Anda di halaman 1dari 22

NAPAK TILAS MADANTEN

PESISIR UTARA GRESIK


(Menguak Mutiara Terpendam)

Oleh :
Tim Pegiat Sosial Budaya Nusantara
Pembahasan

Madanten pada era Hindu Budha


Madanten pada era Kerajaan Islam
Madanten pada era Kolonial
Madanten pada era Kemerdekaan
Madanten pada era Hindu Budha
 Nama Madanten digunakan pertama kali dalam Prasasti
Trowulan I (Canggu) yang dikeluarkan Raja Hayam Wuruk
pada tahun 1280 Saka (1358 Masehi)
Prasasti Canggu (Trowulan I)

 Peraturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi


sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan.
 Desa-desa ini diberi kedudukan perdikan dan bebas dari
kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi
semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan.
 Diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat
penyeberangan di canggu,dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi,
penguasa tempat penyeberangan di terung (sumber :
Http://wongjawa670.blogspot.co.id)
Desa-desa tambangan di Bengawan Solo yang didaftar di
Prasasti Hayam Wuruk, kini memang ada yang berubah
namanya, tapi banyak yang masih bisa dikenali Antara lain, dari
arah hilir : Madanten ( kini Bedanten, Gresik ) , Sambo
( Sambo Agung, Gresik ), Pabulangan ( Bulangan-Gresik-
Lamongan ), Balawi ( Blawi-Lamongan ) , Lumayu ( Lowayu-
Lamongan ), Kamudi ( Kemudi-Gresik-Lamongan ), Parijik
( Prijek-Lamongan ), Parung ( Parengan-Laren-Lamongan ) ,
Pasiwuran ( Siwuran-Lamongan ) , Kedal ( Kendal-Lamongan ) ,
Widang ( Widang-Lamongan ) , Duri ( Duri-Lamongan ) ,
Tegalan ( Tegalsari-Lamongan ) , Bhangkal ( Bakalan-
Bojonegoro ) , Pakebohan ( Kebo Mlati-Bojonegoro ) ,
Sumbang ( Sembungrejo-Bojonegoro ) , Malo ( Malo-
Bojonegoro ) , Kawangen ( Ngringinrejo-Bojonegoro ) , Sudah
( Sudah-Sudu-Bojonegoro-Cepu ) , Kukutu ( Kukutu-Cepu ) ,
Balun ( Balun-Cepu ) , Jipang ( Jipang-Cepu )
Ilustrasi perniagaan era Majapahit
Madanten pada era kerajaan Islam
Penyebaran islam pada masa ini diperkirakan berlangsung pada abad
ke-13, bahwa penyebarannya melalui perdagangan laut dan pada masa
itu banyak pedagang Islam yang melakukan aktivitas perniagaan ( Arab,
India, Persia dan Tiongkok).

Hal ini terbukti dengan ditemukannya makam-makam tua di kawasan


pemakaman “Mambang” (hasil penelitian tim arkeolog dari jakarta
pada tahun 2003).

Salah satu tokoh islam yang keberadaannya masih misteri, sementara


warga sekitar menyebutnya Mbah Sayyid Khusaini (bukti diketahui dari
batu nisannya).
Batu nisan di kawasan Mambang
Batu Nisan Mbah Sayyid Khusaini
Peninggalan kuno berupa pecahan keramik dan gerabah
Madanten pada era kolonial
 Pada masa ini, madanten mengalami evolusi
budaya sehingga masyarakat sekitar
menyebutnya dengan nama Bedanten.
 Hal ini diduga pengaruh dari pengucapan warga
sekitar, karena ada juga desa dengan nama
bongoh oleh warga masyarakat sekitar
menyebutnya dengan Bungah, Menari disebut
warga sekitar dengan nama Mengare
Referensi Madanten : pada
Peta kuno di Abad 17-18

 Desa Bedanten bukan lagi


Madanten, dibuktikan dalam
dokumen para pedagang
Belanda.
 Kawasan ini merupakan
pelabuhan transito barang-
barang dari lokasi
“Pedalaman” ke “Pesisir”.
 Pada Era ini (Kolonial),
bedanten menjadi pusat
perusahaan kayu di
pulau Jawa
 Bahwa Bedanten pada
masa itu sejajar dengan
Batavia (Jakarta),
Rembang, Surabaya, dan
Jepara.
Dokumentasi aktivitas perdagangan kayu
di era Kolonial
 PROJEK BESAR KOLONIAL
( Penyudetan Bengawan Solo )

 Terjadinya pendangkalan di Muara Bengawan Solo


akibat dari sedimentasi.
 Terhentinya aktivitas perdagangan di kawasan
pelabuhan Bedanten.
 Relokasi Kantor Bea Cukai
 Tenaga kerja mengalami mutasi ke daerah lain.
Terbentuknya sedimentasi daratan
di pesisir Bengawan Solo

Bedanten
Alur Projek Penyudetan Bengawan Solo
Jembatan Kolonial Rolakmireng

Multi Fungsi :
 Sebagai sarana pengairan bagi
petani tambak.
 Jalur Transportasi menuju Gresik
dan Surabaya, dengan
menggunakan perahu berskala
kecil.
Bedanten pada era Kemerdekaan

PERKEMBANGAN KAWASAN :
 Bedanten termasuk desa tua di kawasan pesisir utara
Gresik.
 Kawasan industri internasional berdiri di lokasi
bedanten, seperti besarnya industri pada masa silam.
 Tradisi leluhur tetap lestari sampai sekarang.
Pelestarian Tradisi Leluhur
(Haul dan Sedekah Bumi)
Harapan Tim untuk generasi penerus :
 Bersemangat menggali kesejarahan “NUSANTARA” .
 Lebih tangguh dan kuat dalam meraih kesuksesan.
 Harta pusaka leluhur wajib dijaga dan diteladani.

Anda mungkin juga menyukai