Anda di halaman 1dari 88

BUDIDAYA TEMBAKAU

1
SEJARAH TEMBAKAU
 Di Eropa kebiasaan
merokok dengan pipa
makin populer, untuk ini
tembakau diimpor dari
Amerika. Tembakau
menjadi komoditas dagang
yang menguntungkan.
 Di Asia awalnya tembakau
diintroduksikan ke Filipina
dari Amerika Selatan. Dari
situ meluas ke negara-
negara Asia seperti Cina,
Jepang, Indonesia, India
pada awal abad ke 17.
2
PERKEMBANGAN TEMBAKAU DI INDONESIA
Pada awalnya tembakau hanya ditanam secara kecil-kecilan
oleh petani, terutama untuk kepentingan sendiri.
Tanaman yang masuk dalam ketentuan tanam paksa yaitu
kopi, tebu, indigo, tembakau, kayu manis, teh, dan merica.
Produk yang dihasilkan diekspor ke Eropa.
Kualitas tembakau yang dihasilkan kurang baik, padahal
peluang pasar di Eropa bagus. Untuk meningkatkan kualitas
tembakau, tahun 1834 pemerintah Belanda mengirim petugas
(N. G. de Voogt) ke Kuba untuk mempelajari teknik
penanaman tembakau.
Meskipun upaya telah dilakukan dengan menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dari Kuba, ternyata hasilnya
kurang menguntungkan.

3
PENGUSAHAAN TEMBAKAU SKALA PERKEBUNAN
Perkebunan tembakau pertama di daerah Besuki didirikan oleh
Franssen v.d. Putte di Sukowono pada tahun 1856, yang
mengusahakan tembakau cerutu.
Tahun 1859 George Birnie mendirikan perkebunan tembakau
di Jember yang diberi nama LMOD (Landbouw Maatschappij
Oud Djember).
Tahun 1860 an telah terdapat empat perkebunan tembakau
cerutu Besuki, yaitu Sukowono, LMOD, Djelbuk, dan Sukokerto
Ajung. Produknya berupa tembakau bahan cerutu diekspor ke
Eropa, dengan nama tembakau Besuki Na-oogst (Besuki NO).
Pada masa Perang Dunia II Indonesia diduduki Jepang yang
merupakan musuh negara-negara Eropa. Kegiatan tembakau
berhenti, diganti tanaman pangan.
Pada pasca kemerdekaan perkebunan Belanda a.l. LMOD
bekerja kembali, tetapi pada tahun 1958 diambil alih menjadi
Perkebunan Negara.

4
PENGUSAHAAN TEMBAKAU
SKALA PERKEBUNAN
Pengusahaan tembakau untuk
ekspor di Jawa Tengah dirintis oleh
Mendez da Costa tahun 1858 di
desa Jetis, Klaten.
Tembakau cerutu yang diusahakan
di daerah Klaten itu selanjutnya
dikenal dalam perdagangan
internasional dengan nama
tembakau Vorstenland.
Pengusahaan tembakau untuk
ekspor di Sumatera Utara (Deli)
dirintis oleh J. Nienhuys pada tahun
1863. Kondisi cuaca di Deli yang
kelembapannya tinggi dan banyak
awan menghasilkan bahan
pembalut cerutu yang kualitasnya
prima, paling baik di dunia.
Tembakau ini di pasar internasional
dikenal dengan nama tembakau
Sumatera.
5
PAENGUSAHAAN TEMBAKAU
VIRGINIA
• Tembakau Virginia mulai diusahakan di
Indonesia sejak tahun 1928 di Bojonegoro oleh
PT BAT (British American Tobacco).Tembakau
ini merupakan bahan baku rokok putih, dan
sebagian untuk campuran rokok kretek. Karena
PT BAT merupakan perusahaan multi nasional,
maka sebagai bahan tanam didatangkan varietas
tembakau Virginia dari Amerika Serikat.
•Tembakau Virginia hampir seluruhnya
merupakan tanaman petani, baik yang bermitra
dengan fabrikan maupun petani bebas.
Pada awal tahun 1970 mulai dikembangkan di
luar Jawa, yaitu di Bali, Lombok, dan Sulawesi
Selatan.
•Dewasa ini Lombok merupakan daerah utama
penghasil tembakau Virginia. Perusahaan yang
berkiprah di Lombok yaitu PT BAT, Philip
Morris, PT H.M. Sampurna, Sadhana Arif
6
Nusa.
ARTI EKONOMI TEMBAKAU
1. SUMBER PENDAPATAN
- Cukai tembakau selama setahun pada tahun 2008 : Rp 42 trilyun, 75% dari
jam umlah tsb. atau Rp 31,5 dihasilkan dari Jawa Timur. Cukai tahun 2010
sudah lebih dari Rp 50 trilyun, tahun 2011 mencapai Rp 77 trilyun.
- Produksi rokok tahun 2005 mencapai nilai > Rp 50 trilyun.
- Nilai ekspor tembakau Indonesia tahun 2005 US $ 111,8 juta atau + Rp 1
trilyun, dan tahun 2010 US $ 192,5 juta atau + Rp 1,70 trilyun.

2. PENYERAPAN TENAGA KERJA


- Dengan luas areal 232.000 ha untuk seluruh Indonesia jumlah tenaga kerja
yang terserap di lapangan + 928.000 orang, sedangkan industri rokok
menyerap +239.000 orang. Hal ini belum terhitung dengan tenaga kerja di
gudang fermentasi dan sortasi tembakau cerutu.

3. DAMPAK TERHADAP SEKTOR PEREKONOMIAN LAIN


- Dalam sektor formal berdampak positif terhadap perbankan, transportasi,
periklanan, industri kertas, telekomunikasi,, perusahaan penghasil saprodi,
industri kertas dan percetakan. Dalam sektor non formal melibatkan banyak
pedagang perantara, pengrajin bahan/sarana produksi, pedagang eceran
dan warung makan..
7
PERAN TEMBAKAU DALAM PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
 Dalam bidang kesehatan penemuan virus yang pertama terjadi
akibat penelitian intensif terhadap penyebab penyakit mosaik
tembakau. Mayer meneliti sejak tahun 1880, Iwanowski (1892)
menemukan penyebab penyakit mosaik dapat lolos saringan
bakteri, Beijerinck (1898) memperkuat hasil pendahulunya dan
menyebut penyebab penyakit sebagai contagium vivum fluidum
yang berarti jasat hidup cair penular penyakit, dan kemudian
disebut Virus, yang berarti racun. Stanley (1935) berhasil
mengkristalkan virus mosaik tembakau (TMV), dan virus tetap
aktif. Baru kemudian diketahui bahwa penyakit manusia ada
yang disebabkan oleh virus.

 Dalam fisiologi tanaman Garner & Allard (1920) menggunakan


tembakau untuk mengungkap fotoperiodisitas, yaitu bahwa
lama penyinaran merupakan faktor penentu pembungaan.
Dalam penelitian tentang kultur jaringan, tanaman tembakau
sering digunakan. Di Balai Penelitian Karet Malaysia (RRIM)
tembakau dipakai sebagai bahan studi. 8
KENDALA YANG DIHADAPI PENGUSAHAAN
TEMBAKAU
1. KAMPANYE ANTI TEMBAKAU. Kalangan medis dan
beberapa LSM makin gencar meningkatkan kampanye
negatif terhadap tembakau. Dalam PP No. 81/1999
kadar nikotin rokok dibatasi maksimum 1,5 mg dan tar
(polinuklir hidrokarbon aromatika) 20 mg.
WHO pada tahun 2003 mengeluarkan Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) dan menghimbau
negara-negara anggotanya meratifikasi konvensi
pengendalian tembakau tersebut. WHO bermaksud terus
menerus mengurangi penggunaan tembakau, a.l. melalui
pelarangan iklan rokok dan pembebanan pajak (cukai)
yang tinggi terhadap rokok.

2. CUKAI YANG MAKIN MENINGKAT. Pemerintah


melalui Menteri Keuangan mengharapkan peningkatan
sumber pendapatan negara, a.l. dari cukai dan pajak.
Tarif cukai dari waktu ke waktu meningkat, sehingga
9
dirasa memberatkan produsen rokok.
3. PERUBAHAN SELERA KONSUMEN TEMBAKAU.
Tembakau cerutu terkendala perubahan selera konsumen di
luar negeri yang makin ketat memilih produk. Perubahan dari
cerutu besar ke cerutu kecil mengurangi kebutuhan bahan.
Pembatasan kandungan zat berbahaya mulai dimasalahkan,
a.l. residu pestisida dibatasi ketat, tiap negara mempunyai
ketentuan sendiri. Juga kandungan TSNA (Tobacco Specific
Nitrosamine) yang makin tinggi bila pemupukan N makin
berat dapat menjadi kendala, demikian pula B(A)P (Benzo A
Pyrene) yang terdapat dalam asap bahan bakar, residunya
dibatasi.

4. BIAYA YANG MAKIN MENINGKAT. Biaya produksi selalu


meningkat karena meningkatnya harga sarana produksi dan
UMR, sementara itu harga pembelian tembakau relatif tetap.

5. PERMODALAN. Petani mengalami kesulitan untuk


mendapatkan pinjaman dari Bank. Pengalaman pahit Bank
pada masa KMKP di Jember yaitu tunggakan kredit dari
tahun 1978 s/d 1983 sebesar Rp 5,2 milyar menjadi alasan
10
kekhawatiran fihak Bank untuk menyalurkan kreditnya.
6. LAHAN CENDERUNG MAKIN MENURUN
KESUBURANNYA. Erosi yang melarutkan lapisan tanah
atas yang subur terus menerus terjadi. Lahan di kawasan
yang dulu potensial di daerah tradisional sekarang
menurun. Pertanaman tembakau Besuki NO banyak
bergeser ke wilayah selatan, tetapi di berbagai tempat ada
kendala kandungan Cl (khlor) dalam tanah yang terlalu
tinggi, yang berpengaruh negatif terhadap daya bakar
tembakau.

