Anda di halaman 1dari 158

TESIS

KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN


JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009

NYOMAN KORIAWAN
NIM : 0891561031

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan


Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung
kerta wara nugrahaNya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Ir. Gede Astawa Diputra, MT, pembimbing I yang dengan
penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran
selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis
ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Ir.
Mayun Nadiasa, MT, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, dan
Ketua Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
program magister di Universitas Udayana. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada bapak-bapak penguji tesis, yang telah memberikan masukan, saran,
sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Bupati Jembrana serta Bapak
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana yang telah memberikan ijin
belajar untuk mengikuti program magister di Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
mendiang ayah tercinta, Drs. I Nengah Renta dan Ibu tercinta, Ni Nengah Konten,

yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir


yang logis dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembangnya kreativitas.
Terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan kepada istri
tercinta, Luh Putu Eny Risnayati, SE serta kedua bidadari kecil, Ni Putu Diandra
Putri Sasmitha dan Ni Kadek Natasya Putri Damayanthi, yang telah dengan sabar
dan penuh pengorbanan mendampingi dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan pendidikan program pascasarjana ini.
Sebagai akhir kata penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang telah
diberikan dalam penysusunan tesis ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi selalu
melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan kebahagian dan kesejahteraan.

KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN


JASA KONSTRUKSI KUALIFIKASI KECIL
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009.

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana

NYOMAN KORIAWAN
NIM : 0891561031

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011

ABSTRAK
KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
KUALIFIKASI KECIL DI KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2009
Tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 adalah memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik
kontraktor serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan hubungan antara
karakteristik dengan kinerja kontraktor kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana
tahun 2009.
Data karakteristik dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang
disebarkan ke 97 (sembilan puluh tujuh) kontraktor kualifikasi kecil yang ada di
Kabupaten Jembrana, sedangkan data kinerja dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang disebarkan kepada 40 (empat puluh) orang pengelola proyek di
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana. Metode deskripsi digunakan untuk
menjelaskan karakteristik kontraktor, sedangkan metode analisis faktor digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kontraktor
kualifikasi kecil dan untuk analisis hubungan karakteristik dengan kinerja
menggunakan analisis korelasi sederhana.
Simpulan dari penelitian ini adalah : 1). 67,01 % tingkat pendidikan
penanggungjawab badan usaha adalah tamatan STM, 21,65% adalah sarjana
Teknik (S1/S2/S3), 2,06 % adalah tamatan diploma teknik dan 9,28 % adalah
tamatan non teknik. Sedangkan Untuk tingkat pendidikan penanggungjawab
teknik badan usaha sebanyak 58,76 % adalah tamatan STM, 34,02 % adalah
sarjana teknik (S1/S2/S3), 4,12 % adalah tamatan diploma teknik sedangkan
sebanyak 3,09 % adalah non teknik. 2). Faktor utama yang mempengaruhi kinerja
kontraktor terdapat pada kelompok I ( faktor sumber daya manusia dan keuangan)
yang terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan,
Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan, Pengalaman dan
keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan, Koordinasi dengan pihak pengguna
jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan, Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan
pekerjaan, Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan; 3) Pengguna jasa
tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruski gred 2 tetapi
berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred 3 dan gred 4,
sedangkan keahlian tenaga kerja tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa
konstruksi gred 3 dan gred 4 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha
konstruksi gred 2.
Kata kunci : karakteristik, kinerja, kontraktor

ABSTRACT
CHARACTERISTICS AND PERFORMANCE OF SMALL QUALIFIED
CONTRACTORS IN JEMBRANA REGENCY IN 2009.
The purpose of issuance of the Law no. 18 in 1999 was to give direction to
growth and development of construction services to realize business structure that
strong, reliable, highly competitive, and qualify result. Aims of this research were
to analyze the contractor characteristics and the factors that influences the
performance and correlation between characteristics with the small qualification
contractor's performance in Jembrana regency in 2009.
Characteristic data were collected by using questionnaire which has been
distributed to 97 (ninety seven) small qualification contractors that exist in
Jembrana regency, while the performance data were collected by using a
questionnaire that distributed to 40 (forty) project managers in the Public Works
Department of Jembrana regency. Description method was used to describe the
characteristics of the contractor, while the factor analysis method were used to
analyze the factors that influences the small qualification contractors
performance and to analysis the correlations between characteristics with
performance by using simple correlation analysis.
The conclusions of this research as follows: 1) 67.01% education level of
responsible person of business were engineering high school graduate or
equivalent, 21.65% are scholar (S1/S2/S3), 9.28% were non-engineering
graduates and 2.06% were graduate of engineering diploma. While education
level of responsible person for engineering of enterprises were 58.76% graduate
of engineering high school or equivalent, 34.02% were scholar (S1/S2/S3), 4.12%
were engineering diploma graduate were 3.09% were non-technical. 2). Of the
four factors new formed, the main factors that influences the contractor
performance were found in the first group (human resources and financial factors)
which consists of financial capital variables in implementation of the jobs,
placement of the worker in accordance with workers education qualifications,
experiences and skills, Coordination with the service user in the implementation
of work, data that has been used in accordance with the actual situation on the site.
Safety considerations of worker in the implementation of the work, completeness
of design drawing / implementation documents; 3) Service user variable has no
correlation with the grade 2 small qualification construction services performance
but have correlation with grade 3 and 4 while skill worker variable have no
correlation with grade 3 and 4 construction service companys performance but
have correlation with the grade 2 qualifications construction companys
performance.
Keywords: characteristics, performance, contractor

DAFTAR ISI

Halaman
PRASYARAT GELAR

ii

LEMBAR PENGESAHAN.

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRAK...

vii

ABSTRACT.

viii

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR...

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...

1.2 Rumusan Masalah..

1.3 Batasan Masalah.

1.4 Tujuan Penelitian...

1.5 Manfaat Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

2.1 Jasa Konstruksi...

2.1.1 Pengertian Jasa Konstruksi

2.1.2 Penggolongan Jasa Konstruksi...

10

2.1.3 Kualifikasi Jasa Konstruksi.....

10

2.1.4 Klasifikasi Jasa Konstruksi.....

14

2.1.5 Karakteristik Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi

16

2.2. Kinerja...

20

2.2.1 Pengertian Kinerja...

20

2.2.2 Pengukuran Kinerja.

21

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

23

2.2.4 Indikator Kinerja

25

2.2.5 Kinerja Organisasi...

26

2.2.5.1 Pengukuran Kinerja Organisasi

27

2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi.

29

2.2.5.3 Indikator Kinerja Organisasi

33

2.3 Analisis dan Interpretasi Data

34

2.3.1 Analisis Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi


Kecil.....

34

2.3.2 Analisis Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil.

35

2.3.2.1 Memilih Skala Pengukuran.

35

2.3.2.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas...

38

2.3.2.3 Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja..

41

2.3.2.4 Pengujian Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja....

44

BAB III METODE PENELITIAN...

47

3.1 Kerangka Konsep Penelitian..

47

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian.

48

3.3 Jenis dan Sumber Data.......

48

3.3.1 Jenis Data

48

3.3.2 Sumber Data

48

3.4 Teknik Pengumpulan Data.

48

3.5 Populasi dan Sampel..

49

3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian karakteristik...

49

3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian Kinerja...

51

3.6 Variabel Penelitian.....

53

3.6.1 Variabel Penelitian Karakteristik

53

3.6.2 Variabel Penelitian Kinerja.

54

3.7 Instrument Penelitian.....

56

3.8 Analisis dan Penyajian Data...

58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.

60

4.1 Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil.

60

4.1.1 Karakteristik Personalia/ Sumber Daya Manusia...

61

4.1.1.1 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Badan Usaha..

61

4.1.1.2 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha.

63

4.1.1.3 Jumlah Tenaga Kerja

67

4.1.1.4 Asal Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan

69

4.1.1.5 Status Tenaga Ahli Yang Dipekerjakan...

71

4.1.2 Karakteristik Keuangan...

73

4.1.2.1 Nilai Paket Pekerjaan Yang Pernah Dikerjakan Dalam Tujuh


Tahun Terakhir.

73

4.1.2.2 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki Saat Ini.

75

10

4.1.2.3 Asal Modal Usaha.......................................................................

77

4.1.3 Karakteristik Pengalaman Kerja.

79

4.1.3.1. Jumlah Paket Pekerjaan Yang Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun


Terakhir.

79

4.1.3.2. Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan.

81

4.1.3.3. Lama Pengalaman Perusahaan Di Bidang Konstruksi

83

4.1.3.4. Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani...

85

4.1.3.6 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan.

86

4.1.3.7. Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan....

88

4.1.3.8. Lingkup Wilayah Pengadaan/Lelang Yang Diikuti

90

4.1.4. Karakteristik Peralatan Yang Dimiliki...

91

4.1.4.1. Status Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan


Pekerjaan...

91

4.1.4.2. Jumlah Peralatan Kerja Yang Dimiliki Saat Ini..

93

4.1.4.3. Umur Peralatan Yang Digunakan Saat Ini..

95

4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi


Kualifikasi Kecil.

97

4.2.1 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa


Konstruksi Kualifikasi Kecil...

97

4.2.2 Kommunalitas (Communalities).

109

4.2.3 Ekstraksi Jumlah Faktor..

111

4.2.4 Matrix Komponen (Component Matrix).

112

11

4.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil


dengan Kinerja..

118

4.3.1 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 2


dengan Kinerja...

121

4.3.2 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 3


dengan Kinerja...

123

4.3.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Gred 4


dengan Kinerja...

126

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

129

5.1 Simpulan

129

5.2 Saran...

132

DAFTAR PUSTAKA..

133

LAMPIRAN.

135

12

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

2.1

Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi.....

14

2.2

Kekayaan bersih perusahaan...

18

2.3

Kemampuan menangani paket pekerjaan

19

2.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi.

29

2.5

Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien


korelasi

3.1

Data kontraktor kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun


2009.

3.2

49

Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf


kesalahan 1%, 5% dan 10%........................................................

3.3

39

50

Data populasi proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten


Jembrana tahun 2009...

51

3.4

Responden kuesioner penelitian kinerja..

52

4.1

Rekapitulasi hasil uji validitas.

98

4.2

Rekapitulasi hasil uji reliabilitas.

100

4.3

Hasil tes KMO dan Barletts tahap I...

103

4.4

Nilai Anti Image Correlation tahap I...

104

4.5

Hasil tes KMO dan Barletts tahap II..

106

4.6

Nilai Anti Image Correlation tahap II.

107

4.7

Nilai Komunalitas

109

4.8

Hasil Ekastraksi Faktor...

111

4.9

Hasil Loading Faktor...

113

4.10

Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 2 dengan


Kinerja.

4.11

Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 3 dengan


Kinerja.

4.12

121
124

Hasil Analisis Korelasi Karakteristik Kontaktor Gred 4 dengan


Kinerja.

126

13

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

4.1

Tingkat Pendidikan PJBU Grade 2

61

4.2

Tingkat pendidikan PJBU Grade 3.

61

4.3

Tingkat Pendidikan PJBU Grade 4

62

4.4

Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 2..

63

4.5

Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 3..

64

4.6

Tingkat Pendidikan PJTBU Grade 4..

64

4.7

Sertifikat Keahlian PJT Grade 2.

65

4.8

Sertifikat Keahlian PJT Grade 3.

66

4.9

Sertifikat Keahlian PJT Grade 4.

66

4.10

Jumlah Tenaga Kerja Grade 2 ...

67

4.11

Jumlah Tenaga Kerja Grade 3

68

4.12

Jumlah Tenaga Kerja Grade 4

68

4.13

Asal Tenaga Kerja Grade 2

69

4.14

Asal Tenaga Kerja Grade 3

70

4.15

Asal Tenaga Kerja Grade 4

70

4.16

Status Tenaga Kerja Grade 2..

71

4.17

Status Tenaga Kerja Grade 3..

72

4.18

Status Tenaga Kerja Grade 4..

72

4.19

Nilai Paket Pekerjaan Grade 2...

73

4.20

Nilai Paket Pekerjaan Grade 3...

74

4.21

Nilai Paket Pekerjaan Grade 4...

74

4.22

Kekayaan Bersih Grade 2...

75

4.23

Kekayaan Bersih Grade 3...

76

4.24

Kekayaan Bersih Grade 4...

76

4.25

Asal Modal Usaha Grade 2

77

4.26

Asal Modal Usaha Grade 3

78

4.27

Asal Modal Usaha Grade 4

78

14

4.28

Jumlah Paket Pekerjaan Grade 2

80

4.29

Jumlah Paket Pekerjaan Grade 3

80

4.30

Jumlah Paket Pekerjaan Grade 4

80

4.31

Pengguna Jasa Grade 2...

82

4.32

Pengguna Jasa Grade 3...

82

4.33

Pengguna Jasa Grade 4...

82

4.34

Lama Pengalaman Grade 2

83

4.35

Lama Pengalaman Grade 3

84

4.36

Lama Pengalaman Grade 4

84

4.37

Lokasi Pekerjaan Grade 2..

85

4.38

Lokasi Pekerjaan Grade 3..

85

4.39

Lokasi Pekerjaan Grade 4..

85

4.40

Sub Bidang Layanan Grade 2.

86

4.41

Sub Bidang Layanan Grade 3.

87

4.42

Sub Bidang Layanan Grade 4.

87

4.43

Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 2...

89

4.44

Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 3...

89

4.45

Sistem Pelelangan Yang Diikuti Grade 4...

89

4.46

Lingkup Pelelangan Grade 2..

90

4.47

Lingkup Pelelangan Grade 3..

90

4.48

Lingkup Pelelangan Grade 4..

91

4.49

Status Peralatan Grade 2

92

4.50

Status Peralatan Grade 3

92

4.51

Status Peralatan Grade 4

93

4.52

Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 2..

94

4.53

Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 3..

94

4.54

Jumlah Peralatan Yang Dimiliki Grade 4..

95

4.55

Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 2.

96

4.56

Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 3

96

4.57

Umur Peralatan Yang Digunakan Grade 4.

97

15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinerja dapat dikatakan sebagai suatu hasil yang dicapai ketika mengerjakan
sesuatu atau tugas. Keberhasilan suatu organisasi diukur dengan kinerja
organisasi, dimana kinerja organisasi sendiri sangat ditentukan oleh kinerja
masing-masing individu dalam organisasi tersebut. Pengelolaan atas kinerja yang
dilakukan secara strategis merupakan hal utama bagi organisasi untuk
membangun dan meraih keunggulan kompetitif melalui peran sumber daya
manusia dalam menjalankan strategi organisasi.
Pada dasarnya kinerja merupakan tanggung jawab setiap individu yang
bekerja dalam organisasi. Tanggung jawab terhadap kinerja sebenarnya tidak lahir
dari manajer namun dari individu. Apabila dalam organisasi setiap individu
bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat dan memberikan kontribusi terbaik
mereka terhadap organisasi, maka kinerja organisasi secara keseluruhan baik.
Dengan demikian, kinerja organisasi merupakan cermin dari kinerja individu
(Mahmudi, 2005).
Indikator kinerja organisasi juga penting diketahui untuk mengukur hasil yang
telah dicapai. Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen indikator yaitu : masukan

16

(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak (impact)


(Bastian,2001 dalam Syafarudin dan Tangkilisan, 2004).
Tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 adalah memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas. Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas tentunya harus
didukung oleh kesiapan faktor-faktor pendukungnya yaitu faktor manajemen,
faktor keuangan, faktor sumber daya manusia, faktor pengalaman kerja, faktor
sarana dan prasarana pendukung dan faktor peralatan.
Kondisi penyelenggara jasa konstruksi kualifikasi kecil, khususnya di
Kabupaten Jembrana, saat ini cendrung mempunyai kelemahan dalam
manajemen, penguasaan teknologi, permodalan serta keterbatasan tenaga ahli dan
tenaga terampil sehingga berpengaruh terhadap mutu produk, ketepatan waktu
pelaksanaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, dan modal.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan pengawas proyek serta pejabat
pelaksana teknis kegiatan menunjukkan kenyataan bahwa banyak kontraktor yang
hanya mengandalkan penyedia jasa untuk membuat administrasi proyek seperti
laporan kemajuan proyek (laporan harian, laporan mingguan maupun laporan
bulan), permohonan bahan, permohonan job mix formula

sehingga sangat

menggangu jalannya proyek. Hal lainnya adalah tidak siapnya kontraktor


kualifikasi kecil dalam hal permodalan, yang hanya mengandalkan uang muka
proyek untuk memulai pekerjaaan di lapangan.

17

Karakteristik proyek konstruksi yang dinamis memerlukan proses


pengelolaan proyek yang baik yaitu pengelolaan, pengalokasian, dan
penjadwalan sumberdaya dalam proyek untuk mencapai sasaran yang dituju
yaitu tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu hasil. Perencanaan dan
pengendalian yang baik, belum menjamin terwujudnya sasaran proyek, selalu
terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Proyek
konstruksi sangat penuh risiko, baik risiko finansial maupun risiko manajerial,
risiko finansial berkaitan dengan kegagalan perusahan dalam merealisasikan
rencana finansial yang telah ditetapkan dan risiko manajerial adalah kegagalan
impinan dalam mengelola perusahan, yang pada akhirnya diukur dengan
kegagalan finansial. Risiko ini terjadi karena keadaan masa akan datang penuh
dengan ketidakpastian.(Mahadi, 2009)
Keberhasilan proyek konstruksi pada proyek pemerintah tidak hanya
dilihat dari ketepatan biaya, waktu dan mutu, tetapi juga dilihat dari ada
tidaknya temuan dan penyimpangan proyek setelah dilakukan pemeriksaan
oleh instansi pemeriksa seperti Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
dan instansi pemeriksa lainnya. Temuan pada proyek akan menimbulkan biaya
baru bagi penyedia jasa, karena harus mengembalikan sejumlah dana sebagai
akibat dari penyimpangan proyek. Penguna jasa, dalam hal ini direksi proyek
yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK), dan Pengawas berisiko untuk mendapatkan sanksi pelanggaran
disiplin kerja akibat penyimpangan proyek.

18

Penyebab umum terjadinya temuan adalah perbedaan kondisi lokasi


dengan perencanaan, perubahan desain, kelebihan pembayaran, perbedaan
spesifikasi, pemeriksaan yang tidak memperdulikan jenis kontrak, dan mutu
pekerjaan tidak baik. Semua penyebab risiko temuan ini berpengaruh terhadap
biaya proyek dan berisiko dapat merugikan negaraatau Pemerintah Daerah.
Harian Balipost, edisi Selasa, 07 Juli 2009 memberitakan bahwa Kepala
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Bali I Gede Kastawa mengatakan
dari pemeriksaan administrasi oleh BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Jembrana TA 2008, BPK RI memberikan opini Disclaimer atau
Tidak Memberikan Pendapat. Terkait dengan pemeriksaan atas laporan
keuangan tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH)
Kabupaten Jembrana yang saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum (PU)
berindikasi menimbulkan kerugian daerah atas kekurangan volume pekerjaan
senilai Rp 377,45 juta.
Hal ini tentunya bertolak belakang dengan tujuan diterbitkannya Undangundang No. 18 Tahun 1999 yang mengharapkan akan tumbuh dan berkembangnya
usaha jasa konstruksi yang mempunyai daya saing dan hasil pekerjan konstruksi
yang berkualitas dan mampu berfungsi sesuai dengan perencanaan.
Kondisi yang terjadi di Kabupaten Jembrana khususnya pada perusahaan jasa
konstruksi kualifikasi kecil kemungkinan disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor internal kontraktor itu sendiri seperti permodalan, manajemen.

19

Faktor ini memberikan pengaruh terhadap kemampuan kontraktor dalam


penyediaan sarana dan prasarana termasuk penyediaan sumber daya manusia
yang terampil.
2. Faktor ekternal seperti regulasi pemerintah, jumlah proyek, jumlah kontraktor.
Hal ini dapat dilihat dari fakta yang terjadi di lapangan dengan peningkatan
jumlah perusahaan jasa konstruksi dari tahun ke tahun, yang disebabkan dengan
semakin mudahnya persyaratan untuk mendirikan suatu usaha jasa konstruksi
khususnya yang berkualifikasi kecil.
Peningkatan ini ternyata belum diikuti dengan peningkatan jumlah proyek
yang hanya mengandalkan proyek pemerintah saja, yang tentunya sangat
tergantung dari ketersediaan anggaran pemerintah. Data yang ada pada Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana menunjukkan pada tahun 2009 dari tiga
bidang yang ada yaitu bidang cipta karya, bidang bina marga, dan bidang
pengairan jumlah proyek dengan nilai dibawah Rp. 1 Milyar berjumlah 84 buah
sedangkan jumlah pengusaha jasa konstruksi dengan kualifikasi kecil yang
terregistrasi di Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi berjumlah 148 buah.
Kesenjangan antara jumlah proyek dengan jumlah usaha jasa konstruksi yang
tidak seimbang tentunya akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak
sehat antara perusahaan jasa konstruksi itu sendiri. Akibatnya, untuk mendapatkan
margin keuntungan yang diinginkan maka kualitas pekerjaan akan dikorbankan.
Hal ini tentunya akan melemahkan daya saing usaha jasa konstruksi itu sendiri
dan menjadi tidak sejalan dengan tujuan dari terbitnya UU No.18 tahun 1999 yaitu
memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk

20

mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil
pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Disisi lain, kesadaran masyarakat akan
manfaat dan arti penting jasa konstruksi masih perlu ditumbuhkembangkan agar
mampu mendukung terwujudnya ketertiban dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi secara optimal.
Sejalan dengan meningkatnya persaingan, maka menuntut pengusaha jasa
konstruksi di Kabupaten Jembrana untuk selalu meningkatkan kualifikasi dan
kinerjanya, mengingat persaingan dan banyaknya pesaing yang ada, baik lokal
(Kabupaten Jembrana dan Bali) maupun dari luar daerah yang sudah tentu
memiliki kemampuan dan fasilitas jauh diatas kekemampuan yang dimiliki oleh
pengusaha jasa konstruksi lokal.
Melihat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk meneliti karakteristik dan
kinerja pengusaha jasa konstruksi dalam mengembangkan usahanya serta
meningkatkan daya saing di pasaran lokal maupun luar daerah yang dapat
memenuhi keinginan masyarakat pengguna jasa konstruksi tanpa mengabaikan
aturan-aturan dan etika yang ada sehingga mampu untuk bersaing saat ini dan
dimasa yang akan datang.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan dalam penelitian ini yaitu :


1. Bagaimana karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di
Kabupaten Jembrana tahun 2009 terhadap syarat-syarat dasar yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa

21

Konstruksi serta Peraturan Lembaga Lembaga Pengembangan Jasa


Konstruksi Nomor 11a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa
Pelaksana Konstruksi ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari pengusaha jasa konstruksi
kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana Tahun 2009 ?
3. Bagaimana hubungan karakteristik dengan kinerja pengusaha jasa
pelaksana konstruksi kualifikasi kecil ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada pengusaha jasa
konstruksi untuk jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan kualifikasi kecil
yang ada di Kabupaten Jembrana pada tahun 2009.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat disampaikan
tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk menganalisa karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi
kecil di Kabupaten Jembrana terhadap syarat-syarat dasar yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi serta Peraturan Lembaga Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nomor 11a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa
Pelaksana Konstruksi.
2. Untuk menganalisa Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja dari
pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana tahun
2009.

