Anda di halaman 1dari 17

AKUSTIKA BUATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman dahulu, akustika telah menjadi bagian penting dari ilmu
arsitektur dan teknik sipil. Nenek moyang manusia menjadikan suara sebagai
bagian penting dari peradaban dan kebudayaan mereka yang tidak hanya
digunakan untuk komunikasi saja namun juga untuk kesenangan. Ilmu ini
penerapannya jika di bidang arsitektur atau juga teknik sipil adalah pada
bangunan-bangunan yang memang dikhususkan untuk suatu acara tertentu,
misalnya: bangunan studio music, gedung seni, gedung pertemuan, dll. Ilmu
ini berpengaruh pada kualitas bunyi di dalamnya sehingga akan menentukan
pula kenikmatan dalam mendengarkan bunyi tadi.
Akan tetapi, dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini,
tentu manusia membutuhkan alat yang lebih untuk mempermudah mereka
memperoleh kualitas dan kuantitas dari bunyi tadi dengan sesuai keinginan.
Sejauh ini yang ditemukan adalah pengeras suara (loudspeaker) yang dapat
memperkeras suara manusia dan bunyi music, sound system, alat music
elektronik, dll. Namun bila secanggih apapun peralatannya, bila memang
akustik bangunan tersebut buruk akan menjadikan kualitas bunyi dalam
bangunan itu buruk juga. Sebaliknya, akustik bangunan yang bagus bias
dirusak oleh system tata suara elektronik yang buruk.
B. RUMUSAN MASALAH
a. ISTILAH-ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM AKUSTIK
b. RINGKASAN PENGETAHUAN DASAR
c. ASPEK PERANCANGAN
d. ASPEK MATEMATIS
e. CONTOH PERHITUNGAN
C. TUJUAN

Dalam hal ini, yang akan kami bahas adalah tujuan, proses dan tata cara
pengaturan dalam hal akustika buatan. Beserta macam-macam kegunaan
dalam kehidupan sehari-hari jika suatu gedung atau bangunan menerapkan
prinsip ini. Tentu akan banyak sekali manfaat-manfaatnya dalam dunia
apapun, baik itu dalam dunia kerja, bisnis, dan lain sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ISTILAH-ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM AKUSTIK


System bunyi elektronik (electronic sound system) pada awalnya adalah
untuk memperkuat bunyi asli. Komponennya terbagi atas: mikrofon
(microphone) yang bertugas mengubah gelombang bunyi (energy bunyi)
menjadi sinyal listrik, penguat (amplifier) yang bertugas memperkuat sinyal
listrik dari mikrofon tadi, dan loudspeaker (pengeras suara/pelantang) yang
mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi
yang lebih keras daripada bunyi asli.
Bunyi adalah getaran berentang 20 ~ 20 kHz. Ternyata, jika bunyi seluruh
rentang tadi direproduksi oleh loudspeaker tunggal, tidaklah diperoleh hasil
yang bagus. Oleh karena itu, rentang tersebut terbagi menjadi 3 bagian oleh
alat bernama cross-over untuk didistribusikan ke loudspeaker, yaitu:
1. Bunyi nada tinggi (2.000-20.000 Hz, treble) yang akan
dikeluarkan melalui

hi-range speaker (high-frequency horn

loudspeaker, tweeter)

2. Bunyi nada tengah (500-2.000 Hz) yang akan dikeluarkan oleh


mid-range speaker (medium-frequency loudspeaker)

3. Bunyi nada rendah (150-500 Hz, bass) yang akan dikeluarkan


oleh low-range speaker (low-frequency loudspeaker, woofer)

Kebanyakan nada rendahlah yang paling disukai kalau keluar dengan


mantap bertenaga melalui low-range speaker terpisah yang sering kita kenal
sebagai sub-woofer (20-150 Hz).

