Pedoman ANC Terpadu PDF
Pedoman ANC Terpadu PDF
Katalog
Kementerian Kesehatan RI
PEDOMAN
PELAYANAN ANTENATAL
TERPADU
Kementerian Kesehatan
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
2010
KATA PENGANTAR
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan diselenggarakan
berdasarkan azas perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian serta
adil dan merata dengan mengutamakan aspek manfaat utamanya bagi
kelompok rentan seperti ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga tidak mampu.
Upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, meningkatkan
status gizi masyarakat serta pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional bidang
kesehatan sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan
Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014.
Untuk meningkatkan status kesehatan ibu, puskesmas dan jaringannya
serta rumah sakit rujukan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, baik
yang bersifat promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif. Upaya
tersebut berupa pelayanan kesehatan pada ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, penanganan komplikasi, pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi.
Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan
sehat, bersalin dengan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena
itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan
untuk mendapat pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan
adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janinnya.
Ada beberapa masalah/penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan,
pertumbuhan janin dan bahkan dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan
persalinan yang kelak dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin seperti kurang energi
kronis, anemia gizi besi, kurang yodium, HIV/AIDS, Malaria, TB dan lain
sebagainya.
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus
dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya
masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini. Melalui
pelayanan antenatal yang terpadu, ibu hamil akan mendapatkan pelayanan
iii
iv
DAFTAR ISI
iii
1
1
3
3
3
4
D. INDIKATOR ...............................................................................
1. Kunjungan pertama (K1) .....................................................
2. Kunjungan ke-4 (K4) ...........................................................
3. Penanganan Komplikasi (PK) .............................................
4
4
4
4
E. TARGET ....................................................................................
6
6
11
11
14
15
17
18
20
20
20
21
22
22
22
24
Lampiran
vi
Lampiran
Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas
Pulang
Rujuk RSU
Rawat Inap
Apotik
Ibu
hamil
LOKET
Rujukan :
Polindes
POSKESDES
BPS
Poli KIA
Balai
Pengobatan
Malaria
Malaria
TB
TB
HIV
HIV
IMS
Anemia
KEK
Laboratorium
Catatan :
- Poli KIA hanya merujuk pemeriksaan laboratorium rutin ANC
- Poli KIA hanya melakukan penapisan ibu hamil berdasarkan
keluhan dan gejala klinis
- Alur pelayanan disesuaikan dengan kondisi wilayah masingmasing.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan
dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/
100.000 KH pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih
diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu
118/100.000 KH pada tahun 2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals), yaitu AKI 102/100.000 KH pada tahun
2015.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan
abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran)
menurut SDKI 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA
TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya adalah ibu
hamil yang menderita penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS,
Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti Hipertensi, Diabetes
Mellitus, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
Menurut data SDKI Tahun 2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.
Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi
garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang
berisiko kurang energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah
tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup (Riskesdas 2007).
Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang
menyertainya, perlu diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan
dilahirkan, melalui kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak janin
dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah
global yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil
yang mendapat kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun
orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan
perkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil
terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama dan
K4 - kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
sesuai standar. Secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal
saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% (data
Kementerian Kesehatan tahun 2009). Walaupun demikian, masih terdapat
disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang variasinya cukup
besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil yang tidak
menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak
dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan
antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan
terpadu, mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan
rehabilitatif, yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit
menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
B. TUJUAN
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Tujuan umum adalah :
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
C.
1)
2)
3)
4)
5)
Sasaran pelayanan:
Semua ibu hamil ditargetkan menjadi sasaran pelayanan antenatal
terpadu.
2)
INDIKATOR
1.
2.
3.
TARGET
Dalam Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014 telah
ditetapkan target untuk Kunjungan Antenatal dan Penanganan Komplikasi
sebagai berikut:
BAB II
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
A.
KONSEP PELAYANAN
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi
baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi
dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi
secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan
normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan
antenatal yang berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2)
kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
JENIS PELAYANAN
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
a) Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat
ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
o Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda
terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang
setelah kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak
dapat makan dan berat badan menurun terus.
o Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu
diwaspadai.
o Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
o Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
o Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu
dan janinnya.
o Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah
satu tanda bahaya pada kehamilan.
o Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai
jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan
psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
e).
