Permen PPN 4 Tahun 2015
Permen PPN 4 Tahun 2015
SALINAN
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH
DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang ::
dan
pemerintah
penyelenggaraan
memberikan
sarana
manfaat
dalam
dan
sosial
pelayanan
prasarana
dan
ekonomi
dan
yang
bagi
Mengingat : ...
-2Mengingat
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
Tahun 2015-2019;
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
5. Peraturan Menteri Negera Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Nasional
Nomor
PER.
dan
Tata
Organisasi
Perencanaan
Pembangunan
005/M.PPN/10/2007
Kerja
tentang
Kementerian
Negara
Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/KEPALA
BADAN
PEMBANGUNAN
NASIONAL
PELAKSANAAN
KERJASAMA
PERENCANAAN
TENTANG
TATA
PEMERINTAH
CARA
DENGAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya
disebut KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan
badan
usaha
dalam
penyediaan
infrastruktur
untuk
daya
badan
usaha
dengan
memperhatikan
Umum
adalah
pedoman
mengenai
tata
cara
dan
lunak
yang
diperlukan
untuk
melakukan
Jawab
Proyek
Kerjasama
yang
selanjutnya
Lembaga
adalah
pimpinan
Penyiapan
adalah
lembaga/institusi/organisasi
yang
melakukan
Badan
nasional
pendampingan
Usaha
atau
dan
internasional,
dan/atau
pembiayaan
Pusat
Presiden
kekuasaan
yang
selanjutnya
Republik
pemerintahan
disebut
Indonesia
Negara
yang
Republik
Pemerintah
memegang
Indonesia
pemerintahan
daerah
yang
memimpin
lainnya
Lembaga/Kepala
yang
diberikan
Daerah
oleh
dan/atau
Menteri/Kepala
menteri
yang
Pemerintah
diberikan
oleh
adalah
menteri
yang
kompensasi
finansial
menyelenggarakan
yang
urusan
layanan
Infrastruktur
yang
sesuai
dengan
kualitas ...
Publik
Menteri/Kepala
adalah
proses
Lembaga/Kepala
interaksi
antara
Daerah/direksi
Badan
transparansi,
efisiensi,
akuntabilitas
dan
efektivitas KPBU.
18. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) adalah proses
interaksi untuk mengetahui masukan maupun minat calon
investor, perbankan, dan asuransi atas KPBU yang akan
dikerjasamakan.
19. Studi Pendahuluan adalah kajian awal yang dilakukan oleh
Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah/direksi
Badan
tertentu
serta
manfaatnya,
apabila
kelayakan
KPBU
dengan
sekurang-kurangnya
aspek
hukum,
mempertimbangkan
teknis,
ekonomi,
pelaksanaan
KPBU
sampai
dengan
tercapainya
pemenuhan pembiayaan.
23. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan
disebut
Pembangunan
Menteri
menyelenggarakan
Nasional
Perencanaan
urusan
yang
adalah
pemerintahan
selanjutnya
menteri
di
yang
bidang
infrastruktur
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
26. Daftar Rencana KPBU adalah dokumen yang memuat rencana
KPBU yang diusulkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dan telah dilakukan penilaiannya oleh Menteri
Perencanaan untuk ditetapkan sebagai rencana KPBU siap
ditawarkan dan KPBU dalam proses penyiapan.
Pasal 2
Panduan Umum bertujuan untuk:
a. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah dan pemangku kepentingan mengenai tata cara
pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan
b. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah untuk mengatur tata cara pelaksanaan KPBU sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
BAB II
JENIS INFRASTRUKTUR
Pasal 3
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Panduan
Umum ini mencakup:
a. infrastruktur transportasi, antara lain:
1.
2.
-73.
4.
5.
2.
3.
jembatan tol.
2.
2.
3.
unit distribusi.
f.
1.
unit pelayanan;
2.
unit pengumpulan;
3.
unit pengolahan;
4.
5.
2.
unit pengangkutan;
3.
4.
5.
pengangkutan;
2.
pengolahan; dan/atau
3.
jaringan telekomunikasi;
2.
3.
i.
infrastruktur
energi
dan
ketenagalistrikan,
termasuk
2.
j.
2.
efisiensi energi.
l.
1.
2.
pasar umum.
2.
kawasan industri.
m. infrastruktur
pariwisata,
antara
lain
pusat
informasi
n. infrastruktur ...
-9n. infrastruktur
fasilitas
pendidikan,
penelitian
dan
sarana pembelajaran;
2.
laboratorium;
3.
pusat pelatihan;
4.
5.
6.
inkubator bisnis;
7.
galeri pembelajaran;
8.
9.
perpustakaan; dan/atau
2.
2.
3.
prasarana
laboratorium
kesehatan
dan
peralatan laboratorium.
q. infrastruktur pemasyarakatan, antara lain:
1.
lembaga pemasyarakatan;
2.
balai pemasyarakatan;
3.
4.
5. lembaga ...
-10-
r.
5.
6.
7.
2.
Pasal 4
(1) Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
dapat
Lembaga/Kepala
Daerah
mengajukan
BAB III
PENANGGUNG JAWAB PROYEK KPBU
Bagian Pertama
PJPK
Pasal 5
(1) PJPK merupakan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam rangka pelaksanaan KPBU.
(2) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat
mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat
mewakili
kementerian/lembaga/pemerintah
daerah
yang
Pasal 6 ...
