naungan FIFA (Federation International Football Ascociation) yang merupakan Induk Sepakbola
terbesar di dunia, sepakbola jelas mampu mengundang berbagai perhatian dari semua lapisan
masyarakat dunia tanpa terkecuali.
Dalam kehidupan dunia, sepabola mampu berperan sebagai pihak apapun, baik sebagai penengah
masalah, pemicu masalah, hingga yang paling sering terjadi, Pelecehan terhadap ras tertentu. Isu
SARA ini biasanya dilakukan oleh sekelompok yang berkepentingan ketika sebuah pertandingan
sedang dijalankan. Para pendukung salah satu tim (Supporter) biasanya secara tidak langsung
akan melecehkan Supporter bahkan pemain dari tim yang dilawan oleh tim kebanggaannya.
Masalah Rasisme merupakan masalah yang sangat serius untuk ditanggapi, karena jika tidak
segera ditanggapi, Rasisme akan membuat konflik yang lebih serius dan lebih besar lagi
dikemudian hari. K o n d i s i r a s i s me ya n g t e l a h h i d u p d i E r o p a s e j a k z a m a n d u l u
i k u t menciptakan kondisi yang ideal untuk melakukan pelanggaran rasis pada masa sekarang.
Tak diragukan lagi bahwa pada kondisi seperti itu pemain, supporter, dan staff pelatih yang
berkulit hitamlah yang paling menderita dan yang paling sering mendapat perlakuan
rasialis dari masyarakat Eropa. Karena itu, perlu dilakukan upaya -upaya bersama
secara lebih serius guna memastikan bahwa pemain berwarna kulit hitam yang bermain di
Piala Dunia 2014 Brasil tidak akan mendapat perlakuan Rasial lagi .
Sejak era sepakbola modern, berbagai kasus rasisme sudah sering terjadi di dunia sepakbola
bahkan hampir setiap tahun, kasus rasisme yang terjadi paling sedikit 10 kasus baik antar
supporter maupun antar pemain dilapangan. Memang, FIFA langsung memberi sanksi terhadap
para pelaku masalah Rasis, tetapi belum ada jalan yang signifikan untuk mengurangi
kemunculan masalah ini dikemudian hari. Berbagai kasus misalnya, kasus Rasis yang dilakukan
oleh Luiz Suarez terhadap Defender Machester United ,Patrice Evra , kasus Rasis yang
dilakukan oleh supporter Manchester City terhadap Mario Balotelli, adalah beberapa dari sekian
kasus besar yang ada.
Pada dasarnya, manusia itu adalah sama harkat dan martabatnya oleh sang Pencipta, tidak ada
yang duduk lebih tinggi dan tidak ada yang duduk lebih rendah. Dalam konsepsi Human of
Rights ( Hak Asasi Manusia) manusia itu mempunyai hak dasar yang sama, yaitu hak untuk
memperoleh kenyamanan dan keamanan, hak untuk hidup, hak untuk menyatakan kebebasan
opini tanpa kekangan dari berbagai pihak lain, hak untuk mendapatkan perlindungan, dan
berbagai hak yang lainnya yang menyangkut persamaan antara manusia dengan manusia yang
lainnya . Masalah perbedaan latar belakang, Ras kulit putih dan kulit hitam, hanyalah
keberagaman anugerah yang diberikan Oleh Tuhan pada kita semua. Melalui Kegiatan ini,
mudah-mudahan kasus Rasisme akan semakin bisa teratasi dan pihak yang bersangkutan bisa
saling menghargai satu sama lain tanpa mengatasnamakan perbedaan latar belakang, terutama
perbedaan Ras.
Salah satu factor yang menyebabkan terjadinya kasus yang menyangkut Rasisme dalam
sepakbola adalah kurangnya tekanan dan motivasi dari pihak penyelenggaran turnamen untuk
mengatasi terjadinya rasisme. Permasalahan seperti ini terlalu dianggap ringan dan sepele oleh
peihak penyelenggara dan public, padahal pihak yang menjadi korban rasisme ( bagi Pemain
sepakbola maupun supporter tim) akan menciptakan efek psikologis yang sangat buruk.
Terutama bagi pemain sepakbola yang menjadi korban rasis, tekanan batin akan menjadi
rintangan terbesar dalam suatu turnamen, seperti turnamen sekelas Piala Dunia, Liga Champions,
Euro, Copa Amerika, dan lain-lain.
Lalu, bagaimana kita menanggulangi masalah rasis yang terjadi pada Supporter dan Pemain di
lapangan? Salah satu caranya adalah dengan memberikan motivasi positif bagi para pemain dan
supporter di lapangan dengan beberapa media langsung seperti iklan anti rasis, sosialisasi anti
rasis (kampanye) di beberapa stadion sepakbola di Eropa dan benua lainnya, serta
mencantumkan hal yang berbau penolakan rasis disetiap atribut pertandingan.
B. Dasar Pemikiran
Perkembangan industry sepakbola semakin meluas dan sangat pesat hingga ke pelosok dunia, hal
ini dibuktikan dengan anggota FIFA, ada sebanyak 207 negara di seluruh dunia atau lebih banyak
dari jumlah anggota PBB yang hanya 200 negara. Hal ini menjadi latar belakang mengapa
sepakbola merupakan kegiatan yang paling popular didunia. Penggila sepakbola bisa melakukan
apa saja untuk mendukung tim yang dibangga-banggakan, demikian juga sang pemain, akan
melakukan apa saja untuk membela timnya sekaligus meningkatkan kecemerlangan kariernya
juga. Tensi panas dalam pertandingan menjadi pemicu terjadinya berbagai konflik pribadi
maupun kelompok berbau SARA terutama Ras. Pihak yang menjadi korban rasis hanya
mempunyai dua pilihan, yang pertama menyerang balik baik secara fisik maupun non fisik, dan
cara yang kedua, diam menerima serangan Rasis dan menderita tekanan batin.
Oleh karena itu, kegiatan FIFA NO AGAINST RACISM ini bersama FIFA ini akan
mengusung kegiatan seperti Kampanye anti rasis beberapa Stadion sepakbola, tulisan anti rasis
disetiap atribut pertandingan sepakbola, dan iklan tentang anti rasis yang akan ditayangkan di
jeda pertadingan selama 15 menit di Stadion sepakbola maupun di TV yang menjadi Broadcaster
Piala Dunia 2014 Brasil.
C. Tema dan Judul Kegiatan
Tema Kegiatan
: Anti Rasis
Judul Kegiatan
Slogan
:-
D. Tujuan Kegiatan
1. Untuk mengurangi konflik Rasis antar pemain sepakbola, penggemar, terutama supporter.
2. Untuk memberikan kesadaran kepada pihak yang sering melakukan kasus Rasis agar
mau menerima keberadaaan individu dari latar belakang manapun.
3. Meningkatkan kerja sama dan rasa persaudaraan setiap individu (baik pemain maupun
supporter dari seluruh ras) dalam setiap pertandingan.
E. Bentuk Kegiatan
1.
Kampanye anti rasis di 12 Stadion yang akan digunakan sebagai tempat turnamen Piala
3.
Pembuatan iklan anti rasis yang akan ditayangkan di semua Broadcaster Piala Dunia
2014. Beberapa pemain besar akan turut berpartisipasi dalam pembuatan iklan anti rasis
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
seperti :
Didier Drogba
Cristiano Ronaldo
Lionel Messi
Robin Van Persie
Yaya Toure
Shinji Kagawa
Steve Mandanda
Mark Scwarzher
Samuel Etoo
Mesut Ozil
G. Undangan
a. Presiden FIFA Seep Bletter
b. Presiden dari setiap Negara yang akan bertanding.
c. Presiden dari masing-masing federasi masing-masing benua seperti AFC oleh Bin
Hamman, UEFA oleh Michel Platini, Conmenbol, CAD, Oceania, dan Amerika Latin.
d. Ketua Asosiasi Pemain Anti rasis, Thierry Henry
e. Pihak Sponsorship
f. Pemain-pemain Legendaris seperti George Weah, Ian Rush, Yohan Cryuff, Marco van
Basten, Dennis Berkamp, Tony Adams, Gerd Muller, Diego Maradona, Pele, dan lain-lain.
H. Pelaksana
Humas FIFA
I.
karena dalam satu hari ada 2 pertadingan, maka akan tim akan dibagi menjadi 2 Group
: Jhon Miduk S
( Indonesia)
Sekretaris
: Carel Jessica
( Kongo)
Bendahara
: Christina Stephenson
( Brasil)
Humas
: David Beckham
( Inggris)
: Emmanuel Adebayor
( Togo)
Acara
( Skotlandia)
Dana
: Tim Cahill
(Australia)
Keamanan
: Kanu
( Ghana)
K. Anggaran
Pemasukan
1.
2.
a.
b.
c.
d.
FIFA
: USD 50.000.000,00
Pihak Sponsorship :
Fly Emirates
: USD 32.000.000,00
Adidas
: USD 15.000.000,00
Samsung
: USD 12.500.000,00
Chevrolet
: USD 12.500.000,00 +
Total Pemasukan
: USD 122.000.000,00
Pengeluaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Transportasi
Tulisan Anti Rasis Jersey
Kampanye Anti Rasis
Spanduk anti rasis
Biaya pembuatan Iklan
Biaya Penayangan Iklan
Tulisan Anti rasis Tiket
Honor Partisipan
Total Pengeluaran
: USD 5.000.000,00
: USD 2.000.000,00
: USD 15.000.000,00
: USD
100.000,00
: USD 7.900.000,00
: USD 50.000.000,00
: USD
500.000,00
: USD 41.500.000,00 +
USD 122.000.000,00
L. Penutup
Demikian proposal ini kami buat sebagai salah satu acuan dalam melaksanakan kegiatan
FIFA NO AGAIST RACISM ini. Akan lebih berarti jika kegiatan ini dapat terlaksana
sebagaimana mestinya. Terimakasih kami ucapakan kepada pihak-pihak yang telah
berpastisipasi atas bantuan dan kerja sama yang telah dikorbankan.
Hormat Kami
Ketua Pelaksana
Jhon Miduk S
NIP.0097666614552
Sekretaris
Karel Jessica
NIP.009788163980
perusahaan, tetapi juga kepedulian kepada masyarakat untuk mencapai sukses dalam
memperoleh simpati atau empati dari publiknya, hal ini juga merupakan fungsi dari PR. Jamu
sebagai obat tradisional Indonesia sudah dikenal sebagai bagian dari kebudayaan yang telah
berkembang dari generasi ke generasi. Banyaknya industri jamu sekarang ini seperti PT Sido
muncul, PT Jamu Jago menyebabkan tingkat persaingan semakin tinggi, untuk mampu bertahan
setiap perusahaan harus mampu memenangkan persaingan bisnis, serta dapat mencapai
tujuanperusahaan. Salah satujamu tradisional yang masih eksis sampai dengan sekarang ini
adalah jamu Nyonya Meneer Untuk bisa bertahan dalam persaingan , perusahaan harus
mempunyai keunggulan bersaing ( competitive advantage ) dibandingkan dengan kompetitornya.
Keunggulan bersaing akan menjadi senjata untuk menaklukkan pasar dan kompetisi. Sejalan
dengan persaingan yang semakin tajam, banyak berbagai jenis produk atau jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan kepadakonsumen. Perusahaan harus bisa menetapkan, menerapkan kebijakan
dan kegiatan yang tepat untuk konsumen maupun pesaing dalam mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya. Dalam menghadapi persaingan tersebut, dibutuhkan suatu usaha untuk menarik
sebanyakmungkin pembeli yang ada, karena dengan semakin banyaknya pembeli kemungkinan
untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan sangat besar. Selain itu, juga diperlukan usahausaha untuk dapat mempertahankan pembeli yang ada sekarang jika perusahaan sudah berada
pada posisi persaingan yang baik, perusahaan harus bisa menetapkan, menerapkan kebijakan dan
kegiatan yang tepat. Usaha-usahanya seperti mengiklankan hasil produknya ke televisi agar para
konsumen mengetahui keunggulan produk yang akan ditawarkan ke mereka (para konsumen).
Melihat begitu pentingnya, mengetahui bagaimana keputusan yang diambil oleh konsumen
dalam pembelian, maka perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.
Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dan berhubungan dengan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.
