Anda di halaman 1dari 43

ABSTRAK

BAGUS CAHYONO, 2011. KAJIAN KUAT LENTUR BETON KERTAS


(PAPERCRETE) DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT NYLON. Skripsi
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Beton kertas adalah suatu material bangunan yang dibuat dengan kertas didaur
ulang, pasir dan portland semen. Disebut beton kertas karena dalam penamaan
standar internasional yang menyebut mortar juga sebagai crete walaupun
memakai bahan mortar. Kertas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas
koran yang kemudian diolah menjadi bubur kertas dengan tujuan untuk
mempermudah dalam pengadukan campuran. Beton kertas sebagai salah satu
alternatif beton ringan ramah lingkungan. Penelitian ini akan menunjukkan
seberapa kuat lentur yang dimiliki beton kertas dengan beberapa variasi
penambahan nylon. Penambahan nylon diharapkan dapat meningkatkan kuat
lentur, karena nylon mempunyai tingkat keuletan, ketahanan terhadap kelelahan
dan abrasi, kekuatan dan daya tahan yang tinggi. Kuat lentur yang diperoleh
diharapkan dapat menunjukkan sifat-sifat khusus dari beton kertas.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium. Pada penelitian
ini digunakan beberapa variasi penambahan nylon yaitu 0%, 0,3%, 0,75%, dan
1% terhadap volume benda uji. Adapun benda uji berbentuk balok dengan ukuran
(150150500) mm sebanyak tiga benda uji untuk tiap variasi. Pengujian lentur
dilakukan saat umur beton kertas 28 hari dengan menggunakan Loading frame.
Data yang diperoleh dari uji kuat lentur adalah beban maksimum yaitu pada saat
beton hancur menerima beban maksimum tersebut, dari data tersebut maka dapat
diperoleh nilai kuat lentur dari masing-masing benda uji.
Nilai kuat lentur pada variasi penambahan nylon terhadap volume berturut-turut
adalah benda uji dengan penambahan nylon 0,3 % = 0,2775 N/mm, penambahan
nylon 0,75% = 0,26914 N/mm, penambahan nylon 1% = 0,26861 N/mm dan
penambahan nylon 0% = 0,25194 N/mm. Penggunaan nylon sebagai bahan

tambah terbukti meningkatkan nilai kuat lentur yaitu 8-10%, namun masih jauh
dari standar nilai kuat lentur mortar atau beton normal. Hal ini karena sifat kertas
yang mudah menyerap air menyebabkan kebutuhan untuk hidrasi semen
berkurang, serta distribusi kertas dalam campuran yang tidak merata karena kertas
cenderung menggumpal dengan pasta semen saat pengadukan campuran.
Kata kunci : beton kertas, nylon, kuat lentur.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan beton ringan pada proyek konstruksi teknik sipil memiliki beberapa
keunggulan diantaranya adalah beratnya yang lebih ringan dibanding dengan
material lain. Sebagai contoh penggunaan beton ringan pada dinding partisi akan
mengurangi beban konstruksi bila dibandingkan dengan menggunakan dinding
bata. Salah satu jenis beton ringan yang dipakai adalah beton ringan dengan bahan
pencampur kertas yang biasa disebut beton kertas (papercrete).
Beton kertas biasa digunakan sebagai komponen non-struktural seperti pengganti
bata pada dinding, bahan lantai dan bermacam ornamen lainnya. Selain beratnya
yang ringan, beton kertas juga memiliki kekuatan yang bagus. Beton kertas dapat
diproduksi sendiri, dicetak atau dicor sesuai dengan bentuk dan kekuatan yang
diinginkan. Di sisi lain penggunaan beton kertas perlu mempertimbangkan aspek
ekonomis, keselamatan penggunanya dan ramah lingkungan. Maka dari itu
penelitian ini dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan beton kertas
sesuai dengan kenyataan dalam uji coba yang akan dilakukan.
Bila dilihat dari sisi ramah lingkungan beton kertas jelas sangat cocok dalam
upaya penyelamatan lingkungan karena memanfaatkan barang bekas yang terbuat
dari hasil eksploitasi alam (kertas terbuat dari serat kayu). Pertimbangan lain
dalam penggunaan beton kertas adalah mengenai keuntungan beton kertas yang
dinilai lebih murah dan ramah lingkungan. Beton kertas terbuat hampir 50% dari
kertas bekas dan sisanya adalah campuran semen, pasir dan air. Hal ini yang
menyebabkan beton kertas menjadi lebih murah, sebab mampu

menghemat

pembelian semen pasir hampir 50%. Beton kertas juga memiliki banyak variasi,
selain campuran kertas bisa ditambah campuran lain, seperti serat asbestos, serat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

baja(steel fiber), nylon, dan plastic (polypropylene), serat kaca (glass fiber), dan
serat tumbuh- tumbuhan (ijuk, rami, bambu). Pada penelitian ini digunakan serat
nylon. Serat nylon mempunyai sifat yang sangat elastis dan liat sehingga
diharapkan dapat memperbaiki sifat getas pada beton. Dengan demikian serat
nylon sangat mungkin dapat dijadikan sebagai bahan tambah beton untuk
meningkatkan sifat-sifat struktural beton.
Kualitas dari suatu beton tergantung pada beberapa faktor antara lain adalah kuat
lentur sebagai acuan untuk mengetahui kualitas dari beton yang digunakan. Kuat
lentur beton yang semakin tinggi maka kualitas beton juga akan semakin baik.
Dilihat dari ketersedian unsur-unsur yang terkandung didalamnya, maka secara
teknis dan ekonomis, penggunaan kertas dan nylon sebagai campuran pembuatan
beton dapat digunakan sebagai efisiensi penggunaan semen dan sebagai upaya
untuk pemanfaatan limbah kertas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
diambil rumusan masalah yaitu seberapa besar kuat lentur beton kertas
(papercrete) berserat nylon dengan kadar penambahan 0% ; 0,3% ; 0,75% ; dan
1% terhadap volume beton kertas berserat nylon.
1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini untuk mempermudah pembahasan diberikan batasan


batasan sebagai berikut :
a. Jenis kertas yang dipakai adalah kertas koran.
b. Peninjauan hanya pada kinerja kuat lentur beton kertas dalam keadaan keras.
c. Nilai FAS (Faktor Air Semen) = 1, karena kertas merupakan material yang
banyak menyerap air.
d. Umur beton pengujian adalah 28 hari.

