Anda di halaman 1dari 23

Peran dan Fungsi Mahasiswa

Oleh: Dwi Ariyanto S.,S.Pd

Assalamualaikum Wr.Wb
Sebelum kita melangkah keperan dan fungsi mahasiswa, saya akan mengulas kembali apa itu
mahasiswa yang pada bulletin edisi pertama sudah pernah disinggung. Mahasiswa adalah maha
siswa, yaitu seorang siswa yang telah mencapai tingkat lebih tinggi lagi. Mahasiswa adalah seseorang
yang sedang menuntut ilmu di pergruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki potensial
dalam memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat. Yang
memiliki posisi dan peran sebagai agent of change, social controler, dan the future leader.
Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti
terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan
keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
Setelah kita mengetahui apa itu mahasiswa baru kita beranjak kepada peran dan fungsi mahasisswa.
Peran dan fungsi mahasiswa yang saya tulis dalam artikel ini ada lima ,yaitu :
A.

Mahasiswa sebagai iron stock

Mahasiswa sebagai iron stock, kita sebagai mahasiswa diharapkan menjadi manusia manusia yang
memiliki kemampuan dan ahlak yang mulia, disini kita berperan sebagagi pengganti generasi-generasi
sebelumnya. Yaitu kita sebagai cikal bakal atau cadangan untuk masa yang akan memajukan bangsa kita
ini. Karna kalau bukan kita generasi-generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, maka siapa lagi
yang akan memajukan bangsa kita yang tercinta ini tanah air Indonesia.
Kemudian dalam dunia kampus dari kemahasiswaanya menjadi momentum yang sangat bagus untuk
mengkaderisasi penerus-penerus bangsa nantinya. Oleh karena itu peran kita sebagai mahasiswa sangat
penting disini.
B.

Mahasiswa sebagai agent of change

Mahasiswa sebagai agent of change, sesuai dengan artinya agen perubahan, kita sebagai mahasiswa
juga berperan sebagai agen perubahan untuk masyarakat , sebab mahasiswa itu sebagai langkah
terakhir kita untuk para pelajar untuk penempuh pendidikan yang lebih tinggi, dari yang dulu kita
berstatus sebagai siswa sekarang sudah berstatus mahasiswa, dari namanya saja maha-siswa,
mahasiswa itu seperti ditinggikan. Dengan gelar kita para mahasiswa sebagai agen perubahan, kita harus
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu setinggi-tingginya agar kita bisa mengaplikasikan gelar yang
telah diberikan atau dipercaya oleh masyarakat kepada kita sebagai agen perubahan bangsa yang lebih
maju. Bukan malah membuat gelar itu hanya menempel dinama kita sebagai mahasiswa, sebab gelar
yang telah diberikan kepada mahasiswa sebagai agen perubahan itu bukan diberikan begitu saja tetapi
didalam gelar itu terdapat sebuah harapan untuk perubahan bangsa kita ini, darai bangsa ynag tidak

terarah menjadi bangsa yang lebih terarah. Kebanyakan mahasiswa mungkin tidak menyadari bahwa
kita sebagai mahasiswa telah menjadi tumpuan kebangkitan untuk bangsa kita yang lebih maju lagi.
C.

Mahasiswa sebagai guardian of value

Mahasiwa sebagai guardian of value. Guardian of value artinya penjaga nilai-nilai. Sesual dengan
artinya disini kita sebagai mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-niolai, nilai-nilai tersebut bukanlah
nilai-nilai yang negative malainkan nilai-nilai yang positif. Nilai positif yang bias membawa nagara ini
lebih maju yaitu nilai kebaikan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kita sebagai mahasiswa jangan
membiarkan nilai kebaikan yang dari dulu telah ada itu hilang, terus berubah menjadi nilai keburukan
kepada masyarakat Indonesia. Kita sebagai mahasiswa telah dipercaya sebagai kalangan muda yang
mampu menjaga dan mencari nilai-nilai kebaikan yang lebih baik lagi. Sekarang ini sudah banyak nilainilai keburukan yang ada dalam Negara kita seperti maraknya terjadi korupsi oleh pejabat-pejabat besar,
hukum-hukum yang berlaku dinegara ini bagaikan pusau yang tajam kebawah dan tumpul keatas,
maksudnya yaitu kalangan-kalangan bawah yang ekonominya lemah yang mencuri sandal jepit
hukumannya lebihberat dibandingkan pejabat-pejabat tinggi yang telah melakukan korupsi, yang
notabenenya telah mengambil uang Negara. Maka dari itub kita se bagai mahasiswa harus bisa
menghilangkan budaya buruk seperti itu, daj kita harus menjaga nilai-nilai kebaikan yang sudah ada agar
kita bias mengarahkan Negara ini kearah yang lebih maju lagi.
D.

Mahasiswa sebagai moral force

Mahasiswa sebagai moral force, kita sebagai mahasiswa berperan sebagai kekuatan moral. Gelar
moral force ini diberikan kepada kita sebagai mahasiswa oleh masyarakat, sebab kitalah yang akan
menjadi kekuatan moral untuk negri. Kijta sebagai mahasiswa harus memiliki acuan dasar dalam
berprilaku. Acuan dasar itu adalah tingkah laku, perkataan, cara berpakaian, cara bersikap, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan moral yang baik. Semua acuan itu harus kita perbaiki agar kita
memiliki moral yang baik, bukanya moral yang buruk. Disinilah kita dituntut untuk keintelektualan kita
dalam kekuatan moral kita didalam masyarakat.
E.

Mahasiswa sebagai social control

Mahasiswa sebagai social control, sebagia mahasiswa kita harus berperan sebagai pengontrol
kehidupan social. Dalam hal ini kita bias mengontrol kehidupan masyarakat, dengan cara kita sebagai
mahasiswa menjadi jembatan antara masyarakat dengan pemerintah. Menyampaikan aspirasi yang
telah dikeluarkan oleh masyarakat kepada pemerintah. Mahasiswa juga sebagai gerakan yang
mengkritisi kebutuhan politik ketika ada kebijakan diberikan oleh pemerintah yang tidak baik atau tidak
bijak bagi masyarakat. Cara mahasiswa mengkritisi pemerintahan tersebut juga dengan banyak cara,
contohnya dengan menyampaikan aspirasi lewat media massa maupun dengan berdemonstrasi, dll.
Itulah beberapa peran dan fungsi mahasiswa, sebagai kesimpulan marilah kita sebagai mahasiswa
yang di harapkan oleh masyarakat dan bangsa kita, dengan menerapkan peran-peran dan fungsi kita
sebagai mahasiswa untuk menjadi generasi penerus bangsa. Kita dapat merubah bangsa ini menjadi

bengsa yang lebih maju apabila kita dapat merealisasikan dan menggabungkan peranan kita sebagai
mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa di hari esok.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Mahasiswa dan Organisasi