-11Pasal 6
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak sebagai PJPK
berdasarkan hasil Studi Pendahuluan pada tahap perencanaan
KPBU.
Pasal 7
Direksi Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur dalam peraturan
perundang-undangan sektor.
Bagian Kedua
PJPK Dalam Gabungan KPBU
Pasal 8
(1) KPBU dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih
jenis Infrastruktur.
(2) Dalam
hal
gabungan
Infrastruktur
melibatkan
dari
sebagaimana
lebih
dari
(dua)
atau
dimaksud
(satu)
lebih
pada
PJPK,
jenis
ayat
(1)
Menteri/Kepala
sektor
Infrastruktur
yang
akan
Lembaga/Kepala
sebagaimana
Daerah
dimaksud
yang
pada
memiliki
ayat
(2),
pembagian
masing-masing
PJPK,
tugas
termasuk
dan
hak
tanggung
dan
jawab
kewajiban
penganggaran
dalam
rangka
tahap
-12(5) Koordinator
PJPK
bertindak
sebagai
pihak
yang
BAB IV
PEMBIAYAAN SEBAGIAN KPBU OLEH PEMERINTAH
Pasal 9
(1) PJPK dapat membiayai sebagian Penyediaan Infrastruktur.
(2) Pembiayaan sebagian Penyediaan Infrastruktur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh PJPK bersama
dengan kementerian/lembaga/daerah lainnya.
(3) Mekanisme pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
TAHAP PELAKSANAAN KPBU
Pasal 10
(1) KPBU dilaksanakan dalam tahap, sebagai berikut:
a. perencanaan KPBU;
b. penyiapan KPBU; dan
c. transaksi KPBU.
(2) Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
melaksanakan
melaksanakan
perencanaan
KPBU
sebagaimana
melaksanakan
Menteri/Kepala
fungsinya
Lembaga/Kepala
sebagai
Daerah/Direksi
PJPK,
Badan
-13(5) Dalam
melaksanakan
penyiapan
KPBU
sebagaimana
BAB VI
TAHAP PERENCANAAN KPBU
Pasal 11
Tahap perencanaan KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
b. identifikasi dan penetapan KPBU;
c. penganggaran dana tahap perencanaan KPBU;
d. pengambilan keputusan lanjut/tidak lanjut rencana KPBU;
e. penyusunan Daftar Rencana KPBU; dan
f.
pengkategorian KPBU.
Pasal 12 ...
-14Pasal 12
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyusun rencana
anggaran untuk dana pelaksanaan KPBU sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
melakukan
Pasal 13
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah menganggarkan
dana
tahap
perencanaan
KPBU
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14
(1) Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
mengidentifikasi
hal
melakukan
identifikasi,
Menteri/Kepala
dimaksud
pada
ayat
(2),
Menteri/Kepala
-15-
Pasal 15
(1) Dalam hal hasil identifikasi menunjukkan adanya gabungan
dari 2 (dua) atau lebih jenis Infrastruktur yang melibatkan
lebih dari 1 (satu) PJPK, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah yang memiliki kewenangan, menandatangani nota
kesepahaman.
(2) Berdasarkan nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), koordinator PJPK mengajukan usulan atas gabungan
2
(dua)
atau
lebih
jenis
Infrastruktur
kepada
Menteri
Perencanaan.
Pasal 16
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan KPBU bertujuan
untuk memperoleh pertimbangan mengenai manfaat dan dampak
KPBU terhadap kepentingan masyarakat.
Pasal 17
(1) Menteri
Perencanaan
menyusun
Daftar
Rencana
KPBU
berdasarkan:
a. usulan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi
Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik
Daerah yang diindikasikan membutuhkan Dukungan
dan/atau Jaminan Pemerintah; dan
b. hasil
identifikasi
Menteri
Perencanaan
berdasarkan
Lembaga/Kepala
Daerah/direksi
Badan
usulan
Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Pasal 18
(1) Berdasarkan hasil penyusunan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17, Menteri Perencanaan menetapkan Daftar Rencana
KPBU yang terdiri atas:
a. KPBU siap ditawarkan; dan
b. KPBU dalam proses penyiapan.
sesuai
secara
berkala
untuk
diumumkan
dan
Lembaga/Kepala
Daerah/direksi
Badan
-17BAB VII
TAHAP PENYIAPAN KPBU
Pasal 20
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak
sebagai PJPK dalam tahap penyiapan KPBU.
Pasal 21
(1) PJPK menyusun rencana anggaran untuk pelaksanaan tahap
penyiapan KPBU sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Penyiapan KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. penyiapan
Prastudi
Kelayakan
termasuk
kajian
Dukungan
Pemerintah
dan/atau
Jaminan
Pemerintah; dan
c. pengajuan penetapan lokasi KPBU.
(3) Penyiapan KPBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menghasilkan, antara lain:
a. prastudi kelayakan;
b. rencana
Dukungan
Pemerintah
dan/atau
Jaminan
Pemerintah;
c. penetapan tata cara pengembalian investasi Badan Usaha
Pelaksana; dan
d. pengadaan tanah untuk KPBU.
Pasal 22
(1) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
penyiapan KPBU.
(2) Tata
cara
pengadaan
Badan
Penyiapan
sebagaimana
Pasal 23 ...
