Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No.

4 Juli 2011: 166 -171

EFEK ANTIDIABETES HERBA CIPLUKAN


(Physalis angulata LINN.) PADA MENCIT
DIABETES DENGAN INDUKSI ALOKSAN
Afifah B. Sutjiatmo1,2, Elin Yulinah Sukandar3, Yulia Ratnawati1,
Suswini Kusmaningati2, Asri Wulandari1, Suci Narvikasari2
1

Jurusan Farmasi FMIPA Unjani. 2Pusat Ilmu Hayati ITB. 3Sekolah Farmasi ITB
Korespondensi: Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt.
Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl. Terusan Jend. Sudirman PO Box 148, Cimahi, email: fifahbs@yahoo.com

ABSTRACT
Antidiabetic effects of water extract of ciplukan (Physalis angulata L.) herbs has been done
with the test method of alloxan diabetes induction. Water extract was fractionated using nhexane, ethyl acetate and water.The results showed that ciplukan water extract dose of 10
mg/kgbw and the water fraction dose of 4.84 mg/kgbw have similar effect with glibenclamide
dose of 0.65 mg/kgbw. The phytochemical screening showed that ciplukan water extract
contains alkaloids, flavonoids, saponins, polyphenols, steroids and triterpenoids,
monoterpenoids and sesquiterpenoids.
Keywords: Ciplukan herbs, Physalis angulata Linn, alloxan diabetic

ABSTRAK
Telah dilakukan uji efek antidiabetes ekstrak air herba Ciplukan (Physalis angulata L.)
dengan metode uji diabetes induksi aloksan. Selanjutnya ekstrak air difraksinasi dengan
pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Hasil uji membuktikan bahwa ekstrak air herba ciplukan
dosis 10 mg/kgbb dan fraksi air 4,84 mg/kgbb mempunyai efek antidiabetes yang sama
dengan pembanding glibenklamid dosis 0,65mg/kgbb. Hasil penapisan fitokimia
menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak air herba ciplukan mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin, polifenol, steroid dan triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Kata kunci: herba Ciplukan, Physalis angulata Linn , diabetes aloksan

PENDAHULUAN
Diabetes
mellitus
merupakan
penyakit gangguan metabolisme, di
mana kadar glukosa darah diatas
normal dan merupakan salah satu
masalah dalam kesehatan masyarakat
(1). Penderita penyakit ini dari tahun ke
tahun cenderung meningkat. Data
global menunjukkan bahwa jumlah
kejadian diabetes pada tahun 1987
adalah 37 juta orang dan pada tahun
1993 menjadi 100 juta orang. Menurut
166

Sidartawan Sugondo dkk (2), pada


tahun 2020 perkiraan jumlah penduduk
di Indonesia yang berusia di atas 20
tahun adalah 178 juta jiwa, sehingga
jika diperkirakan prevalensi diabetes
mellitus (DM) adalah 5%, maka
penderita diabetes diperkirakan 9 juta
orang.
Obat diabetes mellitus oral yang
digunakan pada saat ini adalah
golongan sulfonilurea, biguanida dan
acarbose (3). Saat ini beberapa
tanaman di Indonesia telah digunakan

Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata Linn.) pada mencit


(Sutjiatmo AB dan kawan-kawan)

sebagai obat diabetes mellitus dan telah


diteliti secara ilmiah, antara lain
sambiloto (Andrographis paniculata
Ness.), johar (Cassia siamea Lamk),
dandang gendis (Clinicanthus nutans
Lindau), bawang putih (Allium sativum
L.) dan cecendet (Physalis minima L.).
Selain Physalis minima L. ada beberapa
spesies Physalis yang terdapat di
Indonesia yaitu Physalis peruviana dan
Physalis angulata. Di daerah Jawa
Barat Physalis angulata (ciplukan) telah
digunakan sebagai obat diabetes
mellitus (4,5,6.7).
Physalis angulata L. (ciplukan)
adalah tanaman semusim berupa herba
dari famili Solanaceae. Tanaman ini
tumbuh di dataran rendah hingga 1200
m di atas permukaan laut, sebagai
tumbuhan pengganggu di ladang,
kebun, semak dan ditepi jalan.
Kandungan senyawa kimia tumbuhan ini
antara lain alkaloid, flavonoid , saponin,
fisalin A, fisalin B, witafisalin A ,
witafisalin B, terpen dan asam sitrat.
Secara
tradisional
tumbuhan
ini
digunakan sebagai pencahar, obat bisul,
gusi berdarah, mulas, jantung lemah,
terkilir, perut nyeri, kencing nanah,
kencing manis (daun dan buahnya),
susah
kencing,
ayan,
encok,
kecacingan, radang saluran pernafasan,
infeksi kerongkongan, radang testis,
diuretik, dan sakit kuning dari buahnya
yang telah masak (8,9,10,11).
Telah dilakukan penelitian awal efek
hipoglikemik ekstrak air herba ciplukan
menggunakan metode uji toleransi
glukosa pada tikus galur Wistar. Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak air herba
ciplukan dosis
10 mg/kgbb dan 20
mg/kgbb dapat menurunkan kadar
glukosa darah hewan uji yang sama
dengan
pembanding (glibenkamid )
(12,20).

