PERANCANGAN
AKUSTIKA ARSITEKTUR
Version 21.03
Prakata
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya buku “Dasar-dasar Perancangan Akustika
Arsitektur” dari Acourete, Acoustic Revolutionary Technology.
Apabila hal ini terjadi terus-menerus akan dibutuhkan perbaikan yang membutuhkan biaya yang tidak kecil karena
terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam perancangan suatu ruang arsitektur. Selain itu, pemilihan produk
akustik yang tidak tepat justru akan menimbulkan kesia-siaan karena berujung pembongkaran ulang dan menambah
sampah di bumi.
Demi menciptakan bumi yang semakin sehat, kami terus bergerak dengan solusi-solusi yang revolusioner, yang
tentunya lebih efektif, efisien, dan selalu mengedepankan material akustik yang ramah lingkungan. Kami membantu
merancang ruang Akustika Arsitektur dengan Revolutionary Movement Solution, yaitu menggunakan material dengan
performa tinggi, dapat berbaur dengan lingkungan, dan sesuai dengan standar yang ada.
Manfaat setelah mempelajari buku ini, pembaca mengetahui dasar-dasar perancangan Akustika Arsitektur,
mengetahui kriteria desain Akustika Arsitektur, mengetahui kriteria material yang meliputi kriteria arsitektur, kriteria
akustik, dan kriteria HSE (Health, Safety, Environment), dan mengetahui referensi galeri desain pemasangan material
Akustika Arsitektur berdasarkan jenis materialnya.
Buku ini bermanfaat untuk para arsitek dan kontraktor yang sering mendapatkan pekerjaan yang berhubungan
dengan akustik, konsultan perencana yang sedang memiliki proyek yang membutuhkan pengetahuan akustik,
mahasiswa atau pelajar yang ingin memperdalam mengenai Akustika Arsitektur, dan praktisi atau pemilik bangunan
yang ingin mengerjakan akustik sendiri.
Silahkan mempelajari dan mengaplikasikan buku ini. Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi pembaca dan
bagi semua pihak yang membutuhkan. Jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan, kami akan sangat
senang menerima kritik dan saran dari Anda.
PRAKATA
6. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Akustika Arsitektur terdiri dari dua kata yaitu akustik dan arsitektur, keduanya memiliki arti masing-masing.
Menurut KBBI, akustika dan arsitektur memiliki makna sebagai berikut.
akus.ti.ka: n cabang ilmu fisika yang mempelajari terjadinya suara, penyaluran, penerimaan, pengendalian dan
pengaruh suara
ar.si.tek.tur /arsitèktur/: (n) seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan
sebagainya; ilmu bangunan; (n) metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan
Berdasarkan pengertian dua kata di atas, disimpulkan bahwa Akustika Arsitektur adalah ilmu yang mempelajari
cara merancang sebuah bangunan dengan mempertimbangkan pengaruh bunyi atau suara terhadap bangunan.
“Akustika Arsitektur adalah keilmuan untuk mendesain ruangan, struktur dan konstruksi dari sebuah ruangan
yang tertutup, serta sistem-sistem mekanikal pendukungnya bagi tujuan peningkatan kualitas akustik (pidato
dan juga musik, atau gabungan di antara keduanya), di dalam suatu ruang.” (Handoko Sutanto, 2015)
Secara umum fenomena Akustika Arsitektur yang sering kita kenal adalah Pantulan Suara (Reflection), Dengung
(Reverberation), dan Gema (Echo). Mari kita simak penjelasan dari masing-masing fenomena tersebut.
Pantulan Suara (Reflection) adalah gelombang suara yang merambat melalui media tertentu (misalnya udara)
kemudian mengenai permukaan media lain (misalnya dinding), dan memantul kembali ke arah lain. Fenomena
pantulan suara secara mudah dapat dilihat pada ilustrasi gambar 2. Sedangkan suara langsung (direct sound)
adalah suara yang merambat di udara dari sumber suara, langsung menuju ke penerima suara.
