Tugas Agama Hundi (Maheni)
Tugas Agama Hundi (Maheni)
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal
rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara ethimologinya berasal dari
bahasa sansekerta, yaitu dari kata "A" dan "gam". "A" berarti tidak dan "gam"
berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau
bergerak dan bersifat langgeng. Agama merupakan sesuatu yang bersifat stagnan,
tetap tidak bergerak karena akan dianggap melanggar apabila ada sesuatu yang
melenceng dalam perjalanannya. Namun dengan berjalannya roda kehidupan serta
adanya perputaran zaman, suatu agama maupun kepercayaan itu sendiri dituntut
agar dapat menyesuaikan diri dengan merelevansikan butir-butir beserta nilai-nilai
hakikat yang berhubungan umat terhadap Tuhannya, sehingga suatu kepercayaan
akan sangat dianggap fleksibel dan memenuhi akan jiwa umatnya yang tengah
berada dalam pusaran hidup beserta hal spiritual. Semua filosofi itu dijalankan
secara menurut Hindu karena yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal,
abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi
yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Agama Hindu berasal dari Bahasa Sanskerta: Santana Dharma yaitu
"kebenaran abadi", dan Vaidika-Dharma ("pengetahuan kebenaran") dimana
agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini
merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan
kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara
tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang
masih bertahan hingga kini. Perkembangan agama Hindu di India, pada
hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana,
Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di
Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di
India pada jaman dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu
peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan
Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada
jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa. Jaman Weda
dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu,
sekitar 2500 s.d. 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida
kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki
peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu,
Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya
adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang
Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang
disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum atau 4 kasta (kelas
berbeda) yaitu kasta Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Sementara perkembangan Agama Hindu di Indonesia dimulai dengan
masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat
diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4
dialami.
4. Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak
pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
5. Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat
menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu
perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan
indah itu seni.
Teknologi dan seni berkembang sejalan searah dengan agama yang bersifat
saling melengkapi satu sama lain. Namun seiring berjalannya waktu perjalanan
teknologi dan seni kadang keluar dari lingkaran sifat-sifat welas asih ajaran-Nya
yang berupa suatu pengaruh dan bersifat berkelanjutan. Dampak teknologi dan
seni begitu kuat mempengaruhi gaya hidup manusia abad ini. Manusia hidup tidak
lepas dari keberadaan teknologi yang dapat membuat hidup manusia menjadi jauh
lebih efisien. Begitu juga seni manusia hidup dalam lingkaran kehidupan sosial
dimana manusia selalu berusaha untuk mengejawantahkan perasaan dan
mengungkapkannya dengan jalan ide-ide maupun gagasan yang bersifat indah
serta mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia baik untuk dirinya sendiri
maupun atau untuk keberadaan orang-orang disekitar lingkungannya.
Adanya pengaruh keberadaan teknologi maupun seni dalam kehidupan
manusia tentu saja memberi dapat memberikan suatu pengaruh yang dampaknya
berbeda-beda pada setiap orang. Manusia hidup menggunakan teknologi dapat
terkena dampak positif maupun negatif. Dampak positif tentu saja dapat membuat
manusia jauh lebih mudah untuk mengadakan komunikasi dan tentu dapat
membuat manusia mampu menjelajahi cakrawala tanpa harus menguras banyak
uang. Teknologi mampu membuat sang pemakai jauh lebih berpikir terbuka dan
lebih termotivasi untuk selalu mengembangkan wawasan jauh lebih terbuka.
