Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak dengan air.
6) Pembalutan dengan Plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
7) Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya
melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah
ada
yang
rusak,
misalnya
tergores,
maka
timah
justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi
besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan
timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode.
Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru
yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
8) Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink.
Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang
disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif
daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel
elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi
dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada
umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
9) Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium
plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
10)
Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi,
maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal
laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
b. Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dalam kegiatan industri
Contoh pada industri gula, seperti proses industri lainnya tentu
mengalami permasalahan korosi pada setiap tahapan prosesnya. Dengan
adanya bahan konstruksi yang terbuat dari logam, maka Pabrik Gula rentan
terhadap serangan korosi. Korosi tidak dapat dihindari, tetapi dapat
diperlambat lajunya. Peralatan di pabrik gula yang terbuat dari logam sangat
rentan terhadap serangankorosi. Terlebih lagi Nira sebagai bahan baku
proses pembuatan gula mempunyai kondisi asam, sehingga berpotensi
untuk menimbulkan korosi di peralatan. Proses produksi di pabrik gula secara
garis besar dibagi menjadi empat tahapan proses, yaitu :
-Tahap 1 Ekstraksi tebu menjadi nira mentah (Gilingan)
-Tahap 2 Nira mentah menjadi Nira Encer (Pemurnian)
-Tahap 3 Nira Encer menjadi Nira Kental (Penguapan)
-Tahap 4 Nira Kental menjadi Gula Kristal (Kristalisasi dan Pemisahan)
Pada tiap tahapan proses tersebut ada berbagai hal yang dapat
menimbulkan serangan korosi.
Peralatan di Pabrik Gula yang berpotensi terkena korosi, yaitu :
1. Stasiun Ketel (Boiler)
Boiler atau ketel merupakan jantung dari pabrik gula. Fungsi dari ketel
adalah untuk menyediakan uap yang digunakan untuk proses, yaitu di
gilingan, pemanasan nira, penguapan nira, pemasakan nira kental, dan
pemutaran. Ketel terdiri pipa-pipa dimana lingkungannya terus menerus
kontak dengan air dan uap. Dengan adanya kontak tersebut besar
kemungkinan terjadinya erosi pada permukaan pipa.
2. Stasiun Gilingan
Gilingan berfungsi untuk memerah nira yang terdapat dalam tebu. Pada
proses initebu digiling menggunakan rol yang terbuat dari bahan Stainless
Steel atau Carbon Steel. Potensi terjadinya korosi di rol gilingan cukup besar.
Hal itu disebabkan karena keausan dari peralatan. Keausan terjadi karena
adanya gesekan antara ampas dengan rol gilingan. Dengan banyaknya
gesekan yang terjadi maka rol akan menjadi aus, sehinggan menimbulkan
korosi. Selain itu karakteristik dari Nira yangdihasilkan bersifat asam,
sehingga menjadi media yang baik untuk terjadinya korosi.
3.
Unit Pemurnian
Proses pemurnian nira bertujuan untuk menghilangkan bukan gula yang
ada dalam nira. Pada saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia
menggunakan proses sulfitasi untuk memurnikan nira. Pada proses sulfitasi
Unit Penguapan
Proses penguapan di Pabrik gula menggunakan evaporator. Pada
evaporator permasalahan korosi menelan biaya yang cukup besar
dibandingkan dengan unit lain. Pada proses penguapan nira akan diuapkan
airnya dari % brix menjadi % brix. Pada proses penguapan ini permasalahan
yang sering terjadi adalah timbulnya kerak di dinding pipa evaporator (baik
disisi nira maupun di sisi uap). Korosi dan erosi menjadi salah satu masalah
serius yang dihadapi oleh evaporator karena tingginya lajudari zat cair dan
uap yang ada dalam evaporator. Selain itu kemungkinan terjadinya
entrainment di evaporator juga bisa menyebabkan terjadinya korosi. Karena
itu berbagai upaya dilakukan untuk mencegah entraintment diantaranya
dengan penggunaan mist eliminator.
5.
Perpipaan
Pada industri gula perpipaan yang digunakan sebagian besar pipa
tertutup, yaituuntuk mengalirkan nira, strop, air, uap, masakan. Pada sistem
perpipaan rentan terjadi korosi karena laju dari fluida yang besar dapat
menyebabkan erosi pada pipa.
Selama ini permasalahan korosi di pabrik gula kurang mendapat
perhatian bahkan terkesan diabaikan, padahal biaya yang ditimbulkan akibat
adanya korosi tidaklah sedikit. Korosi berpotensi terjadi di Pabrik gula karena
bahan konstruksinya banyak terbuat dari logam khususnya besi. Bhaskaran,
dkk (2003) melakukan audit mengenai korosi di Pabrik Gula di India. Dari
hasil audit tersebut dihasilkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh seluruh
pabrik gula di India akibat masalah korosi sebesar US $ 14.000.000 atau
hampir 140 milyar rupiah. Sedangkan studi yang dilakukan di Amerika
menunjukkan bahwa total biaya yang ditimbulkan akibat korosi untuk
seluruh industrinya sebesar $ 296 milyar (Roberge, 1999 ).
Agar dapat menekan biaya yang ditimbulkan akibat adanya korosi pada
peralatan-peralatan
kegiatan
industri,
maka
harus
diadakan
pengendalian/pencegahan korosi itu sendiri. Hal-hal yang dapat dilakukan
sangat banyak, misalnya pengendalian lingkungan atau ruangan di mana
peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi berkaitan
dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan
penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi
dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara
keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya
Pengawasan dan perhatian yang serius perlu diberikan oleh para pimpinan
terhadap manajemen perawatan peralatan-peralatan elektronik.