Pantulan Suara menyebabkan manusia mendengarkan suara langsung dan beberapa suara pantulan yang
sampai ke telinga dengan arah dan waktu yang berbeda. Hal ini menciptakan persepsi ruang, akan tetapi
terkadang mengurangi kejelasan suara langsung apabila suara pantulan yang didengar cukup besar.
Dengung (Reverberation) adalah pantulan suara pada permukaan bidang ruangan yang terjadi berulang-ulang
sampai suara tersebut hilang. Ilustrasi fenomena dengung dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Dengung menyebabkan manusia mendengarkan satu suara langsung dan suara dengung yang melemah dalam
periode waktu tertentu.
Hal ini menciptakan persepsi ruang, akan tetapi mengurangi kejelasan suara langsung apabila waktu dengung
yang jauh lebih lambat dari satuan bunyi suku kata pada suara ucap atau satuan bunyi dari sebuah pertunjukan
musik. Dengung diperlukan dalam porsi tertentu untuk suara tertentu, akan tetapi dapat
juga mengganggu untuk suara yang lain.
Gema (Echo) adalah pantulan suara yang terdengar satu sampai dengan beberapa kali dengan jeda waktu
tertentu dalam satu kurun waktu tertentu sampai suara tersebut akhirnya hilang.
Gema menyebabkan manusia mendengarkan suara langsung dan suara gema berulang kali dalam periode
waktu tertentu.
Hal ini menciptakan bunyi suara yang bertumpuk - tumpuk. Suara yang bertumpuk dapat terdengar teratur atau
terdengar berantakan.Gema kadang dibutuhkan untuk memberikan persepsi suara tertentu yang diinginkan
oleh pemilik suara, akan tetapi gema yang tidak terkendali merupakan gangguan suara yang memberikan
pengalaman buruk kepada pendengar.
Perlu diketahui bahwa gema (echo) dan dengung atau gaung (reverberation) adalah sesuatu yang berbeda.
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar beberapa saat setelah bunyi asli, sedangkan dengung adalah bunyi
pantul yang terdengar sebagian bersamaan dengan bunyi asli.
Selain itu gema dihasilkan dari dinding pantulan minimum berjarak 16,2m dari sumber suara, sedangkan
dengung terjadi jika jarak dinding di bawah pantulan minimum yaitu berjarak kurang dari 16,2m dari sumber
suara. Gambar 5 mengilustrasikan dengan cukup jelas perbedaan antara dengung dan gema.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tidak semua dengung (reverb) bersifat merugikan bagi
pendengarnya. Pada kondisi khusus seperti pada pertunjukan musik di sebuah hall, mixing audio, dan lain-lain
reverb sering kali dikombinasikan dengan efek delay untuk menghasilkan efek audio yang lebih enak didengar.
Ada beragam metode pengukuran waktu gema tetapi yang paling sering digunakan adalah Reverberation Time
60dB yang lebih dikenal dengan istilah RT60. Definisi RT60 adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk suara
melemah sebanyak 60dB.
Untuk membuat ruangan dengan hasil akustik yang baik kita perlu menghitung:
(1) Besaran gema (RT60) rata – rata pada ruangan (detik)
(2) Besaran gema (RT60) pada frekuensi tertentu (detik)
Misalnya Anda memiliki ruangan dengan ukuran 29m3 maka ideal nya waktu gemanya (RT60) adalah 1,15 detik.
Tetapi jika ruangan tersebut memiliki waktu gema (RT60) sebesar 1,7 detik maka ruangan tersebut
membutuhkan material serap suara.
Atau sebaliknya jika pada ruangan tersebut memiliki waktu gema (RT60)
sebesar 0,7 detik maka ruangan tersebut dapat kita sebut sebagai dead room dimana pada ruang tersebut
banyak terdapat material serap suara.
Setiap material memiliki karakter serap dan pantul yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda.
Misalnya material semen cenderung untuk memantulkan nada tinggi dan untuk nada rendah diteruskan.
