercantum dalam bukunya yang fenomenal
berjudul Muqqadimah. Tulisan tentang pajak termuat pada bagian faktor pemicu
peningkatan dan penurunan pendapatan negara/kerajaan.
Menurut Ibnu Khaldun, sebuah kerajaan yang baru saja didirikan, memungut pajak dari
rakyatnya dalam jumlah yang tak terlalu besar.. Tetapi, ketika kerajaan tersebut semakin
berkembang, maka pajak yang dipungut dari rakyatnya juga kian besar.
Jika para pendiri kekaisaran/kesultanan mengikuti jalan agama, mereka akan menerapkan
pajak yang disahkan oleh hukum Tuhan yang mencakup zakat, kharaj (pajak tanah), dan
jizyah. Baik zakat, kharaj, maupun jizyah jumlahnya tidak terlalu memberatkan bagi
masyarakat. Lagi pula pajak semacam itu sudah tetap dan tidak bisa dinaikkan.
Ibnu Khaldun berpendapat, sebuah kerajaan yang dibangun dalam sistem suku dan
penaklukan merupakan nomaden. Sebenarnya, kata dia, peradaban dibentuk untuk
membuat para penguasa menjadi penuh kebaikan, kesabaran. Sehingga, kata dia, pajak
dan kewajiban-kewajiban pribadi yang digunakan untuk memberikan pendapatan kepada
kerajaan seharusnya tak memberatkan.
Jika pajak tak memberatkan, maka subjek pajak akan melaksanakan kewajiban mereka
dengan penuh antusiasme, papar Ibnu Khaldun. Menurutnya, masyarakat akan giat
bekerja untuk menyisihkan sebagian penghasilannya, guna membayar pajak yang ringan.
Sehingga akan lebih banyak orang yang bekerja keras untuk meraih pendapatan.
Hasilnya, orang yang membayar pajak akan meningkat dan pendapatan negara juga
bertambah.
Menurut dia, ketika sebuah kerajaan telah mengalami periode yang cukup panjang dan
mulai menetap, tidak nomaden lagi, kaka kerajaan akan melakukan kegiatan bisnis.
Kemudian kesederhanaan, tata krama, dan kesabaran mulai menghilang. Administrasi
dituntut lebih detil.
Anggota kerajaan semakin sejahtera dan penuh dengan kesenangan.
Mereka hidup dalam kemewahan dan kebutuhan baru yang kurang penting mulai
bermunculan, tuturnya. Hal itu, ungkap Ibnu Khaldun, mendorong kerajaan untuk
menaikkan pajak pada semua golongan masyarakat, termasuk petani.
Mereka ingin pajak membawa lebih banyak keuntungan bagi negara. Mereka juga
memaksakan penjualan produk-produk pertanian ke kota-kota. Ketika pengeluaran untuk
pembelian barang mewah semakin meningkat dalam pemerintahan, maka pajak pun pasti
naik.
Akibatnya, rakyat semakin terbebani dan itu membuat semangat para petani untuk
bekerja semakin luntur. Sebab semakin banyak pendapatan yang mereka hasilkan, kian
besar pula pajak yang harus ditanggung.
Ketika petani membandingkan antara biaya pengeluaran dengan pendapatan. Mereka jadi
semakin kecewa. Sehingga mereka meninggalkan pertanian. Hal ini menimbulkan
penurunan pajak yang dikumpulkan oleh negara. Sehingga pendapatan negara berkurang.
Oleh karena itu, sebaiknya negara atau pemerintah tidak menerapkan pajak yang terlalu
tinggi kepada masyarakatnya supaya mereka giat bekerja, papar Ibnu Khaldun.
Demikianlah salah satu sumbangan penting Ibnu Khaldun dalam bidang ekonomi. dya
keyword: teori-teori ekonomi, teori penawaran islam, pemikiran ibnu khaldun tentang
ekonomi, sistem ekonomi ibnu khaldun, teori ekonomi islam ibnu khaldun, sumbangan
ibnu khaldun dalam ekonomi, sumbangan ibnu khaldun dalam ekonomi islam, teori ibnu
khaldun dalam ekonomi, Teori ekonomi islam menurut ibnu khaldun, sumbangan ibnu
taimiyah dalam ekonomi, teori ekonomi islam menurut ibnu khaldum, tiori ekonomi
bisnis internasional, tiori ekonomi islam menurut ibn khaldun, uang kertas menurut Ibnu
Khaldun PDF, ibnu khaldun sistem ekonomi, pemikiran ekonomi ibnu taimiyah ppt, teori
permintaan islam, ekonomi dan masyarakat persepektif islam ibn khaldun, teori
penawaran islami slide, teori penawaran islami, teori penawaran islam dan, uang menurut
ibnu khaldun, fungsi uang ibnu khaldun, teori penawaran dalam perspektif islam ppt,
teori penawaran dalam islam modern, teori penawaran dalam islam, teori pajak menurut
ibnu khaldun, teori laba, teori produksi dalam islam, teori produksi dalam pandangan
ekonomi islam
Dalam dunia barat dia dikenal dengan nama Al-Kindus. Memang sudah menjadi
semacam adat kebiasaan orang barat pada masa lalu dengan melatinkan namanama orang terkemuka, sehingga kadang-kadang orang tidak mengetahui apakah
orang tersebut muslim atau bukan. Tetapi para sejarawan kita sendiri maupun
barat mengetahui dari buku-buku yang ditinggalkan bahwa mereka adalah orang
Islam, karena karya orisinil mereka dapat diketahui dalam bentuk tulisan ilmiah
mereka sendiri. Ilmuwan Muslim pertama yang mencurahkan pikirannya untuk
mengkaji ilmu optik adalah Abu Yusuf Yacub Ibnu Ishak Al-Kindi (801 M 873
M). Hasil kerja kerasnya mampu menghasilkan pemahaman baru tentang
refleksi cahaya serta prinsip-prinsip persepsi visual. Buah pikir Al-Kindi tentang
optik terekam dalam kitab berjudul De Radiis Stellarum. Buku yang ditulisnya itu
sangat berpengaruh bagi sarjana Barat seperti Robert Grosseteste dan Roger
Bacon.
Teori-teori yang dicetuskan Al-Kindi tentang ilmu optik telah menjadi hukumhukum perspektif di era Renaisans Eropa. Secara lugas, Al-Kindi menolak konsep
tentang penglihatan yang dilontarkan Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan
Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari obyek yang
sedang dilihat. Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan daya
pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi
yang padat.
2. Al-Biruni
Fisikawan ternama ini bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Hasan (atau
al-Husain) Ibn Al-Haitham. Ia lahir tahun 965 di Basrah (Irak). Namun namanya
mulai masyhur di Mesir, saat pemerintahan Islam dipimpin oleh Khalifah AlHakim (996-1020). Fisikawan Muslim terbesar dan salah satu pakar optik
terbesar sepanjang masa, itu wafat di Kairo sekitar tahun 1039.
Sepanjang hidupnya, Al-Haitham telah menulis sekitar 70 kitab. Salah satu
kitabnya, Al-Manazir, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan tajuk
Opticae Thesaurus. Dalam kitabnya Al-Haitham mengatakan, proses melihat
adalah jatuhnya cahaya ke mata. Bukan karena sorot mata sebagaimana diyakini
orang sejak zaman Aristoteles. Dalam kitab itu ia juga menjelaskan berbagai cara
untuk membuat teropong dan kamera sederhana (kamera obscura).
Kitab tentang optika ini telah menginspirasi para ilmuwan Barat seperti Roger
Bacon dan Johann Kepler. Tak heran jika Al-Hazen, demikian Barat menyebut
nama Al-Haitham, mendapat gelar Bapak Optika Modern.
Al-Haitham juga dinilai telah memberikan sumbangan besar bagi kemajuan
metode penelitian. Ia telah memulai suatu tradisi metode ilmiah untuk menguji
sebuah hipotesis, 600 tahun mendahului Rene Descartes yang dianggap Bapak
Metode Ilmiah Eropa di zaman Rennaisance. Metode ilmiah Al-Haitham diawali
dari pengamatan empiris, perumusan masalah, formulasi hipotesis, uji hipotesis
dengan melakukan penelitian, analisis hasil penelitian, interpretasi data dan
formulasi kesimpulan, serta diakhiri dengan publikasi. Selain fisikawan, AlHaitham juga dikenal sebagai astronom dan matematikawan. Ia telah menulis
komentar tentang Aristoteles dan Galen.
4. Ibnu Bajjah
Sebagaimana para ilmuwan Muslim lainnya yang hidup di era keemasan Islam,
Al-Khazini merupakan ilmuwan multidisiplin. Selain pakar fisika, ia juga ahli di
bidang biologi, kimia, matematika, astronomi, dan filsafat.
Al-Khazini, dan para ilmuwan Muslim lainnya, telah melahirkan ilmu gravitasi
yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini juga telah berjasa meletakkan
fondasi bagi pengembangan mekanika klasik di era Renaisans Eropa. Inilah salah
satu bukti betapa para ilmuwan Muslim telah memberi kontribusi yang luar biasa
bagi peradaban dunia.
6. Al-Farisi
Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang
berfungsi untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia
memproyeksikan cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan
beberapa percobaan dan penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan
pembiasan cahaya bahwa warna pelangi adalah sebuah fenomena dekomposisi
cahaya.
Hasil penelitiannya itu hampir sama dengan Theodoric of Freiberg. Keduanya
berpijak pada teori yang diwariskan Ibnu Haytham serta penelitian Descartes
dan Newton dalam dioptika (contohnya, Newton melakukan sebuah penelitian
serupa di Trinity College, dengan menggunakan sebuah prisma agak sedikit
berbentuk bola).
Al-Farisi mampu menjelaskan fenomena alam ini dengan menggunakan
matematika. Inilah salah satu karya fenomenalnya.
7. Taqi al-Din
Selain dikenal sebagai pakar fisika, Taqi al-Din Muhammad ibnu Maruf alShami al-Asadi (1526-1585 M) adalah pakar matematika, pakar botani,
astronom, astrolog, dan ahli teknik. Taqi al-Din juga teolog, filsuf, ahli hewan,
ahli obat-obatan, hakim, guru, dan imam masjid. Sebagai ahli teknik, ia misalnya
membuat jam dinding dan jam tangan.
Taqi al-Din menulis sekitar 90 kitab. Salah satunya bertajuk Al-Turuq al-Samiyya
fi al-Alat al-Ruhaniyya. Kitab yang ditulis pada 1551 ini menjelaskan kerja mesin
dan turbin uap air. Karya ini mendahului penemuan Giovanni Branca (1629)
tentang mesin uap air. Kitab-kitab lainnya antara lain menerangkan tentang
optik, matematika, mekanika, astronomi, dan astrologi.
Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan
berkata Iqra!, pada ayat pertama di dalam Al-Quran. Iqra bukan hanya berarti
bacalah, namun juga berarti belajarlah.
Begitu Maha Segalanya Allah SWT, hingga menurunkan satu kalimat pertama dalam
wahyu-Nya yang ternyata mempunyai arti dan makna yang sangat berguna sekali bagi
kelangsungan kehidupan manusia Bumi dikemudian hari.
*****
Bagaimana mungkin seorang Muhammad membaca? Beliau adalah seorang buta huruf.
Beliau bukan seorang ilmuwan. Beliau bukanlah seorang pengarang. Dan, Al-Quran
tidak diwahyukan secara berurutan. Namun sesuai kejadian-kejadian yang dialami oleh
beliau.
Selama diwahyukan , Al-Quran tidak diturunkan berdasarkan ayat demi ayat yang
berurutan, selalu acak, beda surah, beda ayat, beda kota, beda keadaan. Kemudian
dihafalkannya beserta semua sahabatnya agar tidak saling lupa. Namun ketika tiap ayat di
Al-Quran yang telah diwahyukan tersebut disusun, ternyata menjadi beraturan!
Itulah salah satu kitab Ilahi yang sempurna, mukzizat yang tiada duanya karena tidak
hanya dapat dinikmati oleh Rasul dan kaum di zamannya, namun oleh segenap umatnya
hingga akhir zaman (for all mindkind).
*****
Di dalam Islam, ada tiga pilar yang harus dikerjakan untuk menjadi manusia yang selalu
bertaqwa dan berbudaya dengan baik. Yaitu, percaya kepada Allah, menggali ilmu
(ilm), dan mencintai sesama manusia.
SCIENCE IS FUN..!
Islam sering kali diberikan gambaran oleh orang-orang dan golongan yang tidak pernah
mengenalnya sebagai agama yang mundur dan memundurkan.
Islam juga dikatakan tidak pernah menggalakkan umatnya untuk menuntut dan
menguasai pelbagai lapangan ilmu pengetahhuan.
Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi justru
bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah telah membuktikan betapa dunia
Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam
berbagai bidang keilmuwan.
Pada masa lalu dan memang sudah ajaran Islam, bahwa jika seseorang menemukan alat
atau apapun yang belum ada manusia yang menciptakannya, maka wajiblah baginya
untuk menyebarkan hasil temuannya itu.
Menyebarkannya kepada umat manusia agar mereka semakin dapat mempermudah
pekerjaannya dan menjadikan mereka semakin bersyukur kepada Allah.
Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu alHaitham atau Ibnu Haitham (Basra,965 Kairo 1039), dikenal dalam kalangan
cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam
yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan
filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah
memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler
dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Bidang lain: Physics,Optics,
Mathematics.
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas azZahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad
Pertengahan. Dia lahir di Madinatuz Zahra, 936 1013 yang dikenal di Barat
sebagai Abulcasis. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik
kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di
sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal
dengan nama El Zahrawi. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah
Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik
mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak.
Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama
dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Bidang lain: Surgery, Medicine.
Ibnu Rushd atau nama lengkapnya Abu Walid Muhammad Ibnu Ahmad
adalah ahli falsafah, perubatan, matematik, teologi, ahli fikah mazhab Maliki,
astronomi, geografi dan sains. Rushd lahir 1126 dan meninggal dunia 1198.
Dilahirkan di Sepanyol dan meninggal dunia di Maghribi, beliau adalah ahli
falsafah yang paling agung pernah dilahirkan dalam sejarah Islam. Pengaruhnya
bukan sahaja berkembang luas didunia Islam, tetapi juga di kalangan masyarakat
di Eropah. Di Barat, beliau dikenal sebagai Averroes dan bapa kepada fahaman
sekularisme.
Didalam penelitiannya pada waktu itu Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi sudah
menggunakan peralatan khusus dan secara sistimatis hasil karyanya dibukukan,
sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-Razi telah
mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan
bukunya tersebut merupakan suatu buku pegangan Lboratorium Kimia yang
pertama di dunia. Bidang lain: Medicine, Ophthalmology, Smallpox , Chemistry,
Astronomy.
yang dikuasai Islam). Abdul Qasim lahir di Madrid dan meninggal 1008 atau
1007 M).Ia juga ikut serta dalam penerjemahan Planispherium karya Ptolemeus,
memperbaiki terjemahan Almagest, memperbaiki tabel astronomi dari AlKhwarizmi, menyusun tabel konversi kalender Persia ke kalender Hijriah, serta
mempelopori teknik-teknik geodesi dan triangulasi. Ia juga ditulis sebagai salah
satu penulis Ensiklopedia Ikhwan As-Shafa, tapi kecil kemungkinan bahwa ia
benar-benar salah satu penulisnya.
perdagangan, teluk, tasik, sungai, bandar-bandar besar, bukit dan lembah serta
gunung-ganang. Al Idrisi lahir 1099 Masihi di Ceuta, Sepanyol dan meninggal
pada 1166 Masihi. Beliau juga mencatatkan jarak dan ketinggian sesuatu tempat
dengan tepat. Tokoh Geografi kurun ke-12 ini kemudiannya menghasilkan buku
Nuzhah al Musytaq fi Ishtiraq al Afaq (Kenikmatan pada Keinginan Untuk
Menjelajah Negeri-negeri) atau Rogers Book iaitu sebuah ensiklopedia geografi
yang mengandungi peta dan informasi tentang negara Eropah, Afrika dan Asia.
Buku ini mencatatkan perihal masyarakat, budaya, kerajaan dan cuaca negaranegara yang terdapat di dalam petanya. Beliau turut menggunakan semula garisan
lintang dan garisan bujur yang diperkenalkan sebelumnya dalam peta yang
dihasilkan. Beberapa abad lamanya, Eropah menggunakan peta Al Idrisi dan turut
menggunakan hasil kerja ilmuwan ini ialah Christopher Columbus.
Abu Nashr Mansur bin Ali (sekitar. 970 1036) merupakan matematikawan
dari Khwarazm. Ia banyak dikenal untuk penemuannya tentang hukum sinus.
Mamun Ar Rasyid yang hidup tahun 815, abad 9 adalah pelopor pendiri
perpustakaan umum pertama di dunia yang dikenal dengan Darul Hikmah di
Baghdad.
Al Farabi (950); ahli musik dan filsafat Yunani, (salah satu karya besarnya
dijiplak bebas oleh Thomas Aquinas).
