Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL PEREKONOMIAN DAERAH

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN SIMEULUE

Oleh
HAFIZH MEYZAR AQIL, SST
ABSTRAK
Sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk
saat ini masih didominasi oleh bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat baik
dalam bentuk Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil,
sedangkan proporsi PAD masih relatif kecil. Sampai dengan tahun 2014, PAD
Kabupaten Simeulue masih 5,5 persen dari pendapatan daerah dan jauh lebih kecil
dibandingkan Dana Perimbangan dan dana lain-lainya dari pendapatan daerah yang
sah. Hal ini menunjukkan walaupun sudah menjadi daerah otonomi tapi Kabupaten
Simeulue masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Secara
bersama sama seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Variabel-variabel tersebut mampu menjelaskan variasi
Pendapatan Asli Daerah sebesar 71,96 persen. Secara parsial variabel PMTB dan
Jumlah perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) berpengaruh
positif dan signifikan, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh negatif
dan tidak signifikan. Pengaruh terbesar diberikan oleh PMTB, setiap kenaikan satu
persen PMTB menyebabkan kenaikan PAD sebesar 3,5746 persen (ceteris paribus).
Hanya variabel Tingkat Pengangguran Terbuka yang tidak sesuai dengan hipotesis
penelitian. Pemerintah Daerah sebaiknya memerhatikan komponen komponen
pembentukan PMTB agar lebih ditingkatkan untuk meningkatkan PAD Kabupaten
Simeulue, dan mengembangkan potensi-potensi usaha produktif yang ada di
Kabupaten Simeulue agar penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka dapat berperan
lebih baik dalam menyumbang PAD di Kabupaten Simeulue.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), PMTB, Jumlah perusahaan yang
memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tingkat Pengangguran Terbuka,
Regresi Linear berganda.

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut UU No. 32 Tahun 2004, Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah, Kabupaten dan Kota memiliki
kewenangan yang lebih luas, namun ada urusan pemerintah yang oleh Undangundang di tentukan menjadi urusan pemerintah pusat, yaitu : Politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yudikasi, moneter dan fiskal nasional, dan agama.
Untuk mendukung terselenggaranya Otonomi Daerah yang optimal maka
diberlakukanlah perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Perimbangan keuangan ini diatur dalam UU No 33 Tahun 2004.
Desentralisasi fiscal yang di atur dalam UU Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari tiga
macam, yaitu Pajak Daerah (Tax Assignment), Dana Bagi Hasil (Revenue Sharing)
dan Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi Khusus. Dengan desentralisasi fiskal ini,
pemerintah daerah diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan daerahnya
sehingga Pemerintah Daerah mandiri dalam pengelolaan keuangannya dan dapat
mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Kemandirian ini dapat di
capai dengan mengoptimalkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang bersumber dari
Pajak daerah, Retribusi, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain
lain PAD yang sah, seperti di atur dalam UU No. 33 Tahun 2004 pasal 6.
Soleh dan Rochmansjah (2010) menjelaskan bahwa sumber penerimaan
daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih didominasi
oleh bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat baik dalam bentuk Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil, sedangkan proporsi PAD masih
relatif kecil. Sampai dengan tahun 2014, PAD Kabupaten Simeulue masih 5,5 persen
dari pendapatan daerah dan jauh lebih kecil dibandingkan Dana Perimbangan dan

dana lain-lainya dari pendapatan daerah yang sah. Hal ini menunjukkan walaupun
sudah menjadi daerah otonomi tapi Kabupaten Simeulue masih sangat bergantung
pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.
72%
PAD

Dana
6% Perimbangan
23%

Lain-Lain

Sumber: BPS Kabupaten Simeulue

Gambar 1. Persentase Sumber-sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2014

Oleh karena itu, dari pemaparan yang telah disampaikan perlu diketahui
variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Simeulue agar dapat menjadi daerah otonom yang mandiri dan dapat memajukan
ekonomi masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana gambaran umum Pendapatan Asli Daerah dan variabel-variabel yang
mempengaruhinya di Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.
2. Bagaimana pengaruh variable-variabel perekonomian daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh

variabel

PMTB,

jumlah

perusahaan

perdagangan

dan

Tingkat

Pengangguran Terbuka terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simeulue tahun


2006-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah terkait dengan kebijakan
keuangan daerah.
2. Menambah wawasan dan melatih kemampuan analisis penulis dalam
memecahkan masalah-masalah perekonomian daerah.
3. Sebagai bahan referensi bagi para pembaca dan peminat studi lainnya yang
dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut.
II.

