Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan stadium kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan kanker esofagus
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan kanker esofagus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kanker Esofagus
Kanker esophagus yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini
pertama kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali sukses
dilakukan oleh Frank Torek, pada tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di America
Serikat berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks esofagotomi dengan
rekonstruksi ( Fisichella, 2009 ).
B. Etiologi
Penyebab pasti kanker esofagus tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menjadi presdisposisi yang diperkirakan berperan dalam patogenesis kanker. Presdisposisi
penyebab kanker esofagus biasanya berhubungan dengan terpajannnya mukosa esofagus dari
agen berbahaya atau stimulus toksik, yang kemudian menghasilkan terbentuknya displasia yang
bisa menjadi karsinoma
Beberapa faktor juga dapat memberikan kontribusi terbentuknya karsinoma sel
skuamosa, seperti berikut ini :
1. Defisiensi vitamin dan mineral. Menurut beberapa studi, kekurangan riboflavin pada ras China
memberikan kontribusi besar terbentuknya kanker esofagus (Doyle C,2006)
2. Pada faktor merokok sigaret dan penggunaan alkohol secara kronik merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker esofagus (Edmondso,2008)
3.
Infeksi papilomavirus pada manusia dan Helicobacter pylory disepakati menjadi faktor yang
memberi kontribusi peningkatan resiko kanker esofagus (Fisichella,2009)
Penyakit refluk gastroesofageal menjadi faktor predisposisi
utama
terjadinya
adenokarsinoma pada esofagus. Faktor iritasi dari bahan refluks asam dan garam empedu
didapatkan menjadi penyebab. Sekitar 10-15 % pasien yang melakukan pemeriksaan endoskopik
mengalami displasia yang menuju ke kondisi adenokarsinoma. Pasien dengan iritasi refluks
gastroesofageal sering berhubungan dengan penyakit Barret esofagus yang beresiko menjadi
keganasan (Thornton,2009)
C. Stadium Tumor
The American Joint Committee on Cancer Stanging membagi stadium tumor berdasarkan
TNM sistem. Metastasis dari karsinoma epidermal bermula dari mukosa esofagus dan tumbuh
intraluminal sebagai satu tumor dimana sering terdapat ulserasi pada permukaannya
(Glenn,2011)
Stadium kanker esofagus dengan menggunakan sistem TNM menurut Raymond Thornton
Tahun 2009 :
Kelenjar Getah Bening (KGB)
Tumor Primer (T)
Metastasis Jauh (M)
Regional (N)
TX Tumor primer tidak
NX
Kelenjar getah bening
MX
Adanya metastasis
dapat dinilai
TO
NO
dinilai
Tidak ada metastasis
M0
dinilai
Tidak ada
Tis
terbukti
Carsinoma
N1
jauh
Ada metastasis ke
M1
metastasis jauh
Ada metastasis
KGB regional
T1
Invasi ke lamina
T2
propia/submukosa
Invasi ke tunika
T3
muskularis propia
Invasi ke tunika
T4
adventisia
Invasi ke struktur
jauh
sekitar
Pengelompokan stadium dan prediksi bertahan hidup menurut Raymond Thornton Tahun 2009 :
Stadium
TNM
Bertahan
Hidup setelah
Stadium 0
Stadium I
Stadium II a
Tis
T1
T2
T3
T1
T1
T3
T4
Setiap T
Setiap T
Stadium II b
Stadium III
Stadium IV a
Stadium IV b
NO
NO
NO
NO
N1
N1
N1
No
Setiap N
Setiap N
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
M1a
M1b
5 Tahun
75%
50%
40%
20%
15%
<1%
<1%
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kanker esofagus menurut Syamsul Jamail Tahun 2010 antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Sulit menelan
Hilang berat badan secara tiba-tiba
Nyeri pada dada
Lelah
Ulsertiva esofagus tahap lanjut
Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan
Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan
Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan
i.
akhirnya cegukan
Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat
kelaparan.