Ibnu Sina (1037) dikenal oleh barat dengan nama Aveciena; ilmuwan
ensiklopedi, dokter, psikolog, penulis kaidah kedokteran modern (dipakai sebagai
referensi ilmu kedokteran barat), menulis buku tentang fungsi organ tubuh,
meneliti penyakit TBC, Diabetes dan penyakit yang ditimbulkan oleh efek fikiran.
Ibnu Rusydi (1198) dikenal oleh barat dengan nama Averusy; ahli fisika, ahli
bahasa, ahli filsafat Yunani kuno.
Al Battani (sekitar 850 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan
dari Arab. Al Battani lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang
terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46
menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan
trigonometri.
Ibnu Thufail (1185); dokter, filosof, penulis novel filsafat paling awal Risalah
Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan judul
barunya Robinson Crusoe
Ikhwan Ash Shafa (983); pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama
(bukanlah Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).
Abu Wafa (997); mengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta
penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.
Abul Hasan Tsabit bin Qurra bin Marwan al-Sabi al-Harrani, (826 18
Februari 901) adalah seorang astronom dan matematikawan dari Arab, dan
dikenal pula sebagai Thebit dalam bahasa Latin. Tsabit lahir di kota Harran,
Turki. Tsabit menempuh pendidikan di Baitul Hikmah di Baghdad atas ajakan
Muhammad ibn Musa ibn Shakir. Tsabit menerjemahkan buku Euclid yang
berjudul Elements dan buku Ptolemy yang berjudul Geograpia.
Umar Khayyam (1123); memecahkan persamaan pangkat tiga dan empat melalui
kerucut-kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika
modern, penyair.
Ibnu Al Haytsam (1039) pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya (Kitab
Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan
Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum
Snellius), penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan
ukuran bintang-bintang dekat zenit.
Ibnu Bajjah atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ashShayigh merupakan filsuf dan dokter Muslim Andalusia yang dikenal di Barat
Jabir Ibnu Hayyan (813); ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu
sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air,
identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam
nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie),
pembuat campuran komplek untuk cat. Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam
bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada Barmaki
Vizier, di masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Ia mengembangkan
teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat
berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir
telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara
lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan
penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses
tersebut.
Abu Bakar Ar Razi (935); membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati
dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi tubuh
manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.
M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, nama aslinya. Ahli
zoologi terkemuka dari Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama yang
mencetuskan teori evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli zoologi
Muslim dan Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan
Charles Darwin pernah berujar, Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam
lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai
meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral. Al-Jahiz lah ahli biologi
Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori evolusi . Ilmuwan dari
abad ke-9 M itu mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan
seekor binatang untuk tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat,
Al-Jahiz sebagai ahli biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk
tetap hidup (struggle for existence). Untuk dapat bertahan hidup, papar dia,
makhluk hidup harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup..
Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang
membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia
tidak putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains. Beliau bersekolah
hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti puisi
Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Al-Quran dan
hadist
Al-Jahiz juga merupakan penganut awal determinisme lingkungan. Menurutnya,
lingkungan dapat menentukan karakteristik fisik penghuni sebuah komunitas
tertentu. Asal muasal beragamnya warna kulit manusia terjadi akibat hasil dari
lingkungan tempat mereka tinggal.. Berkat teori-teori yang begitu cemerlang,
Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang pernah lahir di dunia
Islam. Ilmuwan yang amat tersohor di kota Basra, Irak itu berhasil menuliskan
kitab Ritab Al-Haywan (Buku tentang Binatang). Dalam kitab itu dia menulis
tentang kuman, teori evolusi, adaptasi, dan psikologi binatang. Al-Jahiz pun
tercatat sebagai ahli biologi pertama yang mencatat perubahan hidup burung
melalui migrasi. Tak cuma itu, pada abad ke-9 M. Al-Jahiz sudah mampu
menjelaskan metode memperoleh ammonia dari kotoran binatang melalui
penyulingan. Sosok dan pemikiran Al-Jahiz pun begitu berpengaruh terhadap
ilmuwan Persia, Al-Qazwini, dan ilmuwan Mesir, Al-Damiri. Karirnya sebagai
penulis ia awali dengan menulis artikel. Ketika itu Al-Jahiz masih di Basra. Sejak
itu, ia terus menulis hingga menulis dua ratus buku semasa hidupnya Pada
abad ke-11, Khatib al-Baghdadi menuduh Al-Jahiz memplagiat sebagian
pekerjaannya dari Kitab al-Hayawan of Aristotle. Selain al-Hayawan, beliau juga
menulis kitab al-Bukhala (Book of Misers or Avarice & the Avaricious), Kitab alBayan wa al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstration), Kitab
Moufakharat al Jawari wal Ghilman (The book of dithyramb of concubines and
ephebes), dan Risalat mufakharat al-sudan ala al-bidan (Superiority Of The
Blacks To The Whites).
Suatu ketika, pada tahun 816 M ia pindah ke Baghdad. Al-Jahiz meninggal
setelah lima puluh tahun menetap di Baghdad pada tahun 869, ketika ia berusia 93
tahun.
Abu Bakar Al Baytar (1340); pengarang buku tentang kedokteran hewan yang
pertama.
Al Razi (abad ke8); pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang
penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi
(sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat,
pembuatan sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak
minyak dan lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian
tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata,
penyakit campak dan cacar.
Banu Musa bersaudara (abad ke 9); pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat
pintar) yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis, kincir
air dan system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda), teknik
pengolahan logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan
tambang bawah tanah.
Abul Hasan Ali Al-Masudi merupakan salah seorang pakar sains Islam yang
meninggal pada tahun 957. Dilahirkan di Baghdad, dia juga merupakan seorang
ahli sejarah, geografi dan falsafah. Dia pernah mengembara ke Sepanyol, Rusia,
India, Sri Lanka dan China serta menghabiskan umurnya di Syiria dan Mesir. Dia
berasal dari keturunan sahabat Nabi Muhammad, Abdullah bin Masud. Bukunya
Muruj adh-Dhahab wa Maadin al-Jawahir (Padang Emas dan Lombong
Manikam) yang ditulis pada 943, merupakan himpunan kisah perjalanan dan
pembelajarannya. Ia menyentuh aspek sosial dan kesusasteraan sejarah,
perbincangan mengenai agama dan penerangan geografi. Dia juga menulis buku
Al-Tanbih wa al-Ashraf, yang merupakan buku terakhirnya
Al Farazi (790); perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog
pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam
serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu
tertentu.
Taqiuddin (1565); merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan
dengan pegas.
Abu Muhammad Abdullah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi
merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun meninggal
pada tahun 1248. Lebih dikenali sebagai Ibn al-Baitar, beliau dilahirkan di
Malaga, Spanyol.
Al Ibadi (873); pengarang buku tentang anatomi mata, otak dan syaraf optik,
permasalahan pada mata.
Ibnu Fadlan (abad 10); membuat daftar koordinat daerah Volga-Caspian (daerah
Rusia) dan sosiologi daerah tersebut.
Ibnu Batutah (1369); membuat daftar koordinat dan sosiologi wilayah China,
Srilangka, India, Byzantium, Rusia Selatan.
Ibnu Majid (abad 15); pemandu Vasco de Gamma dan menerbitkan buku
panduan navigasi bagi pilot dan pelaut.
Imam Hanafi, nama lengkapnya adalah An Nukman bin Tsabit. Lahir tahun 700
M di Kufah, Irak. Ajarannya dalam ilmu fiqih adalah selalu berpegang pada AlQuran dan hadis. Beliau tidak menghendaki adanya taklid dan bidah yang tidak
ada dasarnya dalam Al Quran dan hadis. Dalam menetapkan hukum fiqih beliau
bersumber pada Al Quran, hadis, qiyas dan ihtisan.
Imam Maliki, nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Malik bin Annas. Beliau
lahir di Madinah tahun 716 M. Beliau merupakan ulama besar di kawasan Arab.
Dalam menetapkan ilmu fiqih, beliau berpedoman pada Al Quran, hadis, ijma
sahabat, dan kemaslahatan urf (adat) penduduk Madinah. Buku karangannya
diantaranya adalah Al Muwaththa. Imam Maliki ini adalah guru Imam Syafii.
Imam Syafii, nama lengkapnya adalah Muhammad Ibnu Idris bin Abbas bin
Usman Asy Syafii. Beliau dilahirkan di Palestina tahun 767 M. Menurut riwayat,
beliau telah mahir membaca dan menulis Arab pada usia 5 tahun. Pada usia 9
tahun, beliau telah hafal Al Quran 30 juz. Pada usia 10 tahun, beliau sudah
menghafal hadis yang terdapat dalam kitab Al Muwaththa karya Imam Malik. Di
usianya yang 15 tahun, beliau lulus dalam spesialisasi hadis dari gurunya Imam
Sufyan bin Uyaina, sehingga beliau diberi kepercayaan untuk mengajar dan
memberi fatwa kepada masyarakat dan menjadi guru besar di Masjidil Haram,
Mekah. Dalam menetapkan ilmu fiqih, Imam Syafii berpedoman pada Al Quran,
hadis, ijma dan qiyas. Buku karangan Imam Syafii adalah Ar Risalah dan Al
Um. Ajaran Imam Syafii terkenal dengan Mazhab Syafii yang banyak dianut
oleh umat Islam di Indonesia, Asia Tenggara, Mesir, Baghdad, dan negara
lainnya.
Imam Hambali, nama lengkapnya adalah Ahmad bin Hambal Asy Syaibani.
Beliau lahir di Baghdad tahun 855 M. Ajarannya terkenal dengan nama Mazhab
Hambali. Dalam menetapkan hukum fiqih, Imam Hambali berpedoman pada Al
Quran, hadis, dan fatwa para sahabat.
Al Idris (1154); ahli peta bumi, membuat peta bumi dan globe dengan dilengkapi
penjelasan penggunaan kompas.
dunia Islam pada ketika itu,beliau hidup antara tahun 870 950. Dia berasal dari
Farab, Kazakhstan.
Ibnu Abdus Salam (abad 13); merumuskan pertama kali tentang hak-hak
perlindungan binatang atau konservasi hewani.
Al Mawsili (850); ahli musik klasik dan oleh muridnya musisi ulung Ziryab
memperkenalkan ke Spanyol thn 822, pengembangan notasi mensural, konsep
gloss atau hiasan melodi, pengembangan rumpun alat musik gesek, kecapi,
kelompok gitar, busur gesek pada alat musik gesek, musik keroncong dan
morisko.
Abu Hasan Al Asyari adalah tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu tauhid.
Beliau lahir di Baghdad tahun 873 M. Ajaran Abu Hasan Al Asyari dikenal
dengan paham Asyariah. Adapun ajaran Asyariah yang berkembang sampai saat
ini adalah sifat wajib Allah swt. ada 13(wujud, qidam, baqa, mukhalafatul
lilhawadis, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyat, qudrat, iradat, ilmu, hayat. sama,
bashar dan kalam) ditambah dengan 7 sifat maknawiyah (qadiran, muridan,
aliman, hayyan, samian, basiran, mutakalliman), sehingga menjadi 20 sifat
wajib bagi Allah swt.
Nur Al-Din Ibn Ishaq Al-Bitruji (1204) dikenali sebagai Alpetragius) di dunia
barat merupakan salah seorang ahli sains Islam.
Muhammad Abduh (Delta Nil, 1849 Alexandria, 11 Juli 1905 ) adalah seorang
pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.
Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga
murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang
mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negaranegara Asia dan Afrika. Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam
tahun pada 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di
Libanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam.
Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal
Islam The Firmest Bond. Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku
berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.
Ahmad ibnu Yusuf al-Misri (835 912) adalah seorang matematikawan, putra
dari Yusuf ibnu Ibrahim yang juga seorang matematikawan. Ahmad ibnu Yusuf
lahir di Baghdad, Irak dan kemudian pindah bersama bapaknya ke Damaskus
pada tahun 839. Kemudian ia pindah lagi ke Kairo, dan dari sini lah namanya
mendapat tambahan al-Misri (dari Mesir).
Abu-L Abbas Ahmad ibn Khallikan adalah sarjana Muslim Kurdi pada abad
ke-13. Karyanya yang paling terkenal adalah Wafayat al-Ayan (Berita Kematian
Laki-laki Ulung) atau lebih dikenal sebagai Kamus Biografis. Dia lahir Irbil, 22
September 1211 -Damaskus, Suriah dan meninggal 30 Oktober 1282. Menurut
Encyclopedia Britannica, ibn Khallikan memilih bahan faktual untuk biografinya
dengan sangat baik dari sisi pengetahuan akademis dan buku ini juga
menyebutkan ia adalah seorang yang menyumbangkan sumber berharga
untuk karya kontemporer dan berisi petikan dari biografi yang lebih awal yang
sudah tidak lagi ada. Ia mulai mengerjakan karya ini dari tahun 1256 sampai
dengan tahun 1274.
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, dalam bahasa Latin Averroes, adalah
seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Dia lahir tahun 1126 Marrakesh,
Maroko, dan meninggal 10 Desember 1198). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan
resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah
tidak ada. Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang
dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd
tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Ibnu Rusyd adalah seorang jenius
yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya
sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai Kadi (hakim) dan fisikawan.
Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas
filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,
termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu
Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Jafar Muhammad bin Musa bin Shakir Banu Musa, (800 873), adalah
seorang astronom dan matematikawan dari Baghdad. Ia bersama kedua
saudaranya (Ahmad Banu Musa dan Hasan Banu Musa) sangat aktif
menerjemahkan berbagai buku sains dari manuskrip Yunani dan Pahlavi ke dalam
bahasa Arab pada masa kekhalifahan Al-Mamun.
Mlik ibn Anas bin Malik bin mr al-Asbahi atau Malik bin Anas lahir di
(Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H)). Ia
adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
Jalaluddin as-Suyuthi lahir 1445 (849H) wafat 1505 (911H). Dia adalah ulama
dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir. Beliau
pernah berguru pada al Bulqini sampai wafatnya Al Bulqini, Beliau juga belajar
hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al Manaawi. Dalam Kitab beliau yang
berjudul Khusnul Muhadlarah beliau menyebutkan bahwa dari setiap guru yang
aku datangi aku mendapatkan lisensi dan aku menghitungnya sampai sejumlah
150 ijazah dari 150 guru.
Al-Ji (781 Desember 868/Januari 869) adalah seorang cendekiawan AfrikaArab yang berasal dari Afrika Timur. Ia merupakan sastrawan Arab dan memiliki
karya-karya dalam bidang literatur Arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat,
psikologi, Teologi Mutaziliyah, dan polemik-polemik politik religi.
rincian gambar-gambarnya dalam buku, al-Jami Bain al-Ilm Wal Aml al-Nafi Fi
Sinat at al-Hiyal (The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices).
Bukunya ini berisi tentang teori dan praktik mekanik. Karyanya ini sangat
berbeda dengan karya ilmuwan lainnya, karena dengan piawainya Al-Jazari
membeberkan secara detail hal yang terkait dengan mekanika Dan
merupakan kontribusi yang sangat berharga dalam sejarah teknik. Keunggulan
buku tersebut mengundang decak kagum dari ahli teknik asal Inggris, Donald Hill
(1974). Donald berkomentar bahwa dalam sejarah, begitu pentingnya karya AlJazari tersebut. Pasalnya, kata dia, dalam buku Al-Jazari, terdapat instruksi untuk
merancang, merakit, dan membuat mesin.. Di tahun yang sama juga
1206, al-Jazari membuat jam gajah yang bekerja dengan tenaga air dan berat
benda untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis, yang dalam interval
tertentu akan memberikan suara simbal dan burung berkicau. Prinsip humanoid
automation inilah yang mengilhami pengembangan robot masa sekarang.
Kini replika jam gajah tersebut disusun kembali oleh London Science Museum,
sebagai bentuk penghargaan atas karya besarnya. Pada acara World of Islam
Festival yang diselenggarakan di Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak
kagum dengan hasil karya Al-Jazari. Pasalnya, Science Museum merekonstruksi
kerja gemilang Al-Jazari, yaitu jam air Ketertarikan Donald Hill terhadap
karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari
pada 1974, atau enam abad dan enam puluh delapan tahun setelah pengarangnya
menyelesaikan karyanya.Tulisan Al-Jazari juga dianggap unik karena
memberikan gambaran yang begitu detail dan jelas. Sebab ahli teknik lainnya
lebih banyak mengetahui teori saja atau mereka menyembunyikan
pengetahuannya dari orang lain.. Bahkan ia pun menggambarkan
metode rekonstruksi peralatan yang ia temukan.
Karyanya juga dianggap sebagai sebuah manuskrip terkenal di dunia, yang
dianggap sebagai teks penting untuk mempelajari sejarah teknologi. Isinya
diilustrasikan dengan miniatur yang menakjubkan. Hasil kerjanya ini kerap
menarik perhatian bahkan dari dunia Barat.
Dengan karya gemilangnya, ilmuwan dan ahli teknik Muslim ini telah membawa
masyarakat Islam pada abad ke-12 pada kejayaan. Ia hidup dan bekerja di
Mesopotamia selama 25 tahun. Ia mengabdi di istana Artuqid, kala itu di bawah
naungan Sultan Nasir al-Din Mahmoud.