Pada system bunyi elektronik awal, seluruh bunyi yang masuk melalui
mikrofon direproduksi campur menjadi satu yang sering kita kenal dengan
istilah mono. Sedangkan untuk yang memiliki saluran loudspeaker kiri-kanan
sering kita sebut stereo.
Fasilitas yang biasanya menyertai system bunyi elektronik, antara lain:
1. Radio (tunner)
2. Pemutar kaset (cassette player)
3. Pemutar CD (Compact Disk Player)
4. Pemutar VCD/DVD (Video Compact Disk/Digital Video Disk
Player) (Catatan: DVD juga sering disebut Digital Versatile
Disk)
5. Equalizer, yaitu fasilitas

untuk mengatur kekuatan bunyi

berdasarkan frequensinya.
6. Synthesizer, yang berguna untuk mengubah warna bunyi atau
meniru bunyi-bunyian.
7. Mixer, yaitu alat untuk mencampur dan mengatur lalu lintas
sumber bunyi pada system bunyi elektronik.
8. Pemutar Piringan Hitam (Phonograph player)
Ada beberapa tipe penempatan loudspeaker pada system bunyi elektronik,
namun pada dasarnya ada 4 tipe:
1. Terpusat (central cluster) yaitu sekelompok speaker yang
diletakkan di atas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak
ke depan sedikit (manusia tidak terlalu peka terhadap
pergeseran sumber bunyi secara vertical dan lebih peka
terhadap pergeseran secara horizontal). Kumpulan speaker ini
4

dapat disembunyikan di balik tirai dan masing-masing speaker


diarahkan ke audiens deretan depan, tengah maupun belakang.
Kelebihan: bunyi dari speaker sama arahnya dengan
posisi sumber bunyi (misalnya orang menyanyi atau
berpidato), sehingga terasa begitu alami dan natural.

2. Tersebar (distributed) yaitu peletakan rangkaian speaker di atas


audiens (pendengar). Tipe ini digunakan untuk ruangan yang
langit-langitnya relative pendek sehingga tidak memungkinkan
memakai tipe terpusat. Tipe ini lebih terfokus pada kejelasan
bunyi yang dihasilkan dan tidak terlalu mementingkan arah dari
bunyi tersebut.
Kelebihan: Bunyi yang dihasilkan jelas.

3. Terpadu dengan kursi (seat-integrated) yaitu meletakkan


speaker secara terpadu di belakang kursi. Tipe ini biasa
diterapkan di gereja, ketika bunyi yang pelan tetapi jelas dan
merata diperlukan. Biasanya speaker diletakkan di belakang
sandaran kursi dan bunyinya akan didengar oleh orang yang
duduk di belakang kursi tersebut.

Kelebihan: saat bunyi yang dihasilkan pelan, namun

tetap jelas terdengar.


4. Kombinasi dari tipe-tipe di atas. Untuk kombinasi tipe terpusat
dan tersebar diperlukan alat penunda bunyi (initial time delay)
agar bunyi dari speaker di deretan belakang menunggu
datangnya bunyi dari speaker terpusat di depan.
Kelebihan: deretan depan dan belakang sama-sama
mendengar bunyi dengan jelas.

Perbandingan Sistem Penempatan Loudspeaker tersebut:


Sistem

Terpusat

Kerealistisan

Keterlihatan

Bunyi

Loudspeaker

Sangat Baik

Sangat
Terlihat
Tidak terlalu

Penunda

Biaya

Sinyal

Peralatan

Elektronik
Tidak

Relatif

dibutuhkan

Rendah

terlihat bila
Tersebar

Jelek

ditanam

Kadang-

Rendah

dalam ceruk,

kadang

hingga

tetapi sangat

diperlukan

sedang

terlihat bila
Terpadu
dengan Kursi
Kombinasi

Jelek

digantung
Tidak terlalu

Diperlukan
Tinggi
menonjol
Tergantung dari Ruangan dan Desain Sistem

B. RINGKASAN PENGETAHUAN DASAR


Ukuran dan bentuk permukaan akan mempengaruhi bunyi yang
mengenainya dalam bentuk refleksi (reflection, jika panjang atau lebar
permukaan lebih besar dari empat kali panjang gelombang bunyi, x>4), difusi
(diffusion, bila kedalaman ceruk sama dengan panjang gelombang bunyi, x=)
dan difraksi (diffraction, bila panjang atau lebar permukaan lebih kecil
daripada panjang gelombang bunyi, x<). Gambarnya sebagai berikut:
Permukaan pemantul (reflector) umumnya mempunyai bentuk cekung
(concave), datar (flat) dan cembung (convex). Bentuk cekung (seperti kubah
bangunan ibadah, dinding belakang auditorium yang melengkung) dapat
memfokuskan pantulan bunyinya sehingga menimbulkan titik dengan bunyi
lebih keras (hot spot) dan gaung (echo) di area penonton. Bentuk datar, bila
cukup luas dan diorientasikan dengan baik dapat efektif mendistribusikan
bunyi. Untuk bentuk cembung ini akan mendistribusikan pantulan bunyi secara
baur dan dengan rentang frekuensi yang lebih lebar sehingga bagus untuk
ruang music. Gambarnya sebagai berikut:

