Anda di halaman 1dari 152

BAB 5

UNIT KOAGULASI-FLOKULASI

5.1. Kestabilan Partikel Tersuspensi

Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi. Partikel tersuspensi dalam
air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil, antara 0,001 mikron
(10- 6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi (1)
partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat koagulan, dan (3)
partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid mempunyai sifat
memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan.

Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel 5.1). Hal ini karena
adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:

Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya
tergantung pada jarak antar keduanya.

Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid pada
keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik umumnya
bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif.
Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang
sama. Gaya ini dikenal sebagai zeta potensial.

Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh kecilnya
massa partikel.

Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut nilainya makin
mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua gaya tersebut
umumnya menghasilkan gaya tolak yang lebih besar (Gambar 5.1). Hal ini menyebabkan partikel
dan koloid dalam keadaan stabil.

Tabel 5.1 Pengendapan Partikel dalam Air

Ukuran Partikel
Tipe Partikel
Waktu Pengendapan pada

(mm)

Kedalaman 1 Meter

10
Kerikil
1 detik

1
Pasir
10 detik

10-1
Pasir Halus
2 menit

10-2
Lempung
2 jam

10-3
Bakteri
8 hari

10-4
Koloid
2 tahun

10-5
Koloid
20 tahun

10-6
Koloid
200 tahun

Sumber: Water Treatment Handbook Vol. 1 (1991)

Gambar 5.1 Gaya-gaya pada koloid

5.2. Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak
terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai
akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat
pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai
menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga
dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan
antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH -) dan
antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang
menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).

Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok
menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan
flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi
akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat digambarkan secara skematik
pada Gambar 5.2.

Larutan

koagulan

inlet

outlet

pengadukan cepat
pengadukan lambat

Koagulasi

Flokulasi

2+

Ca (HCO3 )2

Ca

2+

2+

Ca (HCO3 )2

Ca

2+

Al(OH)3

Ca

2+

Ca

2+

Al3+

Mg
2+

3+

Al

Al(OH)3

Al
Al
3+

3+

Mg

2+

Al3+

Na

Al
3+

Ca
2+

Al3+

Na

Al(OH)3

Al(OH)3
Al

3+

Mg

2+

2+

Ca (HCO3 )2

Mg

2+

Partikel koloid stabil


Destabilisasi partikel

Pembentukan flok besar

Gambar 5.2 Gambaran proses koagulasi-flokulasi

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak
pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang
berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau
garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk
memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur,
pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan
flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan
beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel 5.2. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus (Gambar 5.3) untuk
mendapatkan kondisi optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2

2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2

2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O

Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif
tidak terlarut.

Gambar 5.3 Peralatan Jar test

Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang
cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pH pada level di mana ion besi
diendapkan sebagi Fe(OH)3, lihat Gambar 5.4. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang
membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi
dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap sebagai Fe(OH) 3.

2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2

2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O

Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan
kapur berlebih.

Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi:

Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2

2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alami
tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4
hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini.

Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:

2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2

2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2

Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

2FeCl3 + 3Ca(OH)2

2Fe(OH)3 + 3CaCl2

Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya
padat dan cepat mengendap.

Tabel 5.2 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktek Pengolahan-Air

Nama

Berat

Densitas
Specific
Kelar

Nama Lain
Rumus Kimia

Wujud
bulk,

dalam

Kimia

Molekul

Gravity

kg/m3

kg/

Alum
Al2(SO4)3.14,3H2O
599,77
Putih terang,
1000-1096
1,25-1,36
Sekitar

padat

Aluminium

Putih atau

sulfat

Alum cair
Al2(SO4)3.49,6H2O
1235,71
terang- abu abu

1,30-1,34
Sangat

kekuningan, cair

Besi (III)

Hijau-hitam,

klorida, Besi
FeCl3
162,21

721-962

Sekitar

bubuk

triklorida

Ferri

Kuning-coklat,

klorida

FeCl3.6H2O
270,30

962-1026

Sekitar

Ferri klorin

bongkahan

cair

FeCl3.13,1H2O
398,21
Coklat

1,20-1,48
Sangat

kemerahan, cair

Besi (III)

Merah-coklat,

sulfat, Besi
Fe2(SO4)3.9H2O
562,02

1122-1154

Ferri

bubuk

persulfat

sulfat

Ferri sulfat
Fe2(SO4)3.36,9H2O
1064,64
Coklat

1,40-1,57
Sangat

cair

kemerahan, cair

Ferro
Copperas
FeSO4.7H2O
278,02
Hijau, bongkahan
1010-1058

sulfat

kristal

Sumber: Qasim, dkk. (2000)

Gambar 5.4 Pengaruh pH terhadap kelarutan Fe(III) pada temperatur 25 oC (diambil dari Fair dkk,
1981)

5.3. Pengadukan

Pengadukan merupakan operasi yang mutlak diperlukan pada proses koagulasi-flokulasi.


