Anda di halaman 1dari 3

A.

Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana


1. Unit hemodialisis mempunyai bangunan dan prasarana yang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ruangan hemodialisis:
Ruangan hemodialisis sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas untuk 4 mesin hemodialisis.
Rasio mesin hemodialisis dengan luas ruangan sekurang-kurangnya sebesar 1:8 m2.
b. Ruangan isolasi untuk pasien Hepatitis B. Tidak diwajibkan untuk menyediakan ruangan isolasi khusus untuk
kasus infeksi lain seperti TB, avian influenza, dan-lain-lain.
c. Ruangan pemeriksaan/konsultasi
d. Ruangan dokter
e. Ruangan perawat (nurse station)
f.
Ruangan reuse
g. Ruangan pengolahan air (water treatment)
h. Ruangan sterilisasi alat
i.
Ruangan penyimpanan obat
j.
Ruangan pimpinan
k. Ruangan administrasi
l.
Ruangan pendaftaran/penerimaan pasien dan rekam medik
m. Ruang penunjang non medik yang sekurang-kurangnya terdiri dari pantry, gudang peralatan, tempat cuci.
n. Ruang tunggu keluarga pasien
o. Toilet yang masing-masing terdiri dari toilet untuk petugas, toilet untuk pasien, dan toilet untuk penunggu
pasien.
p. Spoelhok
2. Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, ventilasi, penerangan, dan mempunyai
sistem keselamatan kerja dan kebakaran.
3. Mesin hemodialisis yang digunakan dalam pelayanan harus dikalibrasi secara berkala sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment) yang memenuhi persyaratan kesehatan.
5. Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai peraturan yang berlaku (septic tank
besar/rujukan limbah padat infeksius).
6. Dianjurkan memiliki fasilitas akses internet agar dapat mengirim laporan berkala ke manajemen rumah sakit dan
PERNEFRI Pusat (Indonesian Renal Registry).

B. Persyaratan Minimal Peralatan


Satu unit hemodialisis mempunyai peralatan meliputi:
1. Sekurang-kurangnya 4 mesin hemodialisis yang siap pakai dan jenis mesin hemodialisis tersebut harus terdaftar di
Departemen Kesehatan.
2. Tempat tidur/kursi untuk tempat pasien yang sedang menjalani hemodialisis.
3. Peralatan medik standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan, dan sebagainya dengan jumlah
sesuai kebutuhan.
4. Peralatan resusitasi kardipulmoner yang sekurang-kurangnya terdiri dari ambu viva, defibrillator, suction,
endotracheal tube.
5. Peralatan reuse dialiser manual atau otomatik.
6. Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialisis memenuhi standar Association for the Advancement of Medical
Instrumentation (AAMI).
7. Peralatan sterilisasi alat medis.
8. Generalor listrik berkapasitas sekurang-kurangnya sebesar kebutuhan untuk menjalankan mesin hemodialisis yang
ada.
9. Peralatan pemadam kebakaran.
10. Peralatan komunikasi eksternal (telepon dan fax).
11. Peralatan untuk kegiatan perkantoran.
12. Peralatan untuk mengelola limbah dan sampah.
13. Perlengkapan dan peralatan lain sesuai kebutuhan.
C.

PATIENT SAFETY
1. Pengendalian Infeksi
Unit dialisis wajib menyediakan dan memonitor kesehatan lingkungan untuk meminimalkan transmisi agen infeksius
didalam dan antar unit serta rumah sakit di sekitarnya atau kawasan publik lainnya.
Pencegahan transmisi infeksi diantara pasien hemodialisis meliputi:
a) Pengendalian infeksi di unit hemodialisis
Pengendalian infeksi ditujukan untuk mencegah transmisi virus bloodborne dan bakteri patogenik
lainnya diantara pasien.
Pemeriksaan serologik rutin untuk infeksi virus Hepatitis B.
Vaksinasi Hepatitis B.
Isolasi pasien dengan hasil HBsAg positif.
b) Surveilans untuk mencari infeksi dan efek samping lainnya.

c)
2.

Pelatihan dan edukasi pengendalian infeksi.