7. KEPEMILIKAN LAHAN YANG SEMPIT. Umumnya


lahan tembakau milik petani luasnya rata-rata 0,35 ha.
Sewa lahan biayanya makin meningkat, dapat mencapai Rp
10 juta/ha di Jember Selatan. Jumlah petani yang terlibat
dalam penanaman tembakau sangat banyak. Di Jember
diperkirakan sekitar 30.000 orang.

8. PENYIMPANGAN CUACA. Cuaca sangat mempengaruhi


keberhasilan tembakau baik dalam kuantitas maupun
kualitasnya. Banyak kasus kegagalan terutama pada petani
akibat penyimpangan cuaca, baik terlalu basah maupun
terlalu kering

9. SUMBER DAYA MANUSIA. Terbatasnya jumlah


penyuluh tembakau yang handal menyulitkan sosialisasi
masalah teknis dan non teknis ke petani. 11
BERMACAM-MACAM TIPE TEMBAKAU
 BERDASAR KEGUNAAN DIBEDAKAN ATAS :
1. TEMBAKAU CERUTU. Tembakau bahan pembuatan cerutu dibedakan
atas :
a. Bahan pembalut (Dekblad = Wrapper). Merupakan bagian cerutu yang
terluar dan termahal, membutuhkan syarat mutu yang tinggi a.l. warna
cerah dan rata, bebas dari cacat fisik, tipis, elastis, urat daun halus,
panjang dan lebar cukup, daya bakar baik, aroma dan rasa netral.
Tembakau Deli dan Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan
penghasil bahan pembalut.
b. Bahan pembungkus (Omblad = Binder). Merupakan bagian di bawah
pembalut yang membungkus isi, persyaratan lebih lunak daripada
pembalut, tetapi ukuran panjang dan lebar juga diperlukan, demikian
pula daya bakar. Sekarang pembungkus sering diganti HTL
(Homogenized Tobacco Leaf) yaitu kertas terbuat dari hancuran tembakau.
c. Bahan isi (Filler). Merupakan bagian paling dalam cerutu, terutama
perlu aroma dan rasa yang baik, demikian pula daya bakar. Untuk ini
dibutuhkan daun yang tebal, umumnya daun-daun di bagian atas cocok
untuk bahan isi. Dengan adanya perubahan selera dari cerutu besar ke
cerutu kecil, relatif kebutuhan filler sekarang menjadi berkurang.
12
2. TEMBAKAU SIGARET.
Tembakau bahan pembuatan sigaret dibedakan atas :
a. Sigaret Putih. Merupakan sigaret atau rokok yang isinya
melulu terdiri atas tembakau. Bahan pokok rokok putih adalah
tembakau Virginia, dan sebagai campuran yaitu tembakau
Burley dan tembakau Oriental.
b. Sigaret Kretek. Merupakan sigaret yang bahan isinya
kecuali tembakau juga digunakan cengkeh. Berat cengkeh yang
digunakan dalam rokok dapat mencapai 40%. Tembakau yang
digunakan merupakan campuran berbagai macam tembakau
lokal seperti tembakau Madura, Temanggung, Paiton, Kasturi,
dll. Disamping itu juga digunakan tembakau Virginia dan
tembakau Burley. Pangsa pasar sigaret kretek di Indonesia
mencapai + 90%, sisanya rokok putih. Sigaret kretek dibedakan
menjadi dua kelompok :
1). Sigaret Kretek Tangan (SKT). Pembuatannya
menggunakan tenaga kerja secara manual. Ini menyerap banyak
tenaga kerja, sehingga pemerintah memungut cukai dengan
persentase yang relatif rendah.
2). Sigaret Kretek Mesin (SKM). Pembuatannya
menggunakan mesin sehingga jumlah tenaga kerja yang terserap
relatif sedikit. Pemerintah memungut persentase cukai yang
13
lebih besar daripada SKT.
3. TEMBAKAU PIPA.
 Tembakau pipa perlu mempunyai daya isi (filling power)
yang besar, sehingga sedikit tembakau cukup untuk mengisi
lubang pipa. Di Indonesia dihasilkan dari tembakau VO
Lumajang. Tembakau VO Lumajang justru menghendaki
banyak bercak patik putih akibat infeksi Cercospora
nicotianae, yang pada tembakau cerutu dihindari.
Perkembangan tembakau VO Lumajang terkendala sedikitnya
konsumen.
4. TEMBAKAU KUNYAHAN (Chewing tobacco).
 Tembakau ini dikonsumsi dengan dikunyah, tidak dibakar,
sehingga di luar negeri dapat dikonsumsi di tempat dimana
merokok dilarang. Tembakau berbentuk seperti permen. Di
Indonesia generasi tua dahulu juga mengunyah tembakau
dalam bentuk susur. Tembakau yang digunakan adalah
tembakau lokal.
14
PERANAN IKLIM TERHADAP TEMBAKAU
1. SUHU. Suhu optimum + 18 - 27°C, tembakau masak petik umur +
50 - 60 hari. Pada suhu rendah pertumbuhan lambat, masak umur 90
hari ke atas.

2. KELEMBABAN NISBI. Kelembaban yang rendah menyebabkan


daun tebal untuk mengurangi transpirasi. Kelembaban yang tinggi
menyebabkan daun tipis, cocok untuk pembalut cerutu.

3. PENYINARAN. Penyinaran yang intensif meningkatkan berat kering


dan kadar gula, yang penting untuk tembakau sigaret. Penyinaran
yang kurang karena adanya awan merangsang pertumbuhan daun ke
arah tipis dan luas, yang penting untuk bahan pembalut cerutu. Maka
TBN ditanam di bawah waring dengan intensitas penyinaran 70%.
Umumnya pembungaan tembakau di Indonesia tidak terpengaruh
panjang hari.

4. CURAH HUJAN. Penting untuk memenuhi kebutuhan air tanaman,


dan mengurangi dampak panas terhadap pertumbuhan daun.
Tembakau cerutu perlu hujan menjelang petik untuk kualitas yang
baik. Tembakau sigaret (Virginia, Kasturi, Rajangan) justru butuh
cuaca kering menjelang panen. Pada cuaca basah perlu diwaspadai
penyakit jamur, bakteri, dan kelebihan air (lengger), pada cuaca kering
perlu diwaspadai penyakit virus yang ditularkan kutu seperti penyakit
krupuk dan mosaik ketimun (CMV= Cucumber Mosaic Virus).
15
PERANAN TANAH TERHADAP TEMBAKAU

1. SIFAT FISIK TANAH. Tembakau membutuhkan tanah yang mudah meluluskan


air sehingga tersedia udara yang cukup di dalam tanah. Tanah perlu mempunyai daya
menahan air (water holding capacity) yang cukup. Tersedianya bahan organik yang
cukup sangat dikehendaki untuk pertumbuhan akar yang luas. Lapisan padas yang
dangkal kurang sesuai karena sulit ditembus akar. Permukaan air tanah (PAT) yang
dangkal kurang baik, dapat menyebabkan daya bakar tembakau yang kurang baik.
Tanah ringan umumnya sesuai untuk tembakau Virginia dan tembakau cerutu
penghasil pembalut dan pembungkus. Tanah yang lebih berat sesuai untuk tembakau
penghasil filler.

2. SIFAT KIMIA TANAH. Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang
cukup diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara mobil (N,P, K,
Mg) terlihat pada daun-daun bawah, sedangkan defisiensi Ca terlihat pada daun atas
yang tumbuhnya terhambat. Nilai pH tanah yang sesuai berkisar antara 5 - 6. Unsur
hara yang paling diwaspadai yaitu Cl, karena berpengaruh negatif terhadap daya bakar.
Tanah dengan kandungan Cl > 40 ppm berisiko menghasilkan tembakau yang daya
bakarnya kurang baik. Pengaruh negatif Cl dapat diimbangi oleh kadar K yang tinggi,
yang berpengaruh positif terhadap daya bakar.
16
BENIH TEMBAKAU

 Untuk tembakau yang diekspor,


benih varietas hasil rekayasa genetik
transgenik) atau GMO (Genetic
Modified Organism) ditolak
konsumen.
 Benih yang mendapat sertifikat dari
lembaga berwenang lebih disukai oleh
pembeli luar negeri. Untuk tembakau
Besuki NO sertifikasi oleh Lembaga
Tembakau.
 Benih diseleksi berdasar beratnya,
makin berat cadangan makanan lebih
banyak. Dalam benih yang normal tiap
gram berisi + 12.000 butir.
 Benih yang baik daya kecambahnya
minimum 80% setelah 5 hari
perkecambahan. 17
 Benih yang lembab mudah ditumbuhi
jamur seperti Alternaria sp. dan
Cercospora nicotianae. Benih juga
disukai oleh kumbang Lasioderma
serricorne.
 Benih yang sudah disimpan > 1
tahun bebas patogen benih yang
menginfeksi pada saat panen
 Benih yang disimpan dalam keadaan
kering (kadar air maks 7%) dapat
tahan bertahun-tahun.
 Benih tembakau tidak menularkan
penyakit-penyakit virus, berbeda
dengan benih lombok yang dapat
menularkan TMV (virus mosaik
18
tembakau)
PEMBIBITAN TEMBAKAU
1. SISTEM KONVENSIONAL
Bibit ditanam di tanah bedengan, setelah berumur + 40 hari,
bibit dipindah ke pertanaman dengan cara dicabut.
Kelemahannya : akar sebagian putus, sehingga menghambat
pertumbuhan awal di lapangan.
Volume akar kurang besar (perakaran kurang luas).
2. SISTEM INKONVENSIONAL
Bibit ditanam pada media tanam(campuran tanah dengan
kompos) yang dikemas dalam polibag atau nampan plastik
(seed tray). Perakaran berkembang baik, setelah + 35 - 40 hari
sudah dapat dipindah ke pertanaman.
Pada saat pemindahan akar tidak terputus, sehingga tidak
mengalami hambatan pertumbuhan.
Volume akar relatif besar, perakaran lebih luas sehingga
penyerapan hara lebih intensif. 19
PELAKSANAAN PEMBIBITAN
Pemupukan. Dilakukan 3 hari sebelum penyebaran benih (H -3).
Unsur hara yang perlu ditambahkan N dan P. Bila dipakai
Ammophos 16.20 dosisnya 25 g/m2. Dapat juga campuran SP 36 (10-
20 g/m2) dengan ZA (10-20 g/m2). Dosis dapat bervariasi tergantung
kesuburan tanah.
Penyebaran benih. Kebutuhan benih + 0.1 g/m2 bedengan. Benih
dikecambahkan pada kain basah. Setelah 3 hari benih mulai
berkecambah, lalu disebarkan di bedengan. Kebutuhan benih untuk
tiap ha pertanaman +10 gram. Untuk menghindari semut bedengan
disemprot dengan pestisida.
Penyiraman. Setelah benih disebar tanah dijaga tetap basah dengan
penyiraman. Penyiraman juga berfungsi meningkatkan kelembaban
udara dan menurunkan suhu tanah. Frekuensi penyiraman
tergantung pertumbuhan bibit. Waktu bibit masih kecil tanah dijaga
tetap basah. Makin besar bibit kebutuhan air meningkat, tetapi
menjelang pemindahan bibit penyiraman dikurangi untuk menguatkan
bibit (hardening). Tujuan hardening untuk menyiapkan bibit dengan
kondisi kering nantinya di pertanaman. 20
PEMILIHAN LAHAN UNTUK PERTANAMAN
BEBERAPA FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :

1. KESEHATAN TANAH . Sebaiknya lahan bebas patogen tular tanah


seperti Phytophthora nicotianae, Erwinia carotovora atau Ralstonia
solanacearum.
2. PERMUKAAN AIR TANAH. Sebaiknya permukaan air tanah tidak
terlalu tinggi, karena kurang O2 sehingga mengganggu pertumbuhan
tanaman. Daya bakar kurang baik karena air membawa ion Cl yang
menghambat daya bakar.
3. LAPISAN PADAS. Padas yang dangkal tidak baik, sebab akar kurang
berkembang, bila hujan lebat tanaman layu, bila angin kencang dapat
tumbang.
4. KEMIRINGAN TANAH. Hal ini berpengaruh terhadap irigasi dan
drainasi, mekanisasi pengolahan tanah, ketersediaan air, dan erosi.
Sebaiknya kemiringan lahan tidak lebih daripada 8%.
5. TEKSTUR DAN STRUKTUR TANAH. Tanah pasir dan tanah liat (clay)
kurang baik, yang baik lempung berpasir - lempung berdebu dan
berstruktur remah. Untuk daun pembalut yang baik pada21
tanah ringan,
untuk bahan isi (filler) tanah sedang - berat.
PENGOLAHAN LAHAN PERTANAMAN

 Kondisi fisik tanah yang mampat


dan kurang udara (oksigen) tidak
cocok untuk tembakau.
 Lahan bekas padi perlu diolah
dalam waktu yang cukup untuk :
- Membuang senyawa beracun
dengan oksidasi.
- Memutus kapiler air dalam
tanah, sehingga mencegah
mengeringnya tanah.
- Mencegah naiknya chlor (Cl)
yang terbawa oleh air yang
bergerak ke atas. Chlor
berpengaruh jelek pada daya
bakar dan aroma tembakau.

22
PEMBUATAN GOT (SALURAN AIR)
 Tanaman tembakau tidak
tahan kelebihan air. Untuk
kepentingan drainasi perlu
dibuat got keliling dan got
kecil (got cacing).
 Got kecil juga berfungsi untuk
mengairi tanaman bila kondisi
tanah kering.
 Jarak antar got kecil
umumnya + 10 m, lebar + 20
cm, dan dalam + 30 cm.
 Got besar yang dibuat sesuai
dengan miringnya tanah
berjarak tiap + 50 m. Ukuran
got 40 X 40 cm sampai 50 X
50 cm. Got dapat berfungsi
menurunkan permukaan air 23
tanah (PAT).
PENANAMAN
DUA MACAM TATA TANAM :

1. TUNGGAL. Tanaman ditanam pada larikan tunggal. Umumnya


dilaksanakan pada tanah berat, untuk memperlancar drainasi. Kedua sisi
tanaman pertumbuhannya sama. Umumnya jarak tanam 45 - 50 cm dalam
baris tanaman, dan 90 - 100 cm antar baris tanaman.

2. RANGKAP. Tanaman ditanam pada guludan yang tiap unitnya terdiri


atas dua baris (larik) tanaman. Umumnya digunakan pada tanah ringan.
Daun-daun cenderung tipis, terutama yang tumbuh di bagian dalam
barisan (larikan). Umumnya jarak tanam antar larikan di dalam satu
guludan 50 - 60 cm, jarak tanam dalam larikan 45 cm, sedang jarak antar
guludan 90 - 110 cm. Dengan demikian jarak tanam menjadi 45 x 50 x 90
cm atau 50 x 60 x 100cm. Jumlah tanaman tiap ha lebih banyak pada tata
tanam rangkap.
24
PENGAIRAN DI PERTANAMAN

 Untuk menghasilkan daun yang relatif tipis dan lebar sesuai dengan
kegunaannya tanaman tembakau membutuhkan air yang cukup.
 Pada saat awal penanaman tanaman diairi dengan cara menyiram
pada tiap hari sampai tidak menunjukkan gejala layu (kira-kira
seminggu), sesudah itu dibiarkan kering, tidak disiram.
 Tanaman baru diairi lagi pada umur + sebulan. Tanaman yang sudah
butuh air pada siang hari mulai layu, yang menunjukkan neraca air
mulai minus.
 Dalam pengairan diusahakan kadar air di zone akar sedalam + 20 -
30 cm mencapai kapasitas lapangan.
 Air pengairan sebaiknya dipilih yang tidak mengandung Cl > 25 ppm.
 Kebutuhan air tergantung fase pertumbuhan tanaman dan sifat fisik
tanah. Tanah berpasir lebih cepat menyerap air daripada tanah berat,
tetapi daya menahan air lebih rendah. Tanah itu membutuhkan
pengairan lebih sering, tetapi jumlah yang diberikan tiap kali <
daripada tanah berat.
 Kebutuhan air tanaman tembakau secara kasar sekitar 90 - 100 mm
tiap bulan.
25
PEMELIHARAAN TANAH
 Tanah di sekitar tanaman perlu diolah untuk :
 Menggemburkan tanah dan memudahkan aerasi.
 Memutus kapiler tanah untuk mengurangi penguapan air.
 Merangsang pembentukan akar baru.
 Mematikan gulma.
 Memudahkan drainasi tanah sesudah turun hujan lebat.
 Pengguludan ke 1 dilakukan sejak tanaman umur sekitar 10
hari. Pengguludan kedua dan selanjutnya dilakukan selang 15
hari. Umumnya pengguludan dilakukan sebanyak tiga kali.
 Tanaman berdiri di atas guludan. Lembah di antara larikan
tanaman itu dimanfaatkan sebagai saluran air waktu mengairi
(menorap). Oleh petani juga digunakan untuk menaburkan
pupuk urea, yang kemudian diairi. Menurut petani hal ini
dilakukan untuk menghemat biaya tenaga kerja.
26
TUJUAN PEMUPUKAN PADA TEMBAKAU

1. MENINGKATKAN HASIL TEMBAKAU TIAP HA


2. MENINGKATKAN KUALITAS TEMBAKAU
Karena produksi berupa daun, pupuk yang paling penting adalah
pupuk nitrogen (N).
Pada tembakau cerutu kecuali unsur N unsur hara lain yang
banyak diserap tanaman yaitu unsur-unsur K dan Ca. Unsur K
diperlukan untuk daya bakar dan keteguhan abu, Ca untuk
elastisitas dan putihnya abu. Abu yang putih mencerminkan
pembakaran yang baik.
Defisiensi N, P, dan K terlihat pada daun bawah, karena unsur-
unsur itu termasuk unsur hara yang mobil.
Defisiensi
Ca terlihat pada daun atas yang ujungnya melengkung
dan pertumbuhannya terhambat (Unsur hara yang tidak mobil).
Tembakau sigaret perlu unsur P untuk memperoleh kadar gula
yang lebih tinggi. Kadar gula merupakan unsur kualitas utama
pada tembakau sigaret. 27
 Tanaman tembakau produksinya
dalam bentuk daun, karena itu perlu
pupuk nitrogen (N). Tanaman
tembakau menyukai pupuk nitrat.
 Pupuk nitrat mudah larut dalam air
dan mudah diserap akar. Merupakan
pupuk utama tembakau cerutu.
 Pupuk kalsium nitrat (kalksalpeter
=KS) mengandung unsur kalsium (Ca)
yang penting untuk elastisitas
tembakau.
 Pupuk urea hanya mengandung
nitrogen saja. Pada dosis tinggi dapat
meracun karena kandungan biuret.
 Pupuk urea dengan dosis tinggi dapat
menyebabkan kandungan TSNA
(Tobacco Specific Nitrosamine) yang
tinggi.
 TSNA dapat menyebabkan kanker
sehingga pembeli tembakau di luar
negeri tidak menghendakinya.
28
 Pupuk kalsium nitrat (KS) di pasaran
dijual dengan nama dagang KS cap
Pak Tani dan Hidro-Karate. Kandungan
N kedua pupuk itu sama (+ 15%).
 Kedua pupuk tersebut di atas sama-
sama dapat dipakai.
 Pupuk urea dipakai sebagai starter,
untuk mempercepat pertumbuhan
awal.
 Dosis pupuk tergantung kondisi tanah,
umumnya 100 kg urea dan 300 kg KS
per ha. Di lahan yang tembakaunya
memunyai daya bakar yang kurang
baik dapat ditambah kalium nitrat
(KNO3) 100 kg per ha. Unsur kalium
memperbaiki daya bakar
 Tanaman padi sebelum tembakau
sebaiknya tidak dipupuk dengan KCL
atau Phonska (yang mengandung KCL) 29
agar daya bakar tembakaunya baik.
PUPUK UREA UNTUK TEMBAKAU
KEUNTUNGAN :
 Murah dan mudah tersedia (merupakan pupuk bersubsidi buatan
dalam negeri).
 Tidak mempengaruhi kemasaman tanah, berbeda dengan pupuk
ZA.
 Lebih cepat mengalami nitrifikasi daripada pupuk ammonium.
 Dibanding nitrat lebih tahan pencucian pada kondisi cuaca basah
KELEMAHAN
 Hanya menambah N, tidak menambah unsur hara yang lain.
 Bila kelebihan meningkatkan warna hijau (sukar dirombak menjadi
kuning atau cokelat saat pengeringan )
 Meningkatkan kadar protein, dan meningkatkan persentase
tembakau ‘Minyak’ (cacat pada krosok berupa garis-garis atau noda
kehitaman seperti terkena minyak).
30
 Kelebihan dosis dapat meracun tanaman karena mengandung
KEUNTUNGAN :
 Tidak mudah tercuci di dalam
tanah.
 Melepaskan hara N secara
perlahan-lahan (tidak cepat
habis).
KELEMAHAN :
 Lambat tersedia, perlu nitrifikasi
terlebih dahulu menjadi nitrat.
 Dapat mengasamkan tanah karena
sulfat, dan dapat berpengaruh
negatif terhadap daya bakar.
 Dapat menghambat penyerapan
kalium.
 Penyerapan berlebihan dapat 31

menyebabkan keracunan tanaman.


PUPUK NITRAT UNTUK TEMBAKAU
KEUNTUNGAN :
 Mudah larut dalam air, cepat dapat
diserap akar tanaman.
 Kecuali N menambah hara lain
(sebagai bonus) :
 Ca dari kalsium nitrat menambah
elastisitas daun, warna abu
cenderung putih.
 K dari KNO3 : memperbaiki daya
bakar krosok.
KELEMAHAN :
 Pada kondisi basah mudah tercuci
(mengalami leaching) di dalam
tanah.
 Merupakan pupuk impor dan tidak
32
disubsidi, sehingga harganya lebih
mahal.
DAMPAK KELEBIHAN NITROGEN
(KARENA PEMUPUKAN DOSIS TINGGI)
 Warna daun hijau tua, menyebabkan warna krosok
kehijauan.
 Kadar protein terlalu tinggi : aroma dan rasa jelek.
 Tembakau lebih higroskopis (mudah menyerap air),
sesudah fermentasi pada tembakau cerutu
menghasilkan persentase tembakau ‘minyak’ yang lebih
besar.
 Tembakau ‘minyak’ yaitu tembakau yang sesudah
fermentasi ada bercak atau garis-garis kehitaman, yang
terbentuk dari hasil kondensasi antara protein/asam
amino dengan polifenol yang menimbulkan warna gelap.
 Reaksi kondensasi itu butuh air dan enzim PPO
(Poliphenol Oksidase).
33
 Tembakau ‘minyak’ tidak disukai konsumen karena
PEMUPUKAN NPK PADA TEMBAKAU

 Tembakau sigaret umumnya perlu pupuk NPK karena perlu kadar


gula yang relatif tinggi.
 Dosis pupuk tergantung kondisi tanah dan varietas/jenis
tembakau, serta kondisi cuaca (pada cuaca kering dapat
ditambah, pada cuaca basah dapat dikurangi).
 Pada tembakau Virginia di Jawa Timur BALITTAS (BALAI
PENELITIAN TANAMAN TEMBAKAU DAN SERAT) menyarankan :
Nitrogen : 2 gr/tanaman (+ 10 gr ZA)
P2O5 : 4 gr/tanaman (+ 11 gr SP 36)
K2O : 2 gr/tanaman (+ 8 gr ZK)

 Pada tembakau WHITE BURLEY di Jember :


Nitrogen : 12 gr/tanaman
P2O5 : 6 - 9 gr/tanaman
K2O : 7 - 18 gr/tanaman
34
HAMA DAN PENYAKIT TEMBAKAU
ULAT DAUN (Spodoptera litura)
 Bersifat polifag, tanaman inang a.l. kedelai, kacang tanah,
lombok, kangkung.
 Telur berkelompok, tiap kelompok 200 - 300 butir telur.
 Musuh alami : kepik pengisap Rhinocoris fuscipes, tabuhan
parasit ulat Brachymeria sp., Helonus sp.
PENGENDALIAN :
1. Mekanis : menangkap/membunuh ulat, mengambil kelompok
telur dengan cellotape.
2. Memasang perangkap sex feromon untuk kupu-kupu jantan,
untuk memantau populasi dan mengurangi telur yang dibuahi.
3. Menggunakan bioinsektisida : Bacillus thuringiensis (Bt)
dengan nama dagang Dipel, virus NPV, dan serbuk biji mimba
(SBM) serta ekstrak daun mimba (Azadirachta indica).
4. Memakai insektisida kimia : Decis (deltametrin), atau Buldok
(betasiflutrin). Penggunaannya perlu dibatasi agar tidak
membunuh musuh alami dan tidak menghasilkan residu yang
melebihi ketentuan. 35
ULAT DAUN Spodoptera YANG MATI KARENA
DIPERLAKUKAN DENGAN SERBUK BIJI MIMBA
(Azadirachta indica)

Kontrol tidak diperlakukan dengan SBM (Hasil penelitian Balittas)


36
ULAT DAUN DIINFEKSI JAMUR Beauveria
bassiana

Ulat ditumbuhi miselia jamur dan mati mengeras seperti mumi


37
ULAT PUPUS TEMBAKAU (Helicoverpa spp.)
Ada dua jenis (spesies), yaitu :
H. assulta : Menyukai daun, populasi dominan pada stadium
vegetatif (sebelum tanaman berbunga).
H. armigera : Menyukai bunga, populasinya dominan pada masa
pembungaan. Lebih tahan terhadap insektisida daripada H. assulta.
Jenis ini lebih menyukai tanaman jagung
Bersifat polifag seperti Spodoptera litura.
Musuh alami seperti pada Spodoptera litura.
Telur diletakkan tersebar di daun / bunga.
PENGENDALIAN
1. Mekanis : menangkap ulat untuk dibunuh.
2. Memantau populasi dengan perangkap sex ( feromon).
3. Biopestisida (Bt, NPV, serbuk biji mimba atau yang cair
Organeem).
38
4. Pestisida kimiawi : Decis (deltametrin), Buldok (Betasiflutrin).
HAMA ULAT TANAH (Agrotis ipsilon)
 Bersifat polifag. Inang a.l. kubis, jagung, kentang, bibit kopi.
 Ulat hitam kecokelatan, panjang dapat sampai 5 cm.
 Ulat aktif cari makan malam hari, senang mengerat pangkal batang bibit.
Siang hari bersembunyi dalam tanah.
 Telur diletakkan pada pangkal batang, berkepompong di dalam tanah.
 Musuh alami : parasit Apanteles rufricus, jamur parasit Botrytis sp. &
Metarhizium sp. Jamur berkembang pada cuaca basah.

PENGENDALIAN
 1. Penggenangan lahan sebelum tanam membunuh larva & kepompong
 2. Mencari ulat di sekitar bibit yg terserang, yg sembunyi dalam tanah.
 3. Penyemprotan insektisida menjelang malam, saat ulat keluar.

39
KUTU-KUTU PENGISAP DAUN
(Myzus persicae dan Thrips tabaci)

 Merupakan jenis kutu polifag yang penting pada tembakau, baik sebagai
hama langsung maupun sebagai vektor virus CMV (mosaik ketimun) dan
TEV (virus etch). Berkembang baik pada cuaca kering. Kotoran Myzus
atau rok-kerok yang berasa manis ditumbuhi jamur jelaga, sehingga daun
tembakau menjadi hitam kotor. Thrips mengisap cairan tembakau di
sekitar tulang daun sehingga menimbulkan gejala urat putih (white vein)
pada krosok.
 Mempunyai musuh alami, a.l. lalat Syrpid (Ischidion scutellaris), dan
kumbang Menochilus sp.

 PENGENDALIAN
 1. Sanitasi : membersihkan gulma di sekitar pertanaman tembakau (radius
+ 50 m). Gulma itu merupakan tanaman inang hama.
 2. Penyemprotan dini dengan insektisida sistemik seperti Confidor
(imidakloprid) atau Regent (fipronil) saat populasi di bawah 10 koloni
per 20 tanaman.
40
Koloni kutu Myzus persicae Myzus dewasa bersayap
pada permukaan bawah daun

Thrips tabaci yang menyebabkan cacat


urat putih pada tembakau krosok
41
PENYAKIT PENTING TANAMAN TEMBAKAU

 BAKTERI :
 1. Ralstonia solanacearum (layu, atau lendir).
 2. Erwinia carotovora (batang berlubang).