Sedangkan karpet cenderung untuk menyerap nada tinggi dan meneruskan nada rendah.
Sering kami melihat orang membuat ruang studio atau ruang audio dengan memasang karpet di lantai dan
dinding. Ruang seperti ini cenderung untuk memberikan efek suara yang “boomy” (dengung) dengan detail
suara yang tidak baik.
Ruangan dengan kadar kebutuhan gema dan gaung yang tepat merupakan idaman semua orang. Namun,
sebenarnya gema dan gaung dapat juga dimanfaatkan untuk memperindah suara dalam ruangan, asal dengan
proporsi yang tepat.
Grafik pada gambar 6 di bawah ini, menunjukkan hubungan antara volume ruangan dengan satuan meter dan
feet dengan waktu dengung dalam satuan detik yang ideal.
Mari kita ambil satu contoh untuk menunjukkan cara membaca grafik ini. Garis miring pada grafik menunjukkan
rentang waktu dengung yang dibutuhkan untuk masing-masing jenis ruangan.
Misalnya sebuah ruangan memiliki volume 2000m3, dan ruangan ingin difungsikan sebagai concert
halls-romantic music. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menarik garis lurus ke bawah, kemudian
menarik garis ke arah kiri untuk melihat rentang nilai waktu dengungnya.
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa kebutuhan waktu dengungnya adalah sekitar 1,6-1,8 detik.
Standar DIN 18041 yang sudah ada sejak 1968 direvisi dari Oktober 2013 hingga pertengahan 2015 untuk
memenuhi persyaratan akustik ruangan untuk implementasi inklusi di bidang pendengaran dan untuk
mempertimbangkan tren dalam arsitektur modern.
Selain aspek teknis dan sosial tersebut, DIN 18041 dengan judul baru “Kualitas akustik dalam
ruangan - persyaratan, rekomendasi dan petunjuk perencanaan” tahun 2016 memberikan klarifikasi dan
penambahan serta penghapusan dibandingkan dengan edisi tahun 2004.
Revisi DIN 18041 memberikan pedoman yang jelas dan dijelaskan sebagai persyaratan maupun rekomendasi
untuk ruangan sehari-hari di mana saling mendengarkan dan memahami tetapi juga menemukan ketenangan
adalah sangat penting.
Ruangan untuk pertunjukan musik biasanya tanpa sound system, merupakan salah satu contoh live room. Di lain
sisi, dead room atau ruangan mati merujuk pada ruangan dengan reverberation time yang singkat, seperti halnya
ruang rekaman. Biasanya, ruangan seperti ini menggunakan beberapa bahan absorber pada permukaannya.
Speech Transmission Index (STI) adalah cara untuk mengukur kualitas transmisi ucapan. STI merupakan ukuran
representasi numerik dari karakteristik saluran komunikasi yang nilainya bervariasi dari 0 = buruk hingga
1 = sangat baik. Nilai STI dipengaruhi oleh Tingkat Tekanan Sumber Suara (SPL dalam dBA), Reverberation Time
(RT dalam detik) dan Kebisingan Latar (BGN dalam dBA).
STI memprediksi kemungkinan suku kata, kata, dan kalimat yang dapat dipahami. Sebagai contoh, untuk seorang
native speakers, kemungkinan ini diberikan oleh tabel 3 sebagai berikut,
Tabel 3. Prediksi STI terhadap Kejelasan Suku Kata, Kata, dan Kalimat
Anda bisa mendengarkan perbedaan kejelasan suara cakap dan beberapa parameter STI pada link berikut
(link ke YouTube Auralisasi Acourete)
Clarity (C80)
Kualitas suara musik menjadi aspek yang paling penting dalam mendesain ruang pertunjukan seni terutama
concert hall. Kebutuhan waktu dengung untuk ruang pertunjukan seni telah diklasifikasikan sesuai jenis
pertunjukan seni, misalnya pertunjukan tari, ballet, drama, opera, dan lain-lain.
