Anda di halaman 1dari 6

A. Musa paradisiaca sp.

Pisang Madu, Ds. Larangan, Bermain, Batu Putih,


Sumenep
Daun

Batang

A. Daun (Folium)
Circumscriptio
Apex folii

Basis folii
Nervatio

Margo folii
Intervenium
Permukaan daun
Warna daun

B. Batang (Caulis)

= memanjang (oblongus), karena daun pisang madu ini


memiliiki perbandingan panjang : lebar = 2 -3 : 1.
= terbelah (retusus), karena daun pisang madu ini ujung
daunnya memperlihatkan suatu lekukan, kadang- kadang amat
jelas dan kadang- kadang terbelahnya ujung hanya akan
kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti.
= membulat (rotundatus), karena daun pisang madu ini
mempunyai bentuk pangkal daun yang membulat.
= menyirip (penninervis), karena daun pisang madu ini
mempunyai satu ibu tulang yang berjalanb dari pangkal ke
ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini
ke samping keluar tulang- tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip- sirip pada ikan, oleh
sebab itu dinamakan bertulang menyirip.
= rata (integer), karena daun pisang madu ini memiliki tepi
daun yang rata.
= papyraceus atau chartaceus, karena daun pisang madu ini
memiliki daging daun yang tipis tetapi cukup tegar.
= laevis, karena daun pisang madu ini memiliki permukaan
daun yang licin dan mengkilat (nitidus).
= hijau, karena daun pisang madu ini memiliki warna daun yang
jelas terlihat hijau.

Jenis batang

= herbaceus, karena batang daun pisang madu ini lunak dan


berair.
Bentuk batang
= teres, karena batang daun pisang ini memiliki bentuk yang
bulat.
Permukaan batang
= laevis, karena batang daun pisang ini memiliki permukaan
yang licin.
Arah tumbuh batang
= erectus, karena batang daun pisang madu ini memiliki arah
tumbuh lurus ke atas atau tegak lurus.
Percabangan pada batang= monopodial, karena batang pokok daun pisang madu ini
selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang- cabangnya.
C. Akar
Akar pisang madu ini memiliki sistem perakaran serabbut, karena tidak berasal dari
akar lembaga, dan apabila akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati dan
disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari
pangkal batang.
D. Arsitektur Pohon
Pisang madu memiliiki arsitektur pohon model Tomlinson, karena memiliki sumbu
batang yang ortotrop, membentuk cabang yang ortotrop dari tunas ketiak pada bagian
batang di bawah tanah. Sumbu baru ekivalen dengan sumbu induk, dan membentuk
akar sendiri. Pemunculan cabang ortotrop dapat terjadi berulang kali. Pertuumbuhan
cabang- cabangnya yaitu kontinu.

B. Musa paradisiaca sp.

Pisang Krista Putih, Larangan Berma, Batu


Putih, Sumenep
Daun

Batang

A. Daun (Folium)
Circumscriptio
Apex folii

Basis folii
Nervatio

Margo folii
Intervenium
Permukaan daun
Warna daun

B. Batang (Caulis)

= memanjang (oblongus), karena daun pisang krista putih ini


memiliiki perbandingan panjang : lebar = 2 -3 : 1.
= terbelah (retusus), karena daun pisang pisang krista putih ini
ujung daunnya memperlihatkan suatu lekukan, kadang- kadang
amat jelas dan kadang- kadang terbelahnya ujung hanya akan
kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti.
= membulat (rotundatus), karena daun pisang krista putih ini
mempunyai bentuk pangkal daun yang membulat.
= menyirip (penninervis), karena daun pisang krista putih ini
mempunyai satu ibu tulang yang berjalanb dari pangkal ke
ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini
ke samping keluar tulang- tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip- sirip pada ikan, oleh
sebab itu dinamakan bertulang menyirip.
= rata (integer), karena daun pisang krista putih ini memiliki
tepi daun yang rata.
= papyraceus atau chartaceus, karena daun pisang krista putih
ini memiliki daging daun yang tipis tetapi cukup tegar.
= laevis, karena daun pisang krista putih ini memiliki
permukaan daun yang licin dan mengkilat (nitidus).
= hijau, karena daun pisang krista putih ini memiliki warna
daun yang jelas terlihat hijau.