Pengadukan cepat berperan penting dalam pencampuran koagulan dan destabilisasi partikel.
Pengadukan lambat berperan dalam upaya penggabungan flok.

5.3.1. Jenis Pengadukan

Jenis pengadukan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan pengadukan dan metoda


pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan
mekanis, pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis.

Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan dengan
gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

(5.1)

.V

dalam hal ini:

P = suplai tenaga ke air (N.m/detik) V = volume air yang diaduk, m3


= viskositas absolut air, N.detik/m2

Persamaan (5.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang membedakannya
adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P) yang dapat dihitung dengan rumus-rumus
yang akan dijelaskan pada subbab 5.3.2. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P
bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.

5.3.1.1. Pengadukan Cepat

Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan turbulensi air sehingga
dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Secara umum, pengadukan
cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan besar (300 sampai 1000 detik -1)
selama 5 hingga 60 detik atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 300 hingga 1700. Secara
spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat.

Untuk proses koagulasi-flokulasi:

Waktu detensi = 20 - 60 detik

G = 1000 - 700 detik-1

Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):

Waktu detensi = 20 - 60 detik

G = 1000 - 700 detik-1

Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)

Waktu detensi = 0,5 - 6 menit

G = 1000 - 700 detik-1

Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

Pengadukan mekanis

Pengadukan hidrolis

Pengadukan pneumatis

5.3.1.2. Pengadukan Lambat

Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air secara
perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel hingga
berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan kecil (20 sampai 100 detik- 1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan
Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan
diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan
bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar.

Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut:

Untuk air sungai:

Waktu detensi = minimum 20 menit

G = 10 - 50 detik-1

Untuk air waduk:

Waktu = 30 menit

G = 10 - 75 detik-1

Untuk air keruh:

Waktu dan G lebih rendah

Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:

G tidak lebih dari 50 detik-1

Untuk flokulator 3 kompartemen:

G kompartemen 1 : nilai terbesar

G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1

G kompartemen 3 : nilai terkecil

Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):

Waktu detensi = minimum 30 menit

G = 10 - 50 detik-1

Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)

Waktu detensi = 15 - 30 menit

G = 20 - 75 detik-1
GTd = 10.000 - 100.000

Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

Pengadukan mekanis

Pengadukan hidrolis

5.3.1.3. Pengadukan Mekanis

Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis yang terdiri atas
motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk (impeller). Peralatan tersebut digerakkan
dengan motor bertenaga listrik. Berdasarkan bentuknya, ada tiga macam impeller, yaitu paddle
(pedal), turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. Kriteria impeller dapat dilihat pada Tabel 5.3.

(a)

(b)

Gambar 5.5 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping

Tabel 5.3
Kriteria Impeller

Tipe
Kecepatan
Dimensi
Keterangan

Impeller
Putaran

Paddle
20 - 150 rpm
diameter: 50-80% lebar bak

lebar: 1/6-1/10 diameter paddle

Turbine
10-150 rpm
diameter:30-50% lebar bak

Propeller
400-1750 rpm
diameter: max. 45 cm
jumlah pitch 1-2 buah

Sumber: Reynold & Richards (1996)

(a)

(b)

(d)

(e)

(c)

Gambar 5.6 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan piringan,
(c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim, dkk.,
2000)

Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat umumnya dilakukan dalam waktu singkat
dalam satu bak (Gambar 5.6). Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah
dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 5.4 dapat digunakan dalam
pemilihan nilai G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan lambat umumnya

memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di


kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil (Gambar 5.7). Pengadukan
mekanis yang umum digunakan untuk pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi
hingga membentuk roda (paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal (Gambar
5.8).

motor

bak pengaduk

inlet
outlet

impeller

Gambar 5.6 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk

Tabel 5.4 Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan

Waktu Pengadukan, td (detik)


Gradien Kecepatan (1/detik)

20
1000

30
900

40
790

50
700

Sumber: Reynold & Richards (1996)

inlet

kompartemen I

outlet

kompartemen II

kompartemen III

Gambar 5.7 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk

Arah putaran

Poros horisontal

Gambar 5.8 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft)

5.3.1.4. Pengadukan hidrolis

Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan aliran air sebagai tenaga
pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya
lompatan hidrolik dalam suatu aliran.

Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya kehilangan
energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan turbulensi yang besar
tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan
(Gambar 5.9), loncatan hidrolik, dan parshall flume.

Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat adalah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari
terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel, Gambar 5.10),
perforated wall, gravel bed dan sebagainya.

10

Pembubuhan koagulan

Gambar 5.9 Pengadukan cepat dengan terjunan

baffle

inlet

channel

outlet

Gambar 5.10 Denah pengadukan lambat dengan baffled channel

5.3.1.5. Pengadukan pneumatis

Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk gelembung
sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan
gerakan pada air (Gambar 5.11). Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan
turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang digunakan untuk
pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu menekan dan
menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin
besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

koagulan

outlet inlet

udara

gelembung udara

Gambar 5.11 Pengadukan cepat secara pneumatis

11

5.3.2. Tenaga Pengadukan

Tenaga pengadukan adalah tenaga yang digunakan untuk melakukan pengadukan. Tenaga ini
dihasilkan oleh peralatan mekanis, aliran hidrolis, atau gelembung udara sebagaimana telah
dijelaskan pada subbab jenis pengadukan. Besarnya tenaga untuk operasi pengadukan
mempengaruhi besarnya gradien kecepatan (lihat kembali persamaan 5.1). Bila suatu sistem
pengadukan telah ditentukan nilai gradien kecepatannya, maka tenaga pengadukan dapat
dihitung.

Perhitungan tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung pada jenis pengadukannya. Pada


pengadukan mekanis, yang berperan dalam menghasilkan tenaga adalah bentuk dan ukuran alat
pengaduk serta kecepatan putaran alat pengaduk. Hubungan antar variabel itu dapat dinyatakan
dengan persamaan (5.2) untuk bilangan Reynold (NRe) lebih dari 10.000 dan persamaan (5.3) untuk
nilai NRe kurang dari 20. Bilangan Reynold untuk alat pengaduk dapat dihitung dengan persamaan
(5.4).
Di

P KT .n3.Di 5 .

KL .n2 .Di3.

D 2n

Re

dengan:

= tenaga , N-m/det.
KT
= konstanta pengaduk untuk aliran turbulen
n
= kecepatan putaran, rps

=
diamet
er
pengad
uk, m

=
massa
jenis
air,
kg/m3
KL =
konsta
nta
pengad
uk
untuk
aliran
lamina
r

= kekentalan absolut cairan, (N-det/m2).

(5.3)

(5.2)
(5.4)

Nilai KT dan KL untuk tangki bersekat 4 buah pada dinding tangki, dengan lebar sekat 10 % dari
diameter tangki diberikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Konstanta KT dan KL untuk tangki bersekat

Jenis Impeller

KL
KT
Propeller, pitch of 1, 3 blades

41,0
0,32
Propeller, pitch of 2, 3 blades

43,5
1,00
Turbine, 4 flat blades, vaned disc

60,0
5,31
Turbine, 6 flat blades, vaned disc

65,0
5,75

Turbine, 6 curved blades

70,0
4,80
Fan turbine, 6 blades at 45

70,0
1,65
Shroude turbine, 6 curved blades

97,5
1,08
Shrouded turbine, with stator, no baflles

172,5
1,12
Flat paddles, 2 blades (single paddle), Di/Wi = 4

43,0
2,25
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 6

36,5
1,70
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 8

33,0
1,15
Flat paddles, 4 blades , Di/Wi = 6

49,0
2,75
Flat paddles, 6 blades , Di/Wi = 8

71,0
3,82
Sumber: Reynold & Richards (1996)

12

Besarnya tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag dan
kecepatan relatif paddle wheel. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung tenaga yang
dihasilkan oleh putaran paddle wheel:

P CD A

v3

(5.5)

di mana:

P = tenaga, N.m/det

CD = koefisien drag (dapat dilihat pada Tabel 5.6) A = luas permukaan paddle wheel, m2

= rapat massa air, kg/ m3

= kecepatan relatif putaran paddle, m/det

Bila paddle wheel tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang sama), maka
persamaan (5.5) berubah menjadi:

