Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK


TAHUN AKADEMIK 2015/2016

PBT 01
NDT (NON DESTRUCTIVE TEST)

Disusun oleh:
Kelompok 33

Muhammad Bagus H

(14.04.211.00002)

Syaiful Rizal

(14.04.211.00045)

Roisatun Nisa

(14.04.211.00075)

Muhtadin

(14.04.211.00082)

ASISTEN :
Achmad Nabil
13.04.211.00039

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


PRODI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2015

RINGKASAN
Bagus Harianto Muhammad, Rizal Syaiful, Nisa Roisatun, Muhtadin. Prodi
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo, PBT 01 NDT,
Juni 2015.
NDT (Non Destructive Test) adalah pengujian atau inspeksi terhadap suatu
benda untuk mengetahui adanya cacat, retak tanpa merusak benda yang kita uji.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian NDT, diantaranya yaitu
magnetic particle inspection, liquid penetrant testing, eddy current (pengujian
eddy), acoustic emission, leak test (uji kebocoran), ultrasonic, proof test.
Bahan yang digunakan dalam pratikum adalah benda uji Baja St37, liquid
penetrant (cairan penetran), developer. Peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah kertas gosok, kain lap halus, pembersih (cleaner), sikat,
jangka sorong, kamera, mikrometer sekrup.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian yaitu membersihkan
permukaan benda yang akan diuji dengan kertas gosok dan cleaner, mengambil
gambar permukaan benda uji, menyemprot cairan penetrant, kemudian diamkan
5-10 menit dibawah sinar matahari, lalu diambil gambarnya, membersihkan bahan
dari cairan penetrant, menyemprot cairan developer, lalu mengamati bercak
merah pada bahan. Hasil yang didapat ketika pengujian adalah tidak menemukan
bercak merah pada material. Sehingga dapatdikatakan material tidak mengalami
kecacatan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses pengelasan dalam sistem produksi, sering sekali dijumpai
kecacatan pada material. Kecacatan tersebut terjadi bukan karena kebetulan, tetapi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu sumber daya manusia yang
kurang ahli, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dan kualitas elektroda
yang buruk. Untuk mengetahui kecacatan yang terjadi pada material tersebut,
maka metode yang sering digunakan adalah NDT (Non Distructive Test). NDT
sendiri merupakan pengujian material tanpa merusak material tersebut.
Dengan menggunakan metode NDT (Non Distructive Test) banyak manfaat
yang didapat, diantaranya adalah biaya dan waktu. Hal itu disebabkan karena
pengujian dengan metode NDT tidak merusak material yang diuji. Sehingga
perusahaan yang melakukan pengujian tersebut tidak mengeluarkan biaya
tambahan untuk mengganti material yang rusak. Selain itu, pengujian dengan
metode ini tidak memerlukan banyak waktu. Sehingga kegiatan produksi akan
semakin optimal.
Alasan diadakan praktikum NDT ini adalah agar mengetahui tata cara dan
prosedur pengujian material dengan metode NDT dengan baik dan benar. Metode
yang digunakan pada praktikum ini adalah liquid penetrant inspection. Jadi
dengan menggunakan metode ini kita bisa mengetahui proses pengujian dengan
detail dan mengatahui kecacatankecacatan yang terdapat pada material yang kita
uji tanpa merusak material tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui

ada

atau

tidaknya

retakan

pada

suatu

benda

dengan

memanfaatkan NDT menggunakan metode liquid penetrant inspection.


2. Mengetahui proses inspeksi pengujian NDT menggunakan metode liquid
penetrant inspection.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian NDT


