PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik
maupun pembangunan mental spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini
berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini
sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak
saat ini adalah Masalah Narkotika dan Psikotropika.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA
(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat
kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih
bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication
(ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan, pengendalian dan
pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga jika
disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar
pengobatan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda.
.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada NAPZA?
1.3 TUJUAN
.3.1
Tujuan Umum
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undangundang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang
disebut Narkotika dan Psikotropika.
Menurut undang undang No.22 Tahun 1997 yang dimaksud dengan
narkotika yaitu:
1. Golongan opioid : heroin, morfin, madat dan lain-lain.
2. Golongan kanabis : ganja, hashish
3. Golongan koka : kokain, crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (etil alkohol)
Psikotropika menurut undang-undang nomor 5 tahun 1997 meliputi
: ecxtasy, shabu-shabu, isd. Obat penenang/ obat tidur, obat anti
kokin
Zat zat lain inhalan halusinogen : 9%
b. Demografi
Usia : 18- 25 tahun
Jenis kelamin : laki-laki > wanita
Ras dan etnik : kulit hitam > kulit putih
Daerah padat pendudukmetropolitan lebih tinggi
Daerah barat > timur
c. Kormobiditas
Ditemukan 76% laki-laki dan 65% wanita
Paling sering penggunaan alcohol dan zat lain
Gangguan kepribadian atau autisosial
Depresi dan bunuh diri
2.3 Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dapat dibagi ke dalam tiga golongan yaitu:
A. Golongan Narkotika
1) Narkotika Golongan I :
ketergantungan.
Contoh
narkotika
golongan
rasa
sakit/analgesik.
Contohnya
yaitu
seperti
terganggu.
Sedative
dan
hipnotika
seperti
barbiturat
dan
sand;
Golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti
anggur malaga;
Golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%)
seperti brandy, wine, whisky.
pintu
masuk
penyalahgunaan
NAPZA lain
yang
berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
biologik,
Meliputi:
kecenderungan
keluarga,
terutama
emosi
yang
terhambat,
dengan
ditandai
oleh
pecandu
narkoba
adalah
remaja.
Alasan
remaja
Ganja
1. eforia
2. mata merah
3. mulut kering
4. banyak
Sedative-hipnotik
1. pengendalian
diri berkurang
2. jalan
Alcohol
1. mata merah
2. bicara cadel
3. jalan
sempoyongan
4. perubahan
sempoyongan
3. mengantuk
4. memperpanjang
persepsi
tidur
5. penurunan
nafsu makan
5. hilang
kemampuan
meningkat
kesadaran
menilai
5. gangguan
persepsi
bicara
dan tertawa
Anfetamine
1. selalu
terdorong
untuk
bergerak
2. berkeringat
3. gemetar
4. cemas
5. depresi
6. paranoid
Ganja
jarang
ditemu
kan
Sedative-hipnotik
1. cemas
2. tangan gemetar
3. perubahan
persepsi
4. gangguan
daya ingat
5. tidak bisa tidur
Alcohol
1. cemas
2. depresi
3. muka merah
4. mudah marah
5. tangan
gemetar
6. mual muntah
7. tidak bisa
tidur
Anfetamin
1. cemas
2. depresi
3. kelelahan
4. energi
berkurang
5. kebutuhan
tidur
meningkat
1. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang
mengalami
gajala
putus
zat
tidak
diberi
obat
untuk
kemampuan
fungsional
seoptimal
mungkin.Tujuannya
baik
5. Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6. Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan
dengan lingkungannya.
Bagan tipe rehabilitasi
Psikososial
Kejiwaan
Komunitas
Program rehabilitasi Dengan menjalani Berupa
psikososial
rehabilitasi
merupakan
diharapkan
persiapan
untuk klien
kembali
ke
terstruktur
Keagamaan
program Pendalaman,
yang penghayatan,
yang
menumbuhkan
Oleh maladaptif
karena
klien berubah
perlu
itu,
dilengkapi
dan
yang
menjadi memenuhi
adaptif
atau syarat
dan
kata
sikap
koselor,
dinyatakan power)
(spiritual
pada
diri
seseorang
sebagai sehingga
mampu
setelah menekan
risiko
mungkin
misalnya
berbagai
atau
balai
pelatihan.
terlibat
kembali
hanya
klien
demikian
dengan
diharapkan
klien
menjalani
dilatih
sesama keterampilan
ibadah,
risiko
kekambuhan
hanya
bila rekannya maupun mengelola waktu dan 6,83%; bila kadangselesai personil
yang
perilakunya
rehabilitasi dapat
mengasuhnya
secara kadang
dalam
beribadah
risiko
kekambuhan
melanjutkan
kembali
mengatasi keinginan
sekolah/kuliah atau
bekerja
lagi
atau
sama
sekali
menjalankan
agama
risiko
(craving)
dan 71,6%.
mencegah relaps.
