Unit Koagulasi-Flokulasi
Unit Koagulasi-Flokulasi
UNIT KOAGULASI-FLOKULASI
Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi. Partikel tersuspensi dalam
air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil, antara 0,001 mikron
(10- 6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi (1)
partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat koagulan, dan (3)
partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid mempunyai sifat
memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan.
Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel 5.1). Hal ini karena
adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:
Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya
tergantung pada jarak antar keduanya.
Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid pada
keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik umumnya
bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif.
Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang
sama. Gaya ini dikenal sebagai zeta potensial.
Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh kecilnya
massa partikel.
Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut nilainya makin
mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua gaya tersebut
umumnya menghasilkan gaya tolak yang lebih besar (Gambar 5.1). Hal ini menyebabkan partikel
dan koloid dalam keadaan stabil.
Ukuran Partikel
Tipe Partikel
Waktu Pengendapan pada
(mm)
Kedalaman 1 Meter
10
Kerikil
1 detik
1
Pasir
10 detik
10-1
Pasir Halus
2 menit
10-2
Lempung
2 jam
10-3
Bakteri
8 hari
10-4
Koloid
2 tahun
10-5
Koloid
20 tahun
10-6
Koloid
200 tahun
5.2. Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak
terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai
akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat
pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai
menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga
dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan
antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH -) dan
antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang
menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok
menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan
flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi
akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat digambarkan secara skematik
pada Gambar 5.2.
Larutan
koagulan
inlet
outlet
pengadukan cepat
pengadukan lambat
Koagulasi
Flokulasi
2+
Ca (HCO3 )2
Ca
2+
2+
Ca (HCO3 )2
Ca
2+
Al(OH)3
Ca
2+
Ca
2+
Al3+
Mg
2+
3+
Al
Al(OH)3
Al
Al
3+
3+
Mg
2+
Al3+
Na
Al
3+
Ca
2+
Al3+
Na
Al(OH)3
Al(OH)3
Al
3+
Mg
2+
2+
Ca (HCO3 )2
Mg
2+
Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak
pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang
berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau
garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk
memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur,
pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan
flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan
beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel 5.2. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus (Gambar 5.3) untuk
mendapatkan kondisi optimum.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif
tidak terlarut.
Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang
cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pH pada level di mana ion besi
diendapkan sebagi Fe(OH)3, lihat Gambar 5.4. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang
membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi
dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap sebagai Fe(OH) 3.
Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan
kapur berlebih.
Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alami
tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4
hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini.
2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2
2FeCl3 + 3Ca(OH)2
2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya
padat dan cepat mengendap.
Nama
Berat
Densitas
Specific
Kelar
Nama Lain
Rumus Kimia
Wujud
bulk,
dalam
Kimia
Molekul
Gravity
kg/m3
kg/
Alum
Al2(SO4)3.14,3H2O
599,77
Putih terang,
1000-1096
1,25-1,36
Sekitar
padat
Aluminium
Putih atau
sulfat
Alum cair
Al2(SO4)3.49,6H2O
1235,71
terang- abu abu
1,30-1,34
Sangat
kekuningan, cair
Besi (III)
Hijau-hitam,
klorida, Besi
FeCl3
162,21
721-962
Sekitar
bubuk
triklorida
Ferri
Kuning-coklat,
klorida
FeCl3.6H2O
270,30
962-1026
Sekitar
Ferri klorin
bongkahan
cair
FeCl3.13,1H2O
398,21
Coklat
1,20-1,48
Sangat
kemerahan, cair
Besi (III)
Merah-coklat,
sulfat, Besi
Fe2(SO4)3.9H2O
562,02
1122-1154
Ferri
bubuk
persulfat
sulfat
Ferri sulfat
Fe2(SO4)3.36,9H2O
1064,64
Coklat
1,40-1,57
Sangat
cair
kemerahan, cair
Ferro
Copperas
FeSO4.7H2O
278,02
Hijau, bongkahan
1010-1058
sulfat
kristal
Gambar 5.4 Pengaruh pH terhadap kelarutan Fe(III) pada temperatur 25 oC (diambil dari Fair dkk,
1981)
5.3. Pengadukan
Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan dengan
gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
(5.1)
.V
Persamaan (5.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang membedakannya
adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P) yang dapat dihitung dengan rumus-rumus
yang akan dijelaskan pada subbab 5.3.2. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P
bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.
Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan turbulensi air sehingga
dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Secara umum, pengadukan
cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan besar (300 sampai 1000 detik -1)
selama 5 hingga 60 detik atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 300 hingga 1700. Secara
spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat.
Pengadukan mekanis
Pengadukan hidrolis
Pengadukan pneumatis
Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air secara
perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel hingga
berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan kecil (20 sampai 100 detik- 1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan
Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan
diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan
bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar.
Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut:
G = 10 - 50 detik-1
Waktu = 30 menit
G = 10 - 75 detik-1
G = 10 - 50 detik-1
G = 20 - 75 detik-1
GTd = 10.000 - 100.000
Pengadukan mekanis
Pengadukan hidrolis
Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis yang terdiri atas
motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk (impeller). Peralatan tersebut digerakkan
dengan motor bertenaga listrik. Berdasarkan bentuknya, ada tiga macam impeller, yaitu paddle
(pedal), turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. Kriteria impeller dapat dilihat pada Tabel 5.3.
(a)
(b)
Gambar 5.5 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping
Tabel 5.3
Kriteria Impeller
Tipe
Kecepatan
Dimensi
Keterangan
Impeller
Putaran
Paddle
20 - 150 rpm
diameter: 50-80% lebar bak
Turbine
10-150 rpm
diameter:30-50% lebar bak
Propeller
400-1750 rpm
diameter: max. 45 cm
jumlah pitch 1-2 buah
(a)
(b)
(d)
(e)
(c)
Gambar 5.6 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan piringan,
(c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim, dkk.,
2000)
Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat umumnya dilakukan dalam waktu singkat
dalam satu bak (Gambar 5.6). Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah
dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 5.4 dapat digunakan dalam
pemilihan nilai G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan lambat umumnya
motor
bak pengaduk
inlet
outlet
impeller
20
1000
30
900
40
790
50
700
inlet
kompartemen I
outlet
kompartemen II
kompartemen III
Arah putaran
Poros horisontal
Gambar 5.8 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft)
Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan aliran air sebagai tenaga
pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya
lompatan hidrolik dalam suatu aliran.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya kehilangan
energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan turbulensi yang besar
tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan
(Gambar 5.9), loncatan hidrolik, dan parshall flume.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat adalah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari
terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel, Gambar 5.10),
perforated wall, gravel bed dan sebagainya.
10
Pembubuhan koagulan
baffle
inlet
channel
outlet
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk gelembung
sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan
gerakan pada air (Gambar 5.11). Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan
turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang digunakan untuk
pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu menekan dan
menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin
besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.
koagulan
outlet inlet
udara
gelembung udara
11
Tenaga pengadukan adalah tenaga yang digunakan untuk melakukan pengadukan. Tenaga ini
dihasilkan oleh peralatan mekanis, aliran hidrolis, atau gelembung udara sebagaimana telah
dijelaskan pada subbab jenis pengadukan. Besarnya tenaga untuk operasi pengadukan
mempengaruhi besarnya gradien kecepatan (lihat kembali persamaan 5.1). Bila suatu sistem
pengadukan telah ditentukan nilai gradien kecepatannya, maka tenaga pengadukan dapat
dihitung.
P KT .n3.Di 5 .
KL .n2 .Di3.
D 2n
Re
dengan:
= tenaga , N-m/det.
KT
= konstanta pengaduk untuk aliran turbulen
n
= kecepatan putaran, rps
=
diamet
er
pengad
uk, m
=
massa
jenis
air,
kg/m3
KL =
konsta
nta
pengad
uk
untuk
aliran
lamina
r
(5.3)
(5.2)
(5.4)
Nilai KT dan KL untuk tangki bersekat 4 buah pada dinding tangki, dengan lebar sekat 10 % dari
diameter tangki diberikan pada Tabel 5.5.
