Anda di halaman 1dari 12

ALJABAR

Detta Anastasya1), Robiansyah2), Yuannisya Walimun3)


120101100311), 130101100432), 120101101253)
1)2)3)

Pendidikan Matematika, STKIP Surya


Jl. Scientia Gading Serpong, Tangerang 15810
Abstrak
Sejarah aljabar dimulai dari masa Mesir kuno dan Babilonia. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya Rhind Papirus yang berisi teka-teki sekitar tahun 1650 sebelum masehi.
Dari kebiasaan memecahkan masalah teka-teki, kemudian masyarakat Mesir kuno dan
Babilonia mulai memunculkan persamaan hingga berkembang menjadi aljabar. Saat ini
dalam pelajaran di sekolah, aljabar mulai dipelajari sejak jenjang SMP hingga ke jenjang
SMA. Materi aljabar yang dipelajari di SMA merupakan perkembangan dari topik aljabar
yang telah dipelajari di SMP. Adapun materi aljabar yang dipelajari di SMA ialah bentuk
pangkat, akar, dan logaritma, persamaan, fungsi, dan pertidaksamaan kuadrat, sistem
persamaan linear dan kuadrat, serta pertidaksamaan. Hampir di setiap materi pelajaran
matematika di sekolah berkaitan dengan aljabar. Dalam mempelajari aljabar kendala
yang muncul dapat berasal dari faktor intern dan ekstern. Namun pada intinya kendala
yang ada tergantung pada kondisi kegiatan belajar mengajar di kelas.

A. SEJARAH ALJABAR
Sejarah aljabar dimulai dari masa Mesir kuno dan Babilonia. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya Rhind Papirus yang ditemukan sekitar tahun 1650 sebelum
masehi. Rhind papyrus ini berisi suatu teka-teki yang mendasari munculnya suatu
persamaan. Teka-teki itu yaitu, A quantity; its fourth is added to it. It becomes
fifteen. What is the quantity? atau dalam bahasa indonesiannya Suatu nilai; apabila
empat dijumlahkan dengannya. Itu akan menjadi 15. Nilai berapakah itu?. Dari
kebiasaan memecahkan masalah teka-teki seperti inilah masyarakat Mesir kuno dan
Babilonia mulai memunculkan apa yang kita kenal dengan persamaan dan
kemudian berkembang menjadi aljabar. Selanjutnya, penemuan Clay teblets sekitar
tahun 1700 sebelum masehi, masyarakat Mesir kuno dan Babilonia belajar untuk
memecahkan persamaan linear (=) dan persamaan kuadrat ( 2 + = ) yang
dipecahkan dengan menggunakan kuadrat sempurna, dan persamaan tak tentu
2 + 2 = 2.

Orang

Babel

kuno

dengan

mudahnya

dapat

memecahkan

permasalahan ini dengan dasar prosedur pengerjaan yang sama dengan yang
diajarkan saat ini.
Kata

aljabar

(aljabr)

yang

berarti

pertemuan,

hubungan

atau

perampungan diambil dari judul buku Hisab al Jabr Wal Muqabalah (Perhitungan
dengan Restorasi dan Reduksi), karya seorang ahli matematika Arab, Muhammad

Al-Khwarizmi (780850 M). Dalam bukunya Khwarismi menuliskan penyelesaian


suatu persamaan dalam uraian sistematis dari teori dasar, dengan diberikan contoh
dan bukti. Buku Khwarizmi kemudian pada abad ke-12 diartikan ke dalam bahasa
Latin oleh matematikawan Itali, Fibonacci. Dengan itu, apa yang ditulis oleh
Khwarizmi berkembang sangat pesat di Eropa hingga pada abad ke-13. Aljabar
menjadi salah satu cabang ilmu matematika yang sangat bermanfaat dalam ilmu
ekonomi dan ilmu sosial lainnya. Aljabar adalah cabang metematika yang dapat
dicirikan sebagai generalisasi dan perpanjangan aritmatika. Aljabar juga merupakan
nama sebuah struktur aljabar abstrak, yaitu aljabar dalam sebuah bidang. Aljabar
adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas.
Untuk mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa
huruf)

untuk

merepresentasikan

bilangan

secara

umum

sebagai

sarana

penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah. Contohnya, x mewakili


bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin diketahui. Misalnya, persamaan 2
( 5 + 7 ) = 2 5 + 2 7 adalah ( benar) pernyataan aritmatika tentang himpunan
khusus bilangan, sedangkan persamaan x ( y + z ) = x y + x z adalah
pernyataan umum yang menggambarkan sebuah teorema yang dipenuhi oleh tiga
bilangan. Ini adalah contoh pernyataan dalam aljabar.
Kebanyakan dari aljabar dasar terdiri dari metode memanipulasi persamaan
untuk menempatkan mereka dalam bentuk yang lebih tepat, atau untuk menentukan
(yaitu, memecahkan ) nilai-nilai yang diperbolehkan variabel yang muncul. Misalnya,
menulis ulang 2 + 6 + 9 = 25 ( + 3)2 = 25 yang memungkinkan solusi
yang mudah untuk x :