OLEH : Dwi Ariyanto S.,S.Pd

A. MAHASISWA
Tempatkanlah seorang mahasiswa ditengah barisan terdepan massa yang sedang memberontak, engkau
takkan pernah tahu kekuatan apa yang ada dalam diri mereka, daya pesona apa yang memancar dari diri
mereka. Mereka bagaikan rasul-rasul yang membawa agama baru sebab mereka mahasiswa hidup
dalam pergerakan, tumbuh berkembang dalam gelora semangat dan keyakinan, maka tasbihkanlah
tentang nilai-nilai kebenaran keadilan dan cinta kasih (Marcello Monsini)..
Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono, mahasiswa adalah setiap orang
yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 1830 tahun. Mahasiswa menurut Knopfemacher adalah insan-insan calon sarjana yang dalam
keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di
harapkan menjadi calon-clon intelektual. Adapun menurut Wikipedia mahasiswa adalah panggilan untuk
orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.
Mahasiswa menurut pengertian kami adalah seseorang yang terdaftar di perguruan tinggi negeri
maupun swasta pada semester berjalan. Dari pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa mahasiswa adalah
status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan
menjadi calon-calon intelektual.
B. TIPOLOGI MAHASISWA
Ada 6 tipologi mahasiswa menurut Maman S. Mahayana, yaitu:
1. Mahasiswa underdog, yaitu: mahasiswa yang umumnya datang dari pedesaan, merasa tidak ada yang
dibanggakan, berusaha menjadi mahasiswa yang baik, motivasinya tinggi untuk kuliah.
2. Mahasiswa salon, yaitu: mahasiswa yang datang dari kota dan keluarga berada, kuliah sekedar agar
tidak menganggur, bersiap melanjutkan usaha orang tua, kampus sebagai tempat pamer kendaraan dan
penampilan, tujuan status mahasiswa bukan ilmu.
3. Mahasiswa anak mami, yaitu: mahasiswa yang berasal dari keluarga menengah atas, sungguhsungguh kuliah tapi tidak peduli kegiatan non akademis, kerjanya hanya tidur dikost, ke kampus, dan
pulang kampung. Tujuannya untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan baik agar memperoleh
pekerjaan.
4. Mahasiswa jalan pintas, yaitu: mahasiswa yang motivasinya hanya memperolah gelar ijazah meskipun
harus membayar nilai, melakukan plagiat skripsi atau membayar orang untuk di buatkan skripsi,

menghalalkan cara untuk mendapatkan nilai baik, seperti menyontek, copy paste tugas kuliah, dan lainlain.
5. Mahasiswa pekerja, yaitu: mahasiswa dari keluarga pas-pasan atau karyawan yang ingin merubah
nasib, biasanya sungguh-sungguh mengikuti kuliah, sering juga mengikuti kegiatan mahasiswa.
6. Mahasiswa unggulan, yaitu: mahasiswa yang berasal dari keluarga terpelajar, secara ekonomi dan
intelektual bagus, sering memamfaatkan masa kuliah untuk menempa diri di organisasi atau kegiatan
ilmiah lainnya.
Dari penjelasan diatas maka kami berkesimpulan bahwa tipologi mahasiswa, yaitu:
1. Mahasiswa pemimpin, adalah individu mahasiswa yang pernah memprakarsai, mengorganisasikan,
dan mempergerakan aksi protes mahasiswa di perguruan tingginya. Mereka itu umumnya
memepsepsikan mahasiswa sebagai kontrol sosial, moral force dan dirinya leader tomorrow. Mereka
cenderung untuk tidak lekas lulus, sebab perlu mencari pengalaman yang cukup melalui kegiatan dan
organisasi kemahasiswaan.
2. Mahasiswa aktivis ialah mahasiswa yang aktif turut dalam gerakan atau aksi protes mahasiswa di
kampusnya beberapa kali (lebih dari satu kali). Mereka merasa menyenangi kegiatan tersebut, untuk
mencari pengalaman dan solider dengan teman-temannya. Mahasiswa dari kelompok aktivis ini, juga
cenderung tidak ingin cepat lulus, namun tidak ingin terlalu lama. Mereka tidak terlalu mempersepsikan
diri sebagai leader tomorrow namun pengalaman hidup perlu dicari di luar studi formalnya. Sudah
barang tentu jumlah mereka itbih banyak daripada kelompok pemimpin.
3. Mahasiswa biasa adalah kelompok mahasiswa di luar kelompok pemimpin dan aktivis yang jumlahnya
paling besar lebih dari 90%. Sesungguhnya cenderung pada hura-hura yaitu kegiatan yang dapat
memberikan kepuasan pribadi, tidak memerlukan komitmen jangka panjang dan dilakukan secara
berkelompok atau bersama-sama. Mereka ingin segera lulus, bahkan tidak sedikit mahasiswa yang tidak
segan-segan dengan cara menerabas (nyontek, plagiat dengan membuat skripsi "Aspal" dan lain-lain)
agar segera lulus.
C. ORGANISASI
Organisasi menurut Stoner adalah pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah
pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. Sedangkan Henry Setiawan berpendapat organisasi
adalah wadah berkumpulnya orang-orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Adapun
menurut Wikipedia organisasi adalah suatu alat atau kelompok orang dalam suatu wadah untuk
mencapai tujuan bersama. Selanjutnya menurut Stephen P. Robbins organisasi adalah kesatuan
(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang

tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui
keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka
pengangguran, meningkatkan kreativitas, aktivitas anggota-anggotanya.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa
keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi
menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka
menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
D. MANFAAT BERORGANISASI
Menarik untuk membahas lebih jauh tentang manfaat organisasi apalagi dengan melihat realitas
bahwa banyak mahasiswa yang berkeinginan bergabung di organisasi tertentu. Hal ini mesti disambut
positif ole parah senior mahasiswa yang telah lebih dulu bergabung dalam organisasi sebagai sebuah
langka awal bagi mahasiswa (MABA) untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya karna disadari
atau tidak potensi yang ada dalam diri setiap manusia sulit untuk berkembang ketika tidak ada wadah
atau medium untuk mengaktualisasikannya karna itulah organisasi menjadi sangat penting untuk diikuti
ole setiap mahasiswa. Organisasi merupakan kegiatan positif yang mestinya tiap mahasiswa harus aktif
di dalamnya. Kehidupan kampus bukan hanya diisi dengan kuliah di kelas, tapi juga belajar lewat
organisasi
Pengalaman berorganisasi di saat mahasiswa telah membentuk karakter positif dari sejumlah tokohtokoh besar negeri ini. Bahkan di sekitar kita pun muncul banyak tokoh-tokoh sukses yang dulunya
merupakan aktivis di organisasi tertentu. Aktivis organisasi mahasiswa saat mereka kuliah. Mereka
sangat menyadari bahwa masa mahasiswa bukan hanya dimanfaatkan untuk mencari ilmu di kelas, tapi
juga ilmu itu terbentang luas di luar kelas sehingga perlu pula dicari. Oleh karenanya, orang-orang ini
sadar bahwa dengan berorganisasi maka ilmu itu akan didapatkan. Banyak sekali ilmu yang diperoleh di
organisasi di mana tidak diperoleh di dalam kelas, terutama dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Selain itu dengan berorganisasi juga akan menghantarkan seseorang untuk memiliki jaringan yang luas.
Jaringan ini akan terbentuk dengan sendirinya, sebab suatu organisasi pasti berhubungan dengan pihakpihak eksternal yang menjadi mitra kegiatannya. Misalnya dalam melaksanakan kegiatan seminar, tentu
pihak-pihak eksternal akan banyak dilibatkan sehingga dalam hubungan tersebut terbentuk jaringan
tidak hanya menyangkut institusinya, melainkan pribadi-pribadi di dalamnya. Misalnya lagi dalam
organisasi pers mahasiswa, di mana terbentuknya banyak jaringan terutama dalam bidang periklanan,
serta sesama penggiat pers mahasiswa yang kerap kali melaksanakan kegiatan bersama. Pun, antar
sesama penggiat dalam suatu organisasi bisa saling menjalin jaringan, sehingga suatu saat nanti, dampak
hubungan ini bisa menjadi relasi bisnis, relasi politik atau relasi-relasi lainnya setelah tidak berstatus
mahasiswa lagi.
Oleh karenanya, pengembangan jaringan di masa kuliah merupakan kebutuhan penting agar kita dapat
menatap masa depan cemerlang. Banyak kenalan, banyak rezeki. Kata ini bisa saja benar, karena
jaringan yang luas akan membuka peluang untuk memperoleh kesempatan bisnis ataupun yang lainnya.

Di sisi lain, aktualisasi diri merupakan ujung tombak untuk mencapai masa depan yang cemerlang. Tentu
dua hal ini merupakan harga mati atau kewajiban untuk dikembangkan oleh mahasiswa.
Secara spesifik, mamfaat organisasi menurut kami, yaitu:
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan
adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi
bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat.
Organisasi, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika
kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengn munculnya
fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan
sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.
E. PENUTUP
Banyak sekali pelajaran dan pendidikan yang didapatkan dalam berorganisasi. Di dalam organisasi kita
bisa belajar disiplin, menghargai waktu, menghargai orang lain, kita dapat mempelajari teknik
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan berbagai macam tipe manusia dan budaya yang kelak akan
berguna bagi diri kita, kita juga dapat mengaplikasikan segala ilmu yang telah kita dapatkan,
implementasi ilmu dalam bentuk konkrit bukan sekedar teori .
Positifnya bisa saling bertukar pikiran antar sesama mahasiswa, melatih kepercayaan diri, meningkatkan
solidaritas, memupuk rasa tanggung jawab dan dengan berorganisasi, maka para mahasiswa akan
mampu dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya, kehidupan setelah lulus dan
berhadapan dengan masyarakat. Ditilik dari namanya, mahasiswa bisa diartikan pelajar yang
super. Term super berarti bahwa mahasiswa merupakan pelajar yang berpredikat luar biasa karena
telah menempuh jenjang terakhirnya dalam level pendidikan secara formal.
Penyisipan arti super atau luar biasa dalam memaknai mahasiswa tidaklah terjadi secara kebetulan.
Pernyataan ini bisa diperkuat dengan idealisme mahasiswa dengan adagiumnya yang terkenal, agent of
change yang berarti pelaku perubahan. Logika dari gelar ini berorientasi pada penempatan mahasiswa
sebagai sentral yang bisa memainkan peran aktifnya untuk mengawali dan mengawal sebuah
perubahan. Untuk itu, mahasiswa tertuntut untuk menjadi orang yang betul-betul super dalam
lingkungannya sehingga transformasi ilmu dan pengalamannya bisa dirasakan oleh masyarakatnya.
Untuk mewujudkan idealisme, perlu sebuah langkah kongret dan efektif yang membawa mahasiswa
pada arah itu. Langkah-langkah itu bisa ditemukan dalam pengalaman mengelolah sebuah komunitas,
mobilisasi massa, menghimpun ide, menganalisis persoalan, dan memecahkan masalah. Semua itu bisa
dicapai oleh mahasiswa dalam sebuah perhimpunan yang disebut dengan organisasi.

Mahasiswa tanpa organisasi tak ubahnya seorang pelajar tanpa pengalaman lapangan. Mereka tak lain
kecuali siswa lanjutan yang hanya belajar materi akademik. Mereka hanya mementingkan bagaimana
menjadi orang pintar tanpa merenungkan bagaimana mentransformasikannya dalam kelangsungan
hidup masyarakat. Bagaimanapun piawainya seorang mahasiswa berteori, genius sekalipun dalam
mengerjakan soal, belum tentu dia bisa memecahkann persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
Pada titik inilah, organisasi tidak bisa dihindari oleh mereka yang mengaku betul-betul mahasiswa. Kalau
hanya ingin mencari ilmu pengetahuan, seseorang tidak perlu repot-repot menjadi mahasiswa. Dia bisa
belajar autodidak dengan membaca koran dan buku ilmiah serta internet atau menyimak diskusi yang
dipublikasikan oleh media televisi, misalnya. Namun, dia tidak boleh terlalu banyak bermimpi untuk bisa
menjadi leader (pemimpin) dalam sebuah komunitas karena kepemimpinan adalah bagian penting
dalam pengalaman organisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Dan Arti Penting Demonstrasi