Atau pertunjukan musik mulai dari musik rock, pop, jazz yang diamplifikasi menggunakan sound system, atau
pagelaran musik akustik murni mulai dari piano tunggal, ensemble gitar atau alat musik gesek-tiup, paduan suara
sampai dengan orkes simfoni dengan jumlah musisi sampai dengan 150 orang.
Pengertian clarity adalah dimana kita dapat mendengarkan setiap separasi nada musik tempo cepat secara detail,
atau kalau clarity kurang maka kita akan mendengarkan suara blur akibat dengung di antara nada-nada tersebut.
Secara matematis definisi clarity dalam akustika arsitektural adalah perbandingan energi suara langsung dengan
suara dengung (reverberation) yang diterima oleh pendengar.
Parameter akustik yang sering dipakai untuk menunjukan tingkat bauran suara musik adalah parameter C80.
C80 adalah rasio logaritma deciBell antara energi suara yang diterima dalam kurun waktu 80 milidetik dan energi
suara yang diterima kemudian.
Nilai C80 yang disarankan oleh beberapa konsultan akustik untuk pertunjukan musik klasik berkisar antara +2dB
sampai dengan - 4dB. Sedangkan nilai C80 yang ideal untuk pertunjukan musik rock berbeda dengan musik
klasik, demikian pula musik jazz dan musik lainnya.
Anda bisa mendengarkan perbedaan suara musik dari beberapa parameter C80 pada link berikut
(link ke YouTube Auralisasi Acourete).
Pada saat ingin merancang sebuah ruangan Akustika Arsitektur, maka bukan hanya kebutuhan akustik saja yang
dibutuhkan namun kebutuhan arsitekturalnya juga harus terpenuhi. Terdapat kriteria arsitektur, kriteria akustik,
dan kriteria HSE yang harus dipenuhi. Berikut penjelasan dari tiap-tiap kriteria.
KRITERIA ARSITEKTUR
Dalam merancang sebuah ruangan Akustik Arsitektur, seorang arsitek, desainer interior, dan konsultan akustik
berkolaborasi untuk menghasilkan ruangan yang indah secara suara (akustik) dan juga visual. Berikut adalah
beberapa kriteria arstitektur yang perlu dipenuhi oleh material akustik agar dapat memenuhi hal-hal di atas.
Tampilan permukaan material yang digunakan pada ruangan Akustika Arsitektur bermacam-macam misalnya
tampilan permukaan kayu, fabrik, batu, cat, dan lain-lain. Biasanya arsitek atau interior yang melakukan proses
pemilihan tampilan material yang disesuaikan dengan konsep desain bangunan secara keseluruhan. Gambar 8
menunjukkan material panel akustik yang di-finishing dengan lapisan fabrik.
Warna merupakan unsur penting dalam objek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas,
menyampaikan pesan, atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk visual secara jelas.
Warna material Akustika Arsitektural sebaiknya bisa disesuaikan dengan desain ruangan yang ada agar terjadi
kesinambungan antar komponen. Berikut di bawah ini gambar 9 dan 10 menunjukkan panel material akustik
yang dilapisi dengan fabrik berwarna sesuai dengan desain ruangan dan warna dinding.
Semua produk Akustika Arsitektur Acourete telah memenuhi ketiga kriteria arsitektur di atas. Permukaan
finishing material, warna, dan juga bentuk bisa dikombinasikan sesuai kreativitas masing-masing disesuaikan
desain ruangan yang diinginkan.
KRITERIA AKUSTIK
Seperti yang telah kita ketahui bahwa gelombang suara memiliki beberapa sifat yaitu, refleksi (memantul),
absorbsi (menyerap), difusi (menyebar). Pada gambar 14, kita dapat melihat ilustrasi perilaku gelombang
terhadap suatu media.
Material berpori seperti ubin akustik dan plester, fiberglass, panel akustik berpori, karpet, serta tirai adalah
material yang sering digunakan sebagai material penyerap suara pada suatu ruangan. Susunan pori ini berfungsi
untuk mengubah energi akustik menjadi panas.