METODA PENELITIAN
Bahan penelitian
Herba ciplukan (Physalis angulata
L.), aqua destilata, aloksan monohidrat,
pereaksi
glukosa
peridochrom
glucose/GOD-PAP (Randox), Carboxi
methyl cellulosa Na (CMC-Na), Natrium
Klorida 0,9%, etanol 95%, strip glukotest
(accu chek),
tablet glibenklamid,
glukosa, amonia, kloroform, pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendorf, pereaksi
Liebermann Burchard, asam klorida 2 N,
serbuk magnesium, amil alkohol, besi
(III) klorida, gelatin 1%, asam klorida 0,1
N, eter, n-heksan, etil asetat, asam
sulfat pekat, natrium sulfat anhidrat.
Alat
Timbangan analitik (Sartorius BL),
timbangan hewan, mortir dan stamper,
alat suntik, sonde oral mencit, tabung
eppendorf,
sentrifuga
(Heraeus),
mikropipet, tabung reaksi, Clinicon
(photometer 4010), cawan penguap,
pengatur suhu, penangas air, pemanas
(Teba),
alat-alat
gelas
yang
dipergunakan di laboratorium, alat
bedah, krus, tanur (Nabertherm), dan
oven (Heraeus).
Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan
adalah mencit galur Swiss-Webster
betina, bobot badan 3540 gram
dengan usia rata-rata 3 bulan. Hewan
diperoleh dari Laboratorium Hewan
Pusat Ilmu Hayati, Institut Teknologi
Bandung.
Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
Percobaan Ciplukan
Herba ciplukan dikumpulkan dari
daerah bantaran sungai Citarum, Jawa
Barat. Tumbuhan dideterminasi di
Laboratorium Taksonomi, Herbarium
Bandungense, SITH ITB.
Setelah tumbuhan dibersihkan dan
dikeringkan di bawah sinar matahari
tidak langsung, selanjutnya digiling
menjadi serbuk.
167

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 166 -171

Pemeriksaan Karakteristik dan


Senyawa Kimia Serbuk Simplisia
Herba Ciplukan
Pemeriksaan karakteristik serbuk
simplisia meliputi penetapan kadar abu
total, susut pengeringan dan golongan
kandungan kimia (alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, polifenol, steroid dan
triterpenoid,
monoterpenoid
dan
seskuiterpenoid, serta kuinon) dilakukan
menurut prosedur dari Materia Medika
Indonesia Jilid VI dan Quality Control
Methods for Medicinal Plant Materials
(9,13).
Pembuatan Ekstrak Herba Ciplukan
Pembuatan
ekstrak
air
herba
ciplukan
dilakukan
dengan
cara
perebusan, yaitu 1 kg serbuk simplisia
(dimasukkan dalam kantung kain katun)
ditambah 5 liter air, perebusan
dilakukan sebanyak dua kali masingmasing selama 30 menit. Ekstrak air
yang didapat kemudian diuapkan dalam
bejana pada suhu 80C sampai
diperoleh ekstrak kental, selanjutnya
dikeringkan
dalam
oven
pada
temperatur 60o C sampai didapat
ekstrak kering dan diserbuk (9,14).
Pemeriksaan Karakteristik dan
Senyawa Kimia Ekstrak Air Herba
Ciplukan
Pemeriksaan karakteristik ekstrak air
herba ciplukan meliputi penetapan
kadar abu total, susut pengeringan,
kadar abu tidak larut asam , kadar abu
larut air, kadar sari larut etanol dan
kadar sari larut air. Dilakukan pula uji
golongan kandungan kimia (alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, polifenol,
steroid dan triterpenoid, monoterpenoid
dan seskuiterpenoid, serta kuinon).
Pemeriksaan
dilakukan
menurut
prosedur dari Materia Medika Indonesia
Jilid VI dan Quality Control Methods for
Medicinal Plant Materials (9,14).
Fraksinasi Ekstrak Air (15)
Serbuk ekstrak air herba ciplukan
difraksinasi dengan pelarut non polar,
168

