1
SEJARAH TEMBAKAU
Di Eropa kebiasaan
merokok dengan pipa
makin populer, untuk ini
tembakau diimpor dari
Amerika. Tembakau
menjadi komoditas dagang
yang menguntungkan.
Di Asia awalnya tembakau
diintroduksikan ke Filipina
dari Amerika Selatan. Dari
situ meluas ke negara-
negara Asia seperti Cina,
Jepang, Indonesia, India
pada awal abad ke 17.
2
PERKEMBANGAN TEMBAKAU DI INDONESIA
Pada awalnya tembakau hanya ditanam secara kecil-kecilan
oleh petani, terutama untuk kepentingan sendiri.
Tanaman yang masuk dalam ketentuan tanam paksa yaitu
kopi, tebu, indigo, tembakau, kayu manis, teh, dan merica.
Produk yang dihasilkan diekspor ke Eropa.
Kualitas tembakau yang dihasilkan kurang baik, padahal
peluang pasar di Eropa bagus. Untuk meningkatkan kualitas
tembakau, tahun 1834 pemerintah Belanda mengirim petugas
(N. G. de Voogt) ke Kuba untuk mempelajari teknik
penanaman tembakau.
Meskipun upaya telah dilakukan dengan menerapkan
pengetahuan yang diperoleh dari Kuba, ternyata hasilnya
kurang menguntungkan.
3
PENGUSAHAAN TEMBAKAU SKALA PERKEBUNAN
Perkebunan tembakau pertama di daerah Besuki didirikan oleh
Franssen v.d. Putte di Sukowono pada tahun 1856, yang
mengusahakan tembakau cerutu.
Tahun 1859 George Birnie mendirikan perkebunan tembakau
di Jember yang diberi nama LMOD (Landbouw Maatschappij
Oud Djember).
Tahun 1860 an telah terdapat empat perkebunan tembakau
cerutu Besuki, yaitu Sukowono, LMOD, Djelbuk, dan Sukokerto
Ajung. Produknya berupa tembakau bahan cerutu diekspor ke
Eropa, dengan nama tembakau Besuki Na-oogst (Besuki NO).
Pada masa Perang Dunia II Indonesia diduduki Jepang yang
merupakan musuh negara-negara Eropa. Kegiatan tembakau
berhenti, diganti tanaman pangan.
Pada pasca kemerdekaan perkebunan Belanda a.l. LMOD
bekerja kembali, tetapi pada tahun 1958 diambil alih menjadi
Perkebunan Negara.
4
PENGUSAHAAN TEMBAKAU
SKALA PERKEBUNAN
Pengusahaan tembakau untuk
ekspor di Jawa Tengah dirintis oleh
Mendez da Costa tahun 1858 di
desa Jetis, Klaten.
Tembakau cerutu yang diusahakan
di daerah Klaten itu selanjutnya
dikenal dalam perdagangan
internasional dengan nama
tembakau Vorstenland.
Pengusahaan tembakau untuk
ekspor di Sumatera Utara (Deli)
dirintis oleh J. Nienhuys pada tahun
1863. Kondisi cuaca di Deli yang
kelembapannya tinggi dan banyak
awan menghasilkan bahan
pembalut cerutu yang kualitasnya
prima, paling baik di dunia.
Tembakau ini di pasar internasional
dikenal dengan nama tembakau
Sumatera.
5
PAENGUSAHAAN TEMBAKAU
VIRGINIA
• Tembakau Virginia mulai diusahakan di
Indonesia sejak tahun 1928 di Bojonegoro oleh
PT BAT (British American Tobacco).Tembakau
ini merupakan bahan baku rokok putih, dan
sebagian untuk campuran rokok kretek. Karena
PT BAT merupakan perusahaan multi nasional,
maka sebagai bahan tanam didatangkan varietas
tembakau Virginia dari Amerika Serikat.
•Tembakau Virginia hampir seluruhnya
merupakan tanaman petani, baik yang bermitra
dengan fabrikan maupun petani bebas.
Pada awal tahun 1970 mulai dikembangkan di
luar Jawa, yaitu di Bali, Lombok, dan Sulawesi
Selatan.
•Dewasa ini Lombok merupakan daerah utama
penghasil tembakau Virginia. Perusahaan yang
berkiprah di Lombok yaitu PT BAT, Philip
Morris, PT H.M. Sampurna, Sadhana Arif
6
Nusa.
ARTI EKONOMI TEMBAKAU
1. SUMBER PENDAPATAN
- Cukai tembakau selama setahun pada tahun 2008 : Rp 42 trilyun, 75% dari
jam umlah tsb. atau Rp 31,5 dihasilkan dari Jawa Timur. Cukai tahun 2010
sudah lebih dari Rp 50 trilyun, tahun 2011 mencapai Rp 77 trilyun.
- Produksi rokok tahun 2005 mencapai nilai > Rp 50 trilyun.
- Nilai ekspor tembakau Indonesia tahun 2005 US $ 111,8 juta atau + Rp 1
trilyun, dan tahun 2010 US $ 192,5 juta atau + Rp 1,70 trilyun.
2. SIFAT KIMIA TANAH. Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) yang
cukup diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara mobil (N,P, K,
Mg) terlihat pada daun-daun bawah, sedangkan defisiensi Ca terlihat pada daun atas
yang tumbuhnya terhambat. Nilai pH tanah yang sesuai berkisar antara 5 - 6. Unsur
hara yang paling diwaspadai yaitu Cl, karena berpengaruh negatif terhadap daya bakar.
Tanah dengan kandungan Cl > 40 ppm berisiko menghasilkan tembakau yang daya
bakarnya kurang baik. Pengaruh negatif Cl dapat diimbangi oleh kadar K yang tinggi,
yang berpengaruh positif terhadap daya bakar.
16
BENIH TEMBAKAU
22
PEMBUATAN GOT (SALURAN AIR)
Tanaman tembakau tidak
tahan kelebihan air. Untuk
kepentingan drainasi perlu
dibuat got keliling dan got
kecil (got cacing).
Got kecil juga berfungsi untuk
mengairi tanaman bila kondisi
tanah kering.
Jarak antar got kecil
umumnya + 10 m, lebar + 20
cm, dan dalam + 30 cm.
Got besar yang dibuat sesuai
dengan miringnya tanah
berjarak tiap + 50 m. Ukuran
got 40 X 40 cm sampai 50 X
50 cm. Got dapat berfungsi
menurunkan permukaan air 23
tanah (PAT).
PENANAMAN
DUA MACAM TATA TANAM :
Untuk menghasilkan daun yang relatif tipis dan lebar sesuai dengan
kegunaannya tanaman tembakau membutuhkan air yang cukup.
Pada saat awal penanaman tanaman diairi dengan cara menyiram
pada tiap hari sampai tidak menunjukkan gejala layu (kira-kira
seminggu), sesudah itu dibiarkan kering, tidak disiram.
Tanaman baru diairi lagi pada umur + sebulan. Tanaman yang sudah
butuh air pada siang hari mulai layu, yang menunjukkan neraca air
mulai minus.
Dalam pengairan diusahakan kadar air di zone akar sedalam + 20 -
30 cm mencapai kapasitas lapangan.
Air pengairan sebaiknya dipilih yang tidak mengandung Cl > 25 ppm.
Kebutuhan air tergantung fase pertumbuhan tanaman dan sifat fisik
tanah. Tanah berpasir lebih cepat menyerap air daripada tanah berat,
tetapi daya menahan air lebih rendah. Tanah itu membutuhkan
pengairan lebih sering, tetapi jumlah yang diberikan tiap kali <
daripada tanah berat.
Kebutuhan air tanaman tembakau secara kasar sekitar 90 - 100 mm
tiap bulan.
25
PEMELIHARAAN TANAH
Tanah di sekitar tanaman perlu diolah untuk :
Menggemburkan tanah dan memudahkan aerasi.