Tingkat penyerapan suara dari material tersebut bekerja dengan baik pada frekuensi di atas 500 Hz. Namun
demikian, untuk kasus pemasangan panel akustik, absorbsi pada frekuensi rendah dapat ditingkatkan dengan
memberikan gap atau jarak antara material dan dinding. Tingkat penyerapan (absortivitas) material akan
meningkat dengan bertambahnya ketebalan material.
Contoh material akustika arsitektur berpori dari Acourete adalah EchoBaffle, Acourete Board, Acourete
Diathonite, dan masih banyak lagi. Gambar 15 menunjukkan ilustrasi Acourete EchoBaffle, dimana material ini
terdiri atas material berpori seperti Acourete Fiber yang di-finishing dengan bingkai dan kain ateja sehingga
menjadi panel berpori yang tepat untuk meredam gema.
Acourete Board adalah bahan peredam suara berpori yang berbentuk softboard yang terbuat dari serat
polyester. Acourete telah membuat produk panel akustik dekoratif untuk ruangan.
Produk ini merupakan modifikasi dari Acourete Board yang dapat dipesan dengan warna, bentuk, dan ukuran
sesuai selera. Produk ini bernama “Decorative Acoustic Panel”, karena selain berfungsi sebagai peredam suara,
panel ini juga difungsikan untuk membuat ruangan menjadi semakin estetik (Architectural Acoustics) seperti
pada gambar 16.
Setiap material menyerap suara dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan penyerapan suara ini
dikuantifikasikan dengan NRC (Noise Reduction Coefficient) atau diterjemahkan sebagai koefisien reduksi
kebisingan, yaitu rating satu nilai yang memiliki rentang nilai dari 0 hingga 1 dan digunakan untuk mewakili
persentase energi suara yang diserap oleh permukaan.
Nilai NRC merupakan hasil rata-rata pengukuran sound absorption coefficient pada frekuensi 125 Hz, 500 Hz,
1.000 Hz, dan 2.000 Hz yang dibulatkan ke kelipatan 0,05 terdekat. Jika NRC suatu material bernilai 1, itu artinya
material tersebut menyerap sepenuhnya energi suara pada frekuensi 125 Hz, 500 Hz, 1.000 Hz, dan 2.000 Hz.
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa dua material yang berbeda dapat memiliki nilai NRC yang sama
walaupun keduanya memiliki performa yang berbeda.
Gambar 17 menunjukkan ilustrasi penyebaran dan perambatan suara pada sebuah atau antar ruangan.
Cavity Resonator
(Resonator Berongga) bersifat menyerap suara pada frekuensi rendah
Resonator berongga tersusun atas wadah berisi udara yang memiliki sebuah bukaan kecil. Resonator berongga,
bekerja seperti resonator Helmholtz, yaitu menyerap energi akustik secara efisien pada suatu rentang frekuensi
resonansi yang sempit. Peredam jenis ini dapat berupa balok beton berongga, panel berongga, atau kisi-kisi kayu
yang diberi material absorbsi di belakangnya.
Jika diinginkan rentang frekuensi penyerapan yang lebih lebar, dapat dipasang gabungan dari resonator yang
telah disebutkan. Contoh dari material jenis ini adalah Acourete Perfowood seperti pada gambar 18.
Acourete Perfowood adalah interior akustik berlubang terbuat dari MDF. Acourete Perfowood cocok dipakai
untuk mengatasi permasalahan akustik dan memperindah ruangan dengan nuansa kayu. Permukaan depan
Acourete Perfowood diproses finishing dengan melamine dan bagian belakang unfinished dilapisi dengan
kain akustik hitam.
Lubang dengan ukuran dan jarak tertentu berfungsi sebagai peredam suara dengan prinsip Helmholtz
Resonator. Acourete Perfowood memiliki karakteristik peredam suara yang beragam sesuai dengan diameter
lubang dan jarak antara lubang.
