Teori Konsep Kota
Teori Konsep Kota
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Perkembangan peradaban manusia bisa dilihat dari bentuk fisik
yang tertinggal dari sebuah kota. Kota merupakan sebuah tujuan dan
kenangan terakhir dari perjuangan dan kemuliaan suatu peradaban
manusia (Spiro Kostof dalam Heryanto, 2011 :3). Selanjutnya kota
sebagai perwujudan budaya, tidak hanya meruapakan bentuk fisikal,
formal dan morfologikal semata sebagai perwujudan tangibilitas,
namun juga terdapat sebuah proses interaktif antara penghuni dan
norma maupun nilai sosial dalam pemenuhan kebutuhannya. Patut
ditelaah lebih lanjut tentang proses terbentuknya sebuah kota dari
berbagai teori rancang kota yang ada di dalam konteks peradaban
manusia yang semakin bergerak kearah permasalahan yang sangat
komplek.
Fenomena pendekatan perancangan kota yang banyak dilakukan
saat ini jarang mengakomodasi keberagaman struktur sosio-kultural
yang telah terbentuk di kawasan tersebut (Antariksa, 2008). Para
perancang kota lebih sering melihat kota sebagai benda fisik (physical
artifact) ketimbang sebagai benda budaya (cultural artifact) Perangkat
rencana kota masih ditemukan kesenjangan antara rencana tata ruang
yang bersifat dua dimensi dengan rencana fisik yang bersifat tiga
demensi .sehingga belum sepenuhnya mengendalikan wujud kota,
serta mampu memberikan panduan operasional bagi terbentuknya
ruang kota yang akomodatif terhadap fenomena urban, baik situasi
dan kondisi masyarakat yang ada.
Hal ini diperparah dengan kondisi global masyarakat yang ada
(Konferensi Global mengenai Kota Masa Depan/Urban 21, 4-6 Juli
2000 di Berlin Jerman), antara lain :
a. Penduduk dunia yang berjumlah 6 milyar hidup di kota-kota besar
(saat ini penduduk bumi telah mencapai 7 Milyar lebih- Hari Tujuh
Miliar jatuh pada tanggal 31/10/2011 dengan selebrasi oleh PBB
pada Danica May Camacho-Manila, Pyotr -Rusia, OisheeBangladesh,
Pring Phal- Kamboja, Nargis-India: Jawapos, 1
November 2011)
b. Dunia menghadapi pertumbuhan pesat dari jumlah penduduk kotakota, terutama di negara berkembang.
c. 1 dari 4 jumlah penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan.
d. Penularan HIV dan munculnya kembali berbagai penyakit menular.
e. Kita hidup di dunia yang banyak dengan perbedaan
f. Banyak kota-kota, dihadapkan kepada perkembangan yang
berlebihan, gagal dalam pemenuhan kebutuhan pokok warganya.
g. Beberapa kota yang dinamis telah berhasil dalam pembangunan
sementara kota lain menghadapi penuaan populasi dan
pemborosan SDA
h. Tidak ada satupun kota di dunia yang bebas dari masalah-masalah,
dimana kota-kota harus memenuhi syarat :
Degradasi Lingkungan
Sumber : PaparanStrategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
sesuai Perda No 6 Tahun 2010, Dinas Ciptaru Prop. Jawa
Tengah, Oktober 2010
1.2
PENGANTAR PERMASALAHAN
Sustainable Development diperkenalkan pertamakalinya
pada tahun 1983, PBB membentuk The World Commission on
Environment and Development (WCED), serta menunjuk Perdana
Menteri Norwegia Gro Harlem Brundtland, selaku ketuanya. WCED
bertujuan
untuk
mempelajari
permasalahan
lingkungan
dan
pembangunan yang terjadi dan berusaha mencari solusi yang tepat
dalam
penangananya,
bersifat
jangka
panjang
dengan
mempertimbangkan masa depan.
Tahun 1987 WCED
melaporkan
meneliti
bagaimana
kerusakan
lingkungan
akan
menghambat
pertumbuhan
ekonomi,
dengan kemiskinan dan
ketidakmampuan
akan
berkontribusi terhadapnya.
Laporan ini menekankan
pentingnya
pembangunan berkelanjutan sebagai arah tujuan
pembangunan
masyarakat
internasional.
WCED
mengartikan
Sustainable Development, sebagai pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan sekarang, tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dengan
konsep equity, diharapkan mampu membagi rata sumber daya yang
tersisa untuk kepentingan bersama di masa yang akan datang. (Willis,
2005 :158).