Namun dibawah bayang-bayang dampak positif yang ada tentu ada dampak buruk
yang mengimbanginya. Dampak negatif tersebut biasanya mengincar seluruh
kalanngan pengguna teknologi, terutama bagi mereka yang tidak bijaksana dalam
menggunakannya. Dampak negatif teknologi salah satu contohnya adalah
malfungsi penggunaan internet, telekomunikasi maupun yang lainnya. Semua
dapat menimbulkan kerugian baik bersifat merugikan satu pihak maupun banyak
pihak. Sehingga dibutuhkanlah manusia yang mampu untuk menggunakan
teknologi secara bijak untuk mengurangi dampak negatif dari teknologi itu sendiri
dan memaksimalkan hal-hal positif yang mampu membawa manusia itu sendiri
tidak terjebak dalam arus minus teknologi. Lantas seni juga dapat memberikan
pengaruh yang sifatnya sama dengan teknologi. Seni juga mampu memberikan
pengaruh yang buruk bagi manusia. Zaman ini banyak sekali berita yang
mengabarkan adanya beberapa seni yang berupa tari-tarian daerah yang
dipergunakan sebagai salah satu sumber penghasil materi yang bersifat besarbesaran diman tari-tarian daerah tersebut disulap menjadi tari-tarian yang
berkonotasi negatif. Mirisnya lagi tari-tarian daerah yang dipentaskan tidak hanya
pada orang-orang dewasa namun juga anak di bawah umur. Tentunya hal tersebut
merupakan salah satu contoh kasus yang dapat mencirikan bahwa dampak negatif
dari hal yang berbau seni juga dapat terjadi secara terang-terangan dan dapat
memberikan pengaruh buruk yang sangat luas. Namun segala sesuatunya yang
bersifat negatif tentu seni juga menawarkan keberadaan dampak positif yang
tetntunya dapat membuat manusia itu sendiri mengalami kepuasaan dari adanya
hiburan seni itu sendiri. Seni itu sendiri merupakan hasil ekspresi dari segala ide
maupun gagasan yang terdapat dalam diri manusia. Sehingga manusia akan
terhibur dengan adanya keberadaan seni yang bersifat mndukung jiwa manusia
secara keseluruhan.
Tentunya keberadaan seni dan teknologi baik yang berdampak positif
maupun negatif harusnya dapat disikapi oleh manusia itu sendiri. Karena baik
dampak positif maupun negatif semuanya dapat berjalan seimbang bilamana
manusia itu sendiri mampu mengarahkan pikirannya secara logis dan tidak terlepas
dengan adanya garis pembatas dalam memulai melakukan suatu hal itu sendiri.
Maka perlunya beretika dan berwawasan luas dalam menghadapi pengaruh serta
dampak teknologi dan seni yang bersifat negatif haruslah diikuti oleh bekal serta
kearifan fondasi agama terutama agama Hindu yang dapat menghantarkan manusia
itu sendiri menuju jalan yang lebih yang lebih baik serta menuntun manusia agar
selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya yang tidak terlepas dari ajaran
agama itu sendiri.
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui seberapa besar peran agama dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Untuk mengetahui hubungan antara etika, agama, ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Untuk mengetahui manfaat agama dengan fungsinya sebagai
pembentuk etika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.3. MANFAAT
Manfaat dari penulisan ini antara lain:
1. Bagi akademisi, agar dapat memberikan kontribusi dalam penerapan
etika di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Bagi masyarakat, agar dapat memahami dan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara bijak dan tidak menyimpang dari
ajaran etika yang berasaskan agama.
1.4. TINJAUAN PUSTAKA
1.4.1. Pengertian Etika secara Umum
Etika merupakan ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Tujuan
dari mempelajari etika itu sendiri adalah untuk mendapatkan konsep yang
sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang
dan waktu tertentu.
Etika sebagai bagian dari filsafat berusaha memecahkan beragam
persoalan dalam kehidupan secara radikal. Terminologi radikal berasal dari
bahasa Inggis radical yang diserap dari Bahasa Yunani radix, yang berarti
sampai ke akar-akarnya. Dengan demikian kata radikal dapat dipahami
sebagai cara berfikir yang mendalam sampai ke akar persoalan.
Tentu berfikir radikal bukan berarti berfikir yang asal kritis, namun
juga merupakan corak berfikir yang kritis, metodis dan sistematis. Cara
berfikir demikian membedakan cara berfikir dalam filsafat dengan cara
berfikir yang lain.
Lalu apa yang membedakan filsafat dengan ilmu (science)? Jika ilmu
hanya membatasi kajiannya terhadap fenomena yang bersifat empiris, maka
filsafat lebih jauh berusaha menyingkap apa yang ada di balik fenomena
empiris. Jika kita belajar tentang etika protestan yang dirumuskan oleh Max
Weber dari sisi ilmu ekonomi, maka kita hanya melihat bagaimana etika
protestan dapat diterapkan dalam masyarakat Kristen Protestan dari mahzab
Calvinisme. Namun jika melihatnya dari sisi refleksi filosofis, maka bukan
hanya realitas empiris yang ditelaah berkaitan dengan etika protestan.