 VIRUS :
 1. Mosaik tembakau (TMV).
 2. Mosaik ketimun (CMV).
 3. Krupuk

 JAMUR :
 1. Phytophthora nicotianae (lanas = blackshank).
 2. Cercospora nicotianae (patik atau tol-tol = spikkel). 42
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Ralstonia solanacearum)

 ARTI EKONOMI : Pada tembakau Deli (yang ditanam di tanah


kering) kerugian rata-rata 25 - 35%.
 PENYEBAB : bakteri R. solanacearum, yang dahulu disebut
Pseudomonas solanacearum. Bakteri bersifat aerob (butuh oksigen),
sehingga tidak tahan hidup pada sawah yang diairi.
 GEJALA : Tanaman layu, awalnya sefihak, setelah parah seluruh
daun layu. Berkas pembuluh di bagian sakit berwarna cokelat, bila
dipijit keluar lendir putih kotor.
 TANAMAN INANG : Solanaceae, kacang-kacangan, wijen.
 PENULARAN : Bakteri bertahan bertahun-tahun dalam tanah tegal,
apalagi bila kadar air cukup. Dapat menginfeksi akar lewat luka akar,
a.l. akibat gigitan nematoda parasit (Meloydogine sp). Bakteri juga
dapat melarutkan dinding sel akar rambut. 43
Gejala layu pada tembakau yang terserang
bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Layu
sefihak merupakan gejala spesifik penyakit ini.
Bagian yang sakit bila dipijit keluar lendir

44
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Lanjutan)

 PENGENDALIAN :
 1. ROTASI TANAMAN. Di Deli rotasi 5 tahun sekali, setelah 3
tahun ditanami tebu, lalu tanah diolah, setahun sebelum tanam
tembakau ditanami Mimosa invisa yang akarnya mengandung bakteri
antagonis. Di Jawa rotasi tanaman dengan padi sawah selama 2
musim, dapat membunuh patogen yang berada di dalam tanah.
 2. SANITASI LAHAN. Lahan dibersihkan dari gulma, tanaman sakit
dicabut, dibawa keluar areal, setelah kering dibakar.
 3. STERILISASI MEDIA BIBITAN. Media disterilkan dengan
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan uap air panas.
 4. PENGENDALIAN HAYATI. Bakteri antagonis yg diisolasi dari
akar Mimosa digunakan sebagai biopestisida. Bakteri itu termasuk
species Pseudomonas putida. Penyiraman dengan suspensi bakteri
pada bibit yang akan ditanam dapat menekan serangan.45
PENYAKIT BATANG BERLUBANG
(HOLLOW STALK)
 ARTI EKONOMI : Penyakit ini menimbulkan kerugian pada semua jenis
tembakau di Indonesia.
 PENYEBAB PENYAKIT : Bakteri Erwinia carotovora yg bersifat
fakultatif aerob, dapat hidup pada tanah sawah. Bakteri hanya menginfeksi
lewat luka pada jaringan tanaman.
 GEJALA : Tanaman layu mirip layu bakteri atau lanas (lihat gambar).
Gejala spesifik empulur kosong, sehingga batang tanaman dapat patah di
tengah. Infeksi biasanya lewat luka bekas petikan daun bawah. Jaringan
batang di sekitarnya busuk hitam.
 Daun terinfeksi yang terpetik & disujen di gudang pengering ibu tulang
daunnya busuk (busuk gagang), daun rontok dan berbau.
 PENULARAN : Lewat luka akar, bekas petikan daun di batang, lewat sujen
yang tercemar.
 PENGENDALIAN : Sesudah petik higienis luka dibiarkan kering sebelum
digulud. Pada kondisi lembab (rawan infeksi) luka dapat dioles
streptomycin sulfat 200-500 ppm. Sujen juga didesinfeksi.
46
GEJALA SERANGAN BAKTERI Erwinia PADA TEMBAKAU

Daun-daun layu, batang busuk hitam,


bila dibelah empulurnya kosong. Bila
terkena angin batang dapat patah 47
PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU

 ARTI EKONOMI : Penyakit menimbulkan kerugian di hampir semua


daerah penanaman tembakau.
 PENYEBAB PENYAKIT : Penyakit disebabkan oleh virus mosaik
tembakau (TMV). Virus berbentuk batang dengan poros RNA yang
dibungkus protein pelindung. Virus tahan panas, dapat diinaktifkan pada
suhu 93° C selama 10 menit. Virus tak tahan pH tinggi. Pada pH > 8,5
protein pelindung rusak dan virus dapat dihancurkan. Konsentrasi
terendah yang mampu menginfeksi yaitu 1 ppm (1 mg/l).
 GEJALA : Daun sakit warnanya belang hijau tua dan hijau muda seperti
gambaran mosaik. Daun menyempit, tepi daun menggulung ke bawah.
Daun yang terserang adalah daun yg masih muda, yg masih sedang
tumbuh. Tanaman terhambat pertumbuhannya.
 TANAMAN INANG : Solanaceae (lombok, tomat, terong dsb.), gulma
ceplukan (Physalis angulata).
48
GEJALA PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TMV)

Daun berwarna belang - belang hijau muda


dengan hijau tua. Virus menular melalui kontak
tangan dengan daun tanaman yang sakit, tidak
ditularkan melalui biji
49
PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU
(Lanjutan)
 PENULARAN : TMV ditularkan secara mekanis lewat singgungan
dengan tangan yang tercemar virus. Sisa tanaman sakit di dalam tanah
dapat menularkan virus juga.

 PENGENDALIAN :
 1. Sanitasi . Sisa tanaman dibersihkan, tanaman sakit yang masih muda
dicabut. Sebelum bekerja di kebun tangan dicuci dengan deterjen seperti
Rinso, konsentrasi 0,6% untuk merusak protein pelindung virus. Kompleks
yg terserang cukup berat tetapi hampir panen diisolasi dengan tanda tali
(seperti garis polisi), pemeliharaan ditangani tenaga khusus, untuk
mencegah penularan ke pertanaman yg masih sehat.
 2. Menanam varietas tahan. Pada tembakau Burley varietas tahan
a.l. Burley 21, Burley 49. Burley 64, Ky 34, Ky 35, Ky 48, Ky 56, Ky 57.
Tembakau rajangan belum ada yang tahan. Tembakau Besuki NO yang
tahan yaitu H 877 dan H 894 (di Kebun Sukowono dikenal 50 sebagai H 6).
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(Cucumber Mosaic Virus = CMV)

 PENYEBAB PENYAKIT :
 Virus Mosaik Ketimun (CMV). Berbeda dengan TMV, CMV di luar
tanaman tidak tahan penyimpanan. CMV dapat diinaktifkan pada suhu
60 - 75° C selama 10 menit. Konsentrasi terendah yang masih mampu
menginfeksi yaitu 10 ppm.
 GEJALA :
 Daun yg sakit berwarna belang tidak teratur, mirip seperti warna kulit
ketimun. Daun yg sakit parah menyempit & mengalami distorsi,
selanjutnya tanaman terhambat tumbuhnya. Terdapat beberapa strain
CMV yg menunjukkan variasi gejala yg berbeda.
 TANAMAN INANG :
 Fam. Cucurbitaceae (ketimun, melon, semangka), kubis, pisang,
jagung, ceplukan.
 PENULARAN :
 Terutama melalui gigitan serangga pengisap cairan daun (Myzus
51
persicae, Aphis gossypii). Juga menular secara mekanis.
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(LANJUTAN)

 PENGENDALIAN :
 1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma
inang virus dan serangga vektornya.
 2. Mengendalikan serangga vektor dengan insektisida
sistemik, a.l. Confidor (berbahan aktif imidakloprid)
pada konsentrasi 0,0125-0,02%. Pengendalian dilakukan
sejak dini, karena bila terlambat akan terbentuk populasi
yg bersayap dari Myzus persicae, yg dapat terbang ke
tanaman di sekitarnya.

52
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(CMV)

Tanaman tembakau yang terserang oleh virus mosaik


ketimun (CMV = Cucumber Mosaic Virus).
Warna belang mirip seperti kulit ketimun, disertai53
perubahan bentuk.
PENYAKIT KRUPUK

 PENYEBAB PENYAKIT :
 Virus krupuk atau Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV)
 GEJALA :
 Daun berkerut, urat daun menebal, tulang daun melengkung-lengkung,
mengesankan seperti krupuk yang digoreng. Di bagian bawah daun ada tonjolan-
tonjolan kecil seperti anak daun (Enasi).
 TANAMAN INANG :
 Gulma wedusan (Ageratum conyzoides), legetan (Synedrella nodiflora), nyawon
(Vernonia cinerea).
 PENULARAN :
 Virus hanya ditularkan lewat kutu kebul (Bemisia tabaci), tidak menular lewat
benih atau lewat singgungan dengan tanaman sakit. Virus jarang menular dari
tembakau ke tembakau, lebih mudah dari gulma ke tembakau.
 PENGENDALIAN :
 1. Sanitasi lingkungan : membersihkan gulma dari lahan sampai sejauh + 20 m
dari areal tembakau. Hal ini untuk menghilangkan tempat persembunyian
serangga vektornya.
 2. Penggunaan insektisida : bilamana populasi vektor sangat banyak, dapat
disemprot dengan insektisida sistemik seperti Confidor (imidakloprid),
54 Regent
(fipronil) atau Actara (Tiametoksam).
PENYAKIT KRUPUK PADA TEMBAKAU

Serangga penular virus krupuk,


lalat putih (Bemisia tabaci)

Daun-daun melengkung-lengkung
seperti krupuk yang digoreng 55
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH

 PENYEBAB PENYAKIT :
 Jamur Phytophthora nicotianae. Jamur menghasilkan zoospora yg berbulu
cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dalam air. Jamur dapat bertahan dalam
tanah tegal (soil borne), bersifat aerob (tak tahan penggenangan).
 GEJALA :
 Akar membusuk, pangkal batang menghitam. Tanaman layu seperti disiram
air panas. Bila pangkal batang dibelah empulurnya bersekat-sekat (tanda
spesifik penyakit ini). Pada daun menimbulkan lanas bercak, berupa lingkaran
konsentris berwarna cokelat tua berseling cokelat kuning (gelap dan terang).
 TANAMAN INANG :
 Familia Solanaceae, seperti tomat, terong, lombok, kentang.
 PENULARAN :
 Air hujan & pengairan menyebarkan spora. Tanah basah yg ada patogennya
dapat menempel di kaki orang atau ternak, dan menularkan.
56
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH
(Lanjutan)
 Luka akar oleh gigitan nematoda parasit memudahkan infeksi. Pupuk kandang yg
kurang masak (pemanasan kurang) dapat mengandung spora jamur yg masih aktif.
 Tanaman sakit menularkan penyakit ke tanaman lainnya.