A. Pengetian Demonstrasi
Demonstrasi memiliki banyak definisi dan pengertian yang berbeda-beda jika diteliti dari sudut
pandang yang berbeda. Demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu aksi peragaan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk menunjukkan cara kerja, cara pembuatan, maupun cara pakai
suatu alat, material, atau obat jika ditilik dari sudut pandang perdagangan maupun sains. Akan tetapi di
sini kami menggunakan definisi demonstrasi dalam konteksnya sebagai salah satu jalur yang ditempuh
untuk menyuarakan pendapat, dukungan, maupun kritikan, yaitu suatu tindakan untuk menyampaikan
penolakan, kritik, saran, ketidakberpihakan, dan ketidaksetujuan melalui berbagai cara dan media
dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sebagai akumulasi
suara bersama tanpa dipengaruhi oleh kepentingan pribagi maupun golongan yang menyesatkan dalam
rangka mewujudkan demokrasi yang bermuara pada keadaulatan dan keadilan rakyat.
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998, pengertian demonstrasi atau unjuk rasa adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang atau lebih, untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya
secara demonstratif dimuka umum. Namun, dalam perkembangannya sekarang, demonstrasi kadang
diartikan sempit sebagai long-march, berteriak-teriak, membakar ban, dan aksi teatrikal. Persepsi
masyarakat pun menjadi semakin buruk terhadap demonstrasi karena tindakan pelaku-pelakunya yang
meresahkan dan mengabaikan makna sebenarnya dari demonstrasi.
Unjuk rasa atau demonstrasi, "demo" adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang
di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau
penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan

secara politik oleh kepentingan

kelompok Unjuk

rasa

umumnya

dilakukan

oleh

sekelompok orang yang menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan
perlakuan majikannya. Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan pengerusakan terhadap benda-benda
dan fasiltas umum. Hal ini dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa
yang berlebihan (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).

B. Arti Penting Demonstrasi


1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk
mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk
mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin
kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk
mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara
sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi;
4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk
menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa
mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.
Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan
pendapat di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:
1.

Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban,

2.

Asas musyawarah dan mufakat,

3.

Asas kepastian hukum dan keadilan,

4.

Asas proporsionalitas, dan

5.

Asas manfaat.
Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan
pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6 UU No. 9 Tahun 1998) terdiri
atas:

1.

Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain,

2.

Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum,

3.

Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku,

4.

Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan

5.

Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.


Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 7
UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:

1. Melindungi hak asasi manusia,


2. Menghargai asas legalitas,
3. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
4. Menyelenggarakan pengamanan.
Demo adalah hak asasi & ekspresi politik masyarakat yang dijamin konstitusi yang ditujukan untuk
menyampaikan protes dan ketidaksepakatan terhadap Pemerintah. Aksi ini merupakan salah satu
saluran dari proses komunikasi dalam cara menyampaikan pesan ketidakpuasan terhadap suatu
kebijakan publik, kepemimpinan politik atau janji politik. Dari sisi politik, unjuk rasa menjadi salah satu
partisipasi politik alternatif, manakala saluran konstitusional dianggap kurang efektif atau tak berguna.
Hasil unjuk rasa akan menunjukkan apakah tuntutan dan ketidak sepakatan masih tetap, berubah, atau
malah hancur sama sekali. Demo lebih sering dipahami sebagai sesuatu yang negatif oleh para penguasa
dan pilihan utama bagi para penentangnya(Hendro ,Cristiano. 2012).
Bagi penguasa, unjuk rasa bukanlah kebiasaan baik karena dapat mengurangi kewibawaan
pemerintah di mata rakyat malah sampai pada menurunkan Presiden di tengah jalan. Pelaku unjuk rasa
merasa itulah jalan terbaik menekan penguasa mendengar dan memenuhi sebagian atau seluruh
kehendak mereka. Penguasa selalu membungkam suara pengunjuk rasa ibarat "hak kritik mereka
dicabut". Tuduhan terhadap pengunjuk rasa sebagai "pengkritik yang berasal dari orang yang kalah
dalam Pemilu". Inilah yang dituding sebagai upaya mengkerdilkan demokrasi dimana seolah-olah
kontestan pemenang Pemilu bisa bertindak apa saja. Dengan dua persepsi yang sulit dikompromikan,
maka unjuk rasa sering diihat secara hitam (oleh penguasa) dan putih (oleh para pelakunya).
Faktor pendukung terjadinya Demonstrasi
a.

Masyarakat Sipil Umumnya aksi demo di organisir oleh kelompok kelas menengah dan kelompok
pekerja bawah (yang tidak puas dengan perlakuan majikannya). Kumpulan ini dikenal sebagai
masyarakat sipil (civil society) dimana untuk kelas menengah didukung kelompok demonstran sebagai
ujung tombak. Sedangkan kelompok pekerja bawah terwakili oleh para buruh. Tanpa kedua kelompok
ini, potensi unjuk rasa mustahil dilakukan. Civil society mempunyai kemampuan untuk menciptakan
opini publik yang pada akhirnya diikuti oleh masyarakat kecil. Gerakan mereka semakin populer disaat

kumpulan wanita, ibu-ibu (atau orang tua) para demonstran ikut terlibat sebagai pendukung di dalam
sebuah demonstrasi, malah sampai pula sebagai barisan pagar terdepan dari aksi unjuk rasa.
b.

Dukungan Setidaknya ada tiga elemen penting yang dibutuhkan agar sebuah unjuk rasa dapat dijadikan
alat untuk menekan rezim penguasa, yakni dukungan jaringan, dukungan uang dan dukungan militer.
Namun tanpa dukungan dua elemen terakhir, uang dan militer, aksi demo sama sekali tidak akan
maksimal melakukan tekanan.

c.

Tema Situasi psikologi rakyat adalah pendukung utama terjadinya dorongan unjuk rasa. Tema demo
penting sebagai faktor pendorong politik rakyat. Seperti diketahui, masyarakat Indonesia adalah soft
culture; tidak akan marah karena penderitaan hidup. Hanya harga diri dan ketidakadilan yang bisa
menggerakan mereka. Isu mengenai kelaparan atau kemiskinan belum tentu ampuh menyentuh hati
nurani rakyat.

d.