Metode Non Distructive Testing (NDT) adalah aktifitas test atau inspeksi
terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau diskontinuitas
lain tanpa merusak benda yang kita test atau inspeksi. Pada dasarnya, test ini
dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan
belum melewati damage tolerance (Naryono & Suharyadi, 2012).
2.2 Macam Macam Metode Pengujian NDT
Pada pengujian NDT terdapat beberapa metode, diantaranya adalah magnetic
particle inspection, liquid penetrant inspection, eddy current, visual test,
ultrasonic inspection, leak test, proof test, acaustic emission, dan radiographic
inspection (Naryono & Suharyadi, 2012).
2.2.1 Magnetic Particle Inspection
Metode pengujian ini didasarkan atas prinsip bahwa garisgaris gaya medan
magnet (magnetic flux) pada suatu objek atau material yang dimagnetisasi akan
terdistorsi secara lokal karena adanya diskontinuitas pada material tersebut.
Akibat dari penyimpangan ini, sebagian dari medan magnet daerah yang
mengalami diskontinuitas akan meninggalkan daerah ini dan akan kembali pada
daerah yang tidak mengalami diskontinuitas, sehingga akan terjadi kerusakan
aliran garisgaris gaya (Ramdani dan Putra, 2011).

Gambar 1.2.1 Magnetic Particle Inspection (Yudo & Jokosisworo, 2007)

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah


permukaan (subsurface) suatu komponen dalam bahan ferromagnetik dapat
diketahui. Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material
ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau
memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi (Naryono
& Suharyadi, 2012).
2.2.2 Liquid Penetrant Inspection
Metode liquid penetrant test merupakan metode NDT yang paling sederhana.
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka pada
komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber.
Melalui metode ini cacat pada material akan terlihat jelas. Caranya adalah dengan
memberikan cairan berwarna terang (penetrant) pada permukaan yang diinspeksi.
Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah
agar dapat masuk pada cacat di permukaan material. Selanjutnya penetrant yang
tersisa di permukaan material akan disingkirkan. Cacat akan nampak jelas jika
perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Sesuai inspeksi,
penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer (Naryono &
Suharyadi, 2012).
Uji menggunakan penetrant ini cocok digunakan untuk pengujian keretakan
dan porositas. Diskontinuitas harus benarbenar dibersihkan dan harus terbuka
pada permukaannya.

Gambar 1.2.2 Liquid Penetrant Inspection (Yudo & Jokosisworo, 2007)

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2.2.3 Eddy Current


Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya arus listrik
dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet di dalamnya. Jika
medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang akan diinspeksi, maka akan
terbangkit arus eddy. Arus eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet.
Medan magnet pada benda akan menginduksi medan magnet pada kumparan dan
mengubah impedansi bila ada cacat. Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya
dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau. Selain itu metode ini juga
diterapkan hanya pada bahan logam saja (Naryono & Suharyadi, 2012).

Gambar 1.2.3 Edi Current (Yudo & Jokosisworo, 2007)

2.2.4 Visual Test


Metode ini merupakan pemeriksaan material yang dilakukan tanpa alat bantu.
Metode ini paling sering diambil dalam pengujian NDT. Metode ini bertujuan
menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. Dalam hal ini adalah retak
yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar
ataupun boroskop (Naryono & Suharyadi, 2012).
2.2.5 Ultrasonik Inspection
Ultrasonik inspection adalah sebuah device yang mampu mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik dan juga sebaliknya yaitu mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik (Fathoni, Phirngadi & Rivai, 2013).

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Pengujian ultrasonik dapat dilakukan untuk hampir semua bahan,


menggunakan metode gelombang suara dengan frekuensi tinggi yang tidak dapat
didengar manusia. Menggunakan metode pulse echo technique, sebuah transduser
mentransmisikan suara frekuensi tinggi melalui bahan, suara pantulan kemudian
ditangkap dari diskonuitas. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji
dan sinyal yang ditransmisi atau dipantulkan diamati dan diinterpretasikan.
Gelombang ultrasonik yang digunakan memiliki frekuensi 0.520 MHz.
Gelombang suara yang terpengaruh jika ada void, retak atau delaminasi pada
material (Naryono & Suharyadi, 2012)

.
Gambar 1.2.4 Ultrasonic Inspection (Yudo & Jokosisworo, 2007)

Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah metode ultrasonik ini dapat
digunakan untuk pengujian di permukaan maupun bagian dalam bahan.
Sedangkan kelemahan dalm penggunaan metode ini adalah metode ini sulit
diterapkan untuk bahan yang mempunyai ukuran butir yang besar (Yudo &
Jokosisworo, 2007).
2.2.6 Leak Test
Leak test merupakan test untuk mengecek ada atau tidaknya kebocoran.
Pengujian kebocoran ini dilakukan dengan mengisi air yang mengandung

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

fluorocents di tempat yang diuji jika terjadi kebocoran akan terlihat berbinar pada
bagian yang bocor (Yudo & Jokosisworo, 2007).