Sustainable Cities merupakan salah satu turunan dari konsep
sustainable development yang dikembangkan oleh PBB mulai tahun
1990-an. Konsep utama dari program ini adalah menciptakan
lingkungan kota yang efisien dan produktif bagi pertumbuhan ekonomi
nasional untuk menghasilkan sumber daya yang dibutuhkan bagi
investasi publik dan swasta dalam perbaikan infrastruktur, pendidikan
dan kesehatan, kondisi hidup yang lebih baik, dan pengentasan
kemiskinan, yang diaplikasikan di dalam AGENDA 21. Program ini telah
berlangsang 2 tahap, dan saat ini telah diikuti oleh 30 negara.(
http://www.unchs.org) Dalam pengertian lain, Sustainable Cities
merupakan respon terhadap gaya hidup modern yang menggunakan
sumber daya alam terlalu banyak, mengotori atau menghancurkan
ekosistem, meningkatkan kesenjangan sosial, menciptakan pulau-pulau
panas perkotaan, dan menyebabkan perubahan iklim.
Sustainable Communities merupakan lingkup yang lebih kecil
dari sebuah program penataan kota berkelanjutan, merupakan salah
satu agenda 21 pemerintah Inggris pada tahun 2005, yaitu yang mulai
dikembangkan di Eropa dengan munculnya deklarasi Bristol Accord, 6
7 December 2005 di Inggris. Sustainable communities mampu
menjamin pemenuhan beragam kebutuhan warga yang ada saat ini
maupun di masa yang akan datang, sensitif terhadap kondisi
lingkungan, dan mampu meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih
tinggi. Mereka aman dan inklusif, terencana, terbangun dan terus
tumbuh, dengan konsep kesetaraan yang menawarkan kesempatan
dan pelayanan yang baik bagi semua. (Bristol Accord , 2005:4)
Sustainable Neighborhood adalah Sebuah lingkungan yang
berkelanjutan merupakan mix used area yang bercitarasakan
kemasyarakatan yang kuat, yaitu sebuah tempat di mana orang
ingin tinggal dan bekerja, sekarang dan di masa yang akan datang.
(www.mobilityweek-europe.org) Kedua jenis teori tersebut di atas
sama-sama dikembangkan pada tataran lingkup yang semakin sempit,
sebagai bagian dari upaya lebih semakin engerucut di dalam
penanganan masalah keberlanjutan suatu komunitas atau lingkungan.
Sustainable Architecture merupakan tataran yang jauh lebih
mikro, yang mengatur tentang konsep keberlanjutan dari sisi single
building. Arsitektur dengan diwakili oleh bangunan, juga ikut andil di
dalam menyumbang efek rumah kaca. Gerakan ini sudah dimulai dari
1967, oleh Ian Mcharg, dengan design with nature, yang kemudian
lebih dipertajam oleh Malcolm B. Wells di dalam thesisnya Gentle
Architecture (1969) yang menunjukkan peran lingkungan sangat
berpengaruh didalam perilaku desain yang dilakukan terhadap suhu
ruangan (majalah Ruang Edisi 002, hal 14). Namun seiring dengan
BAB II
PERKEMBANGAN & DISKUSI TEORI
2.1
Teori Perencanaan, Perancangan dan Arsitektur
Perkembangan sebuah teori kota pada dasarnya dipengaruhi
oleh terjadinya sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat. Dari
10
11
SsuhgNatrceAmCovDbdpiln
12
13
14
Employment
yaitu
ketersediaan
lapangan
pekerjaan
(Ekonomi)
Environment
yaitu
keseimbangan
lingkungan/ekologi
Equity
yaitu
pemerataan
dan
keadilan
Gambar 8. Time Line Sustainable
Development
Engagement
yaitu
peran
serta
masyarakat
agar
muncul
sense
of
belonging
Energy,
yaitu
ketersediaan sumber
daya alam berupa energy baik yang terbarukan mapun tidak
terbarukan.
Namun secara keseluruhan teori ini berpengaruh besar di dalam
bidang-bidang yang lain, dengan asumsi permasalahan yang dihadapi
sama, yaitu keterbatasan sumber daya alam dan meledaknya populasi,
sebagai akar dari theory Robert Malthus (Willis, 2005 :154). Yang
mengatakan bahwa ketersediaan bahan pangan akan tidak mencukupi
dan habis jika pertumbuhan penduduk tetap berjalan seperti sekarang
ini
.
b. Sustainable Cities
Sustainable Cities merupakan lingkup yang lebih sempit dari konsep
sustainable development, biasa disebut dengan eco-city, yaitu suatu
kota yang dirancang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan,
dihuni oleh orang yang berdedikasi untuk minimalisasi input yang
diperlukan dari output energi, air dan makanan, dan sisa dari panas,
polusi udara - CO2, metana, dan polusi air. Lingkup yang diatur dalam
suatu cakupan kotadengan memperhatikan ekologi. Eco-city
diperkenalkan pertama kali oleh Richard Register pada tahun 1987
dalam bukunya Ecocity Berkeley: Building Cities for a Healthy Future.