Media dan Pers Harus disadari, aksi unjuk rasa sebagai akibat dari dinamika komunikasi yang
melibatkan saluran media/pers dan dunia maya (internet). Kota-kota besar di Indonesia, khususnya Ibu
kota Jakarta, adalah masyarakat yang pluralistik dengan penduduk yang padat dilayani oleh sebagian
besar sistem media/pers dan dunia maya yang bebas. Para pengunjuk rasa di kota-kota besar Indonesia
umumnya memiliki tingkat pendidikan menengah keatas yang menggunakan media/pers & dunia maya
sebagai sumber informasi. Media cetak (surat kabar) merupakan informasi awal di pagi hari bagi warga
demonstran, sementara media elektronik & dunia maya melengkapi pesan-pesan sejauh mana mereka
dipengaruhi oleh panggilan untuk hadir dalam aksi unjuk rasa. Informasi dan pesan yang berasal dari
media/pers & dunia maya memiliki pengaruh yang penting pada diri peserta demo. Para demonstran
menganggap informasi dan pesan-pesan dari editorial surat kabar, artikel kolom surat kabar, berita
koran, radio talk show, berita radio, dunia maya (internet), berita TV dan TV program urusan publik
mempunyai pengaruh terhadap keputusan berpartisipasi dalam unjuk rasa. Jika dibandingkan satu sama
lain; koran (cetakan & interactive di internet) maupun radio tampaknya lebih berpengaruh dibandingkan
TV. Pekerja demokrasi dan peserta demo, lebih dipengaruhi berita surat kabar & radio, karena pesanpesan yang disampaikan lebih persuasif dalam memobilisasi informasi. Berita televisi, meski cenderung
menyimpan lebih kuat terhadap norma objektivitas, mungkin memiliki sedikit pesan persuasif dalam
memobilisasi informasi.

Faktor Penyebab Terjadinya Demonstrasi


Dalam iklim demokrasi, aksi unjuk rasa adalah hal yang wajar untuk mengungkapkan aspirasi yang
tersumbat oleh sistem maupun oleh mentalitas para pengelola atau lembaga negara. Oleh karena itu
tidak ada jaminan bahwa unjuk rasa akan hilang dengan sendirinya, walaupun sistem sudah tertata
sedemikian rupa, sebab tarik-menarik kepentingan juga akan selalu menghiasi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Selain itu, unjuk rasa juga bisa menjadi alat kontrol, sebagai kekuatan pengimbang agar tidak
terjadi ketimpangan yang destruktif. Bahkan anti unjuk rasa adalah khas watak kekuasaan otoriter untuk
tetap berdiri tegak, jangankan dikritik secara bersama-sama, individu pun tidak diperbolehkan dalam
kekuasaan yang berkarakter otoriter.
Ada beberapa alasan mengapa terjadi unjuk rasa :
1. Adanya ketidak adilan sosial,
2. Ketidaksesuaian pendapat.
3. Adanya aspirasi dan masukan rakyat yang belum terpenuhi yang bermula dari inkonsistensi para
pengelola negara dalam merealisasikan kebijakannya, dan
4. Orang awam yang hanya sekedar ingin meramaikan saja.
Atau mungkin masih banyak lagi alasan lain yang memicu tergeraknya unjuk rasa itu. Unjuk rasa
adalah hal biasa, yang perlu dijaga adalah ketentraman, kedamaian dan tidak anarkis. Begitu pun
pemerintah, harus benar-benar mendengar dan menyerap aspirasi yang disampaikan walaupun
dilakukan oleh sekelompok pengunjuk rasa yang jumlahnya sedikit, kemudian berupaya maksimal dalam
merealisasikannya. Semarak unjuk rasa sudah sering dilakukan oleh berbagai kalangan di berbagai
daerah, tentu dengan kasus yang berbeda, dan tidak selalu harus people power. Sebagai contoh,
masyarakat Muria Jawa Tengah pernah memprotes rencana pemerintah yang akan membangun
pembangkit listrik tenaga nuklir, karena mereka khawatir lingkungannya akan terkena dampak negatif,
kemudian aksi unjuk rasa korban lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur, mereka menuntut keadilan
karena rumah, tanah, lahan sawah dan kehidupan sosio-ekonomi mereka menjadi mati akibat luapan
lumpur, masyarakat Kanci Cirebon yang memprotes tanahnya dibayar murah padahal janji sebelum
proyek jalan tol dibangun, akan dibayar sesuai standar harga yang berlaku di daerah tersebut, walaupun
mereka sudah berupaya dialog secara intensif. Di Indonesia, aksi unjuk rasa memang diperbolehkan
selagi tidak berbuat anarkis, dan hal ini dilindungi oleh undang-undang negara republik Indonesia.
Bahkan ketika pemerintah bertindak sewenang-wenang, sulit membuka ruang dialog, cenderung
mengabaikan rakyat, maka aksi unjuk rasa bukanlah hal yang buruk. Aksi unjuk rasa mungkin saja
sebagai pilihan akhir, karena sudah tidak ada cara lain yang bisa ditempuh, dan tentu sebagai wujud

kepedulian rakyat untuk mengingatkan pemerintah. Aksi unjuk rasa adalah peristiwa politik, dan jika
dilakukan oleh lawan politik, itu hal yang wajar dan biasa. Namun jika dilakukan oleh siapa pun elemen,
baik yang memilih Presiden dan Partainya, masyarakat netral, ditambah lawan politiknya. Nah, ini yang
tidak biasa, tentu ada sesuatu yang perlu dipertanyakan dari kredibilitas pemerintah saat ini.
Dampak Lanjutan akibat dari Demonstrasi
a.

Sebagai Kontrol Terhadap Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki
esensi untuk kepentingan publik.Publik mengandung pengertian milik bersama atau milik umum. Milik
bersama atau milik umum yang dimaksudkan adalah untuk kepentingan masyarakat dan telah menjadi
hak bagi masyarakat. Oleh karena itu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah merupakan sebuah
keputusan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Akan tetapi adakalanya kebijakan pemerintah
di luar kendali. Pemerintahan Soeharto selama 31 tahun yang dijalankan dengan otoriter telah
mengeluarkan kebijakan yang tidak berorientasi kepentingan publik. Kesalahan kebijakan publik ini juga
dilakukan di berbagai masa pemerintahan lainnya. Jika kita mengambil contoh kebijakan publik yang
dikeluarkan oleh Pemerintahan Soeharto misalnya kebijakan dwifungsi ABRI yang menjadikan ABRI tidak
hanya berfungsi sebagai pasukan keamanan dan penjaga kedaulatan Negara tetapi ABRI juga berfugsi di
dalam dunia politik dan disalahgunakan oleh Presiden Suharto yang seharusnya untuk kepentingan
rakyat. Salah satu contoh lain adalah perjuangan demonstran dalam mewujudkan peran dalam
mengontrol kebijakan pemerintah adalah peristiwa Malari. Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas
Januari) tersebut terjadi pada tanggal 15 Januari 1974, demonstrasi tersebut berusaha memperjuangkan
perlindungan Indonesia dari modal asing yang pada saat itu bertepatan dengan kedatangan Ketua InterGovernmental Group on Indonesia(IGGI). Demonstrasi tersebut akhirnya mendatangkan kerusuhan dan
penjarahan, terdapat saling tuding atas dalang kejadian tersebut. Terlepas dari perdebatan mengenai
dalang peristiwa tersebut, kita dapat mengambil makna bahwa demonstran selalu berusaha mengontrol
kebijakan pemerintah dan melakukan aksi pengabdian masyarakat. Memang demonstran memiliki posisi
yang penting dalam proses pengawalan kebijakan pemerintah. Akan tetapi pergerakan dan perjuangan
demonstran dalam menjalankan fungsi kontrol terhadap pemerintahan juga perlu dikontrol.

b.

