Akustika Buatan
Akustika Buatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman dahulu, akustika telah menjadi bagian penting dari ilmu
arsitektur dan teknik sipil. Nenek moyang manusia menjadikan suara sebagai
bagian penting dari peradaban dan kebudayaan mereka yang tidak hanya
digunakan untuk komunikasi saja namun juga untuk kesenangan. Ilmu ini
penerapannya jika di bidang arsitektur atau juga teknik sipil adalah pada
bangunan-bangunan yang memang dikhususkan untuk suatu acara tertentu,
misalnya: bangunan studio music, gedung seni, gedung pertemuan, dll. Ilmu
ini berpengaruh pada kualitas bunyi di dalamnya sehingga akan menentukan
pula kenikmatan dalam mendengarkan bunyi tadi.
Akan tetapi, dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini,
tentu manusia membutuhkan alat yang lebih untuk mempermudah mereka
memperoleh kualitas dan kuantitas dari bunyi tadi dengan sesuai keinginan.
Sejauh ini yang ditemukan adalah pengeras suara (loudspeaker) yang dapat
memperkeras suara manusia dan bunyi music, sound system, alat music
elektronik, dll. Namun bila secanggih apapun peralatannya, bila memang
akustik bangunan tersebut buruk akan menjadikan kualitas bunyi dalam
bangunan itu buruk juga. Sebaliknya, akustik bangunan yang bagus bias
dirusak oleh system tata suara elektronik yang buruk.
B. RUMUSAN MASALAH
a. ISTILAH-ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM AKUSTIK
b. RINGKASAN PENGETAHUAN DASAR
c. ASPEK PERANCANGAN
d. ASPEK MATEMATIS
e. CONTOH PERHITUNGAN
C. TUJUAN
Dalam hal ini, yang akan kami bahas adalah tujuan, proses dan tata cara
pengaturan dalam hal akustika buatan. Beserta macam-macam kegunaan
dalam kehidupan sehari-hari jika suatu gedung atau bangunan menerapkan
prinsip ini. Tentu akan banyak sekali manfaat-manfaatnya dalam dunia
apapun, baik itu dalam dunia kerja, bisnis, dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
loudspeaker, tweeter)
Pada system bunyi elektronik awal, seluruh bunyi yang masuk melalui
mikrofon direproduksi campur menjadi satu yang sering kita kenal dengan
istilah mono. Sedangkan untuk yang memiliki saluran loudspeaker kiri-kanan
sering kita sebut stereo.
Fasilitas yang biasanya menyertai system bunyi elektronik, antara lain:
1. Radio (tunner)
2. Pemutar kaset (cassette player)
3. Pemutar CD (Compact Disk Player)
4. Pemutar VCD/DVD (Video Compact Disk/Digital Video Disk
Player) (Catatan: DVD juga sering disebut Digital Versatile
Disk)
5. Equalizer, yaitu fasilitas
berdasarkan frequensinya.
6. Synthesizer, yang berguna untuk mengubah warna bunyi atau
meniru bunyi-bunyian.
7. Mixer, yaitu alat untuk mencampur dan mengatur lalu lintas
sumber bunyi pada system bunyi elektronik.
8. Pemutar Piringan Hitam (Phonograph player)
Ada beberapa tipe penempatan loudspeaker pada system bunyi elektronik,
namun pada dasarnya ada 4 tipe:
1. Terpusat (central cluster) yaitu sekelompok speaker yang
diletakkan di atas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak
ke depan sedikit (manusia tidak terlalu peka terhadap
pergeseran sumber bunyi secara vertical dan lebih peka
terhadap pergeseran secara horizontal). Kumpulan speaker ini
4
Terpusat
Kerealistisan
Keterlihatan
Bunyi
Loudspeaker
Sangat Baik
Sangat
Terlihat
Tidak terlalu
Penunda
Biaya
Sinyal
Peralatan
Elektronik
Tidak
Relatif
dibutuhkan
Rendah
terlihat bila
Tersebar
Jelek
ditanam
Kadang-
Rendah
dalam ceruk,
kadang
hingga
tetapi sangat
diperlukan
sedang
terlihat bila
Terpadu
dengan Kursi
Kombinasi
Jelek
digantung
Tidak terlalu
Diperlukan
Tinggi
menonjol
Tergantung dari Ruangan dan Desain Sistem
sumber bunyi.
Pilihan kedua adalah system penguat bunyi tersebar (distributed), yaitu
penempatan sejumlah besar loudspeaker secata tersebar dengan
ketinggian rendah. Setiap loudspeaker mengeluarkan bunyi yang tidak
terlalu kuat untuk melayani area yang tidak terlalu luas di bawahnya.
Cara ini dipakai untuk auditorium yang ketinggian langit-langitnya tidak
mencukupi untuk memakai system sentral dan bila pendengar tidak dapat
melihat langsung ke loudspeaker atau ke kumpulan loudspeaker. System
tersebar ini terutama digunakan bila arah sumber bunyi yang realistis
tidak
terlalu
penting,
pengumuman.