Gambar 1.2.5 Leak Test (Yudo & Jokosisworo, 2007)

2.2.7 Proof Test


Pengujian tekanan sekaligus kebocoran menggunakan tekanan hidrostatis.
Perlu diperhatikan bahwa udara yang terperangkap harus dikeluarkan, karena bisa
membahayakan (Yudo & Jokosisworo, 2007).
2.2.8 Accaustic Emission
Accaustic emission (AE) adalah salah satu teknik Non Destructive Testing
(NDT) yang digunakan khusus untuk mendeteksi adanya emisi akustik yang
berasal dari aktivitas keretakan/ deformasi pada material. Dengan prinsip yang
sama teknik ini telah digunakan untuk mempelajari aktifitas kebocoran pada
bejana bertekan, yaitu dengan memonitor aktifitas AE yang berasal dari lubang
bocoran terhadap perubahan tekanan. Tekanan di dalam bejana dan signal AE
yang berasal dari lubang bocoran direkam secara on-line dengan sistem AEMISTRAS yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan korelasi diantara kedua
parameter tersebut (Kathrina & Yunaningsih, 2002).

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2.2.9 Radiographic Inspection


Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakn sinar X dan sinar gamma. Prinsip, sinar X dipancarkan menmbus
material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap
sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudian direkam pada film
yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film
tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film inilah yang akan memperlihatkan
bagian material yang cacat (Naryono & Suharyadi, 2012).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode NDT


Pengujian dengan menggunakan NDT ini banyak macammacam metodenya.
Dalam setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Dari
setiap kelebihan dan kekurangan setiap metode, bisa disimpulkan kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaan NDT.
2.3.1

Kelebihan

Menurut Yudo & Jokosisworo, 2007. Keuntungan terbesar jika kita


menggunakan NDT (Non Distructive Test) adalah tidak memerlukan waktu yang
lama dan juga biaya yang relatif tidak terlalu besar. Dan keuntungan yang lain
sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan peralatan yang terlalu banyak.
2. Bisa mengetahui cacat pada permukaan benda berpori dan juga kita bisa
mengetahui letak kecacatan yang ada pada material.
3. Peka terhadap kecacatan yang kecil.
2.3.2

Kekurangan

Selain memiliki berbagai kelebihan, metode NDT juga masih memiliki


kekurangan. Menurut Yudo & Jokosisworo, 2007. Kekurangan yang paling
terlihat dari penggunaan NDT ini adalah :
1.

Pengujian hanya terbatas pada spesimen yang diuji.

2.

Membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi.

3.

Hanya terbatas menguji pada permukaan yang kasar atau berpori.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2.4 Pengertian Baja ST 37


Baja ST37 adalah baja yang mempunyai kekuatan tarik antara 37 Kg/mm2
sampai 45 Kg/mm2. Kekuatan tarik ini adalah maksimum kemampuan sebelum
material mengalami patah. Baja pada batas kemampuan yield merupakan titik
awal dimana sifatnya mulai berubah dari elastis menjadi plastis. Perubahan sifat
material baja tersebut pada kondisi tertentu sangat membahayakan fungsi
konstruksi mesin. Kemungkinan terburuk konstruksi mesin akan mengalami
kerusakan (Bambang, 2010).

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
1. Benda uji Baja St37.

3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Kertas gosok (ampelas).
2. Kain lap halus.
3. Pembersih (cleaner).
4. Jangka sorong.
5. Kamera.
6. Liquid penetrant (cairan penetran).
7. Developer.