22

3. Untuk menganalisa hubungan karakteristik dengan kinerja pengusaha jasa


pelaksana konstruksi kualifikasi kecil.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pengambil kebijakan (pemerintah, lembaga pengembangan profesi dan
organisasi profesi) dalam mengeluarkan suatu kebijakan atau regulasi sehingga
dapat meningkatkan kinerja dan daya saing pengusaha jasa konstruksi kualifikasi
kecil serta dapat bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan bagi penelitianpenelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan sumber daya manusia
dan dapat memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang diharapkan
menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan jasa konstruksi di
Kabupaten Jembrana khususnya mengenai karakteristik perusahaan sehingga
mampu meningkatkan daya saing dan kinerja sesuai dengan keinginan masyarakat
dalam upaya menghadapi persaingan global.

23

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jasa Konstruksi


2.1.1 Pengertian Jasa Konstruksi
Menurut Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Jasa
konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi. Sedangkan pekerjaan konstruksi adalah
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya.
Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Nomor
: 75/KPTS/LPJK/D/X/2002 mendifinisikan jasa konstruksi sebagai layanan jasa
konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi yang disediakan oleh perencana
konstruksi dan/atau layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
disediakan oleh pelaksana konstruksi dan/atau layanan jasa konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi yang disediakan oleh pengawas konstruksi.
Sedangkan Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian dari rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang menyangkut
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, masingmasing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bentuk bangunan atau
bentuk fisik lainnya.

24

Sedangkan menurut PerLem LPJK No : 11a Tahun 2008 memberikan definisi


Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang
menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan
menurut bentuk usaha, klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi
2.1.2 Penggolongan Jasa Konstruksi
Berdasarkan Keputusan Dewan Lembaga pengembangna Jasa Konstruksi
Nasional Nomor : 75/KPTS/LPJK/D/X/2002 tentang Pedoman Sertifikasi dan
Registrasi Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional, maka Badan Usaha
Jasa Pelaksana Konstruksi Nasional dibagi dalam tiga golongan yaitu Golongan
Besar, Golongan Menengah, dan Golongan Kecil, yang digolongkan berdasarkan
modal kerja yang berasal dari modal setor atau kekayaan yang dimiliki, dengan
keketentuan sebagai berikut :
1. Badan Usaha Golongan Kecil memiliki modal kerja setinggi-tingginya Rp. 1
Milyar.
2. Badan Usaha Golongan Menengah memiliki modal kerja lebih dari Rp. 1
Milyar sampai dengan Rp. 10 Milyar.
3. Badan Usaha Golongan Besar memiliki modal usaha di atas Rp. 10 Milyar
4. Untuk badan usaha golongan menengah dan golongan besar harus berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) serta telah disahkan oleh menteri terkait.
2.1.3 Kualifikasi Jasa Konstruksi
Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Nasional didasarkan pada
tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usahanya yang ditinjau dari :

25

1. Aspek Penanggung Jawab Badan Usaha atau Prinsipal (PJBUP), yaitu


Direktur Utama atau anggota Direksi atau Pimpinan Badan Usaha untuk
Kantor

Pusat

dan

Kepala

Cabang/Perwakilan

untuk

Kantor

Cabang/Perwakilan yang bertanggung jawab atas berjalannya operasional


Badan Usaha.
2. Pemilikan Tenaga Inti sebagai Penanggung jawab Teknik Badan Usaha
(PJTBU), yaitu tenaga ahli/terampil inti yang diangkat oleh Pimpinan Badan
Usaha untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan seluruh pekerjaan
teknik yang dilakukan oleh Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan usaha
yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan
Penanggung jawab Bidang/Sub Bidang (PJSB), yaitu tenaga ahli/terampil inti
yang memiliki sertifikat tenaga ahli/terampil dari asosiasi profesi/institusi
pendidikan dan pelatihan dan diangkat oleh Pimpinan Badan Usaha untuk
bertanggung

jawab

atas

penyelenggaran

pekerjaan

teknik

di

Bidang/Subbidang Pekerjaan Konstruksi dan untuk memenuhi persyaratan


usaha yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional.
3. Tenaga teknik pendukung sebagaimana yang dipersyaratkan, adalah Tenaga
Ahli Inti yang terdiri atas Tenaga Ahli dan atau Tenaga Terampil dibidang
teknik yang harus ada pada suatu Badan Usaha untuk memenuhi persyaratan
klasifikasi dan kualifikasi pada bidang dan sub bidang pekerjaan konstruksi
yang ditetapkan oleh Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional.

26

Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksanan


Konstruksi Nasional terdiri atas :
1. Badan Usaha Kualifikasi Kecil, yang memenuhi persyaratan memiliki seorang
penanggung jawab teknik badan usaha yang dapat merangkap sebagai
penanggung jawab Bidang atau merangkap sebagai tenaga teknik pendukung,
diberi :
a. Kualifikasi K3, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan
pekerjaan konstruksi sampai nilai Rp. 100 juta.
b. Kualifikasi K2, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan
pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 100 juta sampai dengan nilai Rp. 400
juta.
c. Kualifikasi K1, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan
pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 400 juta sampai dengan nilai Rp.
1 Milyar.
2. Badan Usaha Kualifikasi Menengah, memenuhi persyaratan memiliki seorang
penanggung jawab teknik badan usaha dan penanggung jawab bidang untuk
setiap bidang pekerjaan ditambah sejumlah tenaga ahli inti sebagai tenaga
teknik pendukung, diberi :
a. Kualifikasi M2, bagi yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan kosntruksi lebih dari nilai Rp. 1 Milyar sampai dengan Rp. 3
Milyar.

27

b. Kualifikasi M1, bagi yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan


pekerjaan konstruksi lebih dari nilai Rp. 3 Milyar sampai dengan nilai Rp.
10 Milyar.
3. Badan Usaha Kualifikasi Besar, yang memenuhi persyaratan memiliki seorang
penggung jawab teknik badan usaha dan seorang penaggung jawab bidang/sub
bidang masing-masing untuk setiap bidang/sub bidang sesuai bidang/sub
bidang pekerjaan dalam kualifikasinya, sejumlah tenaga ahli inti sebagai
tenaga teknik pendukung sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam
persyaratan klasifikasi dan kualifikasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi,
diberi kualifikasi B, bagi yang mempunyai kompetensi melaksanakan
pekerjaan konstruksi lebih dari Rp. 10 Milyar.
Sedangkan menurut PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 Penggolongan
kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan
usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan
berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau
kriteria besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya dalam Gred sebagai
berikut :
a. Kualifikasi usaha besar, berupa :
Gred 7
Gred 6
b. Kualifikasi usaha menengah, berupa :
Gred 5

28

c. Kualifikasi usaha kecil, berupa :


Gred 4
Gred 3
Gred 2
Gred 1 (usaha orang perseorangan)
2.1.4 Klasifikasi Jasa Konstruksi
Klasifikasi usaha untuk badan usaha jasa pelaksana konstruksi adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
NO

KODE

BIDANG/SUB BIDANG

1
2
3
4
5

21001
21002
21003
21004
21005

21006

7
8

21007
21101

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

21102
21103
21201
21202
21301
22001
22002
22003
22004
22005
22006
22007
22008
22009
22010

Perumahan tunggal dan koppel, termasuk perawatannya


Perumahan multi hunian, termasuk perawatannya
Bangunan pergudangan dan industri, termasuk perawatannya
Bangunan komersial, termasuk perawatannya
Bangunan-bangunan non perumahan lainnya, termasuk
perawatannya
Fasilitas pelatihan sport diluar gedung, fasilitas rekreasi, termasuk
perawatannya
Pertamanan, termasuk perawatannya
Pekerjaan pemasangan instalasi asesori bangunan, termasuk
perawatannya
Pekerjaan dinding dan jendela kaca, termasuk perawatannya
Pekerjaan interior, termasuk perawatannya
Pekerjaan kayu
Pekerjaan logam
Perawatan Gedung / Bangunan
Jalan raya, jalan lingkungan, termasuk perawatannya
Jalan kereta api, termasuk perawatannya
Lapangan terbang dan runway, termasuk perawatannya
Jembatan, termasuk perawatannya
Jalan layang, termasuk perawatannya
Terowongan, termasuk perawatannya
Jalan bawah tanah, termasuk perawatannya
Pelabuhan atau dermaga, termasuk perawatannya
Drainase Kota, termasuk perawatannya
Bendung, termasuk perawatannya

29

Lanjutan Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi


23
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

22011
22012
22013
22014
22101
22102
22103
22201
22202
22203
22204
22205
22206
22207
22208
22301
23001

41
42
53
44
45
46

23002
23003
23004
23005
23006
23007

47

23008

48

23009

49

23010

50
51
52

23011
24001
24002

53

24003

54

24004

55

24005

56

24006

57

24007

58

24008

Irigasi dan Drainase, termasuk perawatannya


Persungaian Rawa dan Pantai, termasuk perawatannya
Bendungan, termasuk perawatannya
Pengerukan dan Pengurugan, termasuk perawatannya
Pekerjaan penghancuran
Pekerjaan penyiapan dan pengupasan lahan
Pekerjaan penggalian dan pemindahan tanah
Pekerjaan pemancangan
Pekerjaan pelaksanaan pondasi, termasuk untuk perbaikannya
Pekerjaan kerangka konstruksi atap, termasuk perawatannya
Pekerjaan atap dan kedap air, termasuk perawatannya Pekerjaan
pembetonan
Pekerjaan konstruksi baja, termasuk perawatannya
Pekerjaan pemasangan perancah pembetonan
Pekerjaan pelaksana khusus lainnya
Pekerjaan pengaspalan, termasuk perawatannya
Instalasi pemanasan, ventilasi udara dan AC dalam bangunan,
termasuk perawatannya
Perpipaan air dalam bangunan, termasuk perawatannya
Instalasi pipa gas dalam bangunan, termasuk perawatannya
Insulasi dalam bangunan, termasuk perawatannya
Instalasi lift dan escalator, termasuk perawatannya
Pertambangan dan manufaktur, termasuk perawatannya
Instalasi thermal, bertekanan, minyak, gas, geothermal (Pekerjaan
Rekayasa), termasuk perawatannya
Konstruksi alat angkut dan alat angkat (Pekerjaan Rekayasa),
termasuk perawatannya
Konstruksi perpipaan minyak, gas dan energi (Pekerjaan
Rekayasa), termasuk perawatannya
Fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas (Pekerjaan
Rekayasa), termasuk perawatannya
Jasa penyedia peralatan kerja konstruksi
Pembangkit tenaga listrik semua daya, termasuk perawatannya
Pembangkit tenaga listrik dengan daya maksimal 10 MW / unit,
termasuk perawatannya
Pembangkit tenaga listrik energi baru dan terbarukan, termasuk
perawatannya
Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan tinggi dan ekstra
tegangan tinggi, termasuk perawatannya
Jaringan transmisi telekomunikasi dan atau telepon, termasuk
perawatannya
Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah, termasuk
perawatannya
Jaringan distribusi tenaga listrik tegangan rendah, termasuk
perawatannya
Jaringan distribusi telekomunikasi dan atau telepon, termasuk

30

Lanjutan Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi


59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

24009
24010
24011
25001
25002
25003
25004
25005
25006
25007

perawatannya
Instalasi kontrol dan instrumentasi, termasuk perawatannya
Instalasi listrik gedung dan pabrik, termasuk perawatannya
Instalasi listrik lainnya, termasuk perawatannya
Perpipaan minyak, termasuk perawatannya
Perpipaan gas, termasuk perawatannya
Perpipaan air bersih / limbah, termasuk perawatannya
Pengolahan air bersih, termasuk perawatannya
Instalasi pengolahan limbah, termasuk perawatannya
Pekerjaan pengeboran air tanah, termasuk perawatannya
Reboisasi / Penghijauan, termasuk perawatannya

Sumber : LPJK, 2010 (http//: www.lpjk.org.id)

2.1.5 Karakteristik Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi


Kemampuan suatu organisasi perusahaan dalam menentukan posisi meraih
kesuksesan tergantung dari pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki
sebagai keunggulan kompetitif dalam meningkatkan daya saing. Karakteristik
suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan
persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan bentuk badan
usaha (Alwi, 2000). Menurut Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008,
diterangkan bahwa karakteristik jasa pelaksana pekerjaan konstruksi berkaitan
dengan kualifikasi bentuk badan usaha.
Dalam Surat Keputusan LPJK Nomor 11a Tahun 2008, dijelaskan beberapa
pengertian penting :
1. Kualifikasi merupakan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut
tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha yang dijalankan.
2. SBU adalah sertifikat badan usaha yaitu wujud registrasi sebagai tanda bukti
pengakuan atas penetapan klasifikasi atau kualifikasi badan usaha.

31

3. NRBU adalah nomor registrasi badan usaha yang diberikan oleh Badan
Pelaksana Registrasi Badan Usaha/BPRU, yang dicantumkan pada Sertifikat
Badan Usaha/SBU
4. Usaha jasa konstruksi adalah usaha yang bergerak dibidang jasa konstruksi
mencakup jenis usaha, kalsifikasi, dan kualifikasi usaha jasa konstruksi.
5. Gred merupakan suatu bentuk penggolongan kualifikasi usaha jasa pelaksana
konstruksi, yang terdiri dari :
a. Gred 1, untuk kualifikasi usaha perseorangan atau kecil
b. Gred 2, 3, 4, untuk kualifikasi usaha kecil.
c. Gred 5, untuk kualifikasi usaha menengah.
d. Gred 6, untuk kualifikasi usaha besar
e. Gred 7, untuk kualifikasi usaha besar termasuk badan usaha asing yang
membuka kantor perwakilan.
Kualifikasi merupakan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi
menurut tingkat/kedalaman/kompetensi dan kemampuan usaha yang dijalankan
dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :
1.

Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan kualifikasi usaha berdasarkan potensi

kemampuan tenaga kerja sebagai keunggulan kompetitif dalam melakukan


pengelolaan usaha. Sumber daya manusia yang digunakan harus memiliki
kualifikasi dan klasifikasi yang sesuai seperti pendidikan, keterampilan kerja,
keahlian kerja serta pengalaman kerja.

32

2.

Kekayaan Bersih
Kekayaan bersih merupakan kemampuan modal keuangan yang digunakan

untuk membiayai pengelolaan perusahaan dan pelaksanaan pekerjaan, juga dapat


digunakan sebagai penilaian atas kemampuan badan usaha dalam menetapkan
kualifikasi perusahaan.
Tabel. 2.2 Kekayaan Bersih Perusahan
No

Gred

Kekayaan Bersih

Tidak disyaratkan

50.000.000 s/d 600.000.000

100.000.000 s/d 800.000.000

400.000.000 s/d 1.000.000.000

1.000.000.000 s/d 10.000.000.000

3.000.000.000 s/d 25.000.000.000

10.000.000.000 s/d tak dibatasi

Sumber : LPJK No. 11a Tahun 2008


3.

Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan


Kemampuan menangani paket pekerjaan merupakan batasan kompetensi

perusahaan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dalam menangani paket


pekerjaan kurun waktu tujuh tahun terakhir. Pengalaman tersebut dapat juga
dilihat dari nilai minimum kumulatif pekerjaan yang diselesaikan dan jumlah
paket pekerjaan yang dapat ditangani pada gred sebelumnya selama kurun waktu
tujuh tahun terakhir.

33

Tabel 2.3 Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan


No

Gred

Jml Paket
Pekerjaan

Batas Nilai satu Pekerjaan


(Rp)

0 s/d 100.000.000

Pengalaman Nilai
Minimal Kumulatif
Pekerjaan
Tidak dipersyaratkan

0 s/d 300.000.000

200.000.000

0 s/d 600.000.000

400.000.000

0 s/d 1.000.000.000

800.000.000

>1.000.000.000 s/d 10.000.000.000

2.500.000.000

>1.000.000.000 s/d 25.000.000.000

12.000.000.000

>1.000.000.000 s/d tak terbatas

32.000.000.000

Sumber : LPJK No. 11a Tahun 2008


4.

Peralatan
Peralatan pada dasarnya merupakan teknologi yang digunakan sebagai

sarana pendukung dalam pelaksanaan operasional pekerjaan. Kriteria dalam


penggunaan teknologi pada pelaksanaan pekerjaan ditentukan berdasarkan
besaran biaya dan volume pekerjaan yang terdiri dari :
a. Badan usaha perseorangan gred 1, 2, dan gred 3 dapat melaksanakan
pekerjaan dengan kriteria teknologi sederhana mencakup pelaksanaan
pekerjaan yang menggunakan alat kerja sederhana dan tidak menggunakan
tenaga ahli.
b. Badan usaha gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi
madya mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan sedikit peralatan
berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli.

34

c. Badan usaha gred 5, gred 6 dan gred 7 dapat melaksanakan pekerjaan dengan
kriteria teknologi tinggi mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan
banyak alat berat dan tenaga ahli yang terampil.
Lebih lanjut dalam PerLem LPJK No.11a Tahun 2008, pasal 14 disebutkan
bahwa Badan Usaha dengan kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 dapat
melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kriteria risiko kecil, berteknologi
sederhana, dan berbiaya kecil.
Yang dimaksud dengan kriteria risiko kecil adalah mencakup
konstruksi

yang

pekerjaan

pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan-konstruksinya

tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Berteknologi


sederhana dimaksudkan adalah pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.
2.2. Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja atau performance sering diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi
kerja. Kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan hasil
kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja
adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yanng telah disusun. Mempunyai hubungan kuat
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan
kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998, dalam Wibowo, 2007). Kinerja
merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja

35

dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi,


motivasi, dan kepentingan.
Menurut Gibson, dkk (1990) kinerja merupakan suatu keberhasilan mencapai
suatu tujuan. Kinerja organisasi merefleksikan suatu pencapaian dari tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan organisasi, baik yang diukur dari visi, misi, tujuan dan
target sasaran. Pencapaian ini tidak terlepas dari individu-individu yang bekerja
dalam organisasi tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepuasan
kerja individu akan mempengaruhi kinerja. Namun ada juga yang berpendapat
sebaliknya bahwa kinerja justru mempengaruhi kepuasan karyawan dalam
organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan
suatu proses kegiatan dalam organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan, visi,
dan misi organisasi, serta menunjukkan hasil yang telah dicapai dalam upaya
tersebut.
2.2.2 Pengukuran Kinerja
Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama
pelaksanaan pekerjaan terhadap penyimpangan dari rencana yang telah
ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang
ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan
(Wibowo,2007).
Sedarmayanti (2007) menguraikan bahwa terlepas dari besar, jenis, sektor atau
spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung tertarik pada pengukuran
kinerja dalam aspek berikut.

36

1. Aspek finansial
Meliputi anggaran suatu organisasi. Karena aspek finansial dapat dianalogikan
sebagai aliran darah dalam tubuh manusia, aspek finansial merupakan aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kinerja.
2. Kepuasan pelanggan
Dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
berkualitas, maka organisasi dituntut untuk terus menerus memberikan
pelayanan berkualitas prima.
3. Operasi bisnis internal
Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh
kegiatan organisasi sudah seirama untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi seperti yang tercantum dalam rencana startegis.
4. Kepuasan karyawan
Karyawan merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, apalagi dalam
organisasi yang banyak melakukan inovasi, peran strategis karyawan sangat
nyata.
5. Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders
Kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan berbagai pihak yang
menaruh kepentingan terhadap keberadaannya. Untuk itu informasi dari
pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan kepuasan dari
stakeholders.
6. Waktu

37

Ukuran waktu merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam desain


pengukuran kinerja. Kita sering membutuhkan informasi untuk pengambilan
keputusan, namun informasi tersebut lambat diterima, kadang sudah tidak
relevan/kadaluarsa.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007), mengemukakan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja, sebagai berikut.
1.

Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan kompetensi yang


dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

2.

Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan


dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3.

Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja.

4.

System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.

5.

Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan


dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Hersey, Blanchard, dan Johnson (dalam Wibowo, 2007) menjelaskan bahwa

ada tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja dan dirumuskan dengan akronim
ACHIEVE, sebagai berikut.
1. A- ability (knowledge dan skill)
2. C- clarity (understanding atau role perception)
3. H- help (organisational support)

38

4. I- incentive (motivation atau willingness)


5. E- evaluation (coaching dan performance feedback)
6. V- validity (valid dan legal personnel practices)
7. E environment (environmental fit)
Mahmudi (2005) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
sebagai berikut.
1. Faktor personal /individu, meliputi : pengetahuan, keterampilam(skill,
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu;
2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
dan keeratan anggota tim;
4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur dalam organisasi;
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Pada sistem penilaian kinerja tradisional, kinerja hanya dikaitkan
dengan faktor personal, namun dalam kenyataannya, kinerja sering dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain di luar faktor personal, seperti sistem, situasi,
kepemimpinan, atau tim. Proses penilaian kinerja individual tersebut harus

39

diperluas dengan penilaian kinerja tim dan efektivitas manajernya. Hal itu karena
yang dilakukan individu merupakan refleksi perilaku anggota grup dan pimpinan
2.2.4 Indikator kinerja
Menurut Sedarmayanti (2007), indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Indikator harus merupakan sesuatu yang akan
dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
tingkat kinerja, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah
kegiatan selesai dan berfungsi. Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan
bahwa kinerja hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan
menunjukkan kemampuan dalam rangka dan /atau menuju tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Hersey, Blanchard, dan Johnson (dalam Wibowo, 2007) menjelaskan bahwa
ada tujuh indikator kinerja, sebagai berikut.
1. Tujuan.
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di
masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukkan ke arah mana
kinerja harus dilakukan.
2. Standar.
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai
3. Umpan balik

40

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur


kemajuan

kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.

Dengan

umpanbalik, dilakukan terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan


perbaikan kinerja.
4. Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan
faktor penunjang untuk pencapaian tujuan.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
7. Peluang
Peluang perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya.
Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya kekurangan
kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan
untuk memenuhi syarat.
2.2.5 Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan
prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Informasi

41

tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses


kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang
diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyatannya banyak organisasi yang
justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi
tentang kinerja dalam organisasinya.
Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bastian (2001) dalam
Syarifuddin & Tangkilisan (2004) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, dan misi organisasi tersebut. Jadi kinerja organisasi tidak hanya
merupakan pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, tapi juga
bagaimana proses yang dialami oleh organisasi tersebut dalam mencapai hasil
sesuai dengan tujuan, visi, dan misi organisasi.
2.2.5.1 Pengukuran kinerja organisasi
Terdapat empat pendekatan berbeda yang dapat dipakai untuk mengukur
kinerja organisasi (Wibowo, 2007), sebagai berikut.
1) A Balanced Scorecard
Merupakan serangkaian ukuran yang memberi manajer puncak pandangan
bisnis yang cepat tetapi komprehensif. Manajer harus melihat bisnis dalam
empat perspektif yaitu customer perspectves, internal perspectives, innovation
and learning perspectives, dan financial perspectives.
2) The European Foundation for Quality Management Model
Terdapat sembilan elemen dalam model ini yaitu:

42

a) kepemimpinan, tentang bagaimana perilaku dan tindakan tim eksekutif dan


semua pemimpin lain memberi inspirasi, mendukung, dan meningkatkan
budaya total quality management;
b) kebijakan dan strategi, tentang bagaiman organisasi memformulasikan,
menyebarkan dan mereview kebijakan dan strategi dan mengubahnya ke
dalam rencana dan tindakan;
c) manajemen sumber daya manusia, tentang bagaimana organisasi
merealisasi potensi sepenuhnya dari segenap sumber daya manusianya;
d) sumber daya, tentang bagaimana organisasi mengelola sumber daya secara
efektif dan efisien;
e) proses, tentang bagaimana organisasi mengidentifikasi, mengelola,
mereview dan memperbaiki prosesnya;
f) kepuasan pelanggan, tentang apa yang dicapai organisasi dalam hubungan
dengan kepuasan pelanggan eksternalnya;
g) kepuasan pekerja, tentang apa yang diperoleh organisasi dalam hubungan
dengan kepuasan orangnya sendiri;
h) dampak pada masyarakat, tentang apa yang dicapai organisasi dalam
memuaskan kebtuhan konsumen dan harapan masyarakat lokal, nasional,
dan internasional;
i) hasil bisnis, tentang apa yang dicapai organisasi dalam hubungannya
dengan sasaran bisnis yang direncanakan dan memuaskan kebutuhan dan
harapan setiap orang dengan kepentingan dalam organisasi.
4. Economic Value Added

43

Terdapat empat ukuran favorit dalam model Economic Value Added ini, yaitu
: addedvalue, market value added, cash flow return on investment ,dan total
shareholder.
5. Traditional Financial Measures
Merupakan ukuran finansial tradisional, yang antara lain termasuk : return on
equity, return on capital employed, earnings per share, price/eraning ratio,
return on sales, assets turnover, overall overheads/sales ratio, profit or sales
or added value per employer, output per employee (produktivitas).
2.2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi
Syafruddin dan Hessel (2004) merangkum dari beberapa sumber mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, sebagai berikut.
Tabel 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi
Perspektif
No

Faktor-faktor

Referensi
/Pendekatan

Tujuan organisasi

Proses

Budaya organisasi

Proses

Sumber daya manusia

Proses

Kepemimpinan

Proses

5
6
7
8

Proses
Proses
Proses
Proses

Koordinasi
Teknologi
Raw materials
Lingkungan
fisik/sarana prasarana
Budaya organisasi

10

Struktur organisasi

Proses

11

Strategi

Metode

Proses

Yuwono
(2002),Atmosoeprato(2001)
Yuwono
(2002),
Susanto
(2000)
Yuwono (2002),Ruky (2001),
Soesilo (2000)
Yuwono
(2002),
Susanto
(2000), Ruky (2001)
Susanto (2000)
Ruky (2001)
Ruky (2001)
Ruky (2001), Soesilo (2000)
Ruky
Atmosoeprato(2001)
Soesilo
Atmosoeprato(2001)
Soesilo (2000),

(2001),
(2000),

44

Lanjutan Tabel 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi


12
13
14
15

Sistem Informasi
Politik
Ekonomi
Sosial

Metode
Sistem
Sistem
Sistem

Soesilo (2000),
Atmosoeprato(2001)
Atmosoeprato(2001)
Atmosoeprato(2001)

Sumber : Syafruddin dan Hessel (2004)


Ada beberapa komponen pokok yang dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan yaitu :
1. Keuangan (Money)
Keuangan berkaitan dengan adanya dukungan modal dalam suatu perusahaan
yang berguna untuk memperlancar program peningkatan kinerja. Menurut
Iman Suharto (1995), bahwa keuangan dalam suatu perusahaan adalah modal
yaitu dana yang disiapkan untuk pendanaan jangka panjang, yang difungsikan
untuk membiayai seluruh aktivitas dan kebutuhan perusahaan dalam
melakukan suatu pekerjaan dan dalam pengelolaan proses manajemen
perusahaan. Sumber pendanaan bagi suatu perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Modal sendiri (equity capital), diperoleh melalui penerbitan saham
baru atau menahan laba dalam kurun waktu tertentu.
b. Modal dari luar, berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang.
2. Tenaga kerja (Manpower)
Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang
ada dalam suatu perusahaan, dengan menilai kemampuan, motivasi, kreatif
dan mampu mnegmbangkan inovasi. Syafarudin Alwi (2001) menjelaskan
bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang kompetitif sebagai

45

suatu keunggulan daya saing yang difungsikan untuk mampu mengantisipasi


perubahan dan melakukan pengelolaan terhadap perubahan secara cepat
sehingga sumber daya manusia pada manajemen organisasi dapat menentukan
tingkat keberhasilan dalam persaingan atau sering disebtu dengan keunggulan
kompetitif.
3. Peralatan dan mesin-mesin (Machines)
Peralatan merupakan modal lain yang harus dimiliki oleh perusahaan sebagai
peningkatan kualitas dan profesionalisme perusahaan yang mengedepankan
teknologi sebagai sumbernya untuk mampu meningkatkan kinerja dan daya
saing perusahaan, disamping menunjukkan kemampuan kualitas serta tingkat
profesionalisme perusahaan yang dimiliki. Dorodjatun Kuntjoro Jakti (2004),
menjelaskan bahwa selain sumber daya manusia, perusahaan harus mampu
memiliki object embodied technology (technopower) yang mengacu pada
teknologi peralatan, perkakas, fasilitas fisik dan lain-lain sebagai penunjang
kegiatan operasional. Disamping itu kesiapan peralatan yang dimiliki akan
menunjukkan faktor finansial perusahaan dan menunjang proses pelaksanaan
proyek. Fandy Tjiptono (2003) berpendapat bahwa, teknologi berupa
peralatan-peralatan penunjang kinerja merupakan penjelmaan secara fisik dari
pengetahuan, dimana teknologi dirancang dengan baik guna memperluas
kemampuan manusia untuk meningkatkan daya saing. Produktifitas dan
kualitas perusahaan sebagian besar dipacu melalui proses adopsi teknologi
yang memberikan dampak positif menuju era globalisasi. Semakin besar dan
semakin canggihnya kemampuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan

46

akan menunjukkan tingginya kemampuan sumber daya manusia yang dipakai


untuk mengoperasikan peralatan tersebut.
4. Material (Materials)
Material merupakan salah satu bagian dari sumber daya perusahaan, yang
ketersediaannya dibutuhkan untuk membantu proses pelaksanaan pekerjaan
sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan perencanaan. Menurut Asiyanto
(2004), kebutuhan material sangat tergantung dari program kerja yang telah
disusun perusahaan, keberhasilan suatu hasil pekerjaan dan kualitasnya akan
ditentukan oleh ketersediaan material atau stok material perusahaan yang
digunakan untuk mendukung dalam proses penyelesaian suatu pekerjaan.
5. Pasar (Market)
Pasar dalam suatu dunia usaha berfungsi untuk menghubungkan manajemen
suatu organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui sebuah informasi,
yang selanjutnya informasi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasi
kesempatan dan permasalahan yang berkaitan dengan pasar dan nantinya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan-keputusan yang akan
diambil. Selain itu menurut Fandy Tjiptono (2004), pasar secara umum
mengandung pengertian bahwa pasar adalah permintaan yang dibuat oleh
sekelompok pembeli potensial atau individu terhadap barang atau jasa.
Keadaan pasar atau tingkat permintaan pasar dalam suatu usaha bisnis akan
memberikan peluang yang besar dalam pengembangan usaha, integritas usaha,
serta memberikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas daya saing

47

perusahaan terhadap produk atau jasa yang mempunyai sumber daya untuk
dipasarkan.
6. Metode (Methods)
Metode sangat berkaitan dengan bagaimana cara mencapai hasil kerja yang
maksimal dalam suatu perusahaan, dengan melakukan pengelolaan terhadap
sumber daya yang ada untuk mendukung peningkatan kinerja perusahaan.
Menurut Iman Suharto (1995), dalam suatu organisasi atau perusahaan
dibutuhkan suatu aspek perencanaan dan pengendalian sumber daya untuk
memudahkan dalam proses dan pengoperasian sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan lebih mudah. Untuk memudahkan
perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan dibutuhkan suatu
sistem yang berbasis teknologi yaitu Sistem Informasi Manajemen (SIM),
terdiri dari perangkat keras dan lunak, yang digunakan untuk mendukung
operasi unit fungsional dalam struktur perusahaan. Sistem ini merupakan
kombinasi personil, kebijakan, prosedur dan sistem (manual atau komputer)
yang membantu terlaksananya kegiatan, pengendalian dan kinerja perusahan.
2.2.5.3 Indikator Kinerja Organisasi
Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan (Bastian, 2001 dalam
Syafruddin & Tangkilisan, 2004) yang telah ditetapkan dalam memperhitungkan
elemen-elemen indikator berikut ini.

48

1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar


organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang
meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator keluaran (outputs) yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik.
3. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
4. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi. Dari
pekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensinya. Sementara itu,
dari segi organisasi dipengaruhi oleh seberapa baik pemimpin memberdayakan
pekerjanya ; bagaimana mereka memberikan penghargaan pada pekerja; dan
bagaimana mereka membantu meningkatkan kemampuan kinerja pekerja melalui
coaching,mentoring, dan counselling.
2.3 Analisis dan Interprestasi Data
2.3.l. Analisis Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
Analisis Karakeristik Perusahaan Jasa Konstruksi adalah suatu penelitian
yang analisis datanya dilaksanakan dengan analisis deskriptif terhadap faktor -

49

faktor yang berhubungan dengan karakeristik perusahaan jasa konstruksi yaitu


personalia/sumber daya manusia (prinsipal, penanggung jawab teknis, dan tanaga
ahli), pembiayaan/keuangan (kemampuan keuangan), proses/pengalaman kerja,
dan peralatan.

Deskripsi dari penelitian ini akan menjelaskan mengenai

karakeristik perusahaan jasa konstruksi yang ada di Kabupaten Jembrana


berdasarkan pada faktor- faktor yang berhubungan dengan karakeristik
perusahaan jasa konstuksi selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan yang disusun
dalam bentuk kuesioner, sehingga dalam pengolahan data akan menghasilkan
tabel statistik deskriptif dan gambar grafik dari setiap variabel yang diteliti.
2.3.2 Analisis Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
Analisis kinerja merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja kontraktor, dengan melakukan suatu
pengukuran yang memiliki skala nilai dari pertanyaan yang disusun dalam suatu
kuisioner. Pengukuran pada dasarnya adalah usaha untuk menilai sesuatu
berdasarkan pada satuan nilai tertentu. Untuk melakukan pengukuran terhadap
kinerja kontraktor dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi variabel
tersebut dengan melakukan penilaian atas faktor keuangan, tenaga kerja,
peralatan, material, pasar, dan terhadap metode yang digunakan dalam
pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu untuk memudahkan
dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja kontraktor, ada beberapa hal yang
dilakukan yaitu:

50

2.3.2.1 Memilih Skala Pengukuran


Penyusunan skala pengukuran menurut Suliyanto (2006), dilakukan untuk
memudahkan dalam pembuatan skala pengukuran pada kuisioner. Ada beberapa
skala pengukuran yang dapat digunakan dalam suatu penelitian diantaranya:
1. Skala Likerts
Skala likerts biasanya digunakan untuk mengukur tanggapan atau respons
seseorang tentang obyek sosial dan banyak pilihan respons yang digunakan,
namun yang paling sering digunakan adalah 5 pilihan respons.
2. Skala Guttman
Skala ini digunakan untuk mendapatkan penegasan, yang terdiri dari dua
alternatif pilihan jawaban, dimana penelitian menginginkan suatu jawaban
yang tegas dari suatu permasalahan yang ditanyakan kepada responden,
dengan skala nilai yaitu nilai 0 dan 1.
3. Skala Semantic Diferensial
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda
tetapi tersusun dari sebuah garis kontinum dimana nilai yang negative terletak
disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan.
4. Skala Rating
Skala ini biasanya digunakan untuk mentransformasikan data kuantitatif
menjadi kualitatif atau mentransformasikan data kualitatif menjadi data
kuantitatif.
Skala untuk menentukan nilai dari suatu pengukuran instrumen menurut
Suliyanto (2006), dapat digunakan satuan nilai pada suatu atribut yang akan

51

diukur, dengan menggunakan beberapa skala yang sesuai bentuk penelitian yang
akan dilakukan, diantaranya:
1.

Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang digunakan untuk memberikan katagori
saja, sehingga memiliki tingkatan paling rendah dalam riset.

2.

Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan, dan memiliki tingkatan lebih tinggi
dibandingkan skala nominal karena tidak menyatakan katagori saja tetapi
sudah dapat menyatakan peringkat.

3.

Skala interval
Skala interval merupakan skala pengukuran yang sudah dapat digunakan
menyatakan peringkat antar tingkatan, yang memiliki kejelasan jarak antar
tingkatan.

4.

Skala rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan.
Untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja

kontraktor, maka dalam penelitian ini skala pengukuran yang dipakai adalah skala
Likerts, dengan tingkat pengukuran adalah menggunakan skala ordinal. Langkahlangkah dalam penyusunan skala Likerts adalah:
a. Menetapkan variabel yang akan diteliti
b. Menentukan indikator-indikator yang dapat mengukur variabel yang diteliti.

52

c. Menurunkan indikator tersebut menjadi daftar pertanyaan (kuisioner).


Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likerts mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, apabila item bernilai
positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat penting, sedangkan apabila
item bernilai negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat tidak penting.
Banyak pilihan respons yang digunakan untuk memberikan skala penilaian
sehingga dapat mengakibatkan kesulitan dalam membedakan pilihan respons yang
satu dengan yang lainnya atau sebaliknya terlalu sedikit sehingga hasilnya kurang
baik. Namun pada skala Likerts pilihan respons yang biasanya digunakan adalah
5 pilihan respons untuk mengukur variabel pada instrumen dari penelitian,yaitu:
Skala/skor 5 = Sangat penting, 4 = Penting, 3 = Cukup penting, 2 = Kurang
penting dan 1 = Tidak penting.
2.3.2.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang ingin
diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua
responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu
menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain.
Pengujian validitas dan reliabilitas juga diperlukan untuk menentukan apakah
hasil suatu penelitian valid dan reliabel sehingga informasi yang diterima dapat
membantu untuk memecahkan masalah yang sebenarnya.

53

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui korelasi item pertanyaan satu


dengan yang lainnya dengan menggunakan rumus korelasi product moment
(Sugiyono,2006).
nXY (X).(Y)
ry =

[nX2 (X)2].[nY2-(Y)2]

..(1)

Dimana :
rxy = koefisien korelasi
x = variabel bebas
y = variabel terikat
n = Jumlah sampel

Besar kecilnya hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam bilangan yang
disebut Koefisien korelasi yang besarnya antara +1

-1, dimana besaran

koefisien korelasi -1 dan + 1 adalah korelasi yang sempurna sedangkan koefisien


korelasi 0 atau mendekati 0 dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang
diuji.
Tabel. 2.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadap Koefisien Korelasi
NO INTERVAL KOEFISIEN
1
0,00 0,199
2
0,20 0,399
3
0,40 0,599
4
0,60 0,799
5
0,80 1,000
Sumber : Sugiyono, 2006

TINGKAT HUBUNGAN
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

54

Menurut Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan


dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir
pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan
nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.
Untuk

pengujian

reliabilitas

dapat

digunakan

pendekatan

dengan

menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut

2.rb
ri =

..(2)
1 + rb

Dimana :
ri = reliabilitas internal
rb = nilai korelasi product moment

Kaidah keputusan adalah jika ri hitung > t tabel berarti reliabel dan apabila
sebaliknya ri hitung < t tabel berarti tidak reliabel
Sugiyono

(2006)

mengemukakan

bahwa

reliabilitas

pada

dasarnya

mengandung pengertian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika
hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil yang
relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen.
Untuk menguji reliabilitas suatu daftar pertanyaan dari sebuah variabel penelitian
digunakan koefisien Cronbachs Alpha. Besarnya koefisien Cronbachs Alpha
menunjukan tingkat reliability daftar pertanyaan tersebut. Menurut Bhuono Agung
Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai

55

Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno
(2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7
dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
2.3.2.3 Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Untuk pengujian faktor-faktor apa yang memberikan pengaruh terhadap
kinerja pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil dipergunakan teknik analisis
faktor. Analisis faktor adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu
proses meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya
sebagai faktor (Santoso, 2006).
Menurut Santoso (2006), tahapan proses analisis faktor yang dilakukan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Memilih variabel yang layak untuk dianalisis faktor
Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang layak
untuk dimasukan dalam analisis selanjutnya Pengujian dilakukan dengan
memasukkan semua variabel yang ada kemudian variabel-variabel tersebut
dikenakan sejumlah pengujian.
Jika

sebuah

variabel

mempunyai

kecendrungan

mengelompok

dan

membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi


yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso,2004). Beberapa pengukuran
yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO (KaiserMeyer-Olkin) dan nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy).
a. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

56

Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO,


nilai tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05
memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel
dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak
digunakan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi
bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan
oleh variabel lainnya sehingga faktor tidak layak digunakan (Hair, 1998).
Sebagai alat ukur jika nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy) dapat
digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA dari masing-masing
variabel harus lebih besar dari 0,5.
b. Nilai MSA (Measures of Sampling Adequacy) adalah untuk menentukan
apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono,
2000). Nilai MSA berkisar 0 sampai I dengan kreteria ( Santoso, 2004) :
(l). MSA = I , variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel lain.
(2). MSA > 0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih
lanjut.
(3). MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut atau dikeluarkan.
2. Susunan Ekstraksi Variabel.
Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi
beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal
Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah faktor dilakukan dengan

57

melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor


dalam menghitung varian dari variabel- variabel yang dianalisis. Nilai eigen
(eigen value) dibawah I tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor
yang terbentuk (Santoso,2004). Setiap kelompok faktor memiliki kemampuan
untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda Kelompok faktor pertama
memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor
kedua dan seterusnya (Wibisono,2000). Atau dengan kata lain, faktor-faktor yang
diekstrasi ( exstracted) sedemikim rupa, menerangkan bahwa faktor pertama
menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli, faktor
kedua menyumbang terbesar kedua, dan begitu seterusnya. ( Supranto,2000).
3. Rotasi Kelompok Faktor
Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks
komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah
kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut
disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok
faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading
factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada komponen ( component
matrixs) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading yang
dihasilkan pada matrik komponen masih kurang jelas dalam menggambarkan
perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk memperjelas
dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen rotasi (Rotated
Component Matrixs).