Filsafat akan membongkar, bagaimana pengetahuan ilmiah tersebut dapat
dijalankan? Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi agar pengetahuan ilmiah
tersebut dapat dilaksanakan?
Ciri khas filsafat tersebut juga nampak dalam etika. Etika tidak
berhenti pada hal yang empiris atau kongkret, pada hal yang secara faktual
dapat dilakukan, tetapi ia bertanya tentang apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan, tentang yang baik atau buruk untuk dilakukan
(Bertens, 2005 : 26). Berita infotainment yang kerapkali menjadi sebuah
bentuk pengadilan oleh pers (trial by press) dapat dijadikan sebuah contoh
mengenai kekhasan etika.
Etika itu sendiri lebih jauh bergerak ke arah pertanyaan yang bernilai
normatif dan evaluatif. Relasi antara etika dengan bidang keilmuan yang lain
yakni saling komprehensif. Etika tidak dapat eksis, jika tidak dipahami dulu
sisi keilmiahnya yang bersifat empiris.
1.4.2. Pengertian Etika menurut Hindu
Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya
sendiri serta masyarakat, serta umat manusia agar mengenal jati dirinya
untuk berusaha menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang secara ideal
disebut manusia Dharmika (Manava Madhava). Ajaran etika (Moralitas),
atau Tata Susila, yakni tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan
hidup, serta keharmonisan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
antara sesama manusia dengan alam semesta dan ciptaann-Nya.
Ajaran etika di dalam Weda mencakup bidang yang sangat luas
meliputi: kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebajikan, ketekunan, kemurahan
hati, keluhuran budhi pekerti, membenci sifat buruk, pantang berjudi,
menjalankan kebajikan, percaya diri, membina hubungan yang serasi,
mementingkan persatuan, kewaspadaan, kesucian hati, kemashyuran,
kemajuan, pergaulan dengan orang-orang, mengembangkan sifat-sifat ramah
dan manis, wiweka (kemampuan membedakan sifat baik dan buruk),
mengendalikan diri, dan masih banyak lagi yang lainnya.
laju ilmu teknologi. Teori Bregson tentang moral yang terbuka dan agama
yang dinamis adalah suatu model guna mengembangkan sikap mental yang
tepat untuk mewujudkan persaudaraan universal antar umat manusia.
Singkatnya, ilmu dan teknologi bisa bekerja sama dengan etika, moral, dan
agama guna mewujudkan persaudaraan universal dalam dunia yang lebih
adil dan damai.
1.5. METODELOGI PENULISAN
1.5.1 Sumber dan Jenis Data
Data data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai
referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang
dibahas. Validitas dan relevansi sumber data dapat dipertanggungjawabkan.
1.5.2 Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini digunakan metode studi / tinjauan pustaka
yang didasarkan atas hasil studi dari berbagai literatur, yang terkait satu
sama lain, yang mendukung uraian uraian dalam karya tulis ini.
1.5.3. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
A. Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penyusunan karya tulis ini dilaksanakan pada
tanggal 12 Maret 2011 sampai 25 Maret 2011.
B. Tempat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penyusunan karya tulis ini dilaksanakan di
rumah penulis, serta beberapa sumber diperoleh dari beberapa perpustakaan daerah
Denpasar.
1.5.4 Materi Pengumpulan Data
Materi-materi yang penulis kumpulkan untuk menyusun karya tulis ini
adalah sebagai berikut :
1) Kajian mengenai pengertian agama Hindu secara universal
2) Kajian mengenai teknologi dan seni
3) Kajian mengenai dampak teknologi dan seni
4) Kajian mengenai perlunya beretika dalam meminimalisasi dampak
negatif teknologi dan seni.
1.5.5 Analisis Data
Data data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian diolah
dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif argumentatif, dengan menghasilkan tulisan yang bersifat
deskriptif, menggambarkan tentang peranan etika beragama dalam penggunaan
teknologi di era globalisasi.
