4.1.
proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak), uji derajat keasaman (pH), uji
mikrobiologi, dan uji logam berat. Kaldu kupang diperoleh dengan merebus
daging kupang yang telah dipisahkan dari cangkangnya. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk mengetahui kandungan kimia awal kaldu kupang sebelum dilakukan
pengolahan. Komposisi kimia kaldu kupang disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Komposisi kimia kaldu kupang putih (Corbula faba Hinds).
Parameter
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar karbohidrat
pH
mikrobiologi (CFU/ml)
Logam berat
Bahan baku petis atau kaldu kupang memiliki komposisi kimia antara lain
kadar air 77,7%, kadar abu 5,9%, kadar protein 10,4%, kadar lemak 0,5%, kadar
karbohidrat 5,5%, total mikroba 4,5 x 101 CFU/ml, derajat keasaman (pH) 4,4 dan
tidak terdeteksi adanya logam berat (Hg dan Pb). Komposisi kimia kaldu kupang
tidak berbeda jauh dengan komposisi kimia yang terdapat pada daging kupang
putih. Daging kupang putih memiliki komposisi kimia antara lain kadar air
72,96%, kadar abu 3,80%, kadar protein 9,054%, kadar lemak 1,50%, kadar
karbohidrat 1,02% (Baswardono 1983). Parameter yang mengalami kenaikan
diantaranya kadar karbohidrat dan kadar abu.
4.2.
potensial sisa perebusan kupang yang dicampur dengan gula merah kemudian
dilakukan pemasakan hingga cairan mengental. Petis kupang yang dibuat dalam
129
penelitian ini adalah petis kupang dengan perlakuan penambahan bahan patipatian.
Menurut
Muchtadi
(1989),
pati
mampu
memberikan
tekstur,
Penampakan
Penampakan merupakan parameter organoleptik yang penting, karena
merupakan sifat sensoris yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Apabila kesan
penampakan produk terlihat baik atau disukai, konsumen akan melihat sifat
sensoris yang lainnya (aroma, rasa, tekstur dan seterusnya). Produk dengan bentuk
rapi, bagus dan utuh akan lebih disukai konsumen dibandingkan dengan produk
yang kurang rapih dan tidak utuh (Soekarto 1985). Hasil uji organoleptik terhadap
parameter penampakan produk petis kupang dapat ditunjukkan pada Gambar 11.
130
6,57 ab
6,43ab
5,866 b
4,53c
5
4
3
2
1
0
tepungg terigu
teppung tapioka
air tajin
tepung beras
131
bersama protein
p
akann bereaksi membentuk
k gumpalann-gumpalan berwarna gelap
yang disebbut melanoiidin. Pada tahap
t
permu
ulaan, melaanoidin mennyerupai karramel
dalam hall warna, baau dan rasaa. Bila teruss dipanaskaan, gumpalan-gumpalaan itu
akan beruubah menjaddi hitam daan tidak daapat larut. Penggulalia
P
an dan brow
wning
memiliki peranan penting
p
dallam penen
ntuan warna atau pennampakan hasil
produksi (Eskin
(
19900). Petis kuppang yang ditambahkaan dengan tepung-tepu
ungan,
karakteristtik dari teppung tersebuut menutupi sifat yangg terdapat ppada gula karena
k
tepung memberikan
m
warna yanng terang atau
a
sedikitt agak krem
m dan mem
miliki
larutan yanng jernih (Indoh et al. 2006).
(2)
Aroma
mnya,
Arroma makannan menenttukan kelezzatan bahann makanan. Pada umum
aroma yanng diterimaa oleh hiduung dan ottak merupaakan berbaggai ramuan
n atau
campuran empat aroma utama yaitu harum
m, asam, teengik dan hhangus. Pro
oduksi
senyawa-ssenyawa aroma ditentuukan oleh komposisi kimia dari produk, en
nzimenzim yanng terlibat didalamnyaa, maupun bakteri yaang terlibat dalam sen
nyawa
tersebut (W
Winarno 19997). Hasil uji
u organoleeptik terhaddap parametter aroma prroduk
Nilairatarataorganoleptik
aroma
6,68a
5,75ab
5,25b
6
5
4
3
2
1
0
tepun
ngterigu tep
pungtapioka
airtajin
tepungb
beras
Jenisbahaanpengisi
Angkka-angka dalaam kolom yaang sama dan
n diikuti olehh huruf supeerscript berbeda
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
Gam
mbar 12. Hisstogram nilaai rata-rata organoleptiik aroma peetis kupang.
