Anda di halaman 1dari 9

Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa

acuminata Colla) Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis


Abd. Malik, Nur Rezky Khairun Nisaa, dan Virsa Handayani
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Universitas Muslim Indonesia
khikynisaa@gmail.com
Abstract
Ambonese banana (Musa acuminata Colla) is contains short-chain fatty acids and
flavonoid compounds. The aim of this research is to determine the content of total flavonoids on
ethanol extract of Ambonese banana peel (Musa acuminata Colla). Qualitative analysis was
conducted using thin layer chromatography (TLC) characterized by the appearance of the spot
with yellow fluoresences at UV 366 using AlCl3 and spot of yellow-green fluorescence at UV
366 using citroborat. Determination of total flavonoid content by UV-Vis spectrophotometry
method using rutin standard measured at a wavelength of 410 nm. The results showed that the
flavonoid content in Ambonese banana peel is 3,11%.
Key words: Ambonese Banana, Ethanol extract, total flavonoid content, Musa acuminata Colla
PENDAHULUAN
Pisang (Musa paradisiaca Linn)
merupakan tumbuhan yang dapat hidup di
daerah tropis dan sub tropis. Banyak
ditanam sebagai tanaman buah-buahan di
pekarangan dan di tempat-tempat lain
sampai setinggi kurang lebih 800 m dari
permukaan laut (Atun et al., 2007).
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki banyak keanekaragaman pisang
sehingga menjadikannya sebagai salah satu
negara pengekspor pisang. Salah satu jenis
pisang yang sering kita jumpai adalah
Pisang Ambon (Musa acuminata Colla)
(Nur et al., 2012).
Pisang ambon (Musa acuminata Colla)
merupakan buah yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat karena mengandung
senyawa yang disebut asam lemak rantai
pendek, yang memelihara lapisan sel
jaringan dari usus kecil dan meningkatkan
kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan,
buah pisang ambon matang efektif dalam
mengobati penyakit diare serta pisang
ambon banyak mengandung vitamin,

mineral, protein dan karbohidrat yang baik


untuk dikonsumsi tubuh (Amrullah S dan
Elly, 1985).
Menurut Atun et al., 2007 menyebutkan
bahwa kulit buah pisang ambon (Musa
acuminata Colla) kaya akan senyawa
flavonoid, maupun senyawa fenolik yang
lainnya, disamping banyak mengandung
karbohidrat, mineral seperti kalium dan
natrium, serta selulosa. Hasil penapisan
fitokimia ekstrak menunjukkan hasil positif
untuk senyawa tannin, kuinon, flavonoid
dan polifenolat (Fitrianingsih et al., 2012).
Pada penelitian sebelumnya oleh Kanazawa
dan Sakakibara pada tahun 2000 jenis
flavonoid yang teridentifikasi adalah
narigenin dan rutin, serta menurut Someya
(2002) terdapat katekin, galokatekin dan
epikatekin.
Dewasa ini pisang selain dikomsumsi
sebagai
buah,
selai
pisang,
juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
tepung pisang.
Dari pemanfaatan
buah pisang tersebut menyisakan limbah
kulit pisang, yang belum dimanfaatkan
secara optimal (Atun et al., 2007).

Metode Penelitian
1. Pengambilan dan Pengolahan sampel
Bahan penelitian berupa pisang
ambon
(Musa acuminata
Colla)
diperoleh dari salah satu pasar
tradisional kota Makassar. Daging buah
pisangnya
dikonsumsi
kemudian
kulitnya
disortasi
basah
untuk
menghilangkan kotoran yang melekat
lalu dikeringkan secara tradisional yaitu
dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari. Selanjutnya
diekstraksi dengan metode maserasi.
2. Pembuatan Sampel
Sampel berupa kulit pisang ambon
(Musa acuminata Colla) segar sebanyak
1000 gram dimasukkan ke dalam wadah
maserasi, lalu ditambahkan pelarut
etanol 70% sebanyak 1000 mL hingga
simplisia tersebut terendam, dibiarkan
selama 3 hari dalam bejana tertutup dan
terlindung
dari
cahaya
matahari
langsung sambil diaduk secara periodik,
setelah 3 x 24 jam dilakukan
penyaringan dan ampasnya dimaserasi
kembali dengan cairan penyari yang
baru. Maserasi dilakukan sebanyak 3
kali dan diperoleh ekstrak etanol cair.
Hasil
penyarian
yang
diperoleh
kemudian
diuapkan
dengan
menggunakan rotavapor sehingga akan
diperoleh ekstrak kental. Ekstrak etanol
kental kemudian dikeringkan hingga
diperoleh ekstrak etanol kering.
3. Uji Kualitatif Flavonoid
Untuk uji kualitatif flavonoid
dilakukan dengan analisis KLT ekstrak
untuk melihat profil bercaknya. Ekstrak
etanol kulit pisang ambon (Musa
acuminata Colla) dilarutkan dengan
etanol, kemudian ditotolkan pada
lempeng KLT. Lempeng dimasukkan
dalam chamber yang berisi eluen. Bercak
diamati dibawah UV 254 dan UV 366
nm. Kemudian disemprotkan dengan
reagen AlCl3 dan sitroborat yang akan

