Anda di halaman 1dari 2

Sumber : PKA Jilid-4

KONSTANTA DEOKSIGENASI
Nilai konstanta deoksigenasi (k1) tidak hanya dipengaruhi waktu dan temperatur, tetapi juga
bergantung pada jenis bahan organik dan kondisi biologis, fisik dan kimia terjadinya degradasi.
Air limbah domestik pada umumnya mempunyai laju deoksigenasi 0,1/hari pada suhu 20C. Laju
yang lebih tinggi akan menghasilkan reduksi oksigen lebih cepat di aliran yang menerimanya,
sedangkan laju yang lebih lambat dari 0,1/hari akan menurunkan kebutuhan oksigen di bawah
titikmasuknya di aliran tersebut.
1. Least Squares Technique
Theriault (1931) menerapkan metode least-squares dari data BOD untuk menghitung
konstanta deoksigenasi (k1) dan BOD ulltimate (L), dimana perubahan BOD terhadap waktu
dianggap nol.
Prosedur pada reaksi bimolekuler (reaksi orde kedua)
Oksidasi tingkat pertama bahan organik oleh mikroorganisme merupakan reaksi
monomolekuler, dimana laju oksidasi sebanding dengan jumlah satu reaktan yang tersisa.
Orford dan Ingram (1953) menyatakan bahwa penyataan di atas kurang tepat untuk
fenomena biologis yang kompleks. Umumnya hal itu mengacu pada reaksi orde pertama.
Banyak contoh pada campuran antara limbah industri dengan limbah domestik terjadi reaksi
orde kedua, di mana laju oksidasi tergantung pada konsentrasi kedua reaktan yang tersisa.
Limbah kota yang tercampur dengan bahan kimia industri yang kompleks, memerlukkan
sesuatu yang lain daripada reaksi monomolekuler untuk lebih deskriptif dan akurat.
Kenyataannya Gaudy et.al (1967) memperingatkan para peneliti tentang ploting data BOD
dalam bentuk kurva monomolekuler dan dia telah menemukan kurva BOD yang tidak
mengikuti laju penurunan kinetik orde pertama untuk mengakomodasi metode-metode untuk
menentukan k dan L yang tidak dapat diaplikasikan untuk semua kasus. Persamaanpersamaan tersebut dapat membuktikan bahwa 16 metode yang digunakan untuk
menghitung k berdasarkan laju reaksi monomolekuler tidak menghasilkan hasil yang sesuai
dengan ploting data BOD yang diamati.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut secara digunakan dua persamaan berikut yang
menghasilkan nilai k dan L.
Equation (8) dan (9)
Dengan menggunakan teknik ini harus ditentukan laju deoksigenasi, monomolekuler (orde
pertama) atau bimolekuler (orde kedua).
2. Slope Method
Thomas (1937) menyatakan metode yang digunakan .. memberikan hasil yang konsisten
dan akurat. Namun dalam perhitungannya melibatkan persamaan yang sulit dan harus
sealalu diulang karena menggunakan metode trial dan error.
Metode Thomas mengasumsikan hubungan linier antara laju perubahan BOD dan nilai BOD
itu sendiri dan berguna jika interval data BOD tidak sama. Metode ini lebih sederhana dari
metode least-squares dan hanya dapat diterapkan jika yang terjadi adalah laju
monomolekuler.
Equation
3. Metode moment
Moore, Thomas dan Snow (1950) mendapatkan konstanta k dan L dengan menggunakan
metode matematika sederhana yaitu menjadi Grafik BOD terhadap waktu.
Data yang diperoleh dari metode moment diplot pada Grafik untuk mencari nilai k1 dan L.
4. Metode Logaritmik
Orford dan Ingraam (1953) menemukan bahwa ketika BOD diplot terhadap logaritma waktu,
maka kurva dihasilkan merupakan garis linier. Berdasarkan eksperimen, untuk oksidasi
limbah domestik pada suhu 20C persamaan garisnya sesuai dengan fungsi:
Equation yt=S20(0.85..
Pada metode ini, laju oksidasi secara langsung disebut S,

Orford dan Ingram mengklaim bahwa persamaan sederhana ini dapat menggambarkan
oksidasi biologis untuk reaksi monomolekuler dan mengurangi kesulitan dan perhitungan
yang rumit. Pada persamaan monomolekuler, laju oksidasi merupakan jumlah material yang
tersisa (L=yt).
Jika dari data BOD diplot pada kertas semi logaritmis, maka oksidasi pada orde yang
dimungkinkan untuk diplot menjadi grafik dengan gradien berbeda.
Untuk beberapa limbah industri, persamaan logaritmis dapat juga diterapkan dengan baik.
Equation
Nilai k menurun dan nilai L meningkat sebagai fungsi waktu.
5. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dapat digunakan untuk menghitung (dengan estimasti grafis) BOD
ultimate. Pada estimasi nilai BOD ultimate dapat diterapkan hukum reaksi monomolekuler
yang menyatakan laju oksidasi sesuai dengan jumlah bahan organik yang tersisa. Grafik
yang digambarkan, nilai BOD tersisa diplot pada sumbu Y dan waktu pada sumbu X,
sehingga terbentuk garis lurus dengan kemiringan tertentu. Slope garis ini didefinisikan
sebagai laju reaksi k1. Intercept dari aksis log merupakan predisi nilai L, BOD ultimate.
Grafik
6. Rhames Two Point Method
Rhame mengembangkan hubungan Nilai BOD pada dua waktu, dimana pada waktu yang
kedua dua kali lipat waktu yang pertama.
Equation
7. Ultimate Oxygen Demand (NOD)
Air limbah yang diolah dengan proses biologi, zat karbon dioksidasi menjadi CO 2, namun ada
indikasi hanya sedikit atau tidak ada oksidasi NH 3. Maka BOD5 dari efluen relatif rendah
karena nitrogen tidak teroksidasi selama periode lima hari da cairan mengandung sedikit
bahan organik, namun kebutuhan ultimate relatif tinggi karena termasuk oksigen yang
ekuivalen dengan kehadiran nitrogen di efulen.
Pada instalasi pengolahan limbah dimana proses biologis menghasilkan efluen yang
ternitrifikasi, atau efluen yang mulai terjadi nitrifikasi selama masa inkubasi BOD, rasio
kebutuhan oksgen batas dan BOD5 tidak lebih rendah dari limbah yang terendapkan.
Kebutuhan oksigen ultimate meningkat dengan signifikan di aliran sanitasi, karena adanya
kompetisi sumber air yang diterima aliran meningkat. Proses pengolahan yang digunakan
saat ini menurunkan BOD karbon, sepertinya menyebabkan siklus nitrogen mengambil alih.
Ketika waktu aliran dari outlet limbah sampai ke laut diperpanjang dengan pemanfaatan
ulang atau bendungan buatan, UOD menjadi meningkat. Kegiatan ini membuatnya menjadi
penting untuk mempertimbangkan kebutuhan oksigen nitrogen (orde kedua) atau kebutuhan
oksigen karbon (orde pertama) untuk prediksi penurunan oksigen.
8.

Anda mungkin juga menyukai