(a,b)
(a,b)
132
Parameter
aroma
petis
kupang
dengan
penambahan
pati-patian
memperoleh nilai rata-rata berkisar antara 5,25 sampai 6,68 dengan nilai rata-rata
tertinggi dicapai dengan penambahan tepung tapioka (6,68) sedangkan nilai ratarata terendah dicapai dengan penambahan tepung beras (5,25). Hasil uji KruskalWallis menunjukkan bahwa setiap produk petis kupang dengan penambahan
berbagai jenis pati berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis.
Hasil uji lanjut Multiple Comparison menunjukkan bahwa aroma petis kupang
dengan penambahan tepung terigu tidak berbeda nyata dengan penambahan
tepung tapioka, tetapi berbeda nyata dengan penambahan air tajin dan tepung
beras.
Perubahan aroma merupakan proses menghilangnya bahan volatil,
karamelisasi karbohidrat, dekomposisi protein dan lemak serta koagulasi protein
yang disebabkan oleh pemanasan (Dawson 1959 diacu dalam Mountney 1966).
Petis kupang dengan penambahan tepung terigu dan petis kupang dengan
penambahan tepung tapioka memiliki aroma kupang agak kuat sedangkan petis
kupang dengan penambahan air tajin dan tepung beras memiliki aroma kupang
lemah. Aroma yang timbul disebabkan oleh terekstraknya komponen volatil yang
terbentuk saat proses pemanasan dari bahan utama dan bumbu-bumbu. Ekstrak
kerang mengandung sejumlah besar komponen flavor seperti asam glutamat dan
komponen
yang
dapat
meningkatkan
rasa
seperti
glikogen
(Tafu dan Matsuda 2000). Aroma yang muncul juga disebabkan oleh bumbubumbu seperti bawang putih yang memberikan aroma dan bau yang kuat karena
minyak volatilnya mengandung komponen sulfur. Komponen volatil muncul bila
sel pecah sehingga terjadi reaksi antara enzim liase dan komponen flavor seperti
metil dan turunan propil (Lewis 1984).
(3)
Rasa
Peramuan rasa ialah suatu sugesti kejiwaan terhadap makanan yang
menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya. Bagi seseorang yang sudah
sejak kecil mengenal suatu jenis makanan dapat menikmati rasa enak makanan
tersebut, sebaliknya orang yang belum mengenal makanan yang sama, tidak akan
memberikan apresiasi terhadap rasa makanan yang bersangkutan bahkan mungkin
menganggap makanan yang menjijikkan (Soekarto 1985). Rasa merupakan faktor
133
6,18a
6,00a
5,39a
5,25a
5
4
3
2
1
0
tepunng terigu
teppung tapioka
air tajin
tepung beras
b
(a,b)
(a,b)
Gam
mbar 13. Histogram niilai rata-rataa organolepttik rasa petiis kupang.
Paarameter rassa petis kuppang dengan
n penambahhan pati-pattian mempeeroleh
nilai rata--rata berkisar antara 5,25
5
sampaii 6,18 denggan nilai raata-rata terttinggi
dicapai deengan penam
mbahan tepuung terigu (6,18)
(
sedanngkan nilai terendah diicapai
dengan peenambahan tepung beeras (5,25). Nilai rata--rata organnoleptik terttinggi
pada tepuung terigu diduga kaarena kandu
ungan gluttennya. Gluuten merup
pakan
protein unik
u
yang memiliki kandungan
k
glutamat sebesar 400% (normaalnya,
kandungann glutamat pada proteiin makanan lain berkisar antara 100% hingga 20%)
(Suzuki et al. 1999).. Gluten paada gandum
m sangat pennting sebaggai sumber asam
glutamat dan peptidaa, yang daapat mening
gkatkan rassa umami. Telah dilak
kukan
penelitian sebelumnyya bahwa peeptida dapatt mengontrool karakteriistik rasa, seeperti
gi rasa asam
m, dan meeningkatkan
n rasa
memberikkan rasa yaang sedap, mengurang
gurih (Ishiii et al. 1994; Schlichthhle et al. 20
002; Okumuura et al. 20004).
Haasil uji Krusskal-Wallis menunjukk
kan bahwa setiap prodduk petis ku
upang
dengan penambahan
p
n berbagai jenis patii tidak beerpengaruh nyata (p<
<0,05)
terhadap tingkat
t
kesuukaan. Hal ini menun
njukkan bahhwa penam
mbahan jeniss pati
134
Teekstur
Teekstur adalaah sekelom
mpok sifat fisik yang ditimbulkaan oleh ellemen
struktural bahan paangan yangg dapat diirasa oleh perabaan, terkait deengan
deformasi, disintegrasi dan alirann dari bahan
n pangan diibawah tekaanan yang diukur
d
secara obyyektif oleh fungsi massa, waktu dan
d jarak (P
Purnomo 19995 diacu dalam
d
Yuniarti 2000).
2
Hasil uji organnoleptik paarameter tekkstur produuk petis ku
upang
6,21a
5,89a
5,899a
4,07b
5
4
3
2
1
0
tepunng terigu
teppung tapioka
air tajin
tepung bberas
Jenis baha
an pengisi
Angkka-angka dalaam kolom yaang sama dan
n diikuti olehh huruf supeerscript berbeda
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
Gam
mbar 14. Hisstogram nilaai rata-rata organoleptik
o
k tekstur prroduk petis.
Paarameter
teekstur
pettis
kupang
g
dengan
penambahhan
pati-p
patian
135
penambahan tepung tapioka dan air tajin, tetapi berbeda nyata dengan
penambahan tepung beras.
Petis kupang dengan penambahan tepung terigu, tepung tapioka dan air
tajin memberikan tekstur yang kental, homogen, dan agak lembut. Diduga, tekstur
yang dihasilkan karena kandungan amilopektin yang tinggi pada tepung tapioka,
tepung terigu, dan air tajin (beras). Tekstur yang dihasilkan pada produk petis
berhubungan
dengan
sifat
swelling
yang
terdapat
pada
pati
tepung.
tepung terigu dan petis kupang dengan penambahan tepung tapioka memberikan
hasil organoleptik yang tidak berbeda nyata. Petis kupang dengan penambahan
tepung terigu memberikan nilai rata-rata organoleptik paling tinggi jika
dibandingkan dengan petis kupang dengan penambahan tepung tapioka. Oleh
karena itu, tahap selanjutnya dilakukan pembuatan petis kupang dengan perlakuan
konsentrasi tepung terigu. Konsentrasi tepung terigu yang ditambahkan dalam
pembuatan petis kupang adalah 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, dan 40%
(v/v) dari kaldu kupang. Perlakuan konsentrasi ini berdasarkan pada standar mutu
136
produk petis
p
SNI-01-2346-20006, yang mencantuumkan bahhwa kandu
ungan
karbohidraat maksimaal sebanyak 40%. Penen
ntuan konseentrasi tepuung terigu teerbaik
dilakukan dengan uji organolepttik skala hedonik.
(1)
Peenampakan
n
Paarameter pennampakan petis
p
kupang
g dengan peerlakuan koonsentrasi teepung
terigu mem
mperoleh nilai
n
rata-ratta berkisar antara 5,733 sampai 7,30 dengan
n nilai
penampakkan tertingggi dicapai oleh petis kupang deengan penaambahan teepung
terigu 5%
%, sedangkaan nilai peenampakan terendah dicapai oleeh petis ku
upang
dengan peenambahan tepung terrigu 25%. Hasil
H
uji Krruskal Walllis menunju
ukkan
bahwa settiap produkk petis kupang dengan
n perlakuann konsentraasi tepung terigu
t
berpengarruh nyata (pp<0,05) terrhadap ting
gkat kesukaaan panelis pada param
meter
penampakkan. Hasil uji
uj organolepptik terhadaap parameteer penampakkan produk
k petis
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10
15
6,63abc
20
5,73c
cb
5,83c 6,077
5,73c
25
30
35
40
P
Perlakuan
tep
pung terigu (%)
Angkaa-angka dalam
m kolom yanng sama dan
n diikuti olehh huruf superrscript berbed
da
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
137
Arroma
Um
mumnya, kelezatan
k
m
makanan
ditentukan oleeh aroma. Industri paangan
Gambar 16.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
6,47abbc
7,10a
10
15
20
a
6,30abc
25
cb
5,53cb 5,883
30
35
5
6,30abc
40
P
Perlakuan
tepung terigu (%)
(
Angkka-angka dalaam kolom yaang sama dan
n diikuti olehh huruf supeerscript berbed
da
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
138
(p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter aroma. Hasil uji lanjut
Multiple Comparison menunjukkan bahwa petis kupang perlakuan kontrol
memberikan aroma yang tidak berbeda nyata dengan petis kupang dengan
penambahan tepung terigu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga, penggunaan tepung yang relatif banyak
menyebabkan kandungan lemak dan protein semakin sedikit sehingga
menurunkan aroma khas kupang. Menurut Winarno et al. (1974), aroma dari
produk olahan mempunyai perubahan yang konstan yaitu berkurang selama
penanganan, pengolahan, dan penyimpanan. Selama pemasakan, terjadi berbagai
reaksi antara bahan pengisi dengan kaldu kupang sehingga aroma yang khas pada
kaldu kupang berkurang selama pengolahan produk.