Pantulan di sebuah ruangan dapat merusak kualitas, kejernihan percakapan, dan suara musik. Untuk mengatasi
masalah tersebut, umumnya dipasang panel-panel peredam suara.
Akan tetapi, panel peredam suara memiliki kelemahan, yaitu energi suara cenderung diserap oleh panel tersebut.
Untuk mengatasinya, ada metode lain untuk mengurangi efek pantulan suara, yaitu dengan memasang
panel diffuser.
Acoustic Diffusers adalah solusi yang sangat baik untuk mengatasi distorsi seperti comb filtering dan flutter echo
dalam detail musik, kejernihan vokal, dan pembatalan respons.
Contoh diffuser yang dapat mengatasi permasalahan kualitas suara serta dapat memperindah ruangan adalah
Acourete Sinewave Diffuser Suara Akustik Ruang Frekuensi Tinggi.
Acourete Soundfusser Sinewave adalah polisilinder diffuser yang bekerja efektif pada frekuensi tinggi. Modul ini
didesain dengan menggunakan software CAD.
Untuk pembuatan moulding, kami menggunakan teknologi CAM. Acourete Soundfusser Sinewave terbuat
dari bahan plastik berkualitas tinggi.
Panel tidak berpori yang terpasang dengan gap atau jarak pada elemen bangunan akan bergetar jika dikenai
suara, dengan demikian energi suara akan berubah menjadi panas.
Material tidak berpori seperti gypsum sheetrock, plywood, panel kayu tipis, batu, kaca, dan lain-lain, bekerja
cukup efektif pada frekuensi rendah.
Penambahan absorber berpori pada celah antar panel dan dinding akan meningkatkan efisiensi penyerapan
pada frekuensi rendah.
Contoh panel tidak berpori dapat dilihat pada gambar 19, white gypsum panels.
Material Akustik Arsitektur aman bagi kesehatan misalnya material tidak menguap dan melepaskan gas beracun
seperti formaldehyde yang dapat mengganggu pernapasan penghuninya, tidak melepaskan VOC
(Volatile Organic Compound) yang menyebabkan alergi, tidak menyerap kelembaban yang dapat menjadi
sarang makhluk biologis yang merupakan sumber penyakit.
Part 3 Flooring
VOC content - California Department of Public Health (CDHP) v1.1-2010
Part 4 Insulation
Limit the usage of thermal and acoustic insulation (excl duct)
VOC content - California Department of Public Health (CDHP) v1.1-2010
Material Akustika Arsitektur mempunyai perilaku yang bersifat fire reaction dan fire resistant. Fire reaction adalah
reaksi api terhadap bahan material yang terbakar anatara lain :
Dari reaksi api terhadap bahan material yang terbakar tersebut dites di laboratorium dan hasilnya diklasifikasikan
untuk tingkat mutu bahan material tertentu.
Menurut organisasi Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK), bahan material
bangunan diklasifikasikan dalam lima tingkat mutu bahan yaitu :
a. Tingkat I : Non Combustible (M1); adalah bahan yang memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar serta
pengujian sifat api pada permukaan (surface test) untuk tingkat bahan sangat sukar terbakar;
b. Tingkat II : Semi Non Combustible (M2); adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada
pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat bahan sukar terbakar;
c. Tingkat III : Fire Retardant (M3) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada
pengujian penjalaran api permukaan, untuk tingkat bahan yang bersifat penghambat api;
d. Tingkat IV : Semi Fire Retardant (M4) adalah bahan yang sekurang kurangnya memenuhi persyaratan pada
pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat agak menghambat api;
e. Tingkat V : Combustible (M5) adalah bahan yang tidak memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun
persyaratan sifat penjalaran api permukaan;
Realitanya, tidak ada bangunan yang tahan api. Namun, konstruksi bangunan tahan api, ditambah dengan ruang
pertahanan yang tepat, memberikan kesempatan yang sangat baik bagi petugas pemadam kebakaran untuk
melindungi bangunan Anda.