Kualitas Air dan Dialisat


Kondisi ini mengacu pada standar Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI).
Kemurnian air. Kadar maksimum kontaminan kimiawi yang diperbolehkan dalam air yang dipakai untuk persiapan
dialisat dan konsentrat bubuk di fasilitas dialisis dan untuk memproses ulang dialiser disajikan pada tabel dibawah
ini..
Pihak supplier water treatment system wajib merekomendasikan suatu sistem yang mampu memenuhi standar
tersebut pada saat instalasi diberikan analisis air.
Setelah instalasi water treatment, penyimpanan dan sistem distribusi, user bertanggung jawab untuk monitoring
kontinyu kadar kontaminan kimiawi di dalam air dan harus memenuhi standar AAMI. Pemeriksaan kontaminan
kimiawi dilakukan setiap enam bulan.
Bakteriologi air. Air yang dipakai untuk persiapan dialisat atau konsentrat bubuk di fasilitas dialisis dan untuk
memproses ulang dialiser wajib memiliki kadar bakteri (total viable microbial count) kurang dari 200 CFU/ml dan
kadar endotoksin kurang dari 2 EU/ml.
Direktur operasional bertanggung jawab untuk menjamin supplier agar dapat memenuhi persyaratan tersebut pada
saat instalasi dilakukan baik pada water treatment system, penyimpanan dan distribusi.
Pemeriksaan bakteri dan endotoksin wajib dilakukan satu bulan sekali.
Bakteriologi dialisat ultrapure. Dialisat ultrapure harus mengandung total viable microbial count kurang dari 0.1
CFU/ml dan kadar endotoksin kurang dari 0.03 EU/ml.
User bertanggung jawab untuk monitoring bakteriologi dialisat setelah instalasi.
Prasarana. Fasilitas dialisis wajib mengembangkan rencana cadangan apabila sistem pemurnian air dan
distribusinya mengalami kegagalan.
Sistem pemurnian air. Sistem pemurnian air terdiri dari 3 bagian dasar: bagian pre-treatment (sediment filter,
cartridge filter, softener, dan carbon adsorption bed), proses pemurnian primer (reverse osmosis) dan deionisasi dan
ultrafiltrasi.
Lingkungan. Sistem pemurnian air dan penyimpanannya harus dilokasikan di area yang aman yang mudah diakses
untuk user. Lokasi yang dipilih harus mempertimbangkan ruang untuk meminimalkan panjang dan kompleksitas
sistem distribusi. Akses ke sistem pemurnian air harus dibatasi hanya untuk staf yang bertanggung jawab untuk
monitoring dan pemeliharaan sistem.
Penyimpanan air dan distribusinya. Sistem penyimpanan air dan distribusinya harus dirancang khusus untuk
memudahkan kontrol bakterial, termasuk pengukuran untuk mencegah kolonisasi bakteri dan memudahkan proses
desinfeksi rutin.
Bagian dasar tangki penyimpanan air berbentuk kerucut atau mangkuk dan harus mengalir dari titik terendah dari
dasar.
Sistem distribusi air berbentuk loop kontinyu dan dirancang untuk meminimalkan proliferasi bakteri dan
pembentukan biofilm. Sistem distribusi air dibuat dari bahan yang tidak menambah unsur kimia seperti aluminium,
tembaga, timah dan seng atau kontaminan bakteri pada air yang telah dimurnikan.

3.

Dialiser Pakai Ulang (reuse)


Persyaratan:
Tidak dilakukan pada pasien VHB (+) dan HIV (+)
Reuse hanya untuk dipakai pada pasien yang sama.
Dialiser harus diberikan label.
Kualifikasi personil: Personil yang melakukan reuse harus mendapatkan pendidikan yang adekuat,
pelatihan atau pengalaman untuk dapat memahami dan melakukan prosedur.
Dokter di fasilitas dialisis wajib memberikan kursus pelatihan untuk melakukan proses dialiser pakai
ulang.
Semua pasien harus diberikan informed consent mengenai pemakaian dialiser proses ulang.
Peralatan yang dipakai untuk reuse harus dirancang, dibuat dan diuji untuk melakukan proses yang
dikehendaki.
Personil yang melakukan reuse wajib mengenakan sarung tangan dan apron saat menangani dialiser
selama inisiasi dan terminasi dialisis dan selama prosedur reprosesing.
Alat yang di-reuse, menunggu untuk di-reuse, atau sudah di-reuse sebaiknya disimpan untuk
meminimalkan kerusakan maupun kontaminasi.
Pengukuran performa dialiser menggunakan total cell volume (TCV). Diharapkan dapat mencapai
TCV minimal 80% dari TCV awal.
Pemeriksaan integritas membran seperti tes kebocoran tekanan udara sebaiknya dilakukan diantara
pemakaian.
Prosedur reuse hanya dilakukan sampai maksimal 7 kali pada satu dialiser yang sama.

4.

D.

Lingkungan Fisik
Fasilitas dialisis dirancang, dibangun, dilengkapi dan dipelihara untuk menyediakan lingkungan yang
aman, fungsional dan nyaman untuk pasien, staf dan masyarakat.
Fasilitas dialisis harus menerapkan proses dan prosedur untuk mengelola kedaruratan medis dan
non medis yang mungkin mengancam kesehatan atau keselamatan pasien, staf, atau masyarakat.
Kedaruratan yang dimaksud meliputi, namun tidak terbatas pada, kebakaran, kegagalan peralatan
atau daya, terkait perawatan, gangguan pasokan air, dan bencana alam yang sering terjadi di wilayah
geografis setempat.

Sistem Pembiayaan
1. Sumber:
Biaya sendiri (out of pocket)
Jaminan: PT Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, SKTM
Perusahaan
Lain-lain
2. Pola tarif terdiri dari:
Konsultasi dokter
Tindakan:
a. Jasa medik
b. Jasa rumah sakit
c. Bahan dan alat

E. Pengendalian Limbah
Mengikuti pengendalian limbah di rumah sakit.
F. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pelaksanaan kewaspadaan universal (universal precaution) yang ketat (pasien, staf, penggunaan alat
medik/non medik) merupakan kunci utama dalam pencegahan transmisi.
Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan ketentuan yang
mengacu pada patient safety.
Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), tidak pada pengidap virus
Hepatitis C (VHC) dan HIV.
Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada pasien pengidap VHC, akan
tetapi dilarang pada pengidap VHB dan HIV.
G.

Pencatatan dan Pelaporan


Dalam rekam medik dicatat diagnosis medik (berdasarkan ICD X dan ICD 9 CM) untuk pelaporan ke
manajemen RS.
Mengirim laporan ke Indonesian Renal Registry PERNEFRI secara berkala tiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai