Anda di halaman 1dari 7

Sedex

SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang berasosiasi
dengan batuan sedimen.
Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut
melalui suatu saluran (vent). Saluran ini berupa zona yang memotong bagian bawah perlapisan
batuan sedimen (footwall) dan memasuki horizon sulfida masif diatasnya.
Sedimentary Exhalative sulphide (SEDEX) merupakan endapan melensa stratabound masif
suldifa kecil (0.5 km) terbentuk oleh bukaan sistem hidrotermal bawah laut dari air saturasi
tinggi melapisi cekungan punggungan epikontinental dan intrakontinental selama ekstensi
berlangsung.
SEDEX ditambang untuk diambil Zn dan Pb, namun pirit dan pirhotit seringkali menjadi sulfida
dominan. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif yang interbedded dengan
perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen kimia seperti rijang, barit dan karbonat serta
sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan argilit, dimana pegendapannya terjadi di dasar laut.
Mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati sedimen
induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa.

sirkulasi air laut masuk kedalam kerakdan berinteraksi dengan host rock batuan
sediment (Russel ,et. al., 1981 digambar ulang dalammodul praktikum endapan
mineral teknik geologi ITB),,contohpada tatanan intracratonic.

SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif


yang berasosiasi dengan batuan sedimen. SEDEX terdiri dari perlapisan

(layers) sulfida masif yang interbedded dengan perlapisan batuan sedimen


termasuk sedimen kimia seperti rijang, barit dan karbonat serta sedimen
klastik seperti lanau, mudstone dan argilit, dimana pegendapannya terjadi di
dasar laut. Ketebalan perlapisan masif sulfida berkisar dari beberapa
milimeter hingga beberapa meter. Masif sulfida sendiri terdiri dari selangseling dari perlapisan sulfida besi (pirit dan/atau pirhotit) dengan sfalerit dan
galena.
Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang
dialirkan ke dasar laut melalui suatu saluran (vent). Saluran ini berupa
zona yang memotong bagian bawah perlapisan batuan sedimen
(footwall) dan memasuki horizon sulfida masif diatasnya. Saluran
hidrotermal ini hadir/teramati sebagai jaringan urat-urat (vein networks)
dan/atau penggantian batuan induk (replacement) pada batuan
footwall namun sering sulit diamati dan bahkan tidak selalu hadir.
Pembentukan sulfida masif terjadi pada saat yang bersamaan dengan
batuan induk (syngenetic). Namun bisa juga mineralisasi sulfida
terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati sedimen induk
dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa. Cekungan sedimen
dimana SEDEX terbentuk paling sering dibatasi oleh sejumlah patahan
(basin-bounding faults) dan cekungan ini biasanya berada dalam suatu
cekungan besar (large sedimentary basins) yang memiliki kisaran umur dari
300 juta hingga 1,8 milyar tahun.
Dalam eksplorasi, selain menggunakan metoda pemetaan geologi
konvensional, untuk tahapan awal endapan SEDEX dapat diselidiki dengan
menggunakan metoda geokimia endapan sungai aktif dan tanah. Untuk
wilayah drainase yang alirannya bersumber dari endapan SEDEX, hasil
metoda geokimia endapan sungai biasanya akan menunjukkan nilai anomali
unsur-unsur Pb, Zn, Ag dan Ba yang cenderung berkorelasi positif. Pada
penyelidikan geokimia tanah, anomali keempat unsur ini akan cenderung
mengarah kepada lokasi yang diperkirakan sebagai zona endapan SEDEX
Jika mengacu kepada endapan SEDEX yang sudah ditemukan di Daerah
Dairi Sumatera Utara, karakteristik geologi yang dapat dikutip adalah
sebagai berikut:
o
Zona SEDEX berada dalam batuan induk jenis silty carbonaceous
shales (lanau karbonan), zona ini mencapai permukaan. Posisi bijih
dimulai dari permukaan hingga sekitar 200 m. Satuan batuan lain yang
juga bisa dijumpai di permukaan adalah: dolomitic siltstones yang
termineralisasi, shale-dolostones dan dolostones dimana lode juga
ditemukan dibatas kedua satuan ini. Semua satuan batuan serta bijih
menyebar hingga ke permukaan sehingga bisa dipetakan.
o
Zona SEDEX sendiri berada pada footwall patahan dalam batuan
silty carbonaceous shale dan sejajar perlapisan searah sayap antiklin.
Secara regional satuan-satuan batuan ini dikenal sebagai batuan black
shale, siltstones dan batuan karbonat dari Group Tapanuli berumur Karbon

(300 juta tahun) yang sebelumnya tidak dikenal sebagai batuan induk
bagi mineralisasi.