e. Semen yang digunakan adalah semen Portland jenis I.


f. Penggunaan bubur kertas pada campuran beton yaitu dengan perbandingan 1
semen : 2 pasir: 2 kertas.
g. Reaksi kimia tidak dibahas dalam penelitian ini.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh
beton kertas berserat nylon dengan kadar penambahan serat nylon 0% ; 0,3% ;
0,75% ; dan 1% terhadap kekuatan lentur pada beton yang dihasilkan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi baru tentang potensi
pemanfaatan kertas dan serat nylon menjadi bahan beton alternatif yang lebih baik
dan efisien serta mendukung upaya penyelamatan lingkungan dari limbah kertas.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Mortar

Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah campuran yang terdiri dari
pasir, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen. Pasir sebagai bahan
bangunan dasar harus direkatkan dengan bahan perekat. Bahan perekat yang
digunakan dapat bermacam-macam, yaitu dapat berupa tanah liat, kapur, semen
merah (bata merah yang dihaluskan), maupun semen potland. Dalam penelitian
kali ini digunakan bubur kertas sebagai bahan tambahan, sehingga menghasilkan
mortar yang beratnya ringan yang biasa disebut beton kertas (papercrete).
Mortar dibagi berdasarkan jenis bahan ikatnya menjadi empat jenis, yaitu mortar
lempung/lumpur, mortar kapur, mortar semen dan mortar khusus.
Menurut Tjokrodimuljo (1996:126) mortar yang baik harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1) Murah.
2) Tahan lama.
3) Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan).
4) Melekat dengan baik dengan bata, batu, dan sebagainya.
5) Cepat kering dan mengeras.
6) Tahan terhadap rembesan air.
7) Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.
Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk memenuhi
mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk bangunan gedung
bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar yang kuat
minimumnya 3,0 MPa.

2.2 Beton Kertas

tekan

perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beton kertas (papercrete) adalah suatu material bangunan yang dibuat dengan
karton/kertas didaur ulang, pasir, dan portland semen. Metode ini telah
dikembangkan di Inggris, setidaknya setiap tahunnya telah memanfaatkan kertas
bekas untuk membangun dinding setinggi 14 meter mengelilingi negara ini.
Survey membuktikan bahwa 45% kertas bekas telah didaur ulang dengan baik,
tetapi sisanya sekitar 55% dari 48 juta ton kertas setiap tahunya hanya berakhir di
pembuangan sampah. Bila dilihat dari awalnya,setidaknya dibutuhkan 15 batang
pohon untuk satu ton kertas. Itu berarti 720 juta pohon hanya digunakan sekali
kemudian berakhir di tempat sampah. Sehingga dibutuhkan pengolahan kembali
limbah tersebut untuk menjadi sesuatu yang lebih berguna. Dimana beton kertas
sendiri merupakan bahan yang ramah lingkungan dan mendukung upaya
pembangunan konstruksi yang ramah lingkungan. (Living in paper.com,2009)
Pembuatan bubur kertas dilakukan dengan merendam potongan kertas koran
kemudian dihaluskan, adapun pembuatan bubur kertas dapat dilakukan dengan
berbagai cara tergantung kebutuhan. Ada beberapa macam beton kertas, antara
lain adalah beton berserat atau fibercrete, fibercement, padobe dan fidobe..
Metode umum yang dilakukan disebut beton kertas, bila dilihat dari namanya
merupakan campuran dari semen dan acian beton. Campuran ini mengandung
sekitar 50-80% penggunaan kertas bekas dalam setiap campuranya. Kertas

yang

dipakai bervariasi seperti kartu nama, kertas majalah glossy, brosur iklan, kertas
surat, koran, dan sebagainya. Walau begitu, beberapa jenis kertas seperti koran
dan HVS lebih gampang dan lebih baik pengolahanya, sedangkan kertas-kertas
yang sulit menyerap air seperti majalah lebih sulit untuk dibuat bubur kertasnya.
Pada pembuatan beton yang telah dilakukan dengan memakai bubur kertas, perlu
diperhatikan material pengikut yang tidak diinginkan seperti kertas yang masih
terlihat, selotip pada majalah dan sebagainya. (www.papercrete.com, 2007)
Beton kertas (papercrete) memiliki keistimewaan, selain ringan material ini dapat
diproduksi sendiri tanpa perlu membeli di pabriknya. Bahkan material ini dapat
dicetak atau dicor hingga disesuaikan kekuatannya sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan. Disisi lain kini terjadi pertentangan tentang penggunaan beton kertas
sebagai material bangunan. Pihak yang menggunakannya memiliki alasan bahwa
beton kertas salah satu material yang sangat ramah lingkungan, sedangkan pihak
yang lain mempertanyakan keselamatan bangunannya. Maka dari itu penelitian ini
dilakukan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan beton kertas sesuai
dengan kenyataan dalam uji coba yang akan dilakukan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2.3 Material Penyusun Beton Kertas


a. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis
ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat (PUBI 1982). Bahan utama
semen adalah batu kapur yang kaya akan kalsium karbonat dan tanah lempung
yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium
oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan
0
dipanaskan pada suhu tinggi (1550 C) sampai terbentuk campuran baru.