Jenis batang

= herbaceus, karena batang daun pisang krista putih ini lunak


dan berair.
Bentuk batang
= teres, karena batang daun pisang krista putih ini memiliki
bentuk yang bulat.
Permukaan batang
= laevis, karena batang daun pisang ini memiliki permukaan
yang licin.
Arah tumbuh batang
= erectus, karena batang daun pisang krista putih ini memiliki
arah tumbuh lurus ke atas atau tegak lurus.
Percabangan pada batang= monopodial, karena batang pokok daun pisang krista putih
ini selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang- cabangnya.
C. Akar
Akar pisang krista putih ini memiliki sistem perakaran serabbut, karena tidak berasal
dari akar lembaga, dan apabila akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati
dan disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar
dari pangkal batang.
D. Arsitektur Pohon
Pisang krista putih memiliiki arsitektur pohon model Tomlinson, karena memiliki
sumbu batang yang ortotrop, membentuk cabang yang ortotrop dari tunas ketiak pada
bagian batang di bawah tanah. Sumbu baru ekivalen dengan sumbu induk, dan
membentuk akar sendiri. Pemunculan cabang ortotrop dapat terjadi berulang kali.
Pertuumbuhan cabang- cabangnya yaitu kontinu.

C. Musa paradisiaca sp.

Pisang Embug, Bicorong Pokong,


Pamekasan

Daun

Batang

A. Daun (Folium)
Circumscriptio
Apex folii

Basis folii
Nervatio

Margo folii
Intervenium
Permukaan daun
Warna daun

= memanjang (oblongus), karena daun pisang embug ini


memiliiki perbandingan panjang : lebar = 2 -3 : 1.
= terbelah (retusus), karena daun pisang pisang embug ini
ujung daunnya memperlihatkan suatu lekukan, kadang- kadang
amat jelas dan kadang- kadang terbelahnya ujung hanya akan
kelihatan jelas jika diadakan pemeriksaan yang teliti.
= membulat (rotundatus), karena daun pisang embug ini
mempunyai bentuk pangkal daun yang membulat.
= menyirip (penninervis), karena daun pisang embug ini
mempunyai satu ibu tulang yang berjalanb dari pangkal ke
ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini
ke samping keluar tulang- tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip- sirip pada ikan, oleh
sebab itu dinamakan bertulang menyirip.
= rata (integer), karena daun pisang embug ini memiliki tepi
daun yang rata.
= papyraceus atau chartaceus, karena daun pisang embug ini
memiliki daging daun yang tipis tetapi cukup tegar.
= laevis, karena daun pisang embug ini memiliki permukaan
daun yang licin dan mengkilat (nitidus).
= hijau, karena daun pisang embug ini memiliki warna daun
yang jelas terlihat hijau.

B. Batang (Caulis)
Jenis batang
Bentuk batang
yang bulat.
Permukaan batang

= herbaceus, karena batang daun pisang embug ini lunak dan


berair.
= teres, karena batang daun pisang embug ini memiliki bentuk

= laevis, karena batang daun pisang embug ini memiliki


permukaan yang licin.
Arah tumbuh batang
= erectus, karena batang daun pisang embug ini memiliki arah
tumbuh lurus ke atas atau tegak lurus.
Percabangan pada batang= monopodial, karena batang pokok daun pisang embug ini
selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang- cabangnya.
C. Akar
Akar pisang embug ini memiliki sistem perakaran serabbut, karena tidak berasal dari
akar lembaga, dan apabila akar lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati dan
disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari
pangkal batang.
D. Arsitektur Pohon
Pisang embug memiliiki arsitektur pohon model Tomlinson, karena memiliki sumbu
batang yang ortotrop, membentuk cabang yang ortotrop dari tunas ketiak pada bagian
batang di bawah tanah. Sumbu baru ekivalen dengan sumbu induk, dan membentuk
akar sendiri. Pemunculan cabang ortotrop dapat terjadi berulang kali. Pertuumbuhan
cabang- cabangnya yaitu kontinu.

Anda mungkin juga menyukai