 PENGENDALIAN :
 1. Varietas tahan. Pada tembakau rajangan varietas Sumoris relatif tahan.
Tembakau Virginia yg tahan a.l. DB 101, NC 95, NC 2514, Coker 139, Coker 298,
dan Coker 316. DB 101 juga ditanam sebagai tembakau rajangan.
 2. Rotasi tanam. Di tanah sawah disarankan rotasi 2 tahun sekali.
 3. Sanitasi. Tanaman sakit dicabut & dibakar. Bekas lubang tanam didesinfeksi cara
Raciborski (diberi campuran ZA + kapur tohor 1 : 10), disiram air sampai bau
amoniak, atau diberi larutan terusi (Cu SO4) 1% (10 g terusi per liter air).
 4. Secara hayati. Lubang tanam diberi jamur Trichoderma sp.
 5. Kimiawi. Menjelang tanam (H -1) lubang tanam diberi larutan Ridomil 0,3%
(bahan aktif metalaxyl, sistemik).
57
Tembakau yang layu karena terserang jamur Batang tanaman tembakau
lanas (Phytophthora nicotianae). Gejala layu yang terserang lanas. Bila
seperti disiram air panas. Kiri : tembakau dibelah empulurnya bersekat
cerutu, tengah : tembakau Burley

58
SANITASI UNTUK MEMBUANG
TANAMAN TEMBAKAU YANG SAKIT

59
PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL
(SPIKKEL)
 PENYEBAB PENYAKIT :
 Jamur Cercospora nicotianae. Jamur tergolong parasit lemah, yg masuk
melalui mulut kulit (stomata), terutama pada daun tua yg fisiologis sudah
lemah.
 GEJALA :
 Daun yg hampir masak menampakkan bercak putih, di tengahnya berwarna
hitam karena adanya konidia jamur. Setelah daun kering (krosok) bercak tetap
putih, mudah robek. Ada juga yg bercaknya berwarna hitam bila kondisi
gudang pengering terlalu lembab. Infeksi yg lambat belum terlihat di daun yg
dipanen, tetapi dalam gudang pengering tumbuh jadi bercak hijau
(greenspot).
 TANAMAN INANG :
 Famili Solanaceae (a.l. terong, cabai, kecubung).
 PENULARAN :
 Spora atau konidia disebarkan oleh angin siang hari, terutama bila cuaca
60
lembab. Untuk berkecambah spora perlu tetesan air.
GEJALA PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA
DAUN TEMBAKAU

Daun tembakau masak yang terserang jamur patik. Gambar kanan


dilihat pada perbesaran kuat. Bercak patik yang berwarna putih,
yang berwarna cokelat terinfeksi oleh jamur Alternaria longipes
61
PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL
(Lanjutan)

 Spora juga dapat menular lewat benih yg baru (kurang dari setahun).
 Diduga spora bertahan dalam tanah ringan yg berbahan organik.

 PENGENDALIAN :
 1. Sanitasi. Daun bawah yg terinfeksi dibuang (petik higienis), sisa
tanaman atau bibit yg sudah tidak terpakai dibinasakan.
 2. Benih yg sehat. Dianjurkan petani menggunakan benih yg dihasilkan
oleh lembaga yg berwenang.
 3. Pemetikan awal. Bila tanda-tanda infeksi akan berat, daun dipetik agak
awal, di gudang pengering segera diberi asap.
 4. Kimiawi. Penyemprotan dengan fungisida sistemik. Dulu dipakai a.l.
karbendazim (Derosal), tiofanat metil (Topsin), benomyl (Benlate)
berselang-seling dengan fungisida kontak mankozeb (Dithane M 45) atau
propineb (Antracol). Saat sekarang fungisida sistemik karbendazim tidak
disukai pembeli luar negeri, sebaiknya diganti Bayleton (Triadimefon).
62
Tabel 1. Daftar fungisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max


(mg/kg)
Ridomil 35 SD Metalaxil 2 gr/l air Lanas (Phytophthora), 2,0
(sistemik) Pythium
Previcur N Propamocarb 2 gr/l air Lanas dan Pythium -
(sistemik)
Kasumin 20 AS Kasugamicin 2 cc/l air Lanas dan Pythium -
(sistemik)
Dithane M 45 Mancozeb 2 gr/l air Patik (Cercospora) dan 5,0
(kontak) Bercak cokelat (Alternaria)
Antracol 70 WP Propineb 2 gr/l air idem 5,0
(kontak)
Melody duo Propineb dan 2 gr/l air idem 5,0
66.8 WP Iprovalicab
(sistemik)
Bayleton 250 Triadimefon 0,5 cc/l air idem 0,5
EC (sistemik)
Anvil 50 EC Heksakonazol 1 cc/l air idem -
(sistemik)
Score 250 EC Difenokonazol 0,5 – 1 cc/l idem -
Tabel 2. Daftar bakterisida untuk mengendalikan penyakit tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Penyakit sasaran Residu max


(ppm)
Agrept 20 WP Streptomicin 1 – 1,5 gr/l Layu Ralstonia dan Erwinia -
sulfat (sistemik)

Kasumin 5/75 Kasugamicin 2 gr/l idem -


WP (sistemik)

Catatan : - Bakterisida dituangkan ke dalam lubang tanam pada H – 1


sebanyak 50 cc/lubang tanam, atau 1 liter larutan untuk 20
lubang tanam.
- Residu max menurut CORESTA Guide No. 1, Juni 2008
Tabel 3. Daftar insektisida untuk mengendalikan hama tembakau

Nama dagang Bahan aktif Konsentrasi Hama sasaran Residu max


(mg/kg)
Confidor Imidakloprid 0,5-1 cc/l Kutu daun Myzus, Thrips, 5,0
200SL (sistemik) Bemisia tabaci
Regent 50 EC Fipronil 1 cc/l idem -
(sistemik)
Actara 25 WG Tiametoksam 0,2-0,3 gr/l idem -
(sistemik)
Decis 2,5 EC Deltametrin 0,5- 1 cc/l Ulat daun Spodoptera dan 1,0
(kontak+ perut) ulat pupus Helicoverpa
Buldok 25 EC Betasiflutrin 1 cc/l idem 0,5
(kontak+ perut)
Agrimec 18 Abamectin 0,5 – 1 cc/l idem -
EC (kontak+ perut)
Kanon 400 EC Dimetoat (kon- 1 cc/l Ulat daun dan ulat pupus, 0,5
tak & sistemik) serta kutu-kutu daun
Organeem Azadirachtin 4 gr/l Ulat daun dan ulat pupus -

Amcothene 75 Acephate (kon- 0,5-1cc/l Ulat daun dan ulat pupus 0,2
SP tak & sistemik)
REFERENSI HAMA & PENYAKIT

Arwiyanto, T. dan I. Hartana (2001). Percobaan lapangan pengendalian hayati layu


bakteri tembakau. Mediagama III (2), 7-14.
Gothama, A.A.A, IG.A.A. Indrayani, dan D, Winarno (1998). Pemanfaatan
NPV dan Bacillus thuringiensis untuk pengendalian ulat daun Helicoverpa
armigera dan Spodoptera litura pada tembakau deli. Laporan Penelitian
Kerjasama APPI dengan Puslitbangtri (tidak dipublikasi).
Lucas, G.B. (1975). Diseases of tobacco. Biol. Consult. Ass., Raleigh, N.C.
Semangun, H. (2000). Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia.
Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.
Suripno dan T. Yulianti (2006). Budidaya dan pasca panen tembakau besuki na-
oogst dan prospek aplikasi teknologi ramah lingkungan. Prosiding Diskusi
Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Tembakau Ekspor Besuki, Jember, 19
Juli 2005, p.23-31.

=========== 66
PASCA PANEN TEMBAKAU

DARI PANEN SAMPAI SIAP EKSPOR

67
KLASIFIKASI DAUN TEMBAKAU BESUKI NO
BERDASAR POSISI DAUN PADA BATANG

 Dimulai dari bawah ke atas :

 1. DAUN KOSERAN (KOS) : 4 - 6 lembar.


 2. DAUN KAKI (KAK) : 6 - 8 lembar
 3. DAUN TENGAHAN (TNG) : 6 - 8 lembar
 4. DAUN PUCUK (PUT) : 4 - 6 lembar

 KOS dan KAK yang baik (tidak cacat, ukuran lebar cukup, warna
cerah) dipakai sebagai pembalut cerutu (Dekblad = Wrapper), KAK
yang masih cukup baik dan TNG dapat dipakai sebagai pembungkus
cerutu (Omblad = Binder).
 TNG dan PUT sebagai bahan isi cerutu (Filler).
68
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
DALAM PEMETIKAN (1)
 1. DERAJAT KEMASAKAN DAUN.
 Perlu kemasakan optimal, yg tergantung tipe tembakau. Tembakau
sigaret dipetik pada derajat kemasakan lebih tua daripada tembakau
cerutu, agar kadar N lebih rendah. Tembakau cerutu setelah
dikeringkan masih akan mengalami fermentasi, sehingga toleransi
terhadap kadar N masih lebih besar daripada tembakau sigaret (yang
tidak difermentasi).
 Tembakau cerutu bahan pembalut dipetik pada kemasakan lebih muda
daripada yg untuk filler, agar warna krosok cerah.
 Tembakau cerutu bahan isi perlu dipetik pada kondisi yg lebih masak,
agar rasa & aroma lebih kuat.
 2. SAAT PEMETIKAN.
 Petik pagi menghasilkan warna lebih cerah dan rata dibanding petik
siang atau sore, karena kadar zat tepung dalam daun lebih rendah
(asimilasi masih kurang). Yang dipetik siang warna kurang rata, karena
perbedaan menerima sinar matahari, sinar lebih banyak warna cokelat
69
(gelap).
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
PEMETIKAN (2)

 3. JUMLAH DAUN YANG DIPETIK.


 Teoritis kemasakan sempurna bila pemetikan dilakukan hanya satu daun tiap
kali panen. Di lapangan ada variasi antar tanaman, sehingga pemetikan satu
daun tidak menjamin sempurnanya kemasakan daun, padahal biaya petik
mahal. Dalam praktek umumnya dilakukan petik dua daun tiap kali panen.