Selama

proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Agar
tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga
berbentuk partikel-partikel kecil seperti bedak.
b. Agregat Halus
Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan. Pada umumnya
yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan besar butir kurang
dari 4,75 mm. Agregat halus mempunyai peran penting sebagai pembentuk beton
dalam pengendalian workability, kekuatan (strength), dan keawetan beton
(durability) dari mortar yang dihasilkan. Pasir sebagai agregat halus harus
memenuhi gradasi dan persyaratan yang telah ditentukan.
Syarat-syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan material pembuatan beton sesuai
dengan ASTM C 33 adalah:
1) Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
2) Butiran tajam, keras, awet (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton
lainnya.
3) Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang
dihasilkan padat dan awet.
4) Gradasi sesuai spesifikasi dan hindari gap graded aggregate karena akan
membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga.
5) Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika
ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat.

perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Kadar lumpur agregat tidak lebih dari 5% terhadap berat kering karena akan
berpengaruh pada kuat tekan beton.
c. Air
Air merupakan bahan dasar pembuat dan perawatan beton, penting namun
harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk
menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan
dipadatkan. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum, memenuhi syarat pula
untuk bahan campuran beton. Tetapi tidak berarti air harus memenuhi persyaratan
air minum. Jika diperoleh air dengan standar air minum, maka dapat dilakukan
pemeriksaan secara visual yang menyatakan bahwa air tidak berwarna, tidak
berbau, dan cukup jernih. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
2) Tidak mengandung garam-garam yang merusak beton (asam, zat organik, dll)
lebih dari 15 gram/liter.
3) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Kekuatan beton dan daya tahannya berkurang jika air mengandung kotoran.
Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal serta kekuatan
beton setelah mengeras. Adanya lumpur dalam air diatas 2 gram/liter dapat
mengurangi kekuatan beton. Air dapat memperlambat ikatan awal beton sehingga
beton belum mempunyai kekuatan dalam umur 2-3 hari. Sodium karbonat dan
potasium dapat menyebabkan ikatan awal sangat cepat dan konsentrasi yang besar
akan mengurangi kekuatan beton.
Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi kira-kira 25% dari berat semen.
Penggunaan air yang terlalu banyak dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton. Disamping digunakan sebagai bahan campuran beton, air digunakan pula
untuk merawat beton dengan cara pembasahan setelah dicor dan untuk membasahi
atau membersihkan acuan.
d. Kertas
Kertas bila dilihat dari material pembentuknya merupakan bagian dari rangkaian
serat Cellulose kayu, yang juga merupakan material berserat. Cellulose adalah

perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahan material terbanyak ke dua di dunia ini, setelah batu. Bahan ini menjadi
pembentuk utama dinding kayu tanaman hijau yang juga dapat menjadi bahan
kain hingga kertas.
Cellulose atau dalam Bahasa Indonesia disebut selulosa, merupakan polimer alam
memiliki gugusan rantai yang terhubung dengan molekul gula yang terbentuk dari
molekul-molekul yang lebih kecil. Gugusan rantai ini mengandung banyak
hidrogen yang mengikat molekul OH, dengan sifat ikatan yang kaku, mengkristal,
stabil dan sangat kuat. Inilah yang menjadikan hidrogen sebagai dasar dari
kekuatan beton kertas.
Perlakuan dan campuran apapun yang digunakan, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana beton kertas ini menjebak udara di dalamnya. Ketika air sudah
menguap dengan sempurna, maka akan terbentuk ribuan rongga-rongga kecil
berisi udara. Inilah yang menyebabkan beton kertas sangat ringan dan sebagai
insulator terbaik. Penambahan pasir dan material lain, hanya berakibat menjadi
lebih berat walaupun tetap memiliki efek insulator yang baik, sehingga material
tambahan yang digunakan bisa disesuaikan dengan kebutuhanya.
Beton kertas yang hanya berupa campuran semen, mengandung R-Value / nilai R
(2 3 per inch ), sebagai peredam bunyi yang sangat baik, lebih tahan terhadap
api maupun jamur, dan anti terhadap serangga ataupun hewan pengerat. Selain itu,
karena memiliki massa yang ringan dan lebih fleksibel daripada batu atau beton
biasa, maka material beton kertas sangat cocok sebagai bahan tahan gempa. Beton
kertas bisa digunakan untuk beberapa bentuk seperti blok, panel, plesteran, acian
dengan pemakaian dipompa, disemprot dan dilemparkan, dibuat seperti balok
igloo, kubah, atau sebagai beton bertulang.
2.4 Bahan Tambah (Nylon)
Bahan tambah adalah bahan selain unsur pokok beton kertas (air, semen, pasir,
bubur kertas) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau selama
pengadukan. Penggunaan bahan tambah ini diharapkan dapat mengubah satu atau
lebih sifatsifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras.
Penelitian ini menggunakan bahan tambah berupa serat nylon.
Nylon merupakan salah satu kelompok polimer yang bernama polyamides. Ada
dua metode dalam pembuatan nylon yaitu gugus melekul asam (COOH)
direaksikan dengan gugus molekul yang mengandung amino (amino NH2). Cara

perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang kedua adalah sejumlah ramuan yang mengandung amino dipolimerisasikan
untuk membentuk ikatan kimia yang berupa (NH(CH2)Nco)x.
Nylon umumnya mempunyai tingkat keuletan (toughness), ketahanan terhadap
kelelahan dan abrasi (fatigue and abration resistance), kekuatan dan daya tahan
(strength and durability) yang tinggi. Nylon juga juga memiliki ketahanan
terhadap bahan bahan kimia seperti minyak, bahan pelarut dan alkali, tetapi
nylon tidak tahan terhadap asam karena apabila nylon bereaksi dengan asam akan
terhidrolis. Nylon banyak diproduksi dalam bentuk serabut halus, serat, benang,
bahan perekat, dan bahan pelapis.
2.5 Kuat Lentur
Menurut (Edward G. Nawy, 1990) lentur pada balok diakibatkan oleh regangan
yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah, maka pada
balok akan terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan retak
lentur di sepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah, pada akhirnya
terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf pembebanan yang demikian disebut
keadaan limit dari keruntuhan pada lentur. Apabila suatu beban menyebabkan
timbulnya lentur, maka balok pasti akan mengalami defleksi atau lendutan.
Meskipun sudah dicek aman terhadap lentur dan geser, suatu balok bisa tidak
layak apabila terlalu fleksibel. Dengan demikian tinjauan defleksi balok
merupakan salah satu bagian dari proses desain.
Kuat lentur adalah besarnya nilai kuat tarik tidak langsung dari benda uji beton
berbentuk balok yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut, yang
diletakkan mendatar diatas permukaan meja penekan mesin uji lentur, atau hasil
bagi antara momen lentur terhadap momen inersia balok beton.

BAB 3 METODE
PENELITIAN
3.1 Tinjauan Umum
Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan tercapai, maka dilaksanakan
dalam suatu metodologi. Metode penelitian merupakan langkah-langkah
penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah
untuk menghasilkan jawaban yang rasional. Penelitian menggunakan metode
eksperimen di laboratorium. Metode eksperimen adalah suatu penelitian yang
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam suatu
kondisi yang terkontrol.
Dalam penelitian terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas berupa penambahan

polymer

terhadap volume beton, sedangkan varibel terikat berupa kuat lentur beton.
Faktor-faktor lain seperti susunan gradasi agregrat, proporsi campuran bahan,
perawatan, dan yang lain dianggap sebagai variabel yang tidak berpengaruh.
Pemecahan masalah pada penelitian ini dengan menggunakan cara statistik, yaitu
dengan urutan kegiatan dalam memperoleh data sampai data itu berguna sebagai
dasar pembuatan keputusan diantaranya melalui proses pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan cara pengambilan keputusan secara umum
berdasarkan hasil penelitian.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1

Alat-alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Timbangan
1) Timbangan dengan kapasitas 5 kg, ketelitian sampai 1,0 gram, digunakan
untuk menimbang campuran.
2) Timbangan dengan kapasitas 300 kg dengan ketelitian 0,1 kg, digunakan
untuk menimbang berat benda uji.

b.

Cetakan benda uji/ bekisting ukuran 500mm x150mm x150mm. Sebanyak 12


cetakan.

c.

Bor Listrik dengan mata bor diberi pengaduk, untuk membuat bubur kertas
dan mengaduk campuran.

d.

Alat untuk memeras bubur kertas.

e.

Alat bantu
1) Cetok semen
2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml digunakan untuk menakar air.
3) Ember, untuk tempat merendam sobekan kertas koran dan untuk
mengaduk campuran.
4) Alat ukur panjang, untuk mengukur panjang nylon.
5) Alat bantu hitung (kalkulator).

f.

Loading Frame
Bentuk dasar Loading Frame berupa portal segiempat yang berdiri di atas
lantai beton dengan perantara plat dasar dari besi setebal 14 mm. Agar
Loading Frame tetap stabil, plat dasar dibaut ke lantai beton dan kedua
kolomnya dihubungkan oleh balok WF 450 x 200 x 9 x 14 mm. Posisi balok
portal dapat diatur untuk menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran model
yang akan diuji dengan cara melepas sambungan baut.

g.

Dial Gauge
Alat ini digunakan untuk mengukur besarnya lendutan () yang terjadi.

h.

Load Cell
Alat ini digunakan untuk mentransfer beban dari Hydraulic Jack
Transducer. Kapasitas Load Cell yang digunakan adalah sebesar 20 ton.

i.

Hydraulic Jack

ke

Alat ini digunakan untuk memberikan pembebanan pada pengujian kuat


lentur balok berskala penuh dengan kapasitas maksimum 25 ton.
j.

Tranducer
Alat ini digunakan untuk mengukur besarnya pembebanan atau untuk
mengetahui pembebanan secara bertahap, setiap pembacaan beban dilakukan
dengan interval 5 kg.

k.

Trafo 110 volt

Gambar 3.1 Loading Frame

Dial gauge

Load cell

Trafo 110 volt

Tranducer

Hydraulic jack

Gambar 3.2 Peralatan Pengujian Kuat Lentur

3.2.2

Bahan Penyusun

Bahan-bahan yang digunakan adalah:


a. Semen
b. Agregat Halus
c. Air
d. Bubur Kertas
e. Serat Nylon
3.3 Benda Uji

Benda uji yang digunakan untuk uji kuat lentur beton kertas berserat nylon adalah
berbentuk balok dengan ukuran 150mm x 150mm x 500mm dan dengan variasi
campuran 1:2:2, kadar penambahan serat nylon adalah 0% ; 0,3% ; 0,75% ; dan
1% terhadap volume beton. Untuk masing masing kadar penambahan serat
dibuat benda uji sebanyak 3 benda uji.

