Anda di halaman 1dari 15

TUGAS REGULASI DAN JAMINAN MUTU PANGAN

REGULASI EKSPOR TEH KE BELANDA

DISUSUN OLEH:
Bayu Ardiansyah (J1A114002)
Joko Ludang (J1A114011)
Sigit Nur Pujiati (J1A113077)
Umi Fajaryati (J1A114041)
Wahyudi Deka Saputra J1A114026)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1 Latarbelakang......................................................................................2
1.2 Rumisan masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan ...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Pengertian ekspor...................................................................................5
2.2 Persyaratan Mutu Teh Layak Ekspor.....................................................6
2.3 Prosedur Penerbitan Sertifikat Mutu Teh Untuk Ekspor ......................7
2.4 Standar mutu teh untuk diekspor ke Belanda......................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dimulai sejak masa sebelum Dinasti Tang (1618-1907) orang-orang Cina


sudah mulai minum teh dan menanam teh. Di Cina teh selain dikenal sebagai
minuman, juga sebagai bahan obat- obatan. Penyebaran tanaman teh sangat
cepat, seiring kemajuan perdagangan internasional. Penyebaran di Eropa
dimulai ketika Turki melakukan perdagangan dengan Cina, setelah itu Turki
memperdagangkan teh ke Eropa. Tanaman teh mulai dikenal di Indonesia
hanya sebagai tanaman hias. Melihat potensi yang besar pada waktu itu
Pemerintahan

Hindia

Belanda

yang

menjajah

Indonesia

tertarik

mendatangkan bibit teh dari Cina dan Jepang dengan melihat kondisi letak
negara Indonesia yang strategi dan iklim yang cocok bagi tanaman teh.
Di saat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi
mendorong terjadinya integrasi pasarpasar diseluruh dunia dalam satu
tempat pasar yang saling ketergantungan. Kondisi memacu peningkatan arus
perdagangan seluruh dunia. Masyarakat mulai menyadari dalam rangka
memenuhi kebutuhan dalam negeri bisa diperoleh dari luar negeri dengan
harga yang murah.
Perdagangan antar negara adalah bentuk kegiatan perdagangan yang
merupakan sumber devisa yang besar. Perdagangan antar negara terjadi
karena kebutuhan barang atau jasa yang tidak terdapat pada suatu negara atau
negara tersebut dapat memperoleh barang yang lebih murah dan baik
mutunya dari negara lain. Pelaksanaan perdagangan lintas negara atau sering
disebut ekspor-impor berbeda dengan perdagangan dalam negeri. Perbedaan
tersebut antara lain dalam hal peraturan kepabean, standar mutu produk,
ukuran takaran dan timbangan serta peraturan perdagangan luar negeri yang
ditetapkan pemerintah setempat.
Teh adalah komoditas ekspor unggulan Indonesia. Agar dapat terus
bersaing di pasar internasional, perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pengolahan teh harus dapat mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produk. Kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen ditunjukkan oleh kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen
terhadap suatu produk salah satunya dicirikan oleh adanya keinginan untuk
mengkonsumsi kembali. Untuk menjaga kepuasan konsumen dibutuhkan

suatu upaya pengendalian kualitas agar produk-produk yang dihasilkan tetap


berada pada kisaran standar mutu yang telah ditentukan. Pengendalian
kualitas pada proses pengolahan teh dilakukan pada bahan baku sampai
dengan penjenisan dan penentuan mutu I, II, dan off grade.
Dalam kegiatan perdagangan, khususnya ekspor terdapat beberapa
dokumen yang harus dibuat dan dilengkapi. Dokumen-dokumen tersebut
adalah sebagai berikut. Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB);
Commercial Invoice (faktur); Bill of Loding (B/L); Airway Bill; Packing List;
Surat Keterangan Asal (SKA);Inspection Certificate; Marine and Air
Insurance Certificate; Certificate of Quality; Manufacturers Quality
Certificate; Sanitary, Health and Veterinary Certificate; Weight Note and
Measurement
Manufacturers

List;

Certificate

Certificate;

of

Analysis;

Beneficiary

Exporters

Certificate;

Certificate;

Shipping

Agent

Certificate; Special Customs Invoice; Consular Invoice; dan Wesel.