Sarana Penyampaian Aspirasi Masyarakat. Dalam hal ini demonstrasi juga dapat digunakan sebagai
sarana penyampaian aspirasi masyarakat manakala saluran konstitusional dianggap kurang efektif atau
tak berguna. Dengan kata lain apabila pemerintah memiliki suatu kebijakan yang dirasa kurang memihak
kepada rakyat maka rakyat akan berdemonstrasi untuk mengeluarkan aspirasinya.

c.

Sarana Untuk Mengkritik Pemerintahan. Pada tahun 2010 ketika Presiden membuka Raker Gubernur seIndonesia terjadi unjuk rasa memperingati setahun pemerintahan SBY-Boediono. Demonstrasi tersebut
bertujuan untuk mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah dalam kurun waktu setahun terakhir.
Sebagai kritik, mungkin saja terasa pahit, tapi hal yang pahit itu dapat menjadi obat yang

menyembuhkan penyakit. Kita tahu obat memang pahit, kecuali untuk anak-anak. Karena itu, tanggapi
kritik yang ada dengan lapang dada. Kecuali kalau memang demonstrasinya berlangsung anarkis.
d.

Membuka Pikiran Semua Orang, Baik Pemerintah Maupun Masyarakat Terkadang demonstrasi juga
digunakan untuk membuka pikiran masyarakat luas mengenai sebuah kasus yang pada mulanya kurang
diperhatikan oleh pemerintah dan belum banyak diketahui masyarakat, atau yang sudah mulai
dilupakan. Sebagai contoh, Aktivis Occupy Phoenix dan ETTAN datangai kantor pusat freeport mc moran
di Arizona, negara bagian Amerika Serikat, 28 Oktober 2011. Demo tersebut dilangsungkan dihalaman
depan kantor freeport dengan membawa sejumlah poster dan tuntutan mereka. Bebragai perwakilan
aktivis yang datang pun menyampaikan protes terkait insiden pembunuhan yang terjadi di freeport
Timika Papua. Hal ini kemudian membuka pikiran masyarakat dunia mengenai kasus Freeport yang ada
di Indonesia. Salah satu contoh lainnya adalah aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh korban lumpur
Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur beberapa bulan yang lalu, mereka menuntut keadilan karena rumah,
tanah, lahan sawah dan kehidupan sosio-ekonomi mereka menjadi mati akibat luapan lumpur. Hal ini
mengingatkan kita kembali akan kasus lumpur Lapindo yang belum terselesaikan. Dari dua contoh diatas
dapat diketahui bahwa salah satu dampak demonstrasi yaitu untuk membuka pikiran semua orang.

e.

Mendorong Pemerintah Untuk Mengeluarkan Kebijakan Untuk Kepentingan Bersama. Pada peringatan
sumpah pemuda oktober lalu terdapat aksi demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara. Demonstrasi
tersebut dilakukan oleh para mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di kota kendari. Dalam
demonstrasi itu, kalangan mahasiswa mendesak pemerintahan SBY-Boediono untuk segera
menuntaskan sejumlah kasus korupsi di Indonesia, menyelesaikan sengketa perbatasan NKRI serta
menyediakan akses pendidikan dan kesehatan gratis yang seluas-luasnya kepada seluruh rakyat
Indonesia. Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa demonstrasi dapat beerperan untuk mendorong
pemerintah untuk mengeluarkan suatu kebijakan tertentu.

2.5 Dampak Negatif Demonstrasi


a. Menghambat Pelaksanaan Program Pemerintah. Terkadang demonstrasi yang dilakukan oleh
masyarakat juga dapat menghambat program-program dari pemerintah. Dalam hal ini sebagai
contohnya yaitu demo menentang konversi minyak tanah ke gas yang merupakan program dari
pemerintah pusat. Banyak masyarakat yang berdemonstrasi untuk memprotes program ini karena
mereka beranggapan bahwa pemakaian gas akan menimbulkan bahaya yang lebih besar kepada
masyarakat seperti bahaya akan ledakan gas. Selain contoh tersebut juga terdapat contoh lain yaitu
seperti masyarakat yang ada di kota Jepara dan sekitarnya, mereka memprotes rencana pemerintah
yang akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, karena mereka khawatir lingkungannya akan
terkena dampak negatifnya seperti yang terjadi di Chernobyl, Ukraina. Anggapan dan demonstrasi yang