150 mm
150 mm
500 mm
Gambar 3.3 Benda Uji

Tabel 3.1 Benda uji untuk pengujian kuat lentur beton kertas berserat nylon.
Kadar Serat

Kode Benda Uji

(%)
0,0

Umur

Jumlah

(hari)
KL 0,00% (1)
KL 0,00% (2)

28

28

28

28

KL 0,00% (3)
0,30

KL 0,30% (1)
KL 0,30% (2)
KL 0,30% (3)

0,75

KL 0,75% (1)
KL 0,75% (2)
KL 0,75% (3)

1,00

KL 1,00% (1)
KL 1,00% (2)
KL 1,00% (3)

3.3.1

Metode Pembuatan Bubur Kertas

Kertas yang digunakan dalam pembuatan bubur kertas adalah koran bekas.
Berdasarkan uji awal yang dilakukan sebelumnya, maka berikut adalah langkahlangkah :
a. Kertas yang akan dicampur air dipotong menjadi bagian-bagian kecil untuk
memudahkan dalam penyerapan air.
b. Potongan kertas dimasukkan ke dalam ember berisi air dan direndam selama
sekurang-kurangnya 1 hari.
c. Kertas yang telah direndam kemudian diaduk dengan bor yang telah dipasangi
dengan pengaduk.
d. Pengadukan dilakukan sampai diperoleh bubur kertas yang halus.

(a)
(a)

(b)
(b)

(c)
Gambar 3.4 (a) Bor Listrik (b) Bubur Kertas (c) Rendaman Kertas
3.3.2

Pembuatan Benda Uji

Pembuatan campuran adukan mortar beton kertas dilakukan setelah menghitung


proporsi masing-masing bahan yang dipergunakan, kemudian mencampur dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengambil bahan-bahan pembentuk mortar yaitu semen, pasir dan bubur
kertas dengan perbandingan 1:2:2.

b. Mencampur semen, air, kertas dalam ember dengan alat bor pencampur. Hal
ini dimaksudkan agar semen dan kertas dapat tercampur secara sempurna.
c. Memasukkan adukan ke dalam alat cetak berbentuk balok berukuran
150x150x500mm (untuk penambahan nylon 0,00%). Adukan dimasukkan ke
dalam cetakan secara berlapis dan dalam penelitian ini sebanyak 3 lapis
dengan berat yang sama, pemadatan menggunakan papan kayu yang
mempunyai luas yang sama dengan permukaan alat cetak kemudian
dipadatkan dengan memberikan beban yang sama.

d. Menambahkan nylon (diameter 0.8 mm, panjang 20mm ) pada adukan dengan
kadar penambahan 0,30%; 0,75%; 1,00% terhadap volume beton, masingmasing berjumlah 3 benda uji untuk setiap kadar penambahan.
e. Alat cetak dibuka setelah mengeras, pada penelitian ini dibuka pada umur 5
hari.

3.4 Tahapan dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap penelitian, dimulai dari pemilihan
material (semen, pasir, air dan nylon), pengujian material, pembuatan benda uji,
pengujian benda uji, analisis data dan penarikan kesimpulan hasil penelitian.
Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam
sistematika yang jelas dan teratur, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan
terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Pembuatan
cetakan atau bekisting benda uji juga dilakukan pada tahap ini.
b. Tahap Uji Bahan
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan penyusun beton dan mortar
yang meliputi semen dan pasir sebagai agregat halus. Dari pengujian-pengujian
ini dapat diketahui apakah bahan yang akan digunakan untuk penelitian
tersebut memenuhi syarat atau tidak. Pengujian untuk masing-masing bahan
antara lain:
1) Pasir, pengujian yang dilakukan:

Pengujian kandungan lumpur bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur


dalam pasir.

Pengujian kandungan zat organik bertujuan untuk mengetahui jumlah


kandungan zat organik dalam pasir.

Pengujian gradasi bertujuan untuk mengetahui susunan diameter butiran


pasir dan persentase modulus kehalusan butir (menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat kehalusan butir dalam suatu agregat).

Pengujian Specific gravity bertujuan untuk mengetahui berat jenis pasir


serta daya serap pasir terhadap air.

2) Pengujian kadar air, untuk mengetahui kadar air dalam bubur kertas.
d. Tahap Pembuatan Benda Uji
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:
i.

Penetapan campuran beton dan pembuatan adukan beton.

ii.

Pengecoran ke dalam bekisting.

iii. Pelepasan benda uji dari cetakan.


e. Tahap Pengujian Benda Uji
Pada tahap ini di lakukan pengujian kuat tarik lentur. Pengujian kuat lentur ini
dilakukan terhadap benda uji yang telah berumur 28 hari.
f. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Pada tahap ini dilakukan perhitungan hasil pengujian benda uji, yaitu
mengetahui ketahanan lentur beton kertas berbentuk balok dengan variasi
penambahan nylon.
g. Tahap Kesimpulan
Pada tahap ini, dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan
penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada tahap
sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3.5

Mulai

Studi literatur

TAHAP I

Persiapan alat dan bahan

Uji Pendahuluan:
Agregat Halus : - Kadar Lumpur
Kadar Organik
Specific Grafity
Gradasi
Bubur Kertas : - Kadar Air

TAHAP II

Pembuatan benda uji:

TAHAP III

Pengujian kuat lentur

TAHAP IV

Menganalisis data

TAHAP
TAHAPVV

Mengambil kesimpulan
Selesai

Gambar 3.5 Bagan alir tahap-tahap penelitian

3.5 Prosedur Pengujian Kuat Lentur


Pengujian ini dilakukan berdasarkan British Standard, yaitu metode pengujian
kuat lentur (modulus of rupture) dengan bentang terbagi dua akibat adanya
tumpuan yang bekerja pada tiap jarak 1/3 bentang (third point loading). Pengujian
kuat lentur (modulus of rupture) menggunakan alat loading frame dan alat
pengukur lendutan berupa dial gauge.
Adapun langkah-langkah pengujian modulus of rupture dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan Pengujian
Tahap persiapan ini disebut juga tahap setting alat. Adapun langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a)

Menyesuaikan ketinggian loading frame dengan menggeser frame yang


melintang ke atas/ bawah sesuai lubang baut yang tersedia.

b) Memasang perletakan sendi dan rol pada dasar frame yang jaraknya
disesuaikan dengan panjang bentang balok yaitu 45 cm.
c)

Memasang hidraulic jack pada lubang frame bagian atas.

d) Memasang benda uji pada perletakan tumpuan sendi dan rol. Sebelumnya,
menandai benda uji untuk memudahkan perletakan pada tumpuan sendi, rol,
dan distribusi beban dengan jarak 10 cm.
e)

Memasang pendistribusian beban melintang di atas balok.

f)

Memasang load cell pada batang distribusi beban.

g) Menghubungkan kabel load cell ke tranducer.


h) Menghubungkan kabel power supply tranducer ke trafo 110 Volt.
i)

Menghidupkan trafo sehingga pada tranducer muncul angka.

j)

Memompa hidraulic jack perlahan-lahan hingga load cell dan balok dalam
keadaan seimbang dan terbaca suatu angka pada tranducer.

k) Mengatur bacaan angka tranducer pada angka 0.


l)

Memasang dial gauge di bagian bawah balok uji pada tengah bentang dan
jarum disetel pada posisi angka 0.

2. Tahap Pelaksanaan Pengujian


Langkah-langkah pelaksanaan pengujian kuat geser adalah sebagai berikut:
a)

Pembebanan dilakukan berangsur-angsur dengan interval pembebanan 5 kg,


menggunakan hydraulic jack dan tranducer. Setiap kenaikan pembebanan,
dilakukan pembacaan dial gauge untuk mengetahui lendutan yang terjadi.

b) Pembebanan dilakukan hingga mencapai beban maksimal yaitu ditandai


dengan runtuhnya benda uji dan dilakukan pembacaan pada tranducer.

Gambar 3.6. Pengujian Kuat Lentur dengan alat Loading Frame

BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengujian Material

4.1.1

Hasil Pengujian Agregat Halus

Pengujian terhadap agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
pengujian kadar lumpur, kandungan zat organik, specific gravity, dan gradasi
agregat halus. Hasil pengujian agregat halus adalah sebagai berikut :
a. Kadar Lumpur dalam Pasir
Hasil uji kadar lumpur pada pasir seberat 100 gram dapat dilihat pada Tabel 4.1

Simbol

Keterangan

Berat (gr)

G0

Pasir sebelum dicuci (kering 110 C, 24 jam)

100

G1

Pasir setelah dicuci (kering 110 C, 24 jam)

87

G0

Selisih pasir sebelum dan setelah dicuci

13

G1
Prosentase kandungan lumpur

G0 G1
100%
G0

Kandungan

lumpur

100 87

100% 13%

100
Kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5% (PBI 1971
pasal 3.3 ayat, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam
pasir adalah 13 %, sehingga pasir tidak layak digunakan sebagai agregat halus,
sehingga harus dicuci.

b. Kandungan Zat Organik Tabel


4.2 Tabel Perubahan Warna
Warna Larutan

Kadar Zat Organik

Jernih

0%

Kuning Muda

0% - 10%

Kuning Tua

10% - 20%

Kuning Kemerahan

20% - 30%

Coklat Kemerahan

30% - 50%

Coklat Tua

50% - 100%

Sumber : Prof. Ir.Roeseno


Agregat halus yang mengandung bahan organik dapat dipakai, asal kekuatan
tekan pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci hingga
bersih dengan air pada umur yang sama atau penurunan yang diperbolehkan
maksimum 5% (PBI 1971).
Warna larutan hasil pengamatan adalah kuning kemerahan. Hal ini menunjukkan
bahwa pasir mengandung zat organik sebesar 20 %-30 %.
c. Specific Grafity
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Halus
Simbol

Keterangan

Berat (gr)

Pasir kondisi SSD

500

Pasir kering oven

465,5

Berat volumetric + Air

720

Berat volumetric + Pasir + Air

1024

Bulk Specific Grafity

2,375

720 500

Bulk Specific Gravity SSD

465,5

1024

BD

2,55

C
D

500

720 500
1024

BD
C

Apparent Specific
Grafity

Absorbtio
n

466,85

B A

720 466,85

1024

D-A

x 100%

500 - 465,5
465,5

2,88

x 100% 7,41 %

Menurut ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD antara 2,5-2,7 maka
pasir memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai agregat halus.
d. Gradasi
Hasil pengujian gradasi agregat halus serta persyaratan batas dari ASTM C 33
dapat dilihat pada Tabel 4.4
Ukuran
Ayakan

Tertahan
Berat (gr)

Persentase

Kumulatif

(%)

(%)

(mm)

Lolos

Syarat

Kumulatif

ASTM

9,50

100

100

4,75

9.2

0.309

0.309

99.691

90 100

2,36

59.2

1.989

2.298

97.702

75 100

1,16

379

12.735

15.034

84.966

55 - 100

0,85

822

27.621

42.655

57.345

35 - 59

0,30

1023.2

34.382

77.036

22.964

8 - 30

0,15

583.2

19.597

96.633

3.367

0 - 10

Pan

100.2

3.367

100.000

Jumlah

2976

100

333.965

Modulus kehalusan =

Kumulatif tertahan tertahan 233.965


=
=2,34
tertahan
100

Agregat yang hilang =

(30002976)
100 =0,8 < 1
3000

Modulus halus agregat halus antara 2,3 3,1 (ASTM C 33), berdasarkan hasil
perhitungan modulus halus pasir sebesar 2,34 sehingga masih memenuhi syarat
sebagai agregat halus.
Berdasarkan analisis saringan, pasir yang diuji telah memenuhi syarat batas yang
telah ditentukan oleh ASTM C 33 dan masih memenuhi syarat sebagai agregat
halus untuk beton kedap air menurut SK SNI S-36-1990-03.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pasir tersebut berada


di dalam gradasi yang diizinkan sehingga pasir tersebut memenuhi
syarat sebagai bahan campuran adukan beton.