Al-Jazari memberikan kontribusi yang pentng bagi dunia ilmu pengetahuan dan
masyarakat. Mesin pemompa air yang dipaparkan dalam bukunya, menjadi salah
satu karya yang inspiratif. Terutama bagi sarjana teknik dari belahan negari
Barat
Jika menilik sejarah, pasokan air untuk minum, keperluan rumah tangga, irigasi
dan kepentingan industri merupakan hal vital di negara-negara Muslim. Namun
demikian, yang sering menjadi masalah adalah terkait dengan alat yang efektif
untuk memompa air dari sumber airnya
Masyarakat zaman dulu memang telah memanfaatkan sejumlah peralatan untuk
mendapatkan air. Yaitu, Shaduf maupun Saqiya. Shaduf dikenal pada masa kuno,
baik di Mesir maupun Assyria. Alat ini terdiri dari balok panjang yang ditopang di
antara dua pilar dengan balok kayu horizontal
..
Al-Jazari, kala itu, memikul tanggung jawab untuk merancang lima mesin pada
abad ketiga belas. Dua mesin pertamanya merupakan modifikasi terhadap Shaduf,
mesin ketiganya adalah pengembangan dari Saqiya di mana tenaga air
menggantikan tenaga binatang
Satu mesin yang sejenis dengan Saqiya diletakkan di Sungai Yazid di Damaskus
dan diperkirakan mampu memasok kebutuhan air di rumah sakit yang berada di
dekat sungai tersebut
Mesin keempat adalah mesin yang menggunakan balok dan tenaga binatang.
Balok digerakkan secara naik turun oleh sebuah mekanisme yang melibatkan gigi
gerigi dan sebuah engkol.
Mesin itu diketahui merupakan mesin pertama kalinya yang menggunakan engkol
sebagai bagian dari sebuah mesin. Di Eropa hal ini baru terjadi pada abad 15. Dan
hal itu dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa
Pasalnya, engkol mesin merupakan peralatan mekanis yang penting setelah roda.
Ia menghasilkan gerakan berputar yang terus menerus. Pada masa sebelumnya
memang telah ditemukan engkol mesin, namun digerakkan dengan tangan. Tetapi,
engkol yang terhubung dengan sistem rod di sebuah mesin yang berputar
ceritanya lain..
Penemuan engkol mesin sejenis itu oleh sejarawan teknologi dianggap sebagai
peralatan mekanik yang paling penting bagi orang-orang Eropa yang hidup pada
awal abad kelima belas. Bertrand Gille menyatakan bahwa sistem tersebut
berkuasa dari tahun 961 sampai tahun 976 Dia melakukan perjanjian
damai dengan kerajaan Kristen di Iberia utara dan menggunakan kondisi yang
stabil untuk mengembangkan agrikultur melalui pembangunan irigasi. Selain itu
dia juga meningkatkan perkembangan ekonomi dengan memperluas jalan dan
pembangunan pasar.Kehebatan Al Zahrawi sebagai seorang dokter tak dapat
diragukan lagi Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu
besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran modern adalah penggunaan
gips bagi penderita patah tulang maupun geser tulang agar tulang yang patah bisa
tersambung kembali. Sedangkan tulang yang geser bisa kembali ke tempatnya
semula. Tulang yang patah tersebut digips atau dibalut semacam semen.
Dalam sebuah risalahnya, dia menuliskan, jika terdapat tulang yang bergeser
maka tulang tersebut harus ditarik supaya kembali tempatnya semula. Sedangkan
untuk kasus masalah tulang yang lebih gawat, seperti patah maka harus
digips.Untuk menarik tulang lengan yang bergeser, Al Zahrawi menganjurkan
seorang dokter meminta bantuan dari dua orang asisten. Kedua asisten tersebut
bertugas memegangi pasien dari tarikan Kemudian lengan harus diputar ke
segala arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang atau
pembalut yang lebih besar. Sebelum dokter memutar tulang sendi sang pasian,
dokter tersebut harus mengoleskan salep berminyak ke tangannya. Hal ini juga
harus dilakukan oleh para asisten yang ikut membantunya dalam proses
penarikan. Setelah itu dokter menggerakan tulang sendi pasien dan mendorong
tulang tersebut hingga tulang tersebut kembali ke tempatnya semula
Setelah tulang lengan yang bergeser tersebut kembali ke tempat semula, dokter
harus melekatkan gips pada bagian tubuh yang tulangnya tadi sudah
dikembalikan. Gips tersebut mengandung obat penahan darah dan memiliki
kemampuan menyerap. Kemudian gips tersebut diolesi dengan putih telur dan
dibalut dengan perban secara ketat. Setelah itu, dengan menggunakan perban yang
diikatkan ke lengan, lengan pasien digantungkan ke leher selama beberapa
hari. Sebab jika lengan tidak digantungkan, maka lengan terasa sakit
karena masih lemah kondisinya. Sesudah kondisi lengan semakin kuat dan
membaik, maka gantungan lengan ke leher dilepaskan. Jika tulang yang bergeser
itu sudah benar-benar kembali dalam posisi semula dengan baik dan sudah tidak
terasa begitu sakit lagi maka buka semua balutan termasuk gips yang membalut
tangan pasien..
Tetapi jika tulang yang bergeser tersebut belum
sepenuhnya pulih atau kembali ke tempat semula secara tepat, maka perban
maupun gips yang membalut lengan pasien harus dibuka. Lalu lengan pasien
dibalut lagi dengan gips dan perban yang baru setelah itu dibiarkan selama
beberapa hari hingga lengan pasien benar-benar sembuh total.Salah satu karya
fenomenal Al Zahrawi merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab tersebut berisi
penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan setelah
dilakukannya proses operasi. Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia
mengenalkan tehnik sublimasi. Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan Kitab Al
Tasrif pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber Theoricae nec non
Practicae Alsaharavii.. Salah satu risalah buku tersebut juga diterjemahkan
dalam bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone di Genova dan Abraham Indaeus pada
abad ke-13. Salinan Kitab Al Tasrif juga juga diterbitkan di Venice pada tahun
1471 dengan judul Liber Servitoris. Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga
diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada
abad ke-12 dengan judul Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab
karya Al Zahrawi semakin termasyhur di seluruh Eropa.. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya
yang mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan Al
Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai kampuskampus.Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang termasyhur pada zamannya.
Bahkan hingga lima abad setelah dia meninggal, bukunya tetap menjadi buku
wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan kedokterannya masuk dalam kurikulum jurusan kedokteran di
seluruh Eropa.
ADALAH Ya'qub bin Ibrahim bin Habib bin Khanis bin Saad al-Anshari al-Jalbi al-Kufi al-Baghdadi, dikenal
dengan nama panggilan Abu Yusuf. Ia dilahirkan di Kufah, Irak, pada tahun 113 H dan wafat pada 182 H di
Kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah di masa itu.
Abu Yusuf menimba ilmu kepada ulama-ulama besar di zamannya, seperti Hisyam bin Urwah, Abu Ishaq
as-Saybani, Abu Muhammad Atho bin Saib al-Kufi, Anas bin Malik, (dalam Ilmu Hadist). Muhammad Ibnu
Abdurrahman bin Abi Laila, Al-Laits bin Saad, dan Abu Hanifah (dalam Ilmu Fikih), nama yang terakhir inilah
yang banyak memberikan inspirasi terhadap pemikiran Abu Yusuf, selama 17 tahun belajar bersamanya.
Kelak abu Yusuf menjadi salah satu ulama madhab Hanafi termasyhur dan terpercaya di zamannya.
Meski kerap berbeda pendapat, Abu Yusuf merupakan orang pertama yang menentukan kitab Mazhab
Hanafi dan menyebarluaskan ajaran gurunya itu. Kedekatannya dengan para penguasa Abbasiyah
sekaligus memiliki peran penting dalam Negara, menjadikan mazhab Hanafi mudah diterima di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah yang menganut Mazhab Hanafi, antara lain, Mesir dan Pakistan.
Terlahir dari keluarga yang miskin, Abu Yusuf mempunyai ketertatrikan serius dalam menuntut ilmu,
menjadikannya sebagai pribadi yang disegani, pintar sekaligus terpercaya, terutama dalam hal berkaitan
dengan hukum maupun ilmu hadist. Dengan keluasan ilmunya, mencakup ilmu tafsir, ilmu strategi perang,
penanggalan Arab, dan periwayatan hadist, Abu Yusuf mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang
dipanggil sebagai Qadi al-Qudah (hakim agung selama tiga periode kekhalifahan Dinasti Abbasiyah di
Baghdad, pada masa Pemerintahan Khalifah Al-Hadi, Al-Mahdi, dan Harun Al-Rasyid. Pada masa
pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, semua keputusan mahkamah baik seluruh kekhalifahan harus
bersandar kepada keputusannya. jabatanya sebagai hakim agung diembanya hingga ia wafat pada 182 H.
Sebagaimana ulama-ulama terdahulu yang menguasai multidisiplin keilmuan, Abu Yusuf telah banyak
melahirkan karya-karya dalam beberapa disiplin keilmuan, antara lain dalam bidang hukum Islam, fiqih,
hadist, maupun ekonomi (keuangan public).
Diantara karya-karya Abu Yusuf yang adalah kitab Al-Fihrist, sebuah kompilasi bibliografi buku yang ditulis
oleh Ibnu Nadim pada abad ke-10 M. Kitab Al-Atsar berisi tentang berbagai tradisi periwayatan hadis.
Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Layla berisi tentang ulasan-ulasan mengenai perbandingan fikih
antara Abu Hanifah dengan Abi Layla, Kitab Al-Radd 'Ala Siyar Al-Awza'i berisi bantahan terhadap
pemikirian seorang ulama yang bernama Al-Awza'I mengenai hukum peperangan, kitabAl-Jawami
merupakan karya yang ditulis untuk Yahya bin Khalid berisi tentang perdebatan mengenai analogi dan rasio,
Kitab Kharaj (keuangan Publik) berisi tentang panduan dan ketentuan-ketentuan dalam pengelolaan
keuangan Negara, meliputi pemasukan dan pengeluaran negara, mekanisme pasar, serta perpajakan.
Karya inilah yang melambungkan nama Abu Yusuf sebagai Ekonom termasyhur di zaman khalifah
abbasiyah. Beberapa karyanya yang lain merupakan hasil penulisan kembali yang dilakukan oleh para
muridnya dan diteruskan melalui generasi penerusnya, seperti kitab Al-Hiyal berisi tentang perangkatPerangkat Hukum dalam Islam, yang ditulis kembali oleh muridnya Muhammad As-Saybani, dalam kitab
Al-Makharij fi Al-Hiyal.
Kitab Kharaj (Keuangan Publik)
Kitab ini ditulis atas permintaan khalifah Harun Ar-Rasyid agar menjadi pedoman dalam hal pemasukan
serta pengeluaran keuangan negara, meliputi pajak, zakat dan jizyah. Dikatakan oleh Abu Yusuf,
"Sesungguhnya Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid (semoga Allah mengokohkan kekuasaannya) telah
meminta kepadaku untuk membuat sebuah buku sebagai panduan umum, dalam pengumpulan kharaj
(pajak tanah), usyr (pajak tumbuhan), zakat dan jizyah (pajak non-muslim)".
Penamaan kitab Kharaj setidaknya dilatar belakangi oleh dua hal. Pertama, dikarenakan memuat
beberapa persoalan perpajakan (kharaj, ushr, zakat dan Jiz'ah), serta masalah-masalah pemerintahan.
Kedua, dikarenakan pemasukan Negara terbesar di zaman itu adalah kharaj (pajak bumi), sehingga istilah
kharaj berubah arti, dari pajak tanah menjadi pajak secara keseluruhan. Hal ini diikuti oleh ulama-ulama
setelah Abu Yusuf seperti Imam al-Mawardi dalam Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Imam Al-Ghazali dalam
Ihya Ulumuddin, Ibnu Taymiyyah dalam Majmu Al-Fatawa, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Alamu AlMuwaqqiien An Rabb Al-Alamin, serta Ibn Khuldun dalam Tarikh Al-Ibar/ Muqaddimah Ibn Khuldun.
Karya ini, menjadikan Abu Yusuf sebagai ekonom muslim pertama yang menulis secara khusus tentang
kebijakan ekonomi Negara, pemasukan dan pengeluarannya, kewajiban pemerintah, pemenuhan
kebutuhan rakyat, konsep zakat dan pajak, pembangunan infarstruktur Negara serta sistem pasar.
Kesuksesan Abu Yusuf dalam Kitab Kharaj dengan mengelaborasi antara agama, tradisi dan budaya
menjadi trending topic yang sering didiskusikan oleh para ulama di baghdad. Kecermelangan pikirnya,
dalam menawarkan problem-solving kepada masyarakat menjadikannya sebagai lambang hati nurani
Negara dan para pengikutnya.
Secara ringkas, kitab "Kharaj" memuat beberapa permasalahan berikut; (a) Bidang pemerintahan, seorang
khalifah adalah wakil Allah di bumi untuk melaksanakan perintahnya. Dalam hak dan tanggung jawab
pemerintah terhadap rakyat, abu Yusuf menggunakan kaidah fikih "Tasharruful Imam ala-Ra'iyyah manutun
bil Maslahah" (kebijakan pemimpin atas rakyat, harus didasarkan kepentingan umum/rakyat). (b) Bidang
keuangan negara, uang adalah amanat Allah, bukan milik khalifah, dengan demikian dia harus dijaga
dengan penuh tanggung jawab, secara khusus, Abu Yusuf mengingatkan bahwa segala sesuatu akan
dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt.Fa saufa yasalullah, amma anta fihi wa ma amil taha bihi, (c)
Bidang pertanian, tanah yang diperoleh atas dasar pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap
selama tiga tahun dan diberikan kepada rakyat yang lainnya (d) bidang perpajakan, pajak hanya ditetapkan
pada harta yang melebihi kebutuhan rakyat, didasarkan atas kerelaan mereka, secara adil dan sesuai
dengan kemampuan, (e) bidang peradilan, penentuan hukum berdasarkan hal-hal yang syubhat tidak
dibenarkan. kesalahan dalam mengampuni lebih baik dari pada kesalahan dalam menghukum. serta
jabatan tidak boleh menjadi bahan pertimbangan dalam masalah keadilan.
Signifikasi pemikiran Abu Yusuf Terhadap Ekonomi Islam
Dua kebijakan penting yang dilakukan Abu Yusuf dalam rangka pemembenahan sistem ekonomi yang adil
dan sejahtera (Income, Expenditure, dan mekanisme pasar). Hal ini melibatkan dua elemen penting dalam
Negara, yaitu rakyat dan pemerintah. Pertama, menentukan tingkat penetapan pajak yang sesuai, adil dan
seimbang, dalam upaya menghindari Negara dari resesi ekonomi. Kedua, pengaturan pengeluaran
pemerintah sesuai dengan kebijakan umum.
Untuk mewujudkannya Kebijakan tersebut dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut; (1)
Penggantian sistem wazifah (sistem Pemungutan pajak secara Proporsional) dengan sistem muqasamah
(sistem Pemungutan pajak secara Progresif), (2) Membangun fleksibilitas sosial antara Muslim dan NonMuslim, (3) Pelaksanaan transparansi sistem ekonomi, (4) Membangun Sistem Ekonomi yang otonom
(tanpa intervensi).
Penyusunan secara rinci dan sistematis berdasarkan elaborasi antara hadits-hadits nabi yang berkaitan
dengan keuangan publik, perpajakan dan mekanisme pasar dengan pendekatan logika 'ala' madzhab
Hanafi menjadikan karya ini tetap relevan untuk dijadikan rujukan dalam bidang ekonomi, keuangan publik,
perpajakan, mekanisme pasar dll. bahkan dapat pula dijadikan sebagai pedoman primer maupun sekunder
dalam pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter, serta ekonomi pembangunan secara umum. Wallahu
Alam Bisshowab.*
My Note
BAB I
Pendahuluan
Kebanyakan dari Mahasiswa saat ini lebih mengenal Adam Smith dan para tokoh
ekonomi lainnya yang berasal dari barat, akan tetapi kita belum tentu mengetauhi bahwa
Islampun memiliki para tokoh ekonomi awal (klasik), seperti al-ghazali, abu Ubaid dan
lain-lain. Oleh karenanya menarik untuk dibicarakan satu tokoh ekonomi Islam yang
brillian di masanya, yaitu Abu Yusuf, yang terkenal dengan kitab Kharaj-nya (Manual on
Land Tax) yang hidup pada masa daulah Abbassiah yaitu pada masa Khalifah Harun alRasyid.
Selain itu ekonomi Islam yang telah hadir kembali saat ini, bukanlah suatu hal
yang tiba-tiba datang begitu saja. Karena yang sudah kita ketauhi dari paragraph diatas
tadi, bahwa terdapat tokoh-tokoh ekonomi Islam, yang mana konsep ekonomi mereka
berakar pada hukum Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadis Nabi saw.
Sebagaiman tokoh yang akan dibahas dalam makaah ini yaitu Abu Yusuf, beliau telah
memberikan kontribusi pemikiran ekonomi. Beliau merupakan seorang tokoh muslim
pertama yang menyinggung masalah mekanisme pasar. makalah ini akan berusaha
mengangkat tentang bagaimanakah pemikiran ekonomi beliau.
