Anda di halaman 1dari 17

Tuberkulosis Kedokteran Keluarga

Pendahuluan
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis
paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Kuman
ini sendiri berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Penularan kuman dipindahkan melalui udara
ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi pemindahan droplet. Seseorang penderita
TBC akan mengalami tanda dan gejala, seperti lemah, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat badan,
demam subfebris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, batuk malam hari, keringat banyak pada
malam hari, kedinginan, nafas bunyi wheezing (mengi).1
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggungjawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh dibatasi
berdasarkan organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih
terperinci mengenai penyakit TBC serta penanggulangannya berdasarkan prinsip kedokteran keluarga.1
Pembahasan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari beberapa hal yaitu secara umum terlebih dahulu yang terdiri dari
keadaam umum pasien, kesadaran, status gizi, dan tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu. Lalu pemeriksaan spesifik terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi bisa kita periksa kulit (warna kulit, keadaan kulit, lesi-lesi
kulit, dll), thorax (bentuk thorax, pernafasan, simetris/tidak, keadaan thorax, ada benjolan/tidak, dll),
abdomen (bentuk abdomen, adakah lesi, ada benjolan/tidak, dll), mulut (warna bibir, luka/tidak, bercakbercak, apakah ada pembesaran KGB,dll). Lalu palpasi dapat dilakukan untuk melihat apakah ada massa
atau rasa nyeri, lihat gerakan pernafasannya bagimana, simetris atau tidak pada sisi kanan dan kirinya.
Selanjutnya, perkusi dan auskultasi untuk mendengar suara nafas pokok (vesicular,

bronkovesikular, bronchial, dan trakeal).2


Diagnosis Kasus TBC
Diagnosis pada kasus Tuberukulosis (TB) dilakukan dengan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung. Adapun diagnosis pastinya adalah melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak.
Naun, pemeriksaan kultur memerlukan waktu yang lama, hanya akan dialakukan bila diperlukan atas
indikasi tertentu dan tidak semua unit pelayanan memilikinya. Pemerintah melalui gerakan terpadu
nasional, memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas untuk melakukan diagnosis TB
berdasarkan pemeriksaan BTA ini. Pemeriksaan dahak sedikitnya 3 kali, yaitu pengambilan dahak
sewaktu penderita datang berobat dan dicurigai menderita TB, kemudian pengambilan dahak kedua
dilakukan keesokan harinya, yang diambil adalah dahak pagi hari. Sedangkan pada pemeriksaan ketiga
adalah dahak ketika penderita memeriksakan dirinya sambil membawa dahak pagi. Oleh sebab itu,
disebut sebagai pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).3,4
Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3
pemeriksaan spesimen SPS tadi, hasilnya adalah positif. Bila hanya adanya 1 spesimen yang positif, perlu
diadakan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS ulang. Kalau dalam
pemeriksaan radiologi, dada menunjukkan adanya tanda-tanda yang mengarah kepada TB, maka yang
bersangkutan dianggap positif menderita TB. Kalau hasil radiologi tidak menunjukkan adanya tandatanda TB, maka pemeriksaan dahak SPS harus diulang. Sedangkan pemeriksaan biakan basil atau kuman
TB, hanya dilakukan apabila sarana mendukung untuk itu. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif,
maka diberikan antibiotik berspektrum luas selama 1 hingga 2 minggu, amoksisilin atau kortimoksasol.
Bila tidak berhasil, dan penderita yang bersangkutan masih menunjukkan tanda-tanda adanya TB, maka
ulangi pemeriksaan dahak SPS. Selanjutnya prosedur terdahulu dilakukan, yakni kalau dalam
pemeriksaan ulang ternyata hasil SPS positif, maka yang bersangkutan adalah positif menderita TB.
Namun, apabila dahak negatif, maka ulangi pemeriksaan radiologi. Apabila hasil radiologi mendukung
TB dianggap sebagai TB dengan BTA negatif, radiologi positif. Apabila baik radiologi tidak mendukung
TB, spesimen dahak negatif, maka yang bersangkutan bukan TB.3
Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnosis TB pada anak didapatkan melalui
gambaran klinik, radiologi, dan uji tuberculin. Untuk itu, seorang anak dapat dicurigai sebagai penderita
TB, bila terdapat gejala seperti mempunyai riwayat kontak serumah dengan penderita TB BTA positif,
terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam waktu 3-7 hari dan terdapat gejala

umum TB. Uji tuberculin dilakukan dengan cara menyuntikkan secara intrakutan dengan tuberculin.
Pembacaan dilakukan dalam 48-72 jam setelah penyuntikkan, dan diukur diameter dari peradangan atau
indurasi yang dinyatakan dalam millimeter. Dinyatakan positif bila indurasi sebesar r > 10mm pada anak
dengan gizi baik dan pada anak-anak dengan gizi buruk.3,4