1.5.6. Penarikan Kesimpulan
Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun
dan menghubungkan latar belakang, tujuan penulisan serta pembahasan yang
dilakukan. Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian
direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan
BAB II
PEMBAHASAN
Brahmavidya adalah pengetahuan tentang Ketuhanan dalam Agama
Hindu, pemahaman tentang Tuhan itu penting dan perlu karena dengan mengenal
Tuhan secara tepat dan baik dapat mengantarkan kepada jalan kesempurnaan
sampai kepada moksa. Pada dasarnya Veda mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah
Maha Esa, namun Yang Maha Esa itu dikenal dengan banyak nama dewa-dewa.
Pemahaman agama Hindu dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu
pemahaman tentang tatwa atau filsafat agama, susila atau etika, dan upakara atau
upacara.
Upanisad mengajarkan tentang dua aspek Tuhan, yaitu Nirguna Brahman
dan Saguna Brahman. Nirguna Brahman disebut juga Para Brahman atau
Brahman yang tertinggi, bebas dari guna atau segala bentuk aktivitas. Ia berada di
luar jangkauan pikir manusia karenanya disebut Brahman yang transenden.
Saguna Brahman adalah Brahman yang sudah terkena pengaruh maya, disebut
juga Para Brahman atau Sada Siva, dalam aspek inilah ia dikenal dengan nama
banyak dewa, seperti Brahma aspek penciptaan (utphatti), Visnu aspek
pemeliharaan (sthiti) dan Siva atau Rudra aspek peleburan (pralina). Ia menjadi
objek pemujaan yang distanakan di padmasana pada saat umat memuja-Nya. Ia
merupakan sumber segala yang ada, berada di mana-mana dan meliputi segalanya.
Masih dalam aspek Ketuhanan, tetapi dinyatakan lebih rendah dari saguna
Brahman disebut Atman, ialah Brahman yang sudah dikuasai oleh pengaruh
maya. Akibatnya, lupa dengan kesejatiannya sehingga hanyut dalam lingkaran
lahir berulang-ulang. Apabila atman telah dapat mencapai kesadaran Brahman
barulah dapat menyatu kembali dengan Brahman.
Mendekatkan diri kepada Tuhan dilaksanakan dengan mengamalkan catur
marga yoga yang terdiri dari Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana
Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Ada 2 bentuk bhakti, yaitu apara bhakti,
yakni bhakti yang masih disertai dengan permohonan-permohonan dan apara
bhakti, yaitu bhakti yang tidak disertai dengan permohonan-permohonan, tetapi
disertai dengan penyerahan diri, dengan cara aktif berbuat dengan tulus karena
yakin akan mendapat pahala yang baik pula. Raja Marga Yoga diamalkan dengan
astangga yoga yang berawal dari suatu disiplin penahanan diri terhadap nafsu dan
puncaknya mencapai samadhi penyatuan pikiran pada objek. Dalam keadaan
samadhi pikiran menyatu dengan Brahman.
Dalam konsep Hindu, manusia pertama adalah Svambhu, yang artinya
makhluk berpikir pertama yang menjadikan dirinya sendiri. Secara etimologi kata
manusia berasal dari kata manu yang artinya pikiran atau berpikir, dalam bentuk
genetif menjadi kata manusya, artinya ia yang berpikir atau menggunakan
pikirannya. Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan dan
jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Manusia juga
dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki sekaligus tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat atau idep wak dan kaya
yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan
berpikir, berkata dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik dan perbuatan
buruk yang disebut subha asubha karma. Dengan mengutamakan perbuatan baik
yang disebut subha karma manusia mampu menolong dirinya sendiri mengangkat
dari kesengsaraan. Inilah keutamaan lahir menjadi manusia. Martabat adalah
harkat kemanusiaan atau harga diri orang yang bermartabat disegani dan
dihormati orang banyak karena selalu berperilaku baik. Menjaga perilaku baik
perlu selalu diupayakan dengan menghindari keburukan walaupun tidak selalu
mudah. Dalam upaya manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu kesejahteran
lahir bathin (suka tan pawali dukha), masyarakat Hindu melakukan dengan
menjaga hubungan baik dengan alam dan lingkungannya. Demikian pula mereka
menjaga hubungan baik dengan Tuhan yang menciptakan dunia dengan segala
isinya dan juga dengan sesama manusia. Tiga hubungan baik ini dikenal dengan
istilah Tri Hita Karana. Dalam setiap usahanya untuk mengolah alam perlu diingat
bahwa Menguasai Alam, cendrung merusak Menyesuaikan dengan Alam,
cendrung melestarikan.