Adapun pembahasan dalam makalah ini akan diawali dengan Sekilas tentang Abu
Yusuf, Kitab al-Kharaj, Latar Belakang Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf, Mekanisme
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf, Sistem Ekonomi Abu Yusuf, Tujuan Kebijakan ekonomi
Abu Yusuf.
BAB II
PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF
Sekilas Tentang Abu Yusuf
Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang
sesunggunya lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang
diakui di masa abassiyah[1].
Kitab al-Kharaj
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab
al-Kharaj. Kitab ini ditulis untuk merespon permintaan khalifah harun al-Rasyid tentang
ketentuan-ketentuan agama Islam yang membahas masalah perpajakan, pengelolaan
pendapatan dan pembelanjaan public. Abu Yusuf menuliskan bahwa Amir al-Muminin
telah memintanya untuk mempersiapkan sebuah buku yang komprehensif yang dapat
digunakan sebagai petunjuk pengumpulan pajak yang sah, yang dirancang untuk
menghindari penindasan terhadap rakyat. Al-Kharaj merupakan kitab pertama yang
menghimpun semua pemasukan daulah islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan
kitabullah dan sunnah rasul saw. Dalam kitab ini dijelaskan bagaimana seharusnya sikap
penguasa dalam menghimpun pemasukan dari rakyat sehingga diharapkan paling tidak
dalam proses penghimpunan pemasukan bebas dari kecacatan sehingga hasil optimal
dapat direalisasikan bagi kemaslahatan warga Negara. Kitab ini dapat digolongkan
sebagai fublic finance dalam pengertian ekonomi modern. Pendekatan yang dipakai
dalam kitab al-Kharaj sangat pragmatis dan bercorak fiqh. Kitab ini berupaya
membangun sebuah system keuangan public yang mudak dilaksanakan yang sesuai
dengan hokum islam yang sesuai dengan persyaratan ekonomi. Abu Yusuf dalam kitab
ini sering menggunakan ayat-ayat Al Quran dan Sunnah Nabi saw serta praktek dari para
penguasa saleh terdahulu sebagai acuannya sehingga membuat gagasan-gagasannya
relevan dan mantap[3]. Misalnya Abu yusuf dalam kitabnya al-Kharaj mengomentari
perbuatan khalifah Umar dengan mengatakan: pendapat Umar ra yang menolak
pembagian tanah kepada penakluknya tersebut, adalah sesuai dengan keterangan alQur`an yang di ilhamkan Allah kepadanya dan merupakan taufiq dari Allah kepadanya
dalam tindakan yang diambilnya dalam keputusan ini dinyatakan bahwa kekayaan
tersebut adalah untuk seluruh umat Islam. Sedangkan pendapatnya yg menegaskan bahwa
penghasilan tanah tersebut harus di kumpulkan kemudian dibagi kepada kaum muslimin,
juga membawa manfaat yang luas bagi mereka semua[4].
Prinsip-prinsip yang ditekankan Abu Yusuf dalam perekonomian, dapat
disimpulkkan bahwa pemikiran ekonomi Abu Yusuf sebenarnya tersimpul dalam alKharaj yang dapat disebut sebagai bentuk pemikiran ekonomi kenegaraan, mengupas
tentang kebijakan fiscal, pendapat negara dan pengeluaran[5].
Penamaan al-Kharaj terhadap kitab ini, dikarenakan memuat beberapa
persoalan pajak, jiz'ah Kaum non muslim wajib membayar jizyah, namun jika mereka
meninggalmaka jizyah tersebut tidak boleh dibayar oleh ahli warisnya. Jizyah dalam
terminology konvensional disebut dengan pajak perlindungan, yakni jasa keamanan yang
diberikan Negara islam kepada kaum non muslim. Bagi kaum non muslim yang ikut
berperang , maka bagi mereka tidak dibebankan untuk membayar jizyah. Berdasarkan
klasifikasi strata masyarakat maka jizyah bagi golongan kaya sebesar 4 dinar, golongan
menengah 2 dinar dan kelas miskin 1 dinar. Tentang mereka yang enggan membayar
jizyah, beliau menyatakan bahwa dalam menarik jizyah dari orang-orang non muslim
tidak perlu dengan cara kekerasan tetapi dengan cara yang kekeluargaan yakni
memberlakukan mereka layaknya teman, karena hal ini dapat member pengaruh positif
yaitu bertambah simpatinya kaum non muslim terhadap Islam., serta masalah-masalah
pemerintahan.
2. 30 % dari produksi yang diairi secara artificial 1/3 dari produksi tanaman
(pohon palm, kebun buah-buahan dan sebagainya) dari produksi
tanaman musim panas.
Dari tingkatan angka di atas dapat dilihat bahwa Abu Yusuf menggunakan
sistem irigasi sebagai kriteria untuk menentukan kemampuan tanah membayar pajak,
beliau menganjurkan menetapkan angka berdasarkan kerja dan modal yang digunakan
dalam menanam tanaman[12].
Abu Yusuf wrote too that all persons had the right to use water from the great
rivers. But if the canal excavated passed through land belonging to others, then those
who benefited from this canal might have to pay compensation like a monthly charge
(Abu Yusuf juga menjeaskan bahwa semua manua memiiki hak untuk menggunakan air
dari sungai besar tetapi jika kanal (parit kecil) digali yang melalui lahan milik orang lain,
kemudian ini dimanfaat dari kanal tersebut harus membayar kopensasi seperti membayar
iuran setiap bulan)[13].
Hal kontroversial dalam analisis ekonomi Abu Yusuf ialah pada masalah
pengendalian harga (tas`ir). Ia menentang penguasa yang menetapkan harga.
Argumennya didasarkan pada sunnah Rasul. Dalam hal ini beliau mengutip hadis-hadis
rasulullah saw yang menyatakan bahwa tinggi dan rendahnya barang merupakan bagian
dari keterkaitan dengan keberadaan allah, dan kita tidak bias mencampuri terlalu jauh
bagian dari ketetapan tersebut (Riwayat Abdu a-Rahman bin Abi Laila dari Hikam bin
Utaibah) dan hadis yang menyatakan Sesungguhnya urusan tinggi dan rendahnya harga
suatu barang punya kaitan erat dengan kekuasaan allah swt. Aku berharap dapat bertemu
dengan Tuhanku di mana salah seorang diantara kalian tidak akan menuntutku karena
kezhaliman (Hadis Tsabit Abu Hamzah al-Yamani dari Salim bin Abi Jaad) dan
Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga, penahan, pencurah serta pemberi rizki.
Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku dimana salah seorang di antara kalian tidak
menuntutku karena kezhaliman dalam hal darah dan harta (Riwayat Sufyan bin Uyainah,
dari Ayub dari Hasan). Abu yusuf menyatakan bahwa hasil panen yang berlimpah bukan
bukan alasan Untuk menurunkan harga panen dan, sebaliknya., kelangkaan tidak
mengakibatkan harganya melambung. Pendapat abu Yusuf ini merupakan hasi observasi.
diberlakukan
berdasarkan
nilai
yang
tidak
tetap
(berubah)
dengan
halnya tanah garapan yang subur, maka kami tidak akan bisa mengerjakan tanah atau
lahan-lahan yang ada sekarang, lantaran ketidakmampuan kami untuk membayar kharaj
terhadap tanah yang non-produktif tersebut, dan jika tanah tersebut tidak dikelola dalam
waktu seratus tahun, maka ia tetap akan menjadi subyek kharaj atau tetap tidak akan
pernah digarap selamanya, dan jika memang demikian halnya maka bagi orang-orang
yang menggarap tanah ini untuk keperluan sehari-hari tidak bisa dikenai kharaj.
Konsekuensinya, saya menyadari bahwa biaya yang tetap dalam[19].
Abu Yusuf dalam membenahi system perekonomian, ia membenahi mekanisme
ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan miskin.
Problematika muslim dan non-muslim juga tidak lepas dari pembahasan Abu
Yusuf, yaitu tentang kewajiban warga negara non-Muslim untuk membayar pajak. Abu
Yusuf memandang bahwa warga Negara sama dihadapan hukum, sekalipun beragama
non-Islam. Dalam hal ini Abu Yusuf membagi tiga golongan orang yang tidak memiliki
kapasitas hukum secara penuh, yaitu Harbi, Mustamin, dan Dzimmi. Kelompok
Mustamin dan Dzimmi adalah kelompok asing yang berada di wilayah kekuasaan Islam
dan membutuhkan perlindungan keamanan dari pemerintah Islam, serta tunduk dengan
segala aturan hukum yang berlaku. Perhatian ini diberikan Abu Yusuf dalam rangka
memberi pemahaman keseimbangan dan persamaan hak dan juga mekanisme penetapam
pajak jizah.
Pembayaran
jizah
oleh
non-muslim,
bukanlah
sebagai
hukuman
atas
ketidakpercayaan mereka terhadap Islam, sebab hal iti bertentangan dengan al-Quran
(2): 256 ; tidak ada paksaan dalam agama. Jizah tidak diberlakukan bagi perempuan,
anak-anak, orang miskin dan kalangan tidak mampu. Bagi yang tidak mampu membayar,
mereka juga wajib dilindungi dan disantuni.
Berkaitan dengan jizah ini, Abu Yusuf secara khusus membahasnya yang
ditujukan kepada Harun al-Rasyid. Beliau mengatakan siapa saja yang memaksa warga
yang bukan muslim, atau meminta pajak kepada mereka di luar kemampuannya, maka
aku termasuk golongannya. Jizah, jika dihadapkan pada konteks realitas social ekonomi
masyarakat, maka pertimbangan persentase berdasarkan pendapat Abu Yusuf di atas
kiranya lebih mengarah pada tingkat keseimbangan dan nilai-nilai keadilan yang
manusiawi,. Hal ini dilakukan sebagai ukuran material dan kemampuan masyarakat
dalam menunaikan kewajibannya sebagai warga Negara. Pemahaman fleksibilitas yang
dibangun Abu yusuf juga terlihat dari sikapnya yang toleran pada non-Muslim dalam
memberi izin melakukan transaksi perdagangan di wilayah kekuasaan Islam. Hal lain,
yang dilakukan Abu Yusuf adalah menolak pendapat yang melarang pedagang Islam
untuk berdagang di wilayah Dar al_harbi. Hal ini dilakukan guna membuka peluang
untuk kontribusi bagi pembangunan dan penyebaran tekhik perdagangan ke seluruh
dunia, seperti Cina, Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara dan Turki. Dari sikap Abu
Yusuf di atas, terlihat bahwa ia memperhatikan hubungan baik antar Negara,
pengembangan ekonomi perdagangan, serta
upaya mensikapi perekonomian masyarakat sebagai antisipasi jika terjadi krisis
kebutuhan pokok[20].
Abu Yusuf menciptakan system ekonomi yang otonom (tidak terikat dari
intervensi pemerintah). Perwujudannya nampak dalam pengaturan harga yang
bertentangan dengan
hukum supply and demand.
Selain itu semua Abu Yusuf juga memberikan beberapa saran tentang cara-cara
memperoleh sumber pembelanjaan untuk jangka panjang, seperti membangun jembatan
dan bendungan serta menggali saluran-saluran besar dan kecil. Ketika berbicara tentang
pengadaan fasilitas infrasstruktur, Abu Yusuf menyatakan bahwa negara bertanggung
jawab untuk memenuhinya agar dapat meningkatkan produktivitas tanah, kemakmuran
rakyat serta pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa semua biaya yang dibutuhkan
bagi pengadaan proyek Publik. Selain di biadang keuangan Publik, abu Yusuf juga
memberikan pandangannya tentang mekanisme pasar dan harga[22], seperti yang
dijelaskan pada paragraph sebelumnya .
Selain itu Konsep maslahah ummat seperti ini jika dikembangkan dalam wacana
ekonomi masa sekarang dan mendatang adalah sangat memungkinkan. Hal ini nampak,
selain dari struktur bangunan pemikirannya yang berangkat pada pengembangan moral
etis agamis, juga terlihat dari filterisasi at-Tawazun, alikhtiyar, al-adalah, al-Ikhsan,
yang memungkinkan etika ekonomi bergerak lebih leluasa dan ideal dalam dinamika
sosio cultural masyarakat tanpa harus meninggalkan bagian normatifitas transendental
ajaran agama[24].
Dalam hal yang berhubungan pemerintahan Abu Yusuf menyusun sebuah
kaidah fiqh yang sangat populer, yaitu Tasrruf al-Imam `ala Ra`iyyah Manutun bi alMashlaha (setiap tindakan pemerintah yang bertkaitan dengan rakyat senantiasa terkait
dengan kemaslahatan mereka).ia menekankan pentingnya sifat amanah dalam mengelola
uang negara, uang negara bukan milik khalifah, tetapi amanat allah dan rakyatnya yang
harus dijaga dengan penuh tanggungjawab[25].
Dengan melihat dari bagaimana kebijakan Abu yusuf dalam hal ekonomi,
menunjukkan bahwa perkembangan pemikiran ekonomi dalam islam telah memberikan
suatu pencerahan. Melihat dari bagaimana pendapat Abu yusuf tentang fluktuasi harga
memberikan kesimpulan bahwa system ekonomi yang ada belum tentu bias diterima,
tergantung pada keadaan dan situasi yang terjadi pada suatu tenpat.
Dengan pemikiran ekonomi Abu Yusuf ini hendaklah dapat mendorong kita
untuk menjadi umat yang menghubungkan antara agama dan ekonomi, karena hal yang
berhubungan dengan kegiatan manusia tersebut telah di jelaskan hukumnya didalam AlQur`an dan Hadis. Selain mendapat kesejahteraan di dunia, kita juga akan mendapat
kesejahteraan di akhirat juga. Kesejahteraan (mashlahah itu terbagi dalm dua komponen
yaitu; manfaat dan berkah. Yang mana berkah tersebut dapat diperoleh dengan
menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiataan ekonominya.
BAB III
Kesimpulan
Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang
sesunggunya lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang
diakui di masa abassiyah. Adapun nama panjang dari Abu yusuf adalah Imam Abu Yusuf
Yaqub bin Ibrahim bin Habib al-anshari al-jalbi al-Kufi al-Baghdadi.
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab
al-Kharaj. Al-Kharaj merupakan kitab pertama yang menghimpun semua pemasukan
daulah islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul saw.
Dalam kitab ini dijelaskan bagaimana seharusnya sikap penguasa dalam menghimpun
pemasukan dari rakyat sehingga diharapkan paling tidak dalam proses penghimpunan
pemasukan bebas dari kecacatan sehingga hasil optimal dapat direalisasikan bagi
kemaslahatan warga Negara.
Kitab al-Kharaj mencakup berbagai bidang, antara lain :
Tentang pemerintahan
Tentang keuangan
Tentang pertanahan
Tentang
Tentang peradilan
Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi
beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari latar belakang
pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa gurunya. Faktor ekstern, adanya system
pemerintahan yang absolute dan terjadinya pemberontakan masyarakat terhadap
kebijakan khalifah yang sering menindas rakyat.
Adapun yang menjadi kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam
masalah keuangan publik.
Abu Yusuf dalam membenahi system perekonomian, ia membenahi mekanisme
ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan miskin.
Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk
mencapai kemaslahatan ummat. Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Quran, al- Hadits,
maupun landasan-landasan lainnya. Hal inilah yang nampak dalam pembahasannya kitab
al-Kharaj. Kemaslahatan yang dimaksud oleh Abu Yusuf adalah, yang dalam termiologi
fiqh disebut dengan Maslahah/ kesejahteraan, baik sifatnya individu (mikro) maupun
(makro) kelompok
Tujuan kebijakan ekonomi Abu Yusuf adalah untuk mencapai maslahah ammah.
Maslahah adalah kesejahteraan yang sifatnya individu (mikro) maupun golongan
(makro).
Model pemikiran Abu Yusuf adalah berbentuk pemikiran ekonomi kenegaraan,
mengupas tentang kebijakan fiskal, yang berkenaan dengan pendapatan negara.
Daftar Pustaka
Al-Qardhawi, Yusuf. Karakteristik Islam. Jakarta : Rabbani Press, 1997.
ardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian. Jakarta : Rabbani Press, 1997.
l Tarigan dkk., Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Bandung: Cipta Pustaka Media, 2006.
http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi
abu yusuf. Html.
http://www.islamic-world.net/2010/16/economics/al_kharaj.htm
http://www.islamic economic abu yusuf, business, and finance.com (23
februari 2010).
a Edwin dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Pendana Media
Group, 2007.
Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan
pada situs pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram.