Memutus kapiler tanah untuk mengurangi penguapan air.
Merangsang pembentukan akar baru.
Mematikan gulma.
Memudahkan drainasi tanah sesudah turun hujan lebat.
Pengguludan ke 1 dilakukan sejak tanaman umur sekitar 10
hari. Pengguludan kedua dan selanjutnya dilakukan selang 15
hari. Umumnya pengguludan dilakukan sebanyak tiga kali.
Tanaman berdiri di atas guludan. Lembah di antara larikan
tanaman itu dimanfaatkan sebagai saluran air waktu mengairi
(menorap). Oleh petani juga digunakan untuk menaburkan
pupuk urea, yang kemudian diairi. Menurut petani hal ini
dilakukan untuk menghemat biaya tenaga kerja.
26
TUJUAN PEMUPUKAN PADA TEMBAKAU
PENGENDALIAN
1. Penggenangan lahan sebelum tanam membunuh larva & kepompong
2. Mencari ulat di sekitar bibit yg terserang, yg sembunyi dalam tanah.
3. Penyemprotan insektisida menjelang malam, saat ulat keluar.
39
KUTU-KUTU PENGISAP DAUN
(Myzus persicae dan Thrips tabaci)
Merupakan jenis kutu polifag yang penting pada tembakau, baik sebagai
hama langsung maupun sebagai vektor virus CMV (mosaik ketimun) dan
TEV (virus etch). Berkembang baik pada cuaca kering. Kotoran Myzus
atau rok-kerok yang berasa manis ditumbuhi jamur jelaga, sehingga daun
tembakau menjadi hitam kotor. Thrips mengisap cairan tembakau di
sekitar tulang daun sehingga menimbulkan gejala urat putih (white vein)
pada krosok.
Mempunyai musuh alami, a.l. lalat Syrpid (Ischidion scutellaris), dan
kumbang Menochilus sp.
PENGENDALIAN
1. Sanitasi : membersihkan gulma di sekitar pertanaman tembakau (radius
+ 50 m). Gulma itu merupakan tanaman inang hama.
2. Penyemprotan dini dengan insektisida sistemik seperti Confidor
(imidakloprid) atau Regent (fipronil) saat populasi di bawah 10 koloni
per 20 tanaman.
40
Koloni kutu Myzus persicae Myzus dewasa bersayap
pada permukaan bawah daun
BAKTERI :
1. Ralstonia solanacearum (layu, atau lendir).
2. Erwinia carotovora (batang berlubang).
VIRUS :
1. Mosaik tembakau (TMV).
2. Mosaik ketimun (CMV).
3. Krupuk
JAMUR :
1. Phytophthora nicotianae (lanas = blackshank).
2. Cercospora nicotianae (patik atau tol-tol = spikkel). 42
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Ralstonia solanacearum)
44
PENYAKIT LAYU ATAU LENDIR
(Lanjutan)
PENGENDALIAN :
1. ROTASI TANAMAN. Di Deli rotasi 5 tahun sekali, setelah 3
tahun ditanami tebu, lalu tanah diolah, setahun sebelum tanam
tembakau ditanami Mimosa invisa yang akarnya mengandung bakteri
antagonis. Di Jawa rotasi tanaman dengan padi sawah selama 2
musim, dapat membunuh patogen yang berada di dalam tanah.
2. SANITASI LAHAN. Lahan dibersihkan dari gulma, tanaman sakit
dicabut, dibawa keluar areal, setelah kering dibakar.
3. STERILISASI MEDIA BIBITAN. Media disterilkan dengan
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan uap air panas.
4. PENGENDALIAN HAYATI. Bakteri antagonis yg diisolasi dari
akar Mimosa digunakan sebagai biopestisida. Bakteri itu termasuk
species Pseudomonas putida. Penyiraman dengan suspensi bakteri
pada bibit yang akan ditanam dapat menekan serangan.45
PENYAKIT BATANG BERLUBANG
(HOLLOW STALK)
ARTI EKONOMI : Penyakit ini menimbulkan kerugian pada semua jenis
tembakau di Indonesia.