KAJIAN TEORI

2.1 Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah sesuai
perundangundangan yang berlaku. Peraturan perundang undangan yang dimaksud
berupa peraturan pemerintah ataupun keputusan menteri yang merupakan petunjuk
pelaksanaan dari undang- undang (Jamil, 200; 6). Sumber Pendapatan Asli Daerah
berasal dari: Pajak Daerah, Retribusi daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Sedangkan Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus (Safitri, 2009).
2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto
Salah satu komponen pengeluaran PDRB adalah Investasi. Dalam konteks
PDRB Penggunaan, investasi dikenal sebagai Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB).

PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan pengurangan

barang modal pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai bruto karena di dalamnya
masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal sebelum diperhitungkan
nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan barang modal untuk
digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets). Salah satu pendorong dari
PAD adalah adanya investasi yang digambarkan dengan nilai PMTB dalam penelitian
ini.
2.3 Tingkat Pengangguran Terbuka
Penduduk terbagi menjadi dua bagian yaitu penduduk usia kerja dan bukan
usia kerja. Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, maka telah
ditetapkan batas usia kerja penduduk Indonesia menjadi 15 tahun. Penduduk usia
kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari
(a) golongan yang bekerja, dan (b) golongan yang menganggur dan mencari
pekerjaan. Golongan yang tidak termasuk dalam angkatan kerja adalah mereka yang
khusus melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan
kegiatan lainnya dan sama sekali tidak bekerja atau mencari pekerjaan. Penggolongan
penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram ketenagakerjaaan sebagai berikut:
Penduduk

Usia Kerja

Bukan Angkatan kerja


Bukan Usia Kerja

Sekolah

Mengurus RuTa

Bekerja

Angkatan kerja

Mencari Kerja

Lain-lain

Sumber: BPS Kabupaten Simeulue


Gambar 2. Diagram ketenagakerjaaan Indonesia

Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2, golongan angkatan kerja terdiri


atas penduduk yang bekerja dan tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan.

Menurut BPS (2008), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan
memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam
secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup baik
yang sedang bekerja maupun yang memiliki pekerjaan tetapi dalam seminggu yang
lalu sementara tidak aktif bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya.
Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan
untuk

memperoleh

pekerjaan.

Sedangkan

Tingkat

Pengangguran

Terbuka

menunjukkan seberapa banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja.
Cara menghitung TPT adalah Sebagai berikut:
TPT =

Jumlah Pengangguran
x 100
Jumlah Angkatan Kerja

2.4 Jumlah Perusahaan


Jumlah perusahaan dapat mempengaruhi PAD karena perusahaan yang telah
mendapat SIUP merupakan salah satu sumber PAD. Salah satu sumber tersebut
Adalah dari pajak dan retribusi daerah yang dibayarkan perusahaan yang disebutkan
dalam Undang undang No.33 Tahun 2004 Pasal 6.
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjabaran pada Bab ini, maka hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. PMTB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Simeulue.
2. Jumlah Perusahaan Perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simeulue
3. Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simeulue.

III. METODE PENELITIAN


2.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Simeulue. Ada beberapa
variable yang diduga mempengaruhi PAD, yaitu PMTB, Jumlah Perusahaan
Perdagangan, dan Tingkat Pengangguran Terbuka.
Periode yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2006 sampai dengan
2014. Pemilihan periode ini karena keterbatasan ketersediaan data yang ada di
Kabupaten Simeulue.
2.7 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan penjelasan dalam ruang lingkup penelitian, periode observasi
yang dipilih adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2014. Sehingga, penelitian
ini menggunakan data series untuk rentang waktu tahunan. Data series ini
merupakan data sekunder, yang diperoleh dari beberapa publikasi Badan Pusat
Statistik.
2.8 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdiri dari variable variable berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan Daerah yang terdiri dari
Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik daerah
dan hasil pengelolan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain
PAD yang sah di Kabupaten Simeulue. Satuan dalam miliar rupiah. Data
diambil dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.
2. Pembentukan Modal Tetap Bruto adalah pengeluaran untuk barang modal
yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan

barang konsumsi (kecuali alusista). Satuan dalam miliar rupiah. Data diambil
dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.
3. Jumlah Perusahaan adalah jumlah perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan di Kabupaten Simeulue. Data diambil dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.
4. Tingkat Pengangguran Terbuka menunjukkan seberapa banyak angkatan kerja
yang tidak terserap pada pasar kerja. Data diambil dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Simeulue tahun 2006-2014.
2.9 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Ghozali (2009)
mengatakan Ordinary Least Square (OLS) adalah untuk menguji pengaruh dua atau
lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen, dinyatakan dalam bentuk
fungsi sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, X4)
Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut:
Y = X11 X22 X33 X44 e (5X5+)
Untuk mengestimasi koefisien regresi, Feldstein (1988) mengadakan
transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural (ln) guna
menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat ke dalam model, dengan penyesuaian nama variabel diperoleh persamaan
sebagai berikut:
lnPAD = ln + 1 lnPMTB + ln3 lnUSH + ln ln4TPT +
Dimana:
PAD

= Pendapatan Asli Daerah

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto

USH = Jumlah Perusahaan Perdagangan


yang mempunyai SIUP

TPT

=Tingkat Pengangguran Terbuka

A. Uji Statistik
a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur kebaikan-suai
(goodness of fit) suatu model regresi artinya seberapa baik garis regresi sampel fit
(cocok) pada data (goodness of fit) atau secara verbal koefisien determinasi
memberikan arti persentase variasi total yang mampu dijelaskan oleh variable bebas
terhadap variabel terikatnya secara bersama-sama. Koefisien determinasi dirumuskan
sebagai berikut:
R 2=

SSR
SSE
=1
SST
SST
SSR adalah sum square regression, SST adalah sum square total dan SSE

adalah sum square error. Yang perlu menjadi catatan dalam hal ini adalah
meningkatnya nilai koefisien determinasi sangat dipengaruhi oleh meningkatnya
jumlah variabel bebas sehingga dibutuhkan penyesuaian agar efek dari penambahan
variabel dapat hilang dari koefisien determinasi. Adapun koefisien determinasi yang
telah disesuaikan (Adjusted R2) memiliki rumus sebagai berikut:
AdjR 2=1(1R2 )

NT1
NT N K

Koefisien determinasi (R2) ataupun adjusted R2 memiliki nilai dari 0 sampai 1


dimana .jika nilainya mendekati 1, maka menunjukkan variabel bebas yang ada dalam
penelitian sudah mampu menjelaskan hampir seluruh variasi dari variabel terikatnya.
b. Pengujian Signifikan Simultan (Uji F-test statistik)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung < ftabel, maka H0 diterima
atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap

variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada
variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen dan
sebaliknya, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 10 persen.
c. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara
individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : 1 = 0, tidak berpengaruh, H 1 : 1 > 0,
berpengaruh positif, H1 : 1 < 0, berpengaruh negatif. Dimana 1 adalah koefisien
variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai dianggap
nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X 1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel maka H0
diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel H0 diterima (tidak signifikan). Uji t
digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana
tingkat signifikan yang digunakan yaitu 10 persen.
B. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara
variabel-vaiabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi
linear (Gujarati, 1991). Untuk mendeteksi multikolinearitas dengan menggunakan
Eviews-6 dapat dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel bebas (Correlation
Matrix).
b. Uji Non-Autokorelasi

10

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu


berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variabel
gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang
diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien. (Gujarati,
2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam pengujian
terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) yang dibandingkan dengan nilai dtabel. Selain
dengan nilai Durbin Watson dapat juga dilakukan dengan uji non-Autokorelasi
metode Brusch-Godfrey atau LM (Lagrange Multiplier) Test. Penelitian ini memakai
metode Brusch-Godfrey atau LM

(Lagrange Multiplier) Test untuk uji non-

Autokorelasi.
c. Uji Heteroskedasitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang
sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak
bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Breusch-PaganGodfrey yang tersedia dalam program Eviews 6.
d. Uji Normalitas
Menurut Gujarati (2004) dalam bukunya Basic Econometric uji normalitas
dapat dilakukan dengan melihat histogram dari residual, Normal Probability Plot
(NPP) dan Jarque-Bera test. Namun, penggunaan secara histogram dan plot untuk
melihat kenormalan sering bersifat subjektif tergantung penilaian dan pemahaman
masing-masing individu sehingga dalam pengujian asumsi normalitas, digunakan
melalui pengujian secara angka statistik, dalam penelitian ini dipakai uji Jarque-Bera.
Uji normalitas Jarque-Bera (JB) bersifat asimtotik, atau tes yang diberlakukan dalam