-18Pasal 23
(1) Penyiapan kajian KPBU memuat kegiatan Prastudi Kelayakan,
yang terdiri dari:
a. penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, terdiri dari:
1. kajian hukum dan kelembagaan;
2. kajian teknis;
3. kajian ekonomi dan komersial;
4. kajian lingkungan dan sosial;
5. kajian
bentuk
kerjasama
dalam
penyediaan
infrastruktur;
6. kajian risiko;
7. kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau
Jaminan Pemerintah; dan
8. kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.
b. penyiapan kajian akhir Prastudi Kelayakan, yang terdiri
dari
penyesuaian
pemutakhiran
data
atas
dengan
kelayakan
kondisi
dan
terkini
kesiapan
dan
KPBU
seluruh
persyaratan
kajian
pada
Pasal 24 ...
-19Pasal 24
(1) Dalam tahap penyiapan KPBU, PJPK menyiapkan dokumen
kajian lingkungan hidup.
(2) Penyiapan
dan
dokumen
kajian
lingkungan
hidup
tanah,
PJPK
melakukan
perencanaan
dan
mengajukan
usulan
pemanfaatan
Barang
Milik
Pasal 27
(1) PJPK dapat melaksanakan Penjajakan Minat Pasar (Market
Sounding) pada tahap penyiapan.
pada
ayat
(1)
bertujuan
untuk
memperoleh
dari
Badan
Usaha/lembaga/institusi/organisasi
Pasal 28
(1) Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan/atau Menteri
Keuangan dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap
KPBU.
(2) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan secara bersama-sama antara Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah.
(3) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam bentuk:
a. dukungan kelayakan KPBU
b. insentif perpajakan; dan/atau
c. bentuk lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
(4) Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan
Pemerintah dalam bentuk dukungan kelayakan dan/atau
insentif perpajakan, sesuai dengan peraturan perundangundangan berdasarkan usulan PJPK.
(5) Dukungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan Usaha.
Pasal 29
(1) KPBU dapat memperoleh Jaminan Pemerintah.
(2) PJPK menyampaikan usulan Jaminan Pemerintah kepada
Menteri Keuangan melalui BUPI sebelum penyelesaian kajian
akhir
Prastudi
Kelayakan
untuk
tujuan
penjaminan
Penyediaan Infrastuktur.
(3) Jaminan Pemerintah terhadap KPBU sebagaimana dimaksud
-21BAB VIII
TAHAP TRANSAKSI KPBU
Pasal 30
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha
Milik Negara/direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak
sebagai PJPK dalam tahap transaksi KPBU.
Pasal 31
Tahap transaksi KPBU terdiri atas kegiatan-kegiatan:
a. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
b. penetapan lokasi KPBU;
c. pengadaan
persiapan
Badan
dan
Usaha
pelaksanaan
Pelaksana
yang
pengadaan
mencakup
Badan
Usaha
Pelaksana;
d. penandatanganan perjanjian KPBU; dan
e. pemenuhan pembiayaan (financial close).
Pasal 32
(1) PJPK melaksanakan transaksi KPBU setelah terpenuhinya
syarat dan ketentuan untuk memanfaatkan Barang Milik
Negara dan/atau Barang Milik Daerah untuk pelaksanaan
KPBU
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(2) PJPK dapat dibantu oleh Badan Penyiapan untuk melakukan
transaksi KPBU.
(3) Tata
cara
pengadaan
Badan
Penyiapan
sebagaimana
Pasal 33 ...
-22Pasal 33
(1) PJPK
melaksanakan
Penjajakan
Minat
Pasar
(Market
pada
ayat
(1)
bertujuan
untuk
memperoleh
dari
Badan
Usaha/lembaga/institusi/organisasi
Pasal 34
PJPK melakukan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana setelah
memperoleh penetapan lokasi.
Pasal 35
(1) Dalam rangka melaksanakan Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana, PJPK membentuk panitia pengadaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c,
diatur lebih lanjut melalui peraturan kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pasal 36
Penandatanganan perjanjian KPBU dilakukan oleh PJPK dengan
Badan Usaha Pelaksana.
Pasal 37
(1) Badan Usaha Pelaksana wajib memperoleh pembiayaan atas
KPBU paling lambat dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
setelah menandatangani perjanjian KPBU.
hal
perpanjangan
jangka
waktu
sebagaimana
Pasal 38
Pemenuhan
pembiayaan
yang
bersumber
dari
pinjaman
KPBU
telah
dapat
dicairkan
untuk
memulai
pekerjaan
konstruksi.
BAB IX
KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA
Pasal 40
(1) Badan Usaha dapat memprakarsai KPBU.
-24(2) Prakarsa
sebagaimana
dilakukan
pada
jenis
Peraturan
Menteri
dimaksud
pada
Infrastruktur
ini,
kecuali
ayat
yang
(1)
dapat
diatur
dalam
lain
dalam
ditentukan
peraturan perundang-undangan.
(3) Prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah disertai
dengan Studi Kelayakan.
(4) Dalam hal KPBU merupakan kerjasama atas prakarsa Badan
Usaha, Badan Usaha pemrakarsa mempersiapkan dokumen
kajian lingkungan hidup.
(5) KPBU
atas
prakarsa
Badan
Usaha
harus
memenuhi
persyaratan:
a.
b.
c.