Konsep dasar dari teori ini adalah tetap berpegang teguh pada
pemanfaatan sumber daya lingkungan secara berkeadilan, dengan
meninggalkan ecology footprint yang seminal mungkin. Dengan
hambata tersebut sebuah kota harus mampu memfaatkan sebesarbesarnya teknologi di dalam menggunakan sumber daya dan
lingkungan di dalam upayanya untuk tetap bertahan dan berdaya
saing.
Teori-teori lain yang digunakan berdampingan dengan teori ini adalah
teori Smarth Growth/Compact City, yaitu teori tentang penataan kota
yang mampu tumbuh secara wajar dengan potensi dan ketersediaan
sumberdaya yang ada, namun jauh dari sprawl. Pada intinya mengatur
tentang sistem transportasi dan mendekatkan fungsi-fungsi yang ada
15
16
17
e. Sustainable Architecture
Pola konsentrasi pembangunan di perkotaan di Indonesia telah
menyebabkan tingginya laju urbanisasi dan perkembangan kota kota
tsb secara tidak berkelanjutan (Unsustainable Urban Development)
sehingga menyebabkan besarnya kebutuhan akan perumahan dan
hunian Sebaliknya, praktek spekulasi lahan dan keterbatasan subsidi
pemerintah untuk rumah rumah sederhana telah membuat kesulitan
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
Sustainable Architecture merupakan tataran yang jauh lebih
mikro, yang mengatur tentang konsep keberlanjutan dari sisi single
building. Arsitektur dengan diwakili oleh bangunan, juga ikut andil di
dalam menyumbang efek rumah kaca. Gerakan ini sudah dimulai dari
1967, oleh Ian Mcharg, dengan design with nature, yang kemudian
lebih dipertajam oleh Malcolm B. Wells di dalam thesisnya Gentle
Architecture (1969) yang menunjukkan peran lingkungan sangat
Gambar
10.dilakukan
Prinsip Teori
Sustainability
berpengaruh didalam perilaku desain
yang
terhadap
suhu
Neighbourhood
ruangan (majalah Ruang Edisi 002, hal 14).
Namun seiring dengan
perkembangan teknologi, arsitektur sekarang tidak hanya sekedar teori
Vitruvius yang hanya berpilar 3 : structure-fungsi-estetika, namun juga
pelibatan teknologi didalamnya.
Beberapa
kerangka
Sustainable
Architecture
telah
disampaikan berbagai pihak, tetapi mungkin yang terpenting ialah
yang diungkapkan oleh UIA atau International Union of Architect pada
Declaration of Interdependence for a Sustainable Future dalam UIA/AIA
World
Congress
of
Architects
Chicago, 18-21 June 1993 yang merupakan manifesto profesi arsitek
terhadap komitmen menjaga keberlanjutan sebuah lingkungan binaan
18
19
20
21
terhadap
konsep
Sustainable
Cities
di
22
3.3
Analisis terhadap konsep Sustainable Communities
dan Sustainable Neighbourhood di Indonesia
Konsep seperti ini masih jarang dipergunakan di Indonesia,
padahal dari karakter bangsa Indonesia yang senang bergotong royong
dan memiliki semangat kebersamaan yang tinggi tentu saja menjadi
modal yang besar. Factor penghambatnya adalah dalam bentuk
peraturan dan regulasi yang harus disiapkan secara komprehensif dari
atas sebagai paying hokum. Jika tidak akan muncul aglomerasi dan
ketimpangan yang tinggi dari setiap bagian yang ada.
Best practice yang ada saat ini adalah program PNPM, sebagai
program pemberdayaan masyarakat, namun tingkatan PNPM haya
sebagai program pemberdayaan, belum menjadi guide line dalam
penataan suatu kawasan terpilih.
3.4
Analisis terhadap konsep Sustainable Architecture
di Indonesia
Di Indonesia Berkembangnya, gerakan GreenArchitecture,
Eco-Architecture atau Sustainable Architecture, telahmemberikan
warna pada Indonesia sejak tahun 1980-an setelah berkiprahnya
arsitek arsitek yang ingin menerapkanEco- Architecture seperti: Y.B.