11

sampel besar yang juga berdasarkan residual OLS. Hipotesis dari pegujian normalitas
adalah sebagai berikut:
H 0 : it N (0, 2) atau residual berdistribusi normal
H 0 : it N (0, 2) atau residual tidak berdistribusi normal
Prosedur awal dari pengujiannya adalah dengan menghitung skewness dan
kurtosis yang digunakan untuk mengukur residual OLS dengan menggunakan uji
statistik sebagai berikut:
JB=

[ ( )]

n 2 K3
S+
6
4

Dimana n=jumlah sampel, S=koefisien skewness, dan K= koefisien kurtosis. Sebuah


variabel berdistribusi normal ketika S=0 dan K=3. Oleh karena itu uji JB ini
merupakan sebuah uji hipotesis bersama yaitu S dan K masing - masing bernilai 0
dan 3 sehingga diharapkan nilai hasil uji dengan JB sama dengan nol.
Hipotesis nol yaitu residual yang berdistribusi normal dimana uji JB
didistribusikan dengan 2 berderajat bebas dua. Apabila nilai peluang Jarque Bera
pada semua cross section lebih dari alpha, maka hipotesis nol akan diterima sehingga
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pada data yang tidak berdistribusi
normal bisa diatasi dengan transformasi variabel ke dalam bentuk logaritma dan juga
bisa menggunakan analisis non parametrik yang tidak membutuhkan asumsi-asumsi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Deskriptif
A. Perkembangan PAD, dan PMTB Kabupaten Simeulue Tahun 2006 2014

12

Sebagai kabupaten yang baru terbentuk berdasarkan UU RI No 58 tahun 1999


tanggal 14 Oktober 1999 kondisi perekonomian masih tertinggal dibandingkan
dengan kabupaten lainnya di Provinsi Aceh. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut,
Pemkab Simeulue periode 2001-2006 bersama DPRK sepakat untuk mendirikan satu
Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) dan dikukuhkan dengan qanun
nomor 22 tahun 2002. Bidang usaha yang dikembangkan untuk awal adalah
perkebunan kelapa sawit dengan target 5.000 hektar. Sampai akhir 2006, Pemkab
Simeulue berhasil menyelesaikan penanaman seluas 5.000 hektar termasuk
emplasemen, sehingga baru pada tahun 2006 Kabupaten Simeulue memiliki
pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

45
40
35

30.41

26.38
30

32.82

39.84 39.25

41.86
36.24

26.88

25

miliar rupiah 20
15

34.80

38.05

pad

10
4.58 4.51
5

7.88

10.67

14.07

14.79 14.08

PMTB

7.23

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tahun

Sumber: BPS Kabupaten Simeulue

Gambar 3. PAD, dan PMTB Simeulue Tahun 2006 - 2014 (miliar rupiah)

13

Pada Gambar 3, kondisi PMTB di Kabupaten Simeulue dari tahun ke tahun


mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,59
miliar rupiah, pada saat itu PAD juga mengalami penurun sebesar 0,71 miliar rupiah.
Penurunan PMTB tersebut disebabkan pada Desember 2012, Pemerintah Kabupaten
Simeulue melakukan perjanjian kerjasama operasional (KSO) PDKS serta penjualan
pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) milik pemkab Simeulue ke pihak Swasta, yang
menyebabkan berkurangnya aset yang ada.

B. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Jumlah Perusahaan


Kabupaten Simeulue Tahun 2006 2014
20
18
17.54
16
14
12.55
12 12.50
10
8.63
8.45
8
8.00
7.36
6.42
6
5.57
4
2
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tahun

Sumber: BPS Kabupaten Simeulue

Gambar 4. Tingkat Pengangguran Terbuka Simeulue Tahun 2006 2014 (%)

14

Tingkat Pengangguran Terbuka di Simeulue dari tahun 2006 sampai dengan


2008 dan 2009 sampai dengan 2014 cenderung mengalami penurunan. Namun dapat
kita lihat pada Gambar 4, pada tahun 2009 angka TPT mengalami kenaikan yang
sangat drastis menjadi 17,54, hal ini disebabkan adanya gempa 7,5 SR pada tahun
2008 yang merusak tempat usaha dan pusat-pusat perekonomian. Hal tersebut
berdampak pada banyaknya warga yang kehilangan pekerjaanya yang dampaknya
terasa pada angka TPT tahun berikutnya (2009).
Gempa pada tahun 2008 berdampak pula pada jumlah perusahaan yang
menurun drastis pada 2008 yaitu sebesar 511,4 persen atau lima kali lipat, namun
pada tahun tahun berikutnya mulai mengalami kenaikan sedikit demi sedikit.
Kenaikan yang terjadi sampai tahun 2014 masih belum mencapai angka pada waktu
tahun 2007 yaitu hanya 204 perusahaan.
600
500
400

438.00

483.00

300
200
100
0
2006

79.00
2007

2008

178.00 166.00
153.00 128.00
127.00

2009

2010

2011

2012

2013

204.00

2014

Tahun

Sumber: BPS Kabupaten Simeulue]

Gambar 5. Banyaknya perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan


(SIUP) Kabupaten Simeulue Tahun 2006 2014

15

3.2 Analisis Inferensia


Berdasarkan hasil analisis Regresi Linear Berganda menggunakan Eviews 6
diperoleh model regresi yang sesuai untuk Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Simeulue Tahun 2006-2014 adalah dengan teknik estimasi Ordinary Least Square
(OLS) yang dapat dinyatakan dalam bentuk:
Dependent Variable: LNPAD
Method: Least Squares
Date: 06/17/16 Time: 13:43
Sample: 2006 2014
Included observations: 9
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
LNPMTB
LNTPT
LNUSH

-11.10583
3.574593
-0.186805
0.680190

6.390601
1.291341
0.528433
0.320622

-1.737838
2.768125
0.353507
0.250107

0.1427
0.0395
0.7381
0.0995

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.719604
0.551367
0.439660
0.966505
-2.729627
4.277315
0.075793

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

2.334378
0.656404
1.495473
1.583128
1.306313
1.740721

Tabel 1. Output Eviews 6, Model Regresi Linear Berganda yang Terbentuk

LnPAD = -11,1058 + 3,5746 lnPMTB* + 0,0802 lnUSH 0,1868 lnTPT +


Dimana:

16

PAD

= Pendapatan Asli Daerah

USH

PMTB = Pembentukan Modal Tetap


Bruto

=Jumlah Perusahaan Perdagangan


yang mempunyai SIUP

TPT

= Tingkat Pengangguran Terbuka

17

Keterangan:
* = signifikan pada 10 persen.

A. Uji Asumsi Klasik


Dalam melakukan pemodelan dengan Regresi Linear Berganda maka perlu
dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dasar dan juga penanganan terhadap
pelanggaran asumsi-asumsi dasar. Adapun asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi
dalam analasis regresi adalah sebagai berikut:
a. Uji Heteroskedatisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

0.960906
3.291310
1.225820

Prob. F(3,5)
Prob. Chi-Square(3)
Prob. Chi-Square(3)

0.4793
0.3489
0.7468

Tabel 2. Output Eviews 6, Uji Heteroskedatisitas

Berdasarkan output Eviews 6, dengan uji Breusch-Pagan_Godfrey Test


diperoleh hasil p-value dari statistik uji lebih besar dari = 0,1 (gagal tolak H 0) yaitu
0,4793 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians residual persamaan bersifat
homoskedastis.
b. Uji Non-Multikolinearitas

Covariance Analysis: Ordinary


Date: 06/17/16 Time: 15:25
Sample: 2006 2014
Included observations: 9
Covariance
Correlation
LNPMTB

LNPMTB
0.026167
1.000000

LNUSH

LNUSH

-0.043843
-0.492670

0.302645
1.000000

LNTPT

-0.029923
-0.537159

0.008798
0.046438

LNTPT

0.118589
1.000000

Tabel 3. Output Eviews 6, Uji Non-Multikolinearitas dengan korelasi spearman

Pengujian adanya gangguan multikolinearitas pada data menggunakan matrik


korelasi spearman variabel penjelas dalam model. Berdasarkan hasil matriks korelasi
dengan menggunakan eviews 6 tidak terpadat korelasi antar variabel penjelas yang
lebih besar dari 0,8 yang menunjukan bahwa tidak terdapat permasalahan
multikolinearitas serius.
c. Uji Normalitas

