Anda di halaman 1dari 3

1, Proses membran yang dikenal luas dalam proses pengolahan air adalah proses membran

berbasis gaya dorong tekanan seperti:

Mikrofiltrasi (MF)
Ultrafiltrasi (UF)
Nanofiltrasi (NF), dan
Reverse Osmosis (RO)

Proses membran tersebut merupakan tipe atau jenis membran berdasarkan pori membran.

Dikutip dari website resmi Prof. I Gede Wenten, yang merupakan penemu membran dan alumni
ITB terbaik 1982, dan pernah juga menjadi pembicara pada "MTFD Conference 2014", bahwa
proses membran merupakan pilihan yang tepat untuk produksi air minum dengan
kemampuannya untuk merejeksi kontaminan organik dan anorganik yang berasal dari air.
Membran telah teruji dalam pengolahan air dengan kapasitas berkisar dari 40-250.000 m3/hari
dengan berbagai jenis umpan seperti air sumur dalam, air tanah, air payau, dan air laut.

http://pengolahanair-bersih.blogspot.co.id/2014/12/teknologi-membran-dalampengolahan-air.html
http://www.igwenten.com/2013/02/teknologi-membran-untuk-pengelolaanair.html

2. a.

Membran asimetris
Struktur membran jenis ini tidak beraturan. Membran ini minimal
terdiridari dua lapisan yang berbeda, misalnya lapisan non-pori dan
lapisan berpori.Pada membran komposit, lapisan biasanya dibentuk
dari dua jenis polimer yang berbeda. Lapisan permukaan
menjadi bagian yang terpenting karena menentukanlaju permeasi

dari membran.

b. Membran simetris
Membran jenis ini memiliki struktur yang seragam. Transfer massa yang
terjadi di dalam membran jenis ini begantung pada ketebalan membran.
Semakin tipis ketebalan membran maka laju permeasi semakin meningkat

Polimer yang popular penggunaannya dalam proses pemisahan gas di


antaranya adalah poliimida, selulosa asetat, dan polisulfon. Poliimida
memiliki kemampuan pemisahan yang sangat baik namun ketahanan
membran berbahan poliimida tidaklah terlalu baik. Membran berbahan
dasar poliimida sangat rentan terhadap gas bertekanan tinggi dan
kondensat yang seringkali masih terkandung pada gas alam.

Selulosa asetat memiliki ketahanan yang lebih baik daripada poliimida


namun tekanan plastisasinya rendah, yaitu 11 bar (Bos dkk., 1999).
Polisulfon memiliki ketahanan yang lebih tinggi daripada poliimida dan
memiliki tekanan plastisasi yang cukup tinggi, yaitu 34 bar (Bos dkk.,
1999). Kinerja membran selulosa asetat dan polisulfon tidak terlalu jauh
berbeda. Permeabilitas CO2 untuk selulosa asetat dan polisulfon adalah 6
dan 4,4 barrer.Selektivitas CO2/N2 untuk polisulfon antara 20-30

Anda mungkin juga menyukai