Badan
Usaha
yang
mengajukan
prakarsa
memiliki
BAB X
SIMPUL KPBU
Pasal 41
(1) Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
dalam
rangka
kebijakan
dan/atau
sinkronisasi
koordinasi
dan/atau
pengawasan,
dan/atau
dan/atau
evaluasi
pengadaan
dalam
melaksanakan
kegiatan
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini:
a. KPBU yang telah selesai memenuhi kegiatan pada tahap
Perencanaan KPBU berdasarkan Peraturan Menteri sebelum
Peraturan Menteri ini diundangkan, maka kegiatan-kegiatan
pada tahap selanjutnya wajib menyesuaikan dan mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
b. KPBU yang telah memenuhi kegiatan penyiapan kajian awal
Prastudi Kelayakan pada tahap penyiapan Prastudi Kelayakan
berdasarkan Peraturan Menteri sebelum Peraturan Menteri
ini diundangkan, maka kegiatan kajian akhir
Prastudi
-26-
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan KPBU dalam
Penyediaan
Infrastruktur
diatur
dalam
Lampiran
yang
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini:
a. Peraturan
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Pemerintah
dengan
Badan
Usaha
dalam
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Pasal 45
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar ...
-27-
Agar
setiap
diundangkan
orang
dengan
mengetahuinya,
penempatannya
Peraturan
dalam
Menteri
Berita
ini
Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Mei 2015
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 829
Emmy Suparmiatun
-44SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
-1-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi, sinkronisasi,
penyiapan perumusan kebijakan, pemantauan dan evaluasi, serta
pelaksanaan hubungan kerja
dalam perencanaan pembangunan
nasional, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional perlu mengambil langkah-langkah
percepatan penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dan
badan usaha.
Berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Pemerintah mendorong partisipasi Badan Usaha swasta,
masyarakat
dan
Pemerintah
Daerah
dalam
pelayanan
dan
penyelenggaraan Infrastruktur.
Lampiran Peraturan Menteri tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU yang
selanjutnya disebut Panduan Umum, dimaksudkan untuk memperjelas
mekanisme KPBU dengan perluasan ruang lingkup jenis-jenis
infrastruktur yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2015.
B. Tujuan
Tujuan ditetapkannya Panduan Umum ini adalah untuk:
1. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
dalam penyusunan panduan pelaksanaan KPBU sesuai dengan
kewenangan masing-masing;
2. memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
untuk melaksanakan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
3. memberikan pedoman bagi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk badan hukum
Perseroan Terbatas, badan hukum asing dan Koperasi dalam rangka
pelaksanaan KPBU; dan
4. memberikan informasi bagi pemangku kepentingan lainnya, termasuk
otoritas pemberi izin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
KPBU.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Panduan Umum terdiri dari:
1. Tahap perencanaan KPBU;
2. Tahap penyiapan KPBU;
3. Tahap transaksi KPBU; dan
4. KPBU atas Prakarsa Badan Usaha.
D. Pengertian ...
-311. Return On Equity yang selanjutnya disebut ROE adalah tingkat besaran
imbal hasil yang diperoleh atas ekuitas yang diinvestasikan pada
KPBU.
12. Debt Service Coverage Ratio yang selanjutnya disebut DSCR adalah
tingkat kemampuan pemilik modal dalam membayar seluruh
kewajiban pinjaman yang akan jatuh tempo pada tahun berjalan.
13. Afiliasi adalah hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan
sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal,
hubungan antara 2 (dua) perusahaan di mana terdapat 1 (satu) atau
lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama, hubungan
antara perusahaan dan pihak lainnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan
tersebut, hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama
atau hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
14. Dokumen Prastudi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh
PJPK yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap penyiapan KPBU
atau oleh Calon Pemrakarsa pada tahap persetujuan usulan KPBU
atas Prakarsa Badan Usaha dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh surat persetujuan untuk melakukan
Studi Kelayakan dari PJPK.
15. Dokumen Studi Kelayakan adalah dokumen yang disiapkan oleh Calon
Pemrakarsa yang penyusunannya dilaksanakan pada tahap
persetujuan usulan KPBU atas prakarsa Badan Usaha untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh surat penetapan
sebagai pemrakarsa dari PJPK.
16. Badan Hukum Asing adalah suatu badan usaha yang didirikan
berdasarkan hukum suatu negara di luar yurisdiksi Indonesia.
17. Calon Pemrakarsa adalah suatu badan usaha berbentuk Perseroan
Terbatas, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), Badan Hukum Asing, dan koperasi yang mengajukan
suatu prakarsa KPBU kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah.
18. Badan Usaha Pemrakarsa adalah Calon Pemrakarsa yang telah
memperoleh penetapan sebagai pemrakarsa KPBU dari PJPK.
19. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
20. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi ...
Investasi
Tahun
2015
tentang
Organisasi
BAB II ...
-8-
BAB II
TAHAP PERENCANAAN KPBU
A. Ketentuan Umum
1. Tahap perencanaan KPBU dimaksudkan untuk:
a. memperoleh
informasi
mengenai
kebutuhan
Penyediaan
Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,
Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga, dan/atau Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan
b. mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan rencana
KPBU serta melakukan keterbukaan informasi kepada masyarakat
mengenai rencana KPBU.