PENYEBAB PENYAKIT : Bakteri Erwinia carotovora yg bersifat
fakultatif aerob, dapat hidup pada tanah sawah. Bakteri hanya menginfeksi
lewat luka pada jaringan tanaman.
GEJALA : Tanaman layu mirip layu bakteri atau lanas (lihat gambar).
Gejala spesifik empulur kosong, sehingga batang tanaman dapat patah di
tengah. Infeksi biasanya lewat luka bekas petikan daun bawah. Jaringan
batang di sekitarnya busuk hitam.
Daun terinfeksi yang terpetik & disujen di gudang pengering ibu tulang
daunnya busuk (busuk gagang), daun rontok dan berbau.
PENULARAN : Lewat luka akar, bekas petikan daun di batang, lewat sujen
yang tercemar.
PENGENDALIAN : Sesudah petik higienis luka dibiarkan kering sebelum
digulud. Pada kondisi lembab (rawan infeksi) luka dapat dioles
streptomycin sulfat 200-500 ppm. Sujen juga didesinfeksi.
46
GEJALA SERANGAN BAKTERI Erwinia PADA TEMBAKAU
PENGENDALIAN :
1. Sanitasi . Sisa tanaman dibersihkan, tanaman sakit yang masih muda
dicabut. Sebelum bekerja di kebun tangan dicuci dengan deterjen seperti
Rinso, konsentrasi 0,6% untuk merusak protein pelindung virus. Kompleks
yg terserang cukup berat tetapi hampir panen diisolasi dengan tanda tali
(seperti garis polisi), pemeliharaan ditangani tenaga khusus, untuk
mencegah penularan ke pertanaman yg masih sehat.
2. Menanam varietas tahan. Pada tembakau Burley varietas tahan
a.l. Burley 21, Burley 49. Burley 64, Ky 34, Ky 35, Ky 48, Ky 56, Ky 57.
Tembakau rajangan belum ada yang tahan. Tembakau Besuki NO yang
tahan yaitu H 877 dan H 894 (di Kebun Sukowono dikenal 50 sebagai H 6).
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(Cucumber Mosaic Virus = CMV)
PENYEBAB PENYAKIT :
Virus Mosaik Ketimun (CMV). Berbeda dengan TMV, CMV di luar
tanaman tidak tahan penyimpanan. CMV dapat diinaktifkan pada suhu
60 - 75° C selama 10 menit. Konsentrasi terendah yang masih mampu
menginfeksi yaitu 10 ppm.
GEJALA :
Daun yg sakit berwarna belang tidak teratur, mirip seperti warna kulit
ketimun. Daun yg sakit parah menyempit & mengalami distorsi,
selanjutnya tanaman terhambat tumbuhnya. Terdapat beberapa strain
CMV yg menunjukkan variasi gejala yg berbeda.
TANAMAN INANG :
Fam. Cucurbitaceae (ketimun, melon, semangka), kubis, pisang,
jagung, ceplukan.
PENULARAN :
Terutama melalui gigitan serangga pengisap cairan daun (Myzus
51
persicae, Aphis gossypii). Juga menular secara mekanis.
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(LANJUTAN)
PENGENDALIAN :
1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma
inang virus dan serangga vektornya.
2. Mengendalikan serangga vektor dengan insektisida
sistemik, a.l. Confidor (berbahan aktif imidakloprid)
pada konsentrasi 0,0125-0,02%. Pengendalian dilakukan
sejak dini, karena bila terlambat akan terbentuk populasi
yg bersayap dari Myzus persicae, yg dapat terbang ke
tanaman di sekitarnya.
52
PENYAKIT MOSAIK KETIMUN
(CMV)
PENYEBAB PENYAKIT :
Virus krupuk atau Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV)
GEJALA :
Daun berkerut, urat daun menebal, tulang daun melengkung-lengkung,
mengesankan seperti krupuk yang digoreng. Di bagian bawah daun ada tonjolan-
tonjolan kecil seperti anak daun (Enasi).
TANAMAN INANG :
Gulma wedusan (Ageratum conyzoides), legetan (Synedrella nodiflora), nyawon
(Vernonia cinerea).
PENULARAN :
Virus hanya ditularkan lewat kutu kebul (Bemisia tabaci), tidak menular lewat
benih atau lewat singgungan dengan tanaman sakit. Virus jarang menular dari
tembakau ke tembakau, lebih mudah dari gulma ke tembakau.
PENGENDALIAN :
1. Sanitasi lingkungan : membersihkan gulma dari lahan sampai sejauh + 20 m
dari areal tembakau. Hal ini untuk menghilangkan tempat persembunyian
serangga vektornya.
2. Penggunaan insektisida : bilamana populasi vektor sangat banyak, dapat
disemprot dengan insektisida sistemik seperti Confidor (imidakloprid),
54 Regent
(fipronil) atau Actara (Tiametoksam).
PENYAKIT KRUPUK PADA TEMBAKAU
Daun-daun melengkung-lengkung
seperti krupuk yang digoreng 55
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH
PENYEBAB PENYAKIT :
Jamur Phytophthora nicotianae. Jamur menghasilkan zoospora yg berbulu
cambuk, sehingga dapat bergerak aktif dalam air. Jamur dapat bertahan dalam
tanah tegal (soil borne), bersifat aerob (tak tahan penggenangan).
GEJALA :
Akar membusuk, pangkal batang menghitam. Tanaman layu seperti disiram
air panas. Bila pangkal batang dibelah empulurnya bersekat-sekat (tanda
spesifik penyakit ini). Pada daun menimbulkan lanas bercak, berupa lingkaran
konsentris berwarna cokelat tua berseling cokelat kuning (gelap dan terang).
TANAMAN INANG :
Familia Solanaceae, seperti tomat, terong, lombok, kentang.
PENULARAN :
Air hujan & pengairan menyebarkan spora. Tanah basah yg ada patogennya
dapat menempel di kaki orang atau ternak, dan menularkan.
56
PENYAKIT LANAS ATAU KOLOT BASAH
(Lanjutan)
Luka akar oleh gigitan nematoda parasit memudahkan infeksi. Pupuk kandang yg
kurang masak (pemanasan kurang) dapat mengandung spora jamur yg masih aktif.
Tanaman sakit menularkan penyakit ke tanaman lainnya.
PENGENDALIAN :
1. Varietas tahan. Pada tembakau rajangan varietas Sumoris relatif tahan.
Tembakau Virginia yg tahan a.l. DB 101, NC 95, NC 2514, Coker 139, Coker 298,
dan Coker 316. DB 101 juga ditanam sebagai tembakau rajangan.
2. Rotasi tanam. Di tanah sawah disarankan rotasi 2 tahun sekali.
3. Sanitasi. Tanaman sakit dicabut & dibakar. Bekas lubang tanam didesinfeksi cara
Raciborski (diberi campuran ZA + kapur tohor 1 : 10), disiram air sampai bau
amoniak, atau diberi larutan terusi (Cu SO4) 1% (10 g terusi per liter air).
4. Secara hayati. Lubang tanam diberi jamur Trichoderma sp.
5. Kimiawi. Menjelang tanam (H -1) lubang tanam diberi larutan Ridomil 0,3%
(bahan aktif metalaxyl, sistemik).
57
Tembakau yang layu karena terserang jamur Batang tanaman tembakau
lanas (Phytophthora nicotianae). Gejala layu yang terserang lanas. Bila
seperti disiram air panas. Kiri : tembakau dibelah empulurnya bersekat
cerutu, tengah : tembakau Burley
58
SANITASI UNTUK MEMBUANG
TANAMAN TEMBAKAU YANG SAKIT
59
PENYAKIT PATIK ATAU TOL-TOL
(SPIKKEL)
PENYEBAB PENYAKIT :
Jamur Cercospora nicotianae. Jamur tergolong parasit lemah, yg masuk
melalui mulut kulit (stomata), terutama pada daun tua yg fisiologis sudah
lemah.