58

4. Menamakan Faktor
Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan
memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus
dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya
mencerminkan variabel-variabel yang tergabung atau terbentuk didalamnya.
2.3.2.4. Pengujian Hubungan Karakteristik dengan Kinerja
Hubungan karakteristik dengan kinerja merupakan hubungan dua variabel
yang saling terkait dan dapat saling mempengaruhi, oleh karena itu untuk
mengetahui hubungan antar dua variabel tersebut dapat dilakukan suatu pengujian
menggunakan korelasi product moment atau dengan analisis regresi.
Menurut Sugyono (2006), korelasi produk moment merupakan suatu teknik
korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis
hubungan dua variabel. Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel
tersebut atau nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus paling
sederhana yang dapat digunakan menghitung koefisien korelasi berupa
pendekatan koefisien korelasi dua variabel seperti dibawah ini
xy
rxy =

(x2y2)

.(3)

Dimana :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dengan y
x = deviasi rata-rata variabel x = (xi - x )
y = deviasi rata-rata variabel y = (yi y)

59

Pengujian signifikan koefisien korelasi dapat juga menggunakan tabel dengan


kesalahan dalam perhitungan sampel (

: 0,05), yang selanjutnya apabila hasil

perhitungan diperoleh hasil dengan korelasi positif atau harga t hitung untuk
kesalahan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan ( dk ) : 11- 2 lebih besar dari t
tabel, maka dapat dikatakan hubungan antara karakteristik dengan kineria
memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga untuk dapat memberikan
penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut maka dapat berpedoman tabel
interpretasi nilai r (tabel 2.5).
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat,
dimana setiap regresi pasti ada korelasinya tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan
dengan regresi. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi
artara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat, atau hubungan
fungsional. Analisis regresi secara umurn digunakan untuk mengetahui bagaimana
variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau
pedikator, sehingga akan dapat diputuskan apakah naik dan menurunnya variabel
dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel
independen, hal itu dapat dilakukan dengan dua jenis regresi yaitu
1.

Analisis Regresi Linier Sederhana


Secara umum analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis

satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan umum


analisis regresi linier sederhana adalah:
Y' : a + bX (5).(4)

60

Dimana:
Y' : subyek dalam variabel yang diprediksikan
a : harga Y' bila X = 0 (harga konstan)
b : angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen.
X : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis

regresi

linier

berganda

yaitu

didasarkan

pada

hubungan

fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas ( X ) terhadap


variabel terikat ( Y ). Persamaan umurn dari analisis regresi linier berganda adalah
Y' : a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + b4X4+ ......+ bnXn (5)
dimana:
Y'

: subyek dalam variabel yang diprediksikan

b1,b2 b3, b4,... ... bn : koefisien regresi


X1,X2,X3,X4......Xn : variabel bebas

61

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Latar Belakang
Permasalahan

Identifikasi
Permasalahan

Kajian Pustaka

Menentukan Variabel
Penelitian

Menentukan Populasi dan Sampel


Penelitian
Membuat Format
Kuesioner
TIDAK

Uji Validitas dan Reliabilitas


YA
Pengumpulan Data

Pembahasan dan Analisis Data

Simpulan dan Saran

62

3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jembrana, dengan objek penelitian
semua usaha jasa konstruksi yang ada di lima asosiasi profesi yang ada di
Kabupaten Jembrana dan memberikan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dengan kualifikasi kecil.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari pengusaha jasa konstruksi dengan
kualifikasi kecil

dengan mendistribusikan kuesioner serta

data sekunder

bersumber dari web site, buku-buku/literatur serta aturan-aturan yang berkaitan


dengan penelitian ini.
3.3.3 Sumber Data; Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber berupa
populasi dan sampel
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan melakukan interview (wawancara), kuioner (angket), observasi
(pengamatan) dan gabungan ketiganya.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipakai ada teknik
pengumpulan data gabungan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
interview (wawancara), teknik pengumpulan data dengan kuisioner (angket), dan
teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan (observasi).

63

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian karakteristik
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono;2008).
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik
konstruksi dengan kualifikasi kecil

pengusaha jasa

jumlah populasi dapat dilihat pada tabel

berikut :
Tabel. 3.1 Data Kontraktor Kualifikasi Kecil Tahun 2009
Kabupaten Jembrana
Gred
Asosiasi
1

Gapensi

30

42

28

Gapeksindo

Gapeknas

11

16

Aspekindo

Apaksindo

Jumlah

49

61

38

Sumber : LPJK, 2010 (http//: www.lpjk.org.id)


Dalam penelitian ini populasinya adalah semua kontraktor kualifikasi kecil
yang ada di Kabupaten Jembrana yang tergabung dalam lima asosiasi profesi
sebanyak 148 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang pengambilan
sampelnya menggunakan teknik sampling Proportionate Startified Random

64

Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi mempunyai unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
Cara yang dipakai untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, dengan tingkat kesalahan 10 %
sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 97. Semakin kecil tingkat kesalahan
maka jumlah sampel yang diperlukan semakin besar sehingga akan membutuhkan
waktu, tenaga serta dana yang semakin besar pula.
Tabel 3.2 Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan
1 %, 5 % dan 10 %.

Sumber : Sugiyono, 2006

65

Dengan menggunakan tabel diatas maka dapat ditentukan jumlah sampel yang
diperlukan untuk setiap gred kontraktor yaitu
1. Gred 2
49/150 x 97 = 31,68 ~ 32 sampel/responden
2. Gred 3
61/150 x 97 = 39,44 ~ 40 sampel/responden
3. Gred 4
38/150 x 97 = 24,57 ~ 25 sampel/responden
Jumlah

97 sampel/responden

Setelah didapatkan jumlah sampel yang diperlukan maka penentuan


sampel mana yang akan dijadikan responden dilakukan dengan cara pengundian.
Cara ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua
sampel di masing-masing gred untuk menjadi responden.
3.5.1 Populasi dan Sampel untuk penelitian Kinerja
Populasi yang dipilih adalah proyek pada dinas PU Kabupaten Jembrana
tahun anggaran 2009.
Tabel 3.3. Data Populasi Proyek Dinas PU Kab. Jembrana tahun 2009
No

Jenis Proyek

Jumlah

Pembangunan Gedung Kantor

4 Paket

Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Trotoar

3 Paket

Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan (DAK)

9 Paket

Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan (APBD)

7 Paket

Rehabilitasi/Pemeliharaan

12 Paket

Jaringan

66

Lanjutan Tabel 3.3


Irigasi
6

Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air

4 Paket

Bersih
7

Rehabilitasi/Pemeliharaan

Bantaran

2 Paket

Tanggul Sungai
8

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

3 Paket

Pembangunan Fasilitas Umum Pedesaan

7 Paket

Jumlah Total

51 Paket

Sumber : Dinas PU Kab Jembrana,2009


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive
sampling, yaitu penelitian yang didasari atas kemampuan dan pengetahuan serta
pertimbangan tertentu dapat menentukan pilihannya dalam memilih responden
yang diyakini mampu memberikan jawaban pada kuesioner sesuai dengan topik
penelitian ( Sugiono,2007). Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel dalam
penelitian ini sebanyak 40 responden terdiri dari pejabat pembuat komitemen,
pejabat pelaksana teknis kegiatan serta pengawas lapangan yang terlibat dalam
proyek konstruksi.
Tabel 3.4. Responden Kuisioner Penelitian Kinerja
No

Keterangan Responden

Jumlah

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Cipta Karya

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Bina Marga

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bidang Pengairan

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Fasilitas 1


Umum Pedesaan

67
Lanjutan Tabel 3.4
5

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Cipta Karya

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Bina Marga

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Bidang Pengairan

8
9

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pembangunan 1


Fasilitas Umum Pedesaan
Pengawas Kegiatan Bidang Cipta Karya
9

10

Pengawas Kegiatan Bidang Bina Marga

10

11

Pengawas Kegiatan Bidang Pengairan

11

Jumlah

40

Sumber : Dinas PU Kab. Jembrana, 2009


Jumlah responden dari masing-masing bidang tidak sama, hal ini tergantung
dari jumlah staf teknis dibidang tersebut yang menjadi pengawas serta jumlah
kegiatan dibidang tersebut.
3.6 Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel Penelitian Karakteristik
Untuk penelitian tentang karakteristik variabelnya sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia/Personalia
(1)

Penanggung jawab

(2)

Tingkat Pendidikan

(3)

Kesesuaian keahlian dengan jabatan

(4)

Status tenaga kerja/tenaga ahli yang dimiliki

(5)

Jumlah tenaga kerja

(6)

Asal tenaga kerja

b. Kemampuan Keuangan/Pembiayaan

68

(1)

Nilai pekerjaan

(2)

Total kekayaan bersih

c. Pengalaman
(1)

Jumlah pekerjaan yang pernah diambil

(2)

Sertifikat yang dimiliki

(3)

Pengguna jasa yang sering memakai

(4)

Lama pengalaman di bidang konstruksi

(5)

Lokasi pekerjaan yang pernah diambil

(6)

Jenis pekerjaan yang diambil

(7)

Cara mendapatkan pekerjaan

d. Peralatan
(1)

Kepemilikan alat

(2)

Jumlah alat yang dimiliki

(3)

Umur/kondisi

3.6.2 Variabel Penelitian Kinerja


Untuk penelitian kinerja variabelnya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Keuangan
a) Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan
b) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan
c) Besar kecilnya modal dalam perusahaan
d) Adanya pinjaman dari bank
e) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan
2. Faktor Sumber Daya Manusia

69

a) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan


b) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan
c) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan
d) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi
e) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
f) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli
g) Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan
3. Faktor Peralatan
a) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan
b) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek.
c) Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material.
d) Penggunaan internet
4. Faktor Material
a) Pengadaan

material disediakan langsung oleh perusahaan dalam

pelaksanaan proyek
b) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan
c) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan dalam dokumen tender.
5. Faktor Metode Kerja
a) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan
b) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan
c) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan
d) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan

70

e) Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan


f) Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan
g) Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan
h) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil
keputusan
6. Faktor Politik
a) Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
b) Stabilitas keamanan
c) Kepastian hukum
7. Faktor Kepemimpinan
a) Sikap pimpinan kepada staf
b) Motivasi pimpinan terhadap staf
c) Penghargaan terhadap staf yang berprestasi
3.7 Instrument Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena
sosial maupaun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik yang biasanya disebut Instrument
Penelitian (Sugiyono, 2008).
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk
ceklist dengan menggunakan skala Likert. Untuk keperluan analisis kuantitatif,
maka jawaban itu diberi skor sebagai berikut :
1. Setuju/Selalu/sangat positif, diberi skor 5
2. Setuju/Sering/Positif, diberi skor 4

71

3. Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral, diberi skor 3


4. Tidak Setuju/hampir tidak pernah/negatif, diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah, diberi skor 1
Untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan pengukuran terhadap instrumen
penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen penelitian
sebelum dilakukan pengambilan data yang sebenarnya, yaitu:
1. Uji Validitas
Pengujian validitasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
kuesioner yang dibuat merupakan alat yang tepat untuk mengukur apa yang
ingin diukur, dalam hal ini apakah kuesioner sudah cukup dipahami oleh
semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya jawaban yang tidak terlalu
menyimpang dengan rata-rata jawaban responden lain.
Menurut Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir
pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masingmasing butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung
yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.
2. Uji Reliabilitas
Sugiyono

(2006)

mengemukakan

bahwa

reliabilitas

pada

dasarnya

mengandung pengertian sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya


jika hasil pengukuran tersebut dilakukan kembali akan memberikan suatu hasil
yang relatif sama, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas
instrumen. Untuk menguji reliabilitas suatu daftar pertanyaan dari sebuah
variabel penelitian digunakan koefisien Cronbachs Alpha. Besarnya koefisien

72

Cronbachs Alpha menunjukan tingkat reliability daftar pertanyaan tersebut.


Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel dikatakan
reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut
Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8
adalah baik.
Pengujian validitas dan reabilitas hanya dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan
dengan pilihan jawaban yang menggunakan skala Likerts, sedangkan untuk
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak menggunkan skala Likerts hanya
akan dioleh secara deskriptif
3.8 Analisis dan Penyajian Data
Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui
hasil survey serta untuk lebih memudahkan memahami isi data dan lebih
komunikatif, maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat secara formal
berupa deskripsi dari data yang diperoleh pada waktu mengadakan penelitian..
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan suatu analisis data yang diperoleh dengan
teknik angket (Kuesioner) terhadap sampel yang mewakili populasi yang
berfungsi untuk mendiskripsikan atau menggambarkan karakteristik kontraktor
sebagai objek yang diteliti melalui data sampel.

73

2. Analisis Korelasi
Analisis korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
ada/tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Dalam
penelitian ini digunakan analisis korelasi ganda yang merupakan teknik analisis
korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen secara bersamaan.
Dalam penelitian ini analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil
yang ada di Kabupaten Jembrana tahun 2009
3. Analisis Faktor
Teknik ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja pengusaha jas\a konstruksi kualifikasi kecil. Analisis faktor
adalah alat yang digunakan untuk mereduksi data yaitu proses meringkas
sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor
(Santoso, 2006).

74

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil


Karakteristik perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di
Kabupaten Jembrana terdiri dari gred 2, gred 3 dan gred 4. Untuk memudahkan
dalam mendeskripsikan jawaban kuesioner tentang karakteristik perusahaan jasa
konstruksi kualifikasi kecil maka dikelompokan sesuai dengan faktor-faktor yang
berhubungan dengan karakteristik jasa konstruksi kualifikasi kecil seperti faktor
personalia/sumber daya manusia, faktor keuangan, faktor pengalaman kerja, dan
faktor peralatan.
Faktor personalia/sumber daya manusia terdiri dari lima pertanyaan untuk
mengetahui tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha, tingkat pendidikan
penanggungjawab teknik badan usaha, jumlah tenaga kerja, asal tenaga kerja serta
status tenaga ahli yang dipekerjakan.
Faktor keuangan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui nilai paket
pekerjaan tujuh tahun terakhir, kekayaan bersih, dan modal yang dimiliki.
Faktor pengalaman kerja terdiri dari tujuh pertanyaan untuk mengetahui
jumlah paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir, pengguna jasa
yang paling sering memakai jasa perusahaan, lama pengalaman di bidang
konstruksi, lokasi pekerjaan, sub bidang pekerjaan yang sering dikerjakan, sistem
pengadaan dalam memperoleh pekerjaan, dan lingkup wilayah lelang yang diikuti.

75

Faktor peralatan terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui status peralatan
yang dimiliki, jumlah peralatan kerja yang dimiliki dan umur peralatan kerja yang
dimiliki.
4.1.1 Karakteristik Personalia/ Sumber Daya Manusia
4.1.1.1 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Badan Usaha
Untuk tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha masing-masing gred
dapat digambarkan sebagi berikut :

d. Non teknik
6,25%

c. SMU/SMK atau
sederajat
62,50%

a. S1/S2/S3 Teknik
25,00%

b. Diploma Teknik
6,25%

Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 2

d. Non teknik
12,50%

a. S1/S2/S3 Teknik
17,50%
b. Diploma Teknik
0,00%

c. SMU/SMK atau
sederajat
70,00%

Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 3

76

d. Non teknik
8,00%

a. S1/S2/S3 Teknik
24,00%
b. Diploma Teknik
0,00%

c. SMU/SMK atau
sederajat
68,00%

Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan PJBU Gred 4


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Penanggung Jawab Badan Usaha
(PJBU) untuk Gred 2 adalah 62,5 % berlatar belakang pendidikan SMU/SMK
atau sederajat, 25 % berlatar belakang sarjana (S1/S2/S3), sedangkan dengan latar
belakang pendidikan diploma teknik dan non teknik masing-masing sebesar 6,25
%.
Penanggungjawab Badan Usaha untuk Gred 3 yaitu 70 % memiliki latar belakang
SMU/SMK atau sederajat, 17,5 % memiliki latar belakang S1/S2/S3, dan 12,5 %
dengan latar belakang pendidikan non teknik.
Sedangkan Penanggungjawab Badan Usaha untuk gred 4 adalah 68 % memiliki
latar belakang pendidikan SMA/SMK atau sederajat, 24 % memiliki latar
belakang pendidikan S1/S2/S3 serta 8 % dengan latar belakang pendidikan non
teknik.
Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa sebagian besar perusahaan jasa
konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana (67,01%) memiliki

77

penanggung jawab badan usaha (PJBU) dengan latar belakang pendidikan


SMA/SMK atau sederajat
Dalam Perlem LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan pendidikan
minimal bagi penanggungjawab badan usaha tetapi disebutkan bahwa PJBU
adalah pimpinan badan usaha yang ditetapkan sebagai penanggungjawab badan
usaha sedangkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 juga tidak
menyebutkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab badan usaha. Meskipun
tidak disebutkan tentunya orang yang menjadi penanggunjawab badan usaha
merupakan orang yang memiliki kemampuan manajerial tinggi sehingga bisa
memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
4.1.1.2 Tingkat Pendidikan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha
Untuk tingkat pendidikan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU)
untuk Gred 2 adalah 28,13 % berlatar belakang pendidikan SMU/SMK atau
sederajat, 56,25 % berlatar belakang sarjana (S1/S2/S3), sedangkan dengan latar
belakang pendidikan diploma teknik sebesar 6,25 % dan non teknik sebesar 9,38
%.

d. Non teknik
9,38%
c. SMU/SMK atau
sederajat
28,13%

a. S1/S2/S3 T eknik
56,25%

b. Diploma T eknik
6,25%

Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 2

78

d. Non teknik
0,00%

a. S1/S2/S3 Teknik
20,00%

b. Diploma Teknik
5,00%

c. SMU/SMK atau
sederajat
75,00%

Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 3

d. Non teknik
0,00%

a. S1/S2/S3 Teknik
28,00%

b. Diploma Teknik
0,00%

c. SMU/SMK atau
sederajat
72,00%

Gambar 4.6 Tingkat Pendidikan PJTBU Gred 4


Penanggungjawab Teknik Badan Usaha untuk Gred 3 adalah 75 % memiliki latar
belakang SMU/SMK atau sederajat, 20 % memiliki latar belakang S1/S2/S3, dan
5 % dengan latar belakang pendidikan diploma teknik.
Sedangkan Penanggungjawab Teknik Badan Usaha untuk gred 4 yaitu 72 %
memiliki latar belakang pendidikan SMA/SMK atau sederajat, dan 28 % memiliki
latar belakang pendidikan S1/S2/S3.
Dari

uraian

diatas

dapat

dirata-ratakan

bahwa

sebanyak

58,76%

79

penanggungjawab teknik badan usaha perusahaan jasa konstruksi kualifikasi


kecil di Kabupaten Jembrana memiliki latar belakang pendidikan SMU/SMK
atau sederajat. Didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak disebutkan
latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha tetapi hanya
diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja
pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian
kerja. Peraturan Lembaga LPJK No. 11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan
pendidikan minimal bagi penanggungjawab teknik badan usaha tetapi
menyebutkan bahwa PJT (Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli
atau tenaga terampil bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab
dalam hal teknik atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha.
Untuk sertifikat keahlian yang dimiliki oleh PJT , gred 2 menyatakan bahwa
84,38 % penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian
dan keterampilan kerja dan sisanya sebesar 15,63% hanya memiliki sertifikat
keahlian kerja saja.

c. Sertifikat
Keterampilan kerja
0,00%
b. Sertifikat
Keahlian kerja
15,63%

d. T idak memiliki
sertifikat
0,00%

a. Sertifikat
keahlian &
keterampilan kerja
84,38%

Gambar 4.7 sertifikat keahlian PJT gred 2

80

c. Sertifikat
Keterampilan kerja
0,00%
b. Sertifikat Keahlian
kerja
20,00%

d. Tidak memiliki
sertifikat
0,00%

a. Sertifikat keahlian
& keterampilan kerja
80,00%

Gambar 4.8 sertifikat keahlian PJT gred 3


c. Sertifikat
Keterampilan kerja
0,00%

d. Tidak memiliki
sertifikat
0,00%

b. Sertifikat Keahlian
kerja
32,00%
a. Sertifikat keahlian
& keterampilan kerja
68,00%

Gambar 4.9 sertifikat keahlian PJT gred 4


sedangkan perusahaan jasa konstruksi gred 3 menyatakan bahwa 80,00 %
penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian

dan

keterampilan kerja dan sisanya sebesar 20,00% hanya memiliki sertifikat keahlian
kerja saja dan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 menyatakan bahwa 68,00
% penanggungjawab teknik yang dimiliki mempunyai sertifikat keahlian dan

81

keterampilan kerja dan sisanya sebesar 32,00% hanya memiliki sertifikat keahlian
kerja saja.
Dari uraian dan gambar diatas maka dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak
78,35% pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil sudah memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
serta PerLem LPJK No. 11a Tahun 2008 yang mensyaratkan bahwa tenaga kerja
yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi
harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
4.1.1.3 Jumlah Tenaga Kerja
Untuk jumlah tenaga kerja (teknik/non teknik) dapat dijelaskan untuk
perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah 81,25 % memiliki tenaga teknik/non
teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan sisanya sebanyak 18,75 %
memiliki tenaga teknik/non teknik antara lima sampai sepuluh orang.

b. > 5-10 orang


18,75%

c. > 10-15 orang


d. > 15-20 orang 0,00%
e. > 20 orang
0,00%
0,00%

a. 5 orang
81,25%

Gambar 4.10 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 2

82

c. > 10-15 orang


0,00%
b. > 5-10 orang
0,00%

d. > 15-20 orang


0,00%
e. > 20 orang
0,00%

a. 5 orang
100,00%

Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 3

d. > 15-20 orang


0,00%
b. > 5-10 orang
20,00%

c. > 10-15 orang


0,00%

e. > 20 orang
0,00%

a. 5 orang
80,00%

Gambar 4.12 Jumlah Tenaga Kerja (teknik/Non Teknik) Gred 4


Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu 100 % memiliki tenaga teknik/non
teknik sebanyak kurang dari lima orang, sedangkan perusahaan jasa konstruksi
gred 4 adalah 80 % memiliki tenaga teknik/non teknik sebanyak kurang dari lima
orang, dan 20 % lagi memiliki tenaga teknik/non teknik antara lima sampai
sepuluh orang sehingga dapat dirata-ratakan bahwa sebanyak 88,66% perusahaan
jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki tenaga kerja dengan jumlah kurang dari
lima orang.

