Disusun oleh
Nama
Kelas
: XII MIPA 5
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Sejarah yang berjudul Kehidupan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin. Saya berterima
kasih kepada Ibu Siti Sundari selaku Guru Sejarah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami, serta teman-teman yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari bahwa di dalam tugas ini masih terdapat kekurangankekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan
berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai senam
irama/ritmik. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................
B. PERMASALAHAN....................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN EKONOMI PADA MASSA
DEMOKRASI TERPIMPIN...............................................................
B. SISTEM EKONOMI PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN................................................................
C. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI
KRISIS EKONOMI............................................................................
D. PERKEMBANGAN EKONOMI PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN..............................................................
BAB III: PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................................
B. SARAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan
bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di
pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Demokrasi
terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja. Pada bulan 5 Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit
presiden. Era "Demokrasi Terpimpin", yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan
kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan
korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana sistem ekonomi masa demokrasi terpimpin.
2. Bagaimana pemerintah mengatasi krisis ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
2. Untuk memahami usaha pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa
demokrasi terpimpin
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan
bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di
pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Langkah yang
ditempuh pemerintah untuk menunjang pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut.
1.
2.
ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha
daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi
murah tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki
uang. Hal ini disebabkan karena :
-
Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh
tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
3.
Upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil
Forces)
yang
memaksa
pemerintah
untuk
memperbesar
Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus membiayai kekeurangan
neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa
1965, cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo
negatif sebesar US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia
dan negara-negara barat.
Kebijakan Pemerintah :
-
Keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini diakhiri pemerintah dengan
pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga menambah berat
angka inflasi.
Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan
tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih
tinggi dari uang rupiah baru.
Nasionalisasi De Javasche Bank N.V menjadi Bank Indonesia yang berfungsi sebagai
bank sentral dan bank sirkulasi. UU tersebut diperkuat lagi dengan dikeluarkannya UU
No. 11 / 1953 dan Lembaran Negara No. 40.
Dengan UU dan Lembaran Negara tersebut dikeluarkan UU Pokok Bank
Indonesia yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 1953. Dengan dikeluarkan UU Pokok Bank
Indonesia itu, semakin kukuhlah Bank Indonesia sebagai bank milik pemerintah RI.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sumitro Djojohadikusumo berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia
pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi baru sehingga perlu mengubah struktur
ekonomi dari sistem kolonial ke dalam sistem ekonomi nasional. Sumitro mencoba
memprektikan pemikiran itu pada sektor perdagangan. Tujuannya untuk memberikan
kesempatan kepada para pengusaha pribumi untuk berpartisipasi dalam membangun
perekonomian nasional.
Program sistem ekonomi dari gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program
Kabinet Natsir, ketika ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Program ekonomi
Sumitro ini dikenal dengan Program Ekonomi Gerakan Benteng atau lebih populer
dengan sebutan Program Benteng. Program Benteng dimulai pada bulan April 1950 dan
berlangsung
selama
tiga
tahun,
yaitu
pada
tahun
1950
1953.
Akan tetapi, program tersebut tidak berhasil mencapai tujuan. Ketidak-berhasilan itu
disebabkan para pengusaha pribumi terlalu tergantung pada pemerintah. Mereka kurang
bisa mandiri untuk mengembangkannya usahanya.
c. Gunting Syarifuddin
Gunting Syarifuddin dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950. Syarifuddin
adalah seorang Menteri Keuangan pada saat itu. Disebut Gunting Syarifuddin karena
peraturan itu mengharuskan pemotongan semua uang kertas yang bernilai Rp 2,50 ke
atas menjadi dua sehingga nilainya tinggal setengah. Melalui kebijakan itu, pemerintah
berhasil mengumpulkan pinjaman wajib dari rakyat sebesar Rp 1,6 Milyar. Disamping
itu, pemerintah juga mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik
dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki
kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke
atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari
pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia
untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa
Kabinet
Natsir
yang
direncanakan
oleh
Sumitro
Djojohadikusumo
(menteri
perdagangan).
Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantuan kredit.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program
Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih
kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini.
Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan
pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi
dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara
hidup mewah.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban
defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit
anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf
Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang
nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi
sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951
pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
rupiah.
Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara
merosot.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
Hal ini membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta
sehingga meningkatkan defisit Indonesia. Memuncaknya ketegangan politik IndonesiaBelanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.
kecil tidak dirugikan. Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap semua simpanan
di bank-bank yang melebihi jumlah Rp 25.000,00. Namun demikian, tindakan
pemerintah itu tidak dapat mengatasi kemunduran ekonomi sehingga gambaran
ekonomi tetap suram.
b) Menekan Laju Inflasi
Dalam upaya membendung inflasi, dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 2 tahun 1959yang mulai berlaku sejak tanggal 25 Agustus 1959.
Peraturan itu dimaksudkan untuk mengurangi banyaknya uang yang beredar agae dapat
memperbaiki kondisi keuangan dan perekonomian negara.
Penghasilan negara berupa devisa dan penghasilan lain yang merupakan sumbersumber penting penerimaan negara mengalami kemosrotan . hal ini berpengaruh
terhadap merosotnya nilai mata uang rupiah. Akibatnya, pemerintah melakukan
likuiditas terhadap semua sektor, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta.
Keadaan ini merupakan kesempatan yang baik untuk menertibkan setiap kegiatan
pemerintah dan swasta yang sebelumnya tidak dapat dikendalikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno mempraktikkan sistem ekonomi
terpimpin. Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian. Pemusatan
kegiatan perekonomian pada satu tangan ini berakibat penurunan kegiatan
perekonomian.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_1945