Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI

PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BATAKO


TERHADAP KUAT TEKAN BATAKO
Ristinah, Achfas Zacoeb, Agoes Soehardjono M. D. ,Desy Setyowulan
Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167 Malang
ABSTRAK
Batu bara yang digunakan sebagai sumber energi akan menghasilkan residu berupa fly ash dan bottom ash. Di
Indonesia banyak dijumpai bottom ash dimana volumenya akan terus bertambah tiap tahun. Keberadaan bottom ash
ini dianggap sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu masyarakat sekitar. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengkajian untuk memanfaatkan material bottom ash. Salah satu cara
memanfaatkan bottom ash adalah dengan menggunakan material tersebut sebagai bahan pengganti semen pada
campuran batako. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian tentang pengaruh bottom ash sebagai pengganti semen
terhadap kuat tekan batako. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan relatif kuat yang
terbuat dari campuran pasir, semen dan air. Pengujian dilakukan dengan membuat benda uji batako dengan
campuran pasir, semen dan bottom ash dengan variasi prosentase semen dan bottom ash. Kemudian dilakukan uji
tekan untuk mengetahui kekuatan tekan batako serta pengaruh dari pemakaian bottom ash. Hasil pengujian
dianalisis secara teoritis, sehingga dapat diketahui hubungan antara kuat tekan dengan prosentase semen terhadap
bottom ash. Dari hasil pengujian kuat tekan, besar prosentase bottom ash yang dapat dimanfaatkan berkisar antara
5%-55% dari total berat semen. Prosentasetersebut menghasilkan batako yang termasuk ke dalam mutu II, III dan
IV sesuai syarat SNI 03-0349. Berdasarkan uji penyerapan air, seluruh varisi masuk ke dalam mutu 1.
Kata kunci:bottom ash, batako, uji kuat tekan, uji penyerapan air

PENDAHULUAN
Bottom ash adalah limbah hasil
pembakaran batu bara dimana jumlahnya
akan terus bertambah selama industri terus
berproduksi. Penanganan limbah ini
dilakukan dengan cara menimbunnya di
lahan kosong sehingga apabila volume
limbah semakin bertambah maka semakin
luas pula area yang diperlukan untuk
menimbunnya. Selain itu penanganan
limbah dengan cara penimbunan dapat
berpotensi bahaya bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar seperti, logam-logam
dalam abu bata bara terekstrak dan terbawa
ke perairan, abu batu bara tertiup angin
sehingga mengganggu pernafasan.
Teknologi yang sedang berkembang
saat ini adalah pengelolaan limbah industri
untuk digunakan sebagai bahan baku atau
material
bangunan.Dengan
adanya
penemuan inovasi-inovasi bahan tersebut

diharapkan dapat menggantikan bahan


bangunan sehingga dapat menekan biaya
produksi serta mengurangi limbah industri.
Salah satu dari inovasi tersebut adalah
menggunakan bottom ash sebagai pengganti
semen pada campuran batako.
Bottom ash dikenal sebagai salah satu
alternatif filler yang digunakan dalam
pembuatan aspal beton. Dari penelitian
tersebut dapat diketahui bahwa bottom ash
memiliki kandungan silika dan kadar oksida
yang merupakan mineral dasar yang dapat
digunakan dalam pembuatan campuran
semen. Dari segi ekonomi, material ini dapat
memperkecil biaya produksi karena harga
material semen dapat ditekan dengan
menggantinya
menggunakan
material
bottom ash.
Proses pemanfaatan bottom ash
sebagai bahan baku batako merupakan
sebuah terobosan yang dapat diambil.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

