Oleh :
Alifi Nur Aini
(1520303119)
(1520303180)
Sulastri Wahyuni
(1520303225)
I. LATAR BELAKANG
Apotek merupakan suatu bentuk usaha yang mempunyai fungsi ekonomi dan fungsi
sosial. Selain itu apotek merupakan tempat dilaksanakan suatu pekerjaan kefarmasian dimana
farmasis mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam memberikan
pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien dalam pengobatan yang rasional.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, seorang apoteker harus mampu menempatkan profesinya
diantaranya yaitu pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, peyimpanan dan distribusi
obat, pelayanan atas resep, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2003, yang dimaksud
dengan apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyalur sediaan, dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Seorang apoteker bertanggungjawab atas
pengelolaan obat di apotek dan melakukan pelayanan obat kepada masyarakat. Apotek
merupakan suatu institusi yang dalam pelaksanaanya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Fungsi apotek
sebagai unit pelayanan kesehatan dengan menyediakan obatobatan yang dibutuhkan
masyarakat. Fungsi apotek sebagai institusi bisnis adalah dengan mencari keuntungan, namun
tetap menjaga kepentingan sosial juga bukan semata-mata mencari laba yang sebesarbesarnya.
PERSYARATAN PENDIRIAN APOTEK
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4 (2)
menyatakan bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh Menteri kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
A. Lokasi dan tempat :
Pemilihan lokasi apotek sangat penting karena dengan letak lokasi dapat
mempengaruhi kelancaran usaha apotek tersebut. Dalam menentukan lokasi apotek, menurut
keputusan Menkes RI No. 1332/ Menkes/ SK/X/2002 deregulasi mengenai jarak dan ijin
lokasi apotek tidak lagi diatur. Dalam penentuan lokasi pendirian apotek, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain:
1. Strategis, dekat dengan pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti: Poliklinik, praktek
bersama dengan dokter. Apotek yang didirikan berada didekat atau sekitar pusat
pelayanan kesehatan akan memudahkan pasien untuk menebus obat.
2. Berada di jalan utama.
3. Dipusat kota atau berada disekitar perumahan terutama di perumahan baru.
Apotek berlokasi pada daerah yang ramai, sehingga mudah dikenali oleh masyarakat
Terdapat papan nama yang dengan jelas dan besar
Apotek harus dengan mudah diakses oleh masyarakat
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas
pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukan integritas
Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan
kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien
Ruang racikan
9. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan
barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah
ditetapkan dalam lampiran Form Apt-3 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332
tahun 2002 disebutkan papan nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40cm
dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5cm, tebal 5cm.
C. Perlengkapan Apotek
1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.
2. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi,seperti lemari obat dan
lemari pendingin.
3. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
4. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
5. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan
per-UU yang berhubungan dengan apotek.
6. Alat administrasi, seperti: blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, copy resep dan lainlain.
D. Tata cara perizinan Pendirian Apotek
Menurut KepMenKes No.1332 Tahun 2002 pasal 4 ayat 2 bahwa wewenang
pemberian izin apotek dilimpahkan oleh Menteri kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu tata cara permohonan izin apotek tidak lagi didasarkan pada
PerMenKes No.922 Tahun 1993, namun telah disesuaikan menurut pasal 7 KepMenKes
No.1332 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas PerMenKes No.922 Tahun 1993.
Apoteker yang ingin mengajukan pendirian apotek harus memliki SIPA. SIPA adalah
surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian
pada Apotek atau Instalasi FarmasiRumah Sakit. SIPA telah diatur dalam MenKes No.889
tahun 2011 pasal 21. Permohonan SIPA harus melampirkan:
1. Fotocopy STRA yang dilegalisir;
2. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran;
3. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
4. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 lembar.
Menurut KepMenKes no.1332 tahun 2002 pasal 9, terhadap permohonan izin
persyaratan APA atau persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak memenuhi atau tidak
sesuai dengan permohonan maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasanalasannya. Bila Apoteker Pengelola Apotek menggunakan sarana pihak lain maka
penggunaan sarana yang dimaksud didasarkan atas perjanjian kerjasama antar Apoteker dan
pemilik modal apotek. Pemilik modal apotek harus memenuhi persyaratan tidak pernah
terlibat dalam pelanggaran Peraturan Perundang-undangan dibidang obat dan hal tersebut
harus dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Izin apotek dapat dicabut
apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang di tetapkan seperti ijazah yang
tidak terdaftar pada Departemen Kesehatan, melanggar sumpah atau janji sebagai
apoteker, tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental dalam menjalankan
tugasnya, bekerja sebagai penanggung jawab pada apotek atau industri farmasi
lainnya;
b. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang
bermulu dan terjamin keabsahannya;
c. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal melayani resep,
memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman
dan rasional;
d. Bila apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun berturut-turut;
e. Bila apoteker melanggar perundang-undangan narkotika, obat keras, dan ketentuan
lainnya;
f. Surat Izin apoteker (SIPA) dicabut;
g. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat;
h. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang di tetapkan.
