Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN INDUSTRI TOBACCO

Nama Kelompok
Shabrina Yeda Soraya
Setia Dwi Ratna R.
Ragil Nurhidayah
Andika Atnanta P.
Muhammad Vidtozein C.

041511233099
041511233101
041511233102
041511233104
041511233105

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

Sejarah Tembakau (tobacco)


Tembakau (tobacco) atau dalam bahasa
latinnya Nicotiana Tabacum, merupakan tanaman
berdaun hijau yang banyak tumbuh di iklim hangat.
Tanaman ini dikenali dari bentuk daunnya yang besar
dan lebar, serta aromanya yang khas. Tanaman ini
diberdayakan untuk dijadikan bahan dasar rokok dan
produk sejenisnya (termasuk kretek, cerutu, dan
sigaret). Di beberapa wilayah di dunia, tanaman ini
juga dimanfaatkan dengan cara dikunyah (dihisap) di
mulut.
Awal mula dikenalnya tembakau dimulai sejak berabad-abad silam. Menurut
sejumlah catatan, diketahui bahwa suku Maya di Meksiko, yang hidup diantara era 600 900
Masehi, telah mengunakan tembakau dalam aktifitas sehari-hari. Ini dibuktikan dari lukisan
pada batu-batu peninggalan suku tersebut. Tembakau juga digunakan oleh suku asli Amerika
(Native American) sebagai tujuan spiritual dan untuk kepentingan penyembuhan. Biasanya
para kepala suku dan dukun adat menggunakan pipa tertentu untuk menghisap tembakau
dalam ritual tersebut. Kemudian diperkirakan bahwa pada pelayaran Christopher Columbus
di era 1490an, dia pernah ditawari tembakau kering oleh penduduk setempat (yang ia
namakan Indian), dan dari situlah tembakau dibawa ke Eropa dan mulai dikenal disana.
Dalam sejarahnya kemudian, pada era 1600an, tembakau mulai ditanam dengan
tujuan komersial. Bahkan konon kabarnya presiden Amerika Serikat pertama, George
Washington, juga memiliki kebun tembakau.
Di era berikutnya, sekitar 1800an, konsumsi atas tembakau (dan produk tembakau)
mulai bervariasi, yakni dengan cara dikunyah maupun dihisap dengan pipa atau dengan
melinting tembakau tersebut dengan tangan (secara manual). Kemudian, nikotin (nicotine),
sebagai zat berbahaya pada tembakau, ditemukan di 1826.
Selanjutnya, mesin tembakau pertama kali diperkenalkan oleh James Bonsack di
1881. Era ini menandai berkembangnya produk olahan tembakau dengan skala besar.
Produksi yang dihasilkan oleh mesin Bonsak bisa menghasilkan 120 ribu produk tembakau
(sigaret) setiap harinya.
Dikurun waktu sesudah itu, yakni diawal 1900an perusahan tembakau modern
mulai didirikan, diantaranya adalah The American Tobacco Company dan satu nama terkenal
lainnya, yakni Philip Morris Company, dengan brand rokok Marlboro. Sampai dengan 1944,
produksi rokok mencapai 300 miliar batang per tahun (Jacobs, M, From The First To The
Lash Ash: The History, Economics, & Hazards of Tobacco, 2005).

Sejak saat itu sampai berpuluh tahun kemudian, rokok mulai terkenal sebagai
produk konsumsi, baik dikalangan seni pertunjukan (film-film barat/western), yang turut
memopulerkannya, maupun ketika pecah perang dunia, baik pertama maupun kedua.

Transnational Tobacco Companies (TTC)


Penjualan rokok memperluas ke pasar baru, pasar industri saham berkonsolidasi, dan
pasar semakin dikendalikan oleh beberapa perusahaan internasional. Pada tahun 2001
sedikitnya 50% penjualan pasar global dikuasai oleh perusahaan rokok transnasional (TTC).
Pada 2014, 84% dari pasar dikendalikan oleh TCTs. Selama dekade terakhir, pasar rokok
internasional telah didominasi oleh lima perusahaan, China National Tobacco Corporation,
Philip Morris International, British American Tobacco, Japan Tobacco International and
Imperial Tobacco.

China National Tobacco Corporation (CNTC)


Dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Cina dan menjadi produsen rokok terbesar
di dunia dengan 44% dari pasar global. CNTC menjual mayoritas produknya di China dan
lebih dari 1% dari rokok yang diproduksi diekspor di beberapa negara. Untuk meningkatkan
upaya penjualan, CNTC menghasilkan beberapa merek, seperti RDG, Dubliss and Harmony
internationally.
Philip Morris International (PMI)
Sebuah perusahaan publik dari Amerika dengan kantor pusat di Lausanne, Swiss. PMI
memproduksi rokok 15% dari pasar rokok internasional menjadi perusahaan rokok paling
menuntungkan di dunia. Sejak berpisah dari perusahaan induknya, Altria, pada tahun 2008,
PMI hanya menjual produk tembakau di luar Amerika Serikat. Perusahaan ini beroperasi di
lebih dari 180 negara, dan produknya menjadi 6 dari top 15 merek di dunia, termasuk
Marlboro. penjualan rokok di Asia mendorong pertumbuhan PMI. dan perusahaan akan terus
fokus pada pertumbuhan penjualan di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina. PMI juga
memperluas pangsa pasar di Bangladesh, China, India dan Vietnam.

British American Tobacco (BAT)


Perusahaan publik yang berbasis di London. BAT beroperasi di 200 negara, dan
menjadi perusahaan terbesar ketiga di pasar tembakau global dan mengendalikan 11% dari
market. Top merek dari perusahaan ini adalah Pall Mall, Kent, Lucky Strike dan Dunhill.
71% dari volume BAT didistribusikan di pasar negara berkembang. Perusahaan saat ini
berfokus pada bagaimana Peningkatan penjualan di pasar Asia.
Japan Tobacco International (JTI)
Perusahaan ini bermarkas di Jenewa, Swiss. Pemerintah Jepang memegang 33%
saham di JT. JTI beroperasi di 120 negara. perusahaan ini menjadi perusahaan rokok terbesar
keempat di dunia atau 9% dari rokok global market. Merek yang terkenal dari perusahaan ini
adalah Winston, Mervius (sebelumnya dikenal sebagai Mild Seven) dan Camel. JTI terus
memperluas kehadirannya di pasar negara berkembang, dan baru-baru ini mengakuisisi
perusahaan rokok di Sudan.
Imperial Tobacco Group
Salah satu perusahaan rokok di Inggris. Termasuk perusahaan kelima yang
berpartisipasi di pasar tembakau global dan mengendalikan 5% dari market. Imperial
Tobacco Group beroperasi lebih dari 160 pasar, dengan 65% dari produk yang dijual di pasar
negara berkembang. Antara lain Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur dan Asia. Merek-merek
terkenal dari perusahaan ini adalah Davidoff dan Gauloises.

PASAR ROKOK TERBESAR


Tobacco Industry Targets
Lima negara mengkonsumsi rokok
terbesar didunia, Cina, Rusia, AS, Jepang dan
Indonesia untuk 63% dari rokok yang terjual
di dunia tahun 2014. Enam dari sepuluh pasar
rokok terbesar tahun 2014 berada di negara
berkembang, tiga di antaranya adalah negara
Asia Pasifik.
Cina adalah pasar rokok terbesar di
dunia. Nilai penjualan pasar rokok di China
pada tahun 2014 adalah US $ 226 miliar. nilai
eceran pasar rokok terbesar berikutnya, adalah
Rusia dengan jumlah US $ 28 miliar pada
2014. Antara tahun 2012 sampai 2014
pertumbuhan pasar rokok di Cina mengalami
penurunan sebesar 2,2%.
Penjualan rokok di Rusia menurun sejak tahun 2008. Pada tahun 2008-2014 penjualan
turun hingga 20%. Namun, selama periode waktu yang sama, nilai-nilai ritel telah meningkat
65%, dari US $ 17 miliar menjadi US $ 28 miliar. Dengan pangsa pasar 34%, JTI adalah
pasar pemimpin di Rusia, tetapi PMI, BAT dan Imperial juga memiliki kehadiran di pasar.
Pasar rokok di Indonesia cukup unik, karena penjualan didominasi oleh rokok kretek
(rokok yang dibuat dengan campuran tembakau, dan cengkeh). Antara 2013 dan 2014, pasar
rokok Indonesia tumbuh hampir 8%. Perusahaan rokok terkemuka di Indonesia adalah
Sampoerna, yang diakuisisi oleh PMI pada tahun 2005 telah mendapatkan persebaran pasar
terbesar di Indonesia mengalahkan perusahaan milik negeri. Beberapa perusahaan TTC
mencoba untuk membuat keuntungan di Indonesia.
Pasar tembakau India didominasi oleh penjualan tembakau tanpa asap (75%). rokok
diproduksi hanya 5% dari pasar, dan 20% pengguna tembakau merokok bidi (kecil, tipis,
rokok lintingan). Sementara rokok bukan produk tembakau paling populer di India, hampir
96 miliar batang terjual pada 2014, membuat negara menjadi target yang penting bagi
perusahaan tembakau internasional.
Industri rokok global adalah salah satu yang paling industri yang menguntungkan dan
mematikan di dunia.

nilai Rokok ritel pada 2014 senilai US $ 744 billion.


Pada tahun 2014, lebih dari 5,6 triliun rokok dijual kepada satu miliar perokok.
Antara tahun 2000 dan 2014, penjualan rokok global meningkat 8% sementara nilai
ritel meningkat 121% . analisis industri memprediksi bahwa selama lima tahun ke
depan industri rokok global akan terus tumbuh dan diperkirakan meningkat 0,9% dan
nilai ritel meningkat 29% .

Secara Global, konsumsi rokok tumbuh di negara berpenghasilan rendah. Penjualan


beralih dari pasar negara maju, seperti di Eropa Barat di mana prevalensi merokok menurun
dan di mana kegiatan operasional perusahaan lebih dibatasi oleh kebijakan pemerintah yang
ketat. untuk pasar negara berkembang, seperti di Asia dan Afrika, perusahaan tembakau
mengambil keuntungan penuh dari lingkungan. Dikarena peraturan yang longgar, serta dapat
meningkatkan pendapatan suatu negara.
Antara 2005 dan 2014, penjualan rokok di Asia Pasifik dan di kawasan Timur Tengah
dan Afrika telah meningkat sementara didaerah lain mengalami penurunan penjualan.

Pangsa Pasar
Enam Perusahaan Rokok Kuasai Pangsa Pasar Terbesar di Indonesia
Dari total 1.664 unit usaha di industri rokok di Indonesia, ternyata enam perusahaan
rokok menguasai pangsa pasar terbesar. Keenam perusahaan rokok tersebut adalah PT HM
Sampoerna Tbk (HMSP) dengan pangsa pasar sebesar 31,1% pada 2012, diikuti oleh PT
Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan pangsa 20,7%, PT Djarum dengan pangsa 20,2%, PT
Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) dengan pangsa 8,0%, PT Nojorono dengan
pangsa sebesar 5,8%, dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) memegang pangsa 1%,
berdasarkan data duniaindustri.com.
Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di dunia. Tanpa
memasukkan Amerika Serikat dan China, Indonesia merupakan pasar rokok terbesar ke-2 di
dunia, setelah Rusia, dengan volume produksi rokok mencapai 265 miliar batang pada 2014.
Nilai pasar rokok di Indonesia pada 2013 ditaksir mencapai Rp 214,9 triliun atau
enam kali dari penerimaan cukai negara. Prediksi itu mengacu pada taksiran dari Gabungan
Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri). Nilai pasar rokok di Indonesia itu setara
dengan enam kali penerimaan cukai negara, kata Ketua Gappri Ismanu Soemiran.
Pada 2012, nilai pasar rokok di Indonesia mencapai Rp 197 triliun Rp 199 triliun, naik 5%6% dibanding tahun sebelumnya Rp 188 triliun. Pertumbuhan nilai penjualan seiring proyeksi
kenaikan produksi rokok nasional sebesar 3%-4% menjadi 263 miliar batang 266 miliar
batang di 2012 dibanding tahun sebelumnya.
Jumlah perokok Indonesia menunjukkan kenaikan cukup signifikan dalam 15 tahun
terakhir. Jumlah perokok mencapai 65,1 juta jiwa, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional
dan data Riset Kesehatan Dasar. Jumlah perokok Indonesia naik rata-rata 13,3% compounded
annual growth rate (CAGR) 1995-2010. Kementerian Kesehatan mengestimasi jumlah
perokok di Indonesia merupakan ketiga terbanyak di dunia.

Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Tembakau Dunia

Produksi daun tembakau dunia periode tahun 1967-2007 mengalami peningkatan 3,57
juta ton menjadi 6,33 juta ton (peningkatan rata-rata 1,21% per tahun). Dalam periode yang
sama, luas lahan penanaman tembakau dunia juga meningkat dari 3,39 juta ha menjadi 3,93
juta ha (meningkat 0,30% per tahun). Sementara itu produktivitas usaha tani juga mengalami
peningkatan dengan laju 0,91% per tahun, yaitu sebesar 1,26ton/ha pada tahun 1967 menjadi
1,61 ton/ha tahun 2007. Tingkat produksi tembakau terbesar dunia terjadi pada tahun 1997
yang mencapai 8,99 juta ton. Akan tetapi semenjak tahun 1997, produksi tembakau dunia
mengalami penurunan sebesar 1,96% per tahun hingga tahun 2007.
Negara-negara penghasil tembakau dunia juga mengalami pergeseran. Jika tahun
1970-an Amerika Serikat tampil sebagai produsen terbesar tembakau di dunia, maka pada
periode berikutnya tergeser oleh China dan beberapa negara lainnya seperti Brazil dan India.
Indonesia sendiri yang pada tahun 1970-an belum menjadi produsen utama tembakau dunia,
pada tahun tahun 1990-an langsung masuk dalam 8 besar dan pada tahun 2007 menjadi
urutan ke 5 produsen tembakau terbesar dunia.
Dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa perkembangan produksi daun tembakau
di negara-negara berkembang seperti Brazil, India, dan Indonesia mengalami peningkatan,
sedangkan di negara maju mengalami penurunan. Hal ini tentu saja tidak bisa dipungkiri,
karena tekanan dari masyarakat di negara maju yang semakin anti tembakau. Masyarakat di
negara maju semakin sadar akan bahaya merokok, dan gerakan anti rokok tersebut terus
meningkat sehingga juga mempengaruhi penurunan luas areal tembakau. Lahan ini dialih
fungsikan menjadi lahan pertanian lain yang dianggap berpotensi dan tidak berbahaya bagi
kesehatan, misalnya gandum dan anggur. Penurunan produksi tembakau di negara maju telah
dimanfaatkan beberapa negara berkembang dalam meningkatkan pangsa ekspornya seperti
Brazil dan India, sehingga dalam ekspor daun tembakau juga mengalami pergeseran peran.

