id
6–7 minutes
Begitu pula di Kamal, terdapat seperti lingga, yoni, dan arca yang oleh masyarakat
Kamal disebut sebagai ‘ lumpang-kenteng’ Dalam database Warisan Budaya
Kulon Progo (2013:64-9) disebutkan beberapa benda purbakal seperti yoni,
panjang 76 cm, lebar 76 cm, dan tinggi 81 cm dengan nomor inventarisasi BPCB E
17, cerat yoni panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan tebal 18 cm dengan lebar saluran 2
cm, yang merupakan patahan dari yoni E 17 dengan inventarisasi BPCB E 18, arca,
dan lingga tersebut berasal dari bawah bukit. Sementara itu , dan banyak batu
bata merah yang juga ditemukan di sekitar lokasi (Profil Cagar Budaya
Kabupaten Kulon Progo 2018:68 -9)
Jika dilihat dari historisnya, maka situs Kamal dengan berbagai barang-barang
peninggalannya tersebut menandakan bahwa Kamal merupakan embrio desa
(wanua) dari bagian kumpulan desa (watak) di Pinggiran Sungai Progo dan
Bogowonto, terutama ketika wilayah ini masuk dalam “Wanua Mataram” sesuai
prasasti Rukam tahun 907 atau pada abad ke 10 (Utomo 1982/1983:191)
Naskah tersebut pada bagian sampul terbuat dari bahan kulit binatang serta
lembaran-lembarannya terbuat dari bahan daluwang (Suratmin 1997/98).
Kamal juga tidak jauh dari pusat Pengasih yang pada tahun 1818 telah berdiri
sebuah masjid kecil di Pengasih -di sebelah timur makam Sasanalaya Pangaranan
atau Sasana Sentanan- oleh Raden Mas Muhammad Darun (Sejarah Masjid
Agung Pengasih, t.t). Di dekat Pengasih juga terdapat pengajaran pesantren di
Clereng yang dipimpin oleh Kiai Barmawi, Pengaruh pesantren tersebut berada di
beberapa desa, seperti Kamal, Kawisharjo, dan Sambiroto (Dipanegara 2016:491).
Posisi Kamal, juga tidak jauh dari wilayah Clereng sebagai pusat komunitas santri
dan ulama (pesantren) pimpinan Kiai Barmawi dan murid seniornya yaitu Kiai
Marjan (Carey 2008:788,791). Oleh karenanya, maka kawasan Kamal-Clereng
merupakan ajang perang Jawa pada Maret sampai Oktober 1828 (Djamhari
2014:115,154; Babad Dipanegara 2016:492-494).
Pasca perang Jawa, atau tepatnya pada tahun 1831 wilayah Pengasih
dijadikan wilayah Kabupaten Distrik Pemejegan Dalem (tanah pajak milik raja)
Pengasih. Daerah Pengasih juga menjadi tanah palungguh Khusus bagi para
putera mahkota dengan luas 1.200 karya dan tanah palunggah Pangeean Sentono
terkemuka yaitu Pangeran Mangkubumi. Sejak tahun 1831, bupati wedana distrik
Pamejegan Dalem -sebagai bupati Pengasih- harus dari keturunan darah ningrat
yang terkemuka dan bergelar Raden Tumenggung (R.T.) (Rouffaer
1988:14,104,107).
Naskah tercetak
Maklumat No.5 th. 1948 (Sekretariat Dewan Pemerintah Yogyakarta no. Pem.
D/111/J/2 tanggal 22 April 1948.
Karya Leksiografi
Profil Cagar Budaya Kabupaten Kulon Progo 2018, Kulon Progo: Dinas
Kebudayaan Kulon Progo, 2018.
Ditulis oleh : Ahmad Athollah dan disampaikan dalam acara Tradisi Merti
Dusun dan Saparan Pedukuhan Kamal karangsari tanggal 22 Oktober