264

Bottom ash memilki kriteria yang


dibutuhkan untuk dijadikan sebagai
pengganti semen. Berdasarkan penelitian
oleh Rendra P. Tentang kandungan senyawa
yang terdapat pada bottom ash yang
dilakukan di Laboratorium Lingkungan
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Brawijaya Malang, diketahui bahwa bottom
ash memiliki kandungan silikat dengan
prosentase rata-rata 29,42%. Hal ini berarti
kandungan silikat pada bottom ash dapat
menggantikan bahan baku pasir silika pada
semen yang rata-rata mempunyai kandungan
sebesar 17 - 25%. Untuk itulah perlu
diadakan penelitian lebih lanjut apakah
bottom ash dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengganti semen pada proses
pembuatan batako atau tidak.
BOTTOM ASH
Bottom ash adalah abu yang
dihasilkan pada proses pembakaran batubara
sebagai sumber energi pada unit pembangkit
uap (boiler) pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU). Bottom ash erbentuk
partikel
halus
dan
bersifat
pozzolan.Terdapat
tiga
tipe
metode
pembakaran pada proses penghasilan energi,
yaitu dry bottom boilers, wet-bottom boilers
dan cyclon furnace. Apabila batubara
dibakar dengan type dry bottom boiler,
maka kurang lebih 80% dari abu
meninggalkan pembakaran sebagai fly ash
dan masuk dalam corong gas.Apabila
batubara dibakar dengan wet-bottom boiler
sebanyak 50% dari abu tertinggal di
pembakaran dan 50% lainnya masuk dalam
corong gas. Pada cyclon furnace, dimana
potongan batubara digunakan sebagai bahan
bakar, 70-80 % dari abu tertahan sebagai
boiler
slag
dan
hanya
20-30%
meninggalkan pembakaran sebagai dry ash
pada corong gas.
Setelah dikaji lebih jauh ternyata abu
batu bara dapat dimanfaatkan karena
berbentuk partikel halus, bersifat Pozzolan,
dapat bereaksi dengan kapur dan
membentuk
senyawa
yang
bersifat

mengikat. Sehingga dapat disimpulkan


bahwa salah satu solusi yang dapat
diterapkan dalam menangani limbah abu
batu bara adalah memanfaatkan limbah
tersebut
untuk
keperluan
bangunan
konstruksi.Pemaanfaatan fly ash sebagai
material konstruksi sudah banyak dilakukan
di bidang konstruksi. Pabrik semen
menggunakan fly ash sebagai pengganti
(substitusi) batuan trass yang bersifat
pozzolanic untuk pembuatan semen tahan
asam (PPC). Bagaimana dengan bottom
ash?
Untuk
mengetahui
pengaruh
penggunaan bottom ash sebagai material
konstruksi maka peneliti akan melakukan
penelitian yang berhubungan dengan
pemanfaatan bottom ash baik sebagai
pengganti
agregat
maupun
sebagai
pengganti semen pada campuran paving.
Selain itu peneliti juga akan melakukan
pengujian produk untuk menghasilkan
produk yang bermutu dan aman bagi
lingkungan.
Tabel 1. Sifat fisik bottom ash
Sifat fisik
Bottom ash
Bentuk

Wet

Dry

Warna

Angular /
bersiku
Hitam

Berbutir kecil /
granular
Abu-abu gelap

Tampilan

Keras,

Seperti pasir

mengkilap

halus, sangat
berpori

Ukuran

No.4 (90

1,5 s/d in

(%lolos

100%)

(100%)

ayakan)

No.10 (40

No.4 (50 90%)

60%)
No.40 (10%)

No.10 (10 60%)

No.200 (5%)

No.40 (0 10%)

2,3 2,9

2,1 2,7

Dry Unit

960 1440

720 1600 kg/m3

Weight

kg/m3

Specific
gravity

Sumber: Coal Bottom Ash/ Boiler Slag-Material


Description, 2000

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

265

Material bottom ash memiliki


beberapa karakteristik dimana sifat dan
susunan senyawa kimia penyusun bottom
ash dipengaruhi oleh cara penyimpanan,
metode pembakaran dan perbedaan mutu
batubara. Karakteristik tersebut dapat
diketahui
dengan
melakukan
uji
laboratorium.
Bottom ash dianggap dapat menjadi
pengganti semen karena mempunyai salah
satu unsur kimia semen yang penting pada
proses pengikatan yaitu silika. Setelah
dilakukan pengujian material bottom ash
maka dapat diketahui unsur kimia penyusun
bottom ash. Kemudian data tersebut dapat
dibandingkan dengan unsur kimia yang
dikandung semen. Pada Tabel 4 dapat
dilihat bahwa kandungan silika bottom ash
mencapai
29.04%.
Jumlah
tersebut
mendekati jumlah kandungan semen yang
berkisar antara 17-25 %.Sehingga bottom
ash tersebut diharapkan dapat bekerja
sebagai pengganti sebagian semen dalam
campuran paving. Karakteristik bottom ash
dipengaruhi oleh cara penyimpanan, metode
pembakaran dan perbedaan mutu batubara
sehingga hasil uji kimia bottom ash juga
dapat bervariasi.
Tabel 2. Sifat kimia bottom ash
No.

Jenis abu

Kandungan logam berat

batubara

(ppm)
Cu

1.

Abu

Pb

Zn

298

19

391

11

224

87

15

153

11

120

1,5 10
38o 42o
38o 45o (ukuran butiran
< 9,5 mm)
10-2 10-3 cm/det.
40 - 70
ada

Sumber: Coal Bottom Ash/ Boiler Slag-Material


Description, 2000
Tabel 4. Perbandingan Sifat Kimia Bottom Ash
dan Semen
Parameter

Bottom Ash

Si
Al
Fe
Mg
Ca

29.400.03
0.25760.0001
0.0590.330.0000.89
1.170.00
14.556.13

Pejal
Berlubang

Panjang
390 3
390 3

Ukuran
Lebar
90 2
190 2

23.13
8.76
4.62
0.9
58.66

Tebal
100 2
100 2

Tabel 6. Syaratsyarat fisis batako


Syarat Fisis

Satuan

Ombilin

Sumber : Puslitbang Teknologi Mineral dan


Batubara, Departemen ESDM 2003
Tabel 3. Sifat mekanis bottom ash
Sifat Mekanis
Max dry density
Kelembapan optimum
abrasi

Semen

Tabel 5. Persyaratan ukuran batako

Batubara

Tes

Fly
Ash
52.00
31.86
4.89
4.66
2.68

BATAKO
Batako adalah salah satu bahan
bangunan dengan bahan pembentuk berupa
pasir dan agregat (campuran pasir, kerikil
dan air). Batako dicetak melalui proses
pemadatan menjadi bentuk balok-balok
dengan ukuran dan persyaratan tertentu dan
proses pengerasannya ditempatkan pada
tempat yang lembab atau tidak terkena sinar
matahari langsung atau hujan.

Cr

Bukit Asam
Abu

Koefisien permeabilitas
CBR(%)
Friable partikel

Jenis
Cd

Batubara

2.

(%kehilangan)
Sodium sulfat soundness
(%kehilangan)
Kuat geser (sudut geser)

LA

Dry Bottom Ash


1210 -1620 kg/m3
12 -24% (umumnya <
20%)
30 50

Kuat Tekan Bruto


Kg/cm2
Rata Rata Min
Kuat Tekan Bruto
Kg/cm2
Masing Masing
Benda Uji Min.
Penyerapan Air
%
Rata Rata Maks
Sumber: SNI 03-0349-1989

Tingkat Mutu
Bata Beton
Berlubang
I
II III IV
70 50 35 20
65

40

30

17

25

35

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

266

Faktor yang mempengaruhi kuat tekan


batako tergantung pada: (1) faktor air
semen, (2) umur batako, (3) kepadatan
batako, (4) bentuk dan tekstur batuan, (5)
ukuran agregat dan lain-lain. Faktor air
semen adalah perbandingan antara berat air
dan berat semen dalam campuran adukan.
Untuk suatu perbandingan campuran batako
tertentu diperlukan jumlah air yang tertentu
pula, sedangkan kuat tekan batako
bertambah tinggi dengan bertambahnya
umur batako. Dalam pembuatan batako
diusahakan campuran dibuat sepadat
mungkin karena hal ini akan memungkinkan
bahan semakin mengikat keras sehingga
kekuatan batako akan meningkat.
Besarnya kuat tekan dari benda uji
dapat dicari dengan menggunakan rumus:
= .....................................(1)
Dimana:
= kuat tekan batako
P = besarnya gaya tekan hancur batako
A = luas penampang benda uji
Setelah dibuat, batako harus diberikan
perawatan (curing).Hal ini bertujuan sebagai
langkah pencegahan terhadap kehilangan air
yang terlalu cepat pada batako. Menurut
Murdock dan Brock (1996) yang dikutip
dari Yuliwati dan Syarifuddin, penguapan
air yang terjadi pada beton dapat berakibat
penyusutan
kering
yang
terlalu
cepat.Penyusutan kering dapat menimbulkan
tegangan tarik dan retak.Agar kekuatan
meningkat maka harus tersedia air untuk
hidrasi.
Penyerapan air =