semi polar dan polar. Fraksinasi ekstrak


dilakukan secara ekstraksi cair-cair
(ECC) dalam corong pisah. Serbuk
ekstrak
didispersikan
dalam
air,
kemudian disaring, ampas dipisahkan.
Filtrat kemudian difraksinasi dengan
cara ECC menggunakan n-heksana.
Fraksi heksan dipisahkan dari fraksi air,
ditampung dan dikeringkan. Fraksi air
selanjutnya difraksinasi lagi (dengan
cara ECC) dengan etil asetat. Fraksi etil
asetat dipisahkan dari fraksi air, masingmasing fraksi
ditampung
dan
dikeringkan. Fraksi air dan fraksi etil
asetat
yang
didapat
kemudian
digunakan untuk uji efek antidiabetes.
Uji Efek Antidiabetes Ekstrak Air dan
Hasil Fraksinasi Herba Ciplukan
Pengujian efek antidiabetes ekstrak
air
herba
ciplukan
dan
hasil
fraksinasinya (fraksi air dan fraksi etil
asetat) dilakukan menggunakan metode
diabetes diinduksi aloksan pada mencit.
(16,17,18)
Uji efek antidiabetes dilakukan
dengan cara sebagai berikut : mencit
dibagi menjadi 9 kelompok yaitu
kelompok kontrol (CMC 1%), kelompok
pembanding (glibenklamid 0,65 mg/kg
bb), 3 kelompok uji ekstrak air herba
ciplukan (dosis 5 mg/kgbb, 10 mg/kg bb,
dan 20 mg/kg bb), 2 kelompok uji fraksi
air herba ciplukan (dosis
2,42 mg/kg
bb dan 4,84 mg/kg bb), dan 2 kelompok
uji fraksi etil asetat herba ciplukan (0,08
mg/kgbb dan 0,16 mg/kgbb). Mencit
dibuat diabetes dengan cara diinduksi
dengan aloksan secara intravena
(melalui ekor) dengan dosis
65
mg/kgbb. Kemudian dilakukan seleksi
mencit diabetes, selanjutnya diberikan
sediaan uji selama 21 hari, setiap 7 hari
ditentukan kadar glukosa darahnya.
Penentuan kadar glukosa darah
dilakukan dengan metode enzimatik
menggunakan pereaksi glukosa (GODPAP)
dan
diukur
menggunakan
photometer Clinicon 4010 pada panjang
gelombang 546 nm. Data dianalisis

Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata Linn.) pada mencit


(Sutjiatmo AB dan kawan-kawan)

dengan uji t menggunakan perangkat


lunak SPSS 11.0 for Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Bahan
Hasil
identifikasi
taksonomi
menunjukkan bahwa tumbuhan ciplukan
yang
dikumpulkan
adalah
herba
Physalis angulata L. (ciplukan).
Pemeriksaan Karakteristik dan
Kandungan Fitokimia Serbuk
Simplisia
Hasil
pemeriksaan
karakteristik
serbuk simplisia herba ciplukan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan karakteristik
dan senyawa kimia simplisia
Hasil
Pemeriksaan
Kadar abu total
12,82%
Susut
9,85%
pengeringan
Kandungan kimia:
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Polifenol
Steroid dan
Triterpenoid
Monoterpenoid
dan
Seskuiterpenoid
Kuinon

+
+
+
+
+

+
-

Keterangan:
+ = mengandung senyawa yang diuji.
- = tidak mengandung senyawa yang
diuji.

Ekstraksi herba ciplukan


Dari 1 kg serbuk simplisia herba
ciplukan diperoleh 190 gram serbuk
ekstrak air (rendemen 19%). Serbuk
ekstrak disimpan dalam wadah tertutup
dalam almari pendingin atau ruangan
berkelembaban rendah karena bersifat
sangat higroskopis.

