NOMOR 01/P/KPI/05/2009
TENTANG
KELEMBAGAAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA
Memperhatikan:
a. Keputusan Rapat Koordinasi Nasional II Komisi Penyiaran
Indonesia tanggal 1 Desember 2005 di Jakarta;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2
1. Komisi Penyiaran Indonesia selanjutnya disebut KPI adalah lembaga negara yang
bersifat independen, yang terdiri atas KPI Pusat yang dibentuk di tingkat pusat dan
berkedudukan di ibukota negara, dan KPI Daerah yang dibentuk di tingkat provinsi
dan berkedudukan di ibukota provinsi.
2. Anggota KPI adalah seseorang yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan ditetapkan oleh Presiden untuk KPI Pusat; atau seseorang
yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan ditetapkan oleh
Gubernur untuk KPI Daerah.
3. Komisioner adalah setiap Anggota KPI terlepas dari jabatan strukturalnya di KPI.
4. Sekretariat KPI adalah kelengkapan kelembagaan sebagai pelaksana tugas dan fungsi
kesekretariatan yang merupakan alat perangkat pemerintah baik di pusat maupun di
daerah untuk melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada KPI.
5. Sekretaris KPI atau Kepala Sekretariat KPI adalah pejabat yang diangkat oleh
pemerintah atau pemerintah daerah, atas usulan KPI Pusat atau KPI Daerah, sebagai
sekretaris atau kepala sekretariat KPI Pusat atau KPI Daerah.
6. Tenaga Ahli adalah seorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang
ditetapkan oleh KPI sebagai tenaga ahli dengan tugas dan fungsi, antara lain
memberi masukan dan pertimbangan sesuai keahliannya tersebut kepada KPI.
7. Asisten Ahli adalah seorang yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tertentu yang
ditetapkan oleh seorang Komisioner sebagai asisten ahli dengan tugas dan fungsi,
antara lain memberi bantuan sesuai kualifikasinya kepada Komisioner tersebut.
8. Dewan Kehormatan KPI adalah lembaga ad hoc yang dibentuk oleh KPI Pusat atau
KPI Daerah dengan tugas dan fungsi utama memberikan rekomendasi sehubungan
dengan persoalan pelanggaran tata tertib dan/atau kode etik oleh Anggota KPI.
9. Anggota Pengganti Antarwaktu adalah calon Anggota KPI yang telah menjalani uji
kepatutan dan kelayakan serta ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi sebagai anggota pengganti antarwaktu
sesuai dengan urutan hasil uji kepatutan dan kelayakan, yang akan menggantikan
Anggota KPI yang berhalangan tetap atau berhenti sebagai Anggota KPI sebelum
berakhirnya masa jabatan menurut peraturan perundang-undangan.
11. Skorsing adalah pemberhentian sementara seorang atau lebih Anggota KPI dari
jabatannya berdasarkan hasil keputusan Rapat Pleno yang menindaklanjuti
rekomendasi Dewan Kehormatan KPI terkait dugaan pelanggaran tata tertib oleh
Anggota KPI.
BAB II
STRUKTUR KELEMBAGAAN
3
Bagian Pertama
Struktur KPI
Pasal 2
(2) Penetapan Ketua dan Wakil Ketua KPI diputuskan melalui Rapat Pleno.
(3) Hasil penetapan Ketua dan Wakil Ketua KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk KPI Pusat dan
kepada Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk KPI Daerah.
(4) Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua KPI berlaku selama satu periode jabatan.
(5) Penggantian Ketua dan/atau Wakil Ketua KPI dalam satu masa jabatan dapat
dilakukan apabila Ketua dan/atau Wakil Ketua tersebut tidak dapat menjalankan
tugas yang diamanahkan.
(6) Penggantian Ketua dan/atau Wakil Ketua KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
hanya dapat dilakukan melalui Rapat Pleno.
Bagian Kedua
Tugas Ketua, Wakil Ketua dan Anggota KPI
Pasal 3
Tugas Ketua dan Wakil Ketua, dan Anggota KPI adalah sebagai berikut:
c. menjaga dan mengingatkan agar visi dan misi KPI dijalankan secara utuh; dan
4
a. membantu Ketua KPI dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan KPI;
c. menjaga dan mengingatkan agar visi dan misi KPI dijalankan secara utuh; dan
(4) Anggota KPI mempunyai bidang tugas masing-masing yang terdiri atas:
1. perizinan penyiaran;
5
3. kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat, serta
pihak-pihak internasional; dan perencanaan pengembangan sumber daya
manusia yang profesional di bidang penyiaran.