Namun demikian untuk mencapai cita-cita tersebut tidaklahmudah sebab dewasa ini persaingan
antar perusahaan sudah sampai pada tahap yang sangat kompetitif. Khalayak ( publik ) adalah
kelompok atauorang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal
maupun eksternal. Meskipun khalayak dari suatu organisasi sangat boleh jadi berbeda dari
khalayak organisasi-organisasi lainnya, tetapi kita dapat mengidentifikasikan adanya sembilan
khalayak utama yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi
secara umum. Adapun ruang lingkup tugas PR dalam sebuah
organisasi atau lembaga antara lain meliputi aktivitas : a. Membina hubungan ke dalam ( public
internal ) Yang dimaksud dengan public internal adalah public yang menjadi bagian dari unit/
badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri. Seorang PR harus mampu mengidentifikasi Humas
PT. Nyonya Meneer memandang bahwa persaingan yang ada justru memunculkan motivasi
untuk lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan dan fasilitas sesuai dengan harapan. Humas
PT. Nyonya Meneer berperan sebagai menjembatani kepentingan perusahaan, khususnya yang
berkaitan dengan aktivitas komunikasi terhadap stakeholders baik internal maupun eksternal
dalam menjaga dan meningkatkan reputasi, citra nama baik perusahaan. Humas juga bertugas
untuk melakukan manajemen konflik yang terjadi dan mengubah sikap public yang antipati
menjadi netral, yang netral menjadi simpati dan yang simpati menjadi mendukung terhadap
kebijaksanaan atau langkah perusahaan. Humas PT Nyonya Meneer dalam menghadapi
persaingan yang ketat yaitu selalu menjaga mutu dan kualitas jamu sehingga kedepan diantara
pesaing. Dan selalu melakukan promosi secara langsung dengan mengadakan event-event
sehingga bisa promosi di acara tersebut. PT. Nyonya Meneer selalu menitikberatkan pada usaha
untuk meningkatkan komunikasi, kualitas dan pelayanannya. Setiap kegiatan humas pasti
berhubungan dengan komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi untuk PR Internal yang
dilakukan antara lain berkaitan dengan internal perusahaan seperti employee gathering, membuat
acara sesuai tema jika ada event, dan jika ada konflik ikut menengahi. Kepuasan pelanggan
merupakan salah satutolak ukur yang menjadikan suatu perusahaan layak atau tidak diakui
keberadaanya. Kegiatan tersebut penting dilakukan agar tetap bisa bertahan di tengah persaingan
yang ada pada saat ini. Kegiatan internal disini yang dimaksud yaitu seperti menerima kunjungan
tamu dari luar perusahaanyang akan berkunjung ke museum Nyonya Meneer. Promosi yang
dilakukan oleh perusahaan tidakakan sampai pada masyarakat jika tidak ada media yang menjadi
perantara. Oleh sebab itu Humas juga berperan dalam memilih media yang akan di gunakan
dalam melakukan promosi.Karena tujuan promosi akan tercapai dengan baik jika pemilihan
media yang digunakan tepat dan sesuai dengan stakeholder yang dituju. Hal itulah yang menjadi
landasan mengapa yang memilih media promosi adalah Humas yaitu karena Humas dianggap
paling mengerti stakeholder dari perusahaan. Media Humas adalah berbagai macam sarana
penghubung yang dipergunakan seorang Humas dengan publiknya, yaitu publik internal dan
eksternal untuk membantu pencapaian tujuan dari perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan Me
dia Relations, dimana media relations ini salah satunya berwujud Press Release. Press Release
merupakan informasi mengenai kegiatan yang dilakukanoleh suatu organisasi atau instansi dalam
bentuk berita yang dibuat oleh Humas ( hal tersebut dilakukan oleh pihak Marketing
Komunikasi) suatu organisasi atau instansi yang disampaikan kepada media massa, cetak dan
elektronik, untuk selanjutnya dipublikasikan dalam media tersebut. Setelah meliput mengenai
segala macam kebijakan dan program PT. Nyonya Meneer, kemudian hasil liputan akan dibuat
release dan dimuat pada media tersebut untuk selanjutnyadipublikasikan dalam media, siaran
press berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada wartawan atau media massa baik
melalui petugas humas langsung maupun melalui mesin faksimili lekanta media yang dituju.
Press Release ini dilakukan apabila ada suatu hal yang dirasa perlu. Pembuatan iklan dan
promosi penjualan merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh Humas PT. Nyonya Meneer
Semarang. Setiap bulannya selalu ada promosi penjualan yang diberikan oleh PT. Nynya Meneer
dan promosi ini disalurkan melalui media-media yang telah dipilih oleh Public Relations. De
ngan adanya media-media tersebut diharapkan promosi yang diberikan oleh PT. Nyonya Me
neer dapat tersebar luas dikalangan masyarakat. Bentuk promosi lain lewat media el
ektronik menggunakan televisi untuk menyebarluaskan informasi, karena dengan melalui televisi
apa yang ingin disampaikan Humas dapat terlaksana dengan baik maksud dan tujuannya. Siaran
televisi merupakan sarana yang paling cepat, mudah dipahami dan dimengerti oleh semua
lapisan masyarakat dari yang bertempat tinggal di desa dan di kota dan untuk semua usia. Selain
hal itu dengan melalui televisi, seseorang langsung bisa mengerti dengan melalui gambar yang
ditampilkan sehingga masyarakat yang buta huruf sekalipun akan mengetahui maksud tersebut.
Seperti dalam penayangan iklan di stasiun televisi seperti TRANS &, RCTI, SCTV. Selain itu
Humas PT. Nyonya Meneer juga menggunakan radio Hot FM yang merupakan salah satu radio
dikota Semarang. Radio ini dipilih sebagai media promosi tidak lain karena radio ini sudah
cukup dikenal oleh masyarakat. Dimana konsep siarannya dan target segmentasinya meliputi
masyarakat dengan rata-rata umur remaja hingga dewasa, status sosialnya adalah menengah
dahingga menengah ke atas. Event merupakan salah satu tools atau ta
ktik yang digunakan Public Relations untuk berkomunikasi dengan khalayaknya. Mengelola
event ada dalam logika pengembangan strategi Public Relations. Event memang bukanl
ah satu-satunya program dan tugas Public Relations. Public Relations bukan berarti hanya
mengelola event, namun demikian keahlian dalam menyelenggarakan event diperlukan bagi
seorang Public Relations. Peran humas PT Nyonya Meneer yaitu sebagai penghubung dalam
berhubungan dengan stakeholder. Hal yang berkaitan dengan masalah intern disini sebagai
jembatan antara karyawan dengan perusahaan sedangkan untuk ekstern sebagai jembatan antara
karyawan dengan pihak luar yang mana artinya sangat luas karena tugasnya intinya untuk
tetap menjaga citra dari PT. Nyonya Meneer, disamping itu juga bertugas untuk mengetahui dan
mengevaluasi opini public tentang citra perusahaan, media komunikasi dengan pihak luar
(perusahaan, instansi, media cetak, media elektronik). Humas PT. Nyonya Meneer menggunakan
Media Elektronik dan Massa untuk mempublikasikan produk serta kegiatan atau pameran yang
diselenggarakan oleh pihak PT. Nyonya Meneer. Penting sekali dalam sebuah kegiatan Public
Relations menjalin hubungan pers atau Media Relations yang baik dengan para pemimpin dan
reporter / wartawan surat kabar, majalah, radio dan televisi. Perlakuan yang berdasarkan like dan
dislike dalam memberikan keterangan dapat menimbulkan adanya berita berita atau tulisan
tulisan yang tidak akurat, bahkan berita yang tidak benar tentang organisasi / perusahaan itu yang
mungkin dapat membawa kerugian. ( Abdurachman, 2001 : 41 )Press Release merupakan
informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau instansi dalam bentuk
berita yang dibuat olehHumas ( dalam hal tersebut disini dilakukan oleh pihak Marketing
Komunikasi) suatu organisasi atau instansi yang disampaikan kepada media masaa ( cetak dan
elektronik ) untuk selanjutnya dipublikasikan dalam media tersebut. Setelah meliput mengenai
segala macam kebijakan dan program PT. Nyonya Meneer, kemudian hasil liputan akan dibuat
release dan dimuat pada media massa ( cetak dan elektronik ) untuk selanjutnya dipublikasikan
dalam media, siaran press berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepadawartawan atau
media massa baik melalui petugas humas langsung maupun melalui mesin faksimili lekanta
media yang dituju. Press Release / siaran pers sebagai publisitas yaitumedia yang banyak
digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita Istilah Press Release
mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan dengan media cetak ( Surat kabar da
n majalah ), tetapi mencangkup media elektronik ( Radio dan televisi ). ( Soemirat dan Ardianto,
2002 : 129 ).Press Release yang dilakukan Public Relations ( Dalam hal tersebut disini dilakukan
oleh pihak marketing komunikasi ). Sebelum atausetelah suatu acara atau kegiatan
yangdilakukan, merupakan siaran berita yang dibagikan kepada wartawan / media massa baik
melalui petugas humas langsung maupun melalui mesin faksimili ke kantor media yang dituju
. Keberadaan Jamu Nyonya Meneer di tengah persaingan tidak dapat terlepas dari perananmedia.
Membina hubungan media dan pers ( Media Press Relations ) merupakan bagian dari fungsi
humas, khususnya sebagai alat, pendukung, atau media kerjasama untuk kepentingan proses
publikasi tentang berbagai kegiatan program kerja atau demi kelancaran aktivitas komunikasi
humas dengan pihak publik dan sasarannya. ( Ruslan, 2002 : 170 ) Media mempunyai
kemampuan dalam menciptakan publikasi yang cukup tinggi melalui kerjasama dengan pihak
yang bersifat stimultaneity effect ( efek keserempakan ), maupun efek mendramatisir, atauefek
publisitas yang luar biasa besar pengaruhnya ( infuencing spheres )terhadap pembentukan opini
publik ( publik opinion ) dalam jangka waktu relatif singkat, dan bersamaan dengan jangkauan
jumlah pembaca atau audiencenya lebih luas yang tersebar diberbagai tempat atau kawasan.
( Ruslan, 2002 : 170 )Media audio atau media elektronik yang digunakan sebagai alat promosi
atau pemberitahuan tentang info lain yang menyangkutkeberadaan Nyonya Meneer adalah Radio
Hot Fm. Nyonya Meneer telah menjalin kerjasama dengan Radio Hot Fm yang merupakan
saluran stasiun radio yang cukup terkenal dan mempunyai audince dalam jumlah yang relatif
banyak, sehingga pesan dapat disampaikan dalam jangkaun luas dan waktu yang cepat lainnya
mempunyai pendengar atau pemirsa dalam jumlah besar dan tersebar. Selain menggunakan
Radio, Humas PT. Nyonya Meneer juga menggunakan televisi seperti dalam penayangan iklan di
stasiun TV seperti TRANS 7, RCTI, SCTV. Kelebihan media audio atau elektronik : pesannya
mudah diterima ataudiingat pemirsa, dan daya pengaruhnya lebih tinggi. Kelemahannya : relatif
lebih mahal ( high cost), penyampaian pesan atau berita tidak menyeluruh karena jam siarnya
harus menghemat waktu yang sangat ketat dan biayanya dihitung per detik. ( Ruslan, 2002 : 203204 ) Banyaknya persaingan perusahaan jamu yang terjadi saat ini, mengenai suatu kualitas
dan mutu barang terutama kualitas jamu yang sering dikonsumsi masyarakat, karena kualitas
yang baik menentukan perkembangan atau kemajuan perusahaan jamu. Tetapi semua
perusahaan jamu yang ada melakukan persaingan itusecara sehat. Ada salah satu perusahaan
jamu yang terkenal di Semarang yaitu Ny. Meneer. Perusahaan jamu ini menghadapi persaingan
tersebut dengan mengadakan event atau promosi kepada masyarakat. Humas memandang bahwa
persaingan sebagai hal positif yang dapat dimanfaatkan untuk memacu Nyonya Meneer menjadi
lebih baik. Persaingan yang ada saat ini bukan merupakan suatu hal yang harus ditakuti
dihindari, justru Nyonya Meneer harus memandang positif dan persaingan memang suatu hal
yang pasti ada.
ABSTRACT
Public Relations see that competition as positive thing can be used to make PT. Nyonya Meneer
better. The currentcompetition is not something tobe feared / avoid, instead of PT. Nyonya
Meneer have to look at the positive and the competition was a sure thing that
happened.Competition also can not be denied asthe influence of the rapid advancement of
science and technology development makes information flow and human needs have also
increased. In an effort to face competition with other herbal industry Public Relations PT.
Nyonya Meneer activities in cooperation with relevant institutions or agencies in the conduct of
these activities. The purpose of this study aims to describewhat acivities are undertaken PR
(Public Relations) PT. Nyonya Meneer in the face of competition with other herbal medicine
industry. In this study, the type that is used is descriptive research using a qualitaive in depth
interviewes were Ms. Emi as Public Relations, Mrs. Dini as Public Relations Staff. From the
survey results revealed that PT. Nyonya Meneer has a lot of Public Relations activities in order to
face competition with other herbal medicine industry. Activities these activities include visits
of Students Receiving, School children, Nor Foreign Guests of Social Organizations and
Researhers; Media Relations established with the various mass media such as the Kompas
newspaper, Bernas Jogja, Indonesia and the Media;Event or Exhibition Products such as by
Healthy Gymnastics held activities Nyonya Meneer, Nyonya Meneer Agent Gathering Event,
participation in Hotel Ciputra enlive anniversary by opening a booth/stand.
ABSTRAKSI
Judul Tugas Akhir : KEGIATANHUMAS/PR PT. NYONYA MENEER DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN DENGAN INDUSTRI JAMU LAINNYA
Nama : Daniar Surya Nugrahani
NIM : D0C006029
Public Relations memandang bahwa persaingan sebagai hal positif yang dapat dimanfaatkan
untuk memacu PT. Nyonya Meneer menjadi lebih baik. Persaingan yang ada saat ini bukan
merupakan suatu hal yang harus ditakuti / dihindari, justru PT. Nyonya Meneer harus
memandang positif dan persaingan memang suatu hal yang pasti ada. Persaingan tidak hanya
muncul dari dunia pelayanan jasa saja, tetapi pada bidang lain juga. Adanya persaingan juga
tidak dapat dipungkiri merupakan pengaruh dari makin majunya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadikan arus informasi dan kebutuhan manusia juga semakin
meningkat. Dalam upaya menghadapi persaingan dengan industri jamu lain Public Relations PT.
Nyonya Meneer melakukan kegiatan-kegiatan bekerjasama dengan instansi atau lembaga terkait
dalam mengadakan kegiatan tersebut. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan
kegiatan-kegiatan apa sajakah yang dilakukan PR ( Humas ) PT. Nyonya Meneer dalam
menghadapi persaingan dengan industri jamu lainnya. Pada penelitian ini, tipe riset yang dipakai
yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam (in depth interview)
kepada narasumber sebagai alat pengumpulan data. Adapun narasumber yang diwawancarai
adalah Ibu Emi sebagai Humas, Sdri. Dini sebagai Staff Humas. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa PT. Nyonya Meneer memiliki banyak kegiatan Public Relations guna menghadapi
persaingan dengan industri jamu lainnya. Kegiatan kegiatan tersebut diantaranya adalah Mene
rima kunjungan dari Mahasiswa, Anak-anak sekolah, Tamu Asing Maupun dari Organisasi So
sial dan Peneliti; Media Relations menjalin dengan berbagai Media Massa seperti dengan
Koran Kompas, Bernas Jogja, dan Media Indonesia; Event atau Pameran Produk diantaranya
dengan mengadakan kegiatan Senam Sehat Nyonya Meneer, Acara Temu AgenNyonya Meneer,
Keikutsertaan dalam memeriahkan HUT Hotel Ciputra dengan membuka stand.