Dokumen yang diperlukan untuk mendirikan apotek menurut PP No.51 Tahun 2009
sebagai berikut:
1. Salinan/foto copy SIPA.
2. Salinan/foto copy KTP dan surat pernyataan tempat tinggal secara nyata.
3. Salinan/foto copy denah bangunan surat yang menyatakan status bangunan dalam
bentuk akte hak milik/sewa/kontrak.
4. Daftar AA mencantumkan nama, alamat, tahun lulus dan SIPA.
5. Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek.
6. Surat pernyataan APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA
di apotek lain.
7. Asli dan salinan/foto copy surat izin atau bagi PNS, anggota ABRI dan pegawai
instansi pemerintah lain.
8. Akta perjanjian kerjasama APA dan PSA.
9. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran undang-undang farmasi.
10. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
11. Rekomendasi IAI.
E. Skema Perizinan
1. Pertama calon apotek mendapat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
dilakukan permohonan izin apotek yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.
2. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan, dapat meminta
bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat
terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
3. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala Balai
POM melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir
APT-3
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
Alamat
Apoteker (APA)
Setiap apoteker pasti memili tujuan untuk mendirikan apotek. Tujuan Pendirian
Apotek Setia Budi yaitu:
1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker, dalam hal ini apotek digunakan oleh
apoteker untuk memberikan peran yang nyata mengenai pelayanan kefarmasian bagi
masyarakat sehingga kehadiran profesi apoteker akan selalu dibutuhkan masyarakat.
2. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap obat, alat kesehatan dan produk
kesehatan lain yang bermutu dan terjamin serta berkualitas.
3. Sumber informasi kesehatan yang akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan, khususnya obat dan penggunaan obat yang benar.
D. Lokasi dan Bangunan
Apotek Setia Budi yang akan didirikan terletak di lokasi di Jl. Letjend Sutoyo
Mojosongo Surakarta. Lokasi apotek ini tergolong sangat strategis yang dapat mendorong
keberhasilan dan erat hubunganya dengan profit yang diperoleh nantinya.
1. Denah lokasi (Terlampir)
2. Data-data pendukung
a) Kepadatan penduduk
Apotek Setia Budi berada didaerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dekat dengan perumahan warga, perumahan KODIM, sekolah, kampus, tempat
praktik dokter, bengkel, rumah makan, dan tempat perbelanjaan.
b) Tingkat sosial dan ekonomi
Tingkat pendidikan masyarakat tinggi karena penduduknya sebagian besar
pegawai, mahasiswa, siswa dan wiraswasta. Tingkat kesadaran akan kesehatan
masyarakat cukup tinggi. Tingkat ekonomi & konsumsi penduduk secara umum
cenderung menengah keatas.
c) Pelayanan kesehatan lain.
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar apotek yaitu terdapat praktek dokter.
d) Jumlah Apotek
Jumlah Apotek terdekat sebagai mitra adalah 2, yaitu Apotek Anisa (300 m)
dan Apotek Blunya (1Km). Dengan melihat lokasi yang strategis maka diharapkan
apotek dapat bersaing dengan apotek lainnya.
e) Aman.
f) Mudah dijangkau.
Bangunan Apotek Setia Budi memiliki :
1. Ruang tunggu pasien, peracikan, penyerahan resep, ruang kerja apoteker, tempat
pencucian alat dan kamar mandi.
2. Dilengkapi dengan penerangan, sumber air yang memadai, ventilasi dan sanitasi.
3. Papan nama terdiri dari nama Apotek dan papan nama Apoteker Pengelola Apotek,
dan nomor SIA terpasang dengan jelas
Bangunan : 2 Lantai dengan luas 6 m x 8 m
Dari luas bangunan tersebut dirancang:
Lantai bawah
-
Ruang apotek
Ruang Tunggu
Ruang Konseling
Toilet
/Apoteker
Lantai atas
- Gudang
- Toilet
- Praktek dokter
a.
b.
c.
d.