Letakkan mikrofon
di
misalnya
hanya
untuk
menyampaikan
loudspeaker
untuk
10
berada di posisi antara1/3 dan 1/4 panjang ruangan dihitung dari depan
(mimbar) dan tepat di tengah antara dinding kiri dan kanan.
4. Gedung Konser
Adalah termasuk bangunan yang memiliki akustik kritis. Arsitek perlu
didampingi ahli akustik untuk memperoleh desain yang sempurna. Berikut
ini adalah pedoman sederhana bagi arsitek yang dapat digunakan dalam
tahap awal desain (disarikan dari Egan):
Waktu dengung (TR) pada frekuensi tengah (rata-rata untuk 500 dan
1000Hz) di saat ruangan penuh antara 1,6 dan 2,4 detik untuk opera,
symphoni, organ dan paduan suara. Ingat bahwa bunyi music di ruangan
yang memiliki waktu dengung tepat akan sangat hidup, memenuhi
ruangan dan memadu dengan baik. Akan tetapi, jika waktu dengung
berlebihan, akan menyebabkan bunyi music campur aduk, kisruh, tidak
dapat dibeda-bedakan.
Untuk pertunjukan music, rasio bass harus lebih besar dari 1,2. Rasio
bass adalah perbandingan antara wakru dengung frekuensi rendah (ratarata untuk 125 dan 250Hz) dan frekuensi tengah (rata-rata 500 dan
1000Hz). Rasio bass yang tinggi akan memberikan kesan kehangatan.
Hindarilah pemakaian panil-panil tipis (misalnya kayu <3/4) yang akan
meredam bunyi frekuensi rendah.
Keintiman (intimacy) dapat diperoleh dengan cara mengusahakan celah
tunda waktu awal (initial-time-delay gap, ITDG) kurang dari 20 ms
(millisecond, mili-detik, seperseribu detik) untuk bunyi pantulan. (initial
time delay gap adalah waktu selang antara kedatangan bunyi langsung
dan bunyi pantulan pertama yang harus kurang dari 30 ms, yaitu setara
dengan perbedaan jarak tempuh 34ft atau 10,36 m). Ruang music
berbentuk empat persegi panjang sebaiknya mempunyai perbandingan
panjang dan lebar (L/W) kurang dari 2. Secara empiris terbukti bahwa
gedung konser yang baik di Eropa mempunyai perbandingan tinggi dan
lebar (H/W) lebih besar 0,7.
Kekerasan (loudness) ditentukan oleh volume ruangan,peredaman bunyi
dan bentuk sisi depan ruangan. Untuk ruangan berbentuk empat persegi
panjang dengan panggung di depan, volume ruang per orang adalah 8 m 3.
Untuk panggung di tengah, volume ruang per orang adalah 13 m3.
Kepadatan tempat duduk 0,6-0,8 m2.
11
D. ASPEK MATEMATIS
1. Jarak loudspeaker ke pendengar (untuk T < 2dtk)
Dengan :
d = Jarak maksimum loudspeaker pendengar (m)
Q = direktivitas loudspeaker (antara 2 15, semakin besar nilai berarti
semakin terarah atau fokus, untuk suara orang direktivitasnya adalah
2 pada 500Hz), tanpa unit
12
Dengan :
s = jarak antar loudspeaker (m)
h = ketinggian langit langit dari lantai (m)
1,2 = rata rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri
3. Loudspeaker bunyi latar (background masking)
Dengan
s = jarak antar loudspeaker (m)
d = ketinggian rongga langit langit (m)
h = ketinggian langit langit dari lantai (m)
1,2 = rata rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri
4. Ketinggian langit langit Auditorium
Dengan
h = rata rata ketinggian langit langit, dengan kursi terbungkus dan
dinding
belakang meredam bunyi (m)
T = waktu dengung untuk frekuensi tengah (m)
5. Frekuensi Resonansi Panel Getar (Vibrating Panel)
Dengan
Fr = frekuensi resonansi panel (Hz)
13
Ditanya
Jawab
14
Diketahui
Ditanya
Jawab
Ditanya
Jawab
Jadi panel tadi akan meredeam suara yang cukup rendah yaitu 46,38Hz
b.
BAB III
PENUTUP
15
Kesimpulan:
Dengan demikian, kita dapat mengetahui tentang detail-detail segala aspek
baik itu perancangan maupun matematis perhitungan yang dibutuhkan seorang
teknik sipil dalam hal mengenai akustika buatan. Dan banyak info dari pengertian
dari setiap-setiap istilah yang ada di dunia teknik sipil bidang akustika buatan ini.
Setelah tahu itu semua kita dapat semakin memperdalam ilmu kita dalam dunia
ketekniksipilan.
DAFTAR RUJUKAN
17