3.3 Prosedur Pelaksanan Praktikum


Berikut merupakan prosedur praktikum PBT modul 1 tentang NDT :
1. Membersihkan permukaan benda kerja menggunakan kertas gosok atau
ampelas sampai bagian yang mengalami korosi bersih.
2. Membersihkan permukaan benda kerja menggunakan kain lap.
3. Membersihkan permukaan benda kerja dengan menyemprotkan cleaner.
4. Menghapus cleaner dengan kain lap pada permukaan benda kerja dan
ditunggu sampai kering.
5. Menyemprotkan cairan penetrant pada daerah yang diselidiki dan
membiarkannya selama 510 menit. Kemudian menghapus penetrant dari
permukaan benda kerja dengan kain.
6. Menyemprotkan developer pada permukaan benda kerja dan membiarkannya
beberapa saat.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

7. Mengamati bercakbercak merah pada pemukaan benda, maka pada bercakbercak tersebut terdapat keretakan pada pengelasa.
8. Menggambarkan hasil pada lembar checksheet.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

10

3.4 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Berikut ini prosedur yang dilakukan pada praktikum modul 1 dalam bentuk
flowchart:
Mulai

Baja ST-37

Tahap Persiapan

Menetapkan tujuan

Landasan teori

Tahap Penetapan
tujuan

Proses pengumpulan data sebagai berikut :


1. Pengukuran material.
2. Membersihkan material.
3. Menyemprotkan cairan penetrant.
4. Menghapus cairan penetrant.
5. Menyemprotkan cairan developer.
6. Mengamati cacat/bercak merah pada spesimen.
Tahap Pengujian

Analisa Hasil Kecacatan

Kesimpulan dan Saran

Tahap Analisa

Tahap Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 1.3.6 Flowchart Prosedur Pelaksanaan Praktikum

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

11

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Autocad 2D dan 3D specimen


Pada praktikum ini digunakan baja ST 37 dengan dimensi sebagai berikut :
Panjang

= 101 mm

Lebar

= 81,8 mm

Tebal

= 5,90 mm

Tinggi las

= 8,2 mm

Lebar las

= 8,2 mm

Berikut ini adalah gambar 2D dan 3D dari spesimen


4.1.1 Gambar Autocad 2D
Untuk mempermudah mengamati dan menganalisisnya, spesimen digambar
dalam bentuk 2D. proyeksi yang yang digunakan adalah model proyeksi amerika
dengan menampakkan tiga pandangan, yaitu tampak depan, tampak samping dan
tampak atas.

Gambar 1.4.7 Spesimen Dalam Bentuk 2D

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

12

4.1.2 Gambar Autocad 3D spesimen


Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, material atau benda uji dapat
digambarkan dalam bentuk 3D beserta dengan spesimennya.

Gambar 1.4.8 Gambar Specimen 3D

4.2 Proses Pengujian


Berikut ini adalah proses pengujian dari spesimen material baja ST37 :
1. Praktikum ini menggunakan material baja ST37 untuk dianalisis.
Sebelumnya material dibersihkan dengan menggunaan ampelas untuk
menghilangkan karat pada daerah sekitar pengelasan. Material digosok hingga
benarbenar bersih.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

13

Gambar 1.4.9 Material Sebelum Diampelas

2. Setelah diampelas material dibersihkan dengan menyemprotkan cleaner ke


permukaan material. Kemudian bersihkan cleaner menggunakan kain lap dan
tunggu sampai kering.

Gambar 1.4.10 Material Saat Disemprot Cleaner

3. Menyemprotkan cairan penetrant pada daerah yang diselidiki yaitu daerah


sekitar pengelasan. Lalu dijemur selama 510 menit sampai cairan penetrant
kering.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

14

Gambar 1.4.11 Material Saat Disemprot Penetrant

4. Menghapus

penetrant

dengan

menggunakan

kain

lap,

kemudian

menyemprotkan developer pada daerah pengelasan dan membiarkannya untuk


beberapa saat. Setelah itu, mengamati bercakbercak merah yang ada pada
material. Bercakbercak merah tersebut menunjukan kecacatan pada
pengelasan, seperti keretakan, maupun kebocoran.

Gambar 1.4.12 Material Siap Dianalisis

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

15

4.3 Analisa Kecacatan


Praktikum NDT (Non Destructive Test) ini menggunakan metode liquid
penetrant test dan bahan uji baja ST37. Area yang diamati adalah 1 centimeter
dari kedua ujung sambungan las. 1 centimeter merupakan batas toleransi dari
analisa. Berikut ini gambar spesimen setelah dilakukan pengujian:

Gambar 1.4.13 Gambar Analisa Cacat

Berdasarkan gambar hasil pengujian di atas, dapat diketahui bahwa pada


sambungan pengelasan dengan batas toleransi sebesar 1 cm tidak ditemukan
adanya cacat pada pengelasan yang kurang baik indikasinya adalah terdapat warna
merah pada sambungan las yang telah diberi penetrant dan developer. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengelasan telah dilakukan dengan baik dan benda uji
layak untuk digunakan untuk pembuatan produk yang dituntut memiliki ketelitian
tinggi. Misalnya seperti pembuatan tabung gas LPG dan pembuatan badan kapal
laut.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

16

pembuatan kedua produk tersebut jika terdapat kecacatan sedikit maka sangat
berbahaya sekali. Berbeda dengan pembuatan pagar yang terbuat dari baja. Pada
pembuatan pagar, meskipun terjadi kecacatan sedikit tidak terlalu berpengaruh
terhadap fungsi pagar tersebut.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

17

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum modul 1 tentang NDT yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengujian Non Distructive Testing (NDT) adalah pengujian yang dilakukan
pada sebuah material tanpa merusak material tersebut. Pengujian NDT
memiliki beberapa metode, yaitu : Magnetic particle inspection, liquid
penetrant inspection, eddy current, visual test, ultrasonic inspection, leak test,
Proof test, radiographic inspection dan accaustic emission.
2. Proses pengujian dengan metode NDT yaitu :
a. Membersihkan

material

dari

karat

dengan

ampelas,

kemudian

membersihkan kembali dengan cleaner.


b. Menyemprotkan cairan penetrant, kemudian dijemur selama 5-10 menit.
c. Menghapus penetrant

dengan menggunakan kain lap, kemudian

menyemprotkan developer pada daerah penegelasan. Dan membiarkan


beberapa saat.
d. Mengamati

bercak-bercak pada spesimen.

Bercak-bercak tersebut

menunjukkan kecacatan pada pengelasan.


3. Dengan

menggunakan

metode

Non

Destructive

Test,

jika

terjadi

kecacatan/keretakan terhadap spesimen yang di uji, maka dapat terlihat


bercakbercak merah yang terdapat pada sambungan las dari spesimen
tersebut.
4. Berdasarkan hasil pengujian kecacatan pada material bisa terjadi karena
adanya human error pada proses pengelasan.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

18

5.2 Saran
Agar praktikum berjalan lancar dan bermanfaat bagi praktikan maupun
asisten praktikum, yang harus dilakukan adalah:
1. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam praktikum seharusnya lebih
lengkapi sesuai kebutuhan.
2. Sebaiknya keselamatan dan kesehatan lebih diutamakan. Agar tidak terjadi
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

19

DAFTAR PUSTAKA

Bambang K., (2010). Perubahan Harga Tegangan Tarik Yield Material Baja
Karbon Rendah Setelah Melalui Proses Pack Carburizing. Politeknik
Negeri Semarang
Fathoni, M. H., dkk, (2013). Perancangan, Pembuatan, dan Karakterisasi
Tranduser Ultrasonik 3,5 MHz untuk Pengujian Bahan Padat, 2(1)
Naryono, dan Suharyadi I., Analisa Pengelasan Dingin dengan Menggunakan
Metode High Frequency Electrical Resistance Welding pada Proses
Pembuatan Pipa Baja SKTM 13B. Universitas Muhammadiyah Jakarta
Putra, W. H. A., dan Ferdi R., (2006). Analisa Pengaruh Nonconductive Coating
Terhadap Panjang Pendeteksian Cacat Permukaan dengan Menggunakan
Metode Pemeriksaan Magnetik Partikel (MPI) pada Sambungan Las
Crane di Kapal. Institut Negeri Sepuluh November Surabaya
Yudo, H., dan Sarjito J., (2007). Proses Pengujian Tidak Merusak. KAPAL ,1(2).
Yunaningsih, R., dan Titin K., (2002). Uji Kebocoran Pada Bejana Bertekanan
denga Metode Accaustic Emission. Jurnal Fisika Himpunan Fisika
Indonesia, 1(4) 1.

LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

20

Anda mungkin juga menyukai