[1]
Mustafa Edwin, pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG, 2007), h. 185
[2] http://www.islamic economic abu yusuf, business, and finance.com (23 februari 2010), h.1
[6] Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan pada situs pemikiran ekonomi
abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 1-2
[7] Adiwarman
P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008), h.107
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.245
[12] http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi abu
yusuf. html
[13] http://www.islamic-world.net/economics/al_kharaj.htm
[14] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.15
[15] Mustafa Edwin, pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG, 2007), h. 186
[16] http://www.hermaninbissmillah.blogspot .com/2009/11/pemikiran ekonomi abu
yusuf. html
[17] Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004),
h.15
[10]
[11]
[18] ibid
[19] Naili Rahmawati,
Naili Rahmawati, pemikiran ekonomi islami abu yusuf, makalah disajikan pada situs
pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 2-3
[24] Ibid
[25] P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008), h.107
Diposkan oleh Early_ridho di 16:23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi:
[23]
1 komentar:
1.
arrijal9partners26 September 2010 20:17
The team at ArRIJAL & Partners, Inc. offers a variety of professional services to
families/individuals.
Our clients are our number one priority. We believe in the TEAM concept of
values-based financial and legacy planning; therefore, we have surrounded
ourselves with other professionals throughout the country who are highly
regarded in the areas of investment, law and accounting. This comprehensive,
value-added approach insures you that your planning will be completed using the
most accurate, thorough and up-to-date information and methodologies with Al
Qur'an & Al Hadits (As Sunnah).
ArRIJAL & Partners provides services in the areas of training, consulting and
speaker resources. We can serve as a consultant and provide topics related to;
Board training, the tangible and intangible aspects of giving, custom educational
programs, and motivational programs.
For our peers, we provide training and resources to help you serve your affluent
clients. We offer Life Style Financial (LSF) Check up! Training sessions - either
customized for your team or in a group setting. Many of the trainings involve
other professional coaches from around the country, who add additional valuable
content and insight into the Life Style Financial (LSF) Check up system in "Cara
Islam Merencanakan Keuangan".
Agus Rijal, S.E. (Abu Yusuf)
0818.422.400 (022) 7678.5577
http://www.facebook.com/Islamic.Financial.Planner
http://arrijal9partners.wordpress.com/artikel-buku/
ArRIJAL & Partners adalah Konsultan jasa keuangan (Financial Advisor/
Penasehat Keuangan) & Konsultan Manajemen (Marketing & MSDM/ Personal
Facebook Badge
Early Ridho Kismawadi
Labels
Blog Archive
2012 (10)
2011 (28)
2010 (16)
o Oktober (4)
o September (1)
o Agustus (1)
o Juli (2)
o Mei (1)
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf
o April (4)
o Maret (1)
o Januari (2)
2009 (37)
Referensi Terkait :
Syetan menurut al-QuranKata syetan berasal dari kata benda syathana yang
mempunyai arti bauda (jauh), yaitu jauh dari kebenaran. Syathana juga berarti
khalafa, yang artinya adalah menyalahi yaitu menyalahi hal-hal yang benar.
Syathana sebagai asal kata syetan,juga memiliki arti dakhala, yang artinya masuk,
yaitu yang su ... [Baca...]
Pengertian Akidah dalam Terminologi Ayat al-QuranSering kita mendengar kata
akidah, bahkan mungin kita tak bosan mengucapkannya, saya berakidah. Apa
pengertian akidah?. Mahmud Syaltut dalam mendefinisikan akidah adalah ;
] ... p gnay iroet utaus halada hadikA: aynitrA Baca...]
Term yang Memiliki Makna Sama dengan IbadahMuhammmad Abduh dalam
tafsir al-Manar, mendefinisikan ibadah sebagai:
Dipahami bahwa ibadah adalah suatu keataatan
hamba yang mencapai peuncaknya dari kesadara ... [Baca...]
Dosa dalam Terminologi al-QuranDalam terminologi al-Quran, terdapat sejumlah
istilah atau kata yang biasa diterjemahkan dengan dosa dalam bahasa Indonesia.
Istilah-istilah tersebut, misalnya: al-Itsm, al-Dzanb, al-Khithu, al-Sayyi'at dan alJarm. Kelima kata tersebut akan dijelaskan pada referensi berikut ini.Kata Itsm
dengan b ... [Baca...]
Pemuda itu bernama Adiwarman Azwar Karim, yang kini dikenal sebagai satu dari
sedikit ahli perbankan syariah di Indonesia.
Kontribusi
Adi (39), begitu laki-laki tinggi semampai ini biasa dipanggil, dalam
pengembangan perbankan dan ekonomi syariah di Indonesia bukan saja
sebagai praktisi. Tapi juga sebagai intelektual, antara lain menjadi
dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair,
IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta. Kuliah
yang diberikan apalagi kalau bukan tentang perbankan dan ekonomi
syariah.
Anggota Dewan Syariah Nasional MUI ini juga ikut
terlibat dalam mempersiapkan UU Perbankan Syariah yang kini sedang
digodok pemerintah.
Presiden Direktur Karim Busines Consulting
yang juga kolumnis ini yakin perkembangan ekonomi Islam ke depan makin
cerah. Yang perlu kita lakukan sekarang, katanya, melakukan
percepatan-percepatan. Salah satu hal penting yang mesti dilakukan
adalah mempengaruhi pemerintah agar dukungannya lebih besar lagi kepada
pengembangan ekonomi Islam. Bahkan ia berobsesi, "Saya ingin orang yang
menjadi menteri ekonomi kelak, orang yang sangat paham ekonomi
syariah," katanya.
Bagaimana langkah-langkah percepatan itu
dan bagaimana sosok sebenarnya dari `pejuang' ekonomi Islam ini? Di
sela-sela simposium internasional Ekonomi Islam di Hotel Hyatt,
Yogyakarta, Oktober lalu, yang diselenggarakan Universitas Islam
Indonesia (UII), Cholis Akbar dan Bambang Subagyo dari Suara
Hidayatullah (Sahid) menguntitnya. Wawancara dilakukan secara estafet
mulai dari kamar Hotel Ibis, kampus Fakultas Ekonomi UII, dan di mobil
dalam perjalanan menuju villa di Jalan Kaliurang Yogyakarta milik Dekan
FE UII. Berikut ini petikan wawancara yang kerap ditingkahi gelak tawa
itu.
Perbankan Syariah
Sekarang perkembangan bank syariah cukup pesat. Seberapa besar kontribusinya
terhadap perekonomian nasional?
Kalau
tapi tak pernah dipakai. Terpakai kalau masuk hotel, sekedar saya
tunjukkan sebagai jaminan. Tapi saat check out saya bayar pakai uang
kontan. Terpaksa membawa credit card, karena saya punya pengalaman
ditolak hotel di Malaysia lantaran tidak punya credit card sebagai
jaminan.
Jadi, antara perkataan dengan perbuatan harus
sejalan. Bila tidak, kata-kata kita tidak punya kekuatan. Rekening saya
ada di BNI Syariah, BMI, dan Syariah Mandiri. Pernah sekali terpaksa
membuka rekening di BCA. Gara-garanya saya jual mobil, pembelinya
membayar lewat transfer BCA. Begitu tranfer masuk, rekening itu saya
tutup lagi.
Ekonomi Syariah/Syariah
Langkah-langkah apa saja untuk mempercepat terwujudnya ekonomi Islam?
Harus
ada tahapan-tahapannya. Soal dinar yang Ente tulis itu misalnya (Sahid
edisi Oktober 2002), saya sebenarnya sangat ngerem-ngerem. Apa benar
dinar itu punyanya Islam? Wong dinar itu milik orang kafir yang dipakai
alat oleh Rasul. Jujur saja, semangatnya asal jangan pakai dolar, kan
gitu? Ente dipermainin sama dolar lalu keki.
Marilah kita
pikir lebih tenang, kita susun langkahnya dengan rapi. Ibaratnya,
tahapannya begini, kalau kondisinya masih di darul arqom, Ente jangan
perang Badr. Seperti sekarang, sebagian ulama kita bersikeras
mengeluarkan fatwa bunga bank itu haram. Bahwa bunga bank itu haram
kita sudah tahu. Persoalannya, bila fatwa itu kita munculkan sekarang,
ya hitung-hitung dulu. Berapa orang Islam yang akan mengikuti fatwa
itu? Jangan-jangan kita dilecehkan oleh ummat kita sendiri, karena
fatwanya tidak ada yang mau mendengar.
Bank syariah di
Indonesia itu cuma satu persennya saja belum ada, kok mengeluarkan
fatwa. Sabar dulu, nanti kalau sudah ada 10% baru keluarin fatwa.
Perang Badr itu perbandingan orang mukmin dengan orang kafir 300:1000.
Jadi harus ada minimum requirement (persyaratan minimal). Fiqh itu
tidak hanya fiqh syar'iyyah saja. Masih ada fiqh berikutnya seperti
fiqh maslahah, dan fiqhul waqi' (fiqh realitas). Jadi
hitung-hitungannya jelas.
Kalau orang kita suruh pakai dinar
dan emas lalu tidak boleh pakai rupiah di saat seperti ini, akan
menjadi apa? Yang senang orang Singapura lah. Habis emas kita ditukar
kertas bergambar Lee Kwan Yew. Betul akan ada masa dinar dan emas, tapi
harus ada tahap-tahap yang baik.
Ada ungkapan menarik, "Li
kulli maqamin, maqaalun. Wa likulli maqaalin, maqaamun". (Setiap
kondisi butuh ungkapan yang tepat. Dan setiap ungkapan, butuh waktu
yang tepat pula). Contohnya BMT (Baitul Maal Wattamwil), itu ide
brilyan. Saya pernah diundang ke Chicago AS hanya untuk menerangkan
BMT. Tapi menurut saya terlalu cepat diangkat menjadi gerakan nasional.
Pak Harto pernah mencanangkan "Gerakan 1000 BMT". Ya kacau. Tidak bisa
semua orang disuruh hijrah ke Madinah tiba-tiba, begitu perumpamaannya.
Biarkan orang terseleksi dari tingkat keimanannya. Jadi BMT itu
konsepnya bagus tapi belum siap diangkat menjadi gerakan Nasional.
Jadi, langkah-langkahnya apa saja?
Menurut
saya ada tiga tahap. Di antaranya kita harus masuk ke kampus. Kalau
tidak bisa masuk ke kurikulum, minimal lewat mahasiswa. Biar mereka
yang meminta dibuka studi ekonomi Islam dan pihak universitas mau tidak
mau akan menyediakan mata kuliah ekonomi Islam. Ini yang sudah
berkembang di beberapa tempat.
Kedua, pengembangan sistem. Ini
bisa lewat undang-undang, atau peraturan daerah. Kalau mereka masih
Islamophobia, tak suka pakai al-Qur'an dan hadist, okey ayat kita
simpan dalam hati. Yang penting maqosid-nya (tujuan) sampai. Kalau
perlu kita pakai bahasa Inggris biar dia happy (senang). Makan tuh
bahasa Inggris, yang penting pesannya sampai he.. he...
Yang
terakhir pengembangan ekonomi ummat. Ini sangat berat, tidak bisa hanya
banyak omong. Mesti terjun ke lapangan. Apa artinya kita buat
undang-undang dan peraturan, kalau kita sendiri tidak menekuninya.
Ekonomi Islam itu tidak sekedar riba, melainkan bagaimana kita jualan,
tidak curang tapi untung. "Lebih baik untung sedikit tapi barokah" itu
tidak ada dalam Islam. Islam itu harus untung besar dan barokah.
Menurut Anda, sejauh mana pemerintah memberi dorongan terhadap pengembangan
ekonomi Islam?
Pemerintah
itu siapa sih? Kalau pemerintah itu dipersonifikasikan satu sampai dua
orang, apa benar itu namanya pemerintah? Oleh karena itu, kita harus
merespon secara keseluruhan. Sebab bagian terbesar dari pemerintahan
itu juga orang Muslim. Kita cenderung menempatkan pemerintah di suatu
protes itu ibu-ibu, Adi tidak berkutik. "Eh, bagus ya jenggotnya Pak
Adi, lebat. Tapi bukankah dalam Islam dianjurkan rapi?" kata ibu-ibu di
sekitar rumah Adi di komplek Nurul Fikri kepada istrinya. "Oke, oke...
saya rapikan," kali ini Adi benar-benar takluk.
Lain lagi
kisah peci yang selalu bertengger di kepala Adi itu. Ceritanya, ia
diminta BMI membawa rombongan beberapa kiai pondok pesantren studi
banding ke Jepang. Tiba-tiba salah seorang kiai asal Sukabumi nyletuk,
"Anda ini sudah pas. Tapi satu yang kurang, peci!" Dosen tamu di IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ini lalu menukas, "Itu tidak sunnah, Pak
Kiai." "Memang bukan. Itu muru'ah (kehormatan)," kata kiai itu. Sejak
saat itulah Adi selalu lengket dengan peci. "Jadi ini oleh-oleh dari
Jepang," ujarnya.
Namun sesungguhnya bukan tanpa maksud Adi
tampil seperti ustadz itu. "Ini sebagai kontrol sosial buat saya, sebab
namanya iman itu naik turun," jelasnya. "Contohnya, kalau berpakaian
begini saya kan malu pergi ke disko atau minum bir."
Karir Adi
di BMI terbilang cemerlang, setelah sebelumnya bekerja di Bappenas.
Masuk tahun l992 karir awalnya di BMI sebagai staf Litbang. Enam tahun
kemudian ia dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan
terakhirnya di pionir bank syariah itu Wakil Presiden Direktur. "Itu
sudah mentok untuk jabatan karir. Sebab, jabatan Presiden Direktur
lebih bersifat politis," katanya.
Tapi bukan karena itu kalau
kemudian ia memutuskan keluar dari BMI (2000). Ada kepentingan yang
lebih besar lagi yang ingin ia capai. "Kalau tetap di BMI, saya tidak
bisa mengerjakan untuk orang lain," katanya. Maksud orang lain itu
adalah bank-bank konvensional yang membuka syariah. Nyatanya memang,
sekarang ada beberapa bank syariah yang memanfaatkan kemampuan Adi.
Diakui
Adi, memutuskan keluar dari BMI bukan perkara gampang. Soalnya, bekerja
di bank syariah itu sudah diidam-idamkan Adi sejak mahasiswa. Kebetulan
bank syariah yang ada kala itu baru BMI. Setelah melakukan shalat
istikharah selama 6 bulan, Adi baru bulat meninggalkan BMI.
Dengan
modal Rp 40 juta Adi kemudian mendirikan perusahaan konsultan. Beberapa
kawan yang diajak bergabung awalnya pesimis, sebab siapa yang bakal
pakai jasa mereka. Jumlah bank syariah saat itu baru dua. Tapi seiring
munculnya bank-bank syariah baru seperti sekarang, Adi kemudian
Mata kuliah ekonomi syariah yang dia pilih telah mengubah segalanya. Adiwarman
Azwar Karim yang tadinya awam soal sistem syariah menjadi jatuh cinta pada ilmu
ekonomi Islam. Juga, cita-citanya sebagai pemain bola seperti Franz Becker Bower dari
klub Bayern Munchen Jerman pun kandas.
Mata kuliah ekonomi syariah yang dia pilih telah mengubah segalanya. Adiwarman
Azwar Karim yang tadinya awam soal sistem syariah menjadi jatuh cinta pada ilmu
ekonomi Islam. Juga, cita-citanya sebagai pemain bola seperti Franz Becker Bower dari
klub Bayern Munchen Jerman pun kandas. Obsesi menjadi konsultan syariah justru lebih
menggebu-gebu setelah banyak belajar tentang sistem ekonomi itu secara otodidak. Tak
disangka, ia kini tampil sebagai ikon industri syariah di Indonesia.
A.M. Saefuddin adalah orang pertama yang memperkenalkan Adiwarman dengan dunia
syariah. Ceritanyabegini. Tahun 1983, manakala ia sebagai mahasiswa Ekonomi
Pertanian Institut Pertanian Bogor sedang kuliah manajemen pemasaran. Kebetulan saat
itu dosennya
(A.M.
Saefuddin,
mantan KetuaBulogdan Menteri
Pertanian)
mengajar tentang ekonomi syariah. Kuliah syariah yang hanya dua kali pertemuan itu
sepertinya menjadi pencerahan bagi mata hati Adiwarman. Dari situ ia baru sadar,
ternyata ada ilmu ekonomi lain yang lebih menarik. "Sejak saat itu saya sering membeli
buku-buku ekonomi syariah, ikut seminar dan belajar sendiri tentang syariah. Sampaisampai skripsi saya tentang syariah juga," ujar Adiwarman yang juga menggondol
gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Setelah lulus IPB, laki-laki kelahiran Jakarta, 29 Juni 1963 ini mendapat tawaran
beasiswa untuk melanjutkan pendidikan master bidang keuangan di Universitas Boston,
Amerika Serikat. Lagi-lagi di sini ia menyelesaikan tesis ekonomi syariah Iran. Juga, ia
masih sempat kuliah lagi bidang MBA di Universitas European, Belgia. "Saya menjadi
yakin dan ingin membuktikan bahwa ekonomi syariah itu realistis dan bisa jalan,"
ujarnya. Maka, disebarlah banyak surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan di luar
negeri.
Sayang, sebelum aplikasi itu mendapat respons ia keburu dipanggil Saefuddin untuk balik
ke Indonesia. "Saya tadinya nggak mau pulang. Tapi Pak Saefuddin meyakinkan saya
untuk segera pulang karena di Indonesia sudah ada bank syariah, yaitu Bank
Muamalat yang kala itu sedang dirintis," kenang Adiwarman yang menghabiskan masa
remajanya sebagai "anak Menteng" itu.