Mangun Wijaya,Heinz Frick dan Jimmy Priatman. Kemudian generasi
kedua Eco-Architecture di Indonesia muncul pada tahun 1990-an di
antaranya
Eko
Prawoto,Ridwan
Kamil,
Budi
Faisal,
Andry
Widyowijatnoko, dll._ yang menunjukkan mulai adanya kesadaran
Arsitek untuk memperhatikan lingkungan hidup dalam mendesain
bangunan kreativitas sangat diperlukan oleh umat manusia.
23
Indonesia
juga
telah
mendirikan
GREEN BUILDING
COUNCIL
INDONESIA pada
tanggal
15
Juni
2008
oleh
7
inisiator dan 44
core
founder,
sebagian besar dari
kalangan
profesional pelaku
Gambar 11. Organisasi dalam Sustainable
industri konstruksi
Architecture
Sumber : Tanuwidjaja, Gunawan, 2010
(dari
berbagai
profesi; arsitek, ME engineer, arsitek lansekap, interior desainer, facility
managerm). GBC Indonesia merupakan salah satu dari 37 negara yang
sudah tergabung di WGBC; memiliki komitmen untuk menerapkan dan
mempromosikan pembangunan yang ramah lingkungan. Pada tanggal
9 September 2009, bergabung 21 perusahaan (terdiri dari
pengembang, kontraktor, industri bahan bangunan, penyedia energi;
baik perusahaan mul_ nasional, nasional dan badan usaha milik
negara). Misi utama dari GBC Indonesia adalah promosi dan mengawal
transformasi pasar, mengampanyekan kepada industri dan masyarakat
luas, membentuk forum dan dialog, membangun komunitas, dan
menyiapkan perangkat dan tenaga ahli untuk menilai bangunan ramah
lingkungan.
Sebagai mana diketahui Di seluruh dunia, bangunan
menyumbangkan 33% emisi CO2, mengonsumsi 17% air bersih, 25%
produk kayu, 30-40% penggunaan energi dan 40-50% penggunaan
bahan mentah untuk pembangunan dan pengoperasiannya (sumber:
World Green Building Council). Sering kali bangunan (dan
infrastruktur), dalam skala kecil maupun besar, merupakan suatu tolok
ukur kesuksesan pembangunan ekonomi), sehingga bangunan sering
ipergunakan sebagai simbol kesuksesan. masyarakat urban di seluruh
dunia menghabiskan 90% aktunya di dalam bangunan (rumah, kantor,
tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan, dan lain-lain).
3.5. Against Sustainability
Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
sebagai sebuah teori besar, kemudian mulai diikuti oleh teori-teori lain
dengan tema yang sama namun lebih spesifik. Namun dari tinjauan
kali ini hanya dibatasi
pada perkembangan teori sustainable
berkelanjutan berdasarkan pada tataran rancang kota, serta
hubungannya dengan teori-teori perencanaan kota dan arsitektur.
Namun tidak sepenuhnya sustainable diartikan positif. Banyak sekali
pembangunan yang mengklaim pro-sustainable, yang layaknya sebuah
mantra untuk memasarkan dagangan dalam meyakinkan masyarakat.
Material Sustainable, komunitas sustainable, desain sustainable, gaya
hidup sustainable, turisme sustainable, kota sustainable, makanan
sustainable. Politik sustainable? Sustainable telah digunakan,
24
BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1
Kesimpulan
Dari
beberapa
perkembangan
terhadap
teori
perancangan berkelanjutan, dapat kesimpulan sebagai beri kut :
a . Kota- kota di dunia sedang menghadapi permasal ahan
yang
besar
tentang
perkembangannya
yang
tidak
terkont rol
b. Penduduk dunia semakin berta mbah, semakin dibutuhkan
lahan untuk hunian, yang notabene sebagai kebutuhan
pokok manusia namun sampai saat ini masih tergerus
terhadap perkembangan ekonomi
c. Sumber daya alam yang tersedia semakin menipis, jejak
ekologis yang dilakukan oleh kot a-kot a semakin besar
dan tidak terkendali
25
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko, Djoko Sujarto, Kota Berkelanjutan (Sustainable
City), Alumni,
Bandung, 1999
Chairs Summary High Level Dialogue on Institutional
Framework for Sustainable Development, 19 21 July 2011, Solo
Indonesia
http://www.uncsd2012.org/rio20/content/documents/Chairs
%20Summary%20f rom%20Solo%20meeting.pdf, Juli 2010
26
Di
27
pembangunan-lingkungan-hidup&catid=36:kolom-pr2,
2010
September
28