Anda di halaman 1dari 9

4.

PENGUJIAN BATAS CAIR DENGAN CASSAGRANDE


SK SNI M 07-1989-F

I. PENDAHULUAN
Tanah berbutir halus yang mengadung mineral lempung sangat peka
terhadap perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu
berupa batas cair (Liquid Limit), batas plastic (Plastic Limit) dan batas kerut/susut
(Shrinkage Limit).
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair
dan plastis.
Dengan diketahui nilai konsistensi tanah maka sifatsifat plastisitas dari tanah
dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks
plastisitas (Plasticty Index) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair
dengan nilai kadar air batas plastis (IP = LL - PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap kadar
air, dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhnya
terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.
II. TUJUAN PENGUJIAN
2.1 Praktikan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian liquit limit dengan
prosedur yang benar.
2.2

Praktikan

dapat

menentukan

hargaharga

batas

cair,

serta

menggambarkan grafik untuk batas cair dengan benar.


II.

PERSIAPAN BENDA UJI


3.1 Bila contoh tanah diperkirakan mempunyai butiran yang lebih kecil dari
saringan No. 40 (0,425 mm), maka contoh tanah dapat digunakan
langsung dalam pengujian.
3.2 Bila contoh tanah mempunyai butiran lebih besar dari saringan No. 40 (0,425
mm), maka harus mengeringkan contoh tanah dan melakukan penyaringan.
3.3 Menggambil benda uji yang lolos saringan No. 40 (0,425 mm) sebanyak
200 gram.

III.

PERALATAN
1.1 Alat batas cair standar (Atterberg)
1.2 Alat pembuat alur
-

Grooving tool (ASTM) untuk tanah kepasiran

Grooving tool (Cassagrande) untuk tanah kohesif

1.3 Spatula
1.4 Botol berisi air suling (botol semprot)
1.5 Plat kaca
1.6 Tin box
1.7 Desikator
1.8 Oven
1.9 Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram

Gambar 4.1 Alat Pengujian Batas Konsistensi

Keterangan Gambar

1.

Mangkok

8.

Alur pembuat casagrande

2.

Pen penggantung mangkok 9.

3.

Baut penjepit

10. Botol air

4.

Baut pengatur tinggi jatuh

11. Gelas ukur

5.

Tuas pemutar

12. Alas gelas

6.

Alas

13. Cawan

7.

Alas pembuat alur ASTM

Spatula

V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Menyiapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau kotoran
yang menempel dengan menggunakan eather.
5.2 Mengatur ketinggian jatuh mangkok, dengan cara sebagai beikut:

Kendurkan kedua baut penjepit, lalu memutar handel/tuas pemutar


sampai posisi mangkok mencapai tinggi jatuh setinggi 10 mm.

Untuk menentukan tinggi jatuh mangkok dapat mengendurkan baut


belakang, mengangkat mangkok, memasukan bagian ujung tungkai
pemutar alur ASTM tepat masuk di antara dasar mangkok dan
alasnya, dan mengencangkan kembali baut bagian belakang

5.3 mengambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 40
lalu meletakkan di atas plat kaca pengaduk.

5.4 Menambahkan air suling sedikit demi sedikit, mengaduk sampel tanah
tersebut menggunakan spatula sampai homogen.
5.5 Setelah didapat campuran homogen, mengambil sampel tanah dalam
tersebut, memasukkan ke dalam mangkok alat batas cair. meratakan
permukaannya sehingga sejajar dengan dudukan alat bagian yang paling
tebal harus 1 cm.
5.6 Membuat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok
tersebut, menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah mangkok secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan
mangkok.
5.7 Memutar tuas/ handel pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik
(dalam 1 detik mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu
sepanjang (12,50 mm). Mencatat jumlah pukulan yang terjadi
untuk mencapai kondisi yang bersinggungan tersebut.
5.8 Mengambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut dengan
menggunakan spatula, memasukan ke dalam tin box (cawan),
menentukan kadar air tanah. meletakkan kembali sisa benda uji di atas
plat kaca.
5.9 mengulangi prosedur pengujian mulai prosedur No. 4 s.d No. 7 dengan
variasi penambahan air yang berbeda.

Catatan:
1. Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran
dan bukan karena geseran antara tanah dan mangkok.

2. Selama berlangsungnya percobaan, kadar air harus dijaga konstan


(pencampuran dilakukan dan kadar air terendah kemudian berurutan
menuju yang lebih tinggi).
3. Untuk memperoleh hasil yang teliti, jumlah pukulan diambil antara
10--20. 20--30, 30--40 dengan 4 kali pengujian.
4. Alat pembuat alur Cassagrande digunakan untuk tanah berbutir
halus (lempung) sedangkan tipe ASTM untuk tanah lempung
kepasiran.

VI.

PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


Untuk menentukan batas cair dilakukan langkah-Iangkah sebagai berikut:
6.1 Menggambarkan dalam bentuk grafik hasil-hasil yang diperoleh dan
pengujian tersebut berupa nilai-nilai kadar air dan jumlah pukulan.
Nilai kadar air sebagai sumbu vertikal dan jumlah pukulan merupakan
skala horizontal dengan skala logaritma.
6.2 Membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut, menentukan nilai
batas cair benda uji tersebut berdasarkan nilai kadar air pada jumlah
pukulan/ketukan ke 25. Apabila titik-titik yang diperoleh tidak satu
garis lurus, maka membuat garis yang melalui titik-titik berat dan titiktitik tersebut.
6.3 Mencatat hasil yang diperoleh pada formulir yang tersedia dan
melengkapi dengan kondisi tanah yang diuji dalam keadaan asli, kering
udara baik disaring ataupun tidak.Melaporkan hasil sebagai bilangan
bulat.

VII. PERAWATAN

7.1 Membersihkan peralatan segera setelah pengujian selesai.


7.2 Melumasi pen penggantung mangkok supaya bisa bergerak dengan
bebas.
7.3 Mengencangkan baut (borg) penjepit sentrik agar bisa berputar
sesuai dengan kecepatan putaran tuas (tidak slip).

VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 2216 80
8.2 British Standart BS 1377 1975
8.3 Bowles, J.E., Engineering Properties of Soils and Their Measurement
Experiment No. 3
8.4 Head, K. H., Manual of Soil Laboratory Testing Vol. I Section 2.5

Proyek

Tanggal Pengujian :

Lokasi

Dikerjakan

Diperiksa

Jenis Tanah : --

BATAS KONSISTENSI TANAH


(ASTM D 4318 - 84)

Nomor cawan
Berat cawan
Berat cawan + tanah basah
Berat cawan + tanah kering
Berat air
Berat tanah kering
Kadar air (w)
kadar air (w) rata-rata
Jumlah ketukan

(A)
(B)
(C)
(D=B-C)
(E=C-A)
D/E x 100%
(N)

gr
gr
gr
gr
gr
%

1
14.32
24.49
21.42
3.07
7.1
43.2
9

2
14.61
23.26
20.49
2.47
6.08
40.48
40.358523
29

3
14.41
20.26
18.69
1.57
4.08
38.4
34

44
43
42
41
40
39
38
37
36
1

10

100

Batas Susut SL
Nomor cawan
Berat cawan
Berat cawan + tanah
L P

basah
Berat cawan + tanah

L L P L
I

CATATA

% % % %

N:
Contoh
tanah

3 1 2
4 2 7 2
9 ,
,

dalam
keadaan

5 1 5

asli/

7 6 4 6 kering
udara
disaring/ti
dak

kering
Berat air
Berat tanah kering
Kadar air (w)
Isi tanah basah
Isi tanah kering
V V 0
SL=w
W0

Rata-rata

(A)

gr

3
14,61

(B)

gr

20,26

(C)
(D=B-C)
(W0)
(w)
(V)
(V0)

gr
gr
gr
%

18,69
1,57
4,08
38,08
15,43
8,89

x 100%
22.56
22.56

Anda mungkin juga menyukai