Administrasi
Asisten Apoteker
Pelayanan & umum
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, dengan rincian sbb :
Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
Asisten Apoteker
: 2 orang
Administrasi
: 1 orang
Pelayanan & umum
: 1orang
PMA (Pemilik Modal Apotek) memberikan wewenang kepada APA (Apoteker
Pengelola Apotek) untuk mengelola apotek, APA (Apoteker Pengelola Apotek) mempunyai
wewenang untuk mengelola apotek dan bertanggungjawab terhadap segala kegiatan yang
dilaksanakan di apotek, kemudian dipertanggungjawabkan kepada PMA.
barang
Mencatat laporan bulanan penggunaan obat dan perbekalan farmasi (narkotika dan
dilakukan setiap saat jika stok sudah mulai menipis. Obat ataupun perbekalan farmasi yang
telah dipesan, akan dikirim oleh PBF yang bersangkutan, kemudian diterima dan diteliti oleh
apoteker pengelola apotek atau tenaga teknis kefarmasian.
Pengadaan obat narkotika, pemesanannya dilakukan dengan cara membuat SP (Surat
Pesanan) rangkap empat, Surat Pesanan dilengkapi dengan No.SIPA Apoteker dan stempel
apotek. Untuk pengadaan obat psikotropika, pemesanan dilakukan dengan cara membuat
Surat Pesanan (SP) rangkap empat, satu lembar Surat Pesanan psikotropika dapat terdiri lebih
dari satu jenis obat psikotropika, tetapi tidak melebihi dari tiga jenis obat psikotropika.
Pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara konsinyasi. Konsinyasi adalah
semacam titipan barang dari PBF kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen
komisioner yang menerima komisi kalau barang terjual, apabila barang tidak terjual barang
tersebut akan dikembalikan. Konsinyasi dilakukan pada obat baru, obat yang jarang terjual
atau obat yang belum terjual di apotek dan masih dalam masa promosi.
Setiap melakukan penerimaan barang dari PBF, Apoteker Pengelola Apotek atau
tenaga teknis kefarmasian yang telah mempunyai surat tanda registrasi memeriksa kondisi
barang, kesesuaian nama barang, jumlah barang, no.batch, Expired Date (ED) obat dengan
faktur dari PBF dan surat pesanan dari apotek. Kemudian faktur tersebut ditandatangani,
diberi tanggal dan ditulis nomor SIPA/SIKTTK oleh apoteker maupun tenaga teknik
kefarmasian yang bertugas dan diberi stempel Apotek. Apotek akan menerima satu lembar
salinan faktur sebagai bukti transaksi pembelian barang. Apabila pembayaran barang sudah
lunas maka faktur asli akan diserahkan kepada pihak apotek.
3) Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi khususnya obat, disusun sesuai dengan bentuk
sediaan, alphabetis, dan farmakologis sehingga mempermudah dalam pengambilan maupun
pembuatan obat. Perbekalan farmasi disimpan dalam tempat yang aman, tidak terkena sinar
matahari langsung, bersih, dan tidak lembab. Obat yang mudah menguap ataupun terurai
ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat sedangkan vaksin, serum, serta suppositoria
disimpan ke dalam almari pendingin. Disamping itu perbekalan farmasi disimpan
berdasarkan bentuk sediaan obat misalnya: tablet atau kapsul, sirup, injeksi, salep, dan
sediaan tetes (mata, hidung, telinga, dan parenteral).
Obat bebas atau OTC (Over The Counter) disimpan berdasarkan efek
farmakologinya sedangkan obat keras dan sirup disusun berdasarkan alphabetis. Obat yang
dibeli dalam jumlah banyak sebagian disimpan dalam gudang penyimpanan. Untuk obat
narkotika disimpan di almari khusus yang terletak menggantung ditembok dan obat
psikotropika disimpan di dalam almari khusus terpisah dari obat-obat lain. Kedua almari
tersebut selalu terkunci, dimana kuncinya disimpan oleh apoteker.
Pelayanan
Apotek Setia Budi memiliki jam pelayanan dari hari senin sampai hari sabtu dengan
hari libur pada hari minggu dan tanggal merah. Pelayanan dimulai dari pukul 07.00-21.00
yang dibagi dalam dua shift. Shift pagi dimulai pukul 07.00-14.00 dan shift siang dimulai
pukul 14.00-20.00.
Pelayanan kefarmasian di Apotek Setia Budi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Pelayanan obat dengan menggunakan resep dokter.