F. SUSUNAN PANITIA
Terlampir pada lampiran 1
G. ANGGARAN BIAYA
Terlampir pada lampiran 2
H. KOMPENSASI SPONSOR
Terlampir pada lampiran 3
I. PENUTUP
Demikianlah kiranya semoga pelaksanaan kegiatan Lomba Model Tahun 2010 ini dapat
menumbuhkembangkan karakter bangsa yang besar sekaligus dapat menjadi wadah atau media
para pemuda yang memiliki bakat dan kemampuan bisa dapat tersalurkan kearah yang positif.
Semoga Tuhan YME memberikan berkah dan ridhoNYA kepada kita semua teristimewa kepada
seluruh pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini sehingga bisa sukses
dan sesuai dengan harapan kita semua.
RIZQI NOERIALANSYAH
Ketua Pelaksana
LAMPIRAN 1
SUSUNAN PANITIA KOMPETISI MODEL
Penanggungjawab
Ketua Pelaksana
Sekretaris
Bendahara
Seksi Publikasi
Seksi Perlengkapan
Seksi Perijinan
Seksi Konsumsi
Seksi Dokumentasi
Seksi Keamanan
Seksi Acara
: IMBAR WIDAYATI
: JANUARIS
: RIZQI NOERIALANSAH
: FEBRINA
: HENDI ALI KARSO
: FIRMAN
WAHYU
: ROMY
: BETHA
: IRWAN
: RUDI Z.
: INDRA
ANGGUN
LAMPIRAN 2
ANGGARAN BIAYA
1. KESEKRETARIATAN
2. PERLENGKAPAN
Sewa Gedung
Sewa Meja + kursi
Penataan Ruang & kebersihan Gedung
Sound System + Diesel
Pembuatan Kaos Panitia + ID Card
4. HUMAS & PUBLIKASI
Iklan di media elektronik
Iklan di media cetak
5. DOKUMENTASI
Foto
6. KONSUMSI PANITIA
Katering 2 kali x 15 Orang x Rp. 10.000
7. KEAMANAN
- internal Panitia
- External ( KEPOLISIAN )
8. HONORARIUM
- Panitia 12 Orang x Rp. 125.000
BIAYA TAK TERDUGA 20%
--------------------TOTAL ANGGARAN
: Rp.
200.000
: Rp. 1.500.000
: Rp. 500.000
Rp. 500.000
: Rp. 750.000
: Rp. 500.000
Rp. 500.000
: Rp. 200.000
: Rp.
250.000
Rp.
300.000
: Rp.
: Rp.
100.000
250.000
: Rp. 1.500.000
: Rp. 1.440.000
: Rp.8.640.000
Jadi, special events tersebut merupakan suatu peristiwa istimewa atau khas yang tengah
berlangsung, dan dirancang secara khusus dalam program acara kehumasan, yang dikaitkan
dengan event tertentu (specials event PR programme).
Ciri-ciri khas dari fungsi Humas menurut Center dan Canfield (dalam Ardianto, 2009:104) yaitu:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi dan menciptakan citra
dan kepercayaan.
2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya (publik eksternal dan
internal).
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, yaitu menyebarluaskan informasi melalui
berbagai macam program acara dari organisasi kepada publik, dan menyalurkan opini public
kepada organisasi.
4. Melayani keinginan publiknya, dan mampu menasihatkan pimpinan organisasi demi
tercapainya tujuan kebaikan bersama.
Sehubung dengan penjelasan fungsi PR atau kehumasan tersebut di atas, dan jika dikaitkan
dengan kegiatan kehumasan dalam special events tersebut, maka fungsinya adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memberikan informasi secara langsung (bertatap muka), dan mendapatkan hubungan
timbal balik yang positif dengan publiknya melalui program kerja atau acara-acara yang sengaja
dirancang, dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam kegiatan serta program kerja
kehumasan tertentu.
2. Sebagai media komunikasi dan sekaligus publikasi, dan pada akhirnya masyarakat atau
publik sebagai target sasarannya akan memperoleh pengenalan , pengetahuan, dan pengertian
yang mendalam. Diharapkan dari acara khusus tersebut dapat tercipta citra positif terhadap
perusahaan/lembaga, atau produk yang diwakilinya.
Bentuk special events, biasanya, manajemen harus melihat acara kalender tahunan, melihat pada
tahun (calendar of event) dari tahun tertentu, kemudian menyusun rencana kerja suatu acaraacara program khususnya (special event), baik menyangkut perusahaan, maupun produk yang
ingin dipublikasikan dengan teknik atau pendekatan jurnalistik (press relationship), dan promosi
periklanan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa khusus (event) tertentu, yang secara
sengaja dirancang atau ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan perencanaan dan program/acara
Humas yaitu, regular and special events of PR programme.
Misalnya, bulan agustus tanggal 17 merupakan peristiwa khusus untuk menyambut hari nasional,
yang berkaitan dengan peringatan hari proklamasi RI. Acara tersebut diperingatkan secara
periodik oleh Negara Indonesia. Begitu seterusnya menjelang akhir tahun, aka nada pula event
tertentu, misalnya untuk menyambut Hari Natal dan Tahun Baru, serta menyambut Bulan Suci
Ramadhan (bulan puasa), dan akan diikuti kegiatan keagamaan hari Lebaran untuk umat islam.
Rencana atau aktivitas kerja Humas dimulai dari menentukan suatu daftar acara tahunan tertentu
(regular of yearly event), yang kemudian dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa khusus (special
events) yang akan terjadi berulang-ulang, dan sepanjang pergantian tahun dan secara periodik,
secara konstan. Misalnya, bentuk-bentuk special events yang telah dikenal sebagai berikut
(Ardianto, 2009:106) :
a. Festival
b. Parade
c. Fair
d. Seminar
e. Open house
Events (acara/peristiwa) yang dikenal dalam aktivitas kehumasan (Ardianto, 2009:106).
Misalnya:
1. Calendar of events, yaitu acara rutin (regular events) yang dilaksanakan pada hari, bulan,
tahun tertentu secara periodik, dan berulang-ulang (rutin) diselenggarakan sepanjang tahun
kalender.
2. Momentum events, yaitu acara yang sifatnya khusus yang dilaksanakan pada momen-momen
tertentu di luar acara rutin tersebut. Misalnya, peluncuran produk barang/jasa pelayanan tertentu,
pembukaan kantor baru, ulang tahun perusahaan, dan sebagainya, yang dianggap sebagai momen
oleh pihak lembaga atau Humas untuk mengadakan suatu acara istimewa, yang perlu
diperingatkan dan dipublikasikan.
Kategori Special events (Ardianto, 2009:106) tersebut secara garis besar ada tiga jenis, yakni:
a. Acara suatu peresmian
b. Acara peringatan tertentu
c. Acara komersial (Profit Making) atau non komersial (Social Community Relations)
Hal lain sebagai pendukung keberhasilan dalam pelaksanaan (action Planning) special events
tersebut terkait dengan (Ardianto, 2009:107) :
1. Penyusunan jadwal, mulai dari persiapan, pelaksanaan atau kegiatan dari special events itu
sendiri, dukungan dana (budget), fasilitas, personel (manajemen), serta kemudian evaluasinya.
2. Personel yang terkait, bagaimana (how) kesiapan dari pengisi tim acara atau penuntut acara
(master of ceremony). Siapa (who) pengunjung yang hadir, dan apakah terdiri dari para pembeli
undangan, pejabat tinggi, atau eksekutif. Mungkin, masyarakat umum, yang tanpa melalui
undangan resmi atau cukup melalui pengumuman tertentu, juga datang. Pihak sponsor, rekanan,
atau business relations dari lembaga atau instansi tertentu yang dirangkul untuk kerja sama.
Kalangan donatur, dermawan, dan perorangan yang disesuaikan dengan apa, mengapa, dan
bagaimana (What, Why, dan How) dari tujuan, maksud, dn tema dari special events itu
diselanggarakan oleh pihak humas dan pejabat humas tersebut.
3. Tujuan dari special events adalah :
Proses publikasi melalui komunikasi timbal balik, yang pada akhirnya memperoleh
publisitas yang positif.
Memperlihatkan itikad baik dari lembaga, yaitu produk yang diwakilinya, dan
sekaligus memberikn kesan atau citra positif terhadap masyarakat sebagai publik
sasarannya.
Upaya mempertahankan penerimaan masyarakat
Memperoleh rekanan atau pelanggan baru melalui acara special events yang
dirancang
secara
menarik,
informatif,
dan
kreatif
Sumber:
Acara Komersial (new product launching) atau Non Komersial (Social Community
Relations)
Sebagai media komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan publikasi dan akhirnya
media massa atau publik sebagai target sasarannya akan memperoleh pengenalan, pengetahuan,
pengertian yang mendalam dan diharapkan dari acara khusus tersebut dapat menciptakan citra
positif terhadap perusahaan atau lembaga / produk yang diwakilinya.
Suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik yang pada akhirnya akan
memperoleh publisitas yang positif
Perencanaan
Menetapkan rencana kegiatan, baik secara konsep maupun teknis berdasarkan observasi
mengenai kegiatan tersebut serta memprediksi hasil yang dicapainya.
Mengidentifikasikan maksud yang ingin dicapai sesuai skala prioritas organisaisi dan
menetapkan tujuan jangka pendek serta jagka panjang yang disesuaikan dengan visi dan misi
organisasi.
Anggaran
Membuat rancangan biaya yang digunakan untuk mengadakan kegiatan tersebut yang
disesuaikan dengan kondisi keuangan organisasi dan menjalin kerjasama dengan sponsor yang
dilibatkan memperkecil resiko biaya.
Pengawasan
Melakukan langkah-langkah pencegahan untuk menghindari hal-hal yang keluar dari tujuan atau
ada ketidaksesuaian pada proses pelaksaan dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya.
hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda
tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh
dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah
kaum remaja. Kalau dirata- ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu
berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya
narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.
Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah
kelompok usia remaja. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Tahun 2011
terdapat 959 siswa SD yang mengkonsumsi narkoba, meningkat dari Tahun 2010 yang
berjumlah 897 kasus. Sementara dikalangan siswa SMP mencapai 1.345 kasus dan
siswa SMU sebanyak 3.187 kasus. Penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini
menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, berbagai media, baik media elektronik
maupun media cetak memuat berita penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular
dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian
narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja
yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS.
Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Dalam rangka Hari Anti Narkoba Internasional (HANI), kami BNN Cabang Deli Serdang
menyelenggarakan Seminar BAHAYA NARKOBA di SMA Negeri Lubuk Pakam yang
bertujuan untuk sarana pembelajaran lebih bagi generasi penerus bangsa tentang
apakah itu narkoba, jenis-jenis narkoba, dampak buruk penyalahgunaan narkoba, dan
cara pencegahan penyalahgunaan narkoba. Serta dapat terbebas dari narkoba.
II.TUJUAN KEGIATAN
Tujuan Penyelenggaraan kegiatan ini adalah agar remaja sebagai generasi
muda harapan bangsa diharapkan terbebas dari pengaruh dan bahaya
narkoba dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang jenis, dampak buruk
penyalahgunaan
narkoba
dan
dapat
mengetahui
pencegahan
penyalahgunaan narkoba. Untuk itu, remaja yang merupakan bagian dari
masyarakat yang merupakan generasi penerus bangsa serta calon-calon pemimpin
masa depan, diharapkan dapat terbebas dari narkoba sehingga terciptanya kehidupan
yang sehat.
III.TEMA
Seminar tentang bahaya narkoba bagi kaum remaja.
V. TEMPAT PENDAFTARAN
Ruang PSB SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
:120xRp.35.000
PENGELUARAN
1.Proposal
: 2xRp.75.000,00
150.000,00
2.Dokumentasi
Rp.1.000.000,00
3.Pamflet
:
10xRp.100.000,00
Rp.1.000.000,00
4.Sertifikat seminar untuk peserta
Seminar
500.000,00
5.Snack
peserta
dan
penyaji
seminar
Rp.1.000.000,00
6.Nasi kotak peserta dan penyaji
seminar
Rp.3.000.000,00
7.Air mineral dalam kemasan botol : 10dusxRp.25.000,00
250.000,00
8.Dekorasi
500.000,00
9.Bintang
Tamu
+
Sound
System
Rp.2.500.000,00
Total
Pengeluaran
Rp.9.900.000,00
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Konfirmasi final acara seminar kepada Kepala SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
22 Juni 2012
Pembuatan pamflet acara seminar.
24 Juni 2012
Penempatan pamflet dan spanduk sponsor acara seminar.
25 Juni 2012
Persiapan tempat di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
1. Menata ruang Aula SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
2. Membeli segala kebutuhan acara seminar.
3. Konfirmasi ulang kepada pihak Satuan Reserse Narkoba POLRES Deli
Serdang, dan sponsor Showroom Yamaha wilayah Deli Serdang.
26 Juni 2012
Pukul 8.00 WIB
1. Technical meeting panitia acara seminar.
2. Mengevaluasi ulang tempat diselenggaranya acara seminar.
Pukul 14.00 WIB
1. Pihak Satuan Reserse Narkoba POLRES Deli Serdang datang di tempat
acara.
