A. SEJARAH ALJABAR
Sejarah aljabar dimulai dari masa Mesir kuno dan Babilonia. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya Rhind Papirus yang ditemukan sekitar tahun 1650 sebelum
masehi. Rhind papyrus ini berisi suatu teka-teki yang mendasari munculnya suatu
persamaan. Teka-teki itu yaitu, A quantity; its fourth is added to it. It becomes
fifteen. What is the quantity? atau dalam bahasa indonesiannya Suatu nilai; apabila
empat dijumlahkan dengannya. Itu akan menjadi 15. Nilai berapakah itu?. Dari
kebiasaan memecahkan masalah teka-teki seperti inilah masyarakat Mesir kuno dan
Babilonia mulai memunculkan apa yang kita kenal dengan persamaan dan
kemudian berkembang menjadi aljabar. Selanjutnya, penemuan Clay teblets sekitar
tahun 1700 sebelum masehi, masyarakat Mesir kuno dan Babilonia belajar untuk
memecahkan persamaan linear (=) dan persamaan kuadrat ( 2 + = ) yang
dipecahkan dengan menggunakan kuadrat sempurna, dan persamaan tak tentu
2 + 2 = 2.
Orang
Babel
kuno
dengan
mudahnya
dapat
memecahkan
permasalahan ini dengan dasar prosedur pengerjaan yang sama dengan yang
diajarkan saat ini.
Kata
aljabar
(aljabr)
yang
berarti
pertemuan,
hubungan
atau
perampungan diambil dari judul buku Hisab al Jabr Wal Muqabalah (Perhitungan
dengan Restorasi dan Reduksi), karya seorang ahli matematika Arab, Muhammad
untuk
merepresentasikan
bilangan
secara
umum
sebagai
sarana
x + 3 = 5 , menghasilkan x = 2 , atau x + 3 = -5 ,
menghasilkan x = -8. Aljabar terus berkembang hingga pada tahun 1797, seorang
matematikawan Jerman, Carl Friedrich Gauss (1777-1855) dalam disertasi
doktoralnya membuktikan teorema fundamental dari aljabar. Dalam teorema itu,
Gauss menyatakan bahwa setiap persamaan polynomial dengan derajat n paling
tidak memiliki satu dan sebanyak n akarnya, dalam semesta bilangan kompleks.
Pada saat itu aljabar telah memasuki fase modern, perhatian bergeser dari
memecahkan persamaan polinomial untuk mempelajari struktur dari sistem
matematika abstrak yang aksioma didasarkan pada perilaku objek matematika,
seperti bilangan kompleks yang muncul dalam menentukan akar dari suatu
polinomial. Contoh dari sistem ini yaitu Teori Group dan Quaternions. Tokoh yang
berkontribusi dalam munculnya Teori Group yaitu Galios dan Augustin Cauchy
Matematikawan Prancis, Arthur Cayley Matematikawan Inggris, dan Matematikawan
Norwegia Niels Abel dan Sophus Lie. Sedangkan Quaternions ditemukan oleh
Matematikawan Inggris William Rowan Hamilton. Dan setelah penemuan Hamilton,
matematikawan Jerman Hermann Grassmann mulai menyelidiki vector dan ini
berpengaruh besar bagi fisikawan pada masa itu. Pengaruh luas dari pendekatan
abstrak dipimpin oleh George Boole dengan menulis hukum pemikiran. Sejak saat
itu aljabar modern mulai dikenal dengan aljabar abstrak dan sangat dibutuhkan
dalam ilmu-ilmu lainnya.
B. Prasyarat Materi Aljabar SMA
1. Aljabar SMP Kelas VII
a) Aljabar
(i) Bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
(ii) Operasi bentuk aljabar
(iii) Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
(iv) Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV)
b) Penerapan Bentuk Aljabar
(i) Model
Matematika
pada
PLSV
dan
PtLSV
serta
Penyelesaiannya
(ii) Pemecahan Masalah dalam Aritmetika Sosial
(iii) Penggunaan Perbandingan untuk Pemecahan Masalah
BAB II
BAB III
BAB IV
PERTIDAKSAMAAN
A. Pertidaksamaan Pecahan
B. Pertidaksamaan Bentuk Akar
C. Pertidaksamaan Nilai Mutlak
D. Merancang Model Matematika yang Berkaitan dengan
Pertidaksamaan Satu Variabel
Kelas XI IPA
BAB IV
LINGKARAN
A. Persamaan Lingkaran
B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran
BAB V
SUKU BANYAK
A. Algoritma Pembagian Suku Banyak
B. Penggunaan Teorema Sisa dan Teorema Faktor
C. Akar-akar Rasional dari Persamaan Suku Banyak
BAB VI
Kelas XI IPS
BAB II
PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif
BAB III
MATRIKS
A. Pengertian Matriks
VEKTOR
A. Pengertian Vektor
B. Operasi pada Vektor
C. Perbandingan Vektor
D. Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor
BAB V
BAB VII
PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif
BAB III
MATRIKS
A. Pengertian Matriks
B. Operasi Hitung pada Matriks
C. Determinan dan Invers Matriks
D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear
BAB IV
PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif
BAB III
MATRIKS
A. Pengertian Matriks
B. Operasi Hitung pada Matriks
C. Determinan dan Invers Matriks
D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear
BAB V
+ = + hukum komutatif
( + ) + = + ( + ) hukum asosiatif
( + ) = + hukum distributif
dst
Hubungan aljabar dengan materi barisan dan deret bisa dilihat dari rumus
dasar barisan aritmetika yang menggunakan unsur-unsur matematika dalam
bentuk aljabar, yaitu variabel atau peubah. Suku ke-n barisan aritmetika adalah
= + ( 1)
di mana
= Suku ke-n
= Suku pertama
= beda
= banyaknya suku
Selain itu, dalam operasi barisan aritmetika juga masih mengadopsi dari
operasi bentuk aljabar.
Contoh:
Diketahui barisan 5, -2, -9, -16, , tentukanlah:
a.
Jawab:
Selisih dua suku berurutan pada barisan 5, -2, -9, -16, , adalah tetap, yaitu b = -7
sehingga barisan bilangan tersebut merupakan barisan aritmetika.
a.
Hubungan aljabar dengan materi peluang adalah bisa terlihat pada saat
menyelesaikan permasalahan tentang peluang yang menggunakan konsep operasi
aljabar. Kemudian, pada notasi-notasi yang digunakan contoh: n! (n faktorial). Notasi
n disana merupakan variabel yang harus dicari nilainya untuk mendapatkan
penyelesaian dari persoalan peluang. Pelajaran mengenai variabel telah kita
dapatkan di aljabar.
Contoh:
( + 3)! = 10( + 2)! ( + 3)( + 2)! = 10( + 2)!
( + 3) = 10
=7
Hubungan aljabar dengan materi trigonometri adalah sama halnya dengan materi
pelajaran matematika yang sebelumnya yaitu terlihat jelas pada saat kita akan
mengoperasikan permasalahan trigonometri dengan memanfaatkan pengetahuan
yang telah kita dapatkan di aljabar.
Hubungan aljabar dengan materi limit fungsi adalah dengan mempelajari limit fungsi,
maka kita akan mengetahui bahwa sifat dari limit fungsi dapat digunakan untuk
menghitung limit fungsi aljabar.
Teorema Limit Utama
Jika () dan () adalah fungsi dan k konstanta maka
1.
2.
3.
4.
lim () =
5.
dst
()
lim ()
lim ()
; lim () 0
(+)()
() = lim
Jika limitnya ada, fungsi f dikatakan diferensiabel di x dan f disebut fungsi turunan
dari f .
Hubungan aljabar dengan materi integral adalah di pelajaran integral kita akan
banyak sekali menemukan notasi-notasi variabel dan konstanta, kedua istilah ini
telah kita dapatkan pada saat belajar aljabar. Dalam proses operasi penyelesaian
permasalahan integral juga tidak bisa lepas dari operasi dalam bentuk aljabar.
Sebagai contoh, sedikit materi pada integral yang mengandung unsur aljabar di
dalamnya, yaitu:
Pengintegralan fungsi () terhadap dinotasikan sebagai berikut.
() = () +
dengan:
= notasi integral (yang diperkenalkan oleh Leibniz, seorang matematikawan
Jerman)
() = fungsi integran
() = fungsi integral umum yang bersifat () = ()
= konstanta pengintegralan
Kemudian, pada pelajaran integral juga terdapat aturan integral substitusi. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa pada aljabar kita juga telah mempelajari metode
substitusi terlebih dahulu.
Teorema 5
Aturan integral substitusi
Jika suatu fungsi yang dapat didiferensialkan dan suatu bilangan rasional tak nol,
maka (()) () =
(())
+1
+1
Aturan integral substitusi ini merupakan salah satu teorema yang dapat kita gunakan
untuk menyelesaikan permasalahan integral.
hasil
wawancara
penulis
dengan
salah
satu
pendidik
Daftar Pustaka
Indriyastuti, dkk. 2006. Khazanah Matematika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Tanton, J. 2005. Encyclopedia of Mathematics. New York: Facts On File, Inc.