(5) Anggota KPI mempunyai tugas menjalankan tugas Ketua atau Wakil Ketua KPI
apabila mendapat pelimpahan kewenangan.
Bagian Ketiga
Tenaga Ahli dan Asisten Ahli
Pasal 4
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KPI dapat dibantu oleh Tenaga Ahli
sesuai dengan kebutuhan.
(2) Tenaga Ahli, harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh KPI.
(3) Secara Administratif Tenaga Ahli dapat diangkat oleh Ketua KPI atau Sekretaris
/Kepala Sekretariat KPI.
(4) Biaya Tenaga Ahli berasal dari APBN untuk KPI Pusat, dan APBD untuk KPI
Daerah.
Pasal 5
(2) Asisten Ahli harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh KPI.
(3) Secara Administratif Tenaga Ahli dapat diangkat oleh Ketua KPI atau Sekretaris
/Kepala Sekretariat KPI.
(4) Biaya Asisten Ahli berasal dari APBN untuk KPI Pusat, dan APBD untuk KPI
Daerah.
BAB III
KEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Kewajiban dan Hak
Pasal 6
Kewajiban Komisioner
6
a. melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan dan
integritas KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen;
e. tidak menerima imbalan atau hadiah dari pihak manapun secara melawan hukum;
g. menjaga dan melaksanakan putusan KPI melalui Rapat Koordinasi Nasional dan
Rapat Pleno KPI; dan
h. bekerja sama dengan Dewan Kehormatan KPI dalam menegakkan kewibawaan dan
kredibilitas KPI.
Pasal 7
Hak Komisioner
b. untuk menerima penghasilan dari pihak lain dalam menjalankan tugas KPI,
sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
c. untuk membela diri, memberikan jawaban, dan/atau klarifikasi atas teguran yang
diberikan oleh Dewan Kehormatan KPI.
Bagian Kedua
Honorarium dan Tunjangan
Pasal 8
7
(2) Pejabat dan staf sekretariat yang berstatus PNS dan Non-PNS berhak mendapatkan
insentif disesuaikan dengan kedudukan dan atau jabatannya (eselonisasi), transpor
serta honorarium dari satu kepanitiaan/tim.
(3) Khusus bagi Non-PNS ditambahkan hak honorarium dengan tetap berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Pemilihan dan Penetapan
Pasal 9
(1) Anggota KPI Pusat dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan
KPI Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atas usul
masyarakat melalui uji kepatutan dan kelayakan secara terbuka.
(2) Anggota KPI Pusat secara administratif ditetapkan oleh Presiden atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan anggota KPI Daerah secara administratif
ditetapkan oleh Gubernur atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.
Bagian Keempat
Pemberhentian
Pasal 10
b. meninggal dunia;
c. mengundurkan diri;
(2) Apabila anggota KPI berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
bersangkutan digantikan oleh anggota pengganti antarwaktu sampai habis masa
jabatannya.
Bagian Kelima
Tata Cara Penggantian Anggota KPI
Pasal 11
Penggantian Anggota Karena Meninggal Dunia
8
Apabila Anggota KPI meninggal dunia, maka KPI menyampaikan surat pemberitahuan
dan permintaan penggantian dengan pengganti anggota antarwaktu kepada Presiden atau
Gubernur dengan tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi.
Pasal 12
Penggantian Anggota Karena Pengunduran Diri
(1) Anggota KPI yang bermaksud mengundurkan diri harus mengajukan surat kepada
Presiden atau Gubernur dan disampaikan dalam Rapat Pleno KPI.
(2) Keputusan mengenai permintaan pengunduran diri dilakukan melalui Rapat Pleno.
Pasal 13
Pemberhentian dan Penggantian Anggota Karena Putusan Pengadilan
(1) Apabila terdapat Anggota KPI yang sedang dalam proses pengadilan karena didakwa
melakukan perbuatan pidana atau kejahatan, maka selama proses pemeriksaan
tersebut yang bersangkutan dapat diputuskan oleh Rapat Pleno sebagai Anggota KPI
non-aktif untuk sementara waktu sampai dengan selesainya proses pengadilan
tersebut.
(2) Apabila terdapat Anggota KPI yang dipidana penjara berdasarkan keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka KPI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Presiden atau Gubernur dengan tembusan ke Dewan
Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi perihal
berhentinya Anggota KPI yang bersangkutan dan meminta anggota pengganti
antarwaktu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 14
Penggantian Karena Tidak Lagi Memenuhi Persyaratan
Pasal 10 Undang-Undang Penyiaran
(1) KPI wajib meminta klarifikasi terhadap Anggota KPI yang diduga tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana yang dimaksud Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
(2) Apabila Anggota KPI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terbukti tidak lagi
memenuhi persyaratan, maka KPI melalui Rapat Pleno memutuskan untuk
mengusulkan penggantian.
(3) Bilamana Rapat Pleno memutuskan untuk mengusulkan penggantian Anggota KPI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka KPI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Presiden atau Gubernur dengan tembusan ke Dewan
Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi perihal
berhentinya Anggota KPI yang bersangkutan dan meminta anggota pengganti
antarwaktu untuk ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9
Bagian Keenam
Tata Cara Penggantian Anggota Karena Berakhirnya Masa Jabatan
Pasal 15
(1) Sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan berakhir, KPI Pusat
wajib memberitahu Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden, dan KPI Daerah wajib
memberitahukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Gubernur perihal
akan berakhirnya masa jabatan Anggota KPI.
(2) Masa jabatan berakhir dengan ditetapkan/disahkannya Anggota KPI masa jabatan
berikutnya.
Pasal 16
(1) Bilamana proses pemilihan dan penetapan Anggota KPI Pusat di Dewan Perwakilan
Rakyat atau Anggota KPI Daerah di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
tidak akan selesai pada waktunya, maka untuk menghindari kekosongan Anggota
KPI masa jabatan berikutnya, KPI Pusat dapat meminta Presiden dengan tembusan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat atau KPI Daerah meminta Gubernur dengan
tembusan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi untuk memperpanjang
masa jabatan Anggota KPI sampai dengan terpilihnya dan terbitnya surat keputusan
Anggota KPI masa jabatan berikutnya.
(2) Apabila belum ada pengesahan anggota baru, anggota lama masih menjalankan tugas
dengan tetap diberikan hak-haknya secara penuh sampai terpilihnya anggota baru.
(3) Perpanjangan masa jabatan sebagaimana dimaksud ayat (1) serta-merta berakhir
dengan ditetapkan/disahkannya Anggota KPI masa jabatan berikutnya.
Bagian Ketujuh
Tata Tertib Keanggotaan
Pasal 17
10
c. wajib melaporkan kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya
dalam Rapat Pleno;
e. tidak melakukan perbuatan tercela dan/atau melanggar nilai-nilai etika dan moral
yang berlaku di masyarakat.
BAB IV
DEWAN KEHORMATAN KPI
Bagian Pertama
Pembentukan, Tugas, dan Pembubaran Dewan Kehormatan KPI
Pasal 18
(2) Dewan Kehormatan hanya berwenang membuat rekomendasi kepada KPI mengenai
pelanggaran tata tertib KPI yang jelas-jelas diajukan kepadanya.
(3) Dewan Kehormatan KPI serta-merta bubar setelah Rapat Pleno menerima
rekomendasi yang diberikan oleh Dewan Kehormatan KPI berdasarkan tugas yang
ditentukan sebelumnya.
Bagian Kedua
Keanggotaan Dewan Kehormatan KPI
Pasal 19
(1) Dewan kehormatan KPI terdiri atas 2 (dua) orang anggota KPI (Pusat atau Daerah),
ditambah 2 (dua) orang dari Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, ditambah 1 (satu) orang dari Pemerintah atau Pemerintah
Provinsi.
(2) Pengisian keanggotaan Dewan Kehormatan KPI dilakukan oleh KPI (Pusat atau
Daerah) dengan mengajukan surat permohonan kepada instansi terkait guna meminta
nama calon anggota Dewan Kehormatan KPI dalam rangka penanganan kasus
terkait.
Bagian Ketiga
11
Sidang Dewan Kehormatan KPI
Pasal 20
(1) Sidang Dewan Kehormatan KPI dilaksanakan di kota tempat kedudukan KPI yang
salah satu anggotanya diduga telah melakukan pelanggaran tata tertib, atau di kota
lain jika dianggap perlu dan disetujui seluruh anggota Dewan Kehormatan dalam
Rapat Dewan Kehormatan.
(3) Sidang Dewan Kehormatan dinyatakan kuorum apabila dihadiri oleh 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah seluruh anggota Dewan Kehormatan KPI.
(4) Sidang Dewan Kehormatan dilakukan atas beban pembiayaan KPI Pusat.
Bagian Keempat
Putusan Sidang Dewan Kehormatan KPI
Pasal 21
(2) Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berhasil mendapatkan mufakat, maka pengambilan keputusan dapat dilakukan
dengan pemungutan suara terbanyak.
(3) Hasil pemungutan suara mayoritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima
apabila disetujui sekurang-kurangnya lebih dari setengah anggota Dewan
Kehormatan KPI yang menghadiri Sidang Dewan Kehormatan KPI.