4.1.2

Kadar Air Bubur Kertas

Hasil Pengujian Kadar Air Bubur Kertas sebagai berikut:


Berat basah bubur kertas (a)

= 1000 gr

Berat kering setelah penjemuran (b)

= 260 gr

Berat air (c) = a-b = 1000-260 = 740 gr


Kadar air =

c
740
100 =
100 =74
a
1000

Jadi kadar air bubur kertas adalah 74 %


4.2

Hasil Pengujian Kuat Lentur

Benda uji yang gunakan pada pengujian kuat lentur beton kertas dengan bahan
tambah serat nylon adalah prisma dengan ukuran 150 x 150 x 500 mm sebanyak
12 buah. Pengujian dilakukan pada umur 28 hari.
Pengujian modulus of rupture dilakukan dengan loading frame sebagai alat uji
kuat lentur yang digunakan untuk memberikan beban pada benda uji secara
berangsur-angsur dengan interval pembebanan 5 kg sampai benda uji mengalami
keruntuhan. Sedangkan untuk mengetahui lendutan yang terjadi digunakan dial
gauge dengan skala 0,01 mm yang dipasang di tengah-tengah pada bagian bawah
benda uji.
Data yang diperoleh langsung dari pengujian adalah data beban maksimal saat
terjadi keruntuhan dan lendutan pada masing-masing benda uji di setiap kenaikan
beban yang diberikan, kemudian dari data tersebut dapat dianalis menjadi nilai
kuat lentur (modulus of rupture) masing-masing benda uji.

Tabel 4.5 Hasil pengukuran berat beton kertas dengan bahan tambah serat nylon
BERAT (Kg)
UMUR (HARI)

BENDA
UJI

KODE

0%

0,30%

0,75%

1%

1*
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

3
14,75
12,85
13,15
13,05
13,05
13,10
13,10
13,15
13,10
13,05
13,05
13,05

10
14,40
12,65
12,80
12,60
12,65
12,60
12,75
12,60
12,95
12,80
12,80
12,80

14
13,35
11,80
11,80
11,80
11,80
11,80
11,90
11,80
12,00
11,70
11,70
11,90

21
11,10
10,65
10,80
10,60
10,60
10,85
10,85
10,55
10.70
10,50
10,55
10,75

RERATA
28
10,80
9,50
10,00
9,40
9,40
9,90
9,75
9,30
9,40
9,30
9,40
9,65

28 HARI

9,75

9,56

9,48

9,45

Keterangan:
*

: Tidak dipakai (kesalahan dalam membuat benda uji)

0%; 0,3% ; 0,75% ; 1% : variasi penambahan nylon


1,2,3

: kode masing-masing bekisting

Dari Tabel 4.5. dapat diperoleh diagram batang yang menunjukkan hubungan
antara berat beton kertas dengan variasi benda uji

Gambar 4.2. Hubungan berat beton kertas pada variasi benda .uji

Gambar 4.5. Hubungan beban dan lendutan pada variasi nylon 0,75%

Gambar 4.3. Hubungan beban dan lendutan pada variasi nylon 0%

Lendutan (mm)

Gambar 4.4. Hubungan beban dan lendutan pada variasi nylon 0,3%

Grafik Hubungan Beban dan Lendutan


Serat Nylon 0,75%
2
1,5

Benda Uji 1

Benda Uji 2

0,5

Benda Uji 3

0
0

50

100

150

200

250

300

Beban (kg)

Gambar 4.5. Hubungan beban dan lendutan pada variasi nylon 0,75%

Gambar 4.6. Hubungan beban dan lendutan pada variasi nylon 1%

Gambar 4.7. Hubungan beban dengan lendutan setiap kenaikan 50 Kg

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan kuat lentur beton kertas dengan variasi penambahan nylon
BENDA KODE
UJI
0%

0,3%

0,75%

1%

1*
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

P
L
b
h
(N) (mm) (mm) (mm)
2850 450
150
150
2000 450
150
150
1650 450
150
150
2250 450
150
150
1900 450
150
150
1900 450
150
150
1850 450
150
150
2150 450
150
150
1700 450
150
150
1950 450
150
150
2000 450
150
150
1900 450
150
150

h
(mm)
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000
3375000

q
(N/mm)
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125
0,19125

RA
(N)
1468,0313
1043,0313
868,03125
1168,0313
993,03125
993,03125
968,03125
1118,0313
893,03125
1018,0313
1043,0313
993,03125

Keterangan:
*

: Tidak dipakai (kesalahan dalam membuat benda uji)

0%, 0,3%; 0,75%;1%

: Variasi penambahan nylon

1,2,3

: Kode masing-masing begisti

M
(Nmm)
218591,016
154841,016
128591,016
173591,016
147341,016
147341,016
143591,016
166091,016
132341,016
151091,016
154841,016
147341,016

I
Y

f
(mm)
(mm) (N/mm)
(N/mm)
f
42187500 75 0,388606
42187500 75 0,275273 0,2519
42187500 75 0,228606
4
42187500 75 0,308606
42187500 75
0,26194 0,2775
42187500 75
0,26194
42187500 75 0,255273
42187500 75 0,295273 0,2619
42187500 75 0,235273
4
42187500 75 0,268606
42187500 75 0,275273 0,2686
42187500 75
0,26194
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dari Tabel 4.6 dapat diperoleh diagram batang yang menunjukkan hubungan
antara kuat lentur beton kertas dengan variasi benda uji.