Pukul 14.30 WIB
1. Acara seminar dimulai.
Pukul 17.30 WIB
1. Acara seminar selesai.
XI.PENUTUP
Demikian proposal kegiatan Seminar BAHAYA NARKOBA di SMA Negeri 1
Lubuk Pakam ini kami susun. Harapan kami semoga dengan
diselenggarakannya Acara seminar ini dapat memberikan pengetahuan yang
lebih kepada generasi penerus bangsa akan bahayanya penyalahgunaan
narkoba tersebut. Serta dapat menjadikan penerus bangsa yang bebas dari
narkoba.
Akhir kata, kiranya hanya dengan rida Allah Swt. Dan dukungan dari
berbagai moral dan materil dari semua pihak semoga kami dapat
menyukseskan acara ini.
Lubuk Pakam, Juni 2012
Penanggung Jawab Kegiatan
Ketua Pelaksana
dr.
Mengetahui :
kepala SMA Negeri 1
Lubuk Pakam
Badaruddin Tarigan. M.Pd
PROPOSAL KEGIATAN
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama Kegiatan :
Nama Kegiatan
Jenis Kegiatan
: Seminar
Tanggal Pengajuan
: 24 September 2014
Tanggal Kegiatan
: 17 Oktober 2014
Penyelenggara
Ketua Pelaksana
: Tina Listiani
NPM
: 18211062
Jumlah dana
: Rp. 12.945.000
Menyetujui,
Pembantu Dekan III FE
Universitas Gunadarma
PENDAHULUAN
Dalam forum kehumasan yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Kehumasan
(BaKoHumas) pemerintah dan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tanggal 16-Februari-2010
di Hotel Sahid Jakarta, presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan
bahwa ada 3 hal yang harus diperangi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia yaitu: Korupsi,
Terorisme, Narkotika. Terkait dengan narkoba, hingga saat ini hasil penelitian jumlah
penyalahgunaan narkoba adalah 1,5% dari penduduk Indonesia atau sekitar 3,3 juta orang. Dari
80 juta jumlah penduduk Indonesia, 3% sudah mengalami ketergantungan narkoba serta
sekitar15000 orang telah meninggal dunia setiap hari, 40 orang menjemput maut karena
overdosis narkoba.
Pemakaian narkoba pada akhir-akhir ini semakin marak seiring pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Beberapa kasus melaporkan bahwa pemakaian narkoba
sebagian besar adalah pada usia remaja yang merupakan usia produktif. Bayangkan saja
bagaimana nasib bangsa Indonesia bilamana generasi muda yang pilar penerus bangsa malah
terjerumus dalam lingkaran lembah hitam narkoba. Narkoba akan menimbulkan banyak efek
negative mulai dari kerusakan organ, kerusakan mental, bahkan menyebabkan kematian.
Melihat data di atas, dapat di tarik sebuah benang merah bahwa remaja muda sangat
rentan terhadap penyalahgunaan terhadap obat yang bersifat aiktif tersebut. Maka dari itu perlu
suatu usaha untuk menyelamatkan generasi bangsa dari cengkraman narkoba.
TUJUAN KEGIATAN
BENTUK KEGIATAN
SEMINAR
: Jumat, 17-Oktober-2014
Waktu
Tempat
SUSUNAN PANITIA
Pelindung
Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM
Penasihat
Pembantu Rektor III Universitas Gunadarma, Irwan Bastian, SKom., MMSI
Pembantu Dekan III Universitas Gunadarma, Budi Prijanto, SE., MMSI
Penanggung jawab
Presiden BEM Fakultas Ekonomi, Mario Zefanya
( 12209966 )
( 21209183 )
( 26210889 )
Ketua Pelaksana
Sekretaris
Bendahara
: Tina Listiani
: Ruth Juan Dierdra
: Eka Rohmawati
( 18211062 )
( 26211503 )
( 22210293 )
Seksi Acara
( 21209767 )
( 25211023 )
( 16211268 )
( 25210190 )
( 24211370 )
( 18211674 )
Seksi Dokumentasi
: M. Luthfi Affandi
Gita Puji Astuti
( 24210134 )
( 13211086 )
Seksi Perlengkapan
: Raisa Fidayati
M. Iqbal
Indriyani Dewi
Fahmi Aziz
( 15210596 )
( 14211877 )
( 17211987 )
( 24211812 )
Seksi Konsumsi
: Edwin Sjam
Oktavia Rahmi
Daud Raynaldo
( 22211322 )
( 25211450 )
( 21211754 )
Seksi Registrasi
: Putri Marchela P
Suno Christiawan
Ratu Anggun Pertiwi
( 25210457 )
( 28211609 )
( 25211908 )
Rincian Pekerjaan
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
September
3 4 5
Bulan
1
Oktober
2
3
Peserta :
Mahasiswa Universitas Gunadarma
Undangan :
Rektor Universitas Gunadarma, Prof.Dr.E.S Margianti, SE,MM
Pembantu Rektor III Universitas Gunadarma,Irwan Bastian,Skom,MMSI
Dekan Universitas Gunadarma, Toto Sugiharto, Ir., Msc., Ph.D.
Pembantu Dekan I Universitas Gunadarma, Dr. Emmy Indrayani, SE., MMSI
Pembantu Dekan II Universitas Gunadarma, Dr. Masodah, SE., MMSI.
Pembantu Dekan III Universitas Gunadarma,Budi Prijanto,SE,MMSI
Kepala Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma, Iman Soenhadji, Phd
Kepala Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma, Dr. Imam Subaweh, SE.,Ak.,MM
Presiden dan Wakil Presiden BEM FE Universitas Gunadarma
Mario Zefanya dan Rhesa Radyan
SUSUNAN ACARA
KONSEP ACARA DAN SUSUNAN ACARA
KONSEP ACARA
1. PEMBICARA
2. MODERATOR
3.
PEMBAWA
ACARA
07.00 - 07.30
Briefing panitia
07.30 08.00
Persiapan
Enas
Krispa
Lora
08.00 09.00
Registrasi Peserta
09.00 09.15
09.15 11.15
11.15 11.45
11.45 - 11.55
11.55 12.00
Penutup
ANGGARAN KEGIATAN
Sumber Dana
No.
Sumber Dana
1.
Investasi Peserta
2.
Dana kampus
TOTAL SUMBER DANA
Bentuk
220 @ Rp 35.000,Tunai
Total
7.700.000
5.245.000
12.845.000
Pengeluaran
No.
1.
Komponen Biaya
Kesekretariatan
Acara
Pembicara
2 @ 2.500.00
Moderator
Konsumsi
Snack Peserta
220 @ Rp 7.000,Snack Pembicara dan Undangan
15 @ Rp 15.000,Snack Panitia
30 @ Rp 6.000,-
Publikasi
Pembuatan Spanduk
Pembuatan Backdrop
Pembuatan X Banner
Pamflet dan leaflet
Jumlah
2.
Jumlah
3.
Jumlah
4.
Tiket
Sertifikat
250 @ Rp 10.000,Souvenir
220 @ Rp 7.000,Jumlah
5.
Dokumentasi
Kaset Handycame
Burning Foto & Video
Jumlah
6.
Perlengkapan
Sewa Proyektor
2 @ Rp 100.000
Piagam Penghargaan
2 @ Rp 150.000,Plastik Sampah
Jumlah
TOTAL ANGGARAN
PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat dengan tujuan untuk memberi gambaran informatif
mengenai kegiatan Seminar Anti Narkoba yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Atas bantuan dan dukungan dari pihak Universitas Gunadarma, kami ucapkan terima kasih.
Tina Listiani
Sekretaris
18211062
26211503
Mengetahui,
Presiden BEM Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa sakit dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Berbagai kampanye
anti narkoba dan penanggulangan terhadap orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan
narkoba semakin banyak di dengung-dengungkan. Sebab, penyalahgunaan narkoba bias
membahayakan bagikeluarga, masyarakat, dan masad epan bangsa.
Dampak narkoba jika di salah gunakan seperti halnya singkatan kata tersebut NARKOBA
(narkotika dan obat/bahan berbahaya), memang sangatlah berbahaya bagi manusia. Narkoba
dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya.
Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu biasnya juga memudahkan
seseorang untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah
pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja hingga dewasa.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila penggunaan narkoba, para pemuda tertular dan
menularkan HIV/AIDS di kalangan pemuda. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian.
Bangsa ini akan kehilangan generasai muda yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba
dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan generasi muda sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa dan negara.
Dengan kondisi tersebut, kami selenggarakan kegiatan Seminar Bahaya Narkoba dikalangan
Generasi Muda guna memperbaiki moral pemuda masa kini untuk tidak mengkonsumsi narkoba
agar dapat menjadi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan kegiatan ini di latar belakangi
kenyataan bahwa banyak pemimpin bangsa yang menjadi panutan yang tidak pantas bagi
generasi saat ini ataupun yang akan datang. Selain itu, kegiatan ini kami selenggarakan karena
ingin memberikan penjelasan dan pemahaman bagi para pemuda akan bahaya narkoba, serta
untuk memperkuat moral dan kepribadian yang di miliki para pemuda atau mahasiswa.
II.
NAMA DAN TEMA KEGIATAN
Adapun Nama dan Tema dalam Kegiatan yang akan kami selenggarakan ini yaitu:
Nama Kegiatan
: Seminar Bahaya Narkoba dikalangan Generasi Muda
Tema
: Mewujudkan Generasi Muda Indonesia yang terpelajar,
berprestasi, berkarakter tanpa narkoba.
III. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
Kegiatan Seminar Bahaya Narkoba dikalangan Generasi Muda yang akan dilaksanakan
bertujuan sebagai berikut:
a. Memberikan pemahaman bagi pemuda sebagai generasi penerus agar berakhlak mulia bebas
dari narkoba.
b. Agar peserta seminar dapat lebih memahami tentang bahaya penularan HIV / AIDS, dan
penyakit lainnya yang disebabkan oleh penggunaan narkoba.
c. Memberikan pembimbingan untuk merubah masa depan bangsa dan negara yang lebih baik.
d. Memperkuat mental para pemuda untuk menghadapi dampak globalisasi, terutama masalah
narkoba.
e. Mempererat tali persaudaraan antar mahasiswa yang mengikuti seminar.
IV. SASARAN KEGIATAN
Adapun sasaran dalam kegiatan ini yaitu:
1. Komponen Mahasiswa Universitas Subang.
2. Dosen-dosen.
3. Siswa-siswi SMP, SMA/SMK Kabupaten Subang.
V.
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan Seminar Bahaya Narkoba dikalangan Generasi Muda dilaksanakan pada:
hari/tanggal
waktu
tempat
Sekretaris
Mellika Abdurahman
Lampiran1
ESTIMASI DANA KEGIATAN
Administrasi dan Kesekretariatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
No.
1.
2.
3.
4.
Uraian Keperluan
Stempel
Kertas HVS
Tinta Printer
Volume
1
1 rim
1 paket hitam
1 paket warna
Penjilidan Proposal
15
Foto copy surat-surat
350
Sertifikat
300
Blocknote
350
Bolpoin
350
Stopmap
150
Sub Total
Harga Satuan
Total Harga
25.000
45.000
20.000
35.000
3000
2000
10.000
2000
1.000
1500
25.000
45.000
20.000
35.000
45.000
700.000
3.000.000
700.000
350.000
225.000
5.145.000
Total Harga
250.000
500.000
140.000
400.000
400.000
100.000
1.790.000
Total Harga
1.500.000
200.000
135.000
30.000
1.865.000
Narasumber
No.
Uraian Keperluan
Volume
1.
2.
3.
Plakat
Pembicara
Moderator
3
3
1
Harga
Satuan
150.000
3.500.000
200.000
Sub Total
Total Harga
450.000
10.500.000
200.000
11.150.000
1. PEMASUKAN
a. Dana dari para peserta
b. Rektorat
Rp. 21.000.000,Rp.
Total
Rp. 22.000.000
2.
a.
b.
c.
d.
e.
PENGELUARAN
Administrasi dan Kesekretariatan
Publikasi, Dekorasi & Dokumentasi
Konsumsi
Narasumber
Biaya Kepanitiaan
Total
Rp. 20.950.000
Maka, JumlahTotal Rp. 42.950.000 Terbilang, Empat puluh dua juta sembilan ratus lima
puluh ribu rupiah.
Lampiran 2
SUSUNAN KEPANITIAAN
Penanggung jawab
Penasehat
Ketua Pelaksana
Sekretaris
Bendahara
Seksi-seksi
Acara
: 1. Yana Suryana
2. Meilita Maryam
Humas
: 1. Billy Wiguna Idanto
2. Dyaz Cipta Handika
3. M. Sutiana
Konsumsi
: 1. Tika Nurdianti
2. Regina Srie Y.
3. Lusiana Egi M.
Keamanan
: 1. Yoga Aprianto P
2. Deana Wiguna
3. Rachmat Budhi
Perkap
Pubdekdok
2. Linda Dwi A.
: 1. Ferbirra Maulana R.
2. Asep Aditya J.P.
: 1. Panca Sakti Gunawan
Lampiran 3
SUSUNAN ACARA
N
O
1.
2.
WAKTU
08.00 08.30
08.30 09.00
3.
09.00 10.00
KEGIATAN
Registrasi
Pembukaan
1. -Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. - Laporan Ketua Panitia
4.
Sambutan-Sambutan :
- Ketua Pelaksana
- Penanggungjawab
- Rektor
Narasumber 1: Dampak penyalahgunaan
narkoba dan solusi konkrit dalam
pencegahannya.
KETERANGAN
Sie Acara
Sie Acara
Narasumber
4.
10.00 11.00
Narasumber
5.
11.00 12.00
Narasumber
6.
12.00 12.05
Penutup Doa
Lampiran 4
BENTUK KERJASAMA
PENAWARAN SPONSORSHIP
Panitia memberikan kesempatan pada perusahaan, lembaga atau badan usaha yang bapak/ibu
pimpin untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut.