83

Dalam Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 maupun


Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak disebutkan jumlah minimal
tenaga kerja yang harus dimiliki akan tetapi jumlah yang diperlukan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang diberikan oleh pengguna jasa
4.1.1.4 Asal Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan
Untuk asal tenaga kerja yang diperkerjakan oleh perusahan jasa konstruksi
Gred 2 yaitu 81 % tenaga kerja yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja yang
merupakan warga disekitar lokasi proyek atau tempat perusahaan beralamat
sedangkan sisanya sebanyak 19 % merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas
kabupaten di provinsi Bali.

c. Lintas Pulau
(Sumat era, Jawa dll)
0,00%

b. Lintas
Kabupat en yang
ada di Provinsi Bali
18,75%

d. T enaga Kerja
Asing (WNA)
0,00%

a. Warga di lokasi
perusahaan
beralamat
81,25%

Gambar 4.13 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2


Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 70 % tenaga kerja yang
dipekerjakan merupakan tenaga kerja yang merupakan warga disekitar lokasi
proyek atau tempat perusahaan beralamat sedangkan sisanya sebanyak 30 %
merupakan tenaga kerja yang berasal dari lintas kabupaten di Provinsi Bali

84

b. Lintas Kabupaten
yang ada di Provinsi
Bali
30,00%

c. Lintas Pulau
(Sumatera, Jawa dll)
0,00%

d. T enaga Kerja Asing


(WNA)
0,00%

a. Warga di lokasi
perusahaan beralamat
70,00%

Gambar 4.14 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3

d. T enaga Kerja
Asing (WNA)
0,00%

c. Lint as P ulau
(Sumat era, Jawa dll)
0,00%

b. Lint as Kabupat en
yang ada di Provinsi
Bali
0,00%

a. Warga di lokasi
perusahaan
beralamat
100,00%

Gambar 4.15 Asal Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4


sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4, semua tenaga kerja yang
dipekerjakan berasal dari sekitar lokasi perusahaan/proyek beralamat sehingga
dapat dirata-ratakan bahwa sebagian besar perusahaan jasa konstruksi kualifikasi
kecil (81,44%) tenaga yang dipekerjakan merupakan warga di lokasi perusahaan
tersebut beralamat sedangkan sisanya merupakan tenaga kerja yang berasal dari
luar Kabupaten Jembrana. Hal ini memang tidak dipersyaratkan dalam Undang-

85

undang Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999 maupun Peraturan Lembaga LPJK
No. 11a tahun 2008 tentang syarat-syarat dasar sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan jasa konstrksi kualifikasi kecil ikut mengurangi penggangguran di
Kabupaten Jembrana khususnya dan di provinsi Bali umumnya.
4.1.1.5 Status Tenaga Ahli Yang Dipekerjakan
Untuk status tenaga ahli yang dipekerjakan dapat dijelaskan untuk perusahan
jasa konstruksi Gred 2 adalah sebesar 75% tenaga kerja yang dipekerjakan
merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap sedangkan sisanya
sebanyak 25 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak. Untuk perusahaan
jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 20 % tenaga kerja yang dipekerjakan
merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap sedangkan sisanya
sebanyak 80 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak.

b. Karyawan Tidak
Tetap (Kontrak,
freelance dll)
25,00%

a. Karyawan Tetap
75,00%

Gambar 4.16 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2

86

a. Karyawan T etap
20,00%

b. Karyawan T idak
T etap (Kontrak,
freelance dll)
80,00%

Gambar 4.17 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3

b. Karyawan Tidak
Tetap (Kontrak,
freelance dll)
52,00%

a. Karyawan Tetap
48,00%

Gambar 4.18 Status Tenaga Kerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4


sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 48 % tenaga kerja
yang dipekerjakan merupakan tenaga kerja dengan status karyawan tetap
sedangkan sisanya sebanyak 52 % merupakan tenaga kerja dengan status kontrak.
Dapat dirata-ratakan sebesar 56,64 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil
menggunakan pegawai dengan status kontrak. Dari uraian diatas rata-rata sebesar
54,64 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang ada di Kabupaten
Jembrana memiliki karyawan dengan status karyawan tidak tetap (Kontrak).

87

Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No.
11a tahun 2008 hal ini tidak diatur secara tegas akan tetapi setiap badan usaha
semua kualifikasi harus memilki penaggungjawab teknik sehingga pekerjaan yang
dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Hal ini dilakukan adalah
untuk menekan biaya operasional sehingga perekrutan karyawan dilakukan
dengan sistem kontrak sesuai dengan kebutuhan di proyek dan waktu pelaksanaan
proyek.
4.1.2 Karakteristik Keuangan
4.1.2.1 Nilai Paket Pekerjaan Yang Pernah Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun
Terakhir
Untuk nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh
tahun terakhir dapat dijelaskan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 adalah
sebesar 75% nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu
tujuh tahun terakhir > Rp. 100 juta Rp.400 juta sedangkan sisanya sebanyak 25
% dalam tujuh tahun terakhir pernah mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp.
50 juta Rp. 100 juta

e. > Rp. 1
Milyard
0,00%
d. > Rp. 400 Juta
Rp. 1 Milyard
0,00%

a. 0 Rp. 50
Juta
0,00%

b. > Rp. 50 Juta


Rp. 100 Juta
25,00%

c. > Rp. 100 Juta


Rp.400 Juta
75,00%

Gambar 4.19 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 2

88

e. > Rp. 1 Milyard


0,00%

a. 0 Rp. 50 Juta
0,00%
b. > Rp. 50 Juta
Rp. 100 Juta
10,00%

d. > Rp. 400 Juta


Rp. 1 Milyard
15,00%

c. > Rp. 100 Juta


Rp.400 Juta
75,00%

Gambar 4.20 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 3

a. 0 Rp. 50 Juta
0,00%
e. > Rp. 1 Milyard
0,00%

b. > Rp. 50 Juta


Rp. 100 Juta
0,00%
c. > Rp. 100 Juta
Rp.400 Juta
32,00%

d. > Rp. 400 Juta


Rp. 1 Milyard
68,00%

Gambar 4.21 Nilai Paket Pekerjaan Tujuh Tahun Terakhir Gred 4


Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 yaitu sebesar 75 % dalam tujuh tahun
terakhir pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta, 15
% lagi pernah mengerjakan paket dengan nilai > Rp. 400 juta Rp. 1 Miliyar
sedangkan sisanya sebanyak 10 % pernah mengerjakan paket pekerjaan dalam
tujuh tahun terakhir senilai > Rp. 50 juta Rp. 100 juta, sedangkan untuk
perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 68 % pernah mengerjakan pekerjaan

89

senilai > Rp. 400 juta Rp. 1 miliyar sedangkan sisanya sebanyak 32 % pernah
mengerjakan paket pekerjaan senilai > Rp. 100 juta Rp. 400 juta.
Dari uraian diatas dapat dirata-ratakan bahwa sebesar 63,92 % pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil mengerjakan paket pekerjaan dalam tujuh tahun
terakhir sebesar Rp. 100 juta Rp. 400 juta. hal ini sudah sesuai dengan tujuan
ditertikannya Undang-Undang No. 18 tahun 1999 yaitu untuk mewujudkan
stuktur usaha yang kokoh, andal dan berdaya saing tinggi serta Peraturan
Lembaga LPJK No. 11a Tahun 2008 dimana dari nilai paket pekerjaan dapat
dilihat tingkat kualitas dan daya saing serta kinerja perusahaan tersebut
4.1.2.2 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki Saat Ini
Untuk kekayaan bersih yang dimiliki saat ini oleh perusahan jasa konstruksi
Gred 2 sebanyak 78% memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta
sedangkan sisanya sebanyak 22 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 juta
Rp. 1 miliyar

b. > Rp.
200 Juta
Rp. 1
Milyard
21,88%

c. > Rp. 1
Milyard
0,00%

a. Rp. 50
juta - Rp.
200 Juta
78,13%

Gambar 4.22 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 2

90

Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 sebesar 20 % memiliki kekayaan bersih


antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 200 juta Rp. 1 miliyar.

c. > Rp. 1
Milyard
0,00%

a. Rp. 50 juta Rp. 200 Juta


20,00%

b. > Rp. 200


Juta Rp. 1
Milyard
80,00%

Gambar 4.23 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 3

c.

> Rp. 1
Milyard
0,00%

a. Rp. 50 juta Rp. 200 Juta


28,00%

b. > Rp. 200


Juta Rp. 1
Milyard
72,00%

Gambar 4.24 Kekayaan Bersih Yang Dimiliki oleh Gred 4


Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 28 % memiliki kekayaan bersih
antara Rp. 50 juta - Rp. 200 juta sedangkan sisanya sebanyak 72 % memiliki
kekayaan bersih antara Rp. 200 juta Rp. 1 miliyar.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 58,76 % pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil sudah mempunyai tingkat kemampuan modal yang

91

sesuai dengan Undang-Undang 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No.
11a tahun 2008 yang telah menetapkan besaran kekayaan bersih untuk gred 2
adalah Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 600 juta, untuk gred 3 adalah sebesar Rp.
100 juta sampai dengan Rp. 800 juta dan untuk gred 4 sebesar Rp. 400 juta
sampai dengan Rp. 1 Milyard. Hal ini juga menunjukan bahwa pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil semakin memiliki daya saing serta struktur usaha yang
semakin andal sehingga mampu menghasilkan pekerjaan konstruksi yang
berkualitas.
4.1.2.3 Asal Modal Usaha
Untuk asal modal usaha yang dimiliki yang dimiliki saat ini dapat dijelaskan
untuk perusahan jasa konstruksi Gred 2 yaitu 87,5 % modal yang dimiliki
merupakan modal yang berasal hasil patungan/saham sedangkan sisanya sebanyak
12,5 % modal yang dimiliki merupakan modal sendiri.

c. Kredit dari banka. Modal sendiri


0,00%
12,50%

b. Modal
Patungan/Saham
87,50%

Gambar 4.25 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh Gred 2

92

Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 3 sebesar 20 % modal yang dimiliki


berasal dari kredit bank sedangkan sisanya sebanyak 80 % memiliki modal usaha
yang berasal dari patungan/saham.

c. Kredit dari
bank
20,00%

a. Modal sendiri
0,00%

b. Modal
Patungan/Saham
80,00%

Gambar 4.26 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh oleh Gred 3
Untuk perusahaan jasa konstruksi Gred 4 yaitu sebesar 80 % memiliki modal
usaha yang berasal dari patungan/saham, sebesar 12 % memiliki modal usaha
yang berasal dari modal sendiri sedangkan sisanya sebanyak 8 % modal usaha
yang dimiliki berasal dari kredit bank

c. Kredit dari bank


8,00%

a. Modal sendiri
12,00%

b. Modal
Pat ungan/Saham
80,00%

Gambar 4.27 Asal Modal Usaha Yang Dimiliki oleh Gred 4

93

Dari uraian diatas maka dari 97 pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil
sebanyak 82,47 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil menyatakan bahwa
modal usaha yang dimilki berasal dari modal patungan sedangkan sebanyak 10,31
% menyatakan bahwa modal yang dimilki berasal dari bantuan kredit perbankan.
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 tidak mensyarakan asal modal usaha ttetapi hal ini bisa menunjukkan
bahwa kebijakan-kebijakan di sektor keuangan, khususnya sektor perbankan
belum memberikan kemudahan bagi para pengusaha konstruksi kualifikasi kecil
yang ada di Kabupaten Jembrana untuk memperoleh kredit.
4.1.3 Karakteristik Pengalaman Kerja
4.1.3.1. Jumlah Paket Pekerjaan Yang Dikerjakan Dalam Tujuh Tahun
Terakhir
Untuk paket pekerjaan yang dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir untuk
perusahan jasa konstruksi Gred 2 sebesar 15,63 % mengerjakan satu proyek dalam
kurun tujuh tahun terakhir, 68,75 % mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun
terakhir, 6,25 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 6,25
% mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan
sisanya sebanyak 3,13 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu
tujuh tahun terakhir. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah sebesar 5 %
mengerjakan tiga proyek dalam tujuh tahun terakhir, 5 % mengerjakan lima
proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 5 % mengerjakan tujuh proyek dalam
kurun waktu tujuh tahun terakhir sedangkan sisanya sebanyak 85 % mengerjakan
lebih dari tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.

94

d. 9 proyek
6,25%

e. > 9 proyek
3,13%
a. 3 proyek
15,63%

c. 7 proyek
6,25%

b. 5 proyek
68,75%

Gambar 4.28 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 2

a . 3 pr oye k
0,00%

b. 5 pr oye k
5,00%

c . 7 pr oye k
5,00%

d. 9 pr oye k
5,00%

e . >9 pr oye k
85,00%

Gambar 4.29 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 3
a. 3 proyek
16,00%
b. 5 proyek
8,00%
e. > 9 proyek
52,00%

c. 7 proyek
12,00%
d. 9 proyek
12,00%

Gambar 4.30 Jumlah Paket Yang Dikerjakan dalam tujuh tahun terakhir oleh
Gred 4

95

Sedangkan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 16 % mengerjakan


satu proyek dalam kurun tujuh tahun terakhir, 8 % mengerjakan tiga proyek dalam
tujuh tahun terakhir, 12 % mengerjakan lima proyek dalam kurun tujuh tahun
terakhir, 12 % mengerjakan tujuh proyek dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir
sedangkan sisanya sebanyak 52 % mengerjakan lebih dari tujuh proyek dalam
kurun waktu tujuh tahun terakhir.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 49,48 % dari 97
pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang dijadikan sampel menyatakan
dalam tujuh tahun terakhir mengerjakan paket pekerjaan lebih dari sembilan peket
pekerjaan sehingga hal ini sudah memenuhi peraturan lembaga LPJK No.11a
Tahun 2008 yang mensyaratkan bahwa untuk pengusaha jasa konstruksi
kualifikasi kecil jumlah paket pekerjaan yang harus dikerjakan minimal tiga
proyek dalam tujuh tahun terakhir. Ini menunjukakan bahwa pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil sudah mampu bersaing dan mempunyai kinerja yang
baik dalam penyelenggaran jasa konstruksi.
4.1.3.2. Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan
Pengguna Jasa Yang Sering Memakai Jasa Perusahaan untuk perusahan jasa
konstruksi Gred 2 sebanyak 100 % pengguna jasa yang menggunkan jasa
perusahaan adalah pemerintah. Untuk perusahan jasa konstruksi Gred 3 adalah
sebesar 5 % yang sering menggunakan jasa perusahaan adalah pihak swasta
sedangkan sisanya sebanyak 95 % yang sering memakai jasa perusahaan adalah
pihak pemerintah, sedangkan untuk perusahan jasa konstruksi Gred 4 sebesar 100
% yang sering menggunakan jasa perusahaan adalah pihak pemerintah.

96

b . Perus ahaan
s was ta (lo kal/as ing )
0 ,0 0 %

a. Pero rang an
0 ,0 0 %

c. Pemerintah
10 0 ,0 0 %

Gambar 4.31 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 2

a. Perorangan
0,00%

b. Perusahaan
swasta (lokal/asing)
5,00%

c. Pemerintah
95,00%

Gambar 4.32 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 3

b. Perusahaan
swast a
(lokal/asing)
0,00%

a. P erorangan
0,00%

c. Pemerint ah
100,00%

Gambar 4.33 Pengguna Jasa Yang Sering MenggunakanJasa Perusahaan Gred 4

97

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 97,94 % dari 97


pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil yang dijadikan sampel menyatakan
pengguna jasa yang paling sering menggunakan jasa adalah pemerintah. Hal ini
tidak dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan
Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tetapi ini menunjukan bahwa pengusaha jasa
konstruksi kualifikasi kecil dalam mendapatkan pekerjaan masih sangat
tergantung dari proyek pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Jembrana, yang sudah tentu jumlah proyek sangat tergantung dari kemampuan
keuangan daerah.
4.1.3.3. Lama Pengalaman Perusahaan Di Bidang Konstruksi
Untuk lama pengalaman perusahaan di bidang konstruksi dapat dijelaskan
bahwa 75 % perusahaan jasa konstruksi Gred 2 memiliki pengalaman 0-5 tahun
dan 25 % memiliki pengalaman > 5-10 tahun. Untuk perusahan jasa konstruksi
Gred 3 adalah 70 % memiliki pengalaman di bidang konstruksi selama 0-5 tahun,
12,5 % memiliki pengalaman >5-10 tahun, 12,5 % memiliki pengalaman di
bidang konstruksi >10-15 tahun dan 5 % memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun

b. > 5 10 tahun
25,00%

c. > 10 15 tahun
0,00%

d. > 15 tahun
0,00%

a. 0 5 tahun
75,00%

Gambar 4.34 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 2

98

c. > 10 15
tahun
12,50%

d. > 15 tahun
5,00%

b. > 5 10
tahun
12,50%
a. 0 5 tahun
70,00%

Gambar 4.35 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 3

d. > 15 tahun
28,00%

a. 0 5 tahun
8,00%

b. > 5 10 tahun
40,00%
c. > 10 15 tahun
24,00%

Gambar 4.36 Lama Pengalaman Perusahaan di Bidang Konstruksi untuk Gred 4


sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 8 % memiliki
pengalaman di bidang konstruksi selama 0-5 tahun, 40 % memiliki pengalaman di
bidang konstruksi selama >5-10 tahun, 24 % memiliki pengalaman di bidang
konstruksi selama > 10-15 tahun sedangkan sisanya 28 % menyatakan memiliki
pengalaman selama > 15 tahun.
Dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK
No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan.

99

4.1.3.4. Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani

b. Prov. Bali
0,00%

c. Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.37 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 2

b. Prov. Bali
0,00%

c. Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.38 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 3

b. Prov. Bali
0,00%

c. Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.39 Lokasi Pekerjaan Yang Sering Ditangani oleh Perusahaan Jasa
Konstruksi Gred 4

100

Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa
konstruksi (Gred 2, Gred 3 dan Gred 4) mengambil pekerjaan yang berlokasi di
Kabupaten Jembrana khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya. Dalam
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa
pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau
bersaing keluar dari Kabupaten Jembrana.
4.1.3.6 Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan
Untuk perusahan Jasa Kosntruksi Gred 2 sebanyak 25% menyatakan paling
sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang perumahan, sebanyak 18,75%
menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung,
sebanyak 3,13% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub
bidang jembatan, sebanyak 21,88% menyatakan paling sering mengerjakan
pekerjaan dengan sub bidang jalan, sebanyak 12,50% menyatakan paling sering
mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang landscape/pertamanan serta sebanyak
18,75% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang
pengairan/irigasi.

f . Pengair an/ Ir igasi


18,75%

a. Per umahan
25,00%

e.
Landscape/ Per tamana
n
b. Gedung

12,50%
d. Jalan

c. Jembatan

21,88%

3,13%

18,75%

Gambar 4.40 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 2

101

f.
Pengairan/Irigasi
e.
17,50%
Landscape/Perta
manan
2,50%

a. Perumahan
5,00%

d. Jalan
22,50%

b. Gedung
50,00%

c. Jembatan
2,50%

Gambar 4.41 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 3
Untuk Gred 3 sebanyak 5% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan
dengan sub bidang perumahan, sebanyak 50% menyatakan paling sering
mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung,

sebanyak 2,5% menyatakan

paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak


22,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang
jalan, sebanyak 2,50% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan
sub bidang landscape/pertamanan serta sebanyak 17,50% menyatakan paling
sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang pengairan/irigasi.

e.
Landscape/Pertamanan
8,00%

d. Jalan
32,00%

f. Pengairan/Irigasi
8,00%

a. Perumahan
8,00%
b. Gedung
32,00%

c. Jembatan
12,00%

Gambar 4.42 Sub Bidang Layanan Yang Paling Sering Ditangani oleh Gred 4

102

Untuk Gred 4 sebanyak 8% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan


dengan sub bidang perumahan, sebanyak 32% menyatakan paling sering
mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang gedung,

sebanyak 12% menyatakan

paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jembatan, sebanyak 32%
menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang jalan,
sebanyak 8% menyatakan paling sering mengerjakan pekerjaan dengan sub
bidang landscape/pertamanan serta sebanyak 8% menyatakan paling sering
mengerjakan pekerjaan dengan sub bidang pengairan/irigasi.
Dari uraian diatas maka dari 97 perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil
paling banyak menyatakan sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering
dikerjakan adalah sub bidang pekerjaan gedung yaitu sebanyak 35,05 %
sedangkan sub bidang terbanyak berikutnya adalah sub bidang jalan sebanyak
24,74 %. Ini dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan
Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan .
4.1.3.7. Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh
Pekerjaan
Untuk sistem lelang/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan
Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2
sebesar 3,13 % memperoleh pekerjaan dengan sistem penunjukan langsung,
sebanyak 3,13 % memperoleh pekerjaan dengan sistem pemilihan langsung, 3,13
% memperoleh pekerjaan dengan sistem pelelangan terbatas sedangkan sisanya
sebanyak 90,63 % memperoleh pekerjaan dengan mengikuti pelelangan umum.
Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 sebanyak 20 % memperoleh pekerjaan

103

dengan mengikuti pelelangan dengan cara penunjukan langsung sedangkan


sebanyak 80 % memperoleh pekerjaan dengan mengikuti pelelangan terbatas.

a. Penunjukan
Langsung
3,13%

b. Pemilihan
Langsung
3,13%

c. Pelelangan
T erbat as
3,13%

d. Pelelangan
Umum
90,63%

Gambar 4.43 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam


Memperoleh
Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2
d. Pelelangan
Umum
0,00%

a. Penunjukan
Langsung
20,00%
b. Pemilihan
Langsung
0,00%

c. Pelelangan
T erbatas
80,00%

Gambar 4.44 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

a. P enunjukan
Langsung
0,00%

b. P emilihan
Langsung
c. P elelangan
0,00%
T erbat as
8,00%

d. P elelangan
Umum
92,00%

Gambar 4.45 Sistem Lelang/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4

104

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 8 % mengikuti pelelangan


terbatas dalam memperoleh pekerjaan dan sisanya sebanyak 92 % memperoleh
pekerjaan dengan sistem pelelangan umum. Undang-undang Nomor 18 tahun
1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 tidak mensyaratkan hal
ini.
4.1.3.8. Lingkup Wilayah Pengadaan/Lelang Yang Diikuti
Untuk lingkup wilayah pengadaan/lelang yang diikuti dalam memperoleh
pekerjaan oleh masing-masing gred dapat digambarkan sebagai berikut :

b. Prov.
Bali
0,00%

c.
Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.46 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 2

b. Prov. Bali
0,00%

c. Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.47 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

105

b. Prov. Bali
0,00%

c. Nasional
0,00%

a. Kab.
Jembrana
100,00%

Gambar 4.48 Lingkup Pelelangan/Pengadaan Yang Diikuti Dalam Memperoleh


Pekerjaan oleh Perusahan Jasa konstruksi Gred 4
Dari gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa semua perusahaan jasa
konstruksi (Gred 2, Gred 3 dan Gred 4) lingkup pelelangan/pengadaan yang
diikuti dalam memperoleh pekerjaan adalah di Kabupaten Jembrana. Dalam
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a
tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi hal ini menunjukan bahwa
pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil tidak mampu dan atau tidak mau
bersaing keluar dari Kabupaten Jembrana.
4.1.4. Karakteristik Peralatan Yang Dimiliki
4.1.4.1. Status Peralatan Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Dari gambar diatas dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2
sebanyak 78,13 % status peralatan yang digunakan dalam melaksanakan
pekerjaan merupakan sewa/kontrak dan sebesar 21,88 % menggunkan peralatan
milik sendiri dalam pelaksanaan pekerjaan.