Manusia mempunyai Wiweka yang berarti kemampuan untuk
membedakan antara yang baik dan benar dengan yang buruk dan salah.
Kecenderungan-kecenderungan sifat manusia dipengaruhi oleh tri guna, yaitu
sattwam, rajas dan tamas. Ketiga sifat ini dalam diri setiap manusia dalam
keadaan yang berbeda-beda, berpengaruh pada pikiran. Secara garis besar sifat
manusia ada dua macam, yaitu sifat-sifat kedewataan atau daiwi sampad dan sifat
keraksaan. Kedua sifat ini berdampingan dalam diri manusia. Kecenderungan
manusia juga dipengaruhi oleh indriya, yaitu keinginan untuk mendapat kepuasan.
Ada Buddhindriya namanya, yaitu indriya penyadar yang menghubungkan alam
pikiran dengan objek dunia ini. Ada indriya penggerak disebut panca
Karmendriya.
Untuk mendapatkan kebahagiaan dan menjaga martabat dalam hidup ini
orang harus mampu mengendalikan dirinya, ajaran pengendalian diri tersebar
dalam pustaka Hindu. Intinya adalah mengendalikan pikiran agar selalu terarah
pada hal-hal kebaikan dan menghindari hal-hal yang mengarah pada keburukan,
melalui pengendalian pikiran, perkataan dan perbuatan, serta berpedoman pada
bisikan Sang Hyang Atma, yaitu kata hati yang selalu menyuarakan kejujuran dan
kebenaran. Dalam setiap perbuatannya ada baiknya setiap manusia selalu
mempunyai motto mendasar Bekerja merupakan alat untuk mencapai kepuasan
yang maksimum (homoeconomicus) dan Bekerja itu kewajiban dan dharma untuk
mencapai moksha. (homotatwamasi)
Manusia dalam berbuat hendaknya berpedoman pada tata susila di
masyarakat. Tata susila adalah peraturan-peraturan tentang tingkah laku yang baik
dan mulia. Pengertian etika pada dasarnya tidak berbeda dengan pengertian tata
susila, hanya saja khusus dalam etika, ada etika yang hanya dianut oleh
sekelompok masyarakat, seperti etika jurnalistik atau kode etik wartawan, etika
bisnis dan lain-lain. Tata susila Hindu berangkat dari ajaran agama bahwa pada
hakikatnya jiwatma setiap makhluk adalah sama, demikian pula jiwatma setiap
manusia. Penjelasan ini bersumber dan Upanisad yang menyatakan Brahma atma
aikyam, artinya Brahma dan Atma pada hakikatnya tunggal, demikian pula uraian
dalam Chandogya Upanisad Tat Twam Asi, artinya engkau adalah itu, semua
makhluk adalah engkau. Tujuan tata susila untuk membina hubungan yang baik,
rukun dan selaras antara seseorang dengan sesama makhluk hidup di sekitarnya,
antara keluarga dengan masyarakat, antara satu bangsa dengan bangsa yang lain
dan antara manusia dengan alam sekitar. Ajaran tata susila tersebar dalam
pustaka-pustaka Hindu seperti dalam Veda, Manawa dharma sastra,
Bhagawadgita, Sarasamuccaya dan lain-lain. Ajaran etika atau moralitas adalah
tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup serta keharmonisan
hidup antarsesama manusia, antarmanusia dengan alam bahkan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Menilai baik buruk tingkah laku tidaklah mudah. Orang
yang berperilaku berpegang pada tata susila dan dharma pantas mendapat
kehormatan dan disegani, bukan karena kekayaan, kepintaran atau keturunan.