AB
x100%
B
..........(2)

Keterangan:
A = berat paving basah (gr)
B = berat paving kering (gr)

Tabel 7. Klasifikasi mutu paving berdasarkan


SNI-03-0691-1996
Mutu

A
B
C
D

Kuat Tekan
(MPa)
Rata-rata
Min
40
20
15
10

35
17
12.5
8.5

Penyerapan
Air Ratarata Maks.
(%)
3
6
8
10

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Diagram alir penelitian

1. Rancangan penelitian
Benda uji mempunyai ukuran rata-rata
panjang 39 cm. lebar 16 cm dan tebal 9
cm.Penelitian ini menggunakan 13 variasi
dengan
1
variasi
sebagai
fungsi
kontrol.Tiaptiap variasi menggunakan 5
buah benda uji.Jumlah benda uji adalah 65
buah
untuk
masing-masing
pengujian.Karena ada 2 jenis pengujian
yaitu uji kuat tekan dan uji penyerapan air,
maka total ada 130 buah benda uji.Variasi
benda uji dijelaskan pada Tabel 8.Batako
dibuat dengan menggunakan perbandingan
berat antara semen dan pasir sebesar 1:6.
Sedangkan faktor air semen (fas)
direncanakan dengan nilai 0,5.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

267

2. Metode pengujian
Pada pengujian kuat tekan, alat yang
dipergunakan dalam pengujian ini adalah
compression machine test. Kemudian kuat
tekan batako dapat dihitung dengan rumus
(1). Sedangkan untuk pengujian penyerapan
air yang perlu dilakukan adalah merendam
benda uji selama 24 jam kemudian
menimbang benda uji. Setelah itu benda uji
dikeringkan dengan menggunakan oven
dengan suhu 105 5o C dan dicatat
hasilnya. Penyerapan air dapat dihitung
dengan rumus (2).
Menurut SNI 03-0349, mutu batako
dibedakan menjadi 4 yaitu:
Mutu 1 = 70 kg/cm2
Mutu 2 = 50 kg/cm2
Mutu 3 = 35 kg/cm2
Mutu 4 = 20 kg/cm2

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Uji tekan

Gambar 1. Uji kuat tekan batako

Tabel 8. Tabel rancangan pembuatan benda uji batako


No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Variasi

Berat Bottom Ash (kg)

0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
Total

Berat Semen (kg)

1 buah batako

10 buah batako

1 buah batako

10 buah batako

0
0,085
0,171
0,257
0,342
0,425
0,514
0,599
0,685
0,771
0,857
0,942
1,028

0
0,85
1,71
2,57
3,42
4,25
5,14
5,99
6,85
7,71
8,57
9,42
10,28
66,817

1,714
1,620
1,540
1,457
1,370
1,280
1,199
1,111
1,030
0,943
0,860
0,770
0,680

17,14
16,20
15,40
14,57
13,70
12,80
11,99
11,11
10,30
9,43
8,60
7,70
6,80
138,5

Gambar 2. Sketsa batako tampak atas

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

268

Dapat dilihat bahwa ada empat variasi


batako yang masuk mutu 2 yaitu dengan
komposisi bottom ash sebesar 0%,5%, 10%,
15%. Diantara keempat variasi tersebut,
variasi 1 merupakan variasi dengan kuat
tekan
terbesar,
yaitu
66,97
2
kg/cm .Sedangkan variasi batako yang
masuk mutu 3 ada empat variasi yaitu
variasi dengan prosentase bottom ash
sebesar 20%,25%, 30%, 35%. Diantara
keempat variasi tersebut, variasi 5
merupakan variasi dengan kuat tekan
terbesar, yaitu 43,20 kg/cm2. Untuk mutu 4
diisi oleh 4 variasi yaitu variasi dengan
prosentase bottom ash sebesar 40%,45%,
50%, 55%. Variasi 9 menjadi variasi dengan
kuat tekan terbesar, yaitu 34,92 kg/cm2.
Diantara semua variasi, hanya ada satu
variasi yang tidak memenuhi syarat SNI,
yaitu variasi 13 dengan kuat tekan 18,26
kg/cm2.
Tabel 9. Tabel kontrol mutu kuat tekan batako
No

Komposisi (%)
Semen

Kuat
Tekan
(kg/cm2)

Mutu

66.97

Kontrol

100

Bottom
Ash
0

95

66.64

II

90

10

57.72

II

85

15

57.40

II

80

20

43.20

III

75

25

36.97

III

70

30

37.07

III

65

35

36.64

III

60

40

34.92

IV

10

55

45

34.49

IV

11

50

50

31.37

IV

12

45

55

27.40

IV

13

40

60

18.26

Di luar
standart

Semakin besar prosentase bottom ash


yang dicampurkan, nilai kuat tekan menjadi
semakin menurun.Pada Gambar 1 dapat
terlihat bahwa benda uji yang tanpa
menggunakan bottom ash dan benda uji
dengan prosentase bottom ash terbesar
mempunyai perbedaan kuattekan yang

cukup jauh, yaitu 48,71 kg/cm2. Hal ini


disebabkan karena walaupun kadar silika
(Si) dari bottom ash mendekati semen, akan
tetapi kadar kalsiumnya (Ca) sangat rendah
apabila dibandingkan dengan semen. Bottom
ash hanya memiliki kandungan kalsium
sebesar 14,55% sedangkan kandungan di
semen mencapai 60-67%. Untuk itulah
bottom ash tidak bisa mengikat agregat
secara sempurna.
Secara visual, bottom ash yang
digunakan terlihat sudah menggumpal dan
sedikit lembab. Hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian bottom ash yang digunakan
sudah terlebih dahulu bereaksi sebelum
digunakan.Sehingga ketika digunakan dalam
penelitian, bottom ash tidak dapat bereaksi
dan mengikat agregat secara maksimal.Hal
ini menyebabkan grafik kuat tekan pun
cenderung menurun.
2. Uji penyerapan air
Berdasarkan Tabel 10, Tabel 11 dan
Gambar 4 dapat diketahui penyerapan air
pada benda uji berbeda-beda pada tiap-tiap
variasi.Penyerapan terkecil ada pada variasi
1 yaitu 6,17% dan penyerapan terbesar ada
pada variasi 10 yaitu 9,54%.
Tabel 10. Hasil pengujian penyerapan air
batako (0% - 25%)
0%

