Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(P07120213004)
(P07120213015)
(P07120213021)
(P07120213028)
(P07120213030)
(P07120213033)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV
2014
A. DEFINISI IMUNISASI
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan
mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi
imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2000).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. (Yupi
S, 2004).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus
atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang
di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut
seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat
efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang
mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
B. JENIS-JENIS IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara
sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut
meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme
pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti
complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali
akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah
itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan
tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut
hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan
humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE,
IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam
pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel
memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah
pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip
imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua
yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta
sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat
macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli
sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi.
b)
c)
Gizi buruk
d)
Demam tinggi
e)
f)
6) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustula
dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan
dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan
parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak
atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak memerlukan
pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara
umur 2 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian
imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT
mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan
efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.
c. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya
penyakit
poliomyelitis
yang
dapat
menyebabkan
b)
4) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang
perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak
mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat
virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena
itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja
diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci
tangan setelah mengganti popok bayi.
d. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang
penyakit
thypus
diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia
diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.
h. Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan
virus hidup varicella zoster strain OK yang dilemahkan. Pemberian
vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di
daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali
suntikan dengan interval 4 8 minggu.
i. Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada
usia diatas 2 tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin
Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM 175 yang inactivated)
dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan booster pada 6 bulan
kemudian dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3
kali suntikan pada usia 0, 6, dan 12 bulan.
j. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk
polisakarida murbi (PRP: Purified Capsular Polysacharide) kuman H.
Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi
dengan protein protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP T), Toxoid
diphteri (PRP D atau PRP CR 50), atau dengan kuman
monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP T
dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin
PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan,
kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.
Dosis
0,05 cc
Cara Pemberiaan
Intrakutan tepat di insersio muskulus
deltoideus kanan.
DPT
0,5 cc
Intramuskular.
Polio
2 tetes
Di teteskan ke mulut.
Campak
0,5 cc
Hepatitis B
0,5 cc
TT
0,5 cc
Selang Waktu
Umur
Imunisasi
Pemberiaan
Pemberiaan
Vaksin
Keterangan
BCG
1 kali
0-11 bulan
DPT
3 kali
4 minggu
2-11 bulan
Polio
4 kali
4 minggu
0-11 bulan
Campak
1 kali
4 minggu
9-11 bulan
Hepatitis B
3 kali
4 minggu
0-11 bulan
Untuk bayi
yang lahir di
RS/puskesmas,
hep. B, BCG,
2 8oC
35 37o C
DT
3 7 tahun
6 minggu
Pertusis
18 24 bulan
BCG
-
Kristal
Cair
1 tahun
Dipakai dalam 1 kali
kerja
Campak
-
Kristal
Cair
Polio
2 tahun
Dipakai dalam 1 kali
kerja
6 12 bulan
1 minggu
Dipakai dalam 1 kali kerja
1 3 hari
E. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
1.
memerlukan
perawatan
karena
akan
berpengaruh
terhadap
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
Tingkah Laku
BB dan TB
Pengkajian Head to toe.
Data Fokus
Subjektif :
1) Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan perilaku
mencegah penyakit infeksi.
2) Orang tua mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai standar imunisasi.
3) Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak tibatiba mengalami hipertermi, demam, rewel.
b. Objektif :
1) Anak gelisah.
2) Pernafasan cepat dan nadi meningkat.
3) Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak bingung,
cemas)
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi
efek
samping
imunisasi
berhubungan
dengan
kurang
terpajannya informasi.
2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi.
3. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
C.
No
.
1.
INTERVENSI
Diagnosa
NOC
NIC
Rasional
Kep.
Defisiensi
Setelah diberikan
pengetahuan
asuhan keperawatan
engkaji tingkat
sejauh mana
keluarga (ibu)
pengetahuan keluarga
pengetahuan
mengenai
telah direncanakan,
mengenai jadwal ,
keluarga pasien
jadwal
diharapkan orang
imunisasi,
tua mampu
jenis
mengetahui jadwal
imunisasi diberikan
imunisasi,
dan efek
samping b/d
kurang
terpajannya
evaluasi:
informasi.
1.
1.
2.
M
emberikan HE kepada
orang tua anak
harus di dapatkan
pada anak serta waktu
dapat memahami
mengenai gejala
3. Memberikan
pemberiannya.
yang timbul
pengetahuan kepada
setelah imunisasi
3.
dilakukan.
K
Jel
askan mengapa
eluarga pasien
gejala-gejala tersebut
mampu
muncul.
melaksanakan
prosedur yang
seharusnya
iinformasi yang
imunisasi secara
eluarga pasien
2.
tiba
2. Untuk menambah
melakukan
mengenai jenis
K
1. Untuk mengetahui
penanganan
4.
dilakukan dengan
benar dan tepat.
3.
emberikan HE tentang
penanganan efek
itu.
eluarga dapat
menyebutkan
ibu-ibu di rumah.
kesehatan
sebelumnya.
5.
pengetahuan ibu
mengenai obat yang
kembali yang
dikatakan oleh tim
5. Menambah
Jel
menanggulangi
akibat imunisasi
serta cara
pengkonsumsiannya
penggunaannya.
Kesiapan
Setelah diberikan
meningkatkan
asuhan
dalam meningkatkan
bercerita dan
status
keperawatan
status imunisasinya,
mengungkapkan isi
imunisasi.
tanyakan apakah ia
hatinya secara
telah direncanakan,
pernah diimunisasi
leluasa berarti ia
diharapkan
kesiapan keluarga
dapat optimal
lingkungan kecilnya.
dalam
Sebelum memulai
meningkatkan
bercerita, berikan
tindakan imunisasi
status imunisasi,
kesempatan untuk
dengan kriteria
anak memilih
evaluasi:
gayanya bercerita
menerima petugas
1. Klien dapat
dalam lingkungan
meningkatkan
mereka.
tentang imunisasi,
baik yang ia alami
langsung atau yang ia
2. Pengalaman dapat
menjadi pendukung
atau menjadi
penghalang
terhadap
ketahui dari
tergantung dari
kemungkinan
lingkungannya.
bagaimana
masalah yang
pengalaman itu
berkaitan dengan
imunisasi.
3. Klien dapat
meningkatkan
penelaahan oleh
pengenalan
petugas agar
terhadap pemberi
imunisasi.
4. Klien dapat
meningkatkan
status imunisasi.
5. Klien dapat
meningkatkan
pengetahuan
tentang standar
imunisasi.
6. Klien dapat
imunisasi tidak
meninggalkan kesan
3. Berikan image
tentang imunisasi
yang sederhana dan
sesuai pemahaman
anak, jangan
yang dekstruktif
pada anak, terutama
anak yang belum
pernah diimunisasi.
3. Jujur dan terbuka
mengada-ada atau
membuat
komunikasi lebih
meningkatkan
pencatatan tentang
terkesan ada
imunisasi.
topeng dalam
Keluarga:
1. Kaji kesiapan
pembicaraan,
terutama saat kontak
keluarga dalam
dengan anak
meningkatkan status
mengenai tindakan
imunisasi anak.
invasif dalam
2. Kaji hambatan -
hambatan yang
dihadapi keluarga saat
imunisasi anak
sebelum-sebelumnya.
imunisasi.
Keluarga:
1. peran serta keluarga
akan sangat
membantu
pemberian imunisasi
pada anak.
2. Hambatan dapat
penanganan yang
menjadi indikator
dilakukan keluarga
sejauh mana
dalam mengurangi/
keberhasilan
menghilangkan efek
imunisasi telah
tercapai.
akibat imunisasi.
4. Berikan dukungan
terhadap perilaku
beberapa kasus
imunisasi,
melakukan imunisasi
penanganan yang
sebagai pencegahan
tepat sangat
diperlukan.
dan perbaiki
pemahaman yang
menyimpang tentang
imunisasi.
5. Tingkatkan kesiapan
4. Apresiasi akan
meningkatkan
semangat dalam
usaha pencegahan
penyakit dan
keluarga dalam
keluarga akan
perilaku pencegahan
merasa telah
dini penyakit
misalnya melalui
imunisasi selanjutnya
dan pengenalan lebih
5. Imunisasi yang
lanjut mengenai
teratur dapat
imunisasi.
ditumbuhkan sejak
6. Berikan gambaran
jadwal imunisasi anak
sesuai usia.
6. Gambaran umum
imunisasi yang
wajib serta anjuran
untuk anak dapat
membantu orang tua
dalam rangka
penentuan dan
pencatatan tentang
3.
Risiko
Setelah dilakukan
hipertermi
tindakan keperawatan
kesehatan anak
sakit, imunisasi
berhubungan
tidak disarankan
dengan
diharapkan :
a) Tidak terjadi
imunisasi, pastikan
untuk diberikan,
karena akan
menjalani imunisasi
memperburuk
proses
imunisasi
hipertermi pada
1. Observasi kondisi
imunisasi anak.
1. Jika anak sedang
anak
b) Keluarga dapat
kondisi pasien.
Lihat pula kondisi
memberikan
anak setelah
penangan efektif
diimunisasi karena
dapat membuat
terjadi pada
beberapa imunisasi
a. Kriteria Hasil :
2. Observasi tingkat
a) Bayi tidak
pemahaman keluarga
menunjukan tanda
mengenai hipertermi
tanda hipertermi
dan penanganannya
(konvulsi, kulit
deman dan
hipertermi pada
beberapa imunisasi.
2. Untuk mengetahui
sejauh mana
kemerahan, kejang,
takikardia,
pasien mengalami
3. Beri pemahaman
pengetahuan
terhadap tanda
keluarga dan
tanda hipertermi
mempermudah
penanganan.
3. Meningkatkan
pengetahuan
keluarga pasien
37,5C)
c) Jika terjadi
hipertermi,
keluarga tidak
panik dan dapat
memberikan
penanganan yang
tepat di rumah.
hipertermi ringan di
rumah seperti
kompres hangat dan
pemberian obat
antipiretik.
tentang hipertermi.
4. Menambah
pengetahuan pada
keluarga pasien
tentang tahap tahap
penanganan
sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of
Nursing Diagnosis) Edisi 10. Jakarta : EGC.
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC.
Nurari, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta : MediAction Publishing.
Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.