Etiologi
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yang masih keluarga besar genus Mycobacterium. Dari anggota keluarga Mycobacterium
yang diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah dengan kesehatan masyarakat, yaitu
Mycobacterium tuberculosis, M. bovis yang terdapat pada susu sapi yang tidak dimasak, dan M. leprae
yang menyebabkan penyakit kusta.2,3
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal
0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA). Sebagian kuman ini terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan
asam. Bisa hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya
oksigen terutama pada bagian apical posterior paru-paru.2,3
Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, danfaktorfaktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit kecacatan dan kematian dalam populasi
manusia. Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian
kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis, dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit
atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk.3
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia, tapi sampai saat ini TB masih tetap
menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB
sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting lebih
kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh M. tuberkulosis. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus yang
tercatat di dunia. Sebagian besar kasus ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang. Diantara 75% berada pada usia yang produktif yaitu 25-40 tahun. Karena penduduk
yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang
muncul terjadi di Asia.3

Alasan munculnya atau meningkatnya kasus beban TB global antara lain disebabkan sebagai
berikut:3
1. Kemiskinan
2. Adanya perubahan demografik
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
4. Kurang adanya pendidikan mengenai TB
5. Biaya pengobatan

Konsep Sehat-Sakit
Menurut UU Kes. No. 23 Th. 1992, sehat merupakan suatu keadaan sejahtera daribadan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial danekonomis. Sedangkan sakit
merupakan penyimpangan dari suatu keadaan optimal. Gordon &Le Richt menyalakan adanya hubungan
antara pejamu (host), bibit penyakit (agent). Dan lingkungan dalam konsep sehat-sakit. Ketiga faklor
tersebut mempengaruhi timbulnya suatupenyakit.5

Konsep Kejadian Sakit


Ada 3 teori tentang konsep timbulnya penyakit, yaitu:5
1.

Segitiga Epidemiologi (Epidemiologic Triangle)


Komponen: host, agent, environment. Perubahan pada salah satu faktor/komponen akan mengubah
keseimbangan . Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas dalam timbangan: environment

2.

sebagai penumpu.
Roda (Wheel)
Memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
mementingkan pentingnya agent. Besarnya peran dari masing-masing faktor bergantung pada penyakit
yang bersangkutan.
Jaring-jaring sebab akibat (The Web of causation)
Suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari

3.

serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat dicegah dengan memotong rantai pada berbagai titik.
Cara Penularan Penyakit
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara (airborne) yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk; dan pada anak-anak sumber
infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh

yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling
sering terkena yaitu paru-paru.5,6
Pada zaman sekarang ini, wawasan mengenai diagnosis, gejala dan pengobatan TBC sebagai
sesuatu penyakit infeksi menular teruslah berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari faktorfaktor penentu tang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.

Gambar 1. Komponen Terjadinya Penyakit5


1.

Periode Prepatogenesis
a.Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap desinfektan kimia atau
antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium tuberculosis sangat
tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host.
Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi
modern, sehingga menyebabkan keharusan mengambangkan obat baru. Umumnya sumber
infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui
kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.5,6,7
b. Faktor Lingkungan

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan
prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan social ekonomi merupakan hal penting pada
kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologismenyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan
kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan
tekanan ekonomi. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang
dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan nonfisik, yaitu:6,7
Lingkungan fisik antara lain seperti keadaan geografis dan lingkungan tempat tinggal.
Sanitasi lingkungan perumahan sangat berkaitan dengan penularan penyakit. Rumah
denga pencahayaan yang kurang memudahkan perkembangan sumber penyakit. Aliran
udara berkaitan dengan penularan penyakit. Pertukaran udara dapat memecah dan
mengurai konsentrasi kuman di udara.
Lingkungan nonfisik meliputi sosial, budaya, ekonomi dan politik. Lingkungan social
masyarakat berpengaruh pada tingkat pengetahuan sikap dan praktek masyarakat dalam
bidang kesehatan. Kemampuan ekonomi masyarakat biasanya tercermin dari kondisi
lingkungan perumahan seperti saran air minum, dan kondisi rumah.
c. Faktor host
Umur merupakan faktor terpenting dari host pada TBC. Tedapat 3 puncak kejadian dan
kematian:6
Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan
pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
Puncak sedang pada usia lanjut
Host juga dipengaruhi kekebalan, nutrisi, jenis kelamin, dan kebiasaan hidup.
2.

Periode Patogenesis (Interaksi Host-Agent)


Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host. Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari agent, host dan

lingkungan. Penderita TB dengan BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan. Ketika batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Droplet yang mengandung
kuman boleh bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup
ke dalam saluran pernafasan, maka orang tersebut akan terinfeksi. Selama kuman tersebut masuk
dalam tubuh melalui saluran pernafasan, ia dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, semakin tinggi penularan penderita tersebut. Jika hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.6,7

Pendekatan kedokteran keluarga


Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga. Dokter keluarga juga bermaksud sebagai dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di
lini terdepan sistem pelayanan kesehatan, bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah
yang mungkin dimiliki pasien, melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya
ataupun karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam
sistem pelayanan kesehatan semaksimal mungkin untuk kepentingan pasien, berwenang secara mandiri
melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis, dan sosiologi medis.8
Dengan kata lain, kedokteran keluarga adalah disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari
dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga
terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi
tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya
dalam bidang profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan
praktek dokter keluarga.8
Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat
yang

orientasinya

adalah

untuk

memberikan

pelayanan

kesehatan

tingkat

pertama

yang

berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan, yaitu promosi
kesehatan, KIA, KB, Gizi, kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, pengobatan dasar.8
Tujuan pelayanan dokter keluarga dapat dibagi menjadi dua diantaranya tujuan umum yang pada
dasarnya sama dengan pelayanan kesehatan secara menyeluruh yaitu terwujudnya keadaan sehat bagi
setiap anggota keluarga dan tujuan khusus yaitu terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan
kedokteran yang lebih efektif dan efisien.8

Penanganan Penyakit dengan Pendekatan Dokter Keluarga


Klinik adalah suatu jenis pelayanan kedokteran rawat jalan. Beberapa klinik melengkapi dirinya
dengan rawat inap. Klinik dokter keluarga adalah klinik yang diselenggarakan oleh Dokter praktek umum
yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Klinik dokter keluarga sering disertai ruang rawat
inap sementara (one day care) sebelum mendapat tempat inap di rumah sakit rujukan. Sistem pelayanan
dokter keluarga sesungguhnya merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang perlu
diatur dalam Undang-Undang, dimana sesungguhnya disini merupakan tumbuhnya Five Star Doctor,
yang merupakan profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk melakukan serangkaian pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan, efektifitas biaya dan persamaan dalam dunia
kesehatan.7,8
1.

Care Provider
Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya memperlakukan pasien secara
holistik, memandang individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas, memberikan
pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi, serta dilandasi hubungan jangka

panjang dan saling percaya.8


2.
Decision Maker
Seorang dokter diharapkan memiliki kemampuan memilih teknologi, penerapan teknologi penunjang
secara etik dan cost effectiveness.8
3.
Communicator
Seorang dokter dimana pun ia berada dan bertugas hendaknya mampu mempromosikan gaya hidup
sehat, mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif, dan mampu memberdayakan
individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.8
4.
Community Leader
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya dapat menempatkan
dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat, mampu menemukan kebutuhan kesehatan

bersama individu serta masyarakat, dan mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.8
5.
Manager
Dalam hal majerial, seorang dokter hendaknya mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu
dan organisasi di luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan komunitas serta mampu memanfatkan data-data kesehatan secara tepat dan
berhasil.8
Prinsip dokter keluarga
1.

Pelayanan yang holistik dan komprehensif


Dokter keluarga memberikan pelayanan yang menyeluruh yang memadukan promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi dengan aspek fisik, psikologis dan sosial
budaya.Dokter tidak hanya mengatasi masalah ibu dan anak dari pengobatan kuratif sahaja, tetapi

juga preventif dan juga promotif.8


2.
Pelayanan yang kontinu (berkesinambungan)
Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient centered), bukan pada penyakitnya
(disease centered).8
3.
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Dalam upaya mengatasi masalah pasien, dokter keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin ilmu
lainnya. Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensinya, dokter keluarga
bekerjasama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten. Dokter
berkerjasama dengan dokter-dokter lain yang lebih kompeten mengenai masalah ibu dan anak
tersebut, seperti merujuk anak tersebut ke ahli kesehatan anak untuk terapi TBC yang dialaminya.8
4.
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Karena berangkat dengan paradigma sehat, maka upaya pencegahan dokter keluarga dilakukan sedini
mungkin. Hal ini dapat dilakukan oleh dokter dengan memberikan pengarahan atau edukasi kepada
pasien terkait masalah TBC dengan keadaan pemukiman padat penduduk serta keperluan ruang
tinggal yang memadai serta terjaga kebersihan dan sanitasi lingkungannya.8
5.
Pelayanan dengan sasaran keluarga beserta segala aspeknya
Dalam mengatasi masalah, dokter keluarga mempertimbangkan konteks keluarga dampak kondisi
pasien terhadap keluarga dan sebaliknya. Selain itu, harus memperhatikan juga dampak kondisi
pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.8
Karakteristik Dokter Keluarga menurut IDI, adalah7
1. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Pelayanan menyeluruh dan maksimal

3. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan


4. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
5. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya.
Program Pengendalian TBC di Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjasama dalam bentuk
kegiatan pokok. Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian kecamatan dan
melayani 30.000 penduduk per satu unitnya.4 Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas adalah
yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan),
dan rehabilitatif (pemulihan).6
Demi tercapainya visi pembangunan kesehatan (Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat)
melalui Puskesmas, maka Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib yang
ditetapkan berdasarkan kjomitmen nasional regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib tersebut terdiri dari program
pengobatan (kuratif dan rehabilitatif), promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan dan
pengendalian penyakit menular, kesehatan lingkungan, dan perbaikan gizi masyarakat.6
Selain upaya kesehatan wajib, terdapat upaya kesehatan pengembangan yang harus dilakukan
oleh Puskesmas yang diteapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat.
Upaya kesehatan pengembangan antara lain adalah upaya kesehatan sekolah, olah raga, kesehatan
masyarakat, kerja, gigi dan mulut, jiwa, mata, usia lanjut, dan pengobatan tradisional.6
Kegiatan Promotif
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesehatan. Hal yang dapat dilakukan, antara lain:8
- Penyuluhan perorangan menggunakan metode penyuluhan langsung. Materi yang dijelaskan
adalah informasi mengenai TB.
- Penyuluhan kelompok menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara ceramah
mengenai TB. Materi penyuluhan adalah semua informasi mengenai TB.

Materi penyuluhan:
- Pengertian dan faktor resiko TB
TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.
Cara penularan:8
-Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
-Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan ludah (droplet).
-Umumnya penularan dapat terjadi di dalam ruangan dimana droplet berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung
dapat membunuh kuman.
-Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
-Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut
-Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB, di tentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Resiko penularan:8
-Resiko penularan tergantung tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien
TB paru dengan BTA negative
-Resiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberkulosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
-ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
-Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif. Resiko
menjadi sakit TB.
-Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB
-Faktor yang memperngaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya

tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
Preventif
Adalah upaya pencegahan. Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan agent, host dan lingkungan
dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:7,8
1.

Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TB paling efektif, walaupun hanya
mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang
sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TB yang meliputi, yaitu:8
Imunisasi aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah
dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita beresiko tinggi dengan nilai
-

proteksi yang tidak absolute dan tergantung host tambahan dan lingkungan
Pengotrolan faktor predisposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, malnutrisi, sakit kronis, dan mental.

Contohnya :
Pencegahan pada faktor penyebab TB (Agent) bertujuan untuk mengurangi penyebab
atau menurunkan pengaruh agent TB yaitu Mycobacterium tuberculosis serendah
mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosis selama menjalani proses
-

pengobatan.
Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberculosis seperti
meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan

mengusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam rumah.


Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu, pemberian

imunisasi BCG terutama pada anak.


Tidak membiarkan penderita TB tinggal serumah dengan yang bukan penderita karena

bisa menyebabkan penularan.


Meningkatkan pengetahuan individu mengenai pencegahan penyakit TB paru seperti apa,
imunisasi BCG serta pengobatan segera untuk penderita TB paru.

2. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TB yang timbul
dengan 3 komponen utama yaitu agent, host, dan lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting
untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari segi financial, materi

maupun tenaga. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TB, dengan
imunisasi TB negatif dan Chemoprophylaxis pada TB positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi
penyebaran penyakit, desinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga
ditemukan bahwa kontaminasi lingkunagn memegang peranan penting terhadap epidemiologi TB.
Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini dan pencegahan yang
cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih labjut serta mencegah
terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini ditujukan kepada mereka yang menderita atau dianggap
menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita TB (masa tunas).7,8
Contohnya:
-

Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada penderita TB paru sesuai dengan
kategori pengobatan seperti isoniazid dan rifampisin.

Penemuan kasus TB paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosis


pemeriksan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.

3.

Diagnosis dengan tes tuberculin.


Anamnesis bagi terhadap pasien maupun keluarganya.
Melakukan foto thorax.
Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti TB.

Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TB. Dimulai dengan diagnosis kasus

berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama
fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitas pekerjaan yang tergantung situasi individu.
Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang
TB, yaitu dengan jalan sebagai berikut:7,8
-

Perkembangan media
Metode solusi problem keresistensian obat
Perkembangan obat bakterisidal baru
Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TB yang terkontrol

Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami
kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga
dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosial.

Penemuan Tersangka TBC

Penemuan kasus ini dapat dilakukan secara pasif (Passive case finding). Penemuan secara pasif
ini didukung dengan penyuluhan secara aktif oleh petugas kesehatan maupun masyarakat. Cara ini
dikenal sebagai Passive Promotive Case Finding. Melalui penyuluhan yang diberi kepada masyarakat
mengenai TBC, penderita yang merasa seperti mempunyai gejala klinis TBC akan timbul kesadaran
untuk mendapatkan perawatan medis. Seterusnya penderita akan pergi ke pusat kesehatan samaada
puskesmas ataupun rumah sakit bagi mendapatkan kepastian. Hal inilah yang dikatakan sebagai Passive
Promotive Case Finding.7
Sebagai seorang petugas kesehatan, haruslah dimengerti apabila seseorang itu terdiagnosis
menderita TBC, haruslah diperhatikan juga orang-orang yang tinggal di sekeliling pasien atau lingkungan
pasien. Ini mengingat bahwa seorang penderita TBC paru BTA positif dapat menularkan TBC kepada 1530 orang setahunnya. Untuk itu, harus mendatangkan petugas kesehatan yang berwenang ke lingkungan
tempat tinggal pasien untuk memeriksa anggota keluarga yang lain ataupun mengarahkan ahli keluarga
datang ke puskesmas untuk menjalankan pemeriksaan apakah tertular atau tidak. Hal ini dikenal sebagai
tehnik Active Case Finding.7

Gambar 2. Pengobatan TBC2

Ketentuan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal


1.Bahan-bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan
kesehatan.9
2. Komponen dan penataan ruangan :9
- Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
- Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan.
- Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
- Ruang ditata dengan fungsi dan peruntukannya. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan
dengan intensitas penerangan dan tidak menyilaukan mata. Sinar matahari ini sangat penting karena
dapat emmbunuh bakteri-bakteri pathogen di rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat
harus memiliki jalan masuk cahaya yang cukup. Bila sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah serta
sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang.9
4. Kualitas udara9
- Suhu ruangan nyaman, antara 18-30C
- Kelembaban udara antara 40-70%
5. Ventilasi
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara naik dimana anntinya ini akan menjadi media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri pathogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Ventilasi
mempunyai banyak fungsi yakni untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar,
membebaskan udara di ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri pathogen, karena di situ selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus, serta menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam
kelembaban yang optimum.9
6. Penyediaan air9
- Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60liter per orang setiap hari
- Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih

7. Pembuangan limbah9
8. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai
banguann rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga ada yang terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.9

Penutup
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa TBC adalah suatu infeksi bakteri
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia.
Agent, host dan lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam
perjalanan alamiah epidemiologi TBC baik periode Prepatogenesis maupun Patogenesis.
Pencegahan terhadap infeksi tuberkulosis sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yang terdiri dari
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Dengan demikian, pencegahan dan pengobatan tuberculosis
wajib dilaksanakan sebaik mungkin untuk mengurangi angka kejadian bersamaan dengan partisipasi
penduduk baik yang sehat maupun yang sudah terinfeksi.
Dengan adanya kedokteran keluarga akan membantu dalam menanggulangi masalah penyebaran
dan penanganan penyakit menular seperti tuberkulosis dengan cara melaksanakan program
pemberantasan penyakit menular yang dilakukan pada layanan strata pertama seperti puskesmas.

Daftar Pustaka
1.

Achmadi F. Manajemen penyakit menular berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit EGC; 2005.h.6771.

2.

Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FKUI; 2006.h.63-5

3.

Timmereck TC. Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.32-5

4.

Aditama T. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta:

7.
8.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.


Rajab W. Pcnyebab penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokleran EGC 2008; 31-5.
Depkes RI. Pedoman penyakit tuberkulosis dan penanggulangannya. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2008.
Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: EGC; 2009.
Soetono, Sadikin & Zanilda. Membangun praktek dokter keluarga mandiri. Jakarta: Pengurus

9.

Besar IDI; 2006.152-8.


Gunawan R. Rencanatumah sehat. Yogyakarta: Kanisius; 2009.h.8-9.

5.
6.

Anda mungkin juga menyukai