E. Patofisiologi
Secara fisiologis jaringan esofagus distratafikasi oleh epitel non keratin skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa yang meningkat dari epitel terjadi akibat stimulus iritasi kronik agen
iritan, alkohol, tembakau, dan beberapa komponen nitrogen diidentifikasi sebagai karsinogenik
iritan (Fischella,2009)
Penggunaan alkohol dan tembakau secara prinsip menjadi faktor resiko utama
terbentuknya karsinoma sel skuamosa. Nitrosamina dan komponen lain netrosil didalam acar
(asinan), daging bakar, atau makanan ikan yang diasinkan memberikan kontribusi peningkatan
karsinoma sel skuamosa pada esofagus (Thornton,2009)
Pendapat lain menyebutkan adanya hubungan antara peningkatan kejadian karsinoma sel
skuamosa pada esofagus dengan konsumsi kronik air hangat (Smeltzer,2002), konsumsi sirih,
asbestos, polusi udara, dan diet tinggi bumbu rempah. Akan tetapi, pendapat lain menyebutkan
hal sebaliknya, dimana konsumsi diet tinggi buah dan sayur sayuran justru menjadi faktor
protektif untuk terjadinya karsinoma sel skuamosa (Fisichella,2009).
Beberapa kondisi medis yang dipercaya meningkatkan karsinoma sel skuamosa, seperti
akalasia, striktur, tumor kepala dan leher, peyakit plummer-Vinson syndrome, serta terpajan dari
radiasi. Karsinoma sel skuamosa meningkat pada akalasia setelah periode 20 tahun kemudian.
Hal ini dipercaya akibat iritasi yang lama dari material lambung. Pada pasien striktur, akibat
kondisi kontak dengan cairan alkali akan meningkatkan sekitar 3% karsinoma sel skuamosa
setelah 20 - 40 tahun. Tumor kepala dan leher dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa
yang disebabkan oleh faktor penggunaan alkohol dan tembakau. Penyakit plummer-Vinson
syndrome akan mengalami disfagia, anemia defisiensi besi, dan web esofagus. Kondisi ini akan
meningkatkan insiden kejadian karsinoma sel skuamosa postkrikoid (Enzinger,2003).
Adenokarsinoma esofagus sering terjadi pada bagian tengah dan bagian bawah esofagus.
Peningkatan abnormal mukosa esofageal sering dihubungkan dengan refluks gastroesofageal
kronik. Metaplasia pada stratifikasi normal epitelium skuamosa bagian distal akan terjadi dan
menghasilkan epitelium glandular yang berisi sel-sel goblet yang disebut epitel Barret.
Perubahan genetik pada epitelium meningkatkan kondisi displasia dan secara progresif
membentuk adenokarsinoma pada esofagus (Papineni,2009).
Penyakit refluks gastroesofageal merupakan faktor penting terbentuknya epitel Barret.
Pada pasien dengan penyakit refluks gastroesofageal, sekitar 10% menghadirkan epitel Barret
dan pada pasien dengan adanya epitel Barret sekitar 1% akan terbentuk adenokarsinoma
esofagus. Oleh karena itu diperlukan untuk dilakukan biospi endoskopik untuk menurunkan
resiko keganasan pada esofagus (Fisichella,2002).
Adanya kanker esofagus bisa menghasilkan metastasis ke jaringan sekitar akibat invasi
jaringan dan efek kompresi oleh tumor. Selain itu, komplikasi dapat timbul karena terapi
terhadap tumor. Invasi oleh tumor sering terjadi ke struktur di sekitar mediastinum. Invasi ke
aorta mengakibatkan pendarahan masif, invasi ke perikardium terjadi tamponade jantung atau
sindrom vena kava superior;invasi ke serabut saraf menyebabkan suara serak atau diasfagia,
invasi ke saluran nafas mengakibatkan fistula trakeosofageal dan esofagopulmonal, yang
merupakan komplikasi serius dan progresif mempercepat kematian. Sering terjadi adalah
pneumonia aspirasi yang pada gilirannya yang akan menyebabkan abses paru dan epiema. Selain
itu, juga dapat terjadi gagal nafas yang disebabkan oleh obstruksi mekanik atau pendarahan.