1. KETENTUAN UMUM
a. Perjanjian sponsorship sebagai sponsor utama dan biasa disertai pembayaran uang muka
sebesar 50%.
b. Pelunasan dilakukan paling lambat 10 hari sebelum hari pelaksanaan.
c. Perjanjian kerjasama sponsorship disertai cap resmi/asli panitia dan penanggung jawab pihak
sponsor.
d. Pembatalan sponsorship, diantaranya:
a) Pembatalan oleh pihak sponsor, artinya sponsor yang telah membayar lunas akan
dikembalikan 50%, dan yang membayar uang muka dibawah 60%, akan dikembalikan 10%.
b) Pembatalan oleh panitia, artinya akan dikembalikan sebesar uang yang telah diterima panitia.
c) Apabila dalam perkembangan terdapat sponsor tunggal, maka secara otomotif kontrak
sebelumnya dengan sponsor biasa dan pendamping dibatalkan dan uang yang telah dibayarkan
dikembalikan 100%.
e. Umbul-umbul ditanggung oleh pihak sponsor.
2.
a.
b.
c.
MEDIA PUBLIKASI
Spanduk rentang;
Pamflet;
Radio.
3. BENTUK-BENTUK SPONSORSHIP
a. Sponsor Tunggal, yaitu sponsor yang sanggup dan sepakat untuk membayar minimal 75%
dari keseluruhan dana yang dibutuhkan dalam acara seminar sebagaimana tercantum dalam
proposal.
b. Sponsor biasa, yaitu sponsor yang sanggup dan sepakat untuk membayar 25% dari
keseluruhan dana yang dibutuhkan kepanitiaan sebagaimana tercantum dalam proposal atau
sanggup dan sepakat untuk menanggung pengadaan barang senilai minimal 15% dari
keseluruhan dana yang dibutuhkan kepanitiaan sebagaimana tercantum dalam proposal.
c. Sponsor pendamping, yaitu yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam bentuk
sponsorship diluar ketentuan no 1 dan 2, sesuai kesepakatan antara pihak panitia dan calon
sponsor.
d. Donator, yaitu pihak-pihak yang mau membantu seikhlasnya, untuk kesuksesan
penyelenggaraan kegiatan ini tanpa terikat dengan serah terima prestasi dan kontraprestasi.
Beranda
Biography
Books
Sylabus
Visitors
Download
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia
bisnis atau perusahaan. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran
menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah
membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya,
telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan
aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Jeneiro Brazilia
1992, menyepakati perubahan paradigma pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam perspektif
perusahaan, di mana keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program sebagai dampak dari
usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing
stakeholders. Ada lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi penting, di antaranya
adalah ; (1) ketersediaan dana, (2) misi lingkungan (3) tanggung jawab sosial, (4)
terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah), (5) mempunyai nilai
keuntungan (Idris, 2005).
Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama setelah reformasi,
seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan manajemen perusahaan untuk
memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya di
sekitar lokasi perusahaan. Sebab kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat
keuntungan, tapi juga tanggung jawab sosial perusahaan. Apa yang terjadi ketika banyak
perusahaan didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik?
Bila ditelusuri, boleh jadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung
jawab manajemen dan pemilik perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan di sekitar
lokasi perusahaan. Investor hanya mengeduk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di
daerah tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, nyaris sedikit atau bahkan
tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat. Justru yang banyak
terjadi, masyarakat malah termarginalkan di daerah sendiri.
Kasus terbaru terjadi di Papua yang melibatkan PT Freeport, hingga menimbuklan efek domino
dan menyebabkan chaos di daerah yang terkenal dengan potensi sumber daya alamnya tersebut.
Di sekitar areal bertambangan yang mengalirkan jutaan Dollar perhari, kehidupan masyarakat
masih hidup miskin dan nyaris tak tersentuh perhatian perusahaan. Bahkan berbagai tindakan
anarkis ditimpakan kepada mereka saat mengais sisa produksi di areal pembuangan limbah.
Soemirat dan Ardianto (2004) mengklasifikasikan publik dalam PR menjadi beberapa kategori
yaitu:
1. Publik internal dan publik eksternal: Internal publik yaitu publik yang berada di dalam
organisasi/ perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham dan
direksi perusahaan. Eksternal publik secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan
seperti pers, pemerintah, pendidik/ dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok.
2. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi
upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting dan publik
marginal adalah publik yang tidak begitu penting. Contoh, anggota Federal Reserve Board of
Governor (dewan gubernur cadangan federal) yang ikut mengatur masalah perbankan, menjadi
publik primer untuk sebuah bank yang menunggu rotasi secara teratur, di mana anggita legislatif
dan
masyarakat
menjadi
publik
sekundernya.
3. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional,
mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemerintah (madya) adalah
publik masa depan.
4. Proponent, opponent, dan uncommitted. Di antara publik terdapat kelompok yang menentang
perusahaan (opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli (uncommitted).
Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat
permasalahan.
5. Silent majority dan vocal minority: Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan complaint
(keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent
(pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif
menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah
pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya.
Greener (2002) mengemukakan bahwa PR tidak satu arah arus informasi, ia memiliki dua fungsi
peran juga. Dapat, sebagai contoh, membantu membentuk organisasi anda dengan informasi
manajemen yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat
ini, dan menerangkan serta memberi nasehat tentang suatu tindakan yang konsekuen. Dalam
perannya ini, PR benar-benar merupakan fungsi manajemen, bertugas dengan tanggungjawab
menjaga reputasi suatu organisasi membentuk, melindungi dan memperkenalkannya.
Berkaitan dengan fungsi manajemen, Hutapea (2000) menjelaskan bahwa PR adalah fungsi
manajemen untuk membantu menegakkan dan memelihara aturan bersama dalam komunikasi,
demi terciptanya saling pengertian dan kerjasama antara lembaga/ perusahaan dengan publiknya,
membantu manajemen dan menanggapi pendapat publiknya, mengatur dan menekankan
tanggungjawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen
dalam mengikuti, memonitor, bertindak sebagai suatu sistem tanda bahaya untuk membantu
manajemen berjaga-jaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan buruk, serta menggunakan
penelitian dan teknik-teknik komunikasi yang efektif dan persuasif untuk mencapai semua itu.
Untuk implementasi PR secara konkrit di organisasi di masa mendatang, menurut Hubeis (2001)
perlu diikuti dengan kegiatan seperti personal development, dan leadership building (konsep
pengembangan diri, teknik presentasi yang menarik dan efektif, meningkatkan percaya diri, dan
mentalitas sukses); pendirian maupun pemberdayaan pusat data dan informasi untuk mendukung
pengembangan program unggulan, yang dimulai dari tahapan mengumpulkan, menyaring,
mengolah dan menyebarluaskan informasi; temu aksi (demo, diskusi dan gelar produksi), dalam
rangka mengembangkan tingkat komunikasi yang sesuai (intraindividual, interpersonal,
intraorganizational dan extraorganizational); pengenalan sikap mitra kerja (teliti, konservatif,
berkepala dingin, sensitif, keras dan berpandangan sempit); dan permasalahan yang sedang
berkembang di masyarakat, dengan memperhatikan jangkauan media massa yang semakin luas,
semakin tinggi tingkat kesadaran pengguna akan haknya terhadap barang atau jasa yang
ditawarkan, tingginya mobilitas masyarakat desa ke kota, perubahan iklim politik yang sulit
diduga, semakin kritis LSM dalam menyampaikan keluhan konsumen dan adanya produsen
pesaing.
Dalam lingkungan bisnis yang berubah, PR ditempatkan pada platform yang lebih tinggi.
Kebutuhan perusahaan yang berkembang tidak hanya mengembangkan produk atau jasa, tetapi
harus berbuat lebih yakni membina hubungan positif dan konsisten dengan pihak-pihak yang
terlibat dengan organisasi. Oleh karena itu, agar berkembang dan berfungsi optimal. PR harus
didukung oleh berbagai pihak (Octavia, 2003).
Citra Perusahaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah: (1) kata benda: gambar, rupa,
gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi
atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase
atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi; (4) data atau
informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi.
Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah cara bagaimana pihak
lain memandang sebuah perusahaan, seseorang , suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap
perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang
memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan
potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan
pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang
dikemukakan,
yakni:
1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota
organisasibiasanya adalah pemimpinnyamengenai anggapan pihak luar tentang
organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak
luar
mengenai
suatu
organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan
sekedar
citra
atas
produk
dan
pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau
perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum
tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi
proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasiinformasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku
tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan. Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini
adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah
tanggapan atau perilaku tertentu. Berikut ini adalah bagan dari orientasi PR, yakni image
building (membangun citra) sebagai model komunikasi dalam PR yang dibuat oleh Soemirat dan
Ardianto:
Efektivitas PR di dalam pembantukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat
kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas
organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi
(job design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/
perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang
efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta
menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang
mencakup aspek fisik,
personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna
(Hubeis,
2001).
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam
fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan
komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta.
Citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak
seharusnya dipoles agar lebih indah dari warna aslinya, karena hal itu justru dapat
mengacaukannya (Anggoro, 2002).
Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen
dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan masyarakat luas. Definisi lain, CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu
etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta Pertamina, 2004).
Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk
berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka
dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.
Di dalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan bahwa kebanyakan definisi
sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha,
bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya
hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan
sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah
mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat.
Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok
kerja. Kelompok ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat
tekanan dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu lingkungan
dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan
citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan (dan gertakan)
sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tak akan mampu berkontribusi bagi
pembangunan berkelanjutan.
Kelompok ketiga adalah mereka yang menganggap praktik CSR akan memberi dampak positif
(return) terhadap usahanya dan menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya,
kelompok ini secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik CSR dan yakin bahwa
investasi sosial ini akan berbuah pada lancarnya operasional usaha. Mereka mendapat citra
positif karena masyarakat menilainya sungguh-sungguh membantu. Selayaknya investasi,
kelompok ini menganggap praktik CSR adalah investasi sosial jangka panjang. Mereka juga
berpandangan, dengan melaksanakan praktik CSR yang berkelanjutan, mereka akan mendapat
ijin operasional dari masyarakat. Kita dapat berharap kelompok ini akan mampu memberi
kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Kelompok keempat, kelompok hijau, merupakan kelompok yang sepenuh hati melaksanakan
praktik CSR. Mereka telah menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu
keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal sosial (ekuitas). Karenanya,
mereka meyakini, tanpa melaksanakan CSR, mereka tidak memiliki modal yang harus dimiliki
dalam menjalankan usaha mereka. Mereka sangat memperhatikan aspek lingkungan, aspek sosial
dan kesejahteraan karyawannya serta melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Kelompok ini juga memasukkan CSR sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam model bisnis
atas dasar kepercayaan bahwa suatu usaha harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan
sosial. Mereka percaya, ada nilai tukar (trade-off) atas triple bottom line (aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial). Buahnya, kelompok ini tidak saja mendapat citra positif, tetapi juga
kepercayaan, dari masyarakat yang selalu siap membela keberlanjutan usaha kelompok ini. Tak
mengherankan, kelompok hijau diyakini akan mampu berkontribusi besar terhadap
pembangunan berkelanjutan.
Membangun Citra Perusahaan Melalui Program CSR
CSR dan Citra Korporat
Dalam News Of PERHUMAS (2004) disebutkan, bagi suatu perusahaan, reputasi dan citra
korporat merupakan aset yang paling utama dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu segala
upaya, daya dan biaya digunakan untuk memupuk, merawat serta menumbuhkembangkannya.
Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra & reputasi perusahaan antara lain; (1)
kemampuan finansial, (2) mutu produk dan pelayanan, (3) fokus pada pelanggan, (4) keunggulan
dan kepekaan SDM, (5) reliability, (6) inovasi, (7) tanggung jawab lingkungan, (8) tanggung
jawab sosial, dan (9) penegakan Good Corporate Governance (GCG).
Arus globalisasi telah memicu dinamika lingkungan usaha ke arah semakin liberal, sehingga
mendorong setiap entitas bisnis melakukan perubahan pola usaha melalui penerapan nilai-nilai
yang ada dalam prinsip GCG, yakni: fairness, transparan, akuntabilitas dan responsibilitas,
termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik fisik maupun sosial. Berdasarkan
pertimbangan nilai dan prinsip GCG, maka dalam rangka meningkatkan citra dan reputasi dan
sebagai upaya untuk menunjang kesinambungan investasi, setiap enterprise memerlukan tiga hal:
1. Adil (fair) kepada seluruh stakeholders (tidak hanya kepada shareholders).
2. Proaktif (juga), berperan sebagai agent of change dalam pemberdayaan masyarakat di daerah
operasi.
3. Efisien, berhati-hati dalam pengeluaran biaya yang sia-sia terutama untuk penyelesaian
masalah yang timbul dengan stakeholders fokus di sekitar daerah operasi.
Corporate Social Responsibility (CSR) telah diuraikan terdahulu bahwa sebagai suatu entitas
bisnis dalam era pasar bebas yang sangat liberal dan hyper competitive, perusahaan-perusahaan
secara komprehensif dan terpadu melakukan best practices dalam menjalankan usahanya dengan
memperhatikan nilai-nilai bisnis GCG, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik fisik
(berkaitan dengan sampah, limbah, polusi dan kelestarian alam) maupun sosial kemasyarakatan.
Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan diejawantahkan dalam kebijakan Kesehatan
Keselamatan Kerja & Lindungan Lingkungan (K3LL) dan program Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :
1.
Program
Pengembangan
Masyarakat
(Community
Development/CD);
dan
2. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik (Relations Development/RD).
Sasaran dari Program CSR (CD & RD) adalah: (1) Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda
dan mahasiswa termasuk di dalamnya); (2) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah
operasi; (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4) Pengembangan kesehatan masyarakat, (5)
Sosbud, dan lain-lain.
Seminar Corporate-Stakeholder Partnership: Toward Productive Relations yang diadakan Lead
Indonesia bekerjasama dengan Labsosio FISIP UI di Jakarta, 14 Juni 2005 (dalam
http://www.lead.or.id, 2005), menyimpulkan beberapa hal berkaitan dengan pembentukan citra
perusahaan yaitu: perlunya kemitraan, siapa saja stakeholders, tiga skenario kemitraan, prasyarat
kemitraan yang sukses, dan peran pemerintah dan masyarakat. Pembahasan tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan bisnis dan sosial yang berubah menuntut perubahan paradigma
dan tindakan. Dalam hal ini melihat semakin mendesaknya pengembangan kemitraan yang
otentik dan produktif antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat untuk mencapai
pembangunan yang adil serta berkelanjutan secara sosial dan lingkungan, berikut penjelasannya:
pusat perusahaan. Selain itu perlu meletakkan posisi unit yang mengatur kemitraan (CSR) dalam
struktur yang cukup penting dalam perusahaan. Demikian pula staf unit CSR harus mempunyai
kompetensi, pengalaman dan kecakapan sosial (social skills) dan bukanlah orang buangan di
perusahaan. Mereka harus sensitif pada kebutuhan dan kondisi lokal termasuk menghormati
simbol, nilai, situs sakral maupun keberadaan pemuka masyarakat. Mencapai kemitraan yang
sukses berarti selalu mempelajari dan mengambil manfaat dari berbagai kasus yang gagal atau
sukses (best practices) di masa lalu. Selain itu perlu pula sosialisasi pada perusahaan yang masih
belum sadar atas pentingnya kemitraan dan CSR.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Keberadaan dan peran perusahaan tidaklah terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat.
Dalam hal ini peran pemerintah sebagai penjamin keamanan dan penegak hukum serta
menciptakan iklim bisnis yang kondusif akanlah sangat menentukan dalam keberlanjutan hidup
perusahaan. Selain itu pemerintah dituntut untuk melakukan intervensi pasar melalui pajak,
subsidi untuk mendorong penggunaan renewable resources, pengembangan eco-efficiency serta
kebijakan distribusi resources yang mengindahkan equity. Pemerintah juga diharapkan untuk
berinisiatif membentuk forum stakeholders sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan
indikator kinerja yang nyata. Seperti juga perusahaan yang dituntut untuk melakukan CSR maka
pemerintah harus pula memenuhi political accountability terhadap warga negara pemberi
mandat. Saat ini terdapat pro kontra jika pemerintah daerah kurang berfungsi dan mendorong
perusahaan (terutama dalam industri ekstraktif) menjadi quasi government. Di satu pihak, hal ini
akan menurunkan kewibawaan dan peran pemerintah namun di lain pihak hal ini merupakan
upaya pembelajaran dalam pencapaian good governance. Salah satu ujian penting dari kinerja
pemerintah adalah mensukseskan pelaksanaan otonomi daerah dan pemilihan kepala daerah
sehingga mendukung segitiga kemitraan dengan perusahaan dan masyarakat.
Demikian juga masyarakat mempunyai peran yang penting sebagai penghubung antara
pemerintah dengan perusahaan. Masyarakat diharapkan menjadi aktif dan mengkoreksi dampak
pembangunan, menyampaikan aspirasi publik serta dinamisator keberdayaan publik. Dalam hal
ini masyarakat harus dapat pula mengatasi anggotanya yang berperilaku negatif (bad elements of
civil society) dengan pembuatan aturan perilaku (code of conducts). Pemberian mandat sosial
bagi perusahaan untuk beroperasi hendaknya didukung pula oleh proteksi sosial. Hal ini akan
semakin mendesak jika terjadi pemberian saham yang dapat saja menimbulkan konflik di dalam
masyarakat sendiri. Dengan kata lain, good governance perlu dikembangkan pula di masyarakat
selain di pemerintah dan perusahaan.
Kebijakan Publik untuk CSR
Petkoski dan Twose (2003) mengatakan walaupun agenda CSR saat ini sedang didewasakan,
istilah CSR belum mengambil banyak peran di sektor publik, baik di negara industri atau
negara berkembang. Sebagian pemerintah yang berinisiatif melakukannya dijuluki sebagai proCSR initiatives, meskipun begitu banyak orang sudah mendukung secara efektif promosi
tentang tanggung jawab sosial yang lebih besar. Sebagai contoh, perangsang utama aktivitas
sektor publik yang mempromosikan barang ekspor dan barang-barang pendukung atau jasa
cukuplah untuk mendapat tambahan devisa, tapi mereka masih mempunyai dampak positif
dengan memberi harapan bertanggung jawab produksi.
Para agen sektor publik yang tidak menggunakan ungkapan corporate social responsibility
tidak melakukan kegiatan apa pun. Tantangannya adalah mengidentifikasi prioritas dan inisiatif
dalam kaitan dengan pembangunan lokal dan nasional berdasar pada kapasitas dan inisiatif. Ada
satu kesempatan penting bagi sektor publik di negara berkembang untuk memanfaatkan gairah
CSR sekarang ini, sepanjang berada dalam tujuan dan prioritas kebijakan publik dan
mendorong pengakuan keduanya.
Perhatian yang bertumbuh seiring dengan potensi prioritas sektor publik dan CSR pada aktivitas
bisnis, paling sedikit mengenai sosial dan praktik manajemen lingkungan ke hulu industri
ekstraktif. Hal ini menerima tanpa bukti: bagaimana mungkin kebijakan publik dirumuskan
untuk memperkuat kesejajaran, sedangkan kepastian itu menghasilkan intervensi keduanya
optimalbaik untuk bisnis dan developmentdan feasibledalam batasan hubungan
kelembagaan para agen sektor publik dan pengarah nilai bisnis. Tabel yang dirumuskan World
Bank di bawah ini memberikan gambaran potensi kesejajaran antara CSR dalam praktek bisnis
serta kebijakan dan tanggungjawab sektor publik.
Penerapan CSR yang Lebih Strategis
Aryani (2006) mencatat bahwa konsep dan praktik CSR sudah menunjukkan gejala baru sebagai
keharusan yang realistis diterapkan. Para pemilik modal tidak lagi menganggap sebagai
pemborosan. Masyarakat pun menilai sebagai suatu yang perlu. Hal ini terkait dengan
meningkatnya kesadaran sosial kemanusiaan dan lingkungan. Di luar itu, dominasi dan
hegemoni perusahaan besar sangat penting peranannya di masyarakat. Kekuasaan perusahaan
yang semakin besar, sebagaimana dinilai Dr David Korten, penulis buku When Corporations
Rule the World melukiskan bahwa dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma
menjadi institusi yang paling berkuasa di jagad ini.
Bahkan pengamat globalisasi Dr Noorena Herzt (dalam Aryani, 2006) berpendapat bahwa
perusahaan-perusahaan besar di berbagai negara telah mengambil alih secara diam-diam
kekuasaan politik dari kalangan politisi. Pengambilalihan secara diam-diam (the silent take over)
ini terjadi karena kian ketatnya produk hukum yang menuntut tanggungjawab sosial kaum
pemodal. Akibatnya, menurut Noorena, pemodal harus masuk dalam dunia politik agar tidak
terus terpojok dengan tuntutan politik pemerintah dan masyarakat. Bahkan menurut Noorena,
dalam satu dasawarsa terakhir ini, peranan CSR perusahaan besar sangat berperan di masyarakat
ketimbang peranan institusi publik (negara). Memang pada kenyataannya kita tidak bisa
mengelak perubahan mendasar dunia sebagaimana dikatakan Noorena tersebut. Dunia telah
menjelma realitas di mana kapitalisme menjadi panggung yang absah bagi kehidupan kita.
Berpijak pada reel kapitalisme global inilah seluruh tanggung jawab kehidupan umat manusia
harus selalu mempertimbangkan kepentingan para pebisnis. Pertimbangan bukan berarti harus
tunduk, melainkan harus saling menjaga kepentingan.
Kapitalisme dikatakan Aryani (2006) tidak identik dengan pengerukan modal tanpa
pertimbangan sosial. Bahkan untuk era baru sekarang ini, kapitalisme hanya bisa berkembang
baik jika bersinergi dengan dunia sosial. Sejalan dengan itu, masyarakat modern sudah menjauh
dari sikap anti kapitalisme. Ideologi, baik sosialisme maupun kapitalisme sudah menjauh dari
imajinasi orang. Hanya saja karena kapitalisme telah menjadi realitas, maka jalur kehidupan
masyarakat mau tidak mau harus melewati reel kapitalisme. Kini orang menyadari bahwa yang
terpenting bukanlah ideologi, melainkan sikap kompromi untuk menemukan jalan terbaik.
Karena itu, pemerintah tidak boleh tunduk oleh kaum pemodal, sebagaimana kaum pemodal
tidak boleh tunduk oleh politisi. Rakyat, pemerintah dan pemodal harusnya berada dalam pihak
yang setara merumuskan strategi kebijakan publik untuk kepentingan bersama. Di negara
kapitalis, penciptaan ruang publik yang demikian itu sudah berjalan. Bahkan peranan CSR
perusahaan sangat menguntungkan pemodal. Pemerintah juga untung karena selain mudah
melobi pembayaran pajak juga terbantu tanggungjawab sosialnya kepada rakyat miskin.
Pakar pemasaran Craig Semit (dalam Aryani, 2006) yang merintis pendekatan baru CSR yang
dia sebut The Corporat Philanthropy berpendapat bahwa kegiatan CSR harus disikapi secara
strategis dengan melakukan alighment (penyelarasan) inisiatif CSR yang relevan dengan produk
inti (core product) dan pasar inti (core market), membangun indentitas merek (brand indentity),
bahkan lebih tegas lagi untuk menggaet pangsa pasar, melakukan penetrasi pasar, atau
menghancurkan pesaing. Kegiatan CSR yang diarahkan memperbaiki konteks korporat inilah
yang memungkinkan alighment antara manfaat sosial dan bisnis dari kegiatan CSR yang
muaranya untuk meraih keuntungan materi dan keuntungan sosial dalam jangka panjang. CSR
tidak haram dipraktikkan, bahkan dengan target mencari untung. Yang terpenting adalah
kemampuan menerapkan strategi. Jangan sampai karena CSR biaya operasional justru
menggerogoti keuangan. Jangan pula karena praktik CSR masyarakat justru antipati.
Peran PR dalam Implementasi CSR
Idris (2005) mengemukakan sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka
memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun programprogram pengembangan masyarakat sekitarnya. Atau dalam pengertian kemampuan perusahaan
untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait
dengannya, baik lokal, nasional, maupun global. Karenanya pengembangan CSR ke depan
seyogianya mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability
development).
Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin
dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan,
serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan
sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses
pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah;
perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
Dalam implementasi program-program dalam CSR, diharapkan ketiga elemen di atas saling
berinteraksi dan mendukung, karenanya dibutuhkan partisipasi aktif masing-masing stakeholders
agar dapat bersinergi, untuk mewujudkan dialog secara komprehensif. Karena dengan partisipasi
aktif para stakeholders diharapkan pengambilan keputusan, menjalankan keputusan, dan
pertanggungjawaban dari implementasi CSR akan di emban secara bersama.Tapi dalam hal
memandang dan menyikapi CSR ke depan, sesungguhnya perlu ada kajian dan sosialisasi yang
serius di internal perusahaan dari semua departemen di dalamnya. Paling tidak untuk
menyamakan persepsi di antara pelaku dan pengambil kebijakan di dalam satu perusahaan,
karena perubahan paradigma pengelolaan perusahaan yang terjadi saat ini, baik ditingkat lokal
maupun global, tidak serta merta dipahami oleh pengelola dan pengambil kebijakan di satu
perusahaan sehingga pemahaman akan wacana dan implementasi CSR beragam pula, dan
otomatis akan mengalami hambatan-hambatan secara internal perusahaan.
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren global seiring dengan
semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah
lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak
azasi manusia (HAM). Bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman
hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. Sebagai contoh, bankbank Eropa hanya memberikan pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia
apabila ada jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan perkebunan tidak
dilakukan dengan membakar hutan.
Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar perusahaan, maka sudah saatnya setiap
perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap
aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat laporan setiap tahunnya kepada stakeholders-nya.
Laporan bersifat non financial yang dapat digunakan sebagai acuan oleh perusahaan dalam
melihat dimensi sosial, ekonomi dan lingkungannya.
Kemudian diharapkan sosialisasi wacana dan tren CSR ini, tidak hanya bergulir di lingkup
manajemen perusahaan tetapi juga kepada semua shareholders dan stakeholders secara luas, agar
implementasinya berlangsung secara elegan, dengan harapan perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat sebagai komponen shareholders dan stakeholders bisa mengambil peran yang
signifikan, untuk mengeliminir resistensi kelompok-kelompok yang senantiasa
mengatasnamakan masyarakat untuk melakukan pemerasan kepada perusahaan dengan
mengusung tema-tema CSR dalam setiap aksinya, tapi tidak mengerti substansi CSR itu sendiri,
dan miskin data.
Dalam implementasi CSR ini public relations (PR) mempunyai peran penting, baik secara
internal maupun eksternal. Dalam konteks pembentukan citra perusahaan, di semua bidang
pembahasan di atas boleh dikatakan PR terlibat di dalamnya, sejak fact finding, planning,
communicating, hingga evaluation. Jadi ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga
membicarakan PR sebuah perusahaan, di mana CSR merupakan bagian dari community
relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan PR, maka langkah-langkah dalam proses
PR pun mewarnai langkah-langkah CSR.
Irianta (2004) memandang community relations berdasarkan dua pendekatan. Pertama, dalam
konsep PR lama yang memosisikan organisasi sebagai pemberi donasi, maka program
community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR. Bila
berdasarkan pengumpulan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang
mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program
community relations. Ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Kedua, yang
memosisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang
yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, community relations dianggap sebagai
program tersendiri yang merupakan wujud tanggungjawab sosial organisasi.
Dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan
kegiatan CSR dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Pengumpulan Fakta
Banyak permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar daerah operasional perusahaan. Mulai
dari permasalahan lingkungan seperti polusi, sanitasi lingkungan, pencemaran sumber daya air,
penggundulan hutan sampai dengan permasalahan ekonomi seperti tingkat pengangguran yang
tinggi, sumber daya manusia yang tidak berketerampilan, rendahnya kemauan berwirausaha dan
tingkat produktivitas individu yang rendah.
PR bisa mengumpulkan data tentang permasalahan tersebut dari berbagai sumber, misalnya dari
berita media massa, data statistik, obrolan warga, atau keluhan langsung dari masyarakat. Selain
itu masih banyak sumber yang bisa digunakan untuk mengumpulkan fakta mengenai persoalan
sosial yang dihadapi komunitas. PR juga bisa menelusuri laporan-laporan hasil penelitian yang
dilakukan perguruan tinggi atau LSM mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Masalah secara sederhana bisa dirumuskan sebagai kesenjangan antara yang diharapkan dengan
yang dialami, yang untuk menyelesaikannya diperlukan kemampuan menggunakan pikiran dan
keterampilan secara tepat. Misalnya, dari pengumpulan fakta diketahui salah satu masalah yang
mendesak dan bisa diselesaikan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki organisasi
adalah rendahnya keterampilan para pemuda sehingga tak bisa bersaing di pasar kerja atau tak
bisa diandalkan untuk membuka lapangan kerja bagi dirinya. Berdasarkan hal tersebut, maka
dirumuskan permasalahan: Rendahnya keterampilan kerja pemuda lulusan sekolah menengah.
Namun tidak semua pemuda tamatan sekolah menengah yang rendah tingkat keterampilan
kerjanya yang diidentifikasi sebagai masalah. Namun terbatas pada komunitas sekitar lokasi
perusahaan atau di beberapa kota. Jadi, dalam merumuskan masalah tersebut PR mulai
memfokuskan pada komunitas organisasi. Bila komunitasnya dirumuskan secara sederhana,
berarti komunitas berdasarkan lokasi yakni komunitas sekitar wilayah operasi korporat. Namun
bila komunitasnya dipandang sebagai struktur interaksi maka komunitas tersebut lepas dari
pertimbangan kewilayahan, tetapi lebih pada pertimbangan kesamaan kepentingan.
3. Perencanaan dan Pemrograman
Perencanaan merupakan sebuah prakiraan yang didasarkan pada fakta dan informasi tentang
sesuatu yang akan terwujud atau terjadi nanti. Untuk mewujudkan apa yang diperkirakan itu
dibuatlah suatu program. Setiap program biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan
sebagai bagian dari program merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan
program guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Kembali kepada perumusan masalah tentang rendahnya keterampilan kerja pemuda lulusan
sekolah menengah, maka PR menyusun rencana untuk mencapai tujuan agar para pemuda
lulusan sekolah menengah itu memiliki keterampilan kerja yang bisa digunakan untuk mencari
kerja atau membuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut,
program yang disusun misalnya menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan bagi
mereka.
4. Aksi dan Komunikasi
Aspek dari aksi dan komunikasi inilah yang membedakan kegiatan community relations dalam
konteks PR dan bukan PR. Di mana watak PR ditampilkan lewat kegiatan komunikasi. PR pada
dasarnya merupakan proses komunikasi dua arah yang bertujuan untuk membangun dan menjaga
reputasi dan citra organisasi di mata publiknya. Karena itu, dalam program CSR selalu ada aspek
bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas, serta melalui media apa
dan cara bagaimana.
Sedangkan aksi dalam implementasi program yang sudah direncanakan, pada dasarnya sama saja
dengan implementasi program apa pun. Kembali pada contoh kasus awal, ketika program
pendidikan dan pelatihan keterampilan itu dijalankan, harus ada ruangan, baik untuk
penyampaian teori maupun bengkel kerja sebagai tempat praktik. Di situlah aksi pendidikan dan
pelatihan dijalankan. Di dalamnya tentu saja ada komunikasi yang menjelaskan kenapa program
itu dijalankan, juga masalah tanggungjawab sosial organisasi pada komunitasnya sehingga
memilih untuk menjalankan program kegiatan tersebut. Dengan begitu diharapkan akan
berkembang pandangan yang positif dari komunitas terhadap organisasi sehingga reputasi dan
citra organisasi menjadi baik.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan keharusan pada setiap akhir program atau kegiatan untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi program. Berdasarkan hasil evaluasi ini bisa diketahui apakah program
bisa dilanjutkan, dihentikan atau dilanjutkan dengan melakukan beberapa perbaikan dan
penyempurnaan. Namun dalam konteks community relations perlu diingat bahwa evaluasi bukan
hanya dilakukan terhadap penyelenggaraan program atau kegiatan belaka. Melainkan juga
dievaluasi bagaimana sikap komunitas terhadap organisasi. Evaluasi atas sikap publik ini
diperlukan karena, pada dasarnya community relations ini meski merupakan wujud
tanggungjawab sosial organisasi, tetap merupakan kegiatan PR.
Penutup
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia
bisnis atau perusahaan. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran
menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Namun kenyatannya CSR tidak serta merta
dipraktikkan oleh semua perusahaan. Ada juga yang berhasil memberikan materi riil kepada
masyarakat, namun di ruang publik nama perusahaan gagal menarik simpati orang. Hal ini
terjadi karena CSR dilakukan secara latah dan tidak didukung konsep yang baik. Sebenarnya
substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu
sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholders yang
difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat
sekitarnya.
Ketika kita membicarakan CSR berarti kita juga membicarakan PR sebuah organisasi, di mana
CSR merupakan bagian dari community relations. Karena CSR pada dasarnya adalah kegiatan
PR, maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah CSR. Dengan
menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis, maka program dan kegiatan
CSR juga dilakukan melalui pengumpulan fakta, perumusan masalah, perencanaan dan
pemrograman, aksi dan komunikasi, serta evaluasi untuk mengetahui sikap publik terhadap
organisasi.
Untuk ke depan disarankan agar pengembangan program CSR mengacu pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability development). Prinsip keberlanjutan ini
mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola
lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya
adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang
menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses
pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah;
perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
Daftar Pustaka
Anggoro, Linggar. 2002. Teori dan Profesi Kehumasan. Serta Aplikasinya di Indonesia. Cetakan
Ketiga. Bumi Aksara, Jakarta.
Ardianto, Elvinaro dan Sumirat, Soleh. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Cetakan Ketiga.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Aryani, Situ Nur. 2006. Penerapan CSR yang Lebih Strategis. Dokumen http://www.bisnis.com/,
Sabtu, 01 April 2006.
Fajar, Rudi. 2005. Spektrum Pelaku CSR. Dokumen http://www.swa.co.id/ , Senin, 30 Mei 2005.
Greener, Toni. 2002. Public Relations dan Pembentukan Citranya. Cetakan Ketiga. Bumi Aksara,
Jakarta.
Hubeis, Musa. 2001. Publik Relesen sebagai Perangkat Manajemen dalam Organisasi. Makalah
Seminar Nasional Peran Public Relations dalam Pembangunan Pertanian Efektif dan
Berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh PS KMP dan PS MPI, PPS IPB di Hotel Salak,
19 April 2001.
Hutapea, EB. 2000. Public Relations sebagai Fungsi Manajemen. Majalah WIDYA Agustus
2000,
No.
179
Tahun
XVII.
Idris, Abdul Rasyid. 2005. Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Gagasan dan
Implementasi. Dokumen http://www.fajar.co.id/, 22 November 2005.
Irianta, Yosal. 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Simbiosa Rekatama Media,
Bandung.
Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Edisi Kelima. Direvisi Oleh Daniel Yadin. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Lead Indonesia. 2005. Kemitraan Korporasi-Stakeholders. Report Seminar CorporateStakeholder Partnership: Toward Productive Relations Lead Indonesia Bekerjasama dengan
Labsosio-Fisip-UI, Jakarta, 14 Juni 2005. Dokumen http://www.lead.or.id/, 27 Oktober 2005.
News of PERHUMAS. 2004. CSR dan Citra Corporate. Dokumen http://www.perhumas.or.id/,
15 16 Juni 2004.
Octavia, Sutjiati. 2003. Corporate Public Relation dalam Dunia Usaha. Majalah Bank &
Manajemen, Mei Juni 2003.
Petkoski, Djordjija and Twose, Nigel (Ed). 2003. Public Policy for Corporate Social
Responsibility. Jointly sponsored by The World Bank Institute, the Private Sector Development
Vice Presidency of the World Bank, and the International Finance Corporation. Document of
http://info.worldbank.org/ July 725, 2003.
Warta Pertamina. 2004. CSR sebagai Strategi Bisnis. Dokumen http://www.pertamina.com/, Juli
2004.
Tulisan ini rangkuman makalah penulis saat saat mengambil mata kuliah Public Relations
(PR) di Program Magister Komunikasi Pembangunan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Tentang iklan-iklan ini
Terkait
Menggali CSR untuk Perpustakaandalam "Artikel"
Jurnalisme Pembangunandalam "Kapita Selekta JR"
Komunikasi Inovasi dalam Perspektif Komunikasi Pembangunandalam "Komunikasi Inovasi"
from Public Relations
Penulisan Press Release
Politik Media dalam Pemilukada
67 Komentar leave one
1.
bocahbancar permalink
Januari 25, 2009 12:25 am
Untuk CSR ini, Anda juga sebaiknya melihat referensi dari Dr. Edi Suharto P.hD
Semoga bermanfaat Pak
Salam kenal saja..
Balas
2.
Kiki permalink
Juni 17, 2009 10:14 am
Artikel yang bagus.
Salam kenal dari saya, Kiki. Mau nanya ni kak.
CSR itu program Humas ya kak?? Tapi ada satu buku PR yang berjudul PR Dalam
Praktik yang menyatakan bahwa Tanggung Jawab Sosial adalah salah satu tugas Humas.
Yang benarnya yang mana kak?
Kiki Mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi di Sumsel. Sekarang lagi
nyusun Laporan Akhir yang mengambil mata kuliah Humas. Judul LAnya kiki Peranan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Keluhan Pelanggan Pada PT.
Kak kalau punya info tentang ini boleh diinformasikan ke kiki di
rizkyyuliani.wordpress.com
Terima kasih banyak. Sukses
Balas
ruangdosen permalink*
Juni 17, 2009 10:42 am
CSR kebanyakan terintegrasi dengan program humas terutama di community
relations. Karena merupakan program, tentu itu menjadi tugas2 humas. Dulu ada
istilah community development (CD) yang menjadi salah satu program humas.
Tapi ada juga CSR yang pelaksanaannya di bawah depertemen sendiri, tidak
menjadi satu dengan humas/ PR. CSR ini sebenarnya merupakan bentuk
tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar, baik sosial, pendidikan,
ekonomi dan sebagainya.
Kalo kaitannya dengan tanggungjawab terhadap pelanggan, itu sebenarnya lebih
tepat dikaji dari sisi komunikasi pemasaran. Memang sih ada juga perusahaan
yang menempatkan costumer care di departemen PR.
Nah, kalau Kiki menempatkan melihat makna CSR dalam arti luas dan
menempatkannya di aspek costumer, ada baiknya selain baca buku2 PR, baca juga
buku2 marketing atau marketing communications Smg sukse
Balas
o
Rizal permalink
Desember 12, 2009 6:30 am
CSR pada dasarnya adalah Tanggung Jawab Perusahaan. csr adalah pekerjaan
Stakeholder bukan hanya humas,,
Balas
ruangdosen permalink*
Desember 22, 2009 8:51 am
Yang benar CSR tanggungjawab perusahaan kepada stakeholder
(karyawan, lingkungan sekitar, pemerintah, dllll). Bukan pekerjaan
stakeholder. Ada perusahaan yg memiliki departemen CSR sendiri, tapi
ada yang terintegrasi dalam departemen humas. Jadi humas pelaksana
tanggungjawab perusahaan tersebut.
3.
Kiki permalink
Juni 17, 2009 10:16 am
Maaf salah, buku yang dimaksud adalah buku PR yang berjudul Dasar2 PR yang
menyatakan bahwa Tanggung Jawab Sosial adalah salah satu tugas Humas
Balas
4.
kiki permalink
Juni 19, 2009 2:57 am
terima kasih atas penjelasannya. Sukses
Balas
5.
taufik permalink
September 7, 2009 10:05 am
wahhh !!!
tulisan yang bgus. !!!
Balas
6.
adhita permalink
November 18, 2009 11:57 am
saya sangat tertarik dengan tulisan bapak
perkenalkan nama saya adhita saya mahasiswa semester 7 Univ. Djuanda Bogor,
kebetulan saat ini saya sedang membuat penelitian mengenai csr dalam ranah pr. tapi ada
beberapa hal yang membuat saya bingung adalah bagaimana membedakan filantropi,
charity, n csr???
bila hanya berbentuk charity tetapi dilakukan berkesinambungan dalam periode waktu
tertentu apakah sudah dinamakan csr?
karena di tempat penelitian saya semua kegiatan sosiial apapun bentuknya dianggap csr
termasuk sponsorship yang saya tau adalah kegiatan marketing pr
Balas
o
ruangdosen permalink*
November 18, 2009 1:19 pm
Pada dasarnya CSR itu kepada semua pihak (stakeholders) yang berhubungan
dengan korporasi baik karyawan, pelanggan, masyarakat sekitar, lingkungan, dan
sebagainya. Jelas CSR beda dengan filantropi/charity, soalnya kedua hal ini bisa
dibilang sedekah perusahaan kepada publik (karyawan, masyarakat, bahkan
mungkin pemerintah). Sedangkan CSR berdasarkan UU merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi perusahaan, terutama yang berkaitan dengan sumber daya
alam. Tapi dalam praktiknya memang sesuatu yg bersifat filantropi/charity, dan
tidak sustainable, sering diklaim sebagai CSR. Menurut saya CSR lebih dari
sekadar filantropi dan charity. CSR yang ideal bagaimana memberdayakan
stakeholders secara berkelanjutan dalam berbagai bidang. Sehingga korporasi tak
hanya mencari profit, tapi juga bertanggungjawab memajukan masyarakat dari
sisi ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya. CSR biasanya sudah
diprogramkan dan dianggarkan oleh perusahaan. Sedangkan filantropi/charity,
kadang insidential dan sekadarnya. Untuk meneliti itu, sebaiknya anda mengorek
perusahaan yang dijadikan objek penelitian, apakah CSR tersebut masuk dalam
program perusahaan atau tidak. Kalau ya, apakah setelah dijalankan ada evaluasi
atau tidak, karena tingkat keberhasilan CSR biasanya dinilai dan diukur oleh
perusahaan untuk merumuskan strategi CSR-nya ke depan. Sedangkan
filantropi/charity, karena sekadar sedekah selesai diberikan ya sudah selesai
begitu saja. Itu saya kira bedanya dengan CSR. Semoga membantu.
Balas
7.
elsye permalink
Desember 26, 2009 7:09 pm
terimakasih atas informasinya bapak.
salam kenal ka, saya elsye yolanda mahasiswa ilmu komunikasi fikom unpad semester 5.
kebetulan saya memiliki tugas pada matakuliah penelitian kuantitatif. saya ingin
melakukan penelitian terhadap iklan CSR Aqua yang mempengaruhi citra perusahaan tsb.
tetapi saya sedang kebingungan dalam menentukan teori ap yang akan saya gunakan,
memang seharusnya saya sudah memiliki teori sebelum membuat judul, tapi saya mohon
bantuannya kaka, kira-kira teori ap yang sebaiknya saya gunakan. untuk teori citra sendiri
saya juga tidak tahu banyak. hee
terimakasih
Balas
ruangdosen permalink*
Desember 28, 2009 2:43 pm
salam kenal juga dinda
kalau kaitannya dengan iklan CSR aqua, sebaiknya baca teori2 CSR dan
pemberdayaan (kaitannya dengan program CSR melalui pemberdayaan
masyarakat; yang di NTT itu kan?), teori2 PR dan opini publik (berkaitan dengan
pencitraan). Jangan lupa baca2 juga buku periklanan khususnya yang berkaitan
dengan efek pesan iklan.
Smg sukses dengan tugasnya
Salam
Balas
8.
yulia permalink
Januari 4, 2010 6:59 am
artikel yang menarik.
makasih ya pak, banyak info yang saya dapat.
wah, senior nih
saya sekarang sedang kul di KMP pak.
sukses ya pak
Balas
o
ruangdosen permalink*
Januari 4, 2010 11:39 am
Trims udah mampir ke sini. Masuk tahun berapa di KMP? Sukses jg ya
Balas
9.
yulia permalink
Januari 4, 2010 7:03 am
ternyata selain satu almamater, kita juga satu daerah pak.
saya dari pekanbaru.
rencana tesis sy mengenai pola komunikasi bpr pak, dan mengambil dasar teori pr.
Balas
o
ruangdosen permalink*
Januari 4, 2010 11:40 am
Kapan2 kalau pulang ke pku, kontak aja mgkin kt bs ketemu/diskusi. Btw
penelitian di mana? pembimbingnya siapa?
Balas
10.
ruangdosen permalink*
Maret 15, 2010 5:29 pm
Trims, kalo ada waktu luang coba saya bahas tentang e-pr alias online pr. kaarena
saat ini hal itu lagi sensitif, seperti kasus omni-prita, atau sony corp-sony-ak yg
lagi hangat.
Balas
11.
edy permalink
Maret 30, 2010 1:11 pm
Nanya dikit nieh
ada beberapa iklan perusahaan yang ikut menyumbangkan dana kepada korban bencana..
namun dalam iklan itu isinya seperti ini
Perusahaan kami berkomitmen membantu korban bencana dengan menyumbangkan Rp
100 per produk. maka makin banyak anda membeli produk kami maka semakin banyak
orang yang terbantu
saya pribadi merasa.. perusahaan ini tidak iklas dalam membantu korban
kalau memang mau membantu ya membantu lah dari anggaran yang ada..
tapi bukan justru mengajak orang lain untuk membeli produk mereka
Balas
ruangdosen permalink*
Mei 26, 2010 8:47 am
Artinya yang membantu dan dapat pahala si konsumen, bukan perusahaan
Balas
12.
rico permalink
April 9, 2010 10:40 pm
maaf mas,saya pengen nanya tentang iklan beasiswa ciptadent, apa program pemberian
beasiswa itu termasuk kegiatan CSR dari humas ciptadent??? kalo iya memang itu
termasuk kegiatan CSR , kita identifikasi dari apanya sehingga itu dapat di katakan
kegiatan CSR??
jika berkenan,tolong jawabanya di kirim ke email saya. terima kasih
idham_rico@yahoo.com
Balas
o
ruangdosen permalink*
Mei 26, 2010 8:48 am
ruangdosen permalink*
Mei 26, 2010 8:49 am
Salam kenal juga. Semoga sukses di tempat kerjanya. Masalah PR online, udah
ada di kepala cuma blm sempat menuliskannya. hehehe
Balas
14.
dita permalink
Juli 7, 2010 11:24 pm
tulisannya sangat membantu dalam tugas kuliah saya, terima kasih banyak
Balas
o
ruangdosen permalink*
Agustus 4, 2010 10:43 am
trims udah mampir, smg bermanfaat
Balas
15.
inda permalink
September 16, 2010 11:39 am
pak, mau tanya apa CSR itu termasuk ke dalam strategi bisnis.. jadi CSR sebagai salah
satu cara agar kegiatan bisnisnya berjalan lancar.
makasi
Balas
o
ruangdosen permalink*
September 22, 2010 1:13 pm
CSR sebenarnya menjadi kewajiban korporat. Tp dapat juga dikatakan sebagai
strategi untuk kelancaran bisnisnya, karena dengan melakukan CSR tentunya citra
ruangdosen permalink*
September 22, 2010 1:02 pm
trims sudah mampir ke sini. kalau literatur tentang peran PR dalam CSR jarang
sekali saya temukan. Kebanyakan masih membahas tentang CSR-nya, belum
mengarah ke aspek komunikasinya. Mungkin bisa searching ke jurnal-jurnal luar
negeri, mana tahu sudah banyak didiskusikan. Semoga sukses dengan tesisnya.
Salam
Balas
17.
lihien permalink
November 18, 2010 6:09 pm
mas mau nanya apa bedanya cause related marketing dengan corporate social
responsibility?
Balas
o
ruangdosen permalink*
Februari 21, 2011 10:16 am
Ada yg menyebut CRM sbg bagian dari program CSR. Krn pada dasarnya CRM
itu kan melibatkan pihak lain, misalnya konsumen. Seperti program Aqua yang
menyisihkan keuntungan untuk program air bersih, Lifebuoy berbagi sehat dg
menyisihkan keuntungan untuk pembangunan MCK, dll. Kalau menurut saya
pada hakikatnya konsepnya sama, menyisihkan keuntungan untuk CSR. Cuma
caranya aja yg beda, dana CSR kebanyakan dialokasikan darin keuntungan secara
umum. Sedangkan model CRM langsung melibatkan konsumen, dg tujuan selain
CSR juga untuk meningkatkan penjualan, krn konsumen banyak yg tertarik
berbagi melalui CRM.
Balas
18.
dita permalink
Desember 7, 2010 8:40 pm
saya mau tanya,,saat ini saya sedang mengerjakan TA pelaksaan PR di hotel XXX. kalo
boleh saya tanya..apa saja ya yang harus saya bahas dalam TA saya dan juga teori plus
buku apa saja??
makasi
Balas
o
ruangdosen permalink*
Februari 21, 2011 10:07 am
Kalau pembahasan tergantung sudut pandang mana yg mau diambil, bs
didiskusikan dg pembimbingnya. Buku2 PR banyak kok yg bs dijadikan referensi.
Smg sukses
Salam
Balas
19.
Tks- Regards
Hesty
Balas
o
ruangdosen permalink*
Februari 21, 2011 10:25 am
Maaf telah balasnya mbak, juga rekan2 lain yg bertanya di atas:
Ketentuan baku tentang besaran dana CSR memang belum diatur dalam regulasi
pemerintah. Dalam UU PT hanya disebutkan perusahaan wajib melakukan CSR
tanpa ada ada penjelasan tentang besarannya Begitu juga dengan PP atau Perda
tentang CSR jg belum ada. Memang banyak CSR yang diekspos sebagai bentuk
promosi, yg tujuannya untuk komunikasi pemasaran. Saya rasa itu sah-sah saja,
untuk menunjukkan kepada konsumen/publik bahwa perusahaan tersebut
memiliki tanggungjawab sosial thd masyarakat, sehingga citra dan penjualan
diharapkan meningkat. Kalau keuntungan meningkat, tentunya alokasi dana untuk
CSR (diharapkan) akan meningkat juga Salam, smg sukses
Balas
20.
21.
mutia permalink
Maret 15, 2011 2:53 pm
salam kakak
kakak,bole saya konsultasi?
saya sedang menyusun tugas akhir tentang csr,
csr yang merupakan bagian dari PR.
saya ingin mengangkat strategi dari csr sebuah perusahaan.
namun saya bingung apa yg harus saya bahas lebih dalam
menurut kakak apa yang sebaiknya saya bahas lebih dalam?
karena program csr dari perusahaan ini sangat banyak
mohon bantuan nya ka
terimakasih
mutia (mutea_rachma@yahoo.co.id)
Balas
22.
23.
Mukti permalink
Maret 28, 2011 9:04 am
Wah, penjelasannya bagus sekali dan sangat membantu dalam persentasi saya. tapi ada
yang belum saya pahami, yaitu contoh yang nyata tentang kelompok hitam, hijau, merah,
biru dalam perusahaan itu seperti apa ??
terimakasih..
Balas
24.
Balas
25.
21091991 permalink
Juni 12, 2011 7:00 pm
salam kenalsayan Fahmy Reza salah satu mahasiswa di perguruan tinggo swasta di
jakarta,mau menanyakan apakah hubungan CSR dengan PR??
terima kasih
Balas
27.
mentari permalink
Juni 14, 2011 5:58 pm
kalo filantropi sendiri sebenarnya artinya apa pak ?
Balas
28.
dini permalink
September 20, 2011 9:29 am
maaf pak saya mau bertanya kalau peran PR dalam membangun citra pada kawasan
ekowisata bagaimana ya pak?
Balas
33.
bella permalink
November 2, 2011 1:20 pm
pak saya mau tanya doank..
sebenarnya apa sih yang mempengaruhi citra sebuah peusahaan bagi khalayaknya? trima
kasih hehehe
apakah itu dilihat dari psikologis khalayak itu sendri atau dilihat dari perusahaanya?
Balas
35.
ephie permalink
November 11, 2011 10:01 am
tulisan yang sangat menarik dan lengkap, mohon izin untuk saya jadikan referensi dalam
tugas mid saya.. satu hal yang ingin saya tanyakan mengenai dimensi csr, ada yang
membagi dalam konsep berdasarkan motivasi yang terbagi dalam 4 kategori yakni
corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community
development, saya ingin menanyakan, contoh perusahaan mana saja yang masuk dalam
kelompok tersebut di atas.
Terima Kasih sebelum dan setelahnya.
Salam
Ephie
Balas
November 29, 2011 7:39 am
Mohon ijin , boleh saya copy untuk bahan proposal ?
permisi, saya mau nanya bagaimana mencari tau perusahaan melakukan csr dan kapan
mereka memulainya khususnya perusahaan food and beverage, please buat skripsi saya
TT_TT
36.
tika permalink
Maret 3, 2012 4:30 pm
pak, kebetulan skripsi saya tentang strategi csr, apakah ada strategi khusus dalam
pelaksanaan csr disuatu perusahaan ? kalo ada buku apa yg harus saya pelajari, terima
kasih
Balas
37.
mariah permalink
Maret 20, 2012 8:58 am
Mengapa suatu perusahaan tidak memerlukan PR?
Trims
Maret 30, 2012 2:10 pm
Thn ini saya berminat kuliah S3 Kes Sos UI. Sbg syarat pendaftaran, maka saya harus
menyerahkan rencana penelitian untudisertasi. Saya minat ttg CSR. Mhn saran utk hal
tsbTerima kasih
Balas
terimakasih atas tulisan dan infonya..
saya mau menanyakan sebenarnya apa konsep komunikasi dalam CSR ini??
diantara komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan komunikasi kelompok, manakah
yang lebih cocok dan masuk dalam CSR??
trimakasih atas bantuannya
Pak, saya Mahasiswi Politeknik Negeri Samarinda, dan sekarang saya ada di semester 6,
Di semester 6 ini saya sedang proses pembuatan TA, yang ingin saya tanyakan, saya
Sekapur Sirih
Rekans pengunjung blog ini, mohon maaf kalau banyak komentar dan pertanyaan yang
tidak sempat/ terlambat saya balas. Berhubung banyak aktivitas yang saya lakukan, saya
tidak sempat untuk meluangkan waktu berinteraksi dengan rekans semua. Barangkali
kalau ada pertanyaan urgen dapat disampaikan ke akun FB saja, kalau bisa saya jawab
kalau tidak mohon maaf karena banyaknya keterbatasan yang saya miliki. Artikel yang
sudah saya publikasikan di blog bebas disalin/ dikutip untuk kepentingan akademik dan
sebagainya dengan memerhatikan kaidah-kaidah pengutipan. Semoga bermanfaat. Tabik!