2. Pelaksanaan kegiatan dalam tahap perencanaan, sebagai berikut:
a. penyusunan rencana anggaran dana KPBU;
b. identifikasi dan penetapan KPBU, termasuk untuk gabungan 2
(dua) atau lebih PJPK;
c. penganggaran dana tahap perencanaan;
d. Konsultasi Publik;
e. pengambilan keputusan lanjut atau tidak lanjut rencana KPBU;
f.
g. pengkategorian KPBU.
Kegiatan pendukung dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan
diantaranya kegiatan yang terkait dengan kajian lingkungan hidup dan
kegiatan yang terkait dengan pengadaan tanah.
5. Kriteria ...
proyek
pemerintah
daerah,
9. Dalam ...
-119. Dalam hal KPBU merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis
infrastruktur, maka koordinator PJPK yang disepakati dalam nota
kesepemahaman akan melakukan pembagian kewenangan tugas dalam
KPBU gabungan tersebut.
10. Penetapan KPBU yang memiliki potensi untuk dikerjasamakan dengan
Badan Usaha:
a. dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Direksi BUMN untuk
penetapan KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah dalam hal
terdapat kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
dan
b. dilakukan oleh Kepala Daerah atau Direksi BUMD untuk penetapan
KPBU yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah.
D. Penganggaran Dana Tahap Perencanaan
Kementerian/Lembaga/Daerah/BUMN/BUMD
menganggarkan
dana
untuk kegiatan perencanaan dengan mempertimbangkan sekurangkurangnya penganggaran untuk kegiatan antara lain penyusunan Studi
Pendahuluan dan pelaksanaan Konsultasi Publik.
E. Konsultasi Publik
Konsultasi Publik pada tahap perencanaan dilakukan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi
BUMN/Direksi
BUMD
untuk
mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait dengan rencana KPBU
sehingga diperoleh hasil sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan
yang menghadiri Konsultasi Publik; dan
2. evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan
implementasinya dalam KPBU.
F. Pengambilan Keputusan Lanjut atau Tidak Lanjut Rencana KPBU Pada
Tahap Perencanaan
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah Direksi BUMN/Direksi
BUMD memutuskan lanjut atau tidak lanjut rencaana KPBU
berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Bagian C.
2. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah mengusulkan KPBU yang
diputuskan untuk dilanjutkan, kepada Menteri Perencanaan.
3. Pengusulan Rencana KPBU sebagaimana dimaksud pada angka 2
dilengkapi dengan dukumen pendukung sebagai berikut:
a. Dokumen pendukung untuk usulan KPBU dalam proses penyiapan
terdiri atas:
1) Dokumen ...
2. Rencana ...
b.
c.
b.
tujuan pekerjaan;
c.
d.
e.
f.
g.
-15BAB III
TAHAP PENYIAPAN KPBU
A. Ketentuan Umum
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK
dalam tahap penyiapan KPBU.
2. PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap penyiapan KPBU
antara lain:
a.
b.
c.
d.
8. Tahap ...
-17-
e)
f)
g)
h)
-18c.
d.
e.
f.
g.
-193)
-205)
4) pemilihan ...
-21-
c.
d.
-22-
e.
b) penghematan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
diperoleh.
4) penentuan biaya ekonomi yang dilakukan dengan mengubah
harga finansial menjadi harga ekonomi (shadow price) untuk
setiap masukan dan keluaran berdasarkan faktor konversi
ekonomi yang sesuai;
5) penentuan
manfaat
ekonomi
dilakukan
dengan
mengkonversikan manfaat tersebut menjadi kuantitatif;
6) parameter penilaian kelayakan ekonomi dilakukan melalui
pendekatan EIRR dan ENPV dengan menggunakan tingkat
diskonto ekonomi atau sosial (economic atau social discount
rate); dan
7) analisis sensitivitas untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian
pelaksanaan KPBU terhadap tingkat kelayakan ekonomi
proyek.
analisis keuangan, dilakukan dengan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) analisis keuangan bertujuan untuk menentukan kelayakan
finansial KPBU dengan menggunakan asumsi yang
didasarkan pada:
a) informasi ekonomi makro (nilai tukar, inflasi, dan suku
bunga) yang dikeluarkan oleh otoritas lembaga resmi
seperti Bank Indonesia dan BPS;
b) analisis biaya modal yang terdiri dari biaya proyek,
asumsi bunga dan eskalasi biaya dari KPBU;
c)
biaya operasional dan pemeliharaan;
d) biaya penyusutan dan nilai buku pada akhir masa
konsesi;
e)
perhitungan biaya-biaya lain terkait KPBU termasuk
biaya pemukiman kembali, pemeliharaan lingkungan,
perijinan, dan biaya tidak langsung (management
overhead cost);
f)
biaya mitigasi risiko; dan
g)
perhitungan pendapatan yang didasarkan pada hasil
analisis kebutuhan dan analisis struktur pendapatan.
2) analisis keuangan dilakukan dengan cara:
a) menetapkan rasio ekuitas dan pinjaman yang akan
digunakan dalam KPBU, sesuai dengan rasio yang umum
digunakan di Indonesia;
b) menentukan
tingkat
biaya
modal
rata-rata
tertimbang/WACC sesuai dengan rasio ekuitas dan
pinjaman yang akan digunakan, tingkat suku bunga
pinjaman, serta biaya ekuitas;
c) menentukan ...
-23c)
-244)
4) memperkirakan ...
-254)
-266)
C. Konsultasi ...
BAB IV ...
