Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme Kerja Obat Diabetes Melitus

1.

Obat Anti Hiperglikemik Oral


Golongan Insulin Sensitizing
a) Biguanid
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Metformin terdapat
dalam dalam konsentrasi yang tinggi dalam usus dan hati, tidak dimetabolisme
tetapi secara tepat dikeluarkan melalui ginjal. Setelah diberikan secara oral
metformin akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2 jam dan dieksresi
lewat urin dalam keadaan utuh degan waktu paruh 2-5 jam.
Mekanisme Kerja
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa hati.
Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan
glukosa dalam darah dan juga diduga menghambat absorpsi glukosa di usus
sesudah asupan makan.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Efek samping yang mungkin muncul adalah asidosis laktat, pada gangguan ginjal
yang berat metfromin dosis tinggi akan berakumulasi di mitokondria dan
menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga menimbulkan asidosis laktat.
Untuk menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (kreatinin > 1,3 mg/dL pada perempuan, dan > 1,5 mg/dL pada lakilaki). Metformin juga dikontraindikasikan pada pasien gangguan fungsi hati,
infeksi berat, penggunaan alkohol berlebihan serta penyandang gagal jantung
yang memerlukan terapi.
Macam Obat dan Dosis
Metformin diberikan dengan dosis 250-3000 mg 1-3x/ hari sedangkan metformin
XR dosisnya 500-3000 mg 2-3x/ hari.

b) Glitazone
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Glitazone diabsorpsi dengan cepat dan mencapai konsentrasi tertinggi terjadi
setelah 1-2 jam. Makanan tidak mempengaruhi farmakokinetik obat ini. Waktu
paruh berkisar antara 3-7 jam.
Mekanisme Kerja
Glitazone merupakan regulator homeostasis lipid diferensiasi adiposit dan kerja
insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang dapat
memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Glitazon dapat menyebabkan penambahan berat badan yang bermakna sama
atau lebih dari SU serta edema. Pemakaian glitazone dihentikan apabila
terdapat kenaikan enzim hati (ALT dan AST) lebih dari 3 kali batas atas
normal. Pemakain harus hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit hati
sebelumnya, gagal jantung kelas 3 dan 4, dan pada edema.
Macam Obat dan Dosis
Rosiglitazon dosis hariannya 4-8mg 1x/ hari dan Pioglitazon 15-30mg 1x/ hari.
Golongan Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi
insulin oleh sel beta pan kreas golongan ini meliputi SU dan non SU (glinid).
a) Sulfonilurea
Sulfonilurea telah digunakan untuk pengobatan DM tipe 2 sejak tahun 1950-an.
Obat ini digunakan sebagai terapi farmkologis pada awal pengobatan diabetes
dimulai,terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan sekresi
pada insulin. Sulfonilurea sering digunakan sebagai terapi kombinasi karena
kemampuannya untuk meningkatkan atau mempertahankan sekresi insulin.
Mempunyai sejarah penggunaan yang panjang dengan efek samping (termasuk
hipoglikemia) dan relatif murah. Berbagai macam obat golongan ini umumnya
mempunyai sifat farmakologis yang serupa, demikian juga efek klinis dan
mekanisme kerjanya.

Farmakokiaetik dan Farmakodinamik


Efek akut obat golongan sulfonailurea berbeda denga efek pada pemakaian jangka
lama. Glibenklamid misalnya mempunyai masa paruh 4 jam pada pemakaian akut,
tetapi pada pemakaian jangka lama >12 minggu, masa paruhnya memanjang sampai
12 jam. (Bahkan sampai >20 jam pada pemakaian kronik dengan dosis maksimal).
Karena itu dianjurkan untuk memakai glibenklamid sehari sekali.
Mekanisme Kerja
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang masih mampu
mensekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada diabetes melitus tipe
Efek hipoglikemia sulfonilurea adalah merangsang channel K yang tergantung pada
ATP dari sel beta pankreas . Bila sulfonilurea terkait pada reseptor ( SUR) channel
tersebt maka akan terjadi penutupan. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan permeabilitas K pada membran sel beta, terjadi depolarisasi membra dan
membuka cahnnel

Ca tergantung voltase, dan menyebabkan peningkatan

Ca

intrasel. Ion Ca akan terkait pada Calmodulin, dan menyebabkan eksositosis garnul
yang mengandung insulin.
Penggunaan Dalam Klinik
Beberapa obat golongan SU yang ada di indonesia dapat dilihat pada tabel 1.
Semuanya mempunyai cara kerja yang serupa, berbeda dalam hal masa kerja,
degradasi dan aktivitas metabolitnya. Berdasarkan lama kerjanya, SU di bagi
menjadi tiga golongan yaitu generasi pertama adalah acetohexamide, tolbutamide
dan chlorpropamide. SU generasi kedua adalah glibenclamide, glipizide dan
gliclazide, SU genersi ketiga adalah glimepiride.
Glibenklamid mnurunkan glukosa darah pusa lebih besar dari pada glukosa
sesudah makan, masing-masing sampai 36% dan 21%. Bila diperlukan,dosis terbagi
dapat diberikan dengan dosis sore yang lebih rendah. Pada pemakaian jangka lama,
efektivitas obat ini dapat menurunkan HbA1c,5-2%,
Pada pemakaian sulfonilureaSU, umurnya selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk menghindari kemungkinan hipoglikemia.pada keadaan tertentu dimana kadar
glukosa darah sangat tinggi, datap diberikan SU dengan dosis yang lebih besar