memberikan warna kuning (Mabry et al.,


1970).
4. Penentuan flavonoid total
a. Pembuatan larutan standar rutin
Ditimbang sebanyak 10 mg baku
standar rutin dan dilarutkan dalam 10
mL metanol p.a (1000 ppm). Larutan
stok dipipet sebanyak 5 mL
kemudian dicukupkan volumenya
sampai 50 mL dengan metanol p.a
untuk 100 ppm. Dari larutan stok
standar rutin 100 ppm kemudian
dibuat beberapa konsentrasi larutan
yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80
ppm dan 100 ppm. Dari masingmasing konsentrasi larutan strandar
rutin dipipet 1 mL, kemudian
ditambahkan 3 mL metanol p.a, 0,2
mL AlCl3, 0,2 mL kalium asetat 1 M
dan 5,6 mL aquabidestilata. Setelah
itu diinkubasi selama 1 jam pada
suhu
kamar
dan
diukur
absorbansinya pada spektrofotometer
UV-Visible
dengan
panjang
gelombang 410 nm (Nugroho et al.,
2013).
b. Pembuatan larutan sampel
Kandungan
flavonoid
total
merujuk pada metode Chang et al.,
(2002) dengan beberapa konsentrasi
menggunakan rutin sebagai standar.
Ditimbang ekstrak etanol kulit
pisang ambon (Musa acuminata
Colla) sebanyak 10 mg dan
dilarutkan dalam 10 mL metanol p.a.
Dari larutan stok tiap ekstrak dipipet
masing-masing sebanyak 1 mL dan
ditambahkan 3 mL metanol p.a, 0,2
mL AlCl3, 0,2 kalium asetat 1 M, dan
5,6 mL aquabidestilata. Setelah itu
diinkubasi selama 1 jam pada suhu
kamar dan diukur absorbansinya
pada spektrofotometer UV-Visible
dengan panjang gelombang 410 nm.
Larutan sampel dibuat dalam tiga
kali replikasi.

Analisis data yang digunakan


pada penelitian ini bersifat deskriptif,
dimana hasil pengukuran baku rutin
diplotkan
antara
kadar
dan
absorbannya, sehingga diperoleh
persamaan regresi linier, yang dapat
digunakan untuk penetapan kadar
flavonoid total pada ekstrak etanol
kulit pisang ambon (Musa acuminate
Colla) dihitung sebagai pembanding
rutin.
Hasil dan Pembahasan
Pisang ambon (Musa acuminata
Colla) merupakan buah yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena
mengandung senyawa yang disebut asam
lemak rantai pendek, yang memelihara
lapisan sel jaringan dari usus kecil dan
meningkatkan kemampuan tubuh untuk
menyerap nutrisi. Menurut penelitian yang
telah dilakukan, buah pisang ambon matang
efektif dalam mengobati penyakit diare serta
pisang ambon banyak mengandung vitamin,
mineral, protein dan karbohidrat yang baik
untuk dikonsumsi tubuh (Amrullah S dan
Elly, 1985).
Atun et al., 2007 menyebutkan bahwa
kulit buah pisang ambon (Musa acuminata
Colla) kaya akan senyawa flavonoid,
maupun senyawa fenolik yang lainnya,
disamping banyak mengandung karbohidrat,
mineral seperti kalium dan natrium, serta
selulosa. Hasil penapisan fitokimia ekstrak
menunjukkan hasil positif untuk senyawa
tanin, kuinon, flavonoid dan polifenolat
(Fitrianingsih et al., 2012). Pada penelitian