P
1
C Av

(5.6)

D
i

i = 1, 2, 3 ..n

Tabel 5.6 Nilai Koefisien Drag

Ratio Li/Wi

CD

1,20

20

1,50

1,90

Keterangan:

Li = panjang paddle

Wi = lebar paddle

Pada pengadukan hidrolis, tenaga dapat dituliskan sebagai berikut:

P Q..g.h
(5.7)
dimana :
P

= tenaga, N.m/det

Q
= debit aliran, m3/det

= berat jenis, kg/m3

g
= percepatan gaya gravitasi, 9,8 m/det2

h
= tinggi jatuhan, m

= kehilangan energi (head loss)

Penggabungan persamaan (5.7) ke dalam persamaan (5.1) menghasilkan:

G
Q ..g.h

g.h

(5.8)

.V

.td

dimana :

= /, viskositas kinematis, m2/detik

td
= V/Q = waktu tinggal hidrolik, detik

13

dL

v RN

Nilai h dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Aliran air dalam pipa :

h f
Lv 2

(5.9)

D.2.g

dimana :

f
= koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach

L
= panjang pipa, m

v
= Kecepatan aliran air, m/det

D
= diameter pipa, m

Aliran air di baffled channel :

hL k

v2

hL

2.g

dimana :

Alira
n air
pada
medi
a
berb
utir :

k = koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach

f1

Lv

= Kecepatan aliran air, m/det

(5.10
)

d g

(5.11
)

f 150

1,75

RN d.v.

dimana :

= diameter rata-rata butiran, m

= kedalaman media berbutir, m = porositas butiran ( 0,4)

= kecepatan aliran air, m/det = bilangan reynold

= faktor bentuk ( 0,8)

Besarnya tenaga pada flokulator kanal bersekat (baffled channel) dapat dihitung
dengan persamaan 5.8, dengan h sama dengan headloss total sepanjang baffled
channel. Besarnya headloss dipengaruhi oleh jumlah sekat dan kanal pada bak
tersebut. Jumlah kanal dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Jumlah kanal dalam flokulator aliran horizontal:

2
1/ 3

1.44
f

2.t H.L.G

Jumlah kanal dalam flokulator aliran vertikal:

1.44

1/ 3

2.t W.L.G

(5.12
)

(5.13
)

14

dimana : h = head loss (m)

= kecepatan fluida (m/det)

= konstata gravitasi ( 9,81 m/det2)

= konstanta empiris ( 2,5 4)

n = jumlah kanal

H = kedalaman air dalam kanal (m)

= panjang bak flokulator (m)

G = gradien kecepatan (1/det)

Q = debit aliran (m3/det)

= waktu flokulasi (det)

= Kekenatalan dinamis air (kg/m.det)

= Berat jenis air (kg/m3)

= koefisien gesek sekat

W = lebar bak (m)

Pada pengadukan pneumatis, tenaga yang dihasilkan merupakan fungsi dari debit udara

yang diinjeksikan, yang dapat dituliskan sebagai berikut:

h 10,4

P 3904.Ga.Log

10,4

(5.14)

dimana :

P = power, (N.m/s)

Ga = debit udara, m3/menit h = kedalaman diffuser, m

15

Contoh Soal 5.1.

Sebuah bak pengaduk berbentuk bujur sangkar digunakan untuk mengaduk air dengan debit 7500
m3/hari. Kedalaman air sama dengan 1,2 kali lebar. Diharapkan dalam bak tersebut terjadi
pengadukan dengan nilai gradien kecepatan 800 m/detik-m dengan waktu tinggal hidrolik td = 45
detik. Suhu air adalah 25 C dan kecepatan putaran poros alat pengaduk adalah 100 rpm.
Tentukan:

Ukuran bak pengaduk

Tenaga yang dibutuhkan

Diameter impeller jika digunakan vane-disc impeller 6 flat blades dan tangki memiliki 4 baffle
tegak.

Diameter impeller jika tidak digunakan baffle tegak.

Tinggi jatuhan minimum jika dipergunakan sistim terjunan hidrolik

Udara yang dibutuhkan jika pengadukan pneumatis digunakan dan lokasi diffuser 20 cm di atas
dasar tangki.