Konstruksi dan bahan permukaan ruangan sangat menentukan perilaku


pemantulan bunyinya. Bahan akustik yang sama bias mempunyai koefisien
serap bunyi berbeda bila dipasang dengan konstruksi berbeda. Ada 6 cara
memasang bahan akustik (tipe A, B, C, D, E, dan F) serta 2 cara memasang
tirai (tipe G dan H). Gambarnya sebagai berikut:
Namun hingga saat ini, cara yang paling umum untuk meredam bunyi
adalah dengan cara mencegat atau memutus perambatan bunyi. Salah satu
contohnya adalah dalam bentuk headphone.
C. ASPEK PERANCANGAN
1. Sistem Tata Suara Elektronik yang Efektif
Sistem penguat bunyi (sound-reinforcing system) yang dirancang dengan
baik harus terintegrasi dengan akustik bangunan sehingga akan
mendukung transmisi alami bunyi dari sumber ke pendengarnya. System
tersebut harus menjaga bunyi di dalam ruang terdistribusi dengan baik
dan dengan kekerasan yang cukup. Tidak boleh sama sekali ada
anggapan bahwa system penguat bunyi dapat menggantikan akustik
bangunan yang baik. Dalam banyak kasus, system bunyi bahkan dapat

membuat akustik buatan menjadi lebih buruk.


Bila digunakkan oleh pembicara yang berpengalaman, auditorium
berkapasitas kurang dari 500 tempat duduk jarang memerlukan system
penguat bunyi, antara 500 hingga 1000 tempat duduk mungkin mulai
memerlukan system penguat bunyi, lebih dari 1000 tempat duduk
memerlukan system penguat bunyi meskipun tidak selalu dipakai. Ruang
yang diperlukan oleh pembicara yang tidak berpengalaman seperti ruang
pengadilan dan ruang sidang di perkantoran, tanpa tergantung ukurannya,

selalu memerlukan system penguat bunyi.


Pilihan pertama system penguat bunyi adalah tipe sentral (central) yaitu
loudspeaker atau kumpulan loudspeaker yang diletakkan tepat di atas
sumber bunyi. Cara ini dianggap paling alami karena bunyi datang dari

sumber bunyi.
Pilihan kedua adalah system penguat bunyi tersebar (distributed), yaitu
penempatan sejumlah besar loudspeaker secata tersebar dengan
ketinggian rendah. Setiap loudspeaker mengeluarkan bunyi yang tidak
terlalu kuat untuk melayani area yang tidak terlalu luas di bawahnya.
Cara ini dipakai untuk auditorium yang ketinggian langit-langitnya tidak

mencukupi untuk memakai system sentral dan bila pendengar tidak dapat
melihat langsung ke loudspeaker atau ke kumpulan loudspeaker. System
tersebar ini terutama digunakan bila arah sumber bunyi yang realistis
tidak

terlalu

penting,

pengumuman.
Letakkan mikrofon

di

misalnya

hanya

untuk

luar cakupan bunyi

menyampaikan

loudspeaker

untuk

menghindari feedback (kecuali pembicara dekat dengan mik dan mik


tersebut tidak terlalu peka).
2. Pertimbangan Akustika dalam Memilih Rumah
Pilihan pertama adalah rumah tinggal yang berdiri sendiri, pilihan kedua
rumah tinggal townhouse, dan pilihan terakhir adalah lantai paling atas
kondominium.
Kenali dan tentunya berusaha hindari lokasi terdekat dari: jalan raya,
halte bus, rel kereta api, bandara, kantor/garasi dinas pemadaman
kebakaran, station ambulance, diskotik/pub yang mungkin menghasilkan
kebisingan hingga larut malam bahkan sampai pagi.
Cari tahu ke Dinas Tata Kota tentang konsep pengembangan kota dan
jaringannya.
Cobalah berkunjung ke calon rumah anda beberapa kali pada saat yang
berbeda. Sunyi di satu saat belum tentu begitu di saat lainnya. Pesawat
terbang dapat tinggal landas dan mendarat dari arah yang berbeda,
tergantung arah angin.
Rasakanlah kondisi akustik di luar dan di dalam rumah.
Berjalanlah berkeliling rumah dan catatlah keadaan lahan yang
bersebelahan. Jika lahan masih kosong, tanyakan kepada perencana
lingkungan/kota akan difungsikan sebagai apa. Jika ada pepohonan yang
rimbun menutupi pandangan, periksalah ada apa dibaliknya. Bila rumah
anda akan dihuni beberapa keluarga, keadaan lingkungan yang amat
sunyi justru akan menyebabkan gangguan privasi akustik karena setiap
pembicaraan akan terdengar jelas.
Ajaklah orang lain, mintalah berjalan di atas, mengguyur toilet, dan lainlain, rasakanlah apakah bunyi-bunyi tersebut dapat ditolerir.
Catatlah letak elevator, letak transformer utama, serta pembuangan
sampah. Dengarkanlah bunyinya dari dalam rumah.
Tanyakan pada kontraktor apakah pipa pembuangan dari besi digunakan.
Mintalah gambar kerja bangunan dari arsitek, anda mungkin akan
memerlukannya jika ingin mengadakan perbaikan-perbaikan.