 4. SELANG WAKTU PEMETIKAN.


 Ini tergantung derajat kemasakan daun berikutnya.
 Umumnya petik dua hari sekali
(selang waktu tidak petik sehari).

 5. POSISI DAUN PADA BATANG.


 Letak daun mempengaruhi susunan kimiawi.
 Makin ke atas ada peningkatan kadar N total, protein, dan nikotin. Kadar abu
total, Ca, Mg dan pH makin ke atas makin meningkat. Kadar karbohidrat
tertinggi pada daun-daun tengah. Tebal daun makin ke atas meningkat,
sehingga daun atas lebih cocok untuk filler. 70
PANEN DENGAN CARA TEBANG TANAMAN
(STALK CUTTING)

 Pada tembakau White Burley dilakukan panen dengan tebang


tanaman. Daun-daun masih melekat pada potongan batang digantung
di bangsal pengering. Selama pelayuan akan terjadi arus balik masa
dari daun ke batang,a.l. khlor (Cl-). Hal ini menguntungkan ditinjau
dari aspek sifat pembakaran.
 Akibat arus balik itu daun cenderung lebih ringan daripada daun yang
diproses dengan pemetikan berkala.
 Dibanding pemetikan berkala, pengangkutan hasil ke bangsal
pengering lebih sukar.

71
TRANSPOR HASIL PETIKAN

 DAUN DIPETIK PAGI, SEBELUM MATAHARI TERBIT. Umumnya


dilakukan jam 5.00 - 8.00 WIB. Sehabis hujan lebat petikan
ditunda, agar daun agak kesap (tidak basah).

 DAUN YG DIPETIK MASUK KRANJANG. Kranjang ditutup karung


plastik, agar tidak kena sinar matahari yg menimbulkan warna
tua (gelap) karena zat tepung hasil asimilasi.

 DAUN DIPERLAKUKAN HATI-HATI. Hal ini agar daun tidak


memar dan robek. Bila memar, setelah pengeringan &
fermentasi menunjukkan noda-noda minyak berwarna gelap,
menyebabkan rasa tembakau yg pahit. Pupuk urea berlebihan
juga cenderung meningkatkan tembakau minyak.
72
PENGERINGAN (CURING) (1)

 Dalam proses pengeringan, daun tembakau kecuali menjadi kering


juga mengalami perubahan biokimiawi yang menyebabkan
tembakau lebih matang. Karena itu tidak disebut Drying, tetapi
Curing.

 Macam-macam tipe pengeringan :


 1. Pengeringan udara (Air Curing) : berlangsung secara alami
dengan aliran udara, bila perlu dilakukan pengasapan dengan kayu
bakar. Contoh : tembakau White Burley, dan tembakau cerutu.
 2. Pengeringan matahari (Sun Curing) : berlangsung di bawah sinar
matahari dengan penjemuran. Contoh : tembakau Kasturi,
tembakau Oriental, dan tembakau rajangan.
 3. Pengeringan dengan pipa pemanas (Flue Curing) : berlangsung
dalam gudang pengering dengan pemanasan tidak langsung melalui
pipa pemanas (flue). Contoh : tembakau Virginia untuk sigaret.
 4. Pengeringan dengan api (Fire Curing) : berlangsung di atas nyala
api. Contoh : tembakau Boyolali asepan. 73
PENGERINGAN (CURING) (2)
 Pengeringan tembakau cerutu seperti tembakau Besuki NO
berlangsung dengan Air Curing. Pada prinsipnya berlangsung
alamiah.
 Jumlah uap air yang harus dibuang sekitar 88% berat tembakau.
Pada kondisi udara lembab (terutama malam hari), kadang-kadang
perlu dilakukan pemanasan dengan pembakaran kayu.
 Tujuan pemanasan atau pengasapan : untuk mengalirkan udara
dalam bangsal pengering, sehingga udara yg jenuh uap air dapat
diganti udara segar yang masih kering.
 Pengeringan relatif lama, a.l. tergantung ukuran daun,
dapat berlangsung selama 2 - 4 minggu.
 Daun yang memar waktu pemetikan menyebabkan dinding sel
pecah, maka polifenol dalam vakuola dan enzim polifenol oksidase
(PPO) dalam sitoplasma akan bercampur dengan oksigen dari
udara, membentuk senyawa berwarna gelap, yg menghasilkan
tembakau minyak. Tembakau yg mempunyai cacat minyak
mutunya rendah.
74
PENGERINGAN (CURING) (3)
TAHAPAN PROSES
 1. PELAYUAN (WILTING). Dimulai sejak daun masuk bangsal
pengering sampai dengan daun berubah warna menjadi kuning.
Khlorofil terombak, sehingga zat warna kuning karotin dan
xanthofil menjadi tampak. Selama tahap ini umumnya belum
diberi asap. Berlangsung 3 - 4 hari.
 2. PEMBENTUKAN WARNA (COLOUR FIXING). Dimulai dari perubahan
warna sampai permukaan daun kering. Jaringan daun mulai mati,
dinding sel pecah & isi sel saling campur, terjadi oksidasi polifenol.
Intensitas oksidasi menentukan warna tembakau. Warna juga
ditentukan oleh kelembaban udara dan lamanya proses
pengeringan. Bila warna yg diinginkan sudah terbentuk,
pengeringan ditingkatkan agar warna tak berubah. Tahap ini paling
kritis, berlangsung + 8 hari.
 3. PENGERINGAN IBU TULANG DAUN (STEM DRYING). Helaian daun
sudah kering, tetapi ibu tulang daun masih basah. Tahap ini
berlangsung kira-kira 7 - 10 hari, tergantung antara lain dari kondisi
cuaca. Tembakau ditunkan (dirompos) bila tulang daun sudah
kering. 75
PENGERINGAN (4)
CONTOH PENGERINGAN DAUN KAKI TEMBAKAU BESUKI NO

Hari ke Pengapian Lembap nisbi Kondisi daun

1-3 Tanpa api 90 – 95% Segar – mulai layu dan mulai


menguning
4-6 Asap (kukus) 85 – 90% Mulai mengering dari tepi,
hari ke 6 separuh helaian
daun telah kering
7-9 Api kecil 75 – 85% Seluruh helaian daun telah
kering, urat daun mulai
mengering
10 -12 Api sedang 65 – 70% Seluruh urat daun telah
kering, tangkai daun mulai
mengering
13 -15 Api sedang 60 – 65% Tangkai daun diharapkan
telah kering
16 -18 Api kecil 60 – 65% Menyempurnakan
pengeringan untuk
mempersiapkan rompos
76
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU
(1)
 Tembakau cerutu sesudah pengeringan belum dapat dikonsumsi,
karena beberapa unsur kualitas belum terbentuk. Diperlukan proses
pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan tembakau yang
berkualitas.

 Fermentasi merupakan proses biokimiawi yang melibatkan sejumlah


enzim yg diperlukan untuk memecah polisakarida dan protein menjadi
senyawa yg lebih sederhana, dengan pembebasan panas. Panas
tersebut diperlukan dalam reaksi biokimiawi untuk membentuk
aroma, rasa, daya bakar, dan tekstur yg lebih baik, serta warna yg
lebih merata.

 Tembakau sigaret (Virginia, rajangan) tidak perlu mengalami


fermentasi, tetapi selama penyimpanan terjadi proses pematangan
(aging) secara alami yg meningkatkan kualitas, antara lain aroma
menjadi lebih baik. Tembakau sigaret sering kali perlu mengalami
pengeringan ulang (redrying) sebelum diproses untuk pembuatan
rokok. 77
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (2)

 SYARAT-SYARAT UNTUK BERLANGSUNGNYA FERMENTASI :


 1. BAHAN DASAR (SUBSTRAT). Polisakarida dan protein yg akan
dirombak cukup tersedia dalam tembakau yg akan difermentasi.
 2. ENZIM. Enzim yg masih aktif sebagai katalisator proses
biokimiawi dalam fermentasi tersedia.
 3. SUHU. Untuk optimalnya reaksi enzimatis diperlukan suhu relatif
tinggi (+ 45 - 55° C).
 4. KADAR AIR. Reaksi enzimatis tak dapat berlangsung bila
tembakau terlalu kering. Diperlukan kadar air sekitar 18 - 25%.
 5. OKSIGEN. Oksigen diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi
oksidasi enzimatik.
 6. WAKTU. Reaksi biokimiawi berjalan dalam waktu yg relatif
lambat, sehingga tidak dapat dipercepat. Pada umumnya proses
fermentasi berlangsung dalam waktu sekitar 70 - 100
78 hari.
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (3)

 PELAKSANAAN FERMENTASI :
 1. Tembakau ditumpuk dengan massa tertentu, dengan tujuan :
 a. Menghimpun panas yg berasal dari perombakan senyawa
bermolekul besar ke senyawa bermolekul lebih kecil (polisakarida
jadi monosakarida, protein menjadi asam amino).
 b. Mengusahakan agar kehilangan panas dari dalam tumpukan
tembakau (stapelan) sekecil mungkin.
 2. Pengendalian suhu :
 a. Setelah suhu optimum dalam stapelan tercapai, tumpukan
dibongkar agar suhu tidak meningkat terus.
 b. Penyusunan tumpukan baru. Tumpukan baru disusun dari dua
tumpukan sebelumnya. Dalam menyusun tumpukan baru posisi
tembakau diubah, yg tadinya di bagian dalam yg panas dipindah di
bagian luar yg dingin. Bongkar susun tumpukan berlangsung 4 - 5
kali, mulai dari tumpukan A, B, C, D, dan E.
79
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (4)