dengan perhatian khusus bahwa dalam beberapa hari sudah dapat diperoleh efek
klinis yang jelas dan dalam 1 minggu sudah terjadi penurunan kadar glukosa darah
yang cukup bermakna. Segeralah periksa kadar glukosa darah sesuai dosisnya.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Hipoglikemi merupakan efek samping terpenting dari SU terutama bila asupan
pasien tidak adekuat. Untuk mengurangi kemungkinan hipoglikemia, apalagi pada
orang tua dipilih obat yang masa kerjanya paling singkat. Obat SU dengan masa
kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut.
tua,hipoglikemia

Selain pada orang

juga lebih sering terjadi pada pasien dengan gagal gonjal,

gangguan fungsi hati berat dan pasien dengan masukan makan yang kurang dan jika
daipakai bersama obat sulfa. Obat yang mempunyai metabolt aktif tentu akan lebih
mungkin menyebabkan hipoglikemia yang berkepanjangan jika di berikan pada
pasien dengan gagal ginjal atau gagal hati.
Selain itu terjadi kenaikan berat badan sekitar 4-6kg, gangguan pencernaan,
fotosensitifitas, gangguan enzim hati dan flushing.
Pemakaiannya dikontradiksikan pada DM tipe 1, hipersensitif terhadap sulfa,
hamil dan menyusui.
2. Penghambat Alfa Glukosida
Farmakokinetik dan Farmakodinamik
Acarbose hampir tidak diabsorbsi dan kerja lokal pada saluran pencernaan.
Acarbose mengalami metabolisme didalam saluran pencernaan, metabolisme
terutama oleh flora mikrobiologis,hidrolisi intestinal dan aktifitas ensim pencernaan.
Waktu aktu paruh eliminasi plasma kira-kira 2 jam pada orang sehat dan sebagian
besar diekskreasi melalui feses. Obat ini bekerja kompetitif menghambat kerja
enzim alfa gulkosidase di dalam saluran cema sehingga dengan demikian dapat
menurunkan penyerapan gulkosa hipoglikemia dan berpengaruh pada kadar insulin.
Mekanisme Kerja
Obat ini memperlambat dan pemecahan dan penyerapan karbohidrat komplek
dengan menghambat enzim alpha gulkosidase yang terdapat pada dinding entrosit

yang terletak pada bagian proksimal usus halus. Secara klinis akan terjadi
hambatanpembentukan

monosakarida

intraluminal,

menghambat

dan

memperpanjang peningkatan gulkosa darah postprandial, dan mempengaruhi


respons insulin plasma. Hasil akhir adalah penurunan gulkosa darah post prandial.
Sebagai monoterapi tidak akan merangsang ekresi insulin sehingga tidak dapat
menyebabkan hipoglikemia.
Penggunaan dalam Klinik
Acarbose dapat digunakan sebagai monoterapi atau sebagai kombinasi dengan
insulin, metformin, glitazone atau sukfonilurea . Untuk mendapatkan efek maksimal,
obat ini harus diberikan segera pada saat makan utama. Hal ini perlu karena
merupakan penghambat kompetitif dan sudah harus ada pada saat kerja enzimatik
pada saat yang sama karbohidrat berada di usus halus. Dengan memberikannya 15
menit sebelum atau sesudah makan akan mengurangi dampak pengobatan terhadap
glukosa post prandial.
Monoterapi dengan acarbose dapat menurunkan rata-rata glukosa post prandial
sebesar 40-60 mg/dL dan gulkosa pusa rata-rata 10-20 mg/dL dan Hba1c 0,5-1%.
Dengan terapi kombinasi bersama SU,metformin dan insulin maka acarbose dapat
menurunkan lebih banyak terhadap A1C sebesar 0,3-0,5% dan rata-rata gulkosa post
prandial sebesar 20-30 mg/dL dari keadaan sebelumnya.
Efek Samping dan Kontraindiksi
Efek samping akibat maldisges karbohidrat akan berupa gejala gastrointestinal
seperti ; meteorismus, flatulence

dan diare. Flatulence merupakan efek yang

tersering terjadi pada hampir 50% pengguna obat ini. Penghambat alfa glukosidase
dapat menghambat biovailabilitas metformin jika diberikan bersamaan pada orang
normal.
Acarbose dikontraindikasikan pada kondisi irritable bowel syandrome, obstruksi
saluran cerna, sirosis hati dan gangguan fungsi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai