Anda di halaman 1dari 12

FISIKA TEKNIK

KENYAMANAN AKUSTIK (BUATAN)

DOSEN PENGAMPU : RIZKY INDRA UTAMA,S.T,M.T,M.Pd.T

Disusun Oleh Kelompok 6


AVIFA DYONITA
HANIFAH LESTARI
INDAH AFRILIA
MUHAMMAD RAFIF KHAIRULLAH
ULFAYANI

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi kita semua, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KENYAMANAN AKUSTIK (BUATAN) .............................................................. 1


KATA PENGHANTAR ........................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Pengertian dan Istilah-Istilah Dalam Akustik .............................................. 5
B. Ringkasan Pengetahuan Dasar ..................................................................... 8
C. Aspek Matematik ......................................................................................... 8
BAB III ..................................................................................................................11
PENUTUP ..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu, akustika telah menjadi bagian penting dari ilmu
arsitektur dan teknik sipil. Nenek moyang manusia menjadikan suara sebagai
bagian penting dari peradaban dan kebudayaan mereka yang tidak hanya digunakan
untuk komunikasi saja namun juga untuk kesenangan. Ilmu ini penerapannya jika
di bidang teknik sipil adalah pada bangunan-bangunan yang memang dikhususkan
untuk suatu acara tertentu, misalnya: bangunan studio music, gedung seni, gedung
pertemuan, dll. Ilmu ini berpengaruh pada kualitas bunyi di dalamnya sehingga
akan menentukan pula kenikmatan dalam mendengarkan bunyi tadi.

Akan tetapi, dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, tentu
manusia membutuhkan alat yang lebih untuk mempermudah mereka memperoleh
kualitas dan kuantitas dari bunyi tadi dengan sesuai keinginan. Sejauh ini yang
ditemukan adalah pengeras suara (loudspeaker) yang dapat memperkeras suara
manusia dan bunyi music, sound system, alat music elektronik, dll. Namun bila
secanggih apapun peralatannya, bila memang akustik bangunan tersebut buruk akan
menjadikan kualitas bunyi dalam bangunan itu buruk juga. Sebaliknya, akustik
bangunan yang bagus bias dirusak oleh system tata suara elektronik yang buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Istilah-Istilah Dalam Akustik (Buatan).
2. Ringkasan Pengetahuan Dasar.
3. Aspek Matematik.

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Dan Istilah-Istilah Dalam Akustik (Buatan).
2. Mengetahui Pengetahuan Dasar.
3. Mengetahui Aspek Matematik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Istilah-Istilah Dalam Akustik


System bunyi elektronik (electronic sound system) pada awalnya adalah untuk
memperkuat bunyi asli. Komponennya terbagi atas: mikrofon. (microphone) yang
bertugas mengubah gelombang bunyi (energy bunyi) menjadi sinyal listrik,
penguat (amplifier) yang bertugas memperkuat sinyal listrik dari mikrofon tadi,
dan loudspeaker (pengeras suara/pelantang) yang mengubah sinyal listrik yang
telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi ang lebih keras daripada bunyi asli.

Akustik Buatan merupakan aplikasi praktis dari ilmu akustik termasuk


pengendalian suara dan getaran, reproduksi dan penyiaran suara, serta penggunaan
instrumen suara untuk mengukur dan memeriksa atau memproses berbagai bahan.

Tujuan dari akustik buatan adalah pengurangan kebisingan yang tidak


diinginkan, yang biasa disebut dengan pengendalian kebisingan. Kebisingan yang
tidak diinginkan bisa memiliki dampak bagi kesehatan bagi mahluk hidup hingga
hilangnya pendengaran. Prinsip pengendalian kebisingan diimplementasikan
menjadi teknologi dan desain dalam banyak cara termasuk pengendalian dengan
mendesain sumber suara, mendesain pelindung kebisingan, penyerap suara,
peredam, hingga penggunaan pelindung telinga.

Bunyi adalah getaran berentang 20-150 kHz. Ternyata, jika bunyi seluruh
rentang tadi direproduksi oleh loudspeaker tunggal, tidaklah diperoleh hasil yang
bagus. Oleh karena itu, rentang tersebut terbagi menjadi 3 bagian oleh alat
bernama cross-over untuk didistribusikan ke loudspeaker, yaitu:

1. Bunyi nada tinggi (2.000-20.000 Hz, treble) yang akan dikeluarkan


melalui hi-range speaker (high-frequency horn loudspeaker, tweeter)
2. Bunyi nada tengah (500-2.000 Hz) yang akan dikeluarkan oleh mid-range
speaker (medium-frequency loudspeaker)

3. Bunyi nada rendah (150-500 Hz, bass) yang akan dikeluarkan oleh low-
range speaker (low-frequency loudspeaker, woofer)

4. Kebanyakan nada rendahlah yang paling disukai kalau keluar dengan


mantap bertenaga melalui low-range speaker terpisah yang sering kita kenal
sebagai sub-woofer (20-150 Hz).

Ada beberapa tipe penempatan loudspeaker pada system bunyi elektronik,


namun pada dasarnya ada 4 tipe:

1. Terpusat (central cluster) yaitu sekelompok speaker yang diletakkan di atas


sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak ke depan sedikit (manusia tidak
terlalu peka terhadap pergeseran sumber bunyi secara vertical dan lebih
peka terhadap pergeseran secara horizontal). Kumpulan speaker ini dapat
disembunyikan di balik tirai dan masing-masing speaker diarahkan ke
audiens deretan depan, tengah maupun belakang.
Kelebihan: bunyi dari speaker sama arahnya dengan posisi sumber bunyi
(misalnya orang menyanyi atau berpidato), sehingga terasa begitu alami dan
natural.

2. Tersebar (distributed) yaitu peletakan rangkaian speaker di atas audiens


(pendengar). Tipe ini digunakan untuk ruangan yang langit-langitnya
relative pendek sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat. Tipe
ini lebih terfokus pada kejelasan bunyi yang dihasilkan dan tidak terlalu
mementingkan arah dari bunyi tersebut.
Kelebihan: bunyi yang dihasilkan semakin jelas

3. Terpadu dengan kursi (seat-integrated) yaitu meletakkan speaker secara


terpadu di belakang kursi. Tipe ini biasa diterapkan di gereja, ketika bunyi
yang pelan tetapi jelas dan merata diperlukan. Biasanya speaker diletakkan
di belakang sandaran kursi dan bunyinya akan didengar oleh orang yang
duduk di belakang kursi tersebut.
Kelebihan: saat bunyi yang dihasilkan pelan tapi tetap jelas didengar

4. Kombinasi. Untuk kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat


penunda bunyi (initial time delay) agar bunyi darispeaker di deretan
belakang menunggu datangnya bunyi dari speakerterpusat di depan.
Kelebihan: deretan depan dan belakang sama-sama mendengar bunyi
dengan jelas.

B. Ringkasan Pengetahuan Dasar


Ukuran dan bentuk permukaan akan mempengaruhi bunyi yang
mengenainya dalam bentuk refleksi (reflection, jika panjang atau lebar
permukaan lebih besardari empat kali panjang gelombang bunyi, x>4λ), difusi
(diffusion, bila kedalamanceruk sama dengan panjang gelombang bunyi, x=λ)
dan difraksi (diffraction, bilapanjang atau lebar permukaan lebih kecil daripada
panjang gelombang bunyi, x<λ)

Permukaan pemantul (reflector) umumnya mempunyai bentuk cekung


(concave),datar (flat) dan cembung (convex). Bentuk cekung (seperti kubah
bangunanibadah, dinding belakang auditorium yang melengkung) dapat
memfokuskan pantulan bunyinya sehingga menimbulkan titik dengan bunyi
lebih keras (hot spot) dan gaung (echo) di area penonton. Bentuk datar, bila
cukup luas dan diorientasikan dengan baik dapat efektif mendistribusikan
bunyi. Untuk bentukcembung ini akan mendistribusikan pantulan bunyi secara
baur dan denganrentang frekuensi yang lebih lebar sehingga bagus untuk ruang
music.

Konstruksi dan bahan permukaan ruangan sangat menentukan perilaku


pemantulan bunyinya. Bahan akustik yang sama bias mempunyai koefisien
serapbunyi berbeda bila dipasang dengan konstruksi berbeda. Ada 6 cara
memasangbahan akustik (tipe A, B, C, D, E, dan F) serta 2 cara memasang tirai
(tipe G dan H).

C. Aspek Matematik
1. Jarak loudspeaker ke pendengar (untuk T<2dtk)

Ket :
d : Jarak maksimum loudspeaker - pendengar (m)

Q : direktivitas loudspeaker (antara 2-15, semakin besar nilai berarti

semakin terarah atau fokus, untuk suara orang direktivitasnya adalah 2 pada

500Hz), tanpa unit

V : volume ruang (m³)

Tr : waktu degung (dtk)

2. Jarak distribusi Antar Loudspeaker


s = 1,4.(h-1,2) m
Ket :
s : jarak antar loudspeaker (m)
h : ketinggian langit langit dari lantai (m)
1.2 rata-rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri)

3. Loudspeaker bunyi latar (background masking)


s=1,4 (2d+h-1,2) m
Ket :
s : jarak antar-loudspeaker (m)
d : ketinggian rongga langit langit (m)
h : ketinggian langit langit dari lantai (m)
1,2 rata-rata ketinggian telinga manusia duduk, m (gantilah dengan
angka 1,7 bila ruangan tersebut untuk pendengar berdiri

4. Ketinggian langit langit Auditorium


h=6,1 T m
Ket :
h : rata-rata ketinggian langit langit, dengan kursi terbungkus dan dinding
belakang meredam bunyi (m)
T : waktu dengung untuk frekuensi tengah (m)

5. Frekuensi Resonansi Panel Getar (Vibrating Panel) Panel resonan (resonant


panels) adalah panel peredam bunyi frekuensi rendah 250Hz.

Ket :
Fr : frekuensi resonansi panel (Hz)
w : berat panel (kg/m³)
d : kedalaman udara di belakang panel (m)
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Dengan demikian, kita dapat mengetahui tentang detail-detail segala aspek


baik itu perancangan maupun matematis perhitungan yang dibutuhkan seorang
teknik sipil dalam hal mengenai akustika buatan. Dan banyak info dari pengertian
dari setiap-setiap istilah yang ada di dunia teknik sipil bidang akustika buatan ini.
Setelah tahu itu semua kita dapat semakin memperdalam ilmu kita dalam dunia
ketekniksipilan.
DAFTAR PUSTAKA
Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2.Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai