BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum
dan kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen
pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan (discharge).
Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan
(continuum) dari sedasi minimal sampai anestesi penuh. Karena respons pasien
dapat berada pada sepanjang kontinuum, maka penggunaan anestesi dan sedasi
dikelola secara terintegrasi.
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui
operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata
Chirurgia (dibaca; KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan;
dan ergon artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut
pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari
(one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
A. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara
sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan
bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial,
pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi
2
B. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko
terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah
caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
C. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
D. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara
untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak
dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
E. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari
penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma,
pembedahan radikal untuk hernia.
F. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas
atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang
terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
G. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki
defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer
jaringan dari bagian tubuh lainnya.
3. Sifat Operasi:
A. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan
tanpa membahayakan nyawa pasien.
B. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan
sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau
untuk menyelamatkan jiwa pasien.
3
D. Landasan Hukum
Pengaturan jadwal dinas bisa secara fleksibel sesuai jam operasi (untuk
mengurangi angka kelebihan jam dinas ), jadwal dibuat sebulan sekali
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
......................................................
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang tersedia pada pelayanan bedah terdiri dari:
Tabel 3.1 Alat yang Tersedia di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit WARAS
WIRIS
No
Nama Alat
Jumlah
Keterangan
1
Set Dasar I
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, dan sectio C, apendiktomi.
2
Set Dasar II
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomy, sectio C, apendiktomi.
3
Set Dasar III
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio C, apendiktomi.
4
Set Dasar IV
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio C, apendiktomi.
5
Set Dasar V
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparatomi, sectio C, Apendiktomi.
6
Set Dasar VI
1 Set
Bisa dipakai untuk operasi laparotomi, sectio C, Apendiktomi.
7
Set Kecil (Ekstirpasi )
2 Set
Bisa dipakai untuk operasi kecil.
8
Set Hernia Anak
1 Set
Gambar 3.1 Denah Instalasi Kamar Operasi
7
9
Set Hernia Dewasa
1 Set
10
Set Ortopedi
1 Set
11
Set Struma
1 Set
12
Set Tonsilektomi
1 Set
13
Set Pediatri I
1 Set
14
Set Pediatri II
1 Set
15
Set Plastik I
3 Set
16
Set Trepanasi
1 Set
17
Set Onkologi
1 Set
18
Set Neurologi
1 Set
19
Set Kuretase
1 Set
20
Set Gall blass atau Ginjal
2 Set
21
Set Sectio Caesaria
4 Set
22
Reseksi Usus Anak
1 Set
23
Reseksi Usus Dewasa
2 Set
24
Set Histerektomi
2 Set
25
Set Tambahan
1 Set
26
Set Spinal
16 Set
27
Set Mangkok Operasi
15 Set
28
Set Bangkok Sikat
6 Set
29
Set Kocker
1 Set
30
Set Vena Seksi
1 Set
31
Liposuction
1 Set
32
Buka Gip
1 Set
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan bedah meliputi:
A. Persiapan Instrumen
1. Persiapan operasi Exterpasi
Persiapan alat menggunakan Set kecil
Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter
2. Persiapan kuretase
Persiapan alat menggunakan Set kuret
Set mangkok
Set Linen
Suction
kauter
3. Persiapan operasi TUR (Reseksi Prostat Transuretra)
Persiapan alat menggunakan Set tambahan.
Set mangkok.
Set Linen.
Suction
kauter
4. Persiapan operasi apendiktomi.
Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk
12
Amankan pasien di atas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan di atas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk
meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
Hindari tekanan pada dada atau bagian tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya trombus.
Jangan izinkan ekstremitas pasien terayun di luar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti di tangan atau di lengan.
Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
h Membersihkan dan Menyiapkan Kulit
h Penutupan Daerah Steril
h Mempertahankan Surgical Asepsis
h Menjaga suhu tubuh pasien dari kehilangan panas tubuh
h Penutupan luka pembedahan
h Perawatan drainase
h Pengangkatan pasien ke Ruang Pemulihan, Instalasi Pelayanan Intensif
E. Tata Laksana Perawatan Pasien di Ruang Pulih Sadar
h Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasien dengan anestesi regional posisi kepala
pasien semi fowler.
h Pasang pengaman pada tempat tidur.
h Monitor tanda vital: Tekanan darah, Nadi, respirasi setiap 15 menit.
h Penghisapan lendir daerah mulut dan trakea
h Beri O2 sesuai program.
h Observasi adanya muntah.
h Catat intake dan output cairan.
13
F. Tata Laksana Pengeluaran Pasien dari Ruang Pulih Sadar
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang
akan digunakan untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator Mutu pada
Pelayanan Bedah RS WARAS WIRIS mengacu pada Pedoman Indikator Mutu
RS WARAS WIRIS yaitu:
1. Kejadian Kematian Di Kamar Operasi
Ruang lingkup
:
Kejadian Kematian Di Kamar Operasi
Dimensi mutu
:
Keselamatan, efektivitas dan kompetensi
Tujuan
:
Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan anestesi dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien
Definisi operasional
:
Kematian di meja operasi adalah kematian yang terjadi di kamar operasi pada
saat operasi berlangsung, atau selama pasien di ruang sadar pulih, yang
diakibatkan oleh tindakan anestesi maupun tindakan pembedahan
Kriteria inklusi
:
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Jumlah pasien yang meninggal di kamar operasi dalam satu bulan
Denominator
:
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam satu bulan
Standar
:
0,5%
2. Keterlambatan Waktu Operasi
Ruang lingkup
:
Keterlambatan Waktu Operasi
Dimensi mutu
:
Efektivitas
Tujuan
:
Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah
Definisi operasional
:
Angka Kejadian Tertundanya Operasi Lebih Dari 30 menit
Kriteria inklusi
:
Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda lebih dari 30 menit yang
bukan disebabkan oleh karena faktor pasien atau keluarganya
Kriteria eksklusi
:
Semua pasien yang saat mulainya operasi tertunda lebih dari 30
22
menit yang disebabkan oleh faktor pasien dan atau keluarganya
Numerator
:
Jumlah pasien yang operasinya tertunda 30 menit per bulan
Denominator
:
Jumlah pasien operasi dalam bulan tersebut
Standar
:
2%
3. Ketidaklengkapan Laporan Operasi
Ruang lingkup
:
Ketidaklengkapan Laporan Operasi
Dimensi mutu
:
Efektivitas
Tujuan
:
Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan kepedulian terhadap
keselamatan pasien
Definisi operasional
:
Ketidaklengkapan penulisan laporan operasi setelah pasien keluar dari kamar
operasi
Kriteria inklusi
:
Semua laporan tindakan operasi
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Jumlah ketidaklengkapan laporan operasi pada bulan tersebut
Denominator
:
Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut
Standar
:
1%
4. Ketidaklengkapan Laporan Anestesi
Ruang lingkup
:
Ketidaklengkapan Laporan Anestesi
Dimensi mutu
:
Efektivitas
Tujuan
:
Tergambarkannya efektivitas pelayanan anestesi dan kepedulian terhadap
keselamatan pasien
Definisi operasional
:
Ketidaklengkapan penulisan laporan anestesi setelah pasien keluar dari kamar
operasi
Kriteria inklusi
:
Semua laporan tindakan anestesi di kamar operasi
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Jumlah ketidaklengkapan laporan anestesi pada bulan tersebut
Denominator
:
Jumlah pasien anestesi pada bulan tersebut
Standar
:
1%
23
5. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap
Ruang lingkup
:
Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat Rumah Sakit
Dimensi mutu
:
Keselamatan pasien
Tujuan
:
Tercapainya Keselamatan Pasien rawat inap
Definisi operasional
:
Kriteria inklusi
:
- Kesalahan Prosedur komunikasi lisan/via telepon: Write back, Read back dan
Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur SBAR
- Prosedur spelling /ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat LASA /
NORUM
24
Kriteria eksklusi
:
Komunikasi non lisan / tertulis
Numerator
:
Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan / via telepon
Denominator
:
Standar
:
0
(SBAR: Situation, Background, Assessment, Recommendation)
7. Insiden Keamanan Obat Yang Kurang Diwaspadai
Ruang lingkup
:
Kurangnya keamanan pengelolaan obat-obatan yang bersifat NORUM atau LASA
dan elektrolit konsentrat
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien melalui peningkatan keamanan obat
Definisi operasional
:
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan KTD atau
kejadian sentinel
Kriteria inklusi
:
- Penyimpanan obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat tidak sesuai
prosedur (penyimpanan terpisah, elektrolit konsentrat diberi stiker orange, obat
NORUM atau LASA diberi stiker hijau)
- Pemberian obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat tidak
menggunakan prosedur 6 B
- Tidak ada daftar obat NORUM atau LASA dan elektrolit konsentrat di masingmasing unit.
- Prosedur ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat LASA atau NORUM
Kriteria eksklusi
:
Obat-obatan yang tidak tergolong elektrolit konsentrat dan NORUM atau LASA
Numerator
:
Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan obat yang perlu diwaspadai
(high alert medications)
Denominator
:
Standar
:
0
8. Insiden Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur, dan Pasien Operasi
Ruang lingkup
:
Kejadian tidak tepat lokasi, tidak tepat prosedur operasi dan
25
tidak tepat pasien pada tindakan operasi
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien melalui prosedur tepat lokasi, prosedur dan
pasien operasi.
Definisi operasional
:
Kesalahan lokasi, kesalahan prosedur operasi dan kesalahan pasien pada
tindakan operasi.
Kriteria inklusi
:
- Tidak dilakukan penandaan lokasi operasi atau kesalahan penandaan lokasi
operasi
- Tidak dilakukannya checklist keselamatan bedah pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi
- Tidak dilakukan TIME OUT pada pasien operasi sebelum dilakukan incisi
- Kesalahan pasien pada tindakan operasi
Kriteria eksklusi
:
Pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi
Numerator
:
Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan lokasi, prosedur dan pasien
operasi pada bulan tersebut.
Denominator
:
Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar
:
0%
9. Insiden Ketidakpatuhan Cuci Tangan
Ruang lingkup
:
Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan.
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya Keselamatan Pasien melalui kegiatan mencuci tangan.
Definisi operasional
:
Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5 momen
cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
Kriteria inklusi
:
- Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan
Denominator
:
26
Standar
:
0
10. Insiden Angka Kejadian Pasien Jatuh
Ruang lingkup
:
Terjadinya pasien jatuh di lingkungan rumah sakit
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien melalui pengurangan risiko jatuh.
Definisi operasional
:
Pasien jatuh di lingkungan rumah sakit oleh sebab apa pun.
Kriteria inklusi
:
Tidak melakukan pengkajian Skala Morse Fall Risk pada pasien dewasa, skala
Humpthy Dumpty pada pasien pediatrik, skala Ontario-Sidney Scoring pada
pasien geriatri yang menjalani Rawat Inap
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Angka kejadian pasien jatuh
Denominator
:
Standar
:
0
11. Insiden Kesalahan Jenis Operasi
Ruang lingkup
:
Terjadinya Insiden kesalahan jenis operasi pada pasien.
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya Keselamatan Pasien dengan tidak terjadinya Insiden salah jenis
operasi.
Definisi operasional
:
Terjadinya Insiden Kesalahan jenis operasi pada saat pasien dilakukan tindakan
operasi.
Kriteria inklusi
:
Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Insiden kejadian salah jenis operasi.
Denominator
:
Standar
:
0
27
12. Insiden Kesalahan Posisi
Ruang lingkup
:
Terjadinya Insiden kesalahan Posisi Operasi pada pasien.
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya Insiden salah posisi
operasi.
Definisi operasional
:
Terjadinya Insiden Kesalahan posisi pada saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi
:
Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
dikamar operasi.
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Standar
:
0
14. Insiden Tertinggalnya Instrumen
Ruang lingkup
:
Terjadinya insiden tertinggal instrumen pada pasien operasi
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
28
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien dengan ketidakterjadinya insiden tertinggalnya
intrumen.
Definisi operasional
:
Terjadi Insiden tertinggalnya instumen pada luka operasi, pada saat pasien
dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi
:
Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang ke empat: kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan tidak melakukan time out
di kamar operasi.
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Insiden kejadian tertinggalnya Instrumen.
Denominator
:
Standar
:
0
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya risiko insiden
operasi dengan kekurangan darah
Definisi operasional
:
Terjadinya Insiden kekurangan darah yang dibutuhkan pada saat pasien
dilakukan tindakan operasi.
29
Kriteria inklusi
:
Kekurangan darah yang disebabkan oleh apapun pada saat pasien dilakukan
tindakan operasi.
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Insiden kejadian operasi kekurangan darah.
Denominator
:
Standar
:
0
17. Konsultasi Durante Operasi
Ruang lingkup
:
Terjadinya Insiden konsultasi durante operasi
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien.
Tujuan
:
Terjadinya Insiden perluasan luka operasi yang disebabkan oleh kondisi penyakit
yang ditemukan pada durante operasi.
Kriteria inklusi
:
Terjadinya tindakan perluasan luka operasi pada saat durante operasi yang
disebabkan oleh penyakit pasien.
Kriteria eksklusi
:
Numerator
:
Insiden kejadian perluasan operasi.
30
Denominator
:
Standar
:
0
19. Insiden Kesalahan Diagnosis Pra Operasi
Ruang lingkup
:
Terjadinya Insiden Kesalahan Dagnosis Pra Operasi
Dimensi mutu
:
Keselamatan Pasien
Tujuan
:
Tercapainya keselamatan pasien dengan mengurangi terjadinya insiden
kesalahan diagnosis pra operasi.
Definisi operasional
:
Terjadinya insiden kesalahan diagnosis pada pasien pra operasi, yang baru
diketahui oleh operator pada saat durante tindakan operasi.
Kriteria inklusi
:
:
Numerator
:
Jumlah Insiden kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
Denominator
:
Standar
:
0
31
BAB IX
PENUTUP
Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Bedah ini maka setiap petugas
Rumah Sakit yang terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan
pelayanan bedah sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis
keselamatan dan kepuasan pasien.