Lalu tahun 1992 ia masuk ke Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai staf litbang, yang
langsung berada di bawah dirut. Di bank baru itu, kariernya terus melejit menjadi
KepalaDivisi dan Pimpinan Wilayah. Namun, tahun 2001 ia keluar dari
BMI dengan posisi terakhir Vice President BankMuamalat Institute (lembagapelatihan
BMI). Mengapa keluar dari bank yang sudah 10 tahun dibesarkannya? "Karena banyak
permintaan dari relasi untuk mind-set up bisnis baru bank syariah. Agar tidak
terjadiconflict of interest dengan BMI lebih baik saya keluar," tuturanakpasangan
pengacara kondang, Azwar Karim (almarhum) dan Ida ini.
Ia mengaku dihadapkan pada pilihan yang sulit saat memutuskan keluar dari BMI. "Saya
sampai shalat istikharah 6 bulan untuk memantapkan pilihan," ujar pria berwajah Timur
Tengah ini. Di satu sisi, BMI ibaratnya bayi yang telah dibesarkan, di lain pihak ia ingin
lebih mandiri. "Kalau jadi pegawai otak kita hanya berpikir bagaimana
menghabiskan uang, sedangkan seorang wirausahawan dituntut lebih kreatif dan banyak
tantangan bagaimana menghasilkan uang," Adiwarman mengungkapkan.
Beberapa bulan setelah keluar dari BMI ia mengibarkan bendera Karim Business
Consulting (KBC). Dengan modal Rp 40 juta (hasil penarikan Jamsostek) digunakan
untuk bayar gaji 6 karyawan dan belanja perlengkapan kantor. Awalnya, KBC berkantor
di Menara Batavia, Jl. K.H. Mas Mansyur. Ini pun hasil kemurahan hati relasi yang
meminjamkan tempatnya.
Boleh dikata, eksistensi KBC di bisnis syariah tahun 2001 bukanlah pionir. Antonio
Syafii, yang notabene mantan rekan kerjanya di BMI telah lebih dulu memproklamasikan
diri sebagai konsultan syariah lewat Tazkia Consulting. Hanya saja, sepengetahuan
Adiwarman kala itu bisnis inti Tazkia di bidang pelatihan dan sedikit menggarap
unit usaha syariah. "Untuk itu kami jalankan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain.
Ibaratnya, kita main ke pasar yang tidak ada orangnya," ia berujar.
unit usaha syariah dari Bank DKI, Bank Riau, Bank Niaga dan Bank Permata. Klien
untuk layanan pengembangan produk datang dari BMI, BRI Syariah, Bukopin Syariah
dan BII Syariah.
Berapa tarif proyeknya? Dikatakan Adiwarman, tergantung banyaktidaknya order dari
klien. Sebagai gambaran untuk satu pengernbangan produk rata-rata Rp 60 juta.
Biasanya, satu bankbutuh pengembangan produk dari sisi liabilitas saja hingga 50
produk, sedangkan tarif terbesar adalah pendirian unit usaha syariah yang nilainya di atas
Rp 1 miliar.
Seiring membanjirnya order, bisnis KBC pun terus maju. Jumlah karyawan naik menjadi
33 orang dengan tiga konsultan senior dan kantornya pindah ke Plasa DM Sudirman.
Ketiga konsultan itu telah teruji kepiawaiannya karena mereka mantan Kepala Divisi TI
BMI, Vice President Bank Danamon dan doktor pemasaran UI.
Istrinya yang bernama Rustika juga meleburkan diri di KBC di tengah kesibukannya
sebagai psikolog di RS Hermina Depok. Adiwarman dan istrinya berbagi tugas.
Istrinyangantor pukul 09.00-15.30 untuk mengurus administrasi dan manajemen
perusahaan. Sementara itu, Adiwarman membawahkan divisi pemasaran/pengembangan
bisnis, bisnis konsultansi, pelatihan dan public relations.
Perjalanan bisnis KBC tidak selamanya mulus. Beberapa kendala sempat menghadang.
Pertama, orang sering memandang remeh penampilannya. Sosok Adiwarman memang
identik dengan penampilan baju koko, peci serta berjenggot. Takpelak, setiap kali masuk
gedung perkantoran untuk presentasi atau meeting senantiasa dicurigai satpam.
"Disangkanya, kami ini mau minta sumbangan," ujarnya geli.
Kedua, minimnya SDM yang siap pakai. Sebagai profesi baru, ia mengaku sukar sekali
mencari orang yang punya latar belakang pengalaman sebagai konsultan syariah. Tak
kurang Rizqullah, Dirut BNI Syariah berkomentar soal keterbatasan SDM syariah yang
tangguh. "Kapasitas Adiwarman pribadi memang tak diragukan. Tapi KBC perlu
didukung oleh kemampuan SDM yang lebih baik," ungkapnya.
Adiwarman mengaku keberhasilan KBC, selain didukung oleh kompetensi dalam memuaskan pelanggan, juga karena prinsipnya bermain di jalur bersih. Ia tak mau aksi
sogok-menyogok untuk menggolkan proyek. Pernah suatu kali ia dijanjikan order proyek
dengan syarat si mediator mendapat imbalan sekian persen. "Saya tolak saja ajakan itu,"
ujar Adiwarman. Meski bermain di jalur bisnis yang bersih, KBC tidak sulit mendapatkan
proyek. Ia menambahkan, "Yang sulit adalah bagaimana mendapat kepercayaan klien dan
menjaganya."
Keberhasilan KBC, selain didukung oleh
kompetensi dalam memuaskan
pelanggan, juga karena prinsipnya
bermain di jalur bersih. la tak mau aksi
sogok-menyogok untuk
Islam adalah pandangan hidup yang seimbang dan terpadu, didesain untuk
mengantarkan kebahagiaan manusia (falah) lewat penegakan keharmonisan antara
kebutuhan-kebutuhan moral dan materiil manusia, dan aktualisasi keadilan sosioekonomi dan persaudaraan dalam masyarakat.
M. Umer Ch a pra [ i]
A.
Introduksi:
Selayang
Pandang
Tentang
Chapra
Muhammad
Umer
Chapra
adalah
seorang
bekerja
sebagai
ekonom
senior
dan
Pakistan
Institute
of
Development
Islamic
Research,
Pakistan.
Ia
telah
profesional
tentang
ekonomi
dalam
pengambangan
subjek
ini,
ia
ekonomi
Islam
dan
King
Faisal
trendsetter
ekonom
muslim
Chapra
yang
tertuang
dalam
and
sebagiannya
Economic
dimuat
pula
Challange)
pada
yang
Islam
dan
Development)
yang
menguraikan
sistem
Towards a Just
Monetary
System).
menganalisis
berkaitan
dengan
persoalan-persoalan
sistem
per-bankan
yang
dan
keuangan Islam.
B. Islam dan Tantangan Ekonomi
Dalam
bukunya
menegaskan
ini,
(dengan
Umer
membuat
Chapra
ingin
pema-paran
Barat
khususnya
dalam
dalam
mewujudkan
bidang
kesejahteraan,
ekonomi
tetapi
maqashid
sulit
meskipun
untuk
ter-adi
merealisasikan
pertumbuhan
kekayaan.[iii]
Dalam kesimpulannya Chapra menggambarkan
betapa kapitalisme tidak mempunyai pilihan
selain bersandar sepenuhnya kepada harga dan
keuntungan
pribadi
untuk
memberikan
mekanisme
filter
dan
daya
motivasi
untuk
alokasi
sumber-sumber
daya.
kebebasan
individu
tetapi
distribusi
yang
pendapatan
seimbang
dan
dan
persaingan
memperoleh
kehendaki,
sebab
apa
orang
miskin
pendapatan
saja
yang
semakin
mereka
mereka
tertekan,
sudah
tidak
kenaikan
harga.
Dengan
demikian,
juga
menggambarkan
betapa
telah
menyebabkan
pemusatan
menggabungkan
mekanisme
harga
yang
ternyata
tidak.
Penambahan
ditetapkan
beban
pajak
yang
berat.
internal
dan
eksternal.
Masalah kemiskinan dan ketercabutan tetap berlanjut dan bahkan semakin dalam. Kebutuhankebutuhan tetap tak terpenuhi. Ketidakadilan
justru
semakin
bertambah.
Problem
yang
ketidakseimbangan
Sistem
ini
tidak
yang
memiliki
hanya
mekanisme
bersandar
pasar
sepenuhnya
untuk
kepada
menghapuskan
Chapra
tidak
terhindarkan
untuk
Yaman
Selatan
dengan
pen-dekatan
Sosialis).
Alternatif Islam
Islam, sebagaimana diuraikan oleh Chapra,
merumuskan
suatu
sistem
ekonomi
yang
Islam
adalah
bukan
tetapi
didasarkan
(maqashid
semata-mata
pada
asy-syariah)
bersifat
materi,
konsep-konsepnya
nilai
sangat
penting
bagi
kebutuhan-kebutuhan
materi
maupun
ini,
penyuntikan
dalam
ekonomi
dimensi
iman
Islam
dalam
terjadi
semua
itu
berkaitan
dengan
dalam
daya,
hal
untuk
alokasi
dan
mengurangi
distribusi
ketidak
individu
kepentingannya
sendiri
memaksimalkan
kekayaan
mengejar
dan
dan
untuk
memuaskan
ekonomi
sosialis
yang
menganggap
kejahatan
dan
menekankan
bahwa
masih
ada
ketidakmerataan
kepentingan-kepentingan istimewa.[xi]
dan
Rasulullah
Muhammad
SAW
telah
ini
berada
dalam
posisi
manusia
daya
yang
langka
dan
kepada
manusia
itu
sendiri
dan
pula
merupakan
sumber
utama
dari
teralih
dirancang
dengan
sadar
dan
alam.
Segala
sesuatu
yang
hidup
sederhana
dan
kebebasan
manusia.[xiv]
Dalam
hal
adalah
(keadilan),
Islam
sebuah
istilah
menyeluruh
yang
penindasan
dan
kemungkaran,
dimana
memenuhi
kewajiban
kepada
mereka.
Islam
dan
yang
keadilan
besar
pada
menuntut
agar
yang
stabilitas.
adil
Tidak
dan
seperti
pertumbuhan
dan
kapitalisme
dan
mutlak
dan
mendasarinya.
logis
Untuk
dari
filsafat
masyarakat
yang
Muslim
sistim
mendorong
baiknya
motivasi
individu
bagi
yang
agar
kuat
berbuat
kepentingannya
untuk
sebaik-
sendiri
dan
untuk
pengamatan
menaati
dengan
tidak
aturan-aturan
mengizin-kan
secara
religius
kepada
komunitas-
perbankan
dan
keuangan,
sebagaimana
lainnya,
aspek-aspek
diharapkan
masyarakat
memberikan
Islam
kontrinbusi
Islam
yang
utama.
Yang
tinggi,
distribusi
keadilan
pendapatan
sosioekonomi
serta
kekayaan
dan
yang
tabungan
untuk
pembangunan
terlibat.
haruslah
Barang
kali
dikemukakan
dimensi
sebagai
religius
tujuan
Keadilan
sosio-ekonomi
dan
distribusi
Mobilisasi
dan
investasi
tabungan
untuk
dijamin
bagi
semua
pihak
yang
bersangkutan;
5.
banyak
kemiripan,
perbedaan
yang
cukup
penekanan,
yang
terjadi
tetapi
signifikan
karena
ada
dalam
disvergensi
sosioekonomi,
kemanusiaan.
dan
Sasarn-sasaran
persaudaraan
dalam
Islam
sangat
penting
untuk
merealisasikan
unik.
Adapun
strategi,
sudah
Chapra
mengajukan
sebuah
sistem
yang
kredit
deposito,
khusus,
dan
korporasi
korporasi
asuransi
audit
investasi.
Chapra
melihat
bahwa
ada
diinginkan
yang
sudah
dijelaskan
sentral
harus
melaksanakan
semua
dan
meregulasi
membimbing,
sistem
menyelia,
keuangan.
Tidak
serta
seperti
institusi-institusi
keuangan.
Tujuan
komersial
tradisional
dalam
dua
hal.
penghapusan
pelarangan
ini
akan
riba.
Pada
memaksa
gilirannya,
bank
untuk
menggunakan
yang
metode-metode
didasarkan
terutama
operasi
pada
baru
aransemen
dan
bukan
kepentingan
oriented,
tetapi
kebu-tuhan
sebaliknya
masyarakat
ditujukan
Islam
untuk
secara
perwakilan investasi,
manajemen investasi.
dan
institusi
investasi
dan
dana
investasi
pinjam
investasi
union),
lainnya,
dan
institusi
manajemen
perusahaan
asuransi.
bank-bank
komersial
dan
simpanan
bagi-hasil
untuk
tujuan-
tujuan inves-tasi. Institusi-institusi ini masingmasing dibedakan sesuai dengan sifat aktivitas
pendanaan
yang
dilakukan
serta,
konsekuensinya, sesuai dengan masa berakhirnya dana. Selain dari menggalang dana, para
intermediator
ini
minat
dan
bisnis
kekayaan.
membantu
me-nyebarkan
mengurangi
konsentrasi
Proyek-proyek
dan
sektor-sektor
bagi
bank-bank
komersial
atau
praktik-praktik
yang
digunakan
dukungan
pemerintah
unjuk
(demand
fungsi
penting
dalam
integritas
dan
kean-dalan
sehingga
dari
praktik
menjamin
adanya
D. Kesimpulan
Umar Chapra telah dengan baik menguraikan
dengan singkat tetapi jelas dan dengan referensi
cukup tentang ekonomi kapitalis, sosialis dan
negara
sejahtera
kelemahannnya,
serta
dan
kelemahan-
dengan
baik
pula
teknis
pandangan-pandangan
pragmatis
atas
yang
pelaksanaan
bidang
dalam
keuangan
rangka
Islam
membangun
yang
lengkap
sistem
sering
kali
yang
pertama
dibolehkan
berhubungan
syariat.
dengan
sekuritas sektor swasta, karena sistem keuangan Islam harus mengembangkan instrumeninstrumen yang cocok. Pembiayaan sektor publik
menjadi sumber kesulitan kedua ketika prinsipprinsip Islam diterap-kan pada sistem keuangan
dasar
ini,
sistem
keuangan
Islam
PEMBAHASAN
penghargaan King Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989.Beliau
adalah sosok yang memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi islam. Telah banyak
buku dan artikel tentang ekonomi islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini telah
terhitung sebanyak 11 buku, 60 karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya
ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk juga bahasa
Indonesia.Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor
Rodney Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai Presentasi terbaik terhadap
teori moneter Islam sampai saat ini dalam Bulletin of the British Society for Middle
Eastern Studies (2/1985, pp.224-5). Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam
subjek ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi Muslim modern sehingga buku ini
menjadi buku teks di sejumlah universitas dalam subjek tersebut
Beliau berkata terhadap ekonomi islam dan mendefinisikan sebagai derikut : Ekonomi
Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagiaan manusia yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam
tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
2. MUHAMMAD BAQIR ASH-SADR, DALAM KONTEKS KEKINIAN
Baqir Sadr makin menemukan relevansinya dengan situasi perekonomian global
dewasa ini.Gagasan bahwa kapitalisme adalah sistem yang semata-mata hanya
berorientasi pada akumulasi kapital dan mengabaikan tata nilai di luar motif ekonomi
secara tidak langsung mendapatkan dukungan dari ekonom konvensional.Tidak hanya
itu, makna penting peran Negara di bidang ekonomi yang di gagas Sadr juga dapat
ditemukan dalam gagasan ekonom konvensional yang salah satunya adalah mantan
gubernur The Fed AS Alan Gleenspan. Walaupun demikian, dari kacamata ekonom
muslim sendiri, gagasan Sadr di bidang ekonomi juga harus diletakkan dalam kerangka
yang proporsional. Hal ini sebagaimana Timur Kuran nyatakan dalam kritiknya terhadap
pemikiran ekonomi Sadr.
B. Pokok Pemikiran Ekonomi Baqir Sadr
1. Definisi Ekonomi Islam (Proses Penggalian Doktrin Ekonomi Islam)
tersebut
dengan
sebab-sebab
dan
faktor-faktor
umum
yang
memepengaruhinya.
Sedangkan doktrin ekonomi adalah cara atau metode yang dipilih dan diakui oleh
suatu masyarakat dalam memecahkan setiap problem praktis ekonomi yang dihadapinya.
Dari hal ini, Sadr selanjutnya menyatakan bahwa perbedaan yang signifikan dari kedua
terminilogi di atas adalah bahwa doktrin ekonomi berisikan setiap aturan dasar dalam
kehidupan
ekonomi
yang
berhubungan
dengan
ideologi
seperti
nilai-nilai
tersebut hanya dapat teratasi dengan mengakhiri kedzaliman dan keingkaran manusia.
Salah satu cara yang ditawarkan Sadr adalah dengan menciptakan hubungan yang baik
antara distribusi dan mobilisasi segenap sumber daya material untuk memakmurkan alam
serta menyibak segala kekayaan.
4. Teori Produksi
Sadr mengatakan bhwa ada dua aspek yang mendasari terjadinya aktivitas produksi
Pertama adalah aspek obyektif atau aspek ilmiah yang berhubungan dengan sisi teknis
dan ekonomis yang terdiri atas sarana-sarana yang digunakan, kekayaan alam yang
diolah, dan kerja yang dicurahkan dalam aktivitas produksi. Kedua adalah aspek
subyaktif .Yaitu aspek yang terdiri atas motif psikologis, tujuan yang hendak dicapai
lewat aktifitas produksi, dan evaluasi aktivitas produksi menurut berbagai konsepsi
keadilan yang dianut.
5. Distribusi Kekayaan
Dalam pemikiran Sadr, distribusi kekayaan berjalan pada dua tingkatan, yang
pertama adalah distribusi sumber-sumber produksi dan yang kedua adalah distribusi
kekayaan produktif.Pokok pikiran yang di maksud Sadr, sebagai sumber-sumber
produktif adalah terkait dengan tanah, bahan-bahan mentah, alat-alat dan mesin yang
dibutuhkan untuk memproduksi beragam barang dan komoditas.Sedangkan yang
termasuk dengan kekayaan produktif hasil dari proses pengolahan atau hasil dari aktivitas
produksi melalui kombinasi sumber-sumber produsi yang di hasilkan manusia melaui
kerja. Berkenaan dengan ini pula, maka prinsip-prinsip menjaga adilnya sirkulasi
kekayaan dan keseimbangan harta di tengah-tengah kehidupan masyarakat juga masuk
dalam konsepsi Sadr sebagaimana pemikiran ekonomi Islam lainnya.
6. Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi
Menurut Sadr, fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat beberapa
tanggung jawab. Tanggung jawab atau fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi tersebut
antara lain berkenaan dengan pertama, penyediaan akan terlaksananya Jaminan Sosial
dalam masyarakat, kedua berkenaan dengan tercapainya keseimbaangan sosial dan ketiga
terkait adanya intervensi pemerintah dalam bidang ekonomi
KESIMPULAN
Masalah-masalah ekonomi lahir bukan disebabkan oleh kelangkaan sumbersumber material ataupun terbatasnya kekayaan alam. Sadr berpendapat bahwa
permasalahan ekonomi muncul kareana disebabkan oleh dua faktor yang mendasar.
Sadr berpendapat bahwa permasalahan ekonomi muncul kareana disebabkan oleh
dua faktor yang mendasar. Pertama adalah karena prilaku manusia yang melakukan
kezaliman dan kedua karena mengingkari nikmat Allah SWT. Sadr menyimpulkan
sebagai salah satu faktor yang dominan yang menjadi akar lahirnya permasalahan
ekonomi dalam kehidupan manusia, bukan karena akibat terbatasnya alam atau karena
ketidakmampuan alam dalam merespon setiap dinamika kebutuhan manusia
M. Umer Chapra (1 Februari 1933, Bombay India) adalah salah satu ekonom
kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat.
Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat
beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik.
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia
pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D
dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya
dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak,
Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.
Daftar isi
kecemerlangan akademis. Menurut Profesor ini, Chapra adalah orang yang terbaik yang
pernah dikenalnya, bukan hanya dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas.
DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai organisasi dan pusat penelitian yang
berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi penasehat pada Islamic
Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya ia menduduki posisi
di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama hampir 35 tahun sebagai
penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembaga-lembaga ekonomi Arab Saudi ini
membuatnya di beri kewarganegaraan Arab Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan
Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh Muhammad Aba al-Khail. Lebih kurang selama
45 tahun beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan
ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di
Arab Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk
kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF,
IBRD, OPEC, IDB, OIC dan lain-lain.
M. Umer Chapra (1 Februari 1933, Bombay India) adalah salah satu ekonom
kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat.
Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Umer Chapra dilahirkan dalam keluarga yang
taat beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia
mendapatkan pendidikan yang baik.
Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15 tahun. Kemudian ia
pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai meraih gelar Ph.D
dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri masa lajangnya
dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai empat anak,
Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.
Muslim. Buku ini telah diresensikan dalam berbagai jurnal ekonomi barat. Profesor Louis
Baeck, meresensikan buku ini di dalam Economic Journal dari Royal Economic Society
dan berkata: Buku ini telah ditulis dengan sangat baik dan menawarkan keseimbangan
literatur sintesis dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca buku ini akan menjadi
tantangan intelektual sehat bagi ekonom barat. ( September 1993, hal. 1350 ). Profesor
Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini dalam Journal of
Economic Literature untuk American Economic Assosiation dan mengatakan bahwa
buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar Ekonomi Islam.
Kritiknya terhadap sistim ekonomi yang ada secara tidak biasa diungkap dengan pintar
dan mempunyai dokumentasi yang baik. Umer Chapra, menurutnya telah membaca
banyak tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga kritiknya berbobot. Dan, Profesor
Kuran merekomendasikan buku ini sebagai panduan sempurna dalam pemahaman
ekonomi Islam.
Pendapat M. Umer Chapra terhadap ekonomi Islam pernah dikatakannya dan
didefinisikannya sebagai berikut: Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau
tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan
lingkungan.
Ramalan
Jodoh
GuestBoo RS Indek
k
S
s
Home
Masakan
Busana
Primbon
News
Bisnis
Net-Komp
Foto
Video
digg
A. MUQADDIMAH
Muara dari sekian banyak kajian tentang ekonomi akan berujung pada persoalan
kesejahteraan. Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang sangat didambakan oleh setiap
manusia, karena didalamnya terkandung makna segala kenikmatan hidup, seperti
kebahagiaan, ketentraman, kemakmuran, kebersamaan dan keadilan. Karena itu tidak
heran jika manusia menguras semua energi pemikirannya dalam mencari petunjuk yang
paling tepat untuk mencapai kondisi tersebut. Sehingga dalam sejarah peradaban manusia
lahirlah idiologi-idiologi yang mereka fungsikan sebagai petunjuk, seperti sosialisme,
kapitalisme dan fasisme atau Negara kesejahteraan.
Semua idiologi itu telah direalisasikan dalam kehidupan manusia, namun Al-Hamdulillah
semua idiologi itu telah gagal menciptakan hakekat kesejahteraan manusia itu sendiri.
Sosialisme yang menekankan perencanaan perekonomian terpusat, telah runtuh dinegara
tempat ia lahir dan berkembang yaitu dibekas Negara-negara Uni Soviet dan Eropa
Timur. Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan (racikan kapitalisme dengan sujumput
belas kasih sosialisme = fasisme) juga telah menunjukkan kegagalannya dinegara-negara
Eropa Barat dan Amerika serikat, dengan timbulnya kesenjangan antara si miskin dan si
kaya serta ketidak seimbangan eksternal dan makro ekonomi. Penyebab paling
fundamental dari kegagalan idiologi-idilogi ini adalah karena ia lahir dari pandangan
masyarakat barat sekuler yang berpendapat bahwa agama tidak relevan untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi. Akibatnya, aspek moralitas dalam kebijakan ekonomi
ditinggalkan.
hadir bertepatan dengan semakin giatnya pemerintah yang dimotori oleh Bank Indonesia
menyiapkan perangkat-perangkat pengembangan Bank Syariah di tanah air. Hal ini
ditandai dengan disyahkannya Undang-Undang tentang Perbankan No. 10/1998. dan
dibentuknya komite pengembangan perbankan syariah pada Bank Indonesia.
Pada saat yang sama MUI sebagai wadah musyawarah dan perwakilan ummat Islam seIndonesia, sejak tahun 1996 telah membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai
lembaga syariah tertinggi yang mengayomi dan mengawasi oprasional kesyariahan
lembaga-lembaga keuangan syariah ditanah air. Kehadiran buku yang sangat
komprehensif ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi rekan-rekan ulama dan
cendekiawan yang akan berperan aktif dalam pengawasan dan pengembangan lembaga
keuangan syariah.
Apresiasi senada disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin
menanggapi kendala terbesar yang dihadapi dalam pengembangan Bank Syariah di
Indonesia adalah pemahaman anggota masyarakat yang timpang mengenai kegiatan
oprasional bank syariah. Banyak masyarakat yang mendambakan keberadaan bank
berdasar prinsip syariah, namun kenyataanya mereka belum memahami sepenuhnya
produk, mekanisme, system dan seluk beluk bank syariah. Untuk itu masyarakat perlu
mendapatkan informasi yang akurat dari sumber yang memiliki otoritas tentang hal
tersebut. Buku ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para Alim Ulama,
muballighiin, muballighaat dan cendekiawan dalam mensosialisasikan bank syariah,
karena merekalah yang memiliki potensi dan akses yang besar dalam penyebarluasan
informasi kepada masyarakat.
C. BIOGRAFI PENULIS
Muhammad Syafii Antonio, satu sosok dengan kombinasi yang unik, seorang
cendekiawan muda, santri, ekonom dan bankir. Lahir 12 Mei 1967 dengan Nama asli Nio
Gwan Chung dari pasangan Liem Soen Nio dan Nio Sem Nyau. Dibesarkan ditengah
keluarga Kong Hu Chu dan Kristen, namun pengembaraannya mencari kebenaran telah
menghantarkannya keharibaan Islam.
Bermula dari bersyahadah dihadapan KH. Abdullah Bin Nuh di Bogor, belajar Alif-ba-ta
kepada H. Adung Abdurrahim di Masjid Agung Sukabumi, hingga mondok di Pondok
Pesantren An-Nizham Sukabumi dibawah asuhan KH. Abdullah Muchtar, penerus dan
murid utama ulama terkemuka Habib Syakh bin Salim bin Umar al-Attas. Di pesantren
inilah ia berhasil menghafal matan Alfiah Ibnu malik.[3]
Tahun 1990 Syafii lulus dari Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi University of
Jordan serta mengikuti program Islamic Studies di Al-Azhar Universitas Cairo. Ia
mendapat Master of Econonics dari International Islamic University Malaysia dan saat
buku ini ditulis beliau tengah mengikuti program doctoral pada bidang pasar modal dan
pasar uang di Australia.
Syafii yang menjadi perintis Bank Muamalat dan Asuransi Takaful, saat ini aktif di
Komite ahli Bang Syariah pada Bank Indonesia , Dewan Pengawas Bang Muamalat,
Asuransi Takaful, RHB Asset Menegemen, dan BNI Faisal Finance. Disamping itu,
SyafiI juga memimpin beberapa unit usahayang tergabung dalam TAZKIA GROUP
yang memiliki misi pengembangan bisnis dan ekonomi syrariah. Dalam bidang social
kemasyarakatan, SyafiI aktif bersama H. Junus Jahya, Ali Kariem, dan Prof. Hembing di
85
Ayat diatas dengan tegas mengingatkan, bahwa selama kita menerapkan Islam secara
parsial, kita Ummat Islam akan mengalami keterpurukan dunia dan kerugian ukhrawi.
Hal ini sangat jelas, sebab selama Islam hanya diwujudkan dalam bentuk ritualisme
ibadah semata, diingat pada saat kelahiran bayi, ijab kabul pernikahan, serta penguburan
mayat, sementara dimarjinalkan dari dunia perbankan, asuransi, pasar modal,
pembiyayaan proyak, dan transaksi ekspor-impor, maka umat Islam telah mengubur
Islam dalam-dalam dengan tangannya sendiri.
Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia dan Asia pada khususnya, serta resesi, ketidak
seimbanagan ekonomi, krisis financial global pada umumnya, adalah akibat yang telah
benar-benar nyata sebab diterapkannya system keuangan konvensional dengan perangkat
bunga/ribanya dan oprasional perbankkan yang kering dari nilai-nilai Ilahiyyah. Adalah
kewajiban para pewaris Nabi dan Ulil Albab, untuk menawarkan solusi non-konvensional
demi kemaslahatan ummat dan bahkan masyarakat dunia dari keterpurukan.
Adalah saatnya kita meninggalkan system ekonomi ribawi. Adalah saatnya kita
membawa dan menterjemahkan kitab-kitab kuning dari rak-rak Pondok Pesantren
menjadi manual oprasi di bank, asuransi, pasar uang, dan pasar modal. Adalah saatnya
kita memperkenalkan kepada industri keuangan dan perbankan, bahwa Islam memiliki
prinsip Syirkah Inan, al-Mudharabah, Bai as-salam, Bai al-Istishna, bai al-murabahah,
Ijarah, al-Hawalah, ar Rahn, al Wakalah, al Kafalah, al Qardh,dan lain-lain serta
membuktikan bahwa semuanya dapat diterapkan dalam lembaga-lembaga keuangan
modern. Adalah saatnya kita menunjukkan bahwa muamalah syariah dengan filosofi
utama kemitraan dan kebersamaan (sharing) dalam profit dan risk dapat mewujudkan
kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan. Adalah saatnya kita membuktikan
bahwa dengan sistem perbankan syariah kita dapat membunuh wabah penyakit negative
spread (keuntungan minus) dari dunia perbankan hingga ke akar-akarnya.
E. PEMBAHASAN BUKU
Buku yang oleh penyusunnya dianggap sangat sederhana ini dibagi menjadi lima bagian
dan 18 bab. Bagian pertma, menegaskan kembali bahwa Islam adalah satu system hidup
yang lengkap dan universal, mengatur dan memberikan arahan yang dinamis dan lugas
bagi semua aspek kehidupan, termasuk bidang bisnis dan transaksi keuangan. Pada
bagian ini juga menjelaskan bahwa perbankan Islam hanyalah merupakan sub unit dari
unit financial; demikian juga unit financial merupakan bagian dari sub system ekonomi.
Sementara sub system ekonomi merupakan bagian integral dari system Islam yang maha
luas. Pembangunan sub unit perbankan tidak akan berjalan dengan baik seandainya tidak
didukung oleh unit-unit dan sub-sub system lainnya, seperti sub system
pendidikan/tarbiyyah dan sub system politik. Karena izin bank syariah tidak akan keluar
tanpa political will yang afirmatif, demikian juga bank syariah akan kehilangan nasabah
bila umatnya tidak ditarbiyah untuk bermuamalah secara Islami.
Usaha-usaha untuk melakukan tarbiyah kepada masyarakat umum, ternyata merupakan
persoalan yang teramat berat. Masyarakat muslim yang sudah sekian lama otak dan
pemikirannya teracuni oleh bunga bank, perlu diobati secara perlahan dengan antara lain
merubah pandangan mereka tentang harta benda dan ekonomi. Pandangan tersebut antara
lain dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama; Pemilik mutlaq terhadap segala sesuatu yang dimuka bumi ini termasuk harta
benda adalah Allah SWT. Manusia hanya menerima amanah mengelola dan
memanfaatkannya sesuai dengan ketentuan Allah. Kedua, Harta sebagai perhiasan hidup
yang memungkinkan manusia bias menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan,
padahal manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan
menikmatinya secara berlebihan. Ketiga, harta sebagai ujian keimanan, halini
menyangkut persoalan bagaimana cara mendapatkannya, dan kempat, harta sebagai bekal
ibadah, terutama mentasarrufkannya dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.
Untuk men-tarbiyah masyarakat terdidikpun masih mengalami problem psikologi dan
paradigm berfikir yang cukup besar. Jika kita mencermati, Siswa-siswi, dan mahasiswa
yang sudah diminta menggantungkan cita-citanya setinggi langit dan berorientasi
kedepan, dalam memilih lembaga dan jurusan pendidikannya, hampir keseluruhannya
berorientasi pada pasar kerja dimasa mendatang. Itu artinya bahwa mereka akan melirik
pada jurusan muamalah syariah misalnya, jika peluang dan pasar kerja pada perbankan
syariah cukup menjanjikan. Pada kenyataannya booming Bank Syariah belum
sepenuhnya menginspirasi masyarakat untuk belajar agama seperti yang ditempuh oleh
Muhammad Syafii Antonio yang semula konghucu, katolik dan kemudian Muslim.
Pada bagian kedua, yang terdiri dari bab 2 dan bab 3, penyusun membahas kembali
masalah lama yang cukup kontroversial yang di Indonesia belum juga kunjung selesai,
yaitu pertentangan antara riba dan bunga bank. Dalam bab 2 penyusun buku menjelaskan
devinisi riba dan hukum pengambilan bunga uang, baik dari tinjauan nash Al-Quran dan
As Sunnah, demikian juga pendapat dari kalangan Yahudi dan Kristiani. Kesimpulan
yang cukup menarik dari pembahasan bab ini, yaitu bahwa 3 agama besar (Islam, Yahudi,
danm Nasrani) sepakat bahwa riba adalah perbuatan yang dilarang, dan pengambilan
bunga uang telah memenuhi semua kriteria ketidakadilan riba yang tercela itu. Pendapat
ini sesungguhnya telah dikukuhkan fatwa akademi-akademi Fiqh Islam, seperti
Organisasi Konfrensi Islam (OKI) tahun 1970 dan ulama-ulama dunia dalam salah satu
konfrensinya di Al-Azhar University, Cairo, pada tahun 1965.