Pemeriksaan karakteristik dan


kandungan senyawa kimia ekstrak air
herba ciplukan
Hasil pemeriksaan karakteristik dan
kandungan senyawa kimia ekstrak air
herba ciplukan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik dan kandungan
kimia ekstrak air herba ciplukan
Pemeriksaan
Hasil
Pemerian serbuk
Warna coklat
(Organoleptik)
kehitaman,
bau khas
sedikit anyir,
rasa tawar
sedikit asin,
lama-lama
pahit
Susut Pengeringan
5,60%
Kadar Abu Total
15,65%
Kadar Abu Tidak
Larut Asam
34,09%
Kadar Abu Larut Air
69,04%
Kadar Sari Larut Air
99,02%
Kadar Sari Larut
Etanol
9,61%
Alkaloid
+
Flavonoid
+
Saponin
+
Tanin
Polifenol
+
Steroid dan
Triterpenoid
+
Monoterpenoid dan
Seskuiterpenoid
+
Kuinon
Keterangan:
+ = mengandung senyawa yang diuji.
- = tidak mengandung senyawa yang
diuji

Fraksinasi ekstrak air herba ciplukan


Hasil fraksinasi ekstrak air herba
ciplukan adalah : fraksi air herba
ciplukan, fraksi etil asetat dan fraksi
heksan. Pada penelitian ini yang
digunakan untuk uji efek antidiabetes
adalah fraksi air dan fraksi etil asetat,
fraksi heksan tidak diuji karena hasil
fraksinasinya sangat sedikit.
169

Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 166 -171

Uji Efek Antidiabetes ekstrak dan


fraksi ekstrak herba ciplukan
Hasil uji efek antidiabetes ekstrak air,
fraksi air dan fraksi etil asetat herba
ciplukan ditunjukkan pada Tabel 3. Dari
hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa
kadar glukosa darah awal (To)
menunjukkan tidak ada perbedaan pada
semua kelompok uji. Semua hewan
diberi sediaan uji setiap hari selama 21
hari, di mana tiap 7 hari darah diambil

dan diperiksa yaitu pada T7, T14 dan T21.


Hasil uji menunjukkan bahwa seluruh
kelompok uji (pembanding glibenklamid;
ekstrak air dosis 5 mg/kgbb, 10 mg/kgbb
dan
20 mg/kgbb; fraksi air dosis 2,42
dan 4,84 mg/kgbb fraksi etil asetat
dosis 0,08 dan 0,16 mg/kgbb)
menunjukkan adanya penurunan kadar
glukosa darah yang bermakna, terhadap
kelompok kontrol pada T7, T14 dan T21
(P< 0,05 ).

Tabel 3.
Hasil uji efek antidiabetes ekstrak dan fraksi ekstrak herba ciplukan
Kelompok
Kadar glukosa darah (mg/dl)
T0
T7
T14
T21
Kontrol
390,72 4,95
337,14 11,00
309,40 8,51
303,38 9,81
A
391,96 8,60
285,96 13,22* 190,08 10,43* 116,70 7,92*
B
393,76 13,49 295,26 9,20*
234,92 9,72* 137,32 7,27*

C
390,28 9,82
290,90 10,60* 189,04 10,27* 115,76 2,86*
D
389,48 16,35 304,72 10,71* 243,42 4,99* 147,90 5,93*
E
392,24 13,92 294,16 8,18*
200,62 10,00* 132,52 9,10*
F
388,68 16,85 298,44 8,05*
195,74 4,85*
113,64 7,98*

G
389,42 14,14 304,76 5,06*
263,88 6,24*
221,72 5,05*

H
390,26 13,54 303,78 10,54* 257,74 7,09*
188,92 11,96*
Keterangan: N= 5 ekor mencit
A=kelompok perlakuan glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb, B= kelompok perlakuan ekstrak
air herba ciplukan dosis 5 mg/kg bb, C= kelompok perlakuan ekstrak air herba ciplukan
dosis 10 mg/kg bb, D= kelompok perlakuan ekstrak air herba ciplukan dosis 20 mg/kg bb,
E=kelompok perlakuan fraksi air herba ciplukan dosis 2,42 mg/kg bb, F=kelompok
perlakuan fraksi air herba ciplukan dosis 4,84 mg/kg bb, G= kelompok perlakuan fraksi etil
asetat herba ciplukan dosis 0,08 mg/kg bb, H= kelompok perlakuan fraksi etil asetat
herba ciplukan dosis 0,16 mg/kg bb.
T0= Kadar glukosa darah awal, T7=Kadar glukosa darah hari ke-7, T14=Kadar glukosa
darah hari ke-14, T21 =Kadar glukosa darah hari ke-21