(3)
Rasa
Parameter rasa berbeda dengan aroma dan lebih banyak melibatkan panca
indra lidah. Pengindraan cecapan dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu asin,
asam, manis dan pahit. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain
(Winarno 1997).
Parameter rasa petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu
memperoleh nilai rata-rata berkisar antara 5,57 sampai 6,67 dengan nilai rasa
tertinggi dicapai oleh petis kupang dengan penambahan tepung terigu 10%,
sedangkan nilai rasa terendah dicapai oleh petis kupang dengan penambahan
tepung terigu 35%. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa setiap produk
petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu tidak berpengaruh nyata
(p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter rasa. Hasil uji
organoleptik terhadap parameter rasa produk petis kupang ditunjukkan pada
Gambar 17.
139
6,33 a 6,17
6 a
6,67 a 6,63 a
6,333 a 6,03 a
5,60 a 5,577 a
6,03 a
5
4
3
2
1
0
0
10
15
20
0
25
30
35
40
Peerlakuan tepu
ung terigu (%
%)
Anggka-angka dallam kolom yang sama daan diikuti olehh huruf supeerscript berbeda
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
W
Warna
Penentuan muutu bahan makanan
m
saangat terganntung pada beberapa faktor,
fa
140
Gambar 18.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
10
15
66,50abc
20
5,97cb
25
5,87c
5,883c
30
35
5
5,97cb
40
P
Perlakuan
tep
pung terigu (%)
(
Anggka-angka dallam kolom yang sama daan diikuti olehh huruf supeerscript berbeda
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
Gam
mbar 18. Hiistogram nillai rata-rata warna petis kupang.
Hassil uji lanjuut Multiple Compariso
on menunjuukkan bahw
wa petis ku
upang
perlakuan kontrol memberikan warna tidaak berbeda nyata denggan petis ku
upang
dengan peenambahan tepung teriggu 5%, 10%
%, 15%, dann 20%, tetaapi berbeda nyata
dengan perlakuan
p
lainnya. Komponen
K
gula (sukkrosa) mem
mbentuk reaksi
r
karamelisaasi selama pemasakann, warna yaang dihasilkkan dari reaaksi karameelisasi
adalah waarna coklatt, sehingga semakin banyak
b
gulla yang dittambahkan pada
produk maaka semakinn banyak warna cokat yang
y
dihasilkan.
141
(5)
Teekstur
Paarameter tekkstur petis kuupang deng
gan perlakuaan konsentrrasi tepung terigu
t
memperolleh nilai ratta-rata berkkisar antara 5,27 sampaai 6,73 denngan nilai teekstur
tertinggi dicapai oleeh petis kuupang deng
gan penambbahan tepuung terigu 10%,
sedangkann nilai teksttur terendahh dicapai deengan penaambahan teppung terigu
u 25%
dan 40%.. Hasil uji Kruskal Wallis
W
men
nunjukkan bahwa
b
setiaap produk petis
kupang deengan perlaakuan konseentrasi tepu
ung terigu berpengaruh
b
h nyata (p<
<0,05)
terhadap tingkat
t
kesuukaan paneelis pada paarameter waarna. Hasil uji organolleptik
terhadap parameter
p
w
warna
produuk petis kupaang ditunjukkkan pada G
Gambar 19.
8
7
6
5
4
3
2
1
0
7,60a
6,60ab 6,733ab 6,70ab
55,63cb
10
15
20
5,27c
25
5,83cb 5,933cb
30
35
5
5,27c
40
P
Perlakuan
tep
pung terigu (%)
(
Angkka-angka dalaam kolom yaang sama dan
n diikuti olehh huruf supeerscript berbed
da
menunjukkaan berbeda nyata
n
(P<0,055), sedangkan
n yang diikuuti huruf supperscript sam
ma
menunjukkaan tidak berbeda nyata (P>00,05).
(a,b)
(a,b)
Gam
mbar 19. Hiistogram nillai rata-rata tekstur petiis kupang.
Hassil uji lanjuut Multiple Compariso
on menunjuukkan bahw
wa petis ku
upang
perlakuan kontrol memberikan
m
tekstur yaang tidak berbeda
b
nyaata dengan petis
u 5%, 10%
%, dan 15%
%, tetapi berrbeda
kupang deengan penaambahan teepung terigu
nyata denggan perlakuuan lainnya.
Teepung teriguu memiliki kandungan
n protein unnik yang m
membentuk suatu
massa lenggket dan elaastis ketika dibasahi deengan air, yang
y
dikenaal sebagai glluten.
Gluten merupakan campuran
c
a
antara
dua kelompok
k
a
atau
jenis pprotein gan
ndum,
yaitu gluteenin dan gliiadin. Gluteenin membeerikan sifat--sifat yang ttegar dan glliadin
memberikkan sifat yang
y
lengkket sehingg
ga mampu memerangkap gas yang
142
SNI 2006
20-30
maks 8,0
min 10
maks 40
0,6-0,9
maks 5x102
5400 cp
maks 0,05
maks 2
Komersial
22,8
4,8
5,38
1,11
65,91
5,39
0,747-0,748
96,5x102
685000 cp
Kontrol
22,1
13,4
13,74
1,16
49,6
4,66
0,663-0,665
3,9x101
15340 cp
Petis terbaik
25,2
8,9
16,13
0,98
48,79
5,16
0,763-0,764
7,3x102
8640 cp
Tidak terdeteksi
143
30
25,2
222,1
22,8
25
20
15
10
5
0
0%
10
0%
komersial
u
Perlakuan tepung terigu
Gaambar 20. P
Perbandingaan kadar aiir petis kuppang tanpa perlakuan, petis
d
dengan
perlakuan tepun
ng terigu 100%, dan petis komersiaal.
Gaambar 20 menunjukka
m
an petis kup
pang dengaan perlakuaan tepung terigu
t
10% mem
miliki kadar air sebesar 25,2%, sed
dangkan pettis kupang kkontrol mem
miliki
kadar air 22,1%
2
dan petis
p
kupangg komersiall memiliki kadar
k
air 222,8%. Nilai kadar
k
air tersebuut masih memenuhi
m
sttandar mutu
u SNI petis (2006) yanng menyebu
utkan
bahwa kaddar air padda produk petis
p
berkisaar antara 200-30%. Pennggunaan teepung
terigu denngan taraf yang
y
berbeeda berpeng
garuh sangaat nyata terrhadap kadaar air
petis kupaang. Tepungg terigu beersifat meng
gikat air sehhingga mennyebabkan kadar
k
air
petiss
kupang
menjadi
menurun.
Purnomoo
(1995)
diacu
dalam
d
bahwa sem
Prihartonoo (2003) menyatakan
m
makin renddah kadar aair suatu prroduk
makanan, tekstur yanng dihasilkann semakin keras.
k
Air merupakaan bahan baaku yang meenentukan konsistensi
k
dan karakteeristik
reologi paada adonann. Naiknya nilai kadaar air petis kupang deengan perlaakuan
tepung teerigu didugga disebabkkan oleh in
nteraksi anntara pati, protein daan air
sehingga air
a tidak daapat lepas seecara sempu
urna atau menguap
m
sellama pemassakan.
Interaksi tersebut
t
akibat pengikaatan antara gugus
g
aktiff pada proteein dengan gugus
g
aktif yangg ada dalam
m pati. Peerubahan peertama yanng terjadi ppada pati adalah
a
kehilangann persilanggan polarissasi. Seirin
ng dengan peningkataan suhu, ikatan
i
144
hidrogen antara rantai pati rusaak dan air akan diserrap oleh graanula pati, yang
n amilosa (Eliasson 20000), sedan
ngkan
kemudian diikuti dengan tahapp pelepasan
wa dengan gliadin
g
dan glutenin
g
meembentuk glluten.
pada proteein, air akann bersenyaw
Kemampuuan gluten mengikat air disebab
bkan oleh perbedaan komposisii dan
struktur dari
d asam amino
a
gluteen dan gliad
din sehinggga dapat dihasilkan ad
donan
yang lenggket dan elastis (Eskinn 1990). Semakin tinggi proteinn terigu sem
makin
tinggi pulaa daya serapp airnya (Paandisurya 19
983 diacu dalam
d
Prihaartono 2003)).
4.4.2. Kaadar abu
Sebagian besaar bahan makanan
m
terrdiri dari baahan organiik dan air, yaitu
sekitar 966%, sedangkkan sisanyaa terdiri darri unsur-unssur minerall. Unsur miineral
juga dikennal sebagaii zat anorgaanik atau kadar
k
abu. Dalam
D
prosses pembak
karan,
bahan-bahhan organikk terbakar teetapi zat ano
organiknya tidak, karenna itulah diisebut
abu (Winaarno 1997). Hasil penggukuran kad
dar abu padda petis kuppang ditunju
ukkan
pada Gam
mbar 21.
13.44
14
12
10
8
6
4
2
0
8.9
4.8
0%
10%
%
komersial
Perlak
kuan
Gam
mbar 21. Peerbandingann kadar abu
u petis kuppang tanpa perlakuan, petis
deengan perlaakuan tepung terigu 10%
%, dan petiss komersial.
Gaambar 21 menunjukka
m
an petis kup
pang dengaan perlakuaan tepung terigu
t
10% mem
miliki kadar abu sebesarr 8,9%, sed
dangkan petiis kupang kkontrol mem
miliki
kadar abu sebesar 133,4% dan peetis kupang komersial memiliki kaadar abu seebesar
p
penelittian sudah memenuhi
m
standar SNI mutu
4,8%. Kaddar abu yangg terdapat pada
petis (2006) yang menyebutkkan bahwa kadar abbu maksimal sebesar 8%.
Peningkattan kadar abbu petis kuppang disebaabkan oleh penambahan
p
n bumbu-bu
umbu
145
20
1
16,13
13,744
15
10
5,38
5
0
0%
10%
%
koomersial
P
Perlakuan
tep
pung terigu
Gaambar 22. P
Perbandinggan kadar protein
p
petiis kupang ttanpa perlaakuan,
petis denggan perlaku
uan tepungg terigu 110%, dan petis
komersial.
Gaambar 22 menunjukka
m
an petis kup
pang tanpaa perlakuan memiliki kadar
k
protein seebesar 13,744% sedangkkan petis ku
upang denggan perlakuaan tepung terigu
t
10% mem
miliki kadar protein sebbesar 16,13%
%. Jumlah kadar
k
proteein yang terrdapat
pada petiis kupang ini sudaah memenu
uhi standarr SNI muutu petis yang
mencantum
mkan bahw
wa kadar protein
p
min
nimal 10%. Pati meruupakan sen
nyawa
146
organik noon-protein. Oleh karenna itu, semaakin banyakk jumlah teppung terigu yang
ditambahkkan, kadar protein
p
petiss kupang sem
makin menuurun.
4.4.4. Kaadar lemak
k
L
Leemak meruppakan salahh satu unsurr penting daalam bahann pangan. Lemak
memiliki fungsi untuk memperbaiki benttuk dan strruktur fisikk bahan paangan,
menambahh nilai gizi dan kalori, serta memb
berikan cita rasa yang ggurih pada bahan
b
pangan. Selain itu, leemak berpeeran sangat penting baggi gizi dan kesehatan tubuh
t
karena meerupakan suumber energgi serta sebaagai sumbeer dan pelaruut vitamin A,
A D,
E, dan K (Winarno 1997). Haasil penguk
kuran kadarr lemak padda petis ku
upang
ditunjukkaan pada Gam
mbar 23.
1,16
0,98
1,2
1.2
1,11
1,0
1.0
0,8
0.8
0,6
0.6
0,4
0.4
0,2
0.2
0,0
0.0
0%
10%
%
komersial
P
Perlakuan
tep
pung terigu
147
65,91
70
60
50
40
30
20
10
0
49,66
0%
48,79
10%
%
komersial
P
Perlakuan
tep
pung terigu
Gam
mbar 24. Peerbandingann kadar karb
bohidrat pettis kupang ttanpa perlaakuan,
pettis dengan perlakuan
p
teepung teriguu 10%, dan petis komeersial.
Gaambar 24 menunjukka
m
an petis kup
pang tanpaa perlakuan memiliki kadar
k
karbohidraat sebesar 49,6%
4
lebihh tinggi dibaandingkan dengan
d
petiss kupang deengan
perlakuan tepung terrigu 10% yang
y
memilliki kadar karbohidrat
k
sebesar 48
8,79%
sedangkann petis kupang komerssial memiliiki kadar kaarbohidrat sebesar 65,,91%.
Kadar kaarbohidrat pada
p
petis kupang ku
urang mem
menuhi stanndar yang telah
ditetapkann SNI mutuu petis (2006) yang meencantumkaan bahwa kkadar karboh
hidrat
maksimal 40%. Kadar
K
karbohidrat yaang tinggii menggam
mbarkan bahwa
b
konsentrassi tepung yaang ditambaahkan sangat banyak. Hal itu mennyebabkan kadar
k
air pada adonan
a
petiss sangat seddikit. Banyaknya air akan
a
menenntukan kepaadatan
148
adonan. Penambahann tepung yanng terlalu baanyak akan menghasilkkan adonan yang
keras dan teksturnya padat.
4.4.6. Deerajat keasaaman (pH))
u
keaasaman suatu zat. N
Nilai pH sering
s
Nilai pH merupakan ukuran
han makanan karena peengontrolan
n nilai
digunakann sebagai inndikator kerrusakan bah
pH meruppakan salahh satu caraa untuk mencegah perrtumbuhan mikroorgan
nisme
pembusukk. Kemampuan mikrooorganisme untuk
u
tumbbuh di meddium dengaan pH
rendah terrgantung paada sistem sel
s untuk mengatur pH
H mendekatii pH netral. Nilai
pH minim
mum pertum
mbuhan berggantung pad
da jenis asam
m pada meddium. Nilaii rata-
5,16
5,39
4,66
5
4
3
2
1
0
0%
10%
%
koomersial
Perlakuan tep
pung terigu
(Elliason 2000).
2
149
4.4.7.
Aktivitas air (a w )
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
Kisaran a w
0,663 0,665
0,763 0,764
0,747 0,748
150
Total mikroba
3,9x101
7,3x102
96,5x102
151
besar
sehingga
cairannya
mengalir
(Glicksman
1983
diacu
dalam
Kurnianta 2002). Hasil pengukuran uji viskositas dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai viskositas petis kupang tanpa perlakuan, petis kupang
dengan perlakuan tepung terigu 10% dan petis kupang komersial.
Perlakuan
Viskositas
Petis kontrol
15340 cp
Petis perlakuan 10 %
8640 cp
Petis komersial
685.000 cp
Viskositas
petis
dipengaruhi
oleh
proporsi
tepung
terigu
yang
umum,
kadar
bioindikator
bahan
yaitu
pencemar
jenis
dapat
organisme
diketahui
tertentu
yang
dengan
dapat
152
ion. Logam- logam berat yang mencemari perairan banyak jenisnya, diantaranya
logam Hg dan Pb yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Hasil uji logam berat (Hg dan Pb) pada produk petis kupang tanpa
perlakuan (kontrol) atau petis kupang dengan konsentrasi tepung terigu 10%
memberikan hasil tidak terdeteksi adanya kandungan logam berat. Hal ini sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh SNI petis (2006) yang menyebutkan
bahwa kandungan Hg maksimal 0,05 ppm dan Pb maksimal 2 ppm.
Kandungan logam berat dalam kupang dapat dihilangkan dengan proses
perebusan hingga mendidih selama kurang lebih satu jam sehingga diperoleh
daging kupang yang bebas dari Hg (0 mg/kg), sedangkan untuk mengurangi
kandungan logam berat berbahaya dalam kaldu dapat dilakukan dengan
pengenceran. Penggantian air rebusan setelah mendidih 100 oC selama lima menit
meminimalkan logam berat berbahaya dengan gizi tetap baik (Lemlit 2000 diacu
dalam Kurnianta 2002).