Pada Bab ini terdapat sebuah pembahasan yang menurut saya menjadi kunci dalam
membangun kesadaran untuk meninggalkan riba yakni memahami tentang apa berbedaan
investasi dengan membungakan uang, apa perbedaan hutang uang dan hutang barang, dan
apa perbedaan anta bunga dan bagi hasil. Berikut rangkuman dari pembahasan diatas:
Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena berhadapan dengan
unsure keidakpastian, karna itu perolehan pengembaliannya (return) tidak pasti dan tidak
tetap. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha[4] , menurut saya yang tepat
adalah kegiatan tanpa usaha yang tidak mengandung resiko karena perolehan
pengembaliannya berupa bunga yang relative pasti dan tetap.
Ada dua jenis hutang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hutang yang terjadi
karena pinjam meminjam uang, tidak boleh ada tambahan, kecuali karena alas an yang
pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaries, dan studi kelayakan. Tambahan
lainnya yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidaklah
dibolehkan. Sedangkan hutang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus
jelas dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Harga jual itu sendiri terdiri
dari harga pokok plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati, maka
selamanya tidak boleh berubah naik, karena akan masuk pada dalam katagori riba fadl.
Bunga bank dibuat pada waktu aqad dengan asumsi harus selalu untung, dan besarnya
prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang ditabungkan atau yang di
pinjamkan. Sedangkan bagi hasil penentuan nisbah bagihasil dibuat apada waktu aqad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, dan besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Dalam hal ini bank syariah secara
transparan selalu melaporkan secara terbuka, setiap akhir bulan kepada nasabah berapa
total secara nasional keuntungan perusahaan, sehingga nasabah dapat menghitungnya
sendiri berapa bagi hasil yang dia terima.
Dalam bab 2 ini Syafii juga mengutarakan pemikiran para ulama Indonesia baik yang
tergabung pada MUI maupun Ormas Islam yang telah cukup lama mengkaji
danmembahas masalah riba, tetapi keputusan-keputan mereka yang sepakat
mengharamkan riba belum dapat menyediakan jalan keluar berupa lembaga keuangan
syariah. Majlis Tarjih Muhammadiyah misalnya, sejak munas disidoarjo (1968) telah
dengan tegas memutuskan haramnya riba dan haram bertransaksi dengan perbankan yang
menggunakan system bunga. Sayangnya PP. Muhammadiyah sendiri sampai munas
berikutnya, Pekalongan (1972), belum bias mewujudkan lembaga keuangan syariah, dan
kerena itu lucunya, pada munas berikutnya Malang (1989) malah memutuskan halalnya
tambahan pembayaran pada koprasi simpan pinjam, karena daianggap bukan riba.[5]
Lajnah Bahsul Masail Nahdlatul Ulama sejak sidang di Bandar Lampung (1982) telah
membahas bunga bank pada perbankan konvensional. Ulama masih berbeda pendapat
dan bijaksana dalam memberikan hukum yakni, haram, halal dan syubhat. Hal ini lebih
disebabkan karena secara institusi belum sanggup memciptakan lembaga keuangan
syariah karena belum tersedia payung hukum dari pemerintah. [6]
Adapunkekurang tegasan sebagian ulama dan ormas Islam di tanah air, tampaknya
disebabkan oleh beberapa alasan berikut:
Kurang komprehenshipnya informasi yang sampai kepada ulama dan cendekiawan
tentang bahaya dan dampak destruktifnya system bunga. Terutama sangat tampak pada
saat terjadi krisis moneter dan ekonomi. Kesenjangan informasi ini menyebabkan para
ulama tenang-tenang saja karena tidak terlalu terimbas oleh dampak krisis karena
mayoritas ulama adalah bulaku bisnis, bahkan cenderung melegitimasi mekanismme
konfensional yang ada. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam kaidah Fiqhiyyah; Al
hukmu ala as syaiI farun an tasawwurihi Hukum terhadap segala sesuatu hal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari cara pandang dan informasi yang sampai
kepada si pemberi hukum.
Nas-nas Al-Quran dn Sunnah Nabawiyyahyang berkaitan dengan ribapun cenderung
kurng difahami secara komprhensif, terutama pada tahapan-thapan pelarangan riba,
arahan Rasulullah terhadap praktek bisnis dan simpan pinjam sahabat, demikian juga
praktek pembungaan uang dalam ajaran yang berakar samawi lainnya seperti Yahudi dan
Nasrani.
Belum berkembang luasnya lembag keuangan syariah sehingga ulama dalam posisi yang
sulit untuk melarang dengan tegas transaksi keuangan koinvensional yang sudah
sedemikian luas.
Adanya kemalasan intelektual dan pandangan yang cenderung pragmatis dari para ulama
dan cendekiawan muslim.
Untuk menunjukkan hikmah pelarangan riba, ditinjau dari logika ekonomi dan dimensi
sosial kemasyarakatan, bab 3 membahas beberapaa analisis, diantaranya bunga dan
egoisme moral spiritual, teori kemutlakan produktifitas modal, bunga dan kepongahan
social budaya, serta beberapa nasihat dari imam Ar razi tentang larangan praktek
pembungaan uang.
Pada bab 3 ini cukuplah kiranya kita merenungkan pernyataan dari Maulana Maududi
dalam bukunya, Riba, menjelaskan bahwa institusi bunga merupakan sumber bahaya dan
kejahatan. Bunga akan menyengsarakan dan menghancurkan masyarakat melalui
pengaruhnya terhadap karaktermanusia. Diantaranya: menimbulkan perasaan cinta
terhadap uang dan hasrat untuk mengumpulkan harta bagi kepentingannya sendiri, tanpa
menggindahkan peraturan dan peringatan Allah. Bunga oleh Al-maududi dikecam karena
menumbuhkan sikap egois, bakhil, berwawasan sempit, malas, dan berhati batu, tidak
mengenal belas kasihan.[7] Sementara itu Imam ar-Razi dalam nasihatnya menyatakan
bahwa bunga mengakibatkan terampasnya kekayaan orang lain, rusaknya moralitas,
melahirkan kebencian dan permusuhan juga akan mengekalkan sikaya semakin kaya dan
yang miskin menjadi semakin miskin.[8]
Bagian 3, yang merupakan inti dan bagian terbesar dari buku ini, membahas akad-akad
muamalah dan kemungkinan aplikasinya dalam industri perbankan. Diantara akad-akad
utama yang dibahas antara lain. (1) bai al Murabahah (2) bai as salam (3) bai al
istishna (4) al ijaroh (5) al mudlorobah (6) al musyarakah (7) al hawalah (8) ar rahn (9)
al qord (10) al kafalah dan (11) al wakalah.
Pada pembahasan ini Syafii mencoba mengurai secara rinci dan detail tentang bentukbentuk aqad dalam muamalah Islam sekaligus aplikasinya dalam perbankan. Pada bagian
ini syafii tidak menjelaskan rumusan tentang perpaduan dua aqad dalam sebuah
transaksi dan bagaimana tehnik implementasinya. Pada kenyataannya dalam oprasional
Bank Syariah Mandiri misalnya menawarkan prodak Talangan Haji yang melahirkan
perpaduan aqad antara al-qard wa al-Ijarah sekaligus. Pada produk pembiayaan Griya
BSM juga terjadi perpaduan antara Baiul Murabahah dan al-Ijarah, sehingga dikenal
dengan Al-Ijarah al-muntahia bi al-Tamlik. Termasuk juga Tabungan Berencana dan
Investa Cendekia yang menggabungkan antara aqdul mudlarabah dan kafalah yang
bekerja sama dengan perusahaan Asuransi lain, sekalipun Takaful Syariah.
Sekalipun secara teori dan aplikasinya telah di rumuskan secara baik oleh Syafii, namun
perbankan syariah belum dapat menggunakan seluruh teori dan aqad itu dalam bentuk
prodak yang ditawarkan kepada masyarakat. Seperti bai as salam, bai istishns, dan
kafalah yang berdiri sendiri. Disamping dilapangan menawarkan prodak-prodak yang
telah dijualpun mendapati kesulitan tersendiri, sebab istilah-istilah tersebut cukup asing
ditengah-tengah masyarakat muslim sendiri yang pada akhirnya memaksa kepada
marketing untuk menuturkan persamaannya dengan istilah yang sudah lebih familier
dimasyrakat pada perbankan konvensional.
Bagian 4, yang merupakan bagian teringkas dari buku ini, mengupas aplikasi prinsipprinsip syariah dalam perbankan, baik pada produk penghimpunan dana, pembiayaan,
jasa, maupun landasan umum penghitungan bagi hasil. Untuk memungkinkan melihat
mayyizah, keunggulan/keistimewaan dan perbedaan komparatif antara bank syariah dan
konvensional. Bagian ini juga membahas aspek legalitas, struktur organisasi, karakter
bisnis yang dibiyayai, serta lingkungan kerja atau Corporate culture dari bank syariah.
Bagian 5, yang merupakan bagian terakhir dari buku ini, terdiri dari bab 17 dan 18.
Dalam bab 17 dijelaskan perkembangan bank syariah, baik didalam dan diluar negeri.
Salah satu hal yang menarik dalam bab ini adalah bahwa lembaga-lembaga keuangan
asing global, seperti Citibank, Bank ANZ, Jardine Flemming, dan ABN AMRO, ternyata
sudah melebarkan sayapnya memasuki industri keuangan syariah.
Sesuai dengan nama buku ini , Bab 18, sebagai pamungkas, membahas peran ulama
dalam pengembangan dan sosialisasi perbankan syariah. Dari kehadiran dan kesediaan
ulama dan cendekiawan ditengah-tengah masyarakat, peran panutan ummat itu dalam
pengembangan dan sosialisasi bank syariah menjadi sangat vital karena:
Ulama dan cendekiawan dapat menyerap aspirasidan kebutuhan ekonomi/financial
ummat untuk kemudian merumuskan bersama dalam menejemen bank syariah.
Mensosialisasikan hasil rumusan produk tersebut kepada masyarakat, sekaligus
menginformasikan keunggulan-keunggulan produk Muamalah Syariah dan perbedaannya
dengan produk perbankan konvensional.
Pada pembahasan bab ini, informasi yang paling penting menurut saya adalah bahwa
keterlibatan para ulama beserta para cendekiawan memiki fungsi dan peran yang amat
besar dalam perbankan syariah, bahkan menjadi satu kelembagaan tersendiri dan
merupakan bagian dari struktur formal dalam perbankan syariah, yang tidak dimiliki oleh
perbankan konvensional. Lembaga itu adalah Dewan Pengawas Syarah (DPS) danDewan
Syariah Nasional. Berikut tugas dan fungsi dari dua lembaga tersebut :
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Peran utama DPS adalah mengawasi jalannya oprasional bank sehari-hari, agar selalu
sesui dengan ketentuan-ketentuan syariah. Disamping meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian DPS bertindak
sebagai pnyaring pertama sebelum suatu prodak diteliti kembali dan difatwakan oleh
Dewan Syariah Nasional.
Dewan Syariah Nasional (DSN)
DSN dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil rekomendasi Lokakarya reksadana
Syariah pada bulan Juli tahun yang sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonom
dibawah Majlis Ulama Indonesia dan dipimpin langsung oleh Ketua MUI dan sekretaris.
Kegiatan sehari-hari DSN dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang ketua
dan ekretaris serta beberapa anggota.
Fungsi Utama DSN adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah Islam. Fungsi lainnya adalah meneliti dan memeberi fatwa bagi
produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah. DSN juga dapat
memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga tersebut
menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.
F. BEBERAPA CATATAN DAN KOMENTAR
Buku karya Muhammad SyafiI Antonio ini, seperti dinyatakan sendiri oleh beliau
sengaja tidak melakukan system referensi secara detail dan menyeluruh karena para
pembaca buku ini diasumsikan akan sangat hiterogen, namun toh demikian beliau telah
mencatatkan semua referensi primernya dalm daftar pustaka, untuk komunitas pembaca
ulama dan cendekiawan muslim dapat menelusuri lebih jauh tentang permasalahan yang
dibahas. Namun pada buku yang terbit berikutnya dengan isi yang hampir sama,
diterbitkan oleh Gema Insani Press dengan judul Bank Syariah dari Teori ke Praktek
rujukan pada masing-masing pembahasannya telah dicatatkan secara detail dalam bentuk
foot not.
Dari dua bukunya SyafiI sama sama belum menunjukkan tehnis opasional sekaligus
prakteknya jika dalam salah satu prodak perbankan syariahnya harus menggunakan dua
aqad sekaligus dan keabsahannya secaraa fiqhi ataupun fatwa-fatwa dari DPS dan DSN
berkaitan dengan aqad-aqad tersebut. Menurut penulis, hal ini perlu pembahasan tehnis
aqadnya agar satu obyek transaksi tidak terdiri dari dua jenis aqad sekaligus. Karena
dalam prakteknya dua jenis aqad itu dirumuskan dalam satu lembar perjanjian yang
dilaksanakan pengikatannya dalam sat majlis. Misalnya aqad talangan haji, Griya BSM,
Investa Cendekia dll.
Dalam buku ini, tampak sekali syafiI menekannkan pentingnya mensosialisasikan
pikiran-pikiran besar beliau untuk mentarbiyah mayarakat agar bertransaksi secara
syariah dan menghindari transaksi ribawi. Kendala terbesar dilapangan bahwa merubah
dan mencuci otak ribawi masyarakat yang sudah pernah bertransaksi secara ribawi
relative lebih sulit karena mereka selalu akan membandingkan dari sisi keuntungannya
dengan Bank konfensional. Dan yang kedua dalam transaksi pembiayaan produktif
didapati problem terbesarnya adalah membangun Moral kejujuran nasabahnya untuk
dapat melaporkan keuntungan prusahaannya secara riil. Karena itu diperlukan sentuhansentuhan keegamaan secara terus menerus dalam membangun kesadaran berbisnis yang
dibungkus oleh nilai-nilai ilahiyyah. Dan untuk hal ini SyafiI mengamanatkan tugas
yang berat itu kepada para ulama dan cendekiawan muslim.
Dalam upayanya mentarbiyah masyarakat SyafiI sendiri telah mendirikan sebuah
lembaga yang ia menejeri sendiri yaitu TAZKIA Institut. Dari seluruh rangkaian
kegiatannya mulai dari mempublukasikan perbankan syariah melalui media elektronik,
kursus, training, dan pendampingan juga pelatihan-pelatihan Dan Al-hamdulillahnya
SyafiI melalui lembaganya juga berencana mendirikan STI Ekonomi TAZKIA. Itu
artinya sosialisasi itu akan semakin efektif, namun terbatas untuk kalangan birokrat dan
pelajar. Nah bagaimana dengan sosialisasi pada masyarakat awam? Mestinya kita
berharap training itu juga dapat diberikan kepada para khutaba misalnya, pada ososiasiasosiasi pedagang kecil, atau lembaga-lembaga perkumpulan arisan dan alain-lain.
Menyediakan anggaran untuk mencetak bulletin-buliten keagamaan atau mimbar-mimbar
dakwah dan lain sebagainya. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah mengalami percepatan.
Demikian Book Reiuw ini disajikan mudah-mudahan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad SyafiI, Bank syariah dari teori ke Praktek, Gema Insani Press,
Jakarta, 2001
Ahkam al_Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar,
Munas, dan Kombes Nahdlatul Ulama (1926 2004), Surabaya, Khalista, LTN NU, 2004
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta, Bank
Indonesia, 1999
Priyogo Suseno dan Heri Sudarsono, Undang-Undang (UU), Peraturan Bank Indonesia
(PBI) dan Surat Keputusan Direksi BI (SK_DIR) tentang perbankan Syariah, Yogyakarta,
UII Press, 2004.
Jamil, Fathurrahman , Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos
Publising House, 1995)
[1] Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, Jakarta, Gema
Insani Press, 2001 hal. 22
[2] Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta,
Bank Indonesia, 1999, Baca juga Peraturan Bank Indonesia No.4/1/PBI/2002 tentang
perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umumberdsarkan
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum
konfensional; dalam, Priyogo Suseno dan Heri Sudarsono, Undang-Undang (UU),
Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Keputusan Direksi BI (SK_DIR) tentang
perbankan Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004.
[3] Sebuah kitab Qawaid fi al-Lughah al-Arabiyah fi an-Nahwi wa as_Sorf yang paling
lengkap dan popular. Terdiri dari seribu bait.
[4] Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah wacana ulama dan cendekiawan, Tazkia
Institut, 1999: 86.
[5] Pembahasan lengkapnya dapat dilihat pada, Fathurrahman Jamil, Metode Ijtihad
Majlis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos Publising House, 1995)
[6] Isi keputusan lengkapnya dapat dibaca dalam Ahkam al_Fuqaha, Solusi
Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Kombes
Nahdlatul Ulama (1926 2004), Surabaya, Khalista, LTN NU, 2004: 449-454
[7] Abul-Ala al- Maududi, Riba, (Lahore: Islam Publication, 1951). Baca dalam
Muhammad Syafii Antonio Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press,
Jakarta, 2001:77
[8] Muhammad bin Umar bin Husaini al-Quresy ar-Razi (wafat 606H) at-Tafsir al-Kabir
(kairo al-Matbaah al Bahiyyah al-Mishriyyah, 1939.M). Baca dalam Muhammad SyafiI
Antonio Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001: 80-82
Book Review Oleh : Zainul Hakim, S.EI, M.PdI