-29BAB IV
TAHAP TRANSAKSI KPBU
A. Ketentuan Umum
1. Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik
Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah bertindak sebagai PJPK dalam
tahap transaksi KPBU.
2. PJPK memastikan ketersediaan anggaran pada tahap transaksi KPBU
untuk sekurang-kurangnya meliputi kegiatan pengadaan Badan Usaha
Pelaksana dan pengadaan tanah.
3. PJPK dibantu oleh Tim KPBU dalam melaksanakan kegiatan pada tahap
transaksi hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close),
termasuk dalam kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana, apabila
diperlukan.
4. PJPK membentuk Panitia Pengadaan untuk melaksanakan kegiatan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi KPBU, setelah
menyelesaikan Dokumen Prastudi Kelayakan.
5. Peran dan tanggung jawab Panita Pengadaan sebagaimana dimaksud pada
angka 4, diatur melalui peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
6. Badan Penyiapan pada tahap transaksi adalah:
a. Badan Penyiapan yang melanjutkan tugas dari tahap penyiapan
sampai tahap transaksi sebagaimana dimaksud pada Bab III; atau
b. Badan Usaha yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas di tahap
transaksi.
7. Biaya Badan Penyiapan sebagaimana dimaksud pada angka 6, dibayarkan
dengan tata cara pembayaran secara berkala (retainer fee), pembayaran
secara penuh (lump sum), gabungan pembayaran secara berkala dan
penuh, dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi
Badan Usaha Milik Daerah dengan Badan Penyiapan.
8. Badan Penyiapan dapat memperoleh Imbalan Keberhasilan (Success Fee)
dalam hal tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close)
berdasarkan kesepakatan dengan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik
Daerah.
9. PJPK menetapkan biaya Imbalan Keberhasilan (Success Fee) maksimum
sebesar 25 % dari total biaya yang dikeluarkan oleh Badan Penyiapan.
10. Tahap Transaksi KPBU, terdiri dari:
a. Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding);
b. Penetapan lokasi KPBU;
c. Pengadaan ...
b. Badan ...
-31b. Badan Usaha Pelaksana harus telah didirikan secara sah selambatlambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya
Surat Penetapan Pemenang Lelang oleh PJPK.
c. Perjanjian KPBU akan ditandatangani oleh PJPK dan Badan Usaha
Pelaksana, selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari kerja setelah
terbentuknya Badan Usaha Pelaksana.
d. Perjanjian KPBU mengatur ketentuan mengenai manajemen
pelaksanaan KPBU.
e. Perjanjian KPBU akan berlaku efektif setelah semua persyaratan
pendahuluan yang ditetapkan dalam Perjanjian KPBU telah dipenuhi
oleh masing-masing pihak.
f. Persyaratan pendahuluan sebagaimana dimaksud pada huruf e, antara
lain terdapat persetujuan Jaminan Pemerintah dan terdapat perizinanperizinan yang diperlukan oleh Badan Usaha Pelaksana untuk
melaksanakan bidang usahanya.
g. Pemenuhan
pembiayaan
(financial
close)
bukan
merupakan
persyaratan pendahuluan agar Perjanjian KPBU menjadi efektif.
h. Dalam hal semua persyaratan pendahuluan telah dipenuhi, PJPK akan
menerbitkan berita acara yang menyatakan bahwa perjanjian KPBU
telah berlaku efektif.
2. Manajemen Pelaksanaan Perjanjian KPBU
a. Manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf d dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan
penyediaan jasa/layanan, serta pelaksanaan hak dan kewajiban
masing masing dari PJPK dan Badan Usaha Pelaksana telah dipenuhi
sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian KPBU.
b. Manajemen pelaksanaan perjanjian KPBU sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dilakukan pada 4 (empat) masa, yaitu:
1) Prakonstruksi;
2) Konstruksi;
3) Operasi komersial; dan
4) Masa berakhirnya perjanjian KPBU.
c. Dalam
kegiatan
manajemen
pelaksanaan
perjanjian
KPBU
dilaksanakan, PJPK memastikan pelaksanaan perjanjian penjaminan
dan perjanjian regres agar tidak menyimpang dari ketentuanketentuan yang telah disepakati sebelumnya.
d. Simpul KPBU membantu PJPK untuk mengawasi dan mengendalikan
jalannya pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disepakati dan tercantum dalam perjanjian KPBU.
e. Masa ...
F. Pemenuhan ...
Kepala ...
-37-
3.
4.
5.
6.
BAB V ...
-38BAB V
TATA CARA PELAKSANAAN
PROYEK KPBU ATAS PRAKARSA BADAN USAHA
A. Ketentuan Umum
1. Badan Usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU dengan
mengusulkan kepada PJPK berdasarkan tata cara pelaksanaan KPBU
atas prakarsa Badan Usaha.
2. Usulan Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1,
dievaluasi oleh PJPK sebelum ditetapkan sebagai KPBU atas prakarsa
Badan Usaha.