sebelumnya oleh Kanazawa dan Sakakibara


(2000) jenis flavonoid yang teridentifikasi
adalah narigenin dan rutin, serta penelitian
oleh Someya (2002) terdapat katekin,
galokatekin dan epikatekin. Oleh sebab itu,
hal inilah yang melatarbelakangi dilakukan
penelitian mengenai penentuan kadar
flavonoid total dari kulit pisang ambon
(Musa acuminata Colla) untuk mengetahui
jumlah flavonoid yang terkandung dalam
kulit pisang yang dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan berapa besar kadar flavonoid
pada kulit pisang ambon (Musa acuminata
Colla) mengingat bahwa senyawa flavonoid
adalah kelompok dari senyawa alam yang
dewasa ini menjadi objek menarik sebagai
pertimbangan, pengetahuan dan terapi.
Flavonoid banyak terdapat di sel tumbuhan
hijau dan oleh karenanya, dapat dibentuk
dalam proses fotosintesis. Meskipun, sejauh
ini, tidak ada keterangan secara langsung
tentang senyawa ini dalam fotosintesis.
Namun peranan flavonoid dalam pengaturan
gen dan pertumbuhan metabolisme yang
telah diketahui (Mukohata, 1978).
Pada penelitian ini, metode ekstraksi
yang digunakan adalah metode dingin yaitu
maserasi. Sampel kulit pisang ambon (Musa
acuminata Colla) diekstraksi menggunakan
cairan penyari berupa etanol 70% sebanyak
3000 ml. Digunakan etanol karena sifatnya
semipolar, dimana mampu melarutkan zat
yang bersifat polar maupun nonpolar
(Harbone, 1987).

Tabel 1. Hasil perhitungan persen rendamen ekstrak etanol pisang ambon (Musa acuminata
Colla).
Sampel
Bobot
Jumlah
Hasil
Rendamen

Ekstrak etanol kulit


pisang ambon (Musa
acuminata Colla)

simplisia
(g)

pelarut
etanol 96%
(mL)

ekstrak (g)

ekstrak
(%)

1000

3000

46,159

4,616

Selanjutnya dilakukan uji kualitatif


menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).
Uji ini bertujuan untuk
mengetahui adanya senyawa flavonoid yang
terkandung dalam ekstrak etanol kulit pisang
ambon (Musa acuminata Colla). KLT
merupakan metode pemisahan suatu
senyawa berdasarkan perbedaan antara dua
fase yaitu fase diam dan fase gerak. KLT
dipilih karena mempunyai beberapa
kelebihan
seperti
kecepatan
dan
kepekaannya (Harbone, 1987). Pada uji

kualitatif ini, digunakan eluen n-butanol :


etil asetat : aquadest (4 : 1 : 5) karena eluen
ini merupakan eluen yang baik dalam
memisahkan senyawa dalam jumlah yang
banyak yang ditandai dengan munculnya
noda. Lempeng kemudian disemprot dengan
pereaksi golongan berupa FeCl3 dan
pereaksi spesifik berupa sitroborat dan AlCl3
dibawah sinar UV 366 yang akan
memberikan warna kuning (Marby et al.,
1970).

Tabel 2. Hasil uji kualitatif flavonoid pada ekstrak etanol kulit pisang ambon (Musa acuminata
Colla).

Sampel

Ekstrak etanol
kulit pisang
ambon (Musa
acuminata Colla)

Penyemprotan pereaksi
spesifik

Nilai Rf

AlCl3/UV
366 nm

Sitroborat/UV
366 nm

AlCl3/UV
366 nm

Sitroborat/U
V 366 nm

Warna
kuning
(+)

Warna kuning
kehijauan
(+)

0,727

0,763

(a)

(b)

