Pedoman Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Rs
Pedoman Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Rs
RSUD BANTEN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Pada tahun (1820 1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan
pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang
terkenal sampai sekarang adalah hospital should do the patient no harm, Rumah Sakit
jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli
bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli
bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi
penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak
memenuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang
segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha
mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS)
menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya
pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini
ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik
untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu
kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu
diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians,
American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on
Accreditation of Hospital (JCAH) suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi
Rumah Sakit.
Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan
essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah Sakit, namun telah
memacu Rumah Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai
dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara tahun 19531965 standar akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.
Khusus
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Banten untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Banten secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit Umum Daerah Banten
dan masyarakat konsumen.
3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen RS Umum Daerah Banten
d. Karyawan RS Umum Daerah Banten
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap
mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
D. Batasan Operasional
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu :
1. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan
input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi profesional
antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini
merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3. Output, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten menyangkut berbagai fungsi pelayanan, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin.
Agar Rumah Sakit Umum Daerah Banten mampu melaksanakan fungsi yang
demikian kompleks, harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang
teknis medis maupun administrasi kesehatan.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumah Sakit Umum Daerah Banten harus
mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan. Pengukuran
mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Banten diawali dengan penilaian
akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang mengukur dan memecahkan masalah
pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit Umum Daerah Banten harus
menetapkan standar input, proses dan output, serta membakukan seluruh standar prosedur
yang telah ditetapkan.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment)
dan
kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu instrumen
mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang menilai dan memecahkan masalah
pada hasil (output).
Tanpa mengukur hasil kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Banten tidak dapat
diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula.
Indikator Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang disusun dengan tujuan untuk dapat
mengukur kinerja mutu Rumah Sakit Umum Daerah Banten secara nyata.
E. Landasan Hukum
Adapun dasar hukum yang digunakan dalam Pedoman Peningkatan Mutu dan
Keselamatan RSUD Banten ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
4.
5.
RSUD Banten
Melakukan identifikasi resiko dan pengendaliannya untuk sasaran
keselamatan pasien, pengendalian infeksi nosokomial, fasilitas dan
6.
lingkungan
Mengkoordinasi pelaksanaan program K3 dan managemen resiko RSUD
7.
8.
Banten
Membuat laporan bulanan dan tahunan untuk program K3 dan managemen
9.
tahunan
Membuat performance board untuk untuk unit dan RSUD Banten
Mempublikasikan performance board RSUD Banten melalui website
Mengadakan pelatihan untuk analisa data dan pengumpulan data
Melakukan benchmark dengan eksternal dengan rumah sakit dan organisasi
kesehatan lain
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Komite Mutu RSUD Banten
Kamar Mandi
Kepala
11
B. Standar Fasilitas
FASILITAS
KOMITE MUTU RSUD BANTEN
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
NAMA BARANG
Printer
Scanner
Kursi Rapat
Meja Rapat
Almari
Papan Tulis
Papan Pengumuman
Mesin Penghancur Kertas
BANYAKNYA
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
SATUAN
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Paket
Unit
9
10
11
12
13
Infocus
Soundsystem
AC
Lemari Tempat Kunci
Box Kunci Tempat Kunci
PM
PM
PM
PM
PM
Unit
Unit
UNIT
Unit
Buah
12
14
15
16
17
18
19
20
21
KAIN GORDEN
RELL dan kelengkapanya
STIK
Apar Ringan 6 Kg
Apar Ringan 3,5 Kg
Komputer PC
Perangkat CCTV Kamera
Windows 8.164 bit Original
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
M
M
BH
unit
unit
Unit
Paket
Unit
22
Hecter
PM
Buah
23
Pelubang Kertas
PM
Buah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
SERVICE EXCELLENCE
Effective
Efficient
Equitable
Patient Center
IMPROVE
RSUD BANTEN VALUES: Kerjasama, Santun, Tanggung Jawab
TEAM WORK
13
14
Standar
Akreditasi RS
Standar
Akreditasi RS
Hubungan
pengendalian
kualitas
pelayanan
dengan
peningkatan
perbaikan
berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-C-A
Cycle) diperlihatkan dalam gambar 2. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A
hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat
dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 3.
15
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan
sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala Divisi. Penetapan sasaran didasarkan
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
16
pada data pendukung dan analisis informasi. Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk
angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua
karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan
dan tujuan, semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai
metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk
semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu
dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar
kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat dipahami
oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami standar
kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja
mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu,
ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi
masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja
yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak.
Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar
kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada
karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan,
metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan
maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang
timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
17
18
19
dan fungsional
Hubungan Kerja Tim PKRS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dewas
direktur
: Pengajuan Usulan RKT
Subag Anggaran
: Pengajuan Anggaran
Tim PPID
: Koordinasi kegiatan edukasi
Subag PEP
: Pengajuan usulan kegiatan pelatihan
Seluruh SMF
:Pengendali program edukasi
Bagian Umum
: Pembuatan SK dan IKS
Bagian Umum
:Pengesahan SPO dan IK
Pengajuan ATK dan Kelontong
9. Tim PPIRS
: Koordinasi narasumber
10. Subag SIMRS
: Pembuatan system edukasi
11. Subag Umum dan Kepegawaian:Kebutuhan SDM, analisa beban kerja
12. Pengurus Barang
: Koordinasi
13. IPSRS
: Koordinasi
14. K3RS
: Koordinasi
15. Subag Perbendaharaan : Koordinasi
16. Pejabat Pengadaan
: Koordinasi
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan Logistik Komite Mutu RSUD Banten
No
1.
2.
3.
4.
Nama Barang
Galon Air
Kertas HVS A4
Kertas HVS F4
Baterai
Banyaknya
PM
PM
PM
PM
Satuan
Galon
Buah
Buah
Buah
20
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13
14
Tisu
Pensil
Pulpen
Map
Tali Rafia
Streples
Pewangi ruangan
Spidol
Penghapus
Tip ex
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
PM
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
21
B. Tujuan
Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
22
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringanan
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
TATA LAKSANA
a.
b.
c.
d.
e.
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
Melaporkan pada dokter jaga IGD
Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
Mengobservasi keadaan umum pasien
Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden Keselamatan
23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan
upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat
kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Banten
bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di
dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
24
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha
masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya termasuk para pegawai
dari bahaya kerja. Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja.
b.
c.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
-
Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan
penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas. Harus tersedia tangga anti
tergelincir.
25
Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-rak
penyimpanan.
Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak
beroda.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU UNIT KERJA
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
26
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan pasien
Kepuasan pasien
JENIS
INDIKATOR
PELAYANAN
STANDAR
SESUAI KMK 129
TAHUN 2008
27
Instalasi Gawat
100 %
24 Jam
100 %
Satu tim
lima menit
Darurat
BLS/PPGD/GELS/ALS
Ketersediaan Tim Penanggulangan
Bencana
terlayani, setelah
Kepuasan Pelanggan
pasien datang
70 %
2 / 1000
100%
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Rawat Jalan
TAHUN 2008
100 % Dokter
Spesialis
Ketersediaan Pelayanan
Spesialis
a. Klinik Anak
b. Klimik Penyakit
dalam
c. Klinik Kebidanan
d. Klinik Bedah
08.00 s/d 13.00
Setiap hari kerja
kecuali Jumat :
08.00 - 11.00
60 menit
Kepuasan Pelanggan
90 %
a. 60 %
Pemeriksaan Mikroskop TB
b. Terlaksananya Kegiatan Pencatatan
b. 60 %
dan Pelaporan TB di RS
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
28
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
3
Rawat Inap
TAHUN 2008
a. Dr. Spesialis
b. Perawat minimal
pendidikan D3
100%
Rawat Inap
Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap
a. Anak
b. Penyakit Dalam
c. Kebidan
d. Bedah
08.00 s/d 14.0
1,5 %
100%
0.24 %
5%
10
Kepuasan Pelanggan
10
90 %
11
Rawat Inap TB
11
a. 60 %
Pemeriksaan Mikroskopis TB
b. Terlaksanana Kegiatan Pencatatan
b. 60 %
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
4
TAHUN 2008
2 hari
1%
29
Bedah Sentral
100 %
Sisi
Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah
100 %
Orang
Tidak Adanya Kejadian Salah Tindakan
100 %
pada Operasi
Tidak Adanya Kejadian Tertinggalnya
100 %
Setelah Operasi
Komplikasi Anestesi Karena Overdosis, 7
6%
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Persalinan dan
TAHUN 2008
a. Perdarahan 1 %
b. Pre-eklampsia
30 %
c. Sepsis 0,2 %
a. Dokter Sp.OG
b. Bidan
Tim PONEK yang
Perinatologi
Penyulit
Pemberi Pelayanan Persalinan dengan
terlatih
a. Dokter Sp.OG
b. Dokter Sp.A
c. Dokter Sp.An
100%
Tindakan Operasi
5
20 %
Caesaria
Keluarga Berencana
a. Presentase KB (Vasektomi &
100%
30
Bidan Terlatih
NO.
JENIS
Kepuasan Pelanggan
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
6
Intensif
80 %
TAHUN 2008
3%
a. Dokter
Sp.Anestesi dan
dokter spesialis
sesuai dengan kasus
yang ditangani
b. 100 % Perawat
minimal D3 dengan
sertifikat Perawat
mahir ICU / setara
(D4)
NO.
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Radiologi
JENIS
TAHUN 2008
3 jam
Foto
Pelaksana Ekspertisi
Dokter Sp.Rad
Kerusakan foto 2
Rontgen
Kepuasan Pelanggan
%
80 %
INDIKATOR
STANDAR
31
PELAYANAN
8
Labolatorium dan
TAHUN 2008
140 menit Kimia
Laboratorium.