3. Tata Cara Pelaksanaan KPBU atas prakarsa Badan Usaha bertujuan
untuk:
a. memastikan transparansi dan persaingan dalam pelaksanaan
pengadaan Badan Usaha Pelaksana berdasarkan perjanjian
KPBU;
b. meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola yang baik dari PJPK
dalam melaksanakan KPBU atas prakarsa Badan Usaha; dan
c.
memastikan kesiapan Badan Usaha dalam menyiapkan usulan
KPBU atas prakarsa Badan Usaha dengan memberikan
pedoman mengenai:
1) tujuan usulan KPBU diajukan;
2) informasi dan dokumen yang dipersyaratkan dalam KPBU
usulan Calon Pemrakarsa; dan
3) tahapan dan langkah-langkah serta kerangka waktu dalam
proses pengambilan keputusan untuk memberikan
persetujuan atas usulan KPBU yang diprakarsai oleh
Badan Usaha.
B. Tahapan proses persetujuan Usulan KPBU atas Prakarsa Badan
Usaha.
1. Proses untuk memperoleh persetujuan dari PJPK bagi Calon
Pemrakarsa untuk mempersiapkan KPBU dengan menyelesaikan
Dokumen Prastudi Kelayakan, terdiri dari 4 (empat) kegiatan:
a. Calon Pemrakarsa menyampaikan surat pernyataan maksud
(letter of intent) untuk mengajukan usulan pengembangan KPBU
kepada PJPK.
b. PJPK menilai Prastudi Kelayakan KPBU dengan kriteria:
1) terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada
sektor yang bersangkutan;
2) layak secara ekonomi dan finansial; dan
3) Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki
kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai
pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.
c. PJPK ...
-39c.
d.
PJPK
menilai
kualifikasi
Calon
Pemrakarsa
dengan
mengevaluasi kemampuan dan rekam jejak Calon Pemrakarsa
dalam penyiapan, transaksi, pembiayaan, pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan KPBU;
PJPK membuat keputusan:
1) Dalam hal PJPK memberikan persetujuan atas Prastudi
Kelayakan KPBU, PJPK menerbitkan surat persetujuan
yang memuat:
a) hak eksklusif Calon Pemrakarsa selama jangka waktu
tertentu untuk menyelesaikan Studi Kelayakan KPBU;
b) kewajiban untuk menyiapkan Studi Kelayakan dan
mematuhi tata cara KPBU atas prakarsa Badan Usaha
sesuai dengan Panduan Umum; dan
c) kewajiban untuk menyampaikan usulan bentuk
kompensasi.
2) Dalam hal Prastudi Kelayakan KPBU ditolak, PJPK
menerbitkan
surat
pemberitahuan
kepada
Calon
Pemrakarsa.
-40-
7.
8.
9.
10.
b. Seluruh ...
-41b.
Seluruh
Studi
Kelayakan
beserta
dokumen-dokumen
pendukungnya serta merta beralih menjadi milik PJPK tanpa
memperoleh bayaran atau kompensasi dalam bentuk apapun.
11. Dalam hal pemberian kompensasi yang ditetapkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud pada angka 9 huruf a butir 1).d) adalah
dalam bentuk pembelian Prakarsa KPBU termasuk Hak Kekayaan
Intelektual yang menyertainya oleh PJPK atau oleh pemenang lelang,
maka:
a. Badan Usaha Pemrakarsa diperkenankan mengikuti penawaran
sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen Pengadaan yang
diatur lebih lanjut dalam peraturan kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
b. Pembelian prakarsa KPBU merupakan penggantian oleh PJPK
atau oleh pemenang tender atas sejumlah biaya langsung yang
berkaitan dengan penyiapan KPBU yang telah dikeluarkan oleh
Badan Usaha Pemrakarsa;
c.
Besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh Badan Usaha
Pemrakarsa ditetapkan oleh PJPK berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh penilai independen yang ditunjuk oleh PJPK;
d. Badan Usaha Pemrakarsa yang telah memperoleh kompensasi
dalam bentuk pembelian prakarsa, dilarang menggunakan atau
mengungkapkan sebagian maupun seluruhnya untuk tujuan
apapun dan dengan siapapun tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PJPK;
12. Dalam hal pengadaan tanah, PJPK secara formal menyiapkan proses
pelaksanaan
pengadaan
tanah
dengan
terlebih
dahulu
mempersiapkan anggaran untuk pengadaan tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
13. PJPK menyerahkan Dokumen Studi Kelayakan kepada BUPI untuk
memperoleh Jaminan Pemerintah sesuai dengan mekanisme yang
diatur melalui peraturan perundang-undangan, apabila diperlukan.
C. Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana atas Prakarsa Badan
Usaha
Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana atas prakarsa Badan
Usaha mengikuti ketentuan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang
diatur oleh peraturan kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.
E. Dokumen ...
-42E. Dokumen
1. Dokumen penting yang dihasilkan pada pelaksanaan Proyek KPBU
atas Prakarsa Badan Usaha adalah:
a. dokumen Prastudi Kelayakan.
b. dokumen AMDAL (KA ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) atau formulir
UKL-UPL yang telah diisi.
c. dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
d. dokumen Studi Kelayakan.
e. dokumen permintaan penawaran.
f.
dokumen perjanjian KPBU.
g. dokumen perjanjian penjaminan.
h. dokumen perjanjian regres.
2. Dokumen Studi Kelayakan sebagaimana dimaksud pada angka 1
huruf d, antara lain:
a. rencana rancang bangun KPBU;
b. rencana bentuk KPBU;
c. rencana pembiayaan KPBU dan sumber dana; dan
d. rencana penawaran KPBU (mencakup jadwal, proses dan cara
penilaian).