Jenis Impeller
KL
KT
Propeller, pitch of 1, 3 blades
41,0
0,32
Propeller, pitch of 2, 3 blades
43,5
1,00
Turbine, 4 flat blades, vaned disc
60,0
5,31
Turbine, 6 flat blades, vaned disc
65,0
5,75
70,0
4,80
Fan turbine, 6 blades at 45
70,0
1,65
Shroude turbine, 6 curved blades
97,5
1,08
Shrouded turbine, with stator, no baflles
172,5
1,12
Flat paddles, 2 blades (single paddle), Di/Wi = 4
43,0
2,25
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 6
36,5
1,70
Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 8
33,0
1,15
Flat paddles, 4 blades , Di/Wi = 6
49,0
2,75
Flat paddles, 6 blades , Di/Wi = 8
71,0
3,82
Sumber: Reynold & Richards (1996)
12
Besarnya tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag dan
kecepatan relatif paddle wheel. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung tenaga yang
dihasilkan oleh putaran paddle wheel:
P CD A
v3
(5.5)
di mana:
P = tenaga, N.m/det
CD = koefisien drag (dapat dilihat pada Tabel 5.6) A = luas permukaan paddle wheel, m2
Bila paddle wheel tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang sama), maka
persamaan (5.5) berubah menjadi:
P
1
C Av
(5.6)
D
i
i = 1, 2, 3 ..n
Ratio Li/Wi
CD
1,20
20
1,50
1,90
Keterangan:
Li = panjang paddle
Wi = lebar paddle
P Q..g.h
(5.7)
dimana :
P
= tenaga, N.m/det
Q
= debit aliran, m3/det
g
= percepatan gaya gravitasi, 9,8 m/det2
h
= tinggi jatuhan, m
G
Q ..g.h
g.h
(5.8)
.V
.td
dimana :
td
= V/Q = waktu tinggal hidrolik, detik
13
dL
v RN
h f
Lv 2
(5.9)
D.2.g
dimana :
f
= koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach
L
= panjang pipa, m
v
= Kecepatan aliran air, m/det
D
= diameter pipa, m
hL k
v2
hL
2.g
dimana :
Alira
n air
pada
medi
a
berb
utir :
f1
Lv
(5.10
)
d g
(5.11
)
f 150
1,75
RN d.v.
dimana :
Besarnya tenaga pada flokulator kanal bersekat (baffled channel) dapat dihitung
dengan persamaan 5.8, dengan h sama dengan headloss total sepanjang baffled
channel. Besarnya headloss dipengaruhi oleh jumlah sekat dan kanal pada bak
tersebut. Jumlah kanal dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
2
1/ 3
1.44
f
2.t H.L.G
1.44
1/ 3
2.t W.L.G
(5.12
)
(5.13
)
14
n = jumlah kanal
Pada pengadukan pneumatis, tenaga yang dihasilkan merupakan fungsi dari debit udara
h 10,4
P 3904.Ga.Log
10,4
(5.14)
dimana :
P = power, (N.m/s)
15
Sebuah bak pengaduk berbentuk bujur sangkar digunakan untuk mengaduk air dengan debit 7500
m3/hari. Kedalaman air sama dengan 1,2 kali lebar. Diharapkan dalam bak tersebut terjadi
pengadukan dengan nilai gradien kecepatan 800 m/detik-m dengan waktu tinggal hidrolik td = 45
detik. Suhu air adalah 25 C dan kecepatan putaran poros alat pengaduk adalah 100 rpm.
Tentukan:
Diameter impeller jika digunakan vane-disc impeller 6 flat blades dan tangki memiliki 4 baffle
tegak.
Udara yang dibutuhkan jika pengadukan pneumatis digunakan dan lokasi diffuser 20 cm di atas
dasar tangki.
Penyelesaian:
Volume tangki = Q x td
3,90 m3
det
2
800
0,000890 N. det
P G
P
1/ 5
m2
3,90m
2221
N.m
det
KT n
1/5
2221 N.m
kg. m
Di
det
5,75
N.det
1,667 rps
997 kg
= 0,610 m
16
0,610m2
1,667 rps 997 kg / m3
Re
N. det 2
0,000890 N. det/ m
kg. m
Jika tanpa sekat (baffle) tegak, tenaga yang dibutuhkan adalah 75 % dari tenaga untuk tangki
1/5
2221 N.m
kg.m
Di
det
4,31
N.det
1,667 rps
997 kg
= 0,65 m
5.