Hasil uji ekstrak ekstrak air dosis 10


mg/kg bb dan fraksi air herba ciplukan
dosis 4,84 mg/kgbb menunjukkan
penurunan kadar glukosa yang sama
dengan
pembanding
(glibenklamid
0,65mg/kgBB) pada T7, T14 dan T21.
Sedangkan fraksi air herba ciplukan
dosis 2,42 mg/kgbb menunjukkan
penurunan kadar glukosa darah yang
sama dengan pembanding pada T7
danT14 (P >0,05 ).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak air herba ciplukan dosis 10
mg/kgbb dan fraksi air herba ciplukan
dosis 4,84 mg/kgbb mempunyai efek
170

hipoglikemik
yang
sama
dengan
glibenklamid 0,65 mg/kgbb (P>0,05).
Hasil penapisan fitokimia simplisia
dan ekstrak air herba ciplukan (Physalis
angulata L.) menunjukkan adanya
alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol,
steroid dan triterpenoid, monoterpenoid
dan seskuiterpenoid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian ini, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak air herba ciplukan (Physalis
angulata L.) dosis 10 mg/kgbb dan
fraksi air herba ciplukan dosis 4,84

Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata Linn.) pada mencit


(Sutjiatmo AB dan kawan-kawan)

mg/kgbb pada T7 sampai T21


mempunyai efek yang sama dengan
pembanding (glibenklamid) dosis
0,65 mg/kgbb (P>0,05).
2. Simplisia dan ekstrak air herba
ciplukan (Physalis angulata
L.)
mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, polifenol, steroid dan
triterpenoid,
monoterpenoid
dan
seskuiterpenoid.

9.

10.

11.

UCAPAN TERIMA KASIH


Tim peneliti mengucapkan terima
kasih kepada DP2M DitJen Dikti yang
telah mendanai penelitian ini melalui
Program Hibah Bersaing, dan LPPM
Unjani yang telah membantu kelancaran
penelitian ini.

12.

13.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Katzung BG, Masters S, Trevor AJ.


th
Basic and Clinical Pharmacology, 11
ed. New York: McGraw-Hill Medical;
2009.
Soegondo
S.
Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
FKUI; 1995.
Ganiswara SG dkk. Farmakologi dan
Terapi, edisi 4. Jakarta: Bagian
Farmakologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia; 1995.
Sutjiatmo AB. Uji Efek ekstrak alkohol
daun Physalis minima L. terhadap
kadar glukosa darah kelinci dan mencit.
Tesis S2 ITB. Bandung; 1986.
Sutjiatmo AB, Soegiarso NC. Efek
ekstrak alkohol daun Physalis minima
L. terhadap kadar glukosa darah mencit
diabetes. Konggres Ilmiah VI ISFI.
Yogyakarta; 1996.
Soedigdo P, Soedigdo S, Sutjiatmo AB.
Aktifitas Hipoglikemik dari Physalis
minima L. Bandung: PAU Ilmu Hayati
ITB; 1993.
Sutjiatmo AB. Kajian mekanisme
hipoglikemik Physalis minima L.
Disertasi S3 ITB. Bandung; 2000.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Inventaris Tanaman Obat Indonesia.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan


RI; 2000.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia
Jilid VI. Cetakan kelima. Jakarta:
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia; 1995.
Heyne
K
Tumbuhan
Berguna
Indonesia. Jilid III. Jakarta: Badan
Litbang Kehutanan Republik Indonesia;
1995.
Pitojo S. Ceplukan Herba Berkasiat
Obat. Yogyakarta: Kanisius; 2002.
Sutjiatmo AB. Elin Y, Yulia R, Sri W,
Suci N, Wini P. Efek hipoglikemik
ekstrak air herba ciplukan (Physalis
angulata L.) pada tikus
Wistar.
Aristoteles 2011; 5:1-5.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia; 2000.
WHO. Quality Control Methods For
Medicinal Plant Material. London: WHO
Library Catalog; 1998.
Harbone
JB.
Metode
Fitokimia,
Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan.
Terbitan
Kedua.
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB
Bandung, 1998.
Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica.
Pedoman
Pengujian
dan
Pengembangan
Fitofarmaka.
Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta:
Yayasan Pengembangan Obat Bahan
Alam Phyto Medica; 1991.
Sediarso, Sunaryo H, Amalia N. Efek
Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa
Dominan Dalam Fraksi Kloroform
Herba Ciplukan (Physalis angulata L.).
Jurnal farmasi Indonesia 2008; 4)2):
63-69.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Farmakope Indonesia IV.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia; 1995.
Sutjiatmo AB, Sukandar EY, Ratnawati
Y. Pengembangan ekstrak Herba
Ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai
obat herbal terstandar antidiabetes.
Hibah Bersaing Laporan Tahun 1.
Cimahi: Unjani; 2009.
171

Anda mungkin juga menyukai