 Semakin lanjut fermentasi substrat penghasil panas makin berkurang,


akibatnya kenaikan suhu makin lambat. Agar kehilangan panas dari
dalam tumpukan tembakau makin kurang, rongga antar untingan
tembakau yg ditumpuk perlu diperkecil dengan meningkatkan tekanan
dalam tumpukan tembakau. Contoh untuk tembakau Besuki NO sbb :

 Stapel Berat (ton) Tekanan (pon/dm2) Suhu max (oC) Waktu


(hari)

 A 2,5 4,5 50 - 52 +
8
 B 5 6 50 - 54 +
12
 C 10 8 52 - 54 +
21
 D 20 10 52 - 54 +
30
80
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (5)

 PERBAIKAN KUALITAS AKIBAT FERMENTASI :


 1. AROMA. Fermentasi meningkatkan aroma. Hilangnya protein
akibat fermentasi memperbaiki aroma.
 2. RASA. Tembakau yg tadinya rasanya mentah dan pahit akan
diganti dengan rasa yg dikehendaki.
 3. WARNA. Sesudah fermentasi warna cenderung lebih merata dan
lebih tua. Warna yg agak kehijauan hilang.
 4. TEKSTUR. Setelah fermentasi tekstur lebih baik, lapisan zat
perekat hilang.
 5. DAYA BAKAR. Setelah fermentasi daya bakar meningkat, karena
zat-zat yg menghambat pembakaran seperti protein hilang.
 6. KEASAMAN. Akibat fermentasi reaksi asap meningkat ke arah
alkalis, karena hidrolisis protein dan asam amino menjadi amonia.
 7. HIGROSKOPISITAS. Sifat higroskopis menjadi berkurang.
81
KUALITAS TEMBAKAU
(1)

 KUALITAS adalah :

 Gabungan antara sifat-sifat fisik, organoleptik, ekonomis, dan


kimiawi, yg menyebabkan tembakau itu sesuai atau tidak sesuai bila
digunakan untuk tujuan tertentu (menurut Padilla).
 Kualitas merupakan pengertian relatif, yg dapat berubah tergantung
orang, waktu, dan tempat. Karena itu standar kualitas di berbagai
daerah dapat berubah tergantung selera orang, dan dalam kurun
waktu tertentu dapat berubah (menurut Tso).
 Sejak dipublikasikannya bahaya merokok bagi kesehatan, pengertian
kualitas perlu disempurnakan, dengan mempertimbangkan
kandungan zat berbahaya dalam asap, seperti misalnya tar.
Tujuannya adalah memperoleh tembakau yg memenuhi persyaratan
kualitas yang diharapkan konsumen, tetapi juga seminimum mungkin
kandungan zat berbahaya (termasuk juga residu pestisida).
82
KUALITAS TEMBAKAU (2)

 UNSUR-UNSUR KUALITAS :
 1. BENTUK & UKURAN DAUN. Untuk tembakau bahan pembalut &
pembungkus cerutu penting, karena menentukan banyaknya irisan yg
dapat dibuat.
 2. TULANG-TULANG DAUN. Dalam pembuatan cerutu ibu tulang daun
dibuang, karena itu fabrikan menghendaki ibu tulang daun yg relatif
kecil. Tulang-tulang daun yg halus memudahkan penggulungan dalam
pembuatan cerutu.
 3. TEBAL DAUN. Bahan pembalut & pembungkus cerutu menghendaki
daun yg tipis. Tetapi daun yg mengaca (glassy) dan terlalu tipis
mudah robek dalam pengerjaan di mesin bobbin.
 4. KERAPATAN STRUKTUR & TEKSTUR. Struktur = susunan dan
kerapatan sel-sel daun, sedangkan tekstur adalah gabungan sifat-
sifat fisik yg ditentukan lewat rabaan. Kekeringan menyebabkan
jaringan daun dengan sel-sel yg mampat, dan teksturnya mampat
(close grained).
83
KUALITAS TEMBAKAU (3)
 5. ELASTISITAS. Sifat elastis penting untuk pembalut & pembungkus,
karena dalam proses pembuatan cerutu daun mengalami
perentangan. Unsur Fe dan Mn cenderung memperlemah kekuatan
jaringan terhadap gaya tarik, sedangkan unsur Ca memperkuat.
 6. WARNA. Merupakan indikator untuk sifat kimiawi & fisik yg
menentukan kualitas tetapi tidak terlihat dari luar. Kesalahan teknis
yg menurunkan kualitas seringkali tercermin dari tampilan warna
krosok. Untuk pembalut cerutu dikehendaki warna cerah dan
merata. Kelebihan Fe dapat mengakibatkan bercak-bercak hitam yg
terlihat sesudah fermentasi. Pada tanah ringan warna krosok
cenderung lebih cerah daripada pada tanah berat.
 7. SIFAT-SIFAT PEMBAKARAN. Meliputi daya pijar (daya bakar),
kecepatan & kerataan membara, warna abu, dan keteguhan abu.
Daya pijar dipengaruhi oleh faktor kimiawi dan fisik. Kadar Cl yg
tinggi berpengaruh negatif terhadap daya pijar. Kadar Cl dalam air
pengairan sebaiknya < 25 ppm, sedangkan dalam tanah sebaiknya <
40 ppm. Kadar Cl di daun sebaiknya < 1%. 84
KUALITAS TEMBAKAU
(4)

 Kebalikan dari Cl, unsur K berpengaruh positif terhadap daya bakar.


Ca dan Mg berpengaruh baik terhadap terbentuknya warna abu yg
putih, yg mencerminkan sempurnanya pembakaran, tetapi kurang
baik terhadap daya bakar. Kelebihan Ca berpengaruh kurang baik
terhadap keteguhan abu. Abu yg teguh lebih disukai karena tidak
mudah rontok selama cerutu diisap.

 Faktor fisik yg berpengaruh terhadap daya bakar yaitu kerapatan sel


dalam jaringan. Pada cuaca kering pertumbuhan daun tertekan,
struktur jaringan lebih mampat (close grained), sehingga
menyulitkan penetrasi udara ke dalam jaringan yg sedang terbakar.

 Daun yg dipetik muda daya bakarnya cenderung kurang karena kadar


N yg lebih tinggi. Daya bakar berbanding terbalik dengan kadar N
total. Kadar N yg tinggi dapat mengakibatkan kandungan TSNA
(Tobacco Specific Nitrosamine) yg tinggi, yg bersifat karsinogenik
85
(dapat menyebabkan kanker).
SORTASI TEMBAKAU CERUTU BESUKI

 SORTASI ialah pekerjaan memisah-misahkan tembakau ke dalam


kelompok yang mempunyai persamaan dalam sifat-sifat tertentu.
Tujuannya adalah memudahkan konsumen dalam memilih tembakau
yang sesuai dengan kebutuhannya.
 PARAMETER YANG DIPAKAI DALAM SORTASI :
 1. Letak daun pada batang : koseran, kaki, tengahan, pucuk.
 2. Ketebalan / kehalusan daun : tipis (I), dan tebal (II).
 3. Adanya cacat : bercak patik (S), minyak (O), robek (R), nemor (N)
(warna kuning mencolok, akibat kurang hujan atau salah pengeringan).
 4. Warna krosok : Kuning kecokelatan (K), Merah (M) =cokelat, Biru
(B) = cokelat kehijauan.
 5. Panjang krosok : Umumnya dipisahkan dalam 5 kategori, yaitu
panjang 1, panjang 2, panjang 3, panjang 4, dan panjang 5. Panjang 1
atau yg terpanjang 40 cm ke atas, yg terpendek (panjang 5) untuk KOS
22 - 24 cm, dan untuk KAK 24 - 28 cm. 86
PENGEBALAN

 Setelah selesai diproses sortasi tembakau dimampatkan dengan mesin


press, dan dikemas dalam bentuk bal.
 Untuk tembakau Deli setiap bal seberat 80 kg, demikian pula
tembakau Vorstenland di Klaten, dengan tikar sebagai pembungkus.
 Untuk tembakau Besuki NO setiap bal beratnya 100 kg, dengan tikar
sebagai pembungkus.
 Tembakau TBN dikemas dalam karton, setiap karton seberat 60 kg.
 Setiap bal atau karton diberi kode huruf yang menunjukkan
kualitasnya.
 Sebelum diekspor tembakau perlu difumigasi untuk mengendalikan
hama bubuk tembakau (Lasioderma serricorne, Coleoptera). Hama ini
larvanya makan krosok sehingga menimbulkan lubang-lubang, serta
menghasilkan kotoran, karena itu fumigasi wajib dilakukan oleh
eksportir dengan bimbingan Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang (BPSMB) dan Lembaga Tembakau
87
REFERENSI PASCA PANEN
Abdallah, F. (1970). Can tobacco quality be measured ? Lockwood Pub.Co., New
York.
Akehurst, B.C. (1981). Tobacco. Longman, New York.
Frankenburg, W.G. (1946). Chemical changes in the harvested tobacco leaf. I.
Adv. Enzymol. 6, 309-387.
Frankenburg, W.G. (1950). Chemical changes in the harvested tobaccoA leaf. II.
Adv. Enzymol. 10, 325-441.
Hartana, I. (1999). Beberapa aspek pasca panen dan kaitannya terhadap kualitas
tembakau cerutu. Makalah Penyegaran Peneliti & Praktisi Tembakau di PTP
Nusantara II , Medan, 27-29 Juli 1999.
Hartana, I. & H. Vermeulen (2000). Nicotiana tabacum L. Stimulants. Plant
Resources of South East Asia No. 16. H.A.M. Van der Vossen & M. Wessel (Ed.).
Backhuys Publishers, Leiden, 2000.
Ryan, L.(editor) (1995). Post harvest tobacco infestation control. Chapman & Hall,
London, 1 st ed.
Tso, T.C. & G.B. Gori (1975). Leaf quality and usability. Theoritical Model I. Beitr.
Zur Tabakforschung 8 (4), 167-173.

============= 88

Anda mungkin juga menyukai