BAB III
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
ANTENATAL TERPADU
Untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu diperlukan suatu
manajemen berbasis data. Kementerian Kesehatan menetapkan norma,
standar, prosedur dan kriteria (NSPK) untuk pelayanan antenatal terpadu,
termasuk melakukan advokasi, fasilitasi, pendampingan, koordinasi,
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan dan pelayanan antenatal terpadu.
1.
Input
Input yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan antenatal
terpadu antara lain meliputi:
a) Adanya norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan
antenatal terpadu.
b) Adanya perencanaan dan penganggaran tahunan tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan
antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Adanya sarana dan fasilitas kesehatan sesuai standar dalam
menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
d) Adanya logistik yang dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu.
e) Adanya tenaga pengelola program KIA yang sesuai untuk mengelola
pelayanan antenatal terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Adanya tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan antenatal
terpadu sesuai standar.
g) Adanya informasi sistem dan tempat rujukan bagi masing-masing
kasus dalam pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
h) Adanya informasi status endemisitas dan daerah berisiko tinggi
penyakit yang mempengaruhi kehamilan.
i) Adanya pedoman pelaksanaan program terkait dengan pelayanan
antenatal terpadu.
2.
Proses
a) Sosialisasi norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan
antenatal terpadu secara berjenjang.
b) Penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA tahunan
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan.
Output:
a) Tersosialisasinya norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK)
pelayanan antenatal terpadu.
b) Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai perencanaan yang didukung anggaran tahunan di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
c) Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di sarana dan fasilitas
kesehatan yang telah terstandar.
d) Digunakannya logistik pendukung yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan pelayanan antenatal terpadu.
e) Tenaga pengelola program KIA mampu mengelola pelayanan
antenatal terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
f) Tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan antenatal terpadu
sesuai standar.
g) Digunakannya informasi sistem dan tempat rujukan dalam
pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pelayanan antenatal terpadu terlaksana sesuai dengan status
endemisitas dan daerah berisiko tinggi penyakit yang mempengaruhi
kehamilan.
h) Digunakan informasi endernisitas dan daerah berisiko tinggi terjadinya
penyakit terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal
terpadu.
i) Digunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam
menyelenggarakan pelayanan antenatal terpadu.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A.
PENCATATAN :
Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir yang
sudah ada yaitu :
1. Kartu Ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di fasilitas
kesehatan
2. Register kohort ibu, merupakan kumpulan data-data dari kartu ibu.
3. Buku KIA (dipegang ibu).
4. Pencatatan dari program yang sudah ada (Catatan dari Imunisasi,
dari Malaria, gizi, KB, TB, dll)
Formulir harus diisi lengkap setiap kali selesai memberikan pelayanan.
Dokumen ini harus disimpan dan dijaga dengan baik karena akan
digunakan pada kontak berikutnya. Pada keadaan tertentu dokumen ini
diperlukan untuk kegiatan audit medik.
B.
PELAPORAN
Pelaporan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir pelaporan
yang sudah ada, yaitu :
LB3 KIA
PWS KIA
PWS Imunisasi
Untuk lintas program terkait, pelaporan mengikuti formulir yang ada
pada program tersebut
Tenaga kesehatan (baik difasilitas pelayanan kesehatan pemerintah,
swasta, dan UKBM lainnya) yang memberikan pelayanan antenatal di
wilayah kerja puskesmas, sebaiknya melaporkan rekapitulasi hasil
pelayanan antenatal terpadu setiap awal bulan ke puskesmas atau
disesuaikan dengan kebijakan daerah masing-masing.
Puskesmas menghimpun laporan rekapitulasi dari tenaga kesehatan di
wilayah kerjanya dan memasukkan ke dalam register Kohort Ibu untuk
keperluan pengolahan dan analisa data serta pembuatan laporan PWS
KIA.
Hasil pengolahan dan analisa data dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/kota setiap akhir bulan. Sementara itu grafik PWS KIA
BAB V
PENUTUP
LAMPIRAN
A. KONSEP ALUR PELAYANAN ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS
Catatan :
- Poli KIA hanya merujuk pemeriksaan laboratorium rutin ANC
- Poli KIA hanya melakukan penapisan ibu hamil berdasarkan
keluhan dan gejala klinis
- Alur pelayanan disesuaikan dengan kondisi wilayah masingmasing.
B. KARTU IBU