Rehabilitasi dalam hal ini yang akan dibahas adalah modalitas terapi
Therapeutic Community (TC) yang menggunakan pendekatan perubahan
perilaku. Therapeutic Community direkomendasikan bagi pasien yang sudah
mengalami masalah penggunaan NAPZA dalam waktu lama dan berulang
kali kambuh atau sulit untuk berada dalam kondisi abstinen atau bebas dari
NAPZA. TC dapat digambarkan sebagai model yang cocok atau sesuai
dengan pasien yang membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
dukungan lain yang bermakna dalam mempertahankan kondisi bebas NAPZA
atau abstinen.
2.8 Pencegahan Kekambuhan
Kambuh merupakan pengalaman yang sering terjadi dalam proses pemulihan
pasien gangguan penggunaan NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang dapat diprediksi dalam kekambuhan adalah sistem keyakinan
yang salah dan menetap (....'Saya seorang pecandu dan saya tidak bisa
kehidupan
sebagai
seorang
pecandu
yang
ingin
pecandu
untuk
diamalkan
ketika
menjalani
kehidupan
yang
dapat
mempercepat
penyembuhan
pasien,sehingga
serta
memberikan
dukungan
dalam
bentuk
perhatian.
rehabilitasi menjadi kekuatan utama penderita (korban) keluar dari problem yang
dihadapi.
Disini keluarga menjadi bagian dari kekuatan motif ekstrinsik. Keluarga
memberikan rangsangan, dorongan, dan dukungan serta mempunyai pengaruh
terhadap perubahan-perubahan perikaku yang positif pada diri korban
penyalahgunaan NAPZA. Sentuhan hangat keluarga seperti: perhatian, kasih
sayang dan empati merupakan bentuk rangsangan atau motivasi yang
membuat korban penyalahgunaan NAPZA dapat berubah menjadi lebih baik
dengan mulai rasa kesadaran untuk tidak mengkonsumsi NAPZA lagi dan
dapat kembali menjalani hidup sehat.
.11 Peran Perawat Komunitas ( CMHN) Dalam Penanggulangan NAPZA
Peran perawat didefinisikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh
seseorang terhadap oraang lain, dalam hal ini perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien , sebagai peendidik
tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan klien,
kolaborasi dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat,
konsultasi pada tenga kerja dan klien, agent of change dari sistem,
metodologi, serta sikap (CHS,1989).
Masalah penanggulangan NAPZA merupakan masallah global dan
memerlukan
partisipasi
aktif
seluruh
komponen
bangsa
dalam
memberikan
pelayanan
pengobatab
atau
pemberian
psikiatri,
pendidikan
keesehatan
tentang
NAPZA
dan
narkotika
yang
berlaku.
Disinilah
peran
perawat
untuk pasien dan menjadi penengah antara pasien dan orang llain,
membantu dan mendukung klien dalam membuat keputusan serta
berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan kesehatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Desa X Rt:05/Rw:02 di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto,
Kabupaten Kediri dengan jumlah penduduk 500 orang dan jumlah remaja di
desa itu berjumlah 250 orang. Mayoritas remajanya pernah menyalahgunakan
narkoba. Berdasarkan data yang kami dapat dari BNN (Badan Narkotika
Nasional) di desa sukorame tersebut kami mendapatkan hasil bahwa sejumlah
60% pengguna narkotika dengn jenis sabu-sabu, heroin, ganja, cimeng dll pada
tahun 2010- 2015, dan kemungkinan meningkat dilihat dari kebiasaan remaja
dengan akses yang mudah untuk mendapatkan narkotika tersebut.
Warga mengatakan bahwa mereka sering melihat remaja keluar dari sebuah
rumah dengan keadaan kacau diantaranya jalan sempoyongan, wajah berkeringat
dan pucat, mata cekung dan merah, bicara cedal.Saat dilakukan bersih desa, warga
menemukan banyak botol-botol miras, pil-pil ekstasi, jarum suntik di beberapa
titik yang ada di desa tersebut. Data dari polsek setempat, ditemukan ladang ganja
disalah satu perkebunan milik warga di desa X. Pihak warga maupun polisi
setempat menemukan korban kecelakaan di area tikungan, Data dari polsek juga
menunjukkan bahwa tindak kejahatan terutamanya pemalakan atau pemerasan
dilakukan oleh remaja. Warga juga mengatakan bahwa remaja sering memaksamaksa minta uang pada sembarang orang dan mereka akan marah jika tidak
diberikan. Mereka juga tak segan memukul jika keinginan mereka tak segera
dituruti. Banyak orang tua yang mengatakan,uang yang diberikan pada anakmya
seharusnya digunakan untuk membayar sekolah disalahgunakan untuk membeli
narkoba.
keluarga
sehari-hari
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan kesehatan
menganggur
4. Keamanan dan Transportasi
remaja yang
informasi.
Alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, koran,
pengajian.
Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat desa
X
7. Pendidikan
Remaja banyak yang putus sekolah.
8. Rekreasi
Remaja memiliki kebiasaan untuk nongkrong bersama-sama dan
sering pergi ke warnet. Terbukti dengan banyaknya warnet-warnet
yang tersedia di desa X ini
B. Analisa Data
No.
1
Analisa data
Ds : warga mengatakan
Masalah
Resiko peningkatan
sepertiremaja jalannya
remaja
sempoyongan, wajah
berkeringat, mata cekung
dan merah, bicara cedal
Do :
2010- 2011.
Data dari Polsek
setempat ladang ganja
disalah satu
perkebunan milik
warga.
Saat bersih desa
sering ditemukan
botol-botol miras, pil
ekstasi dan jarum
suntik di beberapa
titik desa
2.
DO:
DS:
Tokoh
masyarakat/warga
X dengan Desa Y
Warga
mengatakan
desanya
banyak
di
remaja
Laporan
organisasi
atau
karang
terjadi pemalakan
DS:
remaja di berhu
RencanaAsuhanKeperawatanKomunitas
No
1.
Dx.Kep.
Komunitas
Resiko
Setelah
peningkatan
tindakan
penyalahgunaan
NAPZA
Tujuan
Strategi
dilakukan - Partnership
- Proses
keperawatan
kurang
kondusifnya
lingkungan remaja
Kelompok
- Pendidikan
Kesehatan
- Empowerment
RencanaKegiatan
Intervensi
Pencegahan primer
Evaluasi
KriteriaHasil
Evaluator
80%
remaja Mahasiswa
mendapat
undangan
narkoba
2. Berikan
penyuluhan
bimbingan
atau
untuk
taat
FIK-UNIK
depan
RT
masyarakat
3. Salurkan kegiatan masyarakat 70% remaja dan
terutama generasi muda yang
50%
pokjakes
tokoh masyarakat
lain-lain
4. Lakukan kerja sama dengan
ataupun
komunitas
tertentu
kader
di
an
penyuluhan
diberi pertanyaan
untuk
mengembangkan
program
pencegahan
menekankan
pada
yang
aspek
pendidikan ( edukasi
5. Anjurkan pada keluarga untuk
meningkatkan support system
dan
memberi
terhadap
dukungan
anak-anak
serta
Pencegahan Sekunder
1. Bentuklah hubungan dengan
pemakai dan coba tingkatkan
kesadaran
akan
pemakaian zat
2. Munculkan
alasan
berubah
3. Perkuat
akibat
untuk
efikasi/kemampuan
dapat menjawab
denganbenar
assessment)
terhadap
pemakai
5. Anjurkan
untuk
pasien
untuk
cara
beberapa
pada
pemakai
mengembangkan
strategi
selalu
hidup
mencegah kekambuhan
3. Persiapkan pemakai terlebih
dulu untuk memahai tahapan
kambuh
4. Gambarkan
apa
penyebab
lalu
terapkan
tinggal
menerima kembali
agar
bisa
2.
remaja
di tindakan
dilakukan - Partnership
- Proses
selama 5 minggu
dengan
diharapkan :
Kelompok
- Pendidikan
mendapat
undangan
remaja Mahasiswa
FIK-UNIK
peningkatan
penyalahgunaan
3. Berikan
NAPZA
Kesehatan
- Empowerment
tentang
materi
penyuluhan
:Tumbuh kembang
masing-masing
RT
diberi pertanyaan
dapat menjawab
dengan benar
alkohol,
I
misalnya
mendapat
diasosiasikan
undangan
remaja Mahasiswa
dengan
FIK-UNIK
mual/muntah,
takhikardi,
hipertensi);
tahap
halusinogen;
tingkat
masing-masing
RT
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Peran perawat
mempengaruhi pada keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang
diharapkan dalam perawatan. Dimana asuhan keperawatan pada pasien
penyalahgunaan NAPZA ditekankan pada aspek psikososial, kejiwaan,
komunitas dan keagamaan. Peran keluarga dan lingkungan juga sangat
diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan pasien penyalahgunaan
NAPZA. Kebanyakan dari pengguna menjadikan NAPZA sebagai pelarian
atau pemecahan suatu masalah.
3.2 SARAN
Upaya mencegah kekambuhan klien dengan penyalahgunaan
NAPZA sangat tergantung dari motivasi internal dari klien itu sendiri untuk
terlepas dari kecanduan. Tidak kalah penting dari hal itu juga peran serta orang
terdekat untuk senantiasa memberi dukungan dan memberikan pengawasan
kepada penderita.
Daftar Pustaka
Narkoba
dan
Musuhi
Penyalahgunaannya.Jakarta:Esensi
Purba, Jenny Marlindawani. Et al. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press
Stuart, Gail W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3rd ed. Jakarta : EGC
Winarno, Heri. Et al. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Jarum Suntik Bergantian Diantara Pengguna Napza Suntik di Semarang Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. vol 3 no.2
Wresniwiro. (1999). Narkoba dan Pengaruhnya. Jakarta: Widya Medika.
http://usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien
%20dengan%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan
%20Jiwa_Normal_bab%201.pdf. diakses pada tanggal 9 Oktober 2013 pukul 14:00
WIB