Series: Residuals
Sample 2006 2014
Observations 9

0
-0.75

-0.50

-0.25

0.00

0.25

0.50

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

-1.96e-15
-0.030707
0.600015
-0.684761
0.347582
-0.300339
3.413420

Jarque-Bera
Probability

0.199399
0.905109

0.75

Gambar 6. Output Eviews 6, Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan uji Jarque-Bera terhadap residual,


residualdari persamaan yang diteliti menunjukkan bahwa data berdistribusi normal
karena berdasarkan persamaan regresi memiliki nilai J-B Statistics yang lebih kecil
daripada nilai 2tabel = 2 (0,1;5) = 11,070. Maka keputusan yang diambil adalah
gagal tolak H0.
Cara lainnya adalah dengan melihat nilai probabilty pada J-B test. Apabila
nilai probability > = 0,1, maka data berdistribusi normal, dan sebaliknya. Terlihat
dari nilai probabillity atau p-value diatas 0,1 (0,7175) atau keputusan gagal tolak H0.

d. Uji Non Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


F-statistic
Obs*R-squared

0.032095
0.188537

Prob. F(2,3)
Prob. Chi-Square(2)

0.9687
0.9100

Tabel 4. Output Eviews 6, Uji Non-Autokorelasi dengan LM test.

Dari data yang diolah dengan menggunakan eviews 6 , maka didapatkan hasil
uji autokorelasi dengan LM (Lagrange Multiplier) Test Prob F(2,3) = 0,9687 atau
dapat juga disebut sebagai nilai probabilitas F hitung model regresi adalah sebesar
0,9687. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,10 (10%) sehingga,
berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi autokorelasi
pada model regresi.
B. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan model estimasi regresi linear berganda yang terbentuk, diperoleh
nilai Adjusted R-squared sebesar 0.7196. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh variable variabel independent sebesar
71,96 persen, sedangkan sisanya (28,64 persen) dijelaskan oleh variable diluar
model.
C. Pengujian Signifikan Simultan (Uji F-test statistik)
Hasil pengujian statistik menggunakan uji F, jika dilihat dari nilai p-value =
0.0758, dapat disimpulkan bahwa minimal ada satu variabel independen yang
berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi listrik rumah tangga dengan taraf
nyata () 10 persen dan juga menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 90
persen secara bersama-sama seluruh variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Simeulue.
D. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)
a. Hubungan Pembentukan Modal Tetap Bruto Terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Estimasi yang diperoleh menggunakan Eviews 6 menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel Pembentukan Modal Tetap Bruto (ln PMTB) dan
Pendapatan Asli Daerah (ln PAD) adalah positif. Variabel PMTB juga berpengaruh
secara signifikan terhadap PAD ditunjukkan dengan nilai p-value (0.0395) lebih