(4) Putusan Dewan Kehormatan KPI akan menjadi rekomendasi Dewan Kehormatan
KPI kepada Rapat Pleno.
(5) Rekomendasi Dewan Kehormatan KPI untuk sanksi yang dapat dijatuhkan Rapat
Pleno terkait dengan pelanggaran tata tertib dapat berupa: teguran tertulis,
pemberhentian sementara, atau pemberhentian tetap.
BAB V
KESEKRETARIATAN
Bagian Pertama
Kedudukan, Tanggung Jawab, Tugas dan Fungsi
12
Pasal 22
Pasal 23
(1) Sekretariat KPI mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif
kepada KPI dalam menyelenggarakan tugas, fungsi dan wewenangnya.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (2), Sekretariat KPI
menyelenggarakan fungsi:
Bagian Kedua
Struktur Sekretariat
Pasal 24
(1) Struktur organisasi Kesekretariatan KPI Pusat ditetapkan dalam Keputusan Menteri.
(2) Struktur organisasi Kesekretariatan KPI Daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah
atau Peraturan/Keputusan Gubernur.
(3) Struktur organisasi Kesekretariatan KPI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
dan (2) terdiri dari:
13
Bagian Ketiga
Pengisian Jabatan
Pasal 25
(1) Pejabat Sekretariat KPI adalah pejabat struktural sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pengisian dan mutasi jabatan Sekretariat KPI Pusat diputuskan oleh Menteri dengan
memperhatikan usulan KPI Pusat.
(1) Pengisian dan mutasi jabatan Sekretariat KPI Daerah diputuskan oleh Gubernur
dengan memperhatikan usulan KPI Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 26
(1) Untuk memperkuat kelembagaan KPI, Sekretariat dapat mengusulkan pengisian staf
sekretariat dari tenaga PNS ke Departemen.
(2) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat KPI dapat mengangkat tenaga
Non-PNS.
(3) Tenaga Non-PNS sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
kompetensi sesuai dengan kebutuhan Sekretariat KPI.
Bagian Keempat
Pembiayaan
Pasal 27
(2) Sekretariat KPI dibiayai oleh APBN untuk KPI Pusat atau APBD untuk KPI Daerah
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pembiayaan Sekretariat KPI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) berkaitan
dengan pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban KPI.
BAB VI
TATA HUBUNGAN KERJA SEKRETARIAT KPI DENGAN KOMISIONER
Bagian Pertama
Prinsip, dan Tanggung Jawab
Pasal 28
14
Sekretariat KPI dalam melaksanakan hubungan kerja wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dengan Komisioner.
Pasal 29
(1) Sekretariat KPI secara teknis operasional bertanggungjawab kepada Ketua KPI.
(2) Pertanggungjawaban Sekretariat KPI sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
wajib disampaikan kepada Komisioner melalui Rapat Pleno.
Bagian Kedua
Tata Hubungan Kerja Dengan Komisioner
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Sekretariat KPI wajib menjalankan tata
hubungan kerja dengan Komisioner sebagai berikut:
Pasal 31
(1) Komisioner melalui Ketua KPI dapat memberikan penilaian kinerja kepada instansi
terkait apabila Sekretariat KPI tidak melaksanakan tata hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada Pasal 30.
(2) Keputusan pemberian penilaian kepada instasi terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib diputuskan melalui Rapat Pleno.
15
(3) Sebelum keputusan ditetapkan, Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib memberi kesempatan kepada Sekretariat KPI untuk melakukan klarifikasi
terhadap dugaan tidak melaksanakan tata hubungan kerja.
BAB V
RAPAT KELEMBAGAAN
Bagian Pertama
Bentuk Rapat, Kuorum, dan Pengambilan Keputusan
Pasal 32
b. Rapat Pimpinan;
d. Rapat Pleno.
(2) Kuorum untuk rapat-rapat KPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 2/3 (dua
per tiga) dari peserta yang semestinya hadir.
(3) Pengambilan keputusan dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui musyawarah untuk mufakat, atau bila tidak tercapai, dilakukan melalui
pemungutan suara terbanyak, yakni lebih dari setengah jumlah peserta rapat yang
telah memenuhi kuorum tersebut.
Bagian Kedua
Rapat Koordinasi Nasional
Pasal 33
(1) Rapat Koordinasi Nasional merupakan forum tingkat nasional yang berfungsi untuk
menetapkan Peraturan dan Keputusan berkenaan dengan wewenang, tugas,
kewajiban, dan fungsi KPI.