x + 3 = 5 , menghasilkan x = 2 , atau x + 3 = -5 ,

menghasilkan x = -8. Aljabar terus berkembang hingga pada tahun 1797, seorang
matematikawan Jerman, Carl Friedrich Gauss (1777-1855) dalam disertasi
doktoralnya membuktikan teorema fundamental dari aljabar. Dalam teorema itu,
Gauss menyatakan bahwa setiap persamaan polynomial dengan derajat n paling
tidak memiliki satu dan sebanyak n akarnya, dalam semesta bilangan kompleks.
Pada saat itu aljabar telah memasuki fase modern, perhatian bergeser dari
memecahkan persamaan polinomial untuk mempelajari struktur dari sistem
matematika abstrak yang aksioma didasarkan pada perilaku objek matematika,
seperti bilangan kompleks yang muncul dalam menentukan akar dari suatu
polinomial. Contoh dari sistem ini yaitu Teori Group dan Quaternions. Tokoh yang

berkontribusi dalam munculnya Teori Group yaitu Galios dan Augustin Cauchy
Matematikawan Prancis, Arthur Cayley Matematikawan Inggris, dan Matematikawan
Norwegia Niels Abel dan Sophus Lie. Sedangkan Quaternions ditemukan oleh
Matematikawan Inggris William Rowan Hamilton. Dan setelah penemuan Hamilton,
matematikawan Jerman Hermann Grassmann mulai menyelidiki vector dan ini
berpengaruh besar bagi fisikawan pada masa itu. Pengaruh luas dari pendekatan
abstrak dipimpin oleh George Boole dengan menulis hukum pemikiran. Sejak saat
itu aljabar modern mulai dikenal dengan aljabar abstrak dan sangat dibutuhkan
dalam ilmu-ilmu lainnya.
B. Prasyarat Materi Aljabar SMA
1. Aljabar SMP Kelas VII
a) Aljabar
(i) Bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
(ii) Operasi bentuk aljabar
(iii) Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
(iv) Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV)
b) Penerapan Bentuk Aljabar
(i) Model

Matematika

pada

PLSV

dan

PtLSV

serta

Penyelesaiannya
(ii) Pemecahan Masalah dalam Aritmetika Sosial
(iii) Penggunaan Perbandingan untuk Pemecahan Masalah

2. Aljabar SMP Kelas VIII


a) Faktorisasi Suku Aljabar
(i) Pengertian Koefisien, Variabel, Konstanta, dan SukuOperasi
Hitung pada Bentuk Aljabar
(ii) Pemfaktoran Bentuk Aljabar
(iii) Operasi pada Pecahan Bentuk Aljabar
b) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(i) Persamaan Linear Satu Variabel
(ii) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(iii) Membuat Model Matematika dan Menyelesaikan Masalah


Sehari-hari yang Melibatkan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
(iv) Menyelesaikan Sistem Persamaan Nonlinear Dua Variabel
dengan Mengubah ke Bentuk Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel

C. Urutan Materi Aljabar SMA dalam KTSP 2006


Kelas X
BAB I

BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA


A. Bentuk Pangkat Bulat
B. Bentuk Akar
C. Pangkat Pecahan
D. Logaritma

BAB II

PERSAMAAN, FUNGSI, DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT


A. Akar-Akar Persamaan Kuadrat
B. Diskriminan Persamaan Kuadrat
C. Jumlah dan Hasil Kali Akar-Akar Persamaan Kuadrat
D. Menyusun Persamaan Kuadrat
E. Fungsi dan Fungsi Kuadrat
F. Menyusun Fungsi Kuadrat
G. Model Matematika yang Berkaitan dengan Persamaan atau
Fungsi Kuadrat
H. Pertidaksamaan Kuadrat

BAB III

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN KUADRAT


A. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
B. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
C. Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat
D. Sistem Persamaan Kuadrat dan Kuadrat
E. Merancang Model Matematika yang Berkaitan dengan Sistem
Persamaan

BAB IV

PERTIDAKSAMAAN
A. Pertidaksamaan Pecahan
B. Pertidaksamaan Bentuk Akar
C. Pertidaksamaan Nilai Mutlak
D. Merancang Model Matematika yang Berkaitan dengan
Pertidaksamaan Satu Variabel

Kelas XI IPA
BAB IV

LINGKARAN
A. Persamaan Lingkaran
B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

BAB V

SUKU BANYAK
A. Algoritma Pembagian Suku Banyak
B. Penggunaan Teorema Sisa dan Teorema Faktor
C. Akar-akar Rasional dari Persamaan Suku Banyak