Jika bertingkat yakinkanlah bahwa denah ruang di atas dan di bawah


rumah anda sama. Itu berarti di atas dan di bawah dapur anda ada dapur
tetangga. Di atas dan di bawah toilet anda ada toilet tetangga. Jadi jangan
sampai di atas kamar tidur ada toilet tetangga.
Mintalah konfirmasi tertulis posisi penghuni terhadap penutup lantai.
Jangan sampai tetangga anda di atas mengubah karpet ke marmer.
Mintalah konfirmasi tertulis posisi penghuni terhadap piano dan organ.
Jika sudah ada tetangga, bicaralah dengan mereka apakah ada masalah
kebisingan, apakah mereka dapat saling mendengar dengan tetangga lain,
dan sebagainya.
Mintalah kopi catatan dewan penghuni tentang adanya complain
beberapa tahun belakangan, adakah keluhan yang berhubungan dengan
kebisingan dan bagaimana masalah tersebut dapat terselesaikan.
Mintalah jaminan tertulis dari wakil penjual atau pengembang mengenai
klaim untuk permasalahan kebisingan.
Untuk kondominium (rumah susun), carilah unit yang paling sedikit
mempunyai dinding yang beradu dengan tetangga (missal di sudut). Di
perumahan, carilah yang di ujung.
Jangan membeli rumah di dekat elevator, lubang pembuangan sampah,
ruang olahraga, atau ruang pesta.
Jangan membeli pemandangan yang tak terlihat.
Jangan hanya mengunjungi rumah pada hari Minggu.
Jangan mau kamar tidur anda bersebelahan dengan dapur dan di atas anda
ada kamar mandi.
Jangan harap anda tidak akan mendengar sama sekali tetangga anda.
Jangan menawar tanpa mempertimbangkan hal-hal di atas.
3. Bangunan Ibadah
Bangunan seperti gereja memiliki akustik yang unik. Di gereja misalnya, ada
aktivitas khotbah dan menyanyi, baik dilakukan oleh jemaat atau paduan
suara. Berbeda dengan di auditorium sekuler, di gereja suara pemimpin
ibadah perlu diberi sentuhan akustik agar lebih berwibawa dan menarik.
Suara pendeta tidak hanya perlu jelas tetapi juga harus mantap berwibawa.
Ada satu rumus yang sering diterapkan sebagai pedoman peletakkan speaker
di gereja, yaitu yang sering disebut sweetspot (dari Joseph De Buglio). Inti
dari rumus ini adalah peletakkan speaker secara terpusat (cluster) pada jarak
(L-W)/2+W dihitung dari dinding belakang ruang gereja (L adalah panjang
ruangan, W adalah lebar ruangan). Secara sederhana kumpulan speaker akan