Tabel. Sepuluh Negara Produsen Utama Tembakau Dunia Tahun 1970,1990, dan 2007.
Tahun 1970

Negara

Tahun 1990
Produksi

Negara

(dlm %)

Tahun 2007
Produksi

Negara

(dlm %)

Produksi
(dlm %)

Amerika Serikat

18,54

China

37,50

China

38,87

China

17,28

Amerika Serikat

10,46

Brazil

14,73

India

7,23

India

7,82

India

8,43

Rusia

5,70

Brazil

6,31

Amerika Serikat

5,73

Brazil

5,23

Turki

4,20

Indonesia

2,67

Jepang

3,24

Rusia

4,01

Pakistan

2,00

Turki

3,21

Italia

3,05

Italia

1,91

Bulgaria

2,61

Indonesia

2,22

Turki

1,67

Pakistan

2,48

Yunani

1,92

Zimbabwe

1,62

Kanada

2,16

Zimbabwe

1,85

Yunani

1,28

Total Produksi
Daun Tembakau

4663,17

7137,44

6326,25

Dunia (ribu ton)


Sumber :FAO (2009)

Namun secara global, industri tembakau saat ini memang terbilang meningkat dan
akan terus bertahan menjadi salah satu industri terbesar di dunia
Penjualan rokok global pada tahun 2013 menyentuh 783 miliar dolar Amerika atau
tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan sejak 2004. Pertumbuhan paling banyak didorong oleh
kenaikan harga dan kecenderungan masyarakat di pasar yang lebih matang, seperti Eropa dan
Amerika Serikat untuk memilih brand premium. Permintaan produk tembakau di tahun 2014
lalu tercatat meningkat di Asia Pasifik. Namun di tahun 2015 ini, pertumbuhannya diprediksi
akan sedikit mengalami perlambatan.

Berbicara mengenai industri rokok, negara yang cukup menarik untuk ditelisik adalah
Tiongkok, yang mana negeri tirai bambu tersebut merupakan produsen sekaligus konsumen
terbesar untuk produk - produk tembakau. China memproduksi sekitar 41% dari produk

tembakau dunia, dan sekaligus sebagai konsumen terbesar dengan 43% konsumen tembakau
dunia ada di negera tersebut.
Industri rokok di Tiongkok pada tahun 2014 lalu berhasil meraup laba sekitar 1,05
triliun yuan atau 169,7 miliar dolar Amerika, meningkat 10% dibandingkan tahun
sebelumnya. Dari transaksi produk tembakau tersebut, pemerintah China menerima pajak
sebesar 911 miliar yuan, naik sebesar 12% dari tahun sebelumnya. Nilai pajak tersebut
ternyata merupakan 6,3% dari total penerimaan negara. Jumlah penerimaan cukai rokok
diperkirakan akan mencapai 1 triliun yuan pada tahun 2015 ini. Namun dilemanya adalah saat
ini pemerintah Tiongkok tengah serius mempertimbangkan untuk melakukan berbagai
pembatasan terhadap ruang bagi para perokok

Daftar Pustaka

Euromonitor International [database on the Internet]. Cigarettes: Global. Euromonitor


International. c 2015.
Euromonitor International. Cigarettes China. London: Euromonitor International; 2015.
Philip Morris International. 2014 Investor Day presentation. 2014 June. Available from:
http://phx.corporate-ir.net/phoenix.zhtml?c=146476&p=investorday2014.
Euromonitor International. Imperial Tobacco in Tobacco (World). Euromonitor
International;2011 [updated April 3].
global.tobaccofreekids.org
http://membunuhindonesia.net/2015/12/pasar-tembakau-global/

Anda mungkin juga menyukai