Alur pelayanan dengan menggunakan resep dokter
a. Menerima resep pasien
b. Lakukan skrining resep meliputi (administrasi, pharmaceutical, dan klinik). Resep
yang masuk diteliti legalitasnya dan kelengkapan serta dipastikan bahwa obat yang
tertulis dalam resep tersedia di apotek. Kajian resep dari aspek legalitas dinilai dari
keabsahannya.
c. Menghitung harga dan minta persetujuan pasien terhadap nominal harga. Apoteker
maupun tenaga teknis kefarmasian menghitung harga obat dan menginformasikan
kepada pasien. Obat akan disiapkan setelah mendapat persetujuan dari pasien. Bagi
pasien yang kurang mampu yang mendapatkan resep obat dengan harga mahal, maka
pihak apotek menyarankan pada pasien untuk mengambil sebagian obat yang ada
dalam resep atau menyarankan untuk mengganti dengan obat yang memiliki zat aktif,
bentuk sedian, maupun khasiat yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah,
misalnya diganti dengan OGB, tetapi harus dengan persetujuan dari dokter penulis
resep.
d. Siapkan obat sesuai dengan resep
e. Setelah obat disiapkan, buat etiket dan cocokan dengan resep
f. Teliti kembali resep sebelum diserahkan pada pasien termasuk Salinan resep dan
kuitansi apabila diminta pasien
g. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang obat meliputi (dosis,
frekuensi pemakaian sehari, waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek
samping yang mungkin timbul setelah penggunaan obat)
2. Pelayanan obat tanpa resep atau swamedikasi.
Obat yang dapat dibeli tanpa resep merupakan obat bebas, obat bebas terbatas, dan
obat keras dengan aturan tertentu. Obat prekursor, psikotropika, dan narkotika tidak bisa
dibeli tanpa resep dokter. Sedangkan obat dengan swamedikasi adalah obat yang diberikan
sesuai keluhan dengan sepengetahuan apoteker.
a. Pasien yang datang biasanya langsung membeli obat. Namun ada juga pasien yang
datang dengan keluhan penyakitnya.
b. Pasien yang datang dengan membeli obat langsung dilayani, untuk pasien dengan
membawa keluhan, biasanya ditanyakan dulu apakah pasien pernah mengkonsumsi
obat sebelumnya atau belum dan menanyakan apakah pasien ada riwayat alergi obat
atau tidak.
c. Jika pasien sudah pernah mengkonsumsi obat, disarankan untuk menggunakan obat
yang sama, tetapi jika belum, pasien ditawarkan obat untuk keluhan tersebut.
d. Jika pasien setuju, siapkan obat. Jika pasien tidak setuju tawarkan harga yang lebih
murah.
e. Setelah obat disiapkan, berikan edukasi dengan aturan pakai dan efek yang terjadi saat
penggunaan obat.
H. Rancangan Biaya
1. Permodalan
a.
Modal awal
Rp. 250.000.000
Alokasi Modal
b.
a) Bangunan
Rp. 25.000.000
b) Perlengkapan apotek
1.
2.614.000
Gelas ukur 50 ml
Gelas ukur 100 ml
Mortir diameter 8 cm dan stamper
Spatel
Batang pengaduk
Timbangan
2.
Wadah pembungkus dan pengemas
3.
Alat Administasi
4.
Pelengkapan buku pedoman
c) Perlengkapan penunjang
1. Etalase
2. Meja Penyerahan dan kasir
3. Meja Racik
4. Kursi plastic
Rp.
Rp. 25.000
Rp. 45.000
Rp. 30.000
Rp. 8.000
Rp. 6.000
Rp. 2.500.000
Rp. 100.000
Rp. 300.000
Rp. 400.000
Rp. 9.005.000
Rp. 2.000.000
Rp. 300.000
Rp. 300.000
Rp. 150.000
5. Lemari Narkotika
6. Lemari es
7. Dispenser + gallon air
8. Lampu
9. Komputer + printer 1 set
10. Kipas angin
11. Timbangan badan
12. Alat Pemadam Kebakaran
d) Perizinan
Rp. 300.000
Rp. 1.500.000
Rp. 150.000
Rp. 100.000
Rp. 3.500.000
Rp. 250.000
Rp. 55.000
Rp. 400.000
Rp. 2.000.000
e) Pembelian obat
Rp. 102.600.000
Rp. 183.219.000
f) Cadangan Modal
Rp. 66.781.000
Total
Rp. 250.000.000
APA
TTK (2)
Administrasi
Pelayan umum
Rp. 55.200.000
Rp. 1.800.000/bln
Rp. 800.000/bln
Rp. 6.00.000/bln
Rp. 6.00.000/bln
2. Biaya Lain-lain
1)
Sewa bangunan/thn
= Rp. 21.600.000/thn
=Rp. 19.200.000/thn
=Rp. 7.200.000/thn
=Rp. 7.200.000/thn
Rp.8.000.000
Rp. 5.000.000
Rp. 1.800.000/thn
Rp. 600.000/thn
Rp. 600.000/thn
= Rp. 63.200.000/tahun
THR
= Rp. 4.600.000/tahun
Total
Rp. 67.800.000
Keuntungan
Resep
30%
OWA
20%
Obat bebas
10%
Rata-rata
Indeks
Jumlah
penjualan
1,3
1,2
1,1
1,2
Pada Tahun ke- 1 diproyeksikan resep yang masuk 5 lembar per hari dengan
perkiraan harga rata-rata Rp.50.000/lembar, omset OWA per hari Rp. 50.000,
dan omset obat bebas per hari Rp. 25.000.