Gambar 1. Hasil uji kualitatif flavonoid ekstrak etanol kulit pisang ambon (Musa acuminata
Colla) secara KLT dibawah sinar UV 366 nm
Keterangan: Fase diam = Silika gel F254 (7x1 cm)
Fase gerak = n-butanol : etil asetat : aquadest (4 : 1 : 5)
(a) Menggunakan pereaksi golongan AlCl3
(b) Menggunakan pereaksi spesifik sitroborat
Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
ekstrak etanol ekstrak etanol kulit pisang
ambon
(Musa
acuminata
Colla)
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Spektrum serapan ultraviolet dan serapan
tampak merupakan cara yang bermanfaat
untuk mengidentifikasi struktur flavonoid
(Markham, 1988). Flavonoid mengandung
sistem aromatis yang terkonjugasi yang
dapat menunjukkan pita serapan kuat pada
daerah UV-Vis (Harbone, 1987). Analisis
dilakukan dengan tahapan pembuatan
larutan standar flavonoid rutin.
Penentuan kadar flavonoid ekstrak
etanol kulit pisang ambon (Musa acuminata
Colla) menggunakan metode kolorimetri
Chang et al., 2002, dengan baku standar

rutin yang dilakukan dengan sedikit


modifikasi.
Dimana
senyawa
rutin
merupakan golongan flavonol yang paling
banyak terdapat dalam tanaman dan
merupakan senyawa yang paling aktif
dibandingkan senyawa lain dari golongan
flavonol (Fuhrman et al., 2002). Terlebih
dahulu
dilakukan
running
panjang
gelombang untuk menentukan panjang
gelombang maksimum yang akan digunakan
pada
pengukuran
menggunakan
spektrofotometri UV-Vis. Dimana range
panjang gelombang untuk flavonoid yaitu
300 500 nm dan diperoleh hasil panjang
gelombang maksimal larutan standar rutin
410 nm.

Kurva Baku Rutin


0.4
0.3
Absorbansi (A)

f(x) = 0x - 0.02
Rutin
R = 0.99

0.2

Linear (Rutin)

0.1
0
10

20

30

40

50

60

70

80

90 100 110

Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva linear konsentrasi rutin pada 410 nm


Hasil pengukuran larutan standar
rutin tersebut, diperoleh persamaan regresi
linear 0,990. Besarnya linearitas ini
mendekati nilai satu, sehingga dapat
dikatakan bahwa absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi dan mengikuti
persamaan regresi linear sebagai berikut. : y
= bx - a. Dari hasil perhitungan, diperoleh

nilai intersep sebesar 0,003 dan nilai slope


sebesar
-0,022,
sehingga
diperoleh
persamaan dari kurva baku yaitu y = 0,003x
- 0,022. Persamaan ini digunakan sebagai
pembanding dalam analisis kuantitatif pada
pengukuran kandungan senyawa flavonoid
rutin terhadap ekstrak etanol kulit pisang
ambon (Musa acuminata Colla).

Tabel 3. Hasil pengukuran kadar flavonoid total ekstrak etanol kulit pisang ambon (Musa
acuminata Colla).
Rata-rata
Flavonoid kandungan
Kandungan
Absorbansi
total
flavonoid
% kadar
Sampel
Replikasi
flavonoid
410 nm
(mgQE/g
total
flavonoid
awal (mg/ml)
ekstrak)
(mgQE/g
ekstrak)

Ekstrak etanol
kulit pisang
ambon (Musa
acuminata Colla)

1
2
3

0,065
0,067
0,082

Hasil pengukuran kadar flavonoid


total yang diperoleh pada ekstrak etanol kulit
pisang ambon (Musa acuminata Colla) adalah
31,10 mgQE/g ekstrak dengan persen kadar
flavonoid total sebanyak 03,11%.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, ekstrak etanol kulit pisang ambon
(Musa acuminata Colla) mengandung
senyawa flavonoid sebanyak 31,10 mgQE/g
ekstrak dengan persen kadar flavonoid total
sebanyak 3,11% dihitung terhadap rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Adithya Y, Koirewoa., Fatimawali., Indayany,
Weny Wiyono,. 2013, Isolation and
identification flavonoid compounds
In beluntas leaf (pluchea indica l.)
Anonim., 2007, Modul Kuliah Spektroskopi.
Universitas
Sanata
Dharma,
Yogyakarta.
Amrullah. S dan Elly., 1985, Ilmu dan
Teknologi Pangan. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Bagian
Timur. Ujung Pandang.
Atun S., Arianingrum R., Handayani S.,
Rudyansah., dan Garson M., 2007,
Identification
And
Antioxidant
Activity Test Of Some Compounds
From Methanol Extract Peel Of
Banana (Musa Paradisiaca Linn.).
Indo J Chem 7 (1): 83-87
Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M.,
Chern, J. C., 2002. Estimation of
Total Flavonoid Content in Propolis
by
Two
Complementery