2. Endapan Sedex (s edimentary exhalative)


SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif
yang
berasosiasi dengan batuan sedimen. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers)
sulfida masif
yang interbedded dengan perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen
kimia seperti
rijang, barit dan karbonat serta sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan
argilit,
dimana pegendapannya terjadi di dasar laut. Ketebalan perlapisan masif
sulfida berkisar
dari beberapa milimeter hingga beberapa meter. Masif sulfida sendiri terdiri
dari selangseling
dari perlapisan sulfida besi (pirit dan/atau pirhotit) dengan sfalerit dan
galena.
Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang
dialirkan ke dasar
laut melalui suatu saluran (vent). Saluran ini berupa zona yang memotong
bagian
bawah perlapisan batuan sedimen (footwall) dan memasuki horizon sulfida
masif
diatasnya. Saluran hidrotermal ini hadir/teramati sebagai jaringan urat-urat
(vein
networks) dan/atau penggantian batuan induk (replacement) pada batuan
footwall
namun sering sulit diamati dan bahkan tidak selalu hadir. Pembentukan
sulfida masif
terjadi pada saat yang bersamaan dengan batuan induk (syngenetic).
Namun bisa juga
mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam
melewati
sedimen induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa.
Cekungan sedimen
dimana SEDEX terbentuk paling sering dibatasi oleh sejumlah patahan
(basin-bounding
faults) dan cekungan ini biasanya berada dalam suatu cekungan besar (large

sedimentary
basins) yang memiliki kisaran umur dari 300 juta hingga 1,8 milyar tahun.
Dalam eksplorasi, selain menggunakan metoda pemetaan geologi
konvensional, untuk
tahapan awal endapan SEDEX dapat diselidiki dengan menggunakan metoda
geokimia
endapan sungai aktif dan tanah. Untuk wilayah drainase yang alirannya
bersumber dari
endapan SEDEX, hasil metoda geokimia endapan sungai biasanya akan
menunjukkan
nilai anomali unsur-unsur Pb, Zn, Ag dan Ba yang cenderung berkorelasi
positif. Pada
penyelidikan geokimia tanah, anomali keempat unsur ini akan cenderung
mengarah
kepada lokasi yang diperkirakan sebagai zona endapan SEDEX
Jika mengacu kepada endapan SEDEX yang sudah ditemukan di Daerah Dairi
Sumatera
Utara, karakteristik geologi yang dapat dikutip adalah sebagai berikut:
Zona SEDEX berada dalam batuan induk jenis silty carbonaceous shales
(lanau
karbonan), zona ini mencapai permukaan. Posisi bijih dimulai dari permukaan
hingga
sekitar 200 m. Satuan batuan lain yang juga bisa dijumpai di permukaan
adalah:
dolomitic siltstones yang termineralisasi, shale-dolostones dan dolostones
dimana
lode juga ditemukan dibatas kedua satuan ini. Semua satuan batuan serta
bijih
menyebar hingga ke permukaan sehingga bisa dipetakan.
Zona SEDEX sendiri berada pada footwall patahan dalam batuan silty
carbonaceous
shale dan sejajar perlapisan searah sayap antiklin. Secara regional satuansatuan
batuan ini dikenal sebagai batuan black shale, siltstones dan batuan
karbonat dari
Group Tapanuli berumur Karbon (300 juta tahun) yang sebelumnya tidak
dikenal
sebagai batuan induk bagi mineralisasi.
Dengan melihat keadaan geologi regional maupun lokal, daerah penyelidikan