Dalam usaha mendapatkan kemuliaan akhlak ada beberapa ajaran yang
berkaitan dengan pengendalian diri untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya ajaran Trikaya Parisudha. Kayika perbuatan yang baik dan benar,
wacika perkataan yang baik dan benar, dan manacika, yaitu pikiran yang baik dan
benar. Kebajikan, yaitu sifat murah hati dan suka menolong berbuat kebaikan,
yang lahir dari dalam hati nurani.
Orang yang memiliki pengetahuan terutama pengetahuan rohani tentu
memiliki kebijaksanaan, mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah.
Orang bijaksana meninggalkan yang buruk dan salah, memilih kebaikan dan
kebenaran dalam perilakunya. Umat Hindu yakin bahwa ilmu pengetahuan
ditemukan oleh Sang Yang Widhi Wasa adalah untuk menyadarkan umat manusia
dan juga untuk pedoman umat manusia dalam membangun kesejahteraan
hidupnya. Ada dua jenis ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan tentang segala
sesuatu mengenai ciptaan-Nya yang disebut Avara Vidya seperti ilmu
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala aspeknya, misalnya bagaimana
dan apa penyebab terjadinya gelombang laut atau tsunami Kemudian menjelaskan
tentang Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa dengan segala aspeknya,
misalnya pengetahuan tentang hakikat Tuhan itu sendiri (Brahman Vidya),
pengetahuan tentang surga dan neraka, serta pralaya. Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang memenuhi empat syarat yaitu objektif, metodik, sistematik dan berlaku
umum. Dalam ajaran Hindu ada empat sumber pengetahuan yaitu, Praktyaksa
pramana, pengetahuan yang didapat dengan pengamatan langsung, Anumana
pramana, pengetahuan yang didapat dengan mengoptimalkan tanda-tanda yang
dapat diamati, Upamana pramana adalah pengetahuan dengan cara
membandingkan, seperti membandingkan kucing dengan harimau, Agama
pramana, yaitu pengetahuan yang diajarkan oleh para guru atau Rsi. Di samping
itu, masih ada lagi yang disebut arthapatti, yaitu pengetahuan yang didapat dengan
pengambilan kesimpulan bertentangan.
Seiring dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan pun semakin
banyak diterapkan dalam usahanya menyejahterakan kehidupan manusia.
Menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam modernisasi
makhluk di dunia ini. Dharma juga dapat berupa undang-undang yang diciptakan
penguasa sifatnya sangat tergantung pada keadaan tempat setempat, jadi amat
relatif. Kepatuhan terhadap hukum berpahala kebahagiaan dan keselamatan,
sedangkan pengingkaran berpahala pada kesedihan dan kehancuran. Dengan
pemahaman demikian, seharusnya secara sadar orang lebih memilih ketaatan pada
hukum.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi
dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di
dalamnya, dengan identitas bersama. Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan
dengan ciri-ciri kehinduannya. Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada
pembangunan, yaitu suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna
mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan tujuan agama
Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat.
Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk
mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran, peran serta
dalam penggalangan dana, peran serta dalam penyediaan tenaga dan peran serta
dalam penggalian berbagai sumber kekayaan. Agama Hindu mengajarkan bahwa
kesejahteraan adalah yang menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasar
atas dharma artha dan kama yang disebut tri warga, untuk mewujudkan
kesejahteraan harus dilaksanakan pembangunan masyarakat. Bentuk-bentuk
peran serta umat Hindu di antaranya peran serta dalam pemikiran, penggalangan
dana, penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian sumber-sumber
kekayaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini
diantaranya sebagai berikut.
3.1.1 Pencerminan etika beragama dan tata tertib beragama akan sangat
berguna dalam setiap perilaku yang manusia lakukan
3.1.2 Manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya diperlukan selalu
menjaga keseimbangan kehidupan berdasarkan ajaran Tri Hita Karana
3.1.3 Manusia dalam bekerja harus berpedoman teguh pada etos kerja.
3.2 Saran
3.2.1 Setiap kehidupan pasti memiliki aturan-aturannya tersendiri, oleh
sebab itu sebagai makhluk yang beradab, kita wajib menerapkan ajaran
etika dalam kehidupan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan
akademik guna mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan ini.
3.2.2 Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting untuk diterapkan
karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijalankan tanpa etika dapat