Beberapa dokumen tersebut tidak diterbitkan oleh eksportir sendiri, tetapi
ada pihak atau lembaga lain yang menerbitkan beberapa dokumen diantara
dokumendokumen ekspor tersebut, seperti lembaga sertifikasi dan pengujian
mutu barang yang meliputi: PPEI Jakarta (Pusat Pengembangan Ekspor
Indonesia), Sukofindo cb. Semarang (State Certification Body), Balai Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan DIY, Balai Pengujian
dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) di Surakarta, dan lain-lain. Dari
beberapa lembaga tersebut BPSMB merupakan lembaga pengujian dan
sertifikasi mutu satu-satunya instansi pemerintah yang beroperasional di Jawa
Tengah. Lembaga atau instansi tersebut menerbitkan beberapa dokumen,
diantaranya Certificate of Quality; Test-Certificate; dan Chemical Analysis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Ekspor?
2. Bagaimana persyaratan mutu produk teh agar layak diekspor?
3. Bagaimana prosedur penerbitan sertifikat mutu teh untuk ekspor?

4. Bagaimana standar mutu teh untuk di ekspor ke negara Belanda?


1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ekspor
2. Untuk mengetahui persyaratan mutu teh layak ekspor
3. Untuk mengetahui prosedur penerbitan sertifikat mutu teh untuk di ekspor
4. Untuk mengetahui standar mutu teh untuk diekspor ke Belanda

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ekpor

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran masyarakat


dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan
mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing (Amir MS, 2003: 100).
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan dari dalam keluar
pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku ( Hutabarat,
1996 : 306 ).
Berdasarkan Surat Keputuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.146/MPP/IV/1999 tanggal 22 Apil 1999 tentang ketentuan ekspor, maka
diperoleh pengertian sebagai berikut : Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Transaksi perdagangan ekspor import dimulai dengan dibuatnya sebuah
kontrak jual beli (Sales Contract) antara eksportir dan importir, sampai
kemudian dilakukan negoisasi atas dokumen tersebut dan selanjutnya
melaksanakan ketentuan sesuai dengan isi perjanjian kemudian dilanjutkan
dengan penagihan pembayaran atas transaksi komoditas itu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No.07/MDAG/PER/4/2005
tanggal 19 April 2005 tentang perubahan atas lampiran Keputusan Menteri
Perindustrian

dan

Perdagangan

No.558/MPP/Kep/12/1998

tanggal

Desember 1998 tentang ketentuan umum di bidang ekspor bahwa ekspor


dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memiliki
(PPEI, 2009 : 3) :
1. Tanda Daftar Usaha Perdagangan ( TDUP ) Surat Izin Usaha
Perdagangan ( SIUP ).
2. Izin Usaha dari Departemen teknis / Lembaga Pemerintah Non
Departemen berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Kelompok barang yang diekspor dibagi menjadi (PPEI, 2009 : 4):
1. Barang yang diatur ekspornya
Ekspor produk yang termasuk kelompok ini hanya dilakukan oleh
kelompok

eksportir

yang

terdaftar

atas

persetujuan

MENPERINDAG, contoh barang yang diatur yaitu rotan, intan,


timah, emas dll
2. Barang yang diawasi ekspornya
Ekspor produk ini hanya dapat dilakukan dengan persetujuan
MENPERINDAG dan instansi teknis lainnya, contoh barang yang
diawasi yaitu bibit sapi, benih ikan bandeng, tembaga, kuningan,
dll
3. Barang yang dilarang ekspornya
Barang-barang yang dilarang untuk diekspor adalah merupakan
tindakan yang dilakukan untuk melindungi komoditas tertentu,
melindungi kelestarian alam atau hutan, melindungi jenis tanaman
atau jenis binatang langka, contoh barang yang dilarang yaitu ikan
arwana, pasir laut, dll
4. Barang yang bebas diekspor
Dalam pelaksanaannya semua barang yang mempunyai hasil
komoditi itu bebas untuk melakukan ekspor asal bukan termasuk
dari salah satu barang yang dilarang untuk diekspor, selain itu juga
harus ada kelengkapan dokumen dalam proses ekspor.
2.2. Persyaratan Mutu Teh Layak Ekspor
Produk yang sangat diminati oleh banyak pelanggan (customer) adalah
produk yang memiliki kualitas mutu yang tinggi dan terjamin. Untuk
pemasaran produk yang biasa untuk ekspor, terdapat persyaratan- persyaratan
tertentu tentang mutu produk yang sesuai dengan SNI yang berlaku.
Persyaratan mutu produk tersebut diantaranya harus memenuhi proses
pengujian yang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Uji Kimia
Uji Fisika
Uji Visual atau Orgaanoleptik
Uji Mikrobiologi

