Anda di halaman 1dari 8

Hukum Stokes

14 Desember 2011 cangki


Gaya gesek antara permukaan benda padat yang bergerak
dengan fluida akan sebanding dengan kecepatan relatif gerak
benda ini terhadap fluida. Hambatan gerak benda di dalam fluida
disebabkan oleh gaya gesek antara bagian fluida yang melekat ke
permukaan benda dengan bagian fluida di sebelahnya. Gaya
gesek itu sebanding dengan koefisien viskositas () fluida.
Menurut

Stokes,

gaya

gesek

adalah:

Fs = 6 r v
Keterangan:
Fs : gaya gesek (N)
r : jari-jari benda (m)
v : kecepatan jatuh dalam fluida (m/s)
Persamaan di atas dikenal sebagai hukum Stokes. Penentuan
dengan mengunakan hukum Stokes dapat dilakukan dengan
percobaan kelereng jatuh. Sewaktu kelereng dijatuhkan ke dalam
bejana kaca yang berisi cairan yang hendak ditentukan koefisien
viskositasnya, kecepatan kelereng semakin lama semakin cepat.
Sesuai dengan hukum Stokes, makin cepat gerakannya, makin
besar gaya geseknya. Hal ini menyebabkan gaya berat kelereng
tepat setimbang dengan gaya gesek dan kelereng jatuh dengan
kecepatan tetap sebesar v sehingga berlaku persamaan:
w = Fs

m.g=6rv

Jika gaya-gaya yang didistribusikan terus menerus di atas permukaan tempat gaya-gaya
tersebut bekerja, maka sering diperlukan untuk menghitung momen gaya-gaya ini terhadap
suatu sumbu yang terletak pada atau tegak lurus terhadap bidang permukaan. Intensitas gaya
(tegangan atau regangan) sering sebanding dengan jarak gaya dan sumbu momen. Gaya
elementer yang bekerja pada elemen luas dengan demikian sebanding dengan jarak dikalikan
luas diferensial dan elemen momen sebanding dengan kuadrat jarak dikalikan luas
diferensial. Karena itu kita lihat bahwa momen total mencakup suatu integral berbentuk
(jarak) d (luas).Integral ine dikenal sebagai momen inersia(moment of inertia) atau momen
kedua (second momen) dari luas (permukaan). Integral merupakan fungsi dari geometri
permukaan dan sering ditemui dalam penerapan mekanika sehingga bermanfaat untuk
mengembangkan sifat-sifatnya secara rinci dan untuk menjadikannya siap pakai bila
ditemukan keperluan akan pekerjaan integral. (Kraige, 359)
Kata momen berarti bahwa I tergantung pada bagaimana massa benda didistribusikan
didalam ruang; ini tidak ada hubungannya dengan momen dari waktu. Untuk sebuah benda
yang sumbu rotasinya dan massa totalnya kita ketahui, semakin besar jarak sumbu terhadap
partikel yang menyusun benda, semakin besar momen inersianya. Pada benda tegar, jarak
ri semua konstan dn I tidak tergantung pada bagaimana benda berotasi mengelilingi sumbu.
Satuan SI unutk momen inersiaadalah kilogram-meter2 (kg.m2). (Freedman;274)

Apabila ada sebuah benda tegar berputar terhadap sebuah sumbu tetap
melalui titik O yang tegak lurus bidang gambar, maka semua partikel
memiliki percepatan sudut a yang sama dan oleh karena itu :
G = (S m1 r12 + S m2 r22 + .) a
= (S mi ri2) a
Jumlah S mi ri2 disebut momen inersia atau momen kelembaman benda
terhadap sumbu yang melalui titik O, dan dilambangkan dengan I.
Dengan kata lain momen inersia dapat dianggap sebagai penjumlahan hasil
kali massa setiap partikel dalam suatu benda tegar dengan kuadrat
jaraknya dari sumbu, atau sebagai perbandingan gaya putar resultante
terhadap percepatan sudut. Gaya putar resultante G terhadap sumbu
bersesuaian dengan kecepatan linear a, dan momen inersia I terhadap
sumbu bersesuaian dengan massa m.
Momen inersia sebuah benda terhadap suatu sumbu dapat diperoleh
secara percobaan, dengan memutar benda itu terhadap sumbu, dengan
mengerjakan gaya putar G yang terukur pada benda itu, lalu mengukur
percepatan sudut a yang timbul karenanya. Maka momen inersia
ditentukan berdasarkan:
I= G
a

Momen inersia dapat dihitung berdasarkan persamaan S mi ri2 untuk


sembarang sistem yang terdiri dari massa-massa titik yang sangat kecil.
Momen inersia suatu benda tidak seperti massanya, bukanlah suatu sifat
unik benda itu, melainkan bergantung pada sumbu terhadap mana momen
inersia itu dihitung.
Untuk suatu benda yang bukan terdiri atas massa titik melainkan atas
materi yang terdistribusi secara tidak terputus-putus, penjumlahan yang
dirumuskan dalam definisi momen kelembaman, I = S mi ri2 , haruslah
dihitung dengan metode hitung analisa (calculus).
Benda semacam ini dapat kita bayangkan terjadi dari sejumlah elemen
volume, masing-masing bermassa Dm. Andaikan r adalah jarak dari tiap
elemen ke sumbu rotasi. Kalau tiap massa Dm dijumlahkan dengan kuadrat
jaraknya dari sumbu, lalu semua hasil kali r2 Dm dijumlahkan untuk seluruh
benda itu, maka momen kelembamannya adalah :
I = lim S r2 Dm = r2 dm
Dm0
Jika dV adaah volume dan dm adalah massa sebuah elemen, maka
kerapatan massa didefinisikan berdasakan hubungan dm = r dV. Karena
persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai :
I = r r2 dV
Kalau rapat massa sebuah benda adalah sama di semua titik, maka benda
itu dikatakan uniform atau homogen, maka

I = r r2 dV
Kalau hendak menggunakan persamaan ini, sembarang elemen volume
yang akan memudahkan hitungan dapat diambil, asal semua titik di dalam
elemen itu sama jaraknya, r, dari sumbu.
Perhitungan integral semacam ini dapat menimbulkan kesulitan jika
bendanya tidak teratur, akan tetapi untuk benda-benda yang bentuknya,
pelaksanaan integrasinya dapat dilakukan dengan relatif mudah.
Pada dasarnya menentukan momen inersia benda berwujud tertentu
seperti silinder pejal, bola dll adalah mudah. Namun untuk benda yang
berwujud tak beraturan menjadi sulit. Dalam percobaan ini kita gunakan
Hukum Newton II pada gerak rotasi benda tersebut. Pada gambar berikut,
roda sepeda dengan jari-jari R, massa m1 dan momen inersia I diletakkan
pada sumbu yang bertumpu pada statip.
P
Roda
m2
h

Statip
Gambar 1.1

Tali yang massanya dapat diabaikan dililitkan di sekeliling roda dan pada
ujungnya yang bebas diberi massa m2, hingga torsi t pada sumbu :

t = I
a
dimana a = percepatan sudut. Karena percepatan tangensial a, maka:
a = R . a atau
I = -R t
a
Dari persamaan ini dapat diselesaikan dengan bantuan hukum Newton II
untuk gerak rotasi dan translasi sistem. Sehingga diperoleh :
I = m2 . R2 ( g 1)
a
dimana g = percepatan gravitasi bumi.
Sedangkan momen inersia I dapat dihitung dengan mengetahui percepatan
tangensial melalui percobaan dengan bermacam-macam beban m2
Bila pada tali terdapat tegangan, yang harus kita tinjau adalah gaya
resultante pada benda yang tergantung itu dan gaya putar resultante pada
roda. Andaikan T adalah tegangan pada tali, dan P gaya ke atas yang
dilakukan oleh gandar pada sumbu roda itu. Gaya resultante pada benda
yang tergantung ialah w1 T, dan berdasarkan hukum kedua Newton
untuk gerak linear,

w1 T = m1 a
Gaya P tidak mempunyai momen terhadap sumbu roda. Gaya putar
resultante pada roda, terhadap sumbu ialah TR, dan berdasarkan hukum
kedua Newton untuk rotasi,
TR = I a
Karena percepatan linear benda yang tergantung itu sama dengan
perccepatan singgung tepi roda, maka
a = Ia
Penyelesaian sekaligus dari persamaan-persamaan di atas ini menghasilkan
persamaan:
a =g

1 + (I/m1 R2)
Jika sistem itu mulai bergerak dari keadaan diam, kecepatan linier v benda
yang tergantung itu, setelah turun sejarak y (dengan percepatan konstan),
ditentukan berdasarkan :
v2 = 2 a y = 2 ( g
1 + (I/m1 R2)

) y

Bentuk BendaNama BendaRumus Momen Inersia


Batang homogen sumbu Putar di tengah-tengah batangI = 1/12 m l2
Batang homogen sumbu putar di tepiI = 1/3 m l2
Partikel massa m dihubungkan ke sumbu putar dengan

tali panjang lI = m l2
Roda dengann sumbu putar melalui
titik pusar roda tegak lurus bidang roda (seperti gasing)I = mR2

Bola pejal sumbu putar melalui pusat bolaI = 2/5 mR2

Silinder berongga sumbu melalui pusat silinderI = mR2

Silinder pejal sumbu melalui pusat silinderI = 1/2 mR2

Anda mungkin juga menyukai