a. Penjualan obat resep
30 x 5 lembar x Rp. 50.000
b. Penjualan OWA
30 x Rp. 300.000
c. Penjualan obat bebas
30 x Rp. 300.000
Total Penjualan
= Rp. 40.000.000
= Rp. 81.000.000
= Rp. 42.000.000
= Rp.144.600.000
= Rp. 212.400.000
= Rp. 306.000.000
= Rp. 212.400.000
= Rp. 93.600.000
= Rp. 936.000
= Rp. 92.664.000
total investasi
lababersih
Rp . 250.000.000
Rp . 92.664 .000
BEP =
67.800 .000
116 3 .0 00.000 /212.400 .000
= 291.487.532/ tahun
= 24.290.627/ bulan
Jadi, uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah 24.160.361/
bulan
4. Presentase BEP
Biaya tetap
pendapatanbiaya variabel x 100 %
Rp .67.800 .000
Rp . 212.400.000Rp .163.000 .000 x 100 %
= 137,2%
Jadi, barang yang terjual persentasinya adalah 1.372 %
5. Kapasitas BEP
Kapasitas BEP
III. PENUTUP
Dengan adanya apotek ini maka apoteker dapat melaksanakan kerja profesinya. Dari
hasil study kelayakan menunjukkan Apotik Setia Budi layak didirikan di Jl.Jend. Sutoyo
Mojosongo Surakarta
IV. DAFTAR PUSTAKA
http://macam-macamproposalusaha.blogspot.co.id/2013/05/proposal-mendirikan
apotek.html
http://herusasongko.staff.mipa.uns.ac.id/files/2012/09/PENDIRIAN-APOTEK.pdf.
V. LAMPIRAN
Etiket :
Obat Oral (Warna putih)
SIA : SIA.148/IX/AP/2011
SIA : SIA.148/IX/AP/2011
SIPA : 150/XI/2011
Tgl :
No :
SIPA : 150/XI/2011
Tgl :
No :
Buku Faktur :
Tanggal
No. Faktur
PBF
Copy resep :
APOTEK SETIA BUDI
Jl.Letjen Sutoyo Mojosongo (0272)8888
SIA : SIA.148/IX/AP/2011
Apoteker : Karmila, S.Farm.,Apt
SIPA : 150/XI/2011
Nama Obat
Harga
Jumlah
SALINAN RESEP
No
Tanggal :
Dari Dokter :
Tanggal :
Untuk
R/
pcc
Surakarta ,.......20......
Surat Pesanan
:
APOTEK SETIA BUDI
SURAT PESANAN
Nama PBF : ........................................
No
: .........................................
No
Nama Barang
Jumlah
Surakarta,.......20.............
SIPA : 150/XI/2011
Buku Harga HV :
No.
Nama Obat
Harga Netto
Nama Obat
P
A
R
K
I
P
I
N
T
U
Lantai
Bawah
1
Ta
ng
4meter
Lok
et
3
1
2
Lok
et
2x2
Pen
Wc
Tang
ga
10
i
n
Tan
gga
14
13
Lant
ai
Ata
16
P
I
N
T
U
Kursi
15
4 meter
Tangg
a
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
= Soft drink
= Ruang tunggu pasien
= Ruang konseling/ruang apoteker
= Etalase Obat bebas
= Etalase sirup
= Etalase salep
= Rak obat Paten
= Rak Salep, obat tetes
= Rak Obat generik
= Lemari narkotik
= Lemari es
= Ruang racikan
= Ruang praktek dokter
= Kamar mandi
= Ruang ibadah
= Gudang apotek
Jl.Sumpah Pemuda
Jl.Kolonel Sugiono
Jl.Sumpah Pemuda