10

berada di posisi antara1/3 dan 1/4 panjang ruangan dihitung dari depan
(mimbar) dan tepat di tengah antara dinding kiri dan kanan.
4. Gedung Konser
Adalah termasuk bangunan yang memiliki akustik kritis. Arsitek perlu
didampingi ahli akustik untuk memperoleh desain yang sempurna. Berikut
ini adalah pedoman sederhana bagi arsitek yang dapat digunakan dalam
tahap awal desain (disarikan dari Egan):
Waktu dengung (TR) pada frekuensi tengah (rata-rata untuk 500 dan
1000Hz) di saat ruangan penuh antara 1,6 dan 2,4 detik untuk opera,
symphoni, organ dan paduan suara. Ingat bahwa bunyi music di ruangan
yang memiliki waktu dengung tepat akan sangat hidup, memenuhi
ruangan dan memadu dengan baik. Akan tetapi, jika waktu dengung
berlebihan, akan menyebabkan bunyi music campur aduk, kisruh, tidak
dapat dibeda-bedakan.
Untuk pertunjukan music, rasio bass harus lebih besar dari 1,2. Rasio
bass adalah perbandingan antara wakru dengung frekuensi rendah (ratarata untuk 125 dan 250Hz) dan frekuensi tengah (rata-rata 500 dan
1000Hz). Rasio bass yang tinggi akan memberikan kesan kehangatan.
Hindarilah pemakaian panil-panil tipis (misalnya kayu <3/4) yang akan
meredam bunyi frekuensi rendah.
Keintiman (intimacy) dapat diperoleh dengan cara mengusahakan celah
tunda waktu awal (initial-time-delay gap, ITDG) kurang dari 20 ms
(millisecond, mili-detik, seperseribu detik) untuk bunyi pantulan. (initial
time delay gap adalah waktu selang antara kedatangan bunyi langsung
dan bunyi pantulan pertama yang harus kurang dari 30 ms, yaitu setara
dengan perbedaan jarak tempuh 34ft atau 10,36 m). Ruang music
berbentuk empat persegi panjang sebaiknya mempunyai perbandingan
panjang dan lebar (L/W) kurang dari 2. Secara empiris terbukti bahwa
gedung konser yang baik di Eropa mempunyai perbandingan tinggi dan
lebar (H/W) lebih besar 0,7.
Kekerasan (loudness) ditentukan oleh volume ruangan,peredaman bunyi
dan bentuk sisi depan ruangan. Untuk ruangan berbentuk empat persegi
panjang dengan panggung di depan, volume ruang per orang adalah 8 m 3.
Untuk panggung di tengah, volume ruang per orang adalah 13 m3.
Kepadatan tempat duduk 0,6-0,8 m2.

11

Permukaan dinding samping, langit-langit, dinding balkon, dan dinding


panggung harus dapat memantulkan bunyi secara baur (difus). Hindarilah
permukaan-permukaan yang rata.
Permukaan pemantul bunyi di dekat panggung harus dapat memantulkan
bunyi kembali ke panggung sehingga pemain dapat merasakan respon
ruangan yang memadai.
Hindarilah permukaan-permukaan yang menyebabkan gema (echo),
lecutan (flutter, bunyi seperti lecutan akibat pantulan yang cepat),
rayapan (creep, bunyi yang merambat di permukaan kubah).
Tingkat kebisingan latar belakang (background noise level) harus
mendekati ambang pendengaran, yaitu NC-15. Jadi, boleh dikatakan di
dalam gedung konser yang baik, suasana akan sangat senyap sehingga
pemusik memiliki banyak kebebasan untuk bermain dengan pelan dan
bunyi keras.
5. Ruang Mesin dan Perlengkapan
Ruang mesin merupakan sumber kebisingan. Beberapa cara untuk
menanganinya adalah sebagai berikut (disarikan oleh Egan):
Letakkan ruang mesin jauh dari ruangan yang sensitive terhadap bunyi.
Pakailah mesin atau peralatan yang mengeluarkan kebisingan rendah.
Gunakan konstruksi dinding, lantai dan langit-langit yang mempunyai
nilai kehilangan transmisi (transmission loss, isolasi bunyi) besar. Ingat
bahwa mesin dapat menimbulkan bunyi hingga 100 dBA sehingga
mungkin diperlukan lantai apung, dinding berat, dan langit-langit gantung
untuk meredam penjalaran bunyi tersebut.
Isilah dinding dan langit-langit dengan bahan peredam bunyi yang
banyak untuk mencegah timbulnya kebisingan melalui udara.
Gunakan bahan-bahan yang lembek (seperti pegas) di bawah lantai untuk
mengisolasi rambatan bunyi (mencegah) ke struktur bangunan.