(2) Rapat Koordinasi Nasional yang dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(3) Rapat Koordinasi Nasional adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh Ketua, Wakil
Ketua, dan Anggota KPI.
16
(4) Rapat Koordinasi Nasional diselenggarakan oleh KPI Pusat yang dibiayai oleh
APBN.
Bagian Ketiga
Rapat Pimpinan
Pasal 34
(1) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota KPI Pusat, Ketua
dan/atau Wakil Ketua KPI Daerah, serta Sekretaris atau Kepala Sekeratariat KPI
Daerah.
(2) Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(3) Rapat Pimpinan diselenggarakan oleh KPI Pusat dan dibiayai dengan APBN.
Bagian Keempat
Rapat Kerja
Pasal 35
(1) Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan oleh KPI, baik di tingkat Pusat
(Rakernas) dan di tingkat Daerah (Rakerda).
(2) Rakernas diselenggarakan oleh KPI Pusat dan diikuti oleh para koordinator bidang
dari seluruh KPI Daerah.
(3) Rakernas berfungsi untuk menetapkan dan mengevaluasi program kerja KPI secara
nasional.
(5) Rakerda diselenggarakan oleh KPI Daerah sebagai tindak lanjut dan implementasi
dari hasil-hasil Rakernas.
(6) Rakerda berfungsi menetapkan dan mengevaluasi program kerja KPI Daerah.
(8) Penyelenggaraan Rakernas dibebankan pada APBN dan Rakerda dibebankan pada
APBD.
Bagian Kelima
Rapat Pleno
Pasal 36
17
(1) Rapat Pleno adalah rapat yang diselenggarakan secara berkala dan merupakan forum
tertinggi dalam pengambilan keputusan di masing-masing KPI Pusat dan KPI
Daerah.
(2) Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua KPI atau Anggota KPI yang ditunjuk dan diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
Bagian Keenam
Status Keputusan Rapat
Pasal 37
(2) Peraturan KPI yang merupakan hasil dari Rakornas bersifat mengikat, baik terhadap
KPI Pusat maupun KPI Daerah.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH
Pasal 38
(1) KPI Pusat bertindak sebagai koordinator bagi pelaksanaan wewenang, tugas, fungsi,
dan kewajiban yang melibatkan KPI Pusat dan KPI Daerah, yang bersifat lintas
daerah/wilayah, dan bersifat nasional. Untuk hal-hal bersifat internasional akan
diatur lebih lanjut dengan tetap tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) KPI Pusat bertindak sebagai mediator dan fasilitator komunikasi dan koordinasi KPI
serta antara KPI dan Pemerintah Pusat.
(3) KPI Pusat bertindak sebagai mediator komunikasi dan koordinasi antara KPI Daerah
dan Pemerintah Daerah.
(4) Dalam melaksanakan fungsi, wewenang, tugas, dan kewajibannya, KPI Daerah
melakukan koordinasi dengan KPI Pusat.
(5) KPI Pusat dapat melakukan dekonsentrasi anggaran dan kegiatan ke KPI Daerah
seluruh Indonesia.
(7) Untuk daerah yang belum terbentuk KPI Daerah, segala kewenangan penyiaran ada
pada KPI Pusat.
BAB VIII
18
KERJASAMA
Pasal 39
(1) KPI dapat membuat perjanjian atau menjalin kerjasama dengan pihak lain
berdasarkan kebutuhan lembaga.
(2) KPI Pusat wajib memberitahu kerjasama yang dijalin dengan pihak lain kepada KPI
Daerah, dan KPI Daerah wajib memberitahu kerjasama yang dijalin dengan pihak
lain kepada KPI Pusat.
BAB IX
SANKSI
Pasal 40
(1) Pelanggaran terhadap tata tertib KPI dikenakan sanksi berupa teguran,
pemberhentian sementara, atau pemberhentian tetap.
(2) Keputusan pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
oleh Rapat Pleno, baik secara langsung ataupun berdasarkan rekomendasi Dewan
Kehormatan KPI, yang dibentuk berdasarkan keputusan Rapat Pleno.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
(1) Dengan berlakunya peraturan ini, segala ketentuan tentang kelembagaan yang ada
tetap berlaku sepanjang tidak diatur dan tidak bertentangan dengan peraturan ini
(2) Segala peraturan dan keputusan yang ditetapkan dalam peraturan ini bersifat
mengikat.
(3) Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia
Nomor 01 Tahun 2007 tentang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia
dinyatakan tidak berlaku.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 42
19
Ditetapkan di Jakarta,
Pada tanggal 15 Mei 2009
20