5%

10%

15%

20%

25%

7.07

6.01

7.77

6.19

9.31

9.32

5.43

6.20

5.74

4.83

6.25

4.50

4.74

5.96

5.35

5.93

6.68

11.05

4.76

5.67

9.27

5.63

6.86

7.55

8.27

7.20

9.22

8.51

10.16

6.33

Jml

30.84

32.80

35.76

34.21

39.28

34.87

Tabel 11. Hasil pengujian penyerapan air


batako (30% - 60%)
30%

35%

40%

45%

50%

55%

60%

7.63

11.48

9.55

11.40

10.77

10.77

9.36

7.95

10.51

6.65

8.02

8.36

8.36

6.52

8.13

7.83

8.27

7.95

7.93

7.93

8.10

8.07

8.52

14.04

9.17

9.43

9.43

13.74

10.38

8.78

8.70

11.17

11.05

11.05

8.52

Jml

42.16

47.12

47.20

47.70

47.55

47.55

46.26

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

269

Gambar 4. Perbandingan prosentase bottom ash


dengan penyerapan air

Menurut
SNI
03-0349,
penyerapanmaksimal air untuk mutu
1adalah
25%.Pada
penelitian
ini,
penyerapan terbesar adalah 9.54% sehingga
untuk pengujian penyerapan air benda uji
dapat dikategorikan masuk mutu 1.
Pada penelitian ini, penyerapan air
terkecil ada pada variasi 1 dengan nilai
6,17%. Sedangkan penyerapan air terbesar
ada pada variasi 10 dengan nilai 9,54%.
Berdasarkan SNI 03-0349-89, penyerapan
air maksimal pada batako adalah sebesar
25%. Sehingga apabila hasil pada penelitian
dibandingkan dengan ketentuan SNI maka
batako
dikatakan
memenuhi
syarat
kelayakan.Hal ini diakibatkan oleh ukuran
butiran bottom ash yang lebih besar dari
semen sehingga memunculkan celah-celah
kecil di antara agregat. Kondisi tersebut
membuat air dapat masuk kedalam melalui
celah-celah kecil yang terbentuk sehingga
membuat
penyerapan
air
menjadi
meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pemanfaatan bottom ash sebaga ipengganti
semen pada batako terhadap kuat tekan dan
penyerapan air, maka penulis dapat menarik
kesimpulan yaitu:
1) Berdasarkan pengujian kuat tekan,
bottom ash dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti semen pada batako. Besar
prosentase bottom ash yang dapat
dimanfaatkan berkisar antara 5%-55%

dari total berat semen. Prosentase


tersebut menghasilkan batako yang
termasuk ke dalam mutu II, III dan IV
sesuai syarat SNI 03-0349. Kuat tekan
variasi kontrol (bottom ash 0%) ratarata adalah 66,97 kg/cm2 . Kuat tekan
rata-rata tertinggi ada pada variasi 2,
yaitu benda uji dengan kadar bottom
ash 5% dengan nilai kuat tekan 66,64
kg/cm2 . Sedangkan kuat tekan ratarata terendah ada pada variasi 13, yaitu
benda uji dengan kadar bottom ash 60%
dengan nilai kuat tekan 18,26 kg/cm2.
2) Berdasarkan pengujian penyerapan air,
bottom ash dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti semen pada batako. Besar
penyerapan air variasi kontrol (bottom
ash 0%) rata-rata adalah 6,17%.
Penyerapan air rata-rata terendah ada
padavariasi 2, yaitu benda uji dengan
kadar bottom ash 5% dengan nilai
6,56%. Sedangkan penyerapan air ratarata tertinggi ada pada variasi 10, yaitu
benda uji dengan kadar bottom ash 45%
dengan nilai penyerapan 9,54 %. Nilai
penyerapan tersebut masih memenuhi
standar penyerapan pada SNI yang
mensyaratkan
nilai
penyerapan
maksimal sebesar 25% sehingga
berdasarkan uji penyerapan air, seluruh
variasi masuk ke dalam mutu 1.
Berdasarkan
proses
pelaksanaan
penelitian dan hasil yang diperoleh, maka
dapat disarankan sebagai berikut:
1) Perlu diadakan penelitian lanjutan
mengenai pemanfaatan bottom ash
sebagai pengganti semen. Untuk
memperbaiki hasil penelitian diperlukan
bahan tambahan lain yang mempunyai
kandungan kalsium (Ca) cukup tinggi
untuk menutupi kurangnya kadar
kalsium pada bottom ash. Alternatif
yang dapat digunakan misalnya dengan
menambahkan kapur. Campuran antara
bottom ash dan kapur akan memenuhi
kebutuhan silika dan kalsium yang
dimiliki oleh semen.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

270

2) Proses penyimpanan bahan seperti


bottom ash dan semen harus disiapkan
secara baik, yaitu disimpan ditempat
yang kering dan jangan terlalu lama.
Apabila tidak disimpan dengan baik
maka kedua bahan ini akan mengalami
proses penggumpalan. Hal ini berarti
material telah mengalami proses
pengikatan dan dapat mengurangi mutu
dari batako.

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,


Departemen ESDM 2003
Standar Nasional Indonesia (SNI)03 0691-1996.
ErnaYuliwati, Ahmad Syarifuddin.1998.Konversi
LimbahPadatHasilPengolahanIndustriKaret
MenjadiBatako.
UniversitasBinaDarma
Palembang.
Putera, Rendra P.2012. Pengaruh Penggunaan
Bottom Ash Sebagai Pengganti Semen
Terhadap Waktu Ikat Awal dan Akhir Pasta
Semen. Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Brawijaya. Tugas Akhir Sarjana,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya

DAFTAR PUSTAKA
Coal Bottom Ash/ Boiler Slag-Material Description,
2000

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 6, No.3 2012 ISSN 1978 - 5658

271

Anda mungkin juga menyukai