Berikut adalah beberapa contoh kriteria material akustik arsitektur yang aman apabila terjadi musibah kebakaran:
1. Index kecepatan rambat api pada material
2. Residual flame time
3. Residual spark time
Material yang aman untuk keselamatan bangunan adalah material yang tahan terhadap kebakaran,
tidak merambatkan api, tidak menyerap uap air.
Acourete Fiber dan Acourete Board 230 adalah contoh material yang aman dan tahan terhadap kebakaran karena
tidak menyerap uap air. Material ini juga bersifat tidak merambatkan api.
Di era ini pemerintah, perencana, produsen material, kontraktor, pemilik bangunan dan pelaku lingkungan bahu
membahu membuat gerakan untuk membuat dan menggunakan material yang “berkesinambungan”
(sustainable) yang mana material tersebut “lahir dari alam” (organic), dan dapat “didaur ulang” (recycle) dan
akhirnya “kembali ke alam” (back to nature).
Dengan kata lain semua material menggunakan bahan dasar dari alam, diproses dan diproduksi secara alami,
digunakan, didaur ulang, dan akhirnya dapat kembali ke alam dan tidak menumpuk menjadi sampah yang
menggangu kesehatan manusia serta lingkungan.
Akhir-akhir ini para peneliti bahkan mahasiswa banyak yang melakukan penelitian mengenai bahan dasar dari
peredam suara yang ramah lingkungan. Berdasarkan penelitian yang banyak dilakukan, bahan dasar yang bisa
digunakan sebagai peredam suara adalah sabut kelapa.
Tentunya hal ini menguntungkan bagi kita yang hidup di Indonesia, di mana ketersediaan sabut kelapa begitu
melimpah dan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya pada kasus bangunan, sabut kelapa bisa
dijadikan bahan campuran pada dinding cor untuk meredam kebisingan, setelah 10 tahun ternyata bangunan
ini dihancurkan. Serpihan-serpihan dinding yang mengandung sabut kelapa dapat di-degradasi menjadi pupuk.
Konsep seperti itu merupakan contoh dari konsep bangunan hijau.
Material Akustika Arsitektural dari Acourete yang sangat ramah lingkungan, contohnya adalah Diathonite
Acoustix, yang merupakan plester penyerap suara dan insulasi akustik yang terbuat dari gabus, tanah liat, tanah
diatom, dan kapur hidraulik alami.
Diathonite Acoustix digunakan untuk koreksi akustik fasad dan dinding partisi, untuk merealisasikan lapisan
penyerap suara akustik, untuk menghilangkan gema, mengurangi gema dan kebisingan di dalam ruangan.
Material ini dibuat dengan 100% bahan alami dan tahan lama, sehingga berkontribusi mendapatkan 43 kredit
standard LEED yang memenuhi protokoler sertifikasi US Green Building Council (USGBC) . Selain itu Diathonite
Acoustix juga berperan dalam penghematan energi berkat kapasitas insulasi termalnya.
Selain itu, Acourete Perfowood juga telah mendapatkan sertifikat dari FSC Chain of Custody di mana
memberikan konfirmasi yang kredibel untuk produk dengan sumber yang bertanggung jawab secara
lingkungan dan sosial untuk didistribusikan pasar.
Suasana ruangan memengaruhi setiap emosi individu yang berada di dalamnya, oleh karena itu desain dari suatu
ruangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan dari ruangan tersebut.
Seiring perkembangan zaman, manusia juga semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan sebuah desain
dari berbagai jenis material. Material, bentuk, dan warna, bisa dikombinasikan secara apik untuk menciptakan
akustika arsitektur yang sesuai dengan keinginan dan peruntukannya. Berikut ini galeri desain dan pemasangan
material akustika arsitektur yang bisa dijadikan referensi.
Acourete Echobaffle
terpasang pada dinding mini home theater
Acourete Echobaffle
terpasang pada mini home theater
Acourete Diffuser
terpasang pada listening room
@acourete
www.acourete.com