3. Kerangka struktur dan isi dokumen sebagaimana pada angka 1
huruf b, huruf c, huruf d, huruf f, huruf g, huruf h dan huruf 1
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV.
BAB VI ...
-43BAB VI
PENUTUP
Panduan Umum ini disusun oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagai pedoman pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong
partisipasi Badan Usaha dan pedoman bagi Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah dalam penyusunan panduan pelaksanaan
KPBU
sesuai
dengan
kewenangan
masing-masing,
agar
penyelenggaraan penyediaan Infrastruktur dapat berjalan efektif dan
efesien.
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
ttd
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL29 MEI 2015
TAHAP II:
PENYIAPAN PROYEK KERJA SAMA
TAHAP III:
TRANSAKSI PROYEK KERJA SAMA
1.
1.
1.
2.
2.
2.
3.
4.
3.
3.
5.
4.
4.
6.
Pengkategorian KPBU.
5.
Output:
Prastudi Kelayakan
Output:
Dokumen Perjanjian KPBU
Dokumen Pelelangan Umum
Dokumen Persetujuan Prinsip
Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan
Dokumen Perjanjian Penjaminan
Dokumen Perjanjian Regres
Izin Lingkungan
Output:
Studi Pendahuluan
Daftar Prioritas Proyek
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Perencanaan
Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah
Bappenas
Mitra Lain
Output
Identifikasi KPBU
berdasarkan
Prioritas
Pembangunan
Nasional
Dokumen
Perencanaan
Pemerintah
Identifikasi proyek
KBPU
Laporan Studi
Pendahuluan dan
Berita Acara
Konsultasi Publik
Penyusunan Studi
Pendahuluan dan
Konsultasi Publik
Lap Studi
Pendahuluan
Penyampaian
usulan KPBU
Melakukan
penyeleksian dan
penilaian terhadap
usulan KPBU
Hasil penilaian
terhadap usulan
KPBU
Tidak Lanjut
Dilanjutkan
menggunakan skema
APBN/D
Lanjut
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Penyiapan
Menteri/Kepala Lembaga/
Kepala Daerah/Direksi
BUMN/Direksi BUMD selaku
PJPK
Bappenas
Mitra Lain
Output
Dokumen
Perencanaan
Pemerintah/
BUMN/BUMD
Menyiapkan Kajian
Awal Prastudi
Kelayakan
Kajian Awal
Prastudi
Kelayakan
Pemantauan
Penyusunan
Dokumen
Pengadaan Tanah
termasuk
Pengajuan
Penetapan Lokasi
(bila diperlukan)
Kementerian
Agraria dan Tata
Ruang/BPN
Kemenkeu untuk
Dukungan
Pemerintah dalam
bentuk Dukungan
Kelayakan
Pengajuan
Rencana
Dukungan dan/
atau Jaminan
Pemerintah
(bila diperlukan)
Penyiapan Kajian
Akhir KPBU
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali
Permohonan Dukungan
dan/atau Jaminan
Pemerintah
BUPI untuk
Jaminan
Pemerintah
Dokumen Prastudi
Kelayakan
Pemantauan
Emmy Suparmiatun
SALINAN.
ANAK LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Tahap Transaksi
Menteri/Kepala Lembaga/
Direksi BUMN/Direksi BUMD
Selaku PJPK
Bappenas
Dokumen
Perencanaan
Pemerintah/
BUMN/BUMD
Pemantauan
Mitra Lain
Penjajakan Minat
Pasar
(Market Sounding)
Output
Berita Acara
Penetapan Lokasi
sesuai dengan
Peraturan Perundangundangan
Kementerian
Lingkungan Hidup
Dokumen Penetapan
Lokasi
Prakualifikasi
Badan Usaha
Pelaksana
Dokumen Pengadaan
Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana
Badan Usaha
Pelaksana,
Kemenkeu, BUPI
Penandatanganan
Perjanjian KPBU
Pemenuhan
Pembiayaan
(Financial Close)
Lembaga
Pembiayaan
- Surat Dukungan
Kelayakan (bila diperlukan)
- Dokumen Perjanjian
Pinjaman
- Izin Lingkungan (sebelum
Prakonstruksi)
Konstruksi Dan
Operasi
Emmy Suparmiatun
SALINAN
ANAK LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
NOMOR 4 TAHUN 2015
TANGGAL 29 MEI 2015
Calon Pemrakarsa
menyusun
Prastudi Kelayakan
dan
menyampaikan
usulan
Kompensasi BU
Penyelesaian Dokumen
Studi Kelayakan dan
Pemenuhan Persyaratan
Prakualifikasi
P
J
P
K
PJPK menerbitkan
Letter to Proceed to
Feasibility Study
Calon Pemrakarsa
melanjutkan dengan
penyusunan Studi
Kelayakan
Dilaksanakan
oleh Calon
Pemrakarsa
Diserahkan
kepada PJPK
Rencana bentuk
kerjsama;
Rencana pembiayaan
proyek dan sumber dana;
dan
Rencana penawaran
kerjasama yang
mencakup jadwal, proses
dan cara penilaian.
SALINAN
ANAK LAMPIRAN VI
Keterangan :
koordinasi
pembentukan
PJPK
Simpul KPBU
PANITIA PENGADAAN
TIM KPBU
ANDRINOF A. CHANIAGO
Emmy Suparmiatun