Penyelesaian:

Volume tangki = Q x td

7500 m3/hari x 1 hari/1440 menit x 1 menit/60 detik x 45 detik

3,90 m3

Volume = Pb x Lb x Hb = Lb x Lb x 1,2 Lb = 3,90 m3

Maka lebar bak = 1,48 m dan kedalaman = 1,2 x 1,48 = 1,78 m

Tenaga yang dibutuhkan:

Pada suhu air = 25oC, = 0,000890 N.detik/m2

det
2

800

0,000890 N. det

P G

= 2221 watt. 3. Diameter


impeller :
V

Persamaan (5.2) ditulis sebagai


berikut:

P
1/ 5

m2

3,90m

2221
N.m

det

KT n

Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan nilai KT = 5,75

Pada suhu air = 25oC, = 997,0 kg/m3

n = 100 rpm = 1,667 rps

1/5

2221 N.m

kg. m

Di

det

5,75

N.det

1,667 rps

997 kg

= 0,610 m

16

Di/Lb = 0,610/1,48 = 0,412 = 41,2 %

Cek nilai Nre:

0,610m2
1,667 rps 997 kg / m3

Re

N. det 2

0,000890 N. det/ m

kg. m

694.865 >>> 10.000 (OK)

Jika tanpa sekat (baffle) tegak, tenaga yang dibutuhkan adalah 75 % dari tenaga untuk tangki

bersekat. Jadi nilai KT = 0,75 X 5,75 = 4,31.

1/5

2221 N.m

kg.m

Di

det
4,31

N.det


1,667 rps

997 kg

= 0,65 m

Di/Lb = 0,65/1,48 = 0,439 = 43,9 %

5.

Jika digunakan sistem hidrolik, maka tinggi jatuhan dapat dihitung dengan rumus :

G2
..td
800

0,000890 N.det
1m3
45 det

2,62 m

.g
det

9,81 m / det


997 kg

Jika digunakan pengadukan pneumatis: h = 1,78 m 0,20 m = 1,58 m

sehingga :

P / 3904

2221/ 3904

9,26 m3 menit

h 10,4

1,58 10,4

log

log

10,4

10,4

17

Contoh Soal 5.2:

Sebuah IPAM mengolah air dengan debit Q = 1,8 m3/detik dengan unit koagulasi menggunakan
pengaduk cepat mekanis. Gradien kecepatan 1000/detik dan waktu detensi td = 15 detik. Untuk
pemilihan motor pengaduk, tersedia spesifikasi motor sebagai berikut:

1.
Model Mix-25
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,18 kW

2.
Model Mix-50
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,37 kW

3.
Model Mix-75
n = 45
- 70 rpm
Power = 0,56 kW

4.
Model Mix-100
n = 45
- 110 rpm
Power = 0,75 kW

5.
Model Mix-150
n = 45
- 110 rpm
Power = 1,12 kW

6.
Model Mix-200

n = 70
- 110 rpm
Power = 1,5 kW

7.
Model Mix-300
n = 110 - 175 rpm
Power = 2,24 kW

8.
Model Mix-500
n = 110 - 175 rpm
Power = 3,74 kW

9.
Model Mix-750
n = 110 - 175 rpm
Power = 5,59 kW

10.
Model Mix-1000
n = 110 - 175 rpm
Power = 7,46 kW

11.
Model Mix-1500
n = 110 - 175 rpm
Power = 11,19 kW

Tentukan ukuran dan jumlah bak pengaduk cepat dengan ketentuan tiap bak terdapat satu alat
pengaduk. Alat pengaduk dapat dipilih dari spesifikasi di atas.

Penyelesaian:

1.
Hitung volume bak pengaduk:

V = td x Q = 15 detik x 1,8 m3/detik = 27 m3

2.

Hitung power yang diperlukan:

Diasumsikan suhu air 25oC

P G
2

V
1000

0,000890 N. det

30m
3

24030
N.m

24,03 kW

m2

det

det

Bila dianggap efisiensi power motor menjadi power pengadukan air adalah 80%, maka power
motor yang diperlukan adalah 24,03 kW / 0,8 = 30,0 kW.

Berdasarkan motor yang tersedia, dapat dipilih motor model Mix-1500 sebanyak tiga buah. Jadi
jumlah bak adalah tiga. Debit air untuk satu bak adalah 0,6 m3/detik.

3. Hitung kembali volume bak berdasarkan power motor terpilih:

P = 11,19 kW x 0,8 = 8,952 kW

8952
N.m

det.