BAB VI

KOMPOSISI FUNGSI DAN INVERS FUNGSI


A. Relasi dan Fungsi
B. Aljabar Fungsi
C. Fungsi Komposisi
D. Fungsi Invers

Kelas XI IPS
BAB II

KOMPOSISI FUNGSI DAN INVERS FUNGSI


A. Komposisi fungsi dari dua fungsi
B. Fungsi Invers

Kelas XII IPA


BAB II

PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif

BAB III

MATRIKS
A. Pengertian Matriks

B. Operasi Hitung pada Matriks


C. Determinan dan Invers Matriks
D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear
BAB IV

VEKTOR
A. Pengertian Vektor
B. Operasi pada Vektor
C. Perbandingan Vektor
D. Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor

BAB V

BARISAN, DERET, DAN NOTASI SIGMA


A. Barisan dan Deret Arimetika
B. Barisan dan Deret Geometri
C. Notasi Sigma dan Induksi Matematika
D. Aplikasi Barisan dan Deret

BAB VII

FUNGSI, PERSAMAAN, DAN PERTIDAKSAMAAN


EKSPONEN DAN LOGARITMA
A. Grafik Fungsi Eksponen dan Fungsi Logaritma
B. Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
C. Persamaan dan Pertidaksamaan Logaritma

Kelas XII IPS


BAB II

PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif

BAB III

MATRIKS
A. Pengertian Matriks
B. Operasi Hitung pada Matriks
C. Determinan dan Invers Matriks
D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear

BAB IV

BARISAN, DERET, DAN NOTASI SIGMA


A. Barisan dan Deret Arimetika

B. Barisan dan Deret Geometri


C. Notasi Sigma dan Induksi Matematika
D. Aplikasi Barisan dan Deret
Kelas XII BAHASA
BAB II

PROGRAM LINEAR
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Model Matematika
C. Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif

BAB III

MATRIKS
A. Pengertian Matriks
B. Operasi Hitung pada Matriks
C. Determinan dan Invers Matriks
D. Penerapan Matriks dalam Sistem Persamaan Linear

BAB V

BARISAN, DERET, DAN NOTASI SIGMA


A. Barisan dan Deret Arimetika
B. Barisan dan Deret Geometri
C. Notasi Sigma dan Induksi Matematika
D. Aplikasi Barisan dan Deret

D. Hubungan Materi Aljabar Terhadap Materi Lainnya


Hubungan aljabar dengan materi pelajaran matriks adalah terletak pada
operasi bentuk matriks. Proses pengoperasian matriks mengadopsi dari operasi
pada bentuk aljabar, seperti berlakunya hukum distributif, hukum asosiatif, dan
hukum komutatif.
Jika setiap matriks berikut dapat dioperasikan di mana a adalah konstanta, maka
berlaku sifat-sifat berikut.

+ = + hukum komutatif

( + ) + = + ( + ) hukum asosiatif

( + ) = + hukum distributif

dst

Hubungan aljabar dengan materi barisan dan deret bisa dilihat dari rumus
dasar barisan aritmetika yang menggunakan unsur-unsur matematika dalam
bentuk aljabar, yaitu variabel atau peubah. Suku ke-n barisan aritmetika adalah
= + ( 1)
di mana

= Suku ke-n

= Suku pertama
= beda
= banyaknya suku
Selain itu, dalam operasi barisan aritmetika juga masih mengadopsi dari
operasi bentuk aljabar.
Contoh:
Diketahui barisan 5, -2, -9, -16, , tentukanlah:
a.

rumus suku ke-n

Jawab:
Selisih dua suku berurutan pada barisan 5, -2, -9, -16, , adalah tetap, yaitu b = -7
sehingga barisan bilangan tersebut merupakan barisan aritmetika.
a.

Rumus suku ke-n barisan aritmetika tersebut adalah


= + ( 1)
= 5 + ( 1)(7)
= 5 7 + 7
= 12 7

Hubungan aljabar dengan materi statistika adalah di pelajaran statistika kita


mengenal istilah data kualitatif dan data kuantitatif. Agar dapat memahami tentang
kedua istilah data dalam statistika tersebut, kita harus terlebih dahulu memahami
apa itu kalimat matematika terbuka dan tertutup. Materi tersebut kita dapatkan pada
saat belajar aljabar.

Hubungan aljabar dengan materi peluang adalah bisa terlihat pada saat
menyelesaikan permasalahan tentang peluang yang menggunakan konsep operasi
aljabar. Kemudian, pada notasi-notasi yang digunakan contoh: n! (n faktorial). Notasi
n disana merupakan variabel yang harus dicari nilainya untuk mendapatkan
penyelesaian dari persoalan peluang. Pelajaran mengenai variabel telah kita
dapatkan di aljabar.
Contoh:
( + 3)! = 10( + 2)! ( + 3)( + 2)! = 10( + 2)!
( + 3) = 10
=7
Hubungan aljabar dengan materi trigonometri adalah sama halnya dengan materi
pelajaran matematika yang sebelumnya yaitu terlihat jelas pada saat kita akan
mengoperasikan permasalahan trigonometri dengan memanfaatkan pengetahuan
yang telah kita dapatkan di aljabar.

Hubungan aljabar dengan materi lingkaran adalah terlihat pada banyaknya


penggunaan notasi di materi ini. Misalnya koordinat sebuah titik yang dinotasikan
dengan (a,b) yang mana (a,b) tersebut merupakan variabel yang harus kita cari nilai
sebenarnya agar diperoleh himpunan penyelesaian. Pelajaran mengenai hal
tersebut sudah didapatkan pada saat belajar aljabar.

Hubungan aljabar dengan materi limit fungsi adalah dengan mempelajari limit fungsi,
maka kita akan mengetahui bahwa sifat dari limit fungsi dapat digunakan untuk
menghitung limit fungsi aljabar.
Teorema Limit Utama
Jika () dan () adalah fungsi dan k konstanta maka
1.

lim (() + ()) = lim () + lim ()

2.

lim (() ()) = lim () lim ()

3.

lim (() ()) = lim () lim ()

4.

lim () =

5.

dst

()

lim ()
lim ()

; lim () 0

Hubungan aljabar dengan materi diferensial fungsi adalah dengan mempelajari


turunan fungsi, maka kita akan mengetahui bahwa konsep dan aturan turunan dapat
digunakan dalam perhitungan turunan fungsi aljabar.
lim0

(+)()

disebut turunan fungsi f

di x yang ditulis dengan notasi (),

sehingga kita peroleh rumus sebagai berikut:


( + ) ()
0

() = lim

Jika limitnya ada, fungsi f dikatakan diferensiabel di x dan f disebut fungsi turunan
dari f .
Hubungan aljabar dengan materi integral adalah di pelajaran integral kita akan
banyak sekali menemukan notasi-notasi variabel dan konstanta, kedua istilah ini
telah kita dapatkan pada saat belajar aljabar. Dalam proses operasi penyelesaian
permasalahan integral juga tidak bisa lepas dari operasi dalam bentuk aljabar.
Sebagai contoh, sedikit materi pada integral yang mengandung unsur aljabar di
dalamnya, yaitu:
Pengintegralan fungsi () terhadap dinotasikan sebagai berikut.
() = () +
dengan:
= notasi integral (yang diperkenalkan oleh Leibniz, seorang matematikawan
Jerman)
() = fungsi integran
() = fungsi integral umum yang bersifat () = ()
= konstanta pengintegralan

Kemudian, pada pelajaran integral juga terdapat aturan integral substitusi. Seperti
yang telah kita ketahui bahwa pada aljabar kita juga telah mempelajari metode
substitusi terlebih dahulu.
Teorema 5
Aturan integral substitusi
Jika suatu fungsi yang dapat didiferensialkan dan suatu bilangan rasional tak nol,

maka (()) () =

(())
+1

+1

+ , dimana adalah konstanta dan 1.

Aturan integral substitusi ini merupakan salah satu teorema yang dapat kita gunakan
untuk menyelesaikan permasalahan integral.

E. Kesulitan yang Dihadapi Pendidik dan Peserta Didik dalam Pembelajaran


Aljabar
Berdasarkan

hasil

wawancara

penulis

dengan

salah

satu

pendidik

matematika, terdapat dua kesulitan dalam mengajarkan matematika aljabar.


Kesulitan tersebut yaitu kesulitan intern dan kesulitan ekstern. Kesulitan intern
merupakan kesulitan yang datang dari gurunya sendiri, yakni berkenaan dengan
kesiapan guru dalam mengajar sedangkan kesulitan eksterent merupakan kesulitan
yang muncul antara guru dengan siswa. Dalam kesulitan ekstern yang pertama kali
mempengaruhi adalah kemampuan siswa. Jika kemampuan siswanya diatas ratarata maka tidak akan muncul masalah. Namun, jika fakta yang terjadi sebaliknya
maka masalah yang muncul adalah guru akan mengalami kesulitan dalam
menanamkan konsep yang konkrit dan siswa cenderung lebih susah untuk
menyelesaikan langkah demi langkah penyelesaian soal yang terdapat di aljabar
karena terlalu banyak langkah yang harus diingat/hafal. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kesulitan yang akan dihadapi oleh pendidik sebenarnya bergantung pada
situasi di kelas.

Daftar Pustaka
Indriyastuti, dkk. 2006. Khazanah Matematika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Tanton, J. 2005. Encyclopedia of Mathematics. New York: Facts On File, Inc.

Anda mungkin juga menyukai