Pendarahan yang terjadi pada tumornya sendiri dapat menyebabkan anemia defisiensi besi
sampai pendarahan akut masif. Pasien sering tampak malnutrisi, lemah, emasiasi, dan gangguan
sistem imun yang kemudian akan menyulitkan terapi (Wang,2008).
F. Faktor resiko
Penyebab-penyebab yang tepat dari kanker esophagus tidak diketahui secara pasti.
Bagaimanapun, studi-studi menunjukan bahwa apa saja dari faktor-faktor berikut dapat
meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus :
a.
Umur
Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua; kebanyakan orang-
f.
Pasien-pasien yang telah mempunyai kanker-kanker kepala dan leher lainya mempuyai
kesempatan yang meningkat dari pengembangan suatu kanker kedua pada area kepala dan leher,
termasuk kanker esophagus.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
medis
disesuaikan
dengan
penentuan
stadium
(staging)
dan
pengelompokan stadium tumor. Penatalaksanaan yang lazim dilakukan adalah intervensi non
operasi dan intervensi operasi.
1. Intervensi non operasi
a. Radiasi
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif. Pada kebanyakan pasien, radiasi eksternal
memberikan efek penyusutan tumor. Komplikasi akibat radiasi sering berupa striktura, fistula
dan perdarahan, selain itu terkadang juga dijumpai komplikasi kardiopulmunal (Enzinger,2003)
b. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi operasi dan terapi radiasi. Biasanya
digunakan kemoterapi kombinasi Sisplatin bersama Paclitaxel dan 5 fluorouracil (Le Prise,1994)
c. Terapi Laser
Pemberian intervensi terapi laser dapat membantu menurunkan secara sementara kondisi disfagia
pada 70% pasien kanker esofagus. Pelaksanaan secara multipel yang dibagi pada beberapa sesi
dapat meningkatkan kepatenan lumen esofagus (Wang,2008)
d. Photodynamic therapy (PDT)
PDT dapat dilakukan pada pasien dengan keganasan jaringan displatik. Fotosintesis mentransfer
energi ke substrat kimia jaringan abnormal. Beberapa studi PDT atau terapi laser dengan
kombinasi penghambat asam jangka panjang, menghasilkan terapi endoskopik yang efektif pada
displasia mukosa Barret dan mengeliminasi mukosa Barret (Fisichella,2009)
2. Intervensi Bedah
Esofagotomi dilakukan memulai insisi abdominal dan sevikal melewati hiatus esofagus/
THE (transhiatal esophagectomy) atau dengan cara insisi abdominal dan toraks kanan/ TTE
(transhorakcic esophagectomy). Pada THE rongga dada tidak dibuka. Ahli bedah melakukan
manuver transhiatal dengan mengangkat esofagus secara manual dari rongga thoraks. Pada TTE
bagian tengah dan bawah esofagus diangkat melalui rongga toraks yang dibuka. Pembukaan
abdomen dilakukan agar dapat memobilisasi lambung untuk memudahkan reseksi (Mackenzezie,
2004)
H. Pencegahan
Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel skuamosa
kanker esophagus, penghentian tembakau dan alkohol secara signifikan dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker ini. Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan dengan asupan
makanan tinggi nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur dapat
menurunkan risiko sekitar 50%.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Arif Muttaqin (2011), pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien kanker esofagus
adalah :
Pada pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker esofagus. Keluhan disfagia
terdapat pada hampir semua pasien yang mengalami kanker esofagus. Pada keluhan disfagia
berat, apabila didapatkan pasien tidak bisa meneguk air minum, maka memberikan indikasi
pembesaran tumor telah menyumbat lumen esofagus.
Pada pengkajian riwayat penyakit penting untuk diketahui adanya penyakit yang pernah
diderita seperti refluks gastroesofageal, akalasia, striktur esofagus, dan tumor pada kepala atau
leher.
Pada pengkajian psikososial biasanya didapatkan adanya kecemasan berat setelah
mendapat pemberitahuan tentang kondisi kanker esofagus.
Pada pengkajian diagnostik untuk kanker esofagus yang diperlukan adalah pemeriksaan
radiografi, endoskopi biopsi, sitologi, dan laboratorium klinik.
1. Pemeriksaan Radiografi
a. Dengan bubur barium akan terdapat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus dimana
akan terlihat tumor dengan permukaan erosif dan kasar pada bagian esofagus yang terkena. Bila
terdapat penyempitan pada bagian distal oleh penyebaran tumor ini dari daerah kardia lambung,
b.
4. Pemeriksaan tes faal hati dan ultrasonografi diperlukan untuk mengetahui apakah ada metastasis
pada hati.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi, radioterapi,
rencana pembedahan esofagus.
2. Risiko injuri b.d. pascaoperasi bedah reseksi esofagus.
3. Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d. kemampuan bentuk menurun
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurangnya intake makanan yang
adekuat.
5. Nyeri b.d. iritasi mukosa esofagus, respons pembedahan.
6. Kecemasan b.d. prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana pembedahan.
C. Rencana Keperawatan
Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, intervensi kemoterapi, radioterapi,
rencana pembedahan esofagus.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria Hasil:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi
Rasional
prosedur
Jelaskan
prosedur
dan
lakukan
diagnostik
dengan barium
diberikan.
intervensi Pemeriksaan radiografi dengan barium tidak
radiografi menyebabkan
rasa
sakit.
Perawat
penjelasan.
Persiapan
dan
yang
akan
dilakukan pemeriksaan
endoskopi
dan
biopsi
sangat
Rasional
Kaji
faktor-faktor
mediastinum
memberikan
predisiposisi
pulmonal.
Pasien
pascaoperasi
esofagektomi
akan
secara
hati-hati
dokumentasikan intake dan output jam pada saat pencatatan. Perawat memeriksa
cairan.
awal
Rasional
untuk interpretasi
intervensi
Pemenuhan
oksigen
dapat
lakukan
kemampuan
suctioning
mengevakuasi
tidak efektif
Instruksikan
pasien
nasal
yang
dimasukkan
kedalam
dengan
tingkat
pernapasan dalam dan melakukan toleransi yang baik, maka pernapasan diafragma
batuk efektif
dilakukan
dengan
batuk
efektif,
frekuensi
pernapasan,
dan
Anjurkan
pasien
makan
dengan Makanan
dapat
lewat
dengan
mudah
ke
muntah.
intervensi/pemeriksaan peroral.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria :
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
- Pasien dapat mendemonstrasikan ketrampilan pemecahan masalahnya dan perubahan
koping yang digunakan sesuai yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar, pasien dapat
rilek dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi
Rasional
Monitor respon fisik, seperti kelemahan, Digunakan
perubahan tanda vital, dan gerakan yang derajat/tingkat
dalam
mengevaluasi
kesadaran/konsentrasi,
kesempatan
untuk
untuk
D. Evaluasi :
Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian
Kanker esophagus yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini pertama kali di
deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali sukses dilakukan oleh
Frank Torek, pada tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di America Serikat berhasil
melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks esofagotomi dengan rekonstruksi
( fisichella, 2009 ).
2. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kanker esofagus menurut Syamsul Jamail Tahun 2010 antara lain :
a. Sulit menelan
b. Hilang berat badan secara tiba-tiba
c. Nyeri pada dada
d. Lelah
e. Ulsertiva esofagus tahap lanjut
f. Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan
g. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan
3. Faktor resiko
a. Umur
b. Kelamin
c. Penggunaan Tembakau
d. Penggunaan Alkohol
e. Barrett's Esophagus
f. Sejarah Medis
4. Penatalaksanaan Medis
a. Intervensi non operasi (Radiasi, Kemoterapi, Terapi Laser, Photodynamic therapy)
b. Intervensi Bedah
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif.2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Salemba Medika
Fisichela, Piero M.2009.Esophageal Cancer.eMedicine Specialties. Oncology. Carcinomas of the
Gastrointestinal.
Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarata: EGC