29,0
29,66
34,66

29,0
29,66
34,66

31,10

3,11

Colorometric Methods. J Food Drug


Anal. 10: 178-182
Carbonaro, M., 2005, Absorption of
Quercetin and Rutin in Rat Small
Intestine, Annals of Nutrition and
Metabolism 2005;49:178-182 (DOI:
10.1159/000086882).
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan.,1986, Sediaan galenik.
Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dirjen POM., 1979, Farmakope Indonesia,
edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM., 2000, Parameter Standar
Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat.Jakarta
:
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden. J Ralf, et al., 1986, Kimia Organik
EdisiIII. Gloras Aksara Pratama.
Jakarta
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S.,
1994, Dasar-dasar Kimia Organik.
Bina Aksara. Jakarta.
Fitrianingsih, S. P. Dan Purwanti, L., 2012,
Uji Efek Hipoglikemik Ekstrak Air
Kulit Buah Pisang Ambon Putih
(Musa AAA Group) Terhadap Mencit
Model Hipoglikemik Galur Swiss
Webster. Prosiding SNaPP, 3 :73-77
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia :
Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Terbitan kedua. Bandung.
ITB.

Heinrich, M, et al., 2009, Farmakognosi dan


Fitoterapi.Terjemahan Winny R.
Syarief, dkk.EGC : Jakarta
Hodgson, J.M., and Kevin D.C., 2006,
Review Dietary flavonoids:effects on
endothelial function and blood
pressure, J Sci Food Agric
Ibrahim, Amrullah., 2012, Pisang Ambon
Putih.
(Online).
(http://serumpunlubai.blogspot.com/20
12/10/pisang-ambon-putih.html.
Diakses tanggal 19 September 2014)
Integrated Taxonomic Information System,
2014, Musa acuminata Colla(Online).
(http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/
SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=423
91. Diakses tanggal 9 September 2014)
Kanazawa, K dan Sakakibara H., 2000, High
Content of Dopamine , a Stong
antioxidant in Cavendish Banana,
Agric. Food Chem (3) 844-848
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia
Analitik.
Jakarta
:Universitas
Indonesia Press.
Mabry, T.J., Markham, K.R., Thomas, M.B.,
(1970): The Systematic Identification
of Flavonoids.Springer-Verlag, New
York, Heidlberg, Berlin, pp. 354.
Markham,
K.R.,
1988,
Cara
Mengindentifikasi
Flavonoid.
Terjemahan Kosasih Padmawinata,
Penerbit ITB : Bandung.
Mujahid, R., 2011, Pemilihan Metiode
Analisis
Flavonoid
Secara
Spektroskopi
UV-Vis
serta
Penerapannya Pada Seledri (Apium
graviolens L.) Murbei (Muros alba
L.) Patikan Kebo (Euphorbia hirta

L.) dan Jeruk Nipis (Citru


auranifolia).(Tesis),
Fakultas
Farmasi. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Mukohata, Y., Nakabayashi, S., & Higashida,
M. (1978). Qurcetin, an energy
transfer
inhibitor
in
photophosphorylation. FEBS Lett 85:
215-218
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull., 1998,
Tropical Fruits. CABI Publishing.
New York. 445 p.
Nugroho, A., Malik, A., and Pramono, S.,
2013, Total Phenolic and Flavonoid
Content,
and
in
vitro
antihypertension activity of purified
extract of Indonesia cashew leaves
(Anacardium
Occidantale
L.).
International
Food
research
Journal.
Nur, J., Dwyana, Z., dan Abdullah, A., 2012,
Bioaktivitas Getah Pelepah Pisang
Ambon (Musa paradisiaca var
sapientum) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeuroginosa dan
Escherichia coli, Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik
Tumbuhan
Tinggi.
Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB :
Bandung.
Sastrohamidjojo,
Hardjono.,
2007,
Kromatografi. Liberty, Yogyakarta.
Someya S., Yoshiki Y., and Okubu K., 2002,
Antioxidan compound from banana
(Musa
Cavendish).
Food
Chemistry, 79 (3): 351-354

Tjahjadi, Nur., 1991, Bertanam Pisang.


Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Wildah,Dj.,
2001,
Isolasi
dan
Identifikasi Flavonoid Pada Daun Kemuning
[Skripsi]. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA.
Universitas Hasanuddin : Makassar.

Anda mungkin juga menyukai