10,06 10 m3

N.det

(1000 / det)

x0,00089

Lebar bak = pajang bak = 2,2 m

Kedalaman = 2,0 m

Cek td

td = 10 m3/0,6 m3/detik = 16,7 detik

4. Disain alat pengaduk:

Direncanakan menggunakan alat pengaduk tipe turbine, 6 flat blades, vaned disc dengan

18

nilai KT = 5,75.

Gunakan persamaan (5.2):

1/ 5

Kn

Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut:

No

n, rpm

n, rps
Di, m
Di/Lb

110
1,83
1,08
0,490

120
2
1,02
0,465

130
2,17
0,98
0,443

140
2,33
0,93
0,424

150
2,5
0,90
0,407

160
2,67
0,86
0,391

170
2,83
0,83
0,377

175
2,92
0,82

0,371

Berdasarkan kriteria ratio diameter alat pengaduk / lebar bak, yaitu 30 50%, maka semua
alternatif n dan Di pada Tabel di atas dapat dipilih. Makin kecil diameter alat pengaduk,
maka kecepatan putaran makin diperbesar.

19

Contoh Soal 5.3:

Rancanglah suatu flokulator kanal bersekat (baffled channel) aliran horizontal untuk mengolah air
dengan kapasitas 12.000 m3/hari. Bak flokulator dibagi dalam tiga ruang dengan gradien
kecepatan masingmasing 75/detik, 35/detik, dan 20/detik. Waktu flokulasi keseluruhan 24 menit
dan suhu air 25 C. Dinding kanal memiliki nilai koefisien kekasaran f = 0,3. Panjang flokulator
ditetapkan 12 m dan kedalaman kanal 1,2 m.

Penyelasian:

Dihitung flokulator pertama dengan gradient kecepatan, G = 75/detik dan waktu tinggal hidrolik,
td = 8 menit.

Total volume flokulator :

V = 24 menit x 12.000 m3/hari x 1 hari/1440 menit = 200 m3


Total lebar flokulator :

W
V

200 m3
13,89 m

LxH

12 mx1,2 m

Lebar tiap kompartemen : W = 14 m/3 = 4,7 m

Pada suhu 25 C nilai = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3


Jumlah kanal dalam flokulator pertama :

1/ 3

2.t

H.L.G

1,44 f

1/3

2(0,89x10

)(8)(60)

(1,2)(12)(75)

31

9971,44 0,3

12000 / 86400

Jarak antar sekat = 12/31 = 0,39 m

Head loss pada flokulator :

.t
G2

0,89x103 860
752
0,25m

.g

9979,81

2.

Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk kompartment kedua dan ketiga

Kompartmen kedua :

G
= 35/detik
Td
= 8 menit
Jumlah sekat
= 19
Jarak antar sekat
= 0,63 m
Head loss
= 0,05 m
Kompartmen ketiga :

G
= 20/detik
Td
= 8 menit
Jumlah sekat
= 13
Jarak antar sekat
= 0,92 m
Head loss
= 0,02 m

3.

20

Total head loss = 0,25 + 0,05 + 0,02 = 0,32 m

selisih muka air di inlet dan outlet

Contoh Soal 5.4:

Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000
m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G ratarata 25/detik.

Poros horisontal

4,5 m

18 m

Penyelasian:

Hitung tenaga untuk menghasilkan G = 25/detik dengan persamaan (5.1)

Pada suhu 25 C nilai = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3

P = G2 V = (25/detik)2 x (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (18 m x 4,5 m x 4,5 m) = 203 N-m/detik Nilai P
ini adalah tenaga total yang dihasilkan oleh tiga kompartemen.

Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen pertama:

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,9 = (8,95 n) m/detik

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,7 = (8,01 n) m/detik

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,5 = (7,07 n) m/detik

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,3 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,3 = (6,13 n) m/detik

Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen kedua:

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,9 = (8,95 n) m/detik

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,7 = (8,01 n) m/detik

21

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,5 = (7,07 n) m/detik

Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen ketiga:

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,9 = (8,95 n) m/detik

Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:

vi = 0,75 x (n rps) x 2 r = 0,75 n x 2 x x 1,5 = (7,07 n) m/detik

Hitung kecepatan putaran (n):

Dalam sistem flokulator di atas, hanya ada satu nilai n karena putaran dihasilkan oleh satu poros.