106

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 sebanyak 80 % peralatan yang


digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan merupakan peralatan dengan status
sewa/kontrak sedangkan sebesar 20 % menggunkan peralatan milik sendiri dalam
pelaksanaan pekerjaan.

b. Milik Sendiri
21,88%

a. Sewa/Kontrak
78,13%

Gambar 4.49 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 2

b. Milik Sendiri
20,00%

a. Sewa/Kontrak
80,00%

Gambar 4.50 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 3

107

b. Milik Sendiri
44,00%
a. Sewa/Kontrak
56,00%

Gambar 4.51 Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh
Perusahan Jasa konstruksi Gred 4
Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 sebesar 56 % melaksanakan
pekerjaan dengan menggunakan peralatan sewa/kontrak dan sisanya sebanyak 44
% menggunakan peralatan milik sendiri. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999
serta Peraturan Lembaga LPJK No. 11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan
tetapi hal ini menunjukan bahwa pengusaha jasa konstruski kualifikasi kecil lebih
memilih untuk menyewa alat dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Hal ini
tentunya akan lebih efisien dalam penghitungan biaya pelaksanaan konstruksi
4.1.4.2. Jumlah Peralatan Kerja Yang Dimiliki Saat Ini
Untuk jumlah peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh perusahaan jasa
konstruksi gred 2 adalah sebesar 84,38 % memiliki peralatan kurang dari lima
jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan sebanyak 15,63 % memiliki
peralatan antara lima sampai sepuluh jenis peralatan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

108

Untuk perusahaan jasa konstruksi gred 3 yaitu sebesar 80 % memiliki


peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan pekerjaan dan
sebanyak 20 % memiliki peralatan antara lima sampai sepuluh jenis peralatan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. > 5 10 jenis
15,63%

c. > 10 15 jenis
0,00%

d. > 15 jenis
0,00%

a. < 5 jenis
84,38%

Gambar 4.52 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 2
c. > 10 15 jenis
0,00%
b. > 5 10 jenis
20,00%

d. > 15 jenis
0,00%

a. < 5 jenis
80,00%

Gambar 4.53 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 3

109

c. > 10 15 jenis
0,00%

d. > 15 jenis
0,00%

b. > 5 10 jenis
32,00%

a. < 5 jenis
68,00%

Gambar 4.54 Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 4
Sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 adalah sebesar 68 %
memiliki peralatan kurang dari lima jenis peralatan dalam melaksanakan
pekerjaan dan sebanyak 32 % memiliki peralatan antara lima sampai sepuluh
jenis peralatan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam Peraturan Lembaga LPJK
No. 11a tahun 2008 hanya dipersyaratkan bahwa Badan Usaha dengan
kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan
konstruksi dengan kriteria risiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya
kecil. Yang dimaksud dengan kriteria risiko kecil adalah mencakup pekerjaan
konstruksi

yang

pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan-konstruksinya

tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Berteknologi


sederhana dimaksudkan adalah pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.
4.1.4.3. Umur Peralatan Yang Digunakan Saat Ini
Untuk umur peralatan kerja yang dimiliki saat ini oleh Dari gambar diatas
dapat dijelaskan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 2 sebanyak 18,75 %

110

peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 75 % menyatakan
memiliki peralatan dengan umur antara tiga samapai lima tahun dan 6,25 %
memiliki peralatan dengan umur lebih dari lima tahun. Untuk perusahaan jasa
konstruksi gred 3 yaitu sebesar 10 % menyatakan peralatan yang dimiliki berumur
kurang dari tiga tahun, dan sisanya sebesar 90 % menyatakan memiliki peralatan
dengan umur antara tiga sampai lima tahun.

c. > 5 tahun
6,25%

a. < 3 tahun
18,75%

b. 3 5 tahun
75,00%

Gambar 4.55 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 2
c. > 5 tahun a. < 3 t ahun
0,00%
10,00%

b. 3 5 t ahun
90,00%

Gambar 4.56 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 3

111

c. > 5 tahun
20,00%

a. < 3 tahun
8,00%

b. 3 5 tahun
72,00%

Gambar 4.57 Umur peralatan yang dimiliki oleh Perusahan Jasa konstruksi
Gred 4
Sedangkan untuk perusahaan jasa konstruksi gred 4 adalah sebanyak 8 %
peralatan yang dimiliki berumur kurang dari tiga tahun, sebesar 72 % menyatakan
memiliki peralatan dengan umur antara tiga sampai lima tahun dan sebanyak 20 %
memiliki peralatan dengan umur lebih dari lima tahun.
Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 serta Peraturan Lembaga LPJK No.
11a tahun 2008 hal ini tidak dipersyaratkan tetapi tentunya semakin baru peralatan
yang dimiliki akan memberikan pengaruh baik terhadap hasil pelaksanaan jasa
konstruksi.
4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Kualifikasi Kecil
4.2.1 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa
Konstruksi Kualifikasi Kecil
Pada pembahasan ini dilakukan analisis data terhadap hasil tabulasi data dari
jawaban 40 responden terhadap kuesioner kinerja.

112

Sebelum data yang terkumpul bisa diproses lebih lanjut maka terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan uji realibilitas terhadap instrument penelitian. Menurut
Nugroho (2005) menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat
dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.
Suatu pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari
Corrected Item-Total Correlation > dari r-tabel.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
No Item
Pertanyaan

Nilai r
hitung

Nilai r tabel

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

0,457
0,612
0,683
0,463
0,552
0,538
0,660
0,714
0,780
0,881
0,768
0,726
0,533
0,432
0,397
0,596
0,397
0,496
0,719
0,561
0,553
0,886
0,815
0,487

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

113
Lanjutan Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

25

0,484
26
0,629
27
0,602
28
0,629
29
0,694
30
0,685
31
0,818
32
0,871
33
0,751
Sumber : Hasil Analisis

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai koefisien korelasi (Corrected Item-Total
Correlation) atau product moment (r) pada uji validitas yang dilakukan
menggunakan bantuan program SPSS. Nilai koefisien korelasi (Corrected ItemTotal Correlation) atau product moment (r) yang didapat kemudian dibandingkan
dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji dua sisi dan
jumlah data (n) = 40, maka didapat nilai tabel yang besarnya 0,312. Dari hasil
analisis dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi yang dihasilkan lebih besar
dari nilai r hitung sehingga dapat disimpulkan semua item pertanyaan dalam
kuesioner dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan dengan melakukan uji
reliabilitas.
Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) suatu konstruk variabel
dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbachs Alpha > 0,6 sedangkan menurut
Sekaran (1992) dalam Dwi Priyatno (2008:26) dikatakan reliabilitas kurang dari
0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner yang dilakukan dengan bantuan
program SPSS didapatkan hasil seperti tabel dibawah ini :

114

Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
Jumlah
ItemPertanyaan

Nilai
Cronbach's alpha
hitung

Nilai
Cronbach's alpha
Minimal

Keterangan

0,856

0,60

Reliabel

33
Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel diatas dapat diketahui besarnya koefisien Cronbachs Alpha


(koefisien hitung reliabilitas alpha) besarnya diatas nilai Cronbachs Alpha
minimum yang ditentukan yaitu 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa semua
item pertanyaan yang berjumlah 33 adalah reliabel.
Setelah semua item pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel maka dilanjutkan
dengan melakukan analisis faktor sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut persepsi
pengguna jasa pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (Gred 1, 2, 3 dan
4) yang ada di Kabupaten Jembrana sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang
paling mempengaruhi kinerja perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil yang
ada di Kabupaten Jembrana..
Mengacu dari tujuan serta landasan teori yang dijadikan dasar maka diketahui
ada 33 variabel penelitian. Secara rinci ke 33 variabel yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1

Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan

Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan

Besar kecilnya modal dalam perusahaan

Adanya pinjaman dari bank

115

Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan

Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan

Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan

Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan

Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi

10

Usia tenaga kerja yang dipekerjakan

11

Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli

12

Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan

13

Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan

14

Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek.

15

Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material.

16

Penggunaan internet

17

Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam


pelaksanaan proyek
Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan

18
19
20

Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang


dipersyaratkan dalam dokumen tender.
Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan

21

Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.

22

Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan

23

Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan

24

Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan

25

Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan

26

Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan

116

27
28

Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil


keputusan
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah

29

Stabilitas keamanan

30

Kepastian hukum

31

Sikap pimpinan kepada staf

32

Motivasi pimpinan terhadap staf

33

Penghargaan terhadap staf yang berprestasi

Tahap pertama yang dilakukan dalam melakukan analisis faktor adalah


pembuatan matrix korelasi yang akan digunakan memilih variabel-variabel yang
layak dimasukkan untuk analisis faktor sedangkan variabel yang tidak layak harus
dikeluarkan dan tidak disertakan dalam proses selanjutnya.
Untuk keperluan pembuatan matrix korelasi maka digunakan KMO and
Barletts test dan Anti Image Correlation. MSA adalah ukuran dari matrix
korelasi dari masing-masing variabel individual untuk mengevaluasi kecukupan
menerapkan faktor analisis. Jika nilai KMO MSA (Kaiser-Meyer Olkin Measure
of Sampling Adequancy) lebih besar dari 0,5 serta nilai Sig. < 0,05, berarti
korelasi antar variabel adalah cukup kuat sehingga proses analisis faktor dapat
dilanjutkan untuk kelompok variabel tersebut (Hair dkk, 1998). Dari hasil
pengolahan data dengan SPSS for Windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.3
yang memuat KMO and Bartlett's Measure of Sampling Adequancy (MSA).

117

Tabel 4.3
Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I
KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.


Bartlett's Test of
Sphericity

Approx. Chi-Square

.617
1343.585

df

528

Sig.

.000

Sumber : Hasil Analisis


Pada tabel 4.3 di atas terlihat Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure
of Sampting Adequacy (MSA) besarnya adalah 0,617 dan nilai Sig. = 0,000. Dari
hasil tersebut memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan
variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak
digunakan. Oleh karena nilai KMO hasil pengolahan : 0,617 > 0,5, dan nilai Sig.
< 0,05 maka kumpulan 33 variabel penelitian tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Proses selanjutnya adalah dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices.
Anti Image Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat
dianalisis lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria
penentuan Anti Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti
Image Correlation yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah
dilakukan analisis faktor yang menggambarkan tingkat seberapa jauh faktor
tersebut menjelaskan hasil dari analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation
suatu variabel lebih besar dari 0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut.
Jika angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5
maka variabel tersebut harus dikeluarkan dan tidak diikutkan pada analisis lanjut.
Dari hasil pengolahan data dapat disajikan tabel 4.4 yang memuat Anti Image
Correlation sebagai berikut :

118

Tabel 4.4
Nilai Anti Image Correlation Tahap I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Variabel

MSA

Keterangan

Modal keuangan dalam pengelolaan


perusahaan (X1)
Modal keuangan dalam pelaksanaan
pekerjaan (X2)
Besar
kecilnya
modal
dalam
perusahaan (X3)
Adanya pinjaman dari bank (X4)

0,891

Digunakan

0,807

Digunakan

0,634

Digunakan

0,523

Digunakan

Kebijakan pemerintah di sektor


keuangan/perbankan (X5)
Kesesuaian gaji dengan pekerjaan
dalam perusahaan (X6)
Penempatan sesuai dengan kualifikasi
pendidikan (X7)
Pengalaman dan keterampilan tenaga
kerja yang dipekerjakan (X8)
Adanya pelatihan di bidang jasa
konstruksi (X9)
Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
(X10)
Sertifikat keahlian yang dimiliki
tenaga ahli (X11)
Cara penerimaan tenaga kerja dalam
perusahaan (X12)
Penggunaan komputer dalam kegiatan
operasional perusahaan (X13)
Kesesuaian peralatan yang dimiliki
dalam menunjang kegiatan proyek.
(X14)
Inovasi
dalam
merespon
perkembangan
teknologi
seperti
bahan/material. (X15)
Penggunaan internet (X16)

0,635

Digunakan

0,842

Digunakan

0,594

Digunakan

0,667

Digunakan

0,663

Digunakan

0,560

Digunakan

0,582

Digunakan

0,355

Tidak Digunakan

0,806

Digunakan

0,547

Digunakan

0,770

Digunakan

0,584

Digunakan

Pengadaan
material
disediakan
langsung oleh perusahaan dalam
pelaksanaan proyek (X17)
Ketepatan waktu dalam pengadaan
material untuk pelaksanaan pekerjaan
(X18)

0,541

Digunakan

0,561

Digunakan

119

Lanjutan Tabel 4.4 Nilai Anti Image Correlation Tahap I


19

29

Ketersediaan material yang sesuai


dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan
dalam
dokumen
tender.(X19)
Koordinasi dengan pihak pengguna
jasa dalam pelaksanaan pekerjaan
(X20)
Data yang dipakai sesuai dengan
keadaan
yang
sebenarnya
di
lapangan.(X21)
Pertimbangan keselamatan pekerja
dalam pelaksanaan pekerjaan (X22)
Kelengkapan gambar disain/dokumen
pelaksanaan (X23)
Mensub
kontrakkan
sebagaian
pekerjaan (X24)
Besarnya struktur organisasi dalam
perusahaan (X25)
Panjangnya jalur koordinasi untuk
mengambil suatu keputusan (X26)
Penempatan wakil perusahaan dalam
proyek
yang
bisa
mengambil
keputusan (X27)
Kebijakan
yang
dikeluarkan
pemerintah (X28)
Stabilitas keamanan (X29)

0,880

Digunakan

0,647

Digunakan

0,830

Digunakan

0,652

Digunakan

0,657

Digunakan

0,205

Tidak Digunakan

0,199

Tidak Digunakan

0,224

Tidak Digunakan

0,520

Digunakan

0,413

Tidak Digunakan

0,702

Digunakan

30

Kepastian hukum (X30)

0,579

Digunakan

Tabel 4.4 kepada staf (X31)


31 Lanjutan
Sikap pimpinan

0,829

Digunakan

32

Motivasi pimpinan terhadap staf (32)

0,597

Digunakan

33

Penghargaan terhadap
berprestasi (X33)

0,431

Tidak Digunakan

20
21
22
23
24
25
26
27
28

staf

yang

Sumber : Hasil Analisis


Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa ada enam variabel yang memiliki
Nilai Anti Image Correlation lebih kecil dari syarat yang ditentukan yaitu sebesar
0,5 yaitu variabel cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan (X12), mensub
kontrakkan sebagaian pekerjaan (X24),

besarnya struktur organisasi dalam

120

perusahaan (X25), panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan


(X26), kebijakan yang dikeluarkan pemerintah (X28) dan penghargaan terhadap
staf yang berprestasi (X33), sedangkan variabel lainnya memiliki Nilai Anti
Image Correlation > 0,5 dan memenuhi syarat untuk analisis lebih lanjut.
Pada analisis faktor tahap II, ke enam variabel tersebut dikeluarkan atau tidak
diikutsertakan dalam proses analisis karena memiliki nilai Anti Image Correlation
kurang dari 0,5 yang berarti bahwa variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan.
Dari hasil pengolahan analisis faktor tahap II dengan menggunakan bantuan
program SPSS for windows versi 17 dapat ditampilkan tabel 4.5 yang memuat O
and rtlett's Measure of Sampling Adequancy (MSA) sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil tes KMO dan Barletts tahap II

KMO and Bartlett's Test


Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity

Approx. Chi-Square

.861
1042.018

df

351

Sig.

.000

Sumber : Hasil Analisis


Pada tabel 4.5 di atas terlihat Nilai Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of
Sampting Adequacy (MSA) adalah sebesar 0,861 dan nilai Sig. = 0,000. Oleh
karena nilai Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett's Measure of Sampting Adequacy
(MSA) hasil pengolahan tahap II lebih besar dari 0,05 dan nilai Sig. < 0,05 yang

121

berarti bahwa variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut maka
kumpulan 33 variabel penelitian tersebut dapat diproses lebih lanjut. Proses
selanjutnya dilakukan analisis faktor dengan Anti Image Matrices. Anti Image
Matrices digunakan untuk menentukan yang mana variabel yang dapat dianalisis
lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Kriteria penentuan Anti
Image Matrices adalah angka korelasi yang terdapat pada Anti Image Correlation
yaitu matrix dari korelasi parsial diantara variabel setelah dilakukan analisis faktor
yang menggambarkan tingkat seberapa jauh faktor tersebut menjelaskan hasil dari
analisa faktor. Bila angka Anti Image Correlation suatu variabel lebih besar dari
0,5, maka variabel tersebut dapat dianalisis lanjut. Jika angka Anti Image
Correlation suatu variabel lebih kecil atau sama dengan 0,5 maka variabel
tersebut harus dikeluarkan dan tidak diikutkan pada analisis lanjut.
Dari hasil analisis faktor tahap II dengan Anti Image Matrices dapat disajikan
tabel 4.6 yang memuat Anti Image Correlation sebagai berikut :
Tabel 4.6
Nilai Anti Image Correlation Tahap II
No
1
2
3
4
5
6
7

Variabel

MSA

Keterangan

Modal keuangan dalam pengelolaan


perusahaan (X1)
Modal keuangan dalam pelaksanaan
pekerjaan (X2)
Besar
kecilnya
modal
dalam
perusahaan (X3)
Adanya pinjaman dari bank (X4)

0,857

Digunakan

0,927

Digunakan

0,932

Digunakan

0,913

Digunakan

Kebijakan pemerintah di sektor


keuangan/perbankan (X5)
Kesesuaian gaji dengan pekerjaan
dalam perusahaan (X6)
Penempatan sesuai dengan kualifikasi

0,933

Digunakan

0,853

Digunakan

0,941

Digunakan

122
Lanjutan tabel 4.6 Nilai Anti Image Correlation Tahap II

8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19

20
21
22
23
27
29

pendidikan (X7)
Pengalaman dan keterampilan tenaga
kerja yang dipekerjakan (X8)
Adanya pelatihan di bidang jasa
konstruksi (X9)
Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
(X10)
Sertifikat keahlian yang dimiliki
tenaga ahli (X11)
Penggunaan komputer dalam kegiatan
operasional perusahaan (X13)
Kesesuaian peralatan yang dimiliki
dalam menunjang kegiatan proyek.
(X14)
Inovasi
dalam
merespon
perkembangan
teknologi
seperti
bahan/material. (X15)
Penggunaan internet (X16)
Pengadaan
material
disediakan
langsung oleh perusahaan dalam
pelaksanaan proyek (X17)
Ketepatan waktu dalam pengadaan
material untuk pelaksanaan pekerjaan
(X18)
Ketersediaan material yang sesuai
dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan
dalam
dokumen
tender.(X19)
Koordinasi dengan pihak pengguna
jasa dalam pelaksanaan pekerjaan
(X20)
Data yang dipakai sesuai dengan
keadaan
yang
sebenarnya
di
lapangan.(X21)
Pertimbangan keselamatan pekerja
dalam pelaksanaan pekerjaan (X22)
Kelengkapan gambar disain/dokumen
pelaksanaan (X23)
Penempatan wakil perusahaan dalam
proyek
yang
bisa
mengambil
keputusan (X27)
Stabilitas keamanan (X29)