Pelaksana Ekspertisi
100 %
80 %
Patologi Klinik
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
9
Rehabilitasi Medik
TAHUN 2008
50 %
NO.
Direncanakan
Tidak Adanya Kejadian Kesalahan
100 %
80 %
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
10
Farmasi
NO.
JENIS
a. Obat Jadi
a. 30 menit
b. Racikan
b. 60 menit
100%
Pemberian Obat
Kepuasan Pelanggan
80 %
100%
INDIKATOR
STANDAR
32
PELAYANAN
11
Gizi
TAHUN 2008
90 %
Kepada Pasien
Sisa Makanan yang Tidak Termakan
20 %
oleh Pasien
Tidak Adanya Kejadian Kesalahan
100 %
Pemberian Diet
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
12
Transfusi Darah
NO.
TAHUN 2008
100 % terpenuhi
Pelayanan Transfusi
Kejadian Reaksi Transfusi
0,01 %
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
13
Pelayanan GAKIN
TAHUN 2008
100 % terlayani
NO.
14
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Rekam Medik
TAHUN 2008
100 %
100 %
10 menit
15 menit
33
NO.
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
15
Pengelolaan
1.
Limbah
TAHUN 2008
a. BOD < 30 mg/l
b. COD < 80 mg/l
c. TSS < 30 mg/l
d. PH 6-9
100%
NO.
16
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Administrasi dan
TAHUN 2008
100 %
Pertemuan Direksi
Kelengkapan Laporan Akuntabilitas
100 %
Kinerja
Ketepatan Waktu Pengusulan Kenaikan
100 %
Pangkat
Ketepan Waktu Pengurusan Gaji
100 %
Berkala
Karyawan yang Mendapat Pelatihan
60 %
6
7
6
7
40 %
100 %
Keuangan
Kecepatan Waktu Pemberian Informasi
2 jam
100 %
Manajemen
NO.
17
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Ambulance /
TAHUN 2008
24 jam
Kereta Jenazah
Jenazah
34
230menit
NO.
18
NO.
JENIS
Sakit
Response Time Pelayanan Ambulance
Oleh Masyarakat yang Membutuhkan
daerah
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Pemulasaran
TAHUN 2008
2 Jam
Jenazah
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
19
Pemeliharaan
TAHUN 2008
80 %
2
3
Kerusakan Alat
Ketepatan Waktu Pemeliharaan Alat
Peralatan Laboratorium dan Alat Ukur
2
3
100 %
100 %
Sarana Rumah
Sakit
NO.
20
JENIS
INDIKATOR
STANDAR
PELAYANAN
Laundry
TAHUN 2008
100 %
Hilang
Ketepatan Waktu Penyediaan Linen
100%
NO.
JENIS
INDIKATOR
PELAYANAN
STANDAR
SESUAI KMK 129
TAHUN 2008
35
21
Pencegahan dan
yang terlatih 75 %
60 %
Departemen
Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
75 %
36
Pengendalian
Infeksi (PPI)
BAB IX
3.
PROGRAM
Program Tim Quality Improvement
Membuat dan memantau perencanaan perbaikan strategis hasil survey simulasi dan
final suvay komite akreditasi RS
Membuat laporan bulanan dan tahunan untuk program K3 dan managemen resiko
37
RSUD Banten
Membuat rencan tindak lanjut masalah-masalah yang berkaitan dengan K3
keselamatan pasien, pengendalian infeksi nosokomial, fasilitas dan
Analisis dan Validasi Data
Membuat tim analisa data dan tim pengumpul data unit kesehatan lain
Melakukan analisa data dengan menggunakan tools statistik dasar dan lanjut untuk
managemen mutu
Membuat laporan seluruh kegiatan peningkatan mutu bulanan, triwulan dan tahunan
Pendokumentasian hasil tim mutu, tim akreditasi, tim K3, tim managemen resiko dan
tim standarisasi
Pendokumentasian laporan dari tim mutu, tim akreditasi, tim K3, tim managemen
resiko dan tim standarisasi
Pengusulan SK-SK regulasi dan tim yang berkaitan dengan peningkatan mutu
4.
5.
38
39
BAB X
LAPORAN MONITORING EVALUASI PENINGKATAN MUTU
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
40
10.1. Laporan
1. Laporan Bulanan
Pencapaian Indikator ke direktur
Evaluasi Progam
Tindak Lanjut Masalah
dilaporkan pada direktur
2. Laporan triwulan
Pencapaian Indikator ke direktur
Evaluasi Progam
Tindak Lanjut Masalah
Laporan triwulan dilaporkan ke direktur dan dewan pengawas
3. Laporan semester
Pencapaian Indikator ke direktur
Evaluasi Progam
Tindak Lanjut Masalah
Delaporkan kepada direktur, dewan pengawas dan pemilik.
4. Laporan tahunan
Pencapaian Indikator ke direktur
Evaluasi Progam
Tindak Lanjut Masalah
Dilaporkan ke Departemen Kesehatan
41
BAB XI
PENUTUP
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT
42
43