D. ASPEK MATEMATIS
1. Jarak loudspeaker ke pendengar (untuk T < 2dtk)

Dengan :
d = Jarak maksimum loudspeaker pendengar (m)
Q = direktivitas loudspeaker (antara 2 15, semakin besar nilai berarti
semakin terarah atau fokus, untuk suara orang direktivitasnya adalah
2 pada 500Hz), tanpa unit
12

V = volume ruang (m)


TR = waktu dengung (dtk)

2. Jarak distribusi Antar Loudspeaker

Dengan :
s = jarak antar loudspeaker (m)
h = ketinggian langit langit dari lantai (m)
1,2 = rata rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri
3. Loudspeaker bunyi latar (background masking)

Dengan
s = jarak antar loudspeaker (m)
d = ketinggian rongga langit langit (m)
h = ketinggian langit langit dari lantai (m)
1,2 = rata rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri
4. Ketinggian langit langit Auditorium

Dengan
h = rata rata ketinggian langit langit, dengan kursi terbungkus dan
dinding
belakang meredam bunyi (m)
T = waktu dengung untuk frekuensi tengah (m)
5. Frekuensi Resonansi Panel Getar (Vibrating Panel)

Panel resonan (resonant panels) adalah panel peredam bunyi frekuensi


rendah 250Hz.

Dengan
Fr = frekuensi resonansi panel (Hz)
13

w = berat panel (kg/m)


d = kedalaman udara di belakang panel (m)
E. CONTOH PERHITUNGAN
1. Menghitung Jarak Maksimum Loudspeaker Ke Pendengar
Soal :
Hitunglah jarak maksimum loudspeaker ke pendengar bila diketahui
ukuran ruang panjang 20m, lebar 10m, dan tinggi 4m. Loudspeaker yang
digunakan jenis biasadengan direktivitas 6. Waktu dengung ruang, TR,12dtk.
Diketahui

Ditanya
Jawab

: Panjang ruangan 20m


Lebar ruangan 10m
Tinggi ruangan 4m
Direktivitas speaker (Q) 6
Waktu Denggung 12dtk
: d (jarak maksimum) loudspeaker pendengar (m)
: Volume ruang (V) = 20m x 10m x 4m
= 800m
d = 0,18.(QV/TR)0,5
d = 0,18.{(6)(800)/12}0,5
d = 11,38m

2. Menghitung Jarak Antar Loudspeaker


Soal :
Hitunglah jarak antar-speaker (sistem terdistribusi di langit langit) pada
ruang kuliah bila ketinggian langit langit 3,6m !
Diketahui
Ditanya
Jawab

: Ketinggian langit langit 3,6m


: s (jarak antar-speaker), m
: s = 1,4.(h-1,2)m
s = 1,4.(3,6-1,3)
s = 3,36m

3. Menghitung Jarak Antar Loudspeaker Untuk Bunyi Latar


Soal :
Hitunglah jarak antar speaker (sistem terdistribusi pada langit langit)
untuk bunyi latar untuk ruang kantor bila tinggi langit langit 3,6m dan rongga
(jarak antar speaker dan permukaan diatassnya 0,8m.

14

Diketahui
Ditanya
Jawab

: tinggi langit langit / h 3,6m


Rongga / d 0,8m
: s (jarak antar speaker), m

4. Menghitung Ketinggian Langit langit


Soal :
Hitunglah rata- rata ketinggian langit langit bila waktu dengung nada
tengah 2,2dkt
Diketahui
Ditanya
Jawab

: waktu dengung nada tenggah 2,2dkt


: rata ketinggian langit langit, m
:

5. Menghitung Resonansi Panel Getar


Soal :
Hitunglah frekuensi resonansi sebuah panel seberat 50kg/m yang
diletakkan sejauh 0,4m dari dinding, dan hitunglah frekuensi resonansi bila berat
panel diganti 10kg/m
Diketahui

Ditanya
Jawab

: w / berat panel a = 50kg/m


w / berat panel b = 10kg/m
d = 0,4m
: frekuensi resonansi dengat berat panel 50kg/m dan 10 kg/m
: a.

Jadi panel tadi akan meredeam suara yang cukup rendah yaitu 46,38Hz
b.

Ternyata memakai panel lebih ringat dan rongga sama frekuensi


yang diredam lebih tinggi yaitu 103,7Hz

BAB III
PENUTUP

15

Kesimpulan:
Dengan demikian, kita dapat mengetahui tentang detail-detail segala aspek
baik itu perancangan maupun matematis perhitungan yang dibutuhkan seorang
teknik sipil dalam hal mengenai akustika buatan. Dan banyak info dari pengertian
dari setiap-setiap istilah yang ada di dunia teknik sipil bidang akustika buatan ini.
Setelah tahu itu semua kita dapat semakin memperdalam ilmu kita dalam dunia
ketekniksipilan.

DAFTAR RUJUKAN

Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2.Yogyakarta: Andi.


16

Fakultas Teknik. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:


Universitas Negeri Malang.

17

Anda mungkin juga menyukai