2.3. Prosedur Penerbitan Sertifikat Mutu Teh Untuk Ekspor


a. Pertama yang dilakukan pelanggan mengajukan

permohonan

pengujian barang melalui telepon atau surat permohonan lainya ke


BPSMB.

b. Setelah menerima permohonan pengajuan barang pihak BPSMB


mengirim

Petugas

pengambil

Contoh

untuk

melaksanakan

pengambilan contoh dari barang yang akan diujikan oleh pelanggan.


c. Setelah dilakukan pengambilan contoh pihak BPSMB menerbitkan
dokumen Laporan Pengambilan Contoh sebagai bukti bahwa
pengambilan contoh yang akan diujikan sudah dilaksanakan.
d. Setelah dokumen Laporan Pengambilan Contoh keluar maka contoh
barang diserahkan ke bagian penerimaan contoh dari barang yang
akan diujikan dari pelanggan.
e. Setelah contoh diterima oleh petugas Penerima Contoh kemudian
diserahkan ke Bagian laboratorium disertai Surat Perintah Kerja dan
dilaksanakanya proses pengujian dari barang tersebut. Melakukan
kompilasi data hasil analisa pengujian dari beberapa penguji yang
telah dibubuhi tanda tangan Kepala Balai.
f. Setelah dilakukan pengujian bagian laboratorium

melakukan

kompilasi data atau rangkuman dari pengujian.


g. Setelah dilakukan kompilasi data selanjutnya dikakukan konsep LHU
atau SM.
h. Setelah dilakukan pembuatan konsep maka dilakukan pengetikan
LHU atau SM.
i. Setelah pembuatan LHU atau SM dilakukan pengecekkan LHU atau
SM oleh kepala seksi pengujian dan diberi tanda paraf.
j. Setelah dilakukan pengecekan maka dimintakan persetujuan dan tanda
tangan kepada Kepala Balai.
k. Terbitlah LHU atau SM yang dibutuhkan pelanggan. Mengenai alur
penanganan barang yang diuji maka berikut disertakan pula prosedurprosedur dalam penerbitan Serifikat Mutu sebagai berikut :
a. Prosedur Pengambilan Contoh
1) Persiapan Pengambilan Contoh
a. Permohonan pengambilan contoh disampaikan oleh
pemohon

dan dilaporkan ke

Kepala Balai untuk

selanjutnya didisposisikan kepada seksi BTK untuk


dilaksanakan pengambilan contoh.
b. Kepala Balai menandatangani SPK untuk petugas
Pengambil Contoh.
c. Petugas Pengambil Contoh menyiapkan sarana untuk
pelaksanaan pengambilan contoh berupa: surat tugas,

peralatan pengambilan contoh dan dokumentasi teknis


yang diperlukan.
2) Pengambilan Contoh
a. Pelaksanaan pengambilan contoh mengikuti pedoman
pengambilan contoh sesuai SNI.
b. Seluruh contoh yang telah diambil diberi label nomor
contoh.
c. Hasil penyelesaian pengambilan contoh direkam dalam
d. laporan pengambilan contoh.
e. Petugas Pengambil Contoh mendistribusikan contoh dan
LPC kebagian Tata Usaha selambat-lambatnya 2X24 jam.
b. Prosedur yang ke dua yaitu Penanganan Barang yang Diuji
Proses penanganan barang yang diuji meliputi kegiatan:
Setiap contoh uji yang masuk baik dari pelanggan atau
yang diambil oleh Petugas Pengambil Contoh diterima oleh
petugas pada bagian Tata Usaha.
1) Petugas melaksanakan kaji ulang contoh, agar layak dan
mewakili

untuk

dilaksanakan

pengujian,

dengan

memenuhi persyaratan: teridentifikasi, kemasan tidak


rusak, jumlah contoh memenuhi, berat contoh uji dan
disegel.
2) Apabila contoh tidak sesuai persyaratan atau tidak layak
untuk

dilakukan

pengujian

maka

secepatnya

memberitahukan kepada customer.