0,871

Digunakan

0,891

Digunakan

0,778

Digunakan

0,889

Digunakan

0,840

Digunakan

0,834

Digunakan

0,858

Digunakan

0,613

Digunakan

0,743

Digunakan

0,870

Digunakan

0,928

Digunakan

0,781

Digunakan

0,867

Digunakan

0,893

Digunakan

0,804

Digunakan

0,751

Digunakan

0,850

Digunakan

123
Lanjutan tabel 4.6 Nilai Anti Image Correlation Tahap II

30

Kepastian hukum (X30)

0,825

Digunakan

31

Sikap pimpinan kepada staf (X31)

0,906

Digunakan

32

Motivasi pimpinan terhadap staf (32)

0,864

Digunakan

Sumber : Hasil Analisis


Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai
Anti Image Correlation lebih besar dari 0,5 sehingga seluruh variabel tersebut
memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut untuk mencari nilai Communalities
dari 33 variabel dengan metode Pricipal Component Anaysis menggunakan
bantuan program SPSS versi 17.
4.2.2 Kommunalitas (Communalities)
Komunalitas pada dasarnya adalah jumlah varian (%) dari suatu variabel
mula-mula yang bisa dijelaskan oleh kelompok faktor yang ada , berarti bahwa
nilai tersebut menunjukkan seberapa baik tiap-tiap variabel yang diwakili oleh
setiap kelompok faktor yang terbentuk (Santoso,2004). Semakin besar nilai
komunalitas sebuah variabel maka semakin erat hubungannya dengan kelompok
faktor yang terbentuk.
Tabel 4.7
Nilai Komunalitas
No

Variabel

Komunalitas

Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1)

0,852

Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2)

0,913

Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3)

0,788

Adanya pinjaman dari bank (X4)

0,649

Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan

0,721

124
Lanjutan tabel 4.7 Nilai Komunalitas

(X5)
Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan
(X6)
Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan
(X7)
Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang
dipekerjakan (X8)
Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9)

10

Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10)

0,741

11

Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11)

0,754

12

Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional


perusahaan (X13)
Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam
menunjang kegiatan proyek. (X14)
Inovasi dalam merespon perkembangan teknologi
seperti bahan/material. (X15)
Penggunaan internet (X16)

0,730

0,739

24

Pengadaan material disediakan langsung oleh


perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17)
Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk
pelaksanaan pekerjaan (X18)
Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan dalam dokumen
tender.(X19)
Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam
pelaksanaan pekerjaan (X20)
Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan.(X21)
Pertimbangan
keselamatan
pekerja
dalam
pelaksanaan pekerjaan (X22)
Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan
(X23)
Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang
bisa mengambil keputusan (X27)
Stabilitas keamanan (X29)

25

Kepastian hukum (X30)

0,736

26

Sikap pimpinan kepada staf (X31)

0,711

6
7
8

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

0,754
0,700
0,788
0,603

0,788
0,595
0,816

0,875
0,864
0,759
0,662
0,600
0,836
0,573
0,693

125
Lanjutan tabel 4.7 Nilai Komunalitas
27

Motivasi pimpinan terhadap staf (X32)

0,697

Sumber : Hasil Analisis


Dari tabel 4.7 dapat dilihat nilai kommunalitas terbesar adalah untuk variabel
modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan (X2) adalah sebesar 0,913. Ini
berarti bahwa sekitar 91,3 % varian dari variabel modal keuangan dalam
pelaksanaan pekerjaan (X2) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk demikian
halnya untuk nilai varian dari variabel yang lain. Sedangkan nilai kommunalitas
terkecil adalah untuk variabel penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang
bisa mengambil keputusan (X27) adalah sebesar 0,573
4.2.3 Ekstraksi Jumlah Faktor
Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jumlah kelompok faktor yang
terbentuk. Ekstraksi faktor dalam penelitian ini menggunakan metode PCA
(Principal Componen Analysis). Dari hasil analisis diperoleh empat kelompok
faktor yang terbentuk dengan eigen value diatas satu. Hasil ekstraksi
selangkapnya tersaji pada tabel 4.8 berikut
Tabel 4.8
Hasil Ekstraksi Faktor

Kelompok
Faktor

Nilai Eigen

Keragaman Total
(%)

Keragaman Total
Komulatif (%)

Keterangan

1
2
3
4

15,404
1,901
1,461
1,171

57,052
7,040
5,409
4,338

57,052
64,092
69,502
73,839

Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan

Sumber : Hasil Analisis

126

4.2.4 Matrix Komponen (Component Matrix)


Penelitian ini menggunakan rotasi varimax, yaitu metode yang bertujuan
untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga akan menghasilkan matriks
yang lebih sederhana untuk mempermudah interpretasi dengan meminimalkan
variabel yang dimiliki loading factor tinggi terhadap faktornya. Setelah jumlah
faktor terbentuk maka dilanjutkan dengan proses penetapan variabel. Interpretasi
dilakukan dengan melihat factor loading (korelasi) suatu variabel dengan
faktornya. Loading faktor dapat menjelaskan seberapa besar bisa mengukur faktor
yang terbentuk dari tiap- tiap kelompok faktor. Batasan factor loading lebih besar
dari 0,5 (Santoso, 2004). Bila faktor loading sebuah variabel lebih kecil dari 0,5
maka variabel tersebut dikeluarkan dari model. Semakin besar nilai loading faktor
yang dibentuk maka semakin tinggi ranking variabel tersebut didalam faktor
tersebut.
Adapun variabel yang tidak dimasukkan pada salah satu kelompok faktor,
ini disebabkan tidak ditemukannya perbedaan secara nyata kedalam faktor
variabel tergabung walaupun setelah mengalami rotasi ulang yaitu variabel
Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan (X5) dan variabel adanya
pelatihan di bidang jasa konstruksi (X9) karena tidak ada yang lebih besar dari
cut off point > 0,55 ( santoso, 2004), sehingga variabel ini tidak diperhitungkan
dan dikeluarkan dari kelompok yang terbentuk. Hasil loading faktor
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

127

Tabel 4.9
Hasil Loading Faktor Kinerja
Kelompok
Faktor

II

III

IV

Variabel

Loading Factor

Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan


(X2)
Penempatan
sesuai
dengan
kualifikasi
pendidikan (X7)
Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja
yang dipekerjakan (X8)
Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam
pelaksanaan pekerjaan (X20)
Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan.(X21)
Pertimbangan keselamatan pekerja dalam
pelaksanaan pekerjaan (X22)
Kelengkapan
gambar
disain/dokumen
pelaksanaan (X23)
Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan
(X1)
Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3)
Adanya pinjaman dari bank (X4)
Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli
(X11)
Penggunaan
komputer
dalam
kegiatan
operasional perusahaan (X13)
Pengadaan material disediakan langsung oleh
perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17)
Ketepatan waktu dalam pengadaan material
untuk pelaksanaan pekerjaan (X18)
Ketersediaan material yang sesuai dengan
spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam
dokumen tender.(X19)
Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam
perusahaan (X6)
Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10)
Penggunaan internet (X16)
Stabilitas keamanan (X29)
Kepastian hukum (X30)
Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam
menunjang kegiatan proyek. (X14)
Inovasi dalam merespon perkembangan
teknologi seperti bahan/material. (X15)

0,604
0,677
0,605
0,836
0,685
0,618
0,715
0,616
0,601
0,557
0,533
0,509
0,813
0,771
0,644
0,501
0,781
0,875
0,558
0,623
0,634
0,652

128
Lanjutan Tabel 4.9 Hasil Loading Faktor Kinerja
Penempatan wakil perusahaan dalam proyek
yang bisa mengambil keputusan (X27)
Sikap pimpinan kepada staf (X31)
Motivasi pimpinan terhadap staf (X32)
Sumber : Hasil Analisis

0,578
0,789
0,675

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dengan dua kali proses rotasi , dari
27 variabel yang memiliki angka pembatas cut off point > 0,55

sebanyak 25

variabel yang terbentuk dan menghasilkan empat faktor baru yang direduksi
terhadap ke 33 variabel awal. Adapun ke empat faktor baru tersebut yaitu :
1) Faktor 1, terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan
(X2), variabel Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan
(X7), variabel Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan
(X8), variabel Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan
pekerjaan (X20), variabel Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan.(X21), variabel Pertimbangan keselamatan pekerja
dalam pelaksanaan pekerjaan (X22) dan variabel Kelengkapan gambar
disain/dokumen pelaksanaan (X23). Faktor ini diberi nama sumber daya
manusia dan keuangan.
2) Faktor 2 terdiri dari variabel Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan
(X1), variabel Besar kecilnya modal dalam perusahaan (X3), variabel Adanya
pinjaman dari bank (X4), variabel Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli
(X11), variabel Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan
(X13), variabel Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan
dalam pelaksanaan proyek (X17), variabel Ketepatan waktu dalam pengadaan
material untuk pelaksanaan pekerjaan (X18) dan variabel Ketersediaan

129

material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan dalam


dokumen tender.(X19). Faktor ini diberi nama faktor administrasi.
3) Faktor 3 terdiri dari
perusahaan

variabel Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam

(X6), variabel Usia tenaga kerja yang dipekerjakan (X10),

variabel Penggunaan internet (X16), variabel Stabilitas keamanan (X29) dan


variabel Kepastian hukum (X30). Faktor ini diberi nama faktor keamanan.
4) Faktor 4 terdiri dari variabel Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam
menunjang kegiatan proyek. (X14), variabel Inovasi dalam merespon
perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15), variabel Penempatan
wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan (X27),
variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan
terhadap staf (X32). Faktor ini diberi nama Faktor Kepemimpinan
Dari empat faktor baru yang terbentuk dengan nilai total varians kumulatif sebesar
73,839 %, faktor utama yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada
kelompok I ( faktor sumber daya manusia dan keuangan) dengan nilai eigen
sebesar 15,404 dan nilai keragaman total sebesar 57,052 %, yang terdiri dari
variabel :
a. Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan
Kontraktor menempatkan modal keuangan sebagai salah satu faktor yang
mentukan kinerja. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan jasa konstruksi
kualifikasi kecil sangat tergantung dengan modal yang dimiliki dalam
melaksanakan pekerjaan di lapangan.
b. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan.

130

Kinerja perusahaan ditentukan juga oleh penempatan tenaga kerja yang sesuai
dengan kualifikasi pendidikannya. Penepatan tenaga kerja yang tidak sesuai
dengan kaulifikasi bisa mempengaruhi kinerja perusahaan.
c. Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan.
Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja juga sangat menentukan kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaaan akan sangat terbantu dengan penempatan
tenaga kerja yang berpengalaman serta memiliki keterampilan.
d. Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semakin sering melakukan koordinasi dengan pihak pengguna jasa maka
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat ditekan sehingga tentunya dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
e. Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Data yang lengkap dan akurat mengenai keadaan sebenarnya di lapangan
sangat menetukan dalam penentuan metode kerja yang akan dipakai adala
melaksanakan pekerjaan.
f. Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan.
Untuk meningkatkan kinerja perlu juga diperhatikan keselamatan pekerja
dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga memberikan ketenangan dan
kenyamanan dalam bekerja yang tentunya akan mampu meningkatkan kinerja.
g. Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan
Kelengkapan gambar disain dalam pelaksanaan pekerjaan akan sangat
menentukan hasil akhir dari pekerjaan itus sendiri, sehingga semakin lengkap

131

dan detail gambar pelaksanaan maka akan semakin memberikan hasil yang
memuaskan.
Faktor kedua yang berpengaruh terhadap kinerja kontraktor yaitu ada pada
kelompok II (faktor administrasi) dengan nilai eigen sebesar 1,901 dan nilai
keragaman total

sebesar 7,040 %, yang terdiri dari variabel variabel Modal

keuangan dalam pengelolaan perusahaan (X1), variabel Besar kecilnya modal


dalam perusahaan (X3), variabel Adanya pinjaman dari bank (X4), variabel
Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli (X11),

variabel Penggunaan

komputer dalam kegiatan operasional perusahaan (X13), variabel Pengadaan


material disediakan langsung oleh perusahaan dalam pelaksanaan proyek (X17),
variabel Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan pekerjaan
(X18) dan variabel Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis
yang dipersyaratkan dalam dokumen tender.(X19).
Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok III (
faktor keamanan ) dengan nilai eigen sebesar 1,461 dan nilai keragaman total
sebesar 5,409 %, yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian gaji dengan
pekerjaan dalam perusahaan (X6), variabel Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
(X10), variabel Penggunaan internet (X16), variabel Stabilitas keamanan (X29)
dan variabel Kepastian hukum (X30).
Faktor keempat yang mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok
IV ( faktor kepemimpinan) dengan nilai eigen sebesar 1,171 dan nilai keragaman
total sebesar 4,338 % yang terdiri dari variabel variabel Kesesuaian peralatan
yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek. (X14), variabel Inovasi dalam

132

merespon perkembangan teknologi seperti bahan/material. (X15), variabel


Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil keputusan
(X27), variabel Sikap pimpinan kepada staf (X31) dan variabel Motivasi pimpinan
terhadap staf (X32)
4.3 Korelasi Karakteristik Pengusaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
dengan Kinerja
Untuk mengetahui korelasi karakteristik pengusaha jasa konstruksi kualifikasi
kecil dengan kinerja dilakukan analisis korelasi korelasi ganda (R) dengan
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution),
dalam melakukan analisis korelasi maka harus ditentukan terlebih dahulu variabel
dependent dan variabel independennya. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independent (X) adalah karakteristik sedangkan yang menjadi variabel
dependennya (Y) adalah variabel kinerja. Kedua variabel tersebut kemudian
dijabarkan dalam indikator-indikator sebagai berikut :
1. Variabel Penelitian Karakteristik (X)
(X1) Sumber Daya Manusia/Personalia
(X1.1) Penanggung jawab badan usaha (PJBU)
(X1.2) Tingkat Pendidikan penanggungjawab teknik (PJTBU)
(X1.3) Sertifikat keahlian tenaga kerja
(X1.4) Jumlah tenaga kerja
(X1.5) Asal tenaga kerja
(X1.6) Status tenaga kerja
(X2) Keuangan

133

(X2.1) Nilai paket pekerjaan


(X2.2) Total kekayaan bersih
(X2.3) Asal modal usaha
(X3) Pengalaman
(X3.1) Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil
(X3.2) Pengguna jasa
(X3.3) Lama pengalaman perusahaan
(X3.4) Lokasi Pekerjaan
(X3.5) Sub bidang yang paling sering dikerjakan
(X3.6) Sistem lelang yang sering diikuti
(X3.7) Lingkup wilayah pengadaan
(X4) Peralatan
(X4.1) Status alat
(X4.2) Jumlah alat yang dimiliki
(X4.3) Umur/kondisi
2. Variabel Penelitian Kinerja (Y)
(Y1) Faktor Keuangan
(Y1.1) Modal keuangan dalam pengelolaan perusahaan
(Y1.2) Modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan
(Y1.3) Besar kecilnya modal dalam perusahaan
(Y1.4) Adanya pinjaman dari bank
(Y1.5) Kebijakan pemerintah di sektor keuangan/perbankan
(Y2) Faktor Sumber Daya Manusia

134

(Y2.1) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan dalam perusahaan


(Y2.2) Penempatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan
(Y2.3) Pengalaman dan keterampilan tenaga kerja yang dipekerjakan
(Y2.4) Adanya pelatihan di bidang jasa konstruksi
(Y2.5) Usia tenaga kerja yang dipekerjakan
(Y2.6) Sertifikat keahlian yang dimiliki tenaga ahli
(Y2.7) Cara penerimaan tenaga kerja dalam perusahaan
(Y3) Faktor Peralatan
(Y3.1) Penggunaan komputer dalam kegiatan operasional perusahaan
(Y3.2) Kesesuaian peralatan yang dimiliki dalam menunjang kegiatan proyek.
(Y3.3)

Inovasi

dalam

merespon

perkembangan

teknologi

seperti

bahan/material.
(Y3.4) Penggunaan internet
(Y4) Faktor Material
(Y4.1) Pengadaan material disediakan langsung oleh perusahaan dalam
pelaksanaan proyek
(Y4.2) Ketepatan waktu dalam pengadaan material untuk pelaksanaan
pekerjaan
(Y4.3) Ketersediaan material yang sesuai dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan dalam dokumen tender.
(Y5) Faktor Metode Kerja
(Y5.1) Koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan pekerjaan
(Y5.2) Data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan

135

(Y5.3) Pertimbangan keselamatan pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan


(Y5.4) Kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan
(Y5.5) Mensub kontrakkan sebagaian pekerjaan
(Y5.6) Besarnya struktur organisasi dalam perusahaan
(Y5.7) Panjangnya jalur koordinasi untuk mengambil suatu keputusan
(Y5.8) Penempatan wakil perusahaan dalam proyek yang bisa mengambil
keputusan
(Y6) Faktor Politik
(Y6.1) Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
(Y6.2) Stabilitas keamanan
(Y6.3) Kepastian hokum
4.3.1 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2 Dengan
Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 2
Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 2 terhadap kinerja
perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil diperoleh hasil seperti tabel 4.10
berikut ini :
Tabel 4.10
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 2 terhadap
Kualitas Pekerjaan
Faktor (X)
PJBU (X1)
PJTBU (X2)
Sertifikat keahlian tenaga
kerja (X3)
Jumlah tenaga kerja (X4)
Asal tenaga kerja (X5)

Kualitas (Y)
Korelasi
0,839
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,870
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,780
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,780
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,812

Keterangan
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif

136
Lanjutan Tabel 4.10

Status tenaga kerja (X6)


Nilai paket pekerjaan (X7)
Total kekayaan bersih (X8)
Asal modal usaha (X9)
Jumlah paket pekerjaan yang
pernah diambil (X10)
Pengguna jasa (X11)
Lama pengalaman perusahaan
(X12)
Lokasi Pekerjaan (X13)
Sub bidang yang paling sering
dikerjakan (X14)
Sistem lelang yang sering
diikuti (X15)
Lingkup wilayah pengadaan
(X16)
Status alat (X17)
Jumlah alat yang dimiliki
(X18)
Umur/kondisi alat (X19)

Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)

0,000
0,759
0,000
0,722
0,000
0,807
0,000
0,591
0,000
0,853
0,000

Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif

Tidak Ada Nilai


Korelasi
0,812 Korelasi positif
0,000
Tidak Ada Nilai
Korelasi
0,941 Korelasi positif
0,000
0,469 Korelasi positif
0,007
Tidak Ada Nilai
Korelasi
0,807 Korelasi positif
0,000
0,736 Korelasi positif
0,000
0,784 Korelasi positif
0,000

Sumber : Hasil Analisis


Tabel 4.10 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontaktor gred
2 terhadap kualitas pekerjaan diperoleh sebagai berikut :
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Sertifikat keahlian tenaga kerja (X4),
Jumlah tenaga kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan
(X7), Total kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah peket
pekerjaan yang pernah diambil (X10), Lama pengalaman perusahaan (X12),
Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang sering

137

diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki (X18) dan
Umur/kondisi

alat

(X19)

berpengaruh/berkorelasi

terhadap

kinerja

perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil gred 2. Sedangkan tingkat


hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada
hubungan searah antara variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa
konstruksi gred 2. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel sub bidang
yang paling sering dikerjakan (X14) memiliki nilai korelasi paling besar
yaitu 0,941. Ini berarti bahwa semakin sering suatu sub bidang dikerjakan
maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan itu sendiri. Sedangkan
nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel sistem lelang yang paling
sering diikuti (X15) dengan nilai korelasi sebesar 0,469. Ini artinya bahwa
sistem lelang juga ikut mempengaruhi kinerja perusahaan walaupun
korelasinya masuk kategori sedang.
2) Variabel Pengguna jasa (X11), Lokasi pekerjaan (X13) dan Lingkup
wilayah pengadaan (X16) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi terhadap
kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 2.
4.3.2 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3 Dengan
Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 3
Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 3 terhadap kinerja
pekerjaan diperoleh hasil seperti tabel 4.11 berikut ini :

138

Tabel 4.11
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 3 terhadap
Kinerja
Faktor (X)
PJBU (X1)
PJTBU (X2)
Sertifikat keahlian tenaga
kerja (X3)
Jumlah tenaga kerja (X4)
Asal tenaga kerja (X5)
Status tenaga kerja (X6)
Nilai paket pekerjaan (X7)
Total kekayaan bersih (X8)
Asal modal usaha (X9)
Jumlah paket pekerjaan yang
pernah diambil (X10)
Pengguna jasa (X11)
Lama pengalaman perusahaan
(X12)
Lokasi Pekerjaan (X13)
Sub bidang yang paling sering
dikerjakan (X14)
Sistem lelang yang sering
diikuti (X15)
Lingkup wilayah pengadaan
(X16)
Status alat (X17)
Jumlah alat yang dimiliki
(X18)
Umur/kondisi alat (X19)
Sumber : Hasil Analisis

Kualitas (Y)
Korelasi
0,897
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,833
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
0,752
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,817
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,775
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,840
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,817
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,685
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,739
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,488
Sig.(2 tailed)
0,001
Korelasi
0,731
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
0,889
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,817
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
0,685
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,685
Sig.(2 tailed)
0,000
Korelasi
0,666
Sig.(2 tailed)
0,000

Keterangan
Korelasi positif
Korelasi positif
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Korelasi positif
Korelasi positif
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif

139

Tabel 4.11 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontraktor


gred 3 terhadap kinerja perusahaan diperoleh sebagai berikut :
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Jumlah tenaga kerja (X4), Asal tenaga
kerja (X5), Status tenaga kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total
kekayaan bersih (X8), Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang
pernah diambil (X10), Pengguna jasa (X11), Lama pengalaman perusahaan
(X12), sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14), Sistem lelang yang
sering diikuti (X15), Status alat (X17), Jumlah alat yang dimiliki ( X18) dan
Umur/kondisi

alat

(X19)

berpengaruh/berkorelasi

terhadap

kinerja

perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil gred 3. Sedangkan tingkat


hubungan yang terjadi adalah positif. Hal ini menggambarkan bahwa ada
hubungan searah antara variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa
konstruksi gred 3. Dilihat dari nilai korelasinya, maka variabel
penanggungjawab badan usaha (X1) memiliki nilai korelasi paling besar
yaitu 0,897. Ini berarti bahwa penanggungjawab badan usaha memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan baik buruknya kinerja
perusahaan. Sedangkan nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh variabel
pengguna jasa (X11) dengan nilai korelasi sebesar 0,488. Ini artinya bahwa
pengguna jasa yang menggunakan jasa perusahaan juga ikut mempengaruhi
kinerja perusahaan walaupun tingkat korelasinya masuk kategori sedang.
2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Lokasi pekerjan (X13 dan
Lingkup wilayah pengadaan (X16) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi
terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 3.