kecil dari 0,1 (tolak H0). Dengan demikian, dapat dikatakan hipotesis satu terbukti.
Dari persamaan tersebut koefisien regresi variabel ln PMTB adalah 3.5746,
sehingga dapat dikatakan bahwa dengan tingkat kepercayaan 90 persen, ketika PMTB
naik sebesar satu persen, maka akan menaikkan PAD sebesar 3,2178 persen dengan
asumsi ceteris paribus. Hal ini juga menunjukkan nilai elastisitas yang lebih besar
dari satu, yang berarti PAD adalah elastis terhadap PMTB.
b. Hubungan Jumlah Perusahaan Perdagangan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Estimasi yang diperoleh menggunakan Eviews 6 menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel Jumlah Perusahaan Perdagangan (ln USH) dan Pendapatan
Asli Daerah (ln PAD) adalah positif. Variabel jumlah perusahaan perdagangan juga
berpengaruh secara signifikan terhadap PAD ditunjukkan dengan nilai p-value =
0.0995 lebih kecil dari 0,1 (tolak H 0). Dengan demikian, dapat dikatakan hipotesis
dua terbukti. Dari persamaan tersebut koefisien regresi variabel ln USH adalah
0,6802, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan tingkat kepercayaan 90 persen,
ketika Jumlah Perusahaan Perdagangan yang memiliki SIUP naik sebesar satu persen,
akan menaikkan PAD sebesar 0,6802 persen dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini
juga menunjukkan nilai elastisitas yang lebih kecil dari satu, yang berarti PAD adalah
inelastis terhadap jumlah perusahaan dagang.
c. Hubungan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Estimasi yang diperoleh menggunakan Eviews 6 menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (ln TPT) dengan
Pendapatan Asli Daerah (ln PAD) adalah negatif. Variabel jumlah perusahaan
perdagangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PAD ditunjukkan dengan
nilai p-value = 0,7381 lebih besar dari 0,1 (terima H0). Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa hipotesis empat tidak terbukti. Dari persamaan tersebut koefisien
regresi variabel ln TPT adalah -0,2503, sehingga dapat dikatakan ketika Tingkat
Pengangguran Terbuka naik sebesar satu persen, akan menurunkan PAD sebesar
0,1868 persen dengan asumsi ceteris paribus. Hubungan yang tidak signifikan
dikarenakan banyaknya penyerapan tenaga kerja di sektor sektor yang kurang
produktif dibandingkan sektor yang lebih produktif.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Untuk variabel Pembentukan Modal Tetap Bruto, Jumlah Perusahaan
Perdagangan, mempunyai hubungan yang signifikan dan positif sudah sesuai dengan
hipotesis penelitian ini. Variabel yang paling dominan memengaruhi PAD adalah
variabel PMTB, sehingga variabel ini perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
upaya peningkatan PAD Kabupaten Simeulue. Sedangkan Tingkat Pengangguran
Terbuka mempunyai hubungan yang negatif dan tidak signifikan.
Saran
Dari paparan hasil analisis inferensia yang sudah dilakukan, variable PMTB
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap PAD di Kabupaten simeulue
yang ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi paling besar dibanding variabel yang
lain.

Pemerintah

Daerah

sebaiknya

memperhatikan

komponen

komponen

pembentukan PMTB agar lebih ditingkatkan untuk meningkatkan PAD Kabupaten


Simeulue.
Hubungan yang tidak signifikan pada Tingkat Pengangguran Terbuka dengan
PAD merupakan cambuk bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi-

potensi usaha produktif yang ada di Kabupaten Simeulue yang diharapkan akan
menyediakan lapangan usaha bagi para pencari kerja yang produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim & Mujib Ibnu. (2009). Problem Desentralisasi dan Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat-Daerah. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.
Aceh Journal National Network. (2015). Napak Tilas PDKS Simeulue. Diakses
tanggal
8
November
2015
pukul
21:00
WIB
melalui
http://www.ajnn.net/2015/10/napak-tilas-pdks-simeulue/
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue. Berbagai Edisi. Simeulue Dalam Angka.
Simeulue: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue. Berbagai Edisi. Statistik Daerah
Kabupaten Simeulue. Simeulue: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue. Berbagai Edisi. Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Simeulue. Simeulue: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Simeulue.
BBC Indonesia. (2008). Gempa guncang Aceh-Simeulue. Diakses tanggal 8
November
2015
pukul
22.00
WIB
melalui
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/02/080220_simeuluequake.s
html.
Gujarati, Damodar. (2004). Basic Econometrics, Fourth Edition. New York: The
McGrawHill Companies.
Muchtolifah. (2010). Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kota Surabaya. Jawa Timur: Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional.
Muhammad Marthunis. (2014). Kebijakan Invest in Amazing Aceh. Aceh: Bappeda
Aceh
Ohyver Margaretha. (2013). Penerapan Metode Transformasi Logaritma Natural dan
Partial Least Squares untuk Memperoleh Model Bebas Multikolinier dan
Outlier. Jakarta: Binus University.

Santono. (2005). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap


Perkembangan Pembangunan di Kota Semarang. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
Curriculum Vitae
Nama

: Hafizh Meyzar Aqil

Instansi/Institusi : Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue


Pendidikan

: SD Negeri Karangampel Kidul II (2004)


SMP Manbaul Ulum Jakarta (2007)
SMA Negeri 2 Kota Cirebon (2010)
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (Statistik Ekonomi) (2014)

Alamat

: Jl. Tgk. Diujung Desa Air Dingin, Sinabang

No. HP

: 082245058771

Anda mungkin juga menyukai