Ukuran paddle adalah sama, Li = 4,5 m dan Wi = 0,1 m. Ratio Li/Wi = 45. Berdasarkan Tabel 5.6, nilai CD
= 1,9

A = jumlah tangkai x 4,5 m x 0,1 m = 2 x 4,5 m x 0,1 m Gunakan persamaan (5.6):

P 2 CD Avi3

203 N-m/detik = (1/2) x 1,9 x (2 x 4,5 m x 0,1 m) x (997 kg/m 3) x {(8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3
+ (6,13 n)3 + (8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3 + (8,95 n)3 + (7,07 n)3} m/detik

n = 0,0377 rps = 2,26 rpm

Jadi, untuk menghasilkan nilai G ratarata 25/detik, maka paddle wheel harus diputar dengan
kecepatan 2,26 putaran per menit.

22

5.4. Soal-soal

Pengaduk mekanis berupa propeller 3 blades berdiameter 40 cm diputar dengan kecepatan 425
rpm.

Tentukan dimensi bak agar diperoleh gradient kecepatan 825 m/detik-m

Berapa debit air yang dapat diolah ?

Tangki pengaduk cepat berbentuk bujur sangkar dengan debit 8 x 103 m3/hari, memiliki kedalaman
1,25 kali lebar. Nilai G = 1000/detik dan suhu 20C, waktu detensi 30 detik. Pengaduk berupa vans
disk impeller dengan 6 blade. Tentukanlah: Dimensi tangki, kebutuhan power input, kecepatan
impeller jika diameter impeller 50 % lebar tangki.

Berapa debit udara yang diperlukan untuk menjaga nilai G sebesar 500/detik dalam suatu tangki
dengan kedalaman 2,75 m dan waktu tinggal air selama 5 menit, suhu air 20 C.

Pada percobaan jar test digunakan gelas beaker berisi 1 liter air dengan paddle berukuran seperti
gambar berikut:

2,5 cm

8,0 cm

Pertanyaan:

Bila paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, hitunglah gradien kecepatan yang
dihasilkan oleh putaran paddle tersebut.

Bila akan digunakan sebagai pengaduk lambat, berapakah kecepatan paddle harus diputar?

Hitung kembali contoh soal 5.2 untuk pengadukan lambat tiga kompartemen dengan nilai G
masing-masing 70, 35, 20 det-1 dan td total 30 menit.

Buatlah rancangan alat pengaduk mekanis tipe paddle wheel untuk mengaduk air (slow mixing)
dengan debit 100 l/detik sehingga dihasilkan GTd yang menurun masing-masing 70000, 55000, dan
45000 (waktu detensi total 45 menit).

Rancangan meliputi:

- bentuk dan dimensi bak dan alat pengaduk - kecepatan putaran

- power motor yang diperlukan Temperatur air = 30 oC


Gambar berikut adalah potongan memanjang baffled channel:

23

h1
h2

h3
h4

Kedalaman air : 1,5 meter

Panjang bak : 15 meter

Lebar bak : 2 meter

Headloss : lihat gambar, h1=h4= 4 cm, h2=h3= 7 cm

Hitunglah bilangan Camp!

Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000
m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G ratarata 25/detik.

Arah putaran

Poros horisontal

4,5 m

Koagulasi-Flokulasi di lakukan dalam satu sistem baffled chamel horisontal flow dengan debit air
yang diolah 150 lt/dt. = 10-6 m2/dt

G = 800 dt-1
G = 80
G = 40
G = 20

td = 1 menit
I
II
III

td = 7,5 menit
7,5 menit
7,5 menit

Koagulasi

Flokulasi

24

Koagulasi

Hitung berapa luas area (Pbx Lb) koagulasi jika kedalaman air 1 meter

Hitung berapa headloss yang diperlukan di unit koagulasi (g = 9,81 m/dt2)

Hitung berapa jumlah sekat horisontal

Berapa jarak/lebar di belokan

Flokulasi

Hitung berapa luas (Pbx Lb) pada unit flokulasi jika panjang bak disesuaikan dengan bak koagulasi

Hitung berapa headloss yang diperlukan di masing-masing bak flokulasi

Hitung berapa jumlah sekat horisontal

Berapa jarak/lebar di belokan

Bahan Bacaan

1. -----, Water Treatment Handbook, 6th edition, Volume 1, Degremont Water and the
Environment, 1991

2. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water and Wastewater Engineering, John Wiley &
Sons, Singapore, 1997.

3. Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley

Sons, New York, 1997

Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning,

Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000.

5. Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996.

6. Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater Engineering,
Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc.
New York, 1981

25

Anda mungkin juga menyukai