3) Penerima contoh pada bagian Tata Usaha melakukan
administrasi contoh dan selanjutnya menyerahkan keseksi
pengujian.
4) Contoh uji yang masuk pada seksi pengujian diterima oleh
staf yang ditugasi untuk menerima contoh dan dilaporkan
ke Kepala Seksi pengujian untuk dilaksanakan pengujian.
5) Apabila contoh uji belum akan dilaksanakan pengujian
karena

kapasitas

laboratorium

penuh/sesuatu

yang

mengharuskan ditunda maka contoh uji disimpan pada


penyimpanan

contoh

yang

aman

sehingga

tidak

mempengaruhi mutu contoh.

6) Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan analisis


yang telah ditunjuk dalam Surat Perintah Kerja yang
disahkan oleh Kepala Balai.
7) Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan SNI.
8) Apabila pihak pemohon akan menyaksikan pengujian
maka harus memenuhi prosedur yang telah ada.
9) Rekaman penanganan contoh uji yang

bersifat

administrasi didokumentasikan pada bagian Tata Usaha


selama 3 tahun.
c. Jaminan Mutu hasil
1) Permohonan Pengujian
a) Permohonan pengujian diproses dalam waktu paling
lambat 2 hari sejak pengajuan permohonan, baik melalui
telepon atau surat permohonan resmi.
b) Jika dalam waktu 2 hari tersebut laboratorium belum dapat
memberikan jawaban maka pemohon diberitahu tentang
keterlambatan tanggapan.
c) Kepala Seksi pengujian

menunjuk

staf

untuk

menindaklanjuti pelaksanaan pengujian.


2) Pelaksanaan Pengujian
a) Pelaksanaan pengujian ditetapkan oleh seksi pengujian
dengan dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK).
b) Metode untuk pengujian sesuai dengan SNI.
c) Laboratorium membandingkan hasil uji dengan hasil
profisiensi

ataupun

rutinitas

pengujian

yang

sama

sehingga dapat memberikan keyakinan bahwa pengujian


yang dilaksanakan telah sesuai.
3) Laporan Hasil Pengujian
a) penyelesaian lembar kerja dilaksanakan selama 1 hari dari
pelaksanaan pengujian.
b) Penerbitan Sertifikat atau Laporan.
c) Sertifikat atau Laporan Hasil Uji diterbitkan dalam
keadaan bersih tidak ada kesalahan pada pengetikan setiap
isian dan disahkan oleh Kepala Balai.
d) Sertifikat atau Laporan Hasil Uji dijamin mutunya oleh
Kepala Balai.
e) Blangko Sertifikat dikendalikan oleh petugas yang
berwenang.

d. Pelaporan Hasil Prosedur Penerbitan Sertifikat atau Laporan Hasil


Uji
1) Pelaksanaan pengujian sesuai dengan SPK, lembar kerja hasil
pengujian dari analisa diserahkan kepada petugas yang
ditunjuk untuk mengkoreksi hasil perhitungan pengujian.
2) Apabila sesuai dengan metode dan perhitungan maka lembar
kerja diparaf oleh petugas dan selanjutnya ditandatangani
oleh Kepala Balai.
3) Draft laporan pengujian disahkan oleh Kepala Balai bahwa
Laporan Hasil Uji telah siap untuk diketik pada sertifikat atau
Laporan Hasil Uji.
4) LHU atau Sertifikat ditandatangani oleh Kepala Balai,
diparaf oleh Kepala Seksi Pengujian.
5) Apabila Kepala Balai tidak berada