140

4.3.3 Korelasi Karakteristik Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4 Dengan


Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Gred 4
Analisis korelasi karakteristik kontraktor kualifikasi gred 4 terhadap kualitas
pekerjaan diperoleh hasil seperti tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12
Analisa Korelasi Karakteristik Kontraktror Gred 4 terhadap
Kualitas Pekerjaan
Faktor (X)

Kualitas (Y)
Korelasi
0,878
PJBU (X1)
Sig.(2 tailed)
0,000
PJTBU (X2)
Korelasi
0,680
Sig.(2 tailed)
0,000
Sertifikat keahlian tenaga
Korelasi
kerja (X3)
Sig.(2 tailed)
Jumlah tenaga kerja (X4)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Asal tenaga kerja (X5)
Korelasi
0,621
Sig.(2 tailed)
0,000
Status tenaga kerja (X6)
Korelasi
0,507
Sig.(2 tailed)
0,000
Nilai paket pekerjaan (X7)
Korelasi
0,796
Sig.(2 tailed)
0,000
Total kekayaan bersih (X8)
Korelasi
0,621
Sig.(2 tailed)
0,000
Asal modal usaha (X9)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Jumlah paket pekerjaan yang Korelasi
0,323
pernah diambil (X10)
Sig.(2 tailed)
0,115
Pengguna jasa (X11)
Lama pengalaman perusahaan
(X12)
Lokasi Pekerjaan (X13)
Sub bidang yang paling sering
dikerjakan (X14)
Sistem lelang yang sering
diikuti (X15)
Lingkup wilayah pengadaan

Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Korelasi

Keterangan
Korelasi positif
Korelasi positif
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif
Korelasi positif

Tidak Ada Nilai


Korelasi
Tidak berkorelasi
Tidak signifikan >
0,05
0,600 Korelasi positif
0,000
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Tidak Ada Nilai
Korelasi
0,577 Korelasi positif
0,003
0,701 Korelasi positif
0,000
Tidak Ada Nilai

141
Lanjutan Tabel 4.12
(X16)
Status alat (X17)

Sig.(2 tailed)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Jumlah alat yang dimiliki Korelasi
(X18)
Sig.(2 tailed)
Umur/kondisi alat (X19)
Korelasi
Sig.(2 tailed)
Sumber : Hasil Analisis

Korelasi
Tidak Ada Nilai
Korelasi
Tidak Ada Nilai
Korelasi
0,796 Korelasi positif
0,000

Tabel 4.12 menggambarkan bahwa hasil korelasi karakteristik kontraktor


gred 4 terhadap kualitas pekerjaan diperoleh sebagai berikut :
1) Variabel PJBU (X1), PJTBU (X2), Asal tenaga kerja (X5), Status tenaga
kerja (X6), Nilai paket pekerjaan (X7), Total kekayaan bersih (X8),
Pengguna jasa (X11), Sub bidang yang paling sering dikerjakan (X14),
sistem lelang yang sering diikuti (X15) dan Umur/kondisi alat (X19)
berpengaruh/berkorelasi terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi
kualifikasi kecil gred 4. Sedangkan tingkat hubungan yang terjadi adalah
positif.

Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan searah antara

variabel tersebut dengan kinerja perusahaan jasa konstruksi gred 4. Dilihat


dari nilai korelasinya, maka variabel penanggungjawab badan usaha (X1)
memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,878. Ini berarti bahwa
penaggungjawab badan usaha memiliki peranan yang sangat besar dalam
menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. Sedangkan nilai korelasi
paling kecil dimiliki oleh variabel sub bidang yang paling sering dikerjakan
(X14) dengan nilai korelasi sebesar 0,577. Ini artinya bahwa sub bidang
yang paling sering dikerjakan juga berpengaruh terhadap kinerja walauapun
pengaruhnya tidak terlalu kuat.

142

2) Variabel Sertifikat keahlian tenaga kerja (X3), Jumlah tenaga kerja (X4),
Asal modal usaha (X9), Jumlah paket pekerjaan yang pernah diambil (X10),
Lama pengalaman perusahaan (X12), Lokasi Pekerjaan (X13), Lingkup
wilayah pengadaan (X16), Status alat (X17) dan Jumlah alat yang dimiliki
(X18) tidak berpengaruh atau tidak berkorelasi terhadap kinerja perusahaan
jasa konstruksi gred 4.

143

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Sebesar 67,01 % tingkat pendidikan penanggungjawab badan usaha adalah
tamatan STM, 21,65% adalah sarjana teknik (S1/S2/S3), 2,06 % adalah
tamatan diploma teknik, 9,28 % tingkat pendidikan penanggung jawab badan
usaha adalah tamatan non teknik, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memenuhi syarat dasar dalam
Undang-undang No. 18 tahun 1999 dan Perlem LPJK No. 11a tahun 2008
yang tidak menyebutkan pendidikan minimal bagi penanggungjawab badan
usaha tetapi disebutkan bahwa PJBU adalah pimpinan badan usaha yang
ditetapkan sebagai penanggungjawab badan usaha.
Sebesar 58,76 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki
penanggungjawab teknik badan usaha adalah tamatan STM, 34,02 % memiliki
penanggungjawab teknik badan usaha adalah sarjana teknik (S1/S2/S3), 4,12
% memiliki penanggungjawab teknik badan usaha adalah tamatan diploma
teknik sedangkan sebanyak 3,09 % memiliki penanggungjawab teknik badan
usaha adalah non teknik.
Sebanyak 78,35 % pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki
penanggungjawab teknik badan usaha dengan sertifikat keahlian dan

144

keterampilan serta sebanyak 21,65 % memiliki penaggungjawab teknik badan


usaha dengan sertifikat keahlian kerja.
Sehingga untuk tingkat pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha dan
sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha dapat
disimpulkan semua pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memenuhi
syarat dasar karena didalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tidak
disebutkan latar belakang pendidikan penanggungjawab teknik badan usaha,
tetapi hanya diatur bahwa tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan
keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat
keterampilan dan keahlian kerja. Sedangkan Peraturan Lembaga LPJK No.
11a Tahun 1999 juga tidak mensyaratkan pendidikan minimal bagi
penanggungjawab teknik badan usaha, tetapi menyebutkan bahwa PJT
(Penanggung Jawab Teknik) adalah tenaga ahli atau tenaga terampil
bersertifikat yang ditunjuk PJBU untuk bertanggung jawab dalam hal teknik
atas keseluruhan kegiatan Badan Usaha.
Sebesar 58,76 % perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil memiliki
kekayaan bersih antara Rp.200 juta - Rp. 1 Miliar, sedangkan sisanya
sebanyak 41,24 % memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta Rp. 200 juta.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pengusaha jasa konstruksi
kualifikasi kecil di Kabupaten Jembrana sudah memenuhi syarat dasar dalam
Undang-Undang No. 18 tahun 1999 yang mensyaratkan bahwa Badan Usaha
Golongan Kecil memiliki modal kerja setinggi-tingginya Rp. 1 Milyar.
Sedangkan PerLem LPJK No.11a Tahun 2008 mensyaratkan bahwa

145

pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil memilki kekayaan bersih antara


Rp. 50 juta Rp. 1 miliar.
2. Faktor yang paling mempengaruhi kinerja kontraktor terdapat pada kelompok
faktor sumber daya manusia dan keuangan. Kelompok faktor tersebut adalah
modal keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan,

penempatan tenaga kerja

sesuai dengan kualifikasi pendidikan, pengalaman dan keterampilan tenaga


kerja yang dipekerjakan, koordinasi dengan pihak pengguna jasa dalam
pelaksanaan pekerjaan, data yang dipakai sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya

di

lapangan,

pertimbangan

keselamatan

pekerja

dalam

pelaksanaan pekerjaan dan kelengkapan gambar disain/dokumen pelaksanaan.


3. Pengguna jasa tidak berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi
untuk gred 2 tetapi berkorelasi dengan kinerja pengusaha jasa konstruksi gred
3 dan gred 4, sedangkan keahlian tenaga kerja tidak berkorelasi dengan kinerja
pengusaha jasa konstruksi kualifikasi untuk gred 3 dan gred 4 tetapi
berkorelasi dengan kinerja pengusaha konstruksi gred 2.
Jumlah tenaga kerja, asal modal usaha, jumlah paket pekerjaan, lama
pengalaman perusahaan, status alat serta jumlah alat tidak berkorelasi dengan
kinerja perusahaan jasa konstruksi untuk gred 4 tetapi berkorelasi positif
dengan gred 2 dan 3.
Dilihat dari nilai korelasi untuk gred 2, maka sub bidang yang paling
sering dikerjakan memiliki nilai korelasi paling besar yaitu 0,941. Sedangkan
nilai korelasi paling kecil dimiliki oleh sistem lelang yang paling sering diikuti
dengan nilai korelasi sebesar 0,469. ini berarti bahwa semakin berpengalaman

146

dalam mengerjakan suatu sub bidang maka akan berpengaruh terhadap


kinerja.
Sedangkan dilihat dari nilai korelasinya untuk gred 3 dan gred 4, maka
penanggungjawab badan usaha memiliki nilai korelasi paling besar yaitu
0,897 dan 0,878. Ini berarti bahwa baik buruknya kinerja ditentukan oleh
penaggungjawab badan usaha. Sedangkan nilai korelasi paling kecil untuk
gred 3 adalah pengguna jasa dengan nilai korelasi sebesar 0,488 dan nilai
korelasi paling kecil untuk gred 4 adalah sub bidang yang paling sering
dikerjakan dengan nilai korelasi sebesar 0,577.
5.2 Saran
Mengacu pada simpulan di atas maka diajukan saran sebagai berikut :
1. Mengingat faktor sumber daya manusia dan keuangan merupakan faktor yang
mempengaruhi kinerja pengusaha konstruksi kualifikasi kecil di Kabupaten
Jembrana maka disarankan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga
keuangan baik pemerintah maupun swasta dan selalu meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan
kinerja.
2. Untuk pengambil kebijakan di bidang perbankan disarankan untuk
mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan yang memberikan kemudahan
bagi para pengusaha jasa konstruksi kualifikasi kecil mendapatkan bantuan
perbankan.

147

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Anonim. 2002. Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional tentang Pedoman Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha Jasa
Pelaksana Konstruksi Nasional. Jakarta : Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi.
Anonim. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi. Jakarta : Departemen
Pekerjaan Umum.
Alwi, Syafarudin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan
Kompetitif. Yogyakarta : BPFE
Ariana, I Komang Agus. 2009. Karakteristik Dan Kinerja Konsultan Perencana
Konstruksi Di Kota Denpasar Dan Badung Tahun 2008. (tesis). Denpasar :
Universitas Udayana
Astrawan Putra, I Komang Alit. 2008. Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja
Kontraktor Di Kota Denpasar. (tesis). Denpasar : Universitas Udayana
Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja, Falsafah Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hadi, Sutrisno. 1986. Metodelogi Research jilid 1, 2. Jogjakarta : Universitas
Gajah Mada.
Ismiandewi, Kadek Lisa. 2009. Pengaruh Karakteristik Individu Dan
Karakteristik Pekerjaan Serta Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Pekerja Dan Kinerja Organisasi Pada Lembaga Swadaya Masyarakat di Bali.
(tesis). Denpasar : Universitas Udayana
Jakti, Dorodjatun Kuncoro. 2004. Kiat Meraih Peluang di Era Kebangkitan Jasa
Konstruksi, Profesionalisme Tulang Punggung Kompetensi dan Daya Saing.
Jakarta : PT Tren Pembangunan
Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT. Refika Aditama

148

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja. Jakarta :


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Soeharto, Imam. 1995. Manajemen
Operasional. Jakarta : Erlangga.

Proyek,

Dari

Konseptual

Sampai

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta : LP3ES


Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen. Edisi
Revisi. Yogyakarta : Andi Offset
Tjiptono, Fandy. 2003. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi
Offset
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran, Strategi Pemasaran dalam Berbagai
Posisi Persaingan. Yogyakarta : Andi Offset.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Wirawan, Nata. 2001. Statistik 1 edisi 2. Denpasar : Keraras Mas.
Yasin, N. 2006. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta : PT
Gramedia
Pustaka Utama.

149

KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4)
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009.

Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data
penelitian dalam rangka penyusunan tesis pada program pascasarjana Universitas
Udayana. Data atau Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan semata-mata
hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaanya
untuk

memberikan

jawaban

yang

paling

sesuai

dengan

kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i yang ada saat ini.


Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan merupakan bantuan yang
tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua
informasi yang telah diberikan
Atas waktu serta kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan banyak terima
kasih.

Peneliti

150

Petunjuk Pengisian :
1. Untuk pengisian identitas, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup mengisi titik-titik.
2. Untuk menjawab pertanyaan, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup memberi tanda
silang ( X ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai
dengan kondisi Bapak/ibu/Saudara/i saat ini. Pertanyaan berikut tentang
bagaimana karakteristik perusahaan Bapak/ibu/Saudara/i saat ini
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama

Umur

Pendidikan

Alamat perusahaan

Posisi Anda di perusahan

Masa Kerja Anda

Kualifikasi/Gred Kontraktor

2. PERTANYAAN :
Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan kondisi perusahaan
Bapak/ibu/Saudara/i saat ini

NO

PERTANYAAN
PERSONALIA/SUMBER DAYA MANUSIA

Tingkat pendidikan penangung jawab badan usaha


a. S1/S2/S3 Teknik
b. Diploma Teknik
c. STM
d. Non teknik

151

Tingkat pendidikan penanggung jawab teknik badan usaha


a. S1/S2/S3 Teknik
b. Diploma Teknik
c. STM
d. Non teknik

Sertifikat yang dimiliki oleh penanggungjawab teknik badan usaha


a. sertifikat Keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja
b. sertifikat keahlian kerja
c. sertifikat keterampilan kerja
d. tidak memiliki sertifikat

Jumlah tenaga kerja (teknik/non teknik)


a. 5 orang
b. > 5-10 orang
c. > 10-15 orang
d. > 15-20 orang
e. > 20 orang

Asal tenaga kerja yang dipekerjakan


a. Warga di lokasi perusahaan beralamat
b. Lintas Kabupaten yang ada di Provinsi Bali
c. Lintas Pulau (Sumatera, Jawa dll)
d. Tenaga Kerja Asing (WNA)

Status tenaga ahli yang dipekerjakan di perusahaan


a. Karyawan Tetap
b. Karyawan Tidak Tetap
KEUANGAN

Nilai paket pekerjaan yang pernah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun
terakhir
a. 0 Rp. 50 Juta
b. > Rp. 50 Juta Rp. 100 Juta
c. > Rp. 100 Juta Rp.400 Juta

152

d. > Rp. 400 Juta Rp. 1 Milyard


e. > Rp. 1 Milyard
2

Kekayaan bersih yang dimiliki saat ini


a. Rp. 50 juta - Rp. 200 Juta
b. > Rp. 200 Juta Rp. 1 Milyard
c. > Rp. 1 Milyard

Modal yang dimiliki berasal dari


a. Modal sendiri
b. Modal Patungan/Saham
c. Kredit dari bank
PENGALAMAN KERJA

Jumlah paket pekerjaan yang telah dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun
terakhir
a. 3 proyek
b. 5 proyek
c. 7 proyek
d. 9 proyek
e. > 9 proyek

Pengguna jasa yang sering memakai jasa perusahaan


a. Perorangan
b. Perusahaan swasta (lokal/asing)
c. Pemerintah

Lama pengalaman perusahaan di bidang konstruksi


a. 0 5 tahun
b. > 5 10 tahun
c. > 10 15 tahun
d. > 15 tahun

Lokasi pekerjaan yang sering ditangani


a. Kab. Jembrana
b. Prov. Bali

153

c. Nasional
5

Sub bidang layanan pekerjaan yang paling sering dikerjakan


a. Perumahan
b. Gedung
c. Jembatan
d. Jalan
e. Landscape/Pertamanan
f. Pengairan/Irigasi

Sistem lelang/pengadaan yang diikuti dalam memperoleh pekerjaan


a. Penunjukan Langsung
b. Pemilihan Langsung
c. Pelelangan Terbatas
d. Pelelangan Umum

Lingkup wilayah pengadaan/lelang yang diikuti


a. Kab. Jembrana
b. Prov. Bali
c. Nasional
PERALATAN YANG DIMILIKI

Status peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan


a. Sewa/Kontrak
b. Milik Sendiri

Jumlah peralatan kerja yang dimiliki saat ini


a. < 5 jenis
b. > 5 10 jenis
c. > 10 15 jenis
d. > 15 jenis

Umur peralatan yang digunakan saat ini


a. < 3 tahun
b. 3 5 tahun
c. > 5 tahun

154

KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DAN KINERJA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI
KUALIFIKASI KECIL (GRED 1, 2, 3 4)
DI KABUPATEN JEMBRANA
TAHUN 2009.

Kuesioner atau angket ini disusun sebagai alat untuk mengumpulkan data
penelitian dalam rangka penyusunan tesis pada program pascasarjana Universitas
Udayana. Data atau Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/I berikan semata-mata
hanya untuk keperluan akademis dan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaanya
untuk

memberikan

jawaban

yang

paling

sesuai

dengan

kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i yang ada saat ini.


Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan merupakan bantuan yang
tidak ternilai harganya bagi penelitian ini dan saya menjamin kerahasiaan semua
informasi yang telah diberikan
Atas waktu serta kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan banyak terima
kasih.

Peneliti

155

Petunjuk Pengisian :
3. Untuk pengisian identitas, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup mengisi titik-titik.
4. Untuk menjawab pertanyaan, Bapak/Ibu/Saudara/i cukup memberi tanda
cek list ( ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang paling sesuai
dengan kondisi Bapak/ibu/Saudara/i saat ini. Pertanyaan berikut tentang
seberapa penting faktor-faktor memberikan pengaruh terhadap kinerja
kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya.
5. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban akan diberi skor
sebagai berikut :
Setuju/Selalu/sangat positif, diberi skor 5
Setuju/Sering/Positif, diberi skor 4
Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral, diberi skor 3
Tidak Setuju/hampir tidak pernah/negatif, diberi skor 2
Sangat tidak setuju/tidak pernah, diberi skor 1
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama

Pendidikan

Posisi/Jabatan Anda dalam proyek :.


2. PERTANYAAN :
Menurut saudara seberapa penting faktor-faktor berikut ini memberikan
pengaruh terhadap kinerja kontraktor dalam melaksanakan pekerjannya ?
No

Pertanyaan

FAKTOR KEUANGAN

Tidak
Kurang Cukup
Sangat
Penting
Penting Penting Penting
Penting

156

1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16

Modal keuangan dalam


pengelolaan perusahaan
Modal keuangan dalam
pelaksanaan pekerjaan
Besar kecilnya modal dalam
perusahaan
Adanya pinjaman dari bank
Kebijakan pemerintah di
sektor keuangan/perbankan
FAKTOR
SUMBER
DAYA MANUSIA
Kesesuaian gaji dengan
pekerjaan dalam perusahaan
Penempatan personil sesuai
dengan
kualifikasi
pendidikan
Pengalaman
dan
keterampilan tenaga kerja
yang dipekerjakan
Adanya pelatihan di bidang
jasa konstruksi
Usia tenaga kerja yang
dipekerjakan
Sertifikat keahlian yang
dimiliki tenaga ahli
Cara penerimaan tenaga
kerja dalam perusahaan
FAKTOR PERALATAN
Penggunaan
komputer
dalam kegiatan operasional
perusahaan
Kesesuaian peralatan yang
dimiliki dalam menunjang
kegiatan proyek.
Inovasi dalam merespon
perkembangan
teknologi
seperti bahan/material.
Penggunaan internet
FAKTOR MATERIAL

17

Pengadaan
material
disediakan langsung oleh

157

18
19

20
21
22
23
24
25
26
27

28

perusahaan
dalam
pelaksanaan proyek
Ketepatan waktu dalam
pengadaan material untuk
pelaksanaan pekerjaan
Ketersediaan material yang
sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan
dalam dokumen tender.
FAKTOR
METODE
KERJA
Koordinasi dengan pihak
pengguna
jasa
dalam
pelaksanaan pekerjaan
Data yang dipakai sesuai
dengan
keadaan
yang
sebenarnya di lapangan.
Pertimbangan keselamatan
pekerja dalam pelaksanaan
pekerjaan
Kelengkapan
gambar
disain/dokumen
pelaksanaan
Mensub
kontrakkan
sebagaian pekerjaan
Besarnya struktur organisasi
dalam perusahaan
Panjangnya jalur koordinasi
untuk mengambil suatu
keputusan
Penempatan
wakil
perusahaan dalam proyek
yang
bisa
mengambil
keputusan
FAKTOR POLITIK

29

Kebijakan yang dikeluarkan


pemerintah
Stabilitas keamanan

30

Kepastian hukum
FAKTOR
KEPEMIMPINAN

158

31

Sikap pimpinan kepada staf

32

Motivasi pimpinan terhadap


staf
Penghargaan terhadap staf
yang berprestasi

33

Anda mungkin juga menyukai