merupakan
bagian dari batuan tua yang sudah terangkat, hal ini sesuai dengan
penampakan di
lapangan dimana cukup luas tersingkap batuan metamorf (batusabak). Bila
dikaitkan
dengan ciri-ciri umum endapan SEDEX maupun yang ada di Dairi Sumatera
Utara,
beberapa pengamatan penting yang bisa disampaikan disini adalah:
Adanya singkapan batusabak yang memiliki umur kurang lebih sama
dengan
formasi batuan di Dairi.
Dijumpainya batusabak yang memiliki urat-urat kuarsa yang umumnya
sejajar
dengan foliasi dan sebagian kecil memotong bidang foliasi sembarang arah.
Di tempat tertentu terutama pada batas antara breksi termineralisasi dan
batuan metamorf, dijumpai ubahan dan sulfida (pirit) pada batusabak/serpih.
Memberi kesan adanya larutan pembawa mineralisasi menerobos batuan
serpih melalui zona lemah dan mengubah batuan (epigenetik).
Teramati struktur yang memotong batuan metamorf dan mengandung
stockwork kuarsa.
Hasil pengamatan lapangan tidak serta merta memastikan ada tidaknya tipe
endapan
SEDEX di daerah penyelidikan karena ciri utama yaitu endapan sulfida Seng
dan Timah
hitam yang mengikuti perlapisan batuan tidak teramati. Namun, dengan
diperolehnya
sejumlah conto batuan serpih/sabak yang mengalami ubahan dan
mineralisasi,
memastikan bahwa proses pembentukan mineralisasi logam telah
berlangsung di daerah
penyelidikan ini.
Indikasi Emas Epitermal
Berdasarkan pengamatan geologi daerah penyelidikan, kehadiran batuan
breksi
termineralisasi yang terlihat seolah memotong batusabak ataupun sedimen
termetakan/serpih cukup menarik untuk dikaji. Kehadiran breksi yang
komponennya
batuan gunungapi ini diperkirakan sebagai breksi hidrotermal. Biasanya

terjadi akibat
tekanan larutan hidrotermal yang cukup tinggi terkurung oleh lapisan batuan
dan lalu
tiba-tiba menghancurkan batuan penutup diatasnya (batuan metamorf dan
gunungapi)
pada zona lemah akibat struktur. Kehadiran breksi hidrotermal semacam ini
mengindikasikan adanya pembentukan mineralisasi yang lebih muda dari
umur endapan
mengandung urat kuarsa sehingga paling mungkin berasosiasi dengan
endapan SEDEX.
Namun karena daerah ini sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung
maka tidak
seluruhnya dapat diselidiki.
Kesimpulan
* Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak teramati singkapan
endapan
sulfida logam tipe SEDEX. Namun, petunjuk sangat awal kemungkinan
adanya
endapan SEDEX diperoleh berdasarkan hasil penafsiran dari data anomali
geokimia
endapan sungai aktif khususnya adanya peningkatan nilai Pb, Zn dan Ba
yang
mencolok.
* Tipe endapan emas yang ada diperkirakan berdasarkan kehadiran mineral
sinabar
bersama emas dijumpai G. Talakik adalah epitermal. Sesuai dengan
lingkungan
batuannya, endapan emas ini diduga berumur Tersier dan jauh lebih muda
dibandingkan dengan endapan tipe SEDEX yang dicari atau diduga tumpang
tindih.
* Secara spasial keterdapatan mineralisasi emas epitermal dalam batuan
breksi
hidrotermal yang menerobos lingkungan batuan tua (metamorf) atau serpih
dan batuan
gunungapi andesitik terdapat bersamaan dengan anomali Pb, Zn dan Ba.
* Deduksi yang dapat disampaikan: larutan hidrotermal pembawa emas pada
kondisi
yang berbeda namun pada lokasi yang sama secara teoritis bisa saja indikasi
pembawa

endapan SEDEX (epigenetik) di daerah ini. Namun hal ini masih merupakan
pembuktian dengan metoda lain secara sistematis.

Bauksit

merupakan endapan yang mengalami pemerkayaan alumunium

oksida atau bahan yang heterogen yang mempunyai mineral dengan susunan
terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan
mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak
45 65%, SiO2 sebanyak 1 12%, Fe2O3 sebanyak 2 25%, TiO2 sebanyak
>3%,dan H2O sebanyak 14 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan
pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai
kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau
bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan
nefelin) berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuanbatuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi,yang kemudian oleh proses
dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan
mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah :
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium,
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan,
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah,
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan.
Di dalam bauksit yang penting pada neomineralisasi antara lain hydroxides,
hydrated oxides dan oxcides dari Al, Fe dan Ti tetapi lapisan silika dan kuarsa
mungkin juga terbentuk.
Liberasi unsur unsur pada sebuah mineral atau batuan di tentukan oleh :
a. Daya larut dari mineral mineral sekunder
b. Ikatan ikatan di dalam kristal lattice pada mineral mineral yang telah hancur
c. pH dan Eh dari larutan
d. Temperatur dan konsentrasi pada pelapukan
e. Sisa sisa ion ion pada pelapukan
f. Adanya unsur unsur pembawa.

Anda mungkin juga menyukai