Gambar 4.8. Hubungan kuat lentur beton kertas pada variasi benda uji
4.3. Pembahasan
Beton kertas pada saat setelah pengecoran menunjukkan proses pengeringan yang
jauh lebih lama dibandingkan mortar normal atau beton normal. Beton kertas pada
umur 7 hari terlihat masih dalam kondisi basah. Salah satu penyebab dari proses
pengeringan yang lama ini adalah sifat kertas yang mudah menyerap air, hal ini

terlihat jelas saat proses pengecoran terlihat bahwa adonan beton kertas sulit
tercampur karena sebagian besar air diserap oleh kertas.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa berat rata-rata beton kertas menunjukkan
nilai yang semakin kecil pada penambahan nylon yang semakin besar, dengan nilai
berturut-turut yaitu benda uji 0% = 9,75 kg, benda uji 0,3% = 9,56 kg, benda uji
0,75% = 9,48 kg, benda uji 1% = 9,45 kg. Hal ini karena sifatnylon yang menyerap
air sehingga dengan penambahan nylon yang semakin besar akan membantu
mempercepat pengeringan sehingga berat rata-rata juga semakin berkurang. Dan
faktor lain yang mempengaruhi nilai tersebut diantaranya nilai ketelitian yang sangat
kecil sehingga kesalahan peneliti berpeluang besar.
Hasil pengujian kuat lentur pada variasi penambahan nylon memperlihatkan benda
uji dengan kuat lentur terbesar adalah benda uji dengan penambahan nylon 0,3 %
dengan 0,2775 N/mm dan berturut-turut penambahan nylon 0% = 0,25194 N/mm,
penambahan nylon 0,75% = 0,26194 N/mm, penambahan nylon 1%= 0,26861
N/mm. Dari pengamatan Tabel 4.6 dan Gambar 4.8 terlihat bahwa dengan
penambahan nylon yang terlalu besar justru akan mengurangi kuat lentur beton kertas
itu sendiri. Namun tanpa penambahan nylon juga belum mendapatkan kuat lentur
yang optimum.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa nilai maksimum kuat lentur yang terjadi pada
benda uji yaitu pada penambahan nylon 0,3% dengan nilai 0,2775 N/mm. Beton
kertas berserat nylon sebagai bahan bangunan non struktural yang nantinya dipakai
sebagai langit-langit dan atau dinding partisi mempunyai kuat lentur yang masih jauh
dibandingkan dengan bahan non struktural lain seperti beton dengan bahan tambah
sekam padi, yang mempunyai kuat lentur 4-5 N/mm

(Pusat Penelitian dan

Pengembangan Pemukiman, 1999). Penyebab kecilnya nilai kuat lentur beton kertas
dibandingkan dengan beton berbahan tambah sekam padi karena kertas pada
campuran beton hanya berfungsi sebagai pengisi saja tanpa mempunyai daya
dukung yang baik terhadap gaya lentur. Penyebab lain adalah sifat material kertas
yang mudah menyerap air, sehingga air yang diperlukan untuk proses hidrasi semen
lebih banyak diserap oleh kertas, sehingga proses hidrasi semen tidak sempurna.
Kemungkinan lain adalah ketika proses hidrasi semen berakhir, kertas akan

cenderung mennyuplai air sehingga campuran beton kertas mengalami kelebihan air
dan proses pengeringan beton pun berjalan lambat.
Namun tidak dipungkiri bahwa dengan penambahan nylon memberikan dampak yang
signifikan terhadap nilai kuat lentur beton kertas, penambahan nylon memberikan
penambahan kuat lentur 8-10% dibandingkan dengan benda uji tanpa menggunakan
penambahan nylon (0%). Akan tetapi dengan menggunakan penambahan nylon yang
berlebihan juga akan berdampak kurang baik terhadap sifat lentur beton kertas. Hal
itu terbukti dengan penambahan nylon 0,75% dan 1% justru memberikan nilai kuat
lentur yang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan nylon 0,3%.
Pengamatan dari proses pengujian kuat lentur menunjukkan bahwa karakteristik
keruntuhan beton kertas berbeda dibandingkan dengan mortar normal atau beton
normal. Pada saat beton kertas mencapai beban maksimum ternyata beton tidak
mengalami keruntuhan secara tiba-tiba tetapi mengalami pemadatan terlebih dahulu
kemudian mengalami sedikit keretakan. Pola keruntuhan yang dapat diamati setelah
hasil pengujian menunjukkan bahwa beton kertas dengan variasi penambahan nylon
yang semakin besar menunjukan proses pemadatan yang lebih lama dan
menunjukkan retak yang lebih jelas kemudian setelah memadat baru terjadi
keruntuhan total dimana beton kertas tidak dapat menerima beban lagi.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 4, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian kuat lentur benda uji variasi penambahan nylon terhadap
volume benda uji memperlihatkan nilai kuat lentur benda uji dengan
penambahan nylon 0% = 0,25194 N/mm, penambahan nylon 0,3% = 0,2775
N/mm, penambahan nylon 0,75% = 0,26194 N/mm, dan penambahan nylon
1% = 0,26861 N/mm, sehingga nilai kuat lentur maksimal didapat pada benda
uji dengan penambahan nylon 0,3% terhadap volume benda uji sebesar 0,2775
N/mm.
2. Penambahan nylon terbukti memberikan dampak yang signifikan pada nilai
kuat lentur yaitu 8-10% dibandingkan dengan benda uji tanpa bahan tambah
nylon ( 0%).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu adanya tindak
lanjut berkaitan dengan kuat lentur beton kertas ini. Adapun saran-saran yang
dapat diberikan untuk selanjutnya adalah :
1. Penelitian lebih lanjut mengenai kuat lentur beton kertas dengan memberikan
lebih banyak variasi penambahan nylon.
2. Perlu diadakan penelitian terhadap penambahan zat aditif lain yang sesuai
dengan karakteristik beton kertas yang mampu mengurangi penyerapan air oleh
bahan kertas, agar dihasilkan nilai kuat lentur yang optimum.

Anda mungkin juga menyukai