ditempat

maka

penandatanganan sertifikat dapat dilakukan oleh Kepala


Seksi Pengujian sebagai alternate yang ditunjuk oleh Kepala
Balai.
6) LHU, sekurang-kurangnya memuat informasi: Judul, Nama
dan alamat laboratorium, Identifikasi halaman dan nomor
seri, Nama dan alamat pemohon, Identifikasi metode yang
dipergunakan, Identifikasi barang yang diuji, Tanggal
penerimaan contoh, Acuan.
7) rencana dan identitas pengambilan contoh, Hasil pengujian,
Nama fungsi dan tanda tangan personil yang mengesahkan
laporan pengujian
2.4 Standar mutu teh untuk diekspor ke Belanda
Teh yang diambil pucuk dan daun muda dari tanaman Thea sinensis ( L ).
Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik
adalah :
1. Peko
2. Burung
3. Kepel

: pucuk atau tunas yang sedang tumbuh aktif


: pucuk atau tunas yang sedang istirahat
: daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting

tumbuh

10

Standar mutu teh yang siap untuk di ekspor ke Belanda di cantumkan


dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3836-1995 yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Air
: maksimum 12%
Abu : maksimum 7%
Abu dapat larut dapat larut dalam air : minimum 50% dari kadar abu
Ekstrak dalam air : minimum 33%
Theina : minimum 5%
Lagam logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen : tidak nyata
Bau, rasa, keadaan : normal

Adapun cara uji adalah :


1. Kadar air
5-10 gram contoh ( yang telah digerus dan dihaluskan ) ditimbang dalam
sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan
timbang hanya bobotnya tetap. Kadar air = ( pengurangan bobot bahan / berat
gram contoh ) x 100 %
2. Abu
5-10 garm contoh ( yang telah digerus dan dihaluskan ) ditimbang dan
dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam sulfat
pekat, kemudian panaskan sampai kelabiahan asamnya hilang. Sesudah itu dipijat
lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat dan
dipijarkan lagi. Selama dipijar tambahkan beberapa butir amunium karbonat untuk
mempermudah pengabuan, didinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu = ( bobot abu / berat gram contoh ) x 100%
3. Abu dapat larut dalam air
Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan
dipanaskan diatas penangas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air 2-3 kali.
Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan petri, lalu
didingainkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Kadar adu larut dalam air =
(pengurangan bobot masal abu / berat gram contoh) x 100%
4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)
5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan
diatas tersebut, kemudian abu ditambahkan / dilarutkan dalam HCl encer (25%)
dan dipanaskan dalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci dengan air

11

panas hingga tak bereaksi asam lagi., sis saringan dipijarkan, didinginkan
ditimbang hingga bobotnya tetap. Kadar abu = ( bobot kotoran / berat garam
contoh ) x 100%.
5. Kadar ekstrak (sari)
Kertas saring bulat di keringkan pada suhu 105 derajat C. Didinginkan dan
ditimbang. Masukkan 5 garm contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml air
didihakan selama 15 menit, saring dengan kertas saring dan ditimbang. Sisa dalam
piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan didihkan kemudian disaring.
Pekerjaan serupa diulang selama 4 kali. Pada saringan dikumpulkan, kemudian
dikeringkan pada suhu 105 o C, didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Pengurangan bobot bahan bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak
(sari).

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teh yang sangat diminati oleh banyak pelanggan (customer) adalah produk
yang memiliki kualitas mutu yang tinggi dan terjamin. Untuk pemasaran produk
yang biasa untuk ekspor, terdapat persyaratan- persyaratan tertentu tentang mutu
produk yang sesuai dengan SNI yang berlaku. serta harus sesuai dengan standar
internasonal.

13

DAFTAR PUSTAKA
Amir MS. 2003. Ekspor impor : Teori dan Penerapannya. Lembaga Menejemen
PPM : Jakarta
Hutabarat. 1996. Transaksi Ekspor impor. Erlangga : Jakarta
PPEI. 2009. Perdagangan Ekspor Impor. Gramedia : Jakarta
Standar Nasional Indonesia (SNI). Nomor : 01-3836-1995

14

Anda mungkin juga menyukai