GEJALA :
Daun yg hampir masak menampakkan bercak putih, di tengahnya berwarna
hitam karena adanya konidia jamur. Setelah daun kering (krosok) bercak tetap
putih, mudah robek. Ada juga yg bercaknya berwarna hitam bila kondisi
gudang pengering terlalu lembab. Infeksi yg lambat belum terlihat di daun yg
dipanen, tetapi dalam gudang pengering tumbuh jadi bercak hijau
(greenspot).
TANAMAN INANG :
Famili Solanaceae (a.l. terong, cabai, kecubung).
PENULARAN :
Spora atau konidia disebarkan oleh angin siang hari, terutama bila cuaca
60
lembab. Untuk berkecambah spora perlu tetesan air.
GEJALA PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA
DAUN TEMBAKAU
Spora juga dapat menular lewat benih yg baru (kurang dari setahun).
Diduga spora bertahan dalam tanah ringan yg berbahan organik.
PENGENDALIAN :
1. Sanitasi. Daun bawah yg terinfeksi dibuang (petik higienis), sisa
tanaman atau bibit yg sudah tidak terpakai dibinasakan.
2. Benih yg sehat. Dianjurkan petani menggunakan benih yg dihasilkan
oleh lembaga yg berwenang.
3. Pemetikan awal. Bila tanda-tanda infeksi akan berat, daun dipetik agak
awal, di gudang pengering segera diberi asap.
4. Kimiawi. Penyemprotan dengan fungisida sistemik. Dulu dipakai a.l.
karbendazim (Derosal), tiofanat metil (Topsin), benomyl (Benlate)
berselang-seling dengan fungisida kontak mankozeb (Dithane M 45) atau
propineb (Antracol). Saat sekarang fungisida sistemik karbendazim tidak
disukai pembeli luar negeri, sebaiknya diganti Bayleton (Triadimefon).
62
Tabel 1. Daftar fungisida untuk mengendalikan penyakit tembakau
Amcothene 75 Acephate (kon- 0,5-1cc/l Ulat daun dan ulat pupus 0,2
SP tak & sistemik)
REFERENSI HAMA & PENYAKIT
=========== 66
PASCA PANEN TEMBAKAU
67
KLASIFIKASI DAUN TEMBAKAU BESUKI NO
BERDASAR POSISI DAUN PADA BATANG
KOS dan KAK yang baik (tidak cacat, ukuran lebar cukup, warna
cerah) dipakai sebagai pembalut cerutu (Dekblad = Wrapper), KAK
yang masih cukup baik dan TNG dapat dipakai sebagai pembungkus
cerutu (Omblad = Binder).
TNG dan PUT sebagai bahan isi cerutu (Filler).
68
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
DALAM PEMETIKAN (1)
1. DERAJAT KEMASAKAN DAUN.
Perlu kemasakan optimal, yg tergantung tipe tembakau. Tembakau
sigaret dipetik pada derajat kemasakan lebih tua daripada tembakau
cerutu, agar kadar N lebih rendah. Tembakau cerutu setelah
dikeringkan masih akan mengalami fermentasi, sehingga toleransi
terhadap kadar N masih lebih besar daripada tembakau sigaret (yang
tidak difermentasi).
Tembakau cerutu bahan pembalut dipetik pada kemasakan lebih muda
daripada yg untuk filler, agar warna krosok cerah.
Tembakau cerutu bahan isi perlu dipetik pada kondisi yg lebih masak,
agar rasa & aroma lebih kuat.
2. SAAT PEMETIKAN.
Petik pagi menghasilkan warna lebih cerah dan rata dibanding petik
siang atau sore, karena kadar zat tepung dalam daun lebih rendah
(asimilasi masih kurang). Yang dipetik siang warna kurang rata, karena
perbedaan menerima sinar matahari, sinar lebih banyak warna cokelat
69
(gelap).
BEBERAPA FAKTOR YANG MENENTUKAN
PEMETIKAN (2)
71
TRANSPOR HASIL PETIKAN
PELAKSANAAN FERMENTASI :
1. Tembakau ditumpuk dengan massa tertentu, dengan tujuan :
a. Menghimpun panas yg berasal dari perombakan senyawa
bermolekul besar ke senyawa bermolekul lebih kecil (polisakarida
jadi monosakarida, protein menjadi asam amino).
b. Mengusahakan agar kehilangan panas dari dalam tumpukan
tembakau (stapelan) sekecil mungkin.
2. Pengendalian suhu :
a. Setelah suhu optimum dalam stapelan tercapai, tumpukan
dibongkar agar suhu tidak meningkat terus.
b. Penyusunan tumpukan baru. Tumpukan baru disusun dari dua
tumpukan sebelumnya. Dalam menyusun tumpukan baru posisi
tembakau diubah, yg tadinya di bagian dalam yg panas dipindah di
bagian luar yg dingin. Bongkar susun tumpukan berlangsung 4 - 5
kali, mulai dari tumpukan A, B, C, D, dan E.
79
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (4)
A 2,5 4,5 50 - 52 +
8
B 5 6 50 - 54 +
12
C 10 8 52 - 54 +
21
D 20 10 52 - 54 +
30
80
FERMENTASI TEMBAKAU CERUTU (5)
KUALITAS adalah :
UNSUR-UNSUR KUALITAS :
1. BENTUK & UKURAN DAUN. Untuk tembakau bahan pembalut &
pembungkus cerutu penting, karena menentukan banyaknya irisan yg
dapat dibuat.
2. TULANG-TULANG DAUN. Dalam pembuatan cerutu ibu tulang daun
dibuang, karena itu fabrikan menghendaki ibu tulang daun yg relatif
kecil. Tulang-tulang daun yg halus memudahkan penggulungan dalam
pembuatan cerutu.
3. TEBAL DAUN. Bahan pembalut & pembungkus cerutu menghendaki
daun yg tipis. Tetapi daun yg mengaca (glassy) dan terlalu tipis
mudah robek dalam pengerjaan di mesin bobbin.
4. KERAPATAN STRUKTUR & TEKSTUR. Struktur = susunan dan
kerapatan sel-sel daun, sedangkan tekstur adalah gabungan sifat-
sifat fisik yg ditentukan lewat rabaan. Kekeringan menyebabkan
jaringan daun dengan sel-sel yg mampat, dan teksturnya mampat
(close grained).
83
KUALITAS TEMBAKAU (3)
5. ELASTISITAS. Sifat elastis penting untuk pembalut & pembungkus,
karena dalam proses pembuatan cerutu daun mengalami
perentangan. Unsur Fe dan Mn cenderung memperlemah kekuatan
jaringan terhadap gaya tarik, sedangkan unsur Ca memperkuat.
6. WARNA. Merupakan indikator untuk sifat kimiawi & fisik yg
menentukan kualitas tetapi tidak terlihat dari luar. Kesalahan teknis
yg menurunkan kualitas seringkali tercermin dari tampilan warna
krosok. Untuk pembalut cerutu dikehendaki warna cerah dan
merata. Kelebihan Fe dapat mengakibatkan bercak-bercak hitam yg
terlihat sesudah fermentasi. Pada tanah ringan warna krosok
cenderung lebih cerah daripada pada tanah berat.
7. SIFAT-SIFAT PEMBAKARAN. Meliputi daya pijar (daya bakar),
kecepatan & kerataan membara, warna abu, dan keteguhan abu.
Daya pijar dipengaruhi oleh faktor kimiawi dan fisik. Kadar Cl yg
tinggi berpengaruh negatif terhadap daya pijar. Kadar Cl dalam air
pengairan sebaiknya < 25 ppm, sedangkan dalam tanah sebaiknya <
40 ppm. Kadar Cl di daun sebaiknya < 1%. 84
KUALITAS TEMBAKAU
(4)
============= 88