dilakukan masyarakat inilah yang dapat menjadi hambatan bagi pemerintah untuk melaksanakan
program tersebut.
b. Sebagai Media Dalam Pemaksaan Kehendak. Dalam perjalanannya, demonstrasi tidak saja digunakan
sebagai wahana dalam penyaluran asprasi, juga sebagai media dalam pemaksaan kehendak. Keadaan ini
dapat dilihat dari demonstrasi yang selalu berakhir dengan anarkis. Lebih menyedikan lagi bahkan
pemaksaan kehendak ini tidak lagi atas nama kepentingan masyarakat akan tetapi pemaksaan kehendak
pribadi. Contoh paling nyata adalah demonstrasi yang terjadi setelah pilkada dari mulai pemilihan
kepada desa sampai gubernur. Ketidaksiapan untuk menerima kekalahan dari setiap calon selalu diikuti
oleh demonstrasi yang seringkali berakhir anarkis. Lembaga yudikatif yang dapat menyelesaikan
masalah sudah tidak dipandang lagi. Berbagai kasus anarkis yang mengikuti demonstrasi yang dilakukan
menjadikan dmonstrasi kehilangan maknanya. Seolah-olah aktivis demonstrasi merupakan oposisi
terhadap pemerintah. Setiap kebijakan yang dikeluarkan akan selalu diikuti oleh demonstrasi. Bahkan
yang sangat menyedihkan bahwa demonstrasi itu bukan lagi karena substansi apa yang dikritisi tetapi
sudah menjadi trend. Hal ini dapat dilihat bahwa yang mengikuti demonstrasi tidak mengetahui apa
yang menjadi substansi demonstrasi itu sendiri. Keadaan ini dapat dilihat dari demonstrasi yang selalu
dilakukan pada setiap kunjungan pejabat baik itu daerah maupun pusat. Bahkan isu yang usung dalam
demonstrasi itu tidak berhubungan dengan pejabat yang dating atau sesuai Padahal demonstrasi itu
tidak hanya pawai akan tetapi yang paling penting adalah mencari solusi terhadap permasalahan yang
ditolak atau dikritisi. Penyempitan makna dari demonstrasi itu membuat masyarakat tidak lagi tertarik
dengan isu yang dikemukakan dalam demonstrasi tersebut. Akibat seringnya demonstrasi yang terjadi
justru masyarakat merasa terganggu dengan kegiatan ini. Pada akhirnya masyarakat tidak lagi peduli
dengan demonstrasi yang merupakan sarana pembelajaran dalam berdemokrasi.
c. Mengganggu Ketertiban Umum. Demonstrasi yang berjalan anarkis dapat mengganggu ketertiban
umum, dan terkadang dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada fasilitas umum. Hal ini tentu akan
menyebabkan kerugian yang lebih besar dan akan berdampak pada ketahanan nasional Negara
Indonesia.
d. Dapat Mempengaruhi Hubungan dengan Negara Lain. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa di
Indonesia sering kali terjadi demonstrasi anti Malaysia. Hal ini akan berdampak terhadap hubungan
antara kedua Negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2010 lalu Menlu Malaysia Anifah Aman
menyatakan, Pemerintah Malaysia berencana mengeluarkan travel advisory terkait kian maraknya aksi
demo yang dilakukan masyarakat Indonesia terhadap kedutaan maupun konsulat negara itu. Anifah
memperingatkan, Malaysia tidak akan lebih lama menoleransi aksi-aksi demo itu. Menurut beberapa
pihak termasuk Pramono Anung, ancaman Menlu Malaysia itu bentuk provokasi terbuka terhadap
Indonesia. Melalui ancaman itu, Pemerintah Malaysia seperti menantang Indonesia untuk membuat

pernyataan dan kebijakan serupa. Hal ini tentu saja akan berdampak terhadap hubungan politik kedua
Negara dan akan berpengaruh juga terhadap ketahanan politik nasional Indonesia.
e. Mengurangi Legitimasi Pemerintah. Legitimasi dapat diartikan seberapa jauh masyarakat mau
menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin.
Dalam konteks legitimasi, maka hubungan antara pemimpin dan masyarakat yang dipimpin lebih
ditentukan adalah keputusan masyarakat untuk menerima atau menolak kebijakan yang diambil oleh
sang pemimpin. Apabila kebijakan yang dikeluarkan tidak diterima oleh sebagian besar masyarakat. Dan
banyak diantaranya yang melakukan demonstrasi tentu hal ini akan mengurangi legitimasi pemerintah.
Seperti yang terjadi pada masa orde baru yang berujung pada lengsernya presiden Soeharto akibat
turunnya legitimasi pemerintah yang dipimpinnya.
Demonstrasi erat kaitannya dengan tindakan anarkis dari peserta pendemo. Karena di Indonesia
sendiri tindakan anarkis kerap terjadi pada saat demonstrasi berlangsung. Hal itu disebabkan oleh reaksi
pendemo yang cenderung belebihan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan. Aksi anarkis ini
merupakan salah satu penyimpangan dari arti penting demonstrasi ini sendiri. Sehingga, dampak yang
ditimbulkan akibat aksi anarkis ini lebih besar dan cenderung pada dampak negatif yang mencakup
merusak, mengganggu, dan merugikan. Adapun element at risk atau element yang beresiko diantaranya
yaitu manusia, sarana dan prasarana, bangunan di sekitar lokasi ( rumah, toko ).
Solusi atau Upaya yang harus dilakukan.

Upaya yang dilakukan sebelum terjadi

Dari individu : Jangan mudah terprovokasi, Jangan mau diajak untuk ikut-ikutan
Demonstrasi, Mentaati aturan yang berlaku dalam kegiatan demonstrasi.

Dari instansi : Lembaga/ pemerintah dapat mendengar aspirasi demonstran sebagai


bahan pertimbanganan, membuat Undang-Undang. Menjaga tali silaturahmi antar
masyarakat dan anggota, memperkuat sistem politik(Mujaiyah, 2012).

Upaya yang dilakukan selama terjadi

Dari individu : jangan terpancing emosi.

Dari instansi : melakukan penjagaan di sekitar daerah demonstrasi,

Upaya yang dilakukan setelah terjadi

Dari individu : jangan memaksakan kehendak yang berlebihan dan segera menelpon atau menghubungi
pihak berwajib, polisi(Wahyu Multi, 2012).

Dari instansi : membubarkan para demonstran, menangkap dan adili para provokator. Mengembalikan
kepercayaan (Mujaiyah, 2012)

10 Definisi Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan
kepada siswa selainketerampilan berpikir kreatif. Apa itu berpikir kritis? Berikut ini disajikan 10
buah definisi mengenai berpikir kritis (keterampilan berpikir kritis).

1.
Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan.
2.
Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan (1)
menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak
relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi
yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut
pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
3.
Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya
(1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil
dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan
sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
4.
Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses
intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau
mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di
mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
5.
Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan
memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara
sistematis.
6.
Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan
untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat,
membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah.
7.
Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah sebuah proses
yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan
pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan
tindakan.

8.
Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir
mengenai hal, substansi atau masalah apa saja di mana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
9.
Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan
kognitif dalam mencapai tujuan.
10.
Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis adalah mengaplikasikan
rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.
Daftar Pustaka:

Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 81111.

PENGERTIAN MANAJEMEN AKSI


Manajemen
Secara umum Manajemen memiliki pengertian pengelola potensi atau isi di dalam sebuah
wadah atau komunitas.

Aksi
Aksi berasal dari kata Action yang bermakna Gerak, Gerakan adalah berpindahnya
energi, volume, tempat dan waktu dari kondisi semula menuju kondisi kemudian. Aksi di
dalam dunia organisasi pergerakan dapat diterjemahkan sebagai segala pikiran dan
perbuatan/tindakan yang mengarah pada capaian-capaian terhadap tujuan perjuangan itu sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen aksi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengatur suatu
massa aksi agar tetap terkoordinir dan sesuai dengan rencana dan target awal hingga mencapai hasil yang
diinginkan.
Aksi umumnya dilatarbelakangi oleh matinya jalur penyampaian aspirasi atau buntunya metode
dialog.. Dalam trias politika, aspirasi rakyat diwakili oleh anggota legislatif. Namun dalam
kondisi pemerintahan yang korup, para legislator tak dapat memainkan perannya, sehingga
rakyat langsung mengambil jalan pintas dalam bentuk aksi. Aksi juga dilakukandalam
rangka pembentukan opini atau mencari dukungan publik. Dengan demikian isu yang digulirkan
harapannya dapat menjadi snowball.
Salah satu bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan
kepada masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa. Dalam negara yang
berdemokrasi, aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga pendidikan
seperti universitas juga harus berperan sebagai guardian of value dari pemerintah serta

masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena aksi berdampak pada dua sisi, yakni
sisi ketersampaian pesan kepada pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat atas sebuah isu.
Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan untuk dilakukan.

II.

ATURAN HUKUM

UU. NO. 9 TAHUN 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
Beberapa hal; penting dalam undang-undang ini :

Penyampaian pendapat dimuka umum tidak boleh dilaksanakan ditempat tertentu, antara lain Istana Presiden
(Radius 100m), tempat ibadah (Radius 150 m), Instalasi militer dan obyek vital nasional (Radius 500 m) dari
pagar luar.

Dilarang membawa benda-benda yang membahayakan keselamatan umum (Sajam, Molotov, dll)

Menyampaikan laporan atau pemberitahuan tertulis kepada pihak kepolisian setempat

Surat pemberitahuan memuat tentang tujuan dan maksud aksi, waktu dan acara, rute, jumlah massa, penanggung
jawab aksi dimana dalam UU ini 100 massa 1 orang penanggung jawab.
III. BENTUK DAN SUSUNAN MASSA AKSI
Bentuk Aksi :
Aksi Demonstrasi, Aksi Mogok makan, Aksi Damai, Aksi Mimbar bebas, Aksi Theatrikal, dll
IV. TAHAPAN AKSI
Dalam melaksanakan aksi, harus mempertimbangkan beberapa hal penting. baik perangkat
yang mesti dipersiapkan maupun tahapan-tahapan yang harus dilalui bersama. Aksi
memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui, antar lain:
A.

Pra Aksi

1.

Persiapan dan pematangan issue

2.

Menyusun Tim Aksi

Perangkat aksi adalah bagian kerja partisipan massa aksi. Perangkat massa aksi
disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya diperlukan perangkat sebagai berikut:
Koordinator lapangan.
Korlap bertugas memimpin aksi di lapangan, berhak memberikan instruksi kepada peserta
aksi/massa. Keputusan untuk memulai ataupun membubarkan /mengakhiri massa aksi
ditentukan oleh korlap.
Orator
Orator adalah orang yang bertugas menyampaikan tuntutan-tuntutan massa aksi dalam
bahasa orasi, serta menjadi agitator yang membakar semangat massa.
Humas

Perangkat aksi yang bertugas menyebarkan seluas-luasnya perihal massa aksi kepada
pihak-pihak berkepentingan, terutama pers.
Negosiator
Negosiator berfungsi sesuai dengan target dan sasaran aksi. Misalnya pendudukan gedung
DPR/DPRD sementara target tersebut tidak dapat tercapai karena dihalangi aparat
keamanan, maka negosiator dapat mendatangi komandannya dan melakukan negosiasi
agar target aksi dapat tercapai. Karenanya seorang negosiator hendaknya memiliki
kemampuan diplomasi.
1.

Kurir (menjembatani komunikasi antara massa aksi dengan massa aksi lain)

2.

Advokasi (memberi perlindungan hukum apabila tjd chaos)

3.

Asisten teritorial/keamanan/sweaper/dinamisator lapangan/intelejen

4.

Logistic dan medical rescue.

5.

Dokumentasi

6.

Tim kreatif

7.

Membuat press release (Berisikan pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas)

8.

Mengumpulkan massa (estimasi)

9.

Menghubungi media

10. Mempersiapkan perangkat / kelengkapan aksi


(spanduk, bendera, press release,perangkat dokumentasi, poster, , pengeras suara seperti
TOA dan mobil sound system, dan identitas peserta aksi, dan failitas teatrical.)
1.

Skenario dan pembagian peran

2.

Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan

B.

Aksi

Dalam tahapan inilah peran, fungsi dari perangkat aksi diaplikasikan sesuai dengan tugas
masing-masing, komunikasi serta koordinasi antar perangkat aksi tidak boleh terputus
karena perubahan situasi di lapangan sangatlah cepat, sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan dalam suatu aksi dapat dihindari, misalnya : Provokasi, Infiltran, Represif aparat,
Chaos.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan aksi yakni :
1.

Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet.

2.

Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada
masyarakat luas.

3.

Yel-yel dan menyanyikan lagu. Sebagai penyemangat massa aksi dan mendominasi/ menguasai suasana/
keadaan (situasi dan kondisi).

4.

Audiensi ke pihak yang dituju, dilakukan oleh perangkat aksi yang telah ditunjuk, negosiator maupun yang
jago dalam beraudiensi.

5.

Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar
pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas.

C.

Pasca Aksi

Absensi, sebagai pemastian terhadap jumlah peserta aksi yang terlibat selama pelaksanan aksi.

Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari aksi

Rekomendasi, dari hasil-hasil yang telah dicapai melalui aksi dapat dikerangkakan menjadi sebuah masukan
untuk gerakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Peranan kelembagaan organisasi di lingkungan yang dihadapi menjadi mutlak untuk
dipersiapkan. Pikiran tanpa praktek hanya akan melahirkan mimpi saja, sedangkan praktek
tindakan tanpa pikiran hanya akan melahirkan ugal-ugalan atau anarki gerakan
sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bung Karno bahwa gerakan harus Massa Aksi
(Massa yang sadar akan pikiran dan perbuatannya) bukan Aksi Massa (Aksi yang gemerlap
tampilannya saja atau hanya ikut-ikutan). Program perjuangan organisasi pergerakan yang
dipraktekkan dalam Manajemen Aksi dan Propaganda harus dilaksanakan secara sungguhsungguh dan penuh tanggung jawab.
AKSI TANPA TEORI ADALAH ANARKI, TEORI TANPA AKSI ADALAH OMONG KOSONG

Anda mungkin juga menyukai