Jika digunakan sistem hidrolik, maka tinggi jatuhan dapat dihitung dengan rumus :
G2
..td
800
0,000890 N.det
1m3
45 det
2,62 m
.g
det
9,81 m / det
997 kg
sehingga :
P / 3904
2221/ 3904
9,26 m3 menit
h 10,4
1,58 10,4
log
log
10,4
10,4
17
Sebuah IPAM mengolah air dengan debit Q = 1,8 m3/detik dengan unit koagulasi menggunakan
pengaduk cepat mekanis. Gradien kecepatan 1000/detik dan waktu detensi td = 15 detik. Untuk
pemilihan motor pengaduk, tersedia spesifikasi motor sebagai berikut:
1.
Model Mix-25
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,18 kW
2.
Model Mix-50
n = 30 - 45 rpm
Power = 0,37 kW
3.
Model Mix-75
n = 45
- 70 rpm
Power = 0,56 kW
4.
Model Mix-100
n = 45
- 110 rpm
Power = 0,75 kW
5.
Model Mix-150
n = 45
- 110 rpm
Power = 1,12 kW
6.
Model Mix-200
n = 70
- 110 rpm
Power = 1,5 kW
7.
Model Mix-300
n = 110 - 175 rpm
Power = 2,24 kW
8.
Model Mix-500
n = 110 - 175 rpm
Power = 3,74 kW
9.
Model Mix-750
n = 110 - 175 rpm
Power = 5,59 kW
10.
Model Mix-1000
n = 110 - 175 rpm
Power = 7,46 kW
11.
Model Mix-1500
n = 110 - 175 rpm
Power = 11,19 kW
Tentukan ukuran dan jumlah bak pengaduk cepat dengan ketentuan tiap bak terdapat satu alat
pengaduk. Alat pengaduk dapat dipilih dari spesifikasi di atas.
Penyelesaian:
1.
Hitung volume bak pengaduk:
2.
P G
2
V
1000
0,000890 N. det
30m
3
24030
N.m
24,03 kW
m2
det
det
Bila dianggap efisiensi power motor menjadi power pengadukan air adalah 80%, maka power
motor yang diperlukan adalah 24,03 kW / 0,8 = 30,0 kW.
Berdasarkan motor yang tersedia, dapat dipilih motor model Mix-1500 sebanyak tiga buah. Jadi
jumlah bak adalah tiga. Debit air untuk satu bak adalah 0,6 m3/detik.
8952
N.m
det.
10,06 10 m3
N.det
(1000 / det)
x0,00089
Kedalaman = 2,0 m
Cek td
Direncanakan menggunakan alat pengaduk tipe turbine, 6 flat blades, vaned disc dengan
18
nilai KT = 5,75.
1/ 5
Kn
No
n, rpm
n, rps
Di, m
Di/Lb
110
1,83
1,08
0,490
120
2
1,02
0,465
130
2,17
0,98
0,443
140
2,33
0,93
0,424
150
2,5
0,90
0,407
160
2,67
0,86
0,391
170
2,83
0,83
0,377
175
2,92
0,82
0,371
Berdasarkan kriteria ratio diameter alat pengaduk / lebar bak, yaitu 30 50%, maka semua
alternatif n dan Di pada Tabel di atas dapat dipilih. Makin kecil diameter alat pengaduk,
maka kecepatan putaran makin diperbesar.
19
Rancanglah suatu flokulator kanal bersekat (baffled channel) aliran horizontal untuk mengolah air
dengan kapasitas 12.000 m3/hari. Bak flokulator dibagi dalam tiga ruang dengan gradien
kecepatan masingmasing 75/detik, 35/detik, dan 20/detik. Waktu flokulasi keseluruhan 24 menit
dan suhu air 25 C. Dinding kanal memiliki nilai koefisien kekasaran f = 0,3. Panjang flokulator
ditetapkan 12 m dan kedalaman kanal 1,2 m.
Penyelasian:
Dihitung flokulator pertama dengan gradient kecepatan, G = 75/detik dan waktu tinggal hidrolik,
td = 8 menit.
W
V
200 m3
13,89 m
LxH
12 mx1,2 m
1/ 3
2.t
H.L.G
1,44 f
1/3
2(0,89x10
)(8)(60)
(1,2)(12)(75)
31
9971,44 0,3
12000 / 86400
.t
G2
0,89x103 860
752
0,25m
.g
9979,81
2.
Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk kompartment kedua dan ketiga
Kompartmen kedua :
G
= 35/detik
Td
= 8 menit
Jumlah sekat
= 19
Jarak antar sekat
= 0,63 m
Head loss
= 0,05 m
Kompartmen ketiga :
G
= 20/detik
Td
= 8 menit
Jumlah sekat
= 13
Jarak antar sekat
= 0,92 m
Head loss
= 0,02 m
3.
20
Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000
m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G ratarata 25/detik.
Poros horisontal
4,5 m
18 m
Penyelasian:
P = G2 V = (25/detik)2 x (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (18 m x 4,5 m x 4,5 m) = 203 N-m/detik Nilai P
ini adalah tenaga total yang dihasilkan oleh tiga kompartemen.
21
Dalam sistem flokulator di atas, hanya ada satu nilai n karena putaran dihasilkan oleh satu poros.
Ukuran paddle adalah sama, Li = 4,5 m dan Wi = 0,1 m. Ratio Li/Wi = 45. Berdasarkan Tabel 5.6, nilai CD
= 1,9
P 2 CD Avi3
203 N-m/detik = (1/2) x 1,9 x (2 x 4,5 m x 0,1 m) x (997 kg/m 3) x {(8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3
+ (6,13 n)3 + (8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3 + (8,95 n)3 + (7,07 n)3} m/detik
Jadi, untuk menghasilkan nilai G ratarata 25/detik, maka paddle wheel harus diputar dengan
kecepatan 2,26 putaran per menit.
22
5.4. Soal-soal
Pengaduk mekanis berupa propeller 3 blades berdiameter 40 cm diputar dengan kecepatan 425
rpm.
Tangki pengaduk cepat berbentuk bujur sangkar dengan debit 8 x 103 m3/hari, memiliki kedalaman
1,25 kali lebar. Nilai G = 1000/detik dan suhu 20C, waktu detensi 30 detik. Pengaduk berupa vans
disk impeller dengan 6 blade. Tentukanlah: Dimensi tangki, kebutuhan power input, kecepatan
impeller jika diameter impeller 50 % lebar tangki.
Berapa debit udara yang diperlukan untuk menjaga nilai G sebesar 500/detik dalam suatu tangki
dengan kedalaman 2,75 m dan waktu tinggal air selama 5 menit, suhu air 20 C.
Pada percobaan jar test digunakan gelas beaker berisi 1 liter air dengan paddle berukuran seperti
gambar berikut:
2,5 cm
8,0 cm
Pertanyaan:
Bila paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, hitunglah gradien kecepatan yang
dihasilkan oleh putaran paddle tersebut.
Bila akan digunakan sebagai pengaduk lambat, berapakah kecepatan paddle harus diputar?
Hitung kembali contoh soal 5.2 untuk pengadukan lambat tiga kompartemen dengan nilai G
masing-masing 70, 35, 20 det-1 dan td total 30 menit.
Buatlah rancangan alat pengaduk mekanis tipe paddle wheel untuk mengaduk air (slow mixing)
dengan debit 100 l/detik sehingga dihasilkan GTd yang menurun masing-masing 70000, 55000, dan
45000 (waktu detensi total 45 menit).
Rancangan meliputi:
23
h1
h2
h3
h4
Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000
m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G ratarata 25/detik.
Arah putaran
Poros horisontal
4,5 m
Koagulasi-Flokulasi di lakukan dalam satu sistem baffled chamel horisontal flow dengan debit air
yang diolah 150 lt/dt. = 10-6 m2/dt
G = 800 dt-1
G = 80
G = 40
G = 20
td = 1 menit
I
II
III
td = 7,5 menit
7,5 menit
7,5 menit
Koagulasi
Flokulasi
24
Koagulasi
Hitung berapa luas area (Pbx Lb) koagulasi jika kedalaman air 1 meter
Flokulasi
Hitung berapa luas (Pbx Lb) pada unit flokulasi jika panjang bak disesuaikan dengan bak koagulasi
Bahan Bacaan
1. -----, Water Treatment Handbook, 6th edition, Volume 1, Degremont Water and the
Environment, 1991
2. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water and Wastewater Engineering, John Wiley &
Sons, Singapore, 1997.
3. Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley
Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning,
Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000.
5. Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996.
6. Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater Engineering,
Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc.
New York, 1981
25