Anda di halaman 1dari 36

Bagaimanakah Menciptakan Budaya

Sekolah yang Unggul?


Melihat kembali foto-foto setahun lalu dengan anak-anak di facebook membuat saya
terharu. Tak terasa mereka kini sudah naik ke kelas 8, kelas yang menurut para guru sudah
menunjukkan egonya. Siapa Aku!
Semalam saya asyik chatting dengan Ivan anak SMP Labschool Jakarta. Anaknya kecil dan
mungil. Tapi, jangan dikira walaupun badannya kecil dia sangat berpengaruh di kelas. Apa
saja yang jadi celotehnya bakal jadi heboh.
Dari dialah saya mendapatkan foto-foto ini. Maklumlah saya kurang pandai menyimpan
arsip. Apalagi foto-foto saya bersama anak-anak.
Menjadi guru di sekolah adalah kebanggaan tersendiri. Bisa berinteraksi dengan anak-anak
yang akan menjelang remaja. Usia yang kata orang biasa disebut ABG. Anak Baru Gede.
Saya jadi ingat ketika pertama kali mereka baru masuk SMP melalui kegiatanMasa Orientasi
Siswa (MOS). Sangat lugu, jujur, dan polos. Mirip seperti kertas putih yang siap akan ditulisi.
Ditulisi oleh para gurunya.

Prof Arif Rahman


Memberikan Materi MOS kepada siswa Baru SMP Labschool Jakarta

Kamilah para guru yang mengarahkan mereka menjadi orang baik dan cerdas. Bukan hanya
cerdas otak, tapi juga cerdas watak. Menjadikan manusia yang siap menghadapi tantangan
melalui budaya sekolah (School Culture) yang terus kami kembangkan dan sempurnakan.
School Culture itulah yang telah membentuk karaktek mereka seperti sekarang ini. Jadi
adalah wajar bila karakter mereka dipengaruhi oleh School Culture yang ada di sekolah
kami. Anak-anak SMP biasa menyebutnyaBudaya Labschool.
Ada tiga hal yang dikembangkan sekolah kami dalam mengembangkan budaya Labschool,
yaitu:

1.

1.

Budaya Keagamaan

1.

Budaya Kerjasama

Budaya Kepemimpinan

Uraian dari budaya sekolah Labschool itu kami aplikasikan dalam bentuk berbagai kegiatan
yaitu:
A. BUDAYA KEAGAMAAN (RELIGI) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan
agamanya

masing-masing

sehingga

terbentuk

kepribadian

dan

sikap

yang

baik (akhlaqul Karimah)


Bentuk Kegiatan :
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa bersama menyambut UN/US Tadarus
dan Kebaktian, Sholat Dzuhur Berjamaah, Lima Hari Belajar, LOKETA (Lomba Keterampilan
Agama), Studi Amaliah Ramadhan, RETRET (Studi untuk siswa Nasrani), Hafalan Juz
Amma, Budaya Bersih; Konferensi kasus, Kegiatan Praktek Ibadah, Buka Puasa Bersama,
Pengelolaan ZIS, dan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
B. BUDAYA KERJASAMA (TEAM WORK) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan
yang dilakukan bersama.
Bentuk Kegiatan:
MOS, Kunjungan Industri, Parents Day, Baksos, Teman Asuh, Sport And Art, Kunjungan
Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Labs Channel, Labs TV, Labs Care,

Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah, Potency Mapping, Buku Tahunan,
PHBN, (Peringatan hari Besar Nasional), dan PORSENI.
C. BUDAYA KEPEMIMPINAN (LEADHERSHIP) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dinikepada anak-anak
Bentuk

Kegiatan

Career Day; budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif; Mandiri & bertanggung
jawab, Budaya disiplin/TPDS, SAKSI, (Studi dan Apresiasi Kepemimpinan Siswa Indonesia),
Lintas juang OSIS, Ceramah Umum, upacara bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi
Kepemimpinan Siswa, LKMS (Latihan Keterampilan manajemen siswa), Disiplin siswa, dan
OSIS.
Berbagai bentuk kegiatan itulah yang telah menghantarkan mereka menjadi pribadi unggul
dan kami pun sebagai pendidik berharap school culture yang telah kami kembangkan
dapat bermanfaat pula untuk sekolah-sekolah lainnya yang ada di Indonesia.
Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bermanfaat untuk semua dalam memajukan
dunia pendidikan kita. Mari kita selalu berbagi dalam mengelola budaya sekolah yang
unggul di masyarakat berpengetahuan.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
(Sumber: http://wijayalabs.com/2012/01/25/bagaimanakah-menciptakan-budayasekolah-yang-unggul/)

(Sumber: http://belitongekspres.co.id/2015/07/14/budaya-unggul-sekolah/)

Senin, 06 April 2015

Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu Sekolah Unggul


Makalah

Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu Sekolah Unggul


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen pendidikan
islam
Dengan dosen pembimbing Dr. Mulyono, M.A

MOH.KAMILUS ZAMAN SPDI (085755107987)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan syafaatnya di hari akhir. Amin.
Ucapan terima kasih kami haturkan, kepada Bpk Dr. H. Mulyono, M.A
sebagai Dosen Mata Kuliah Studi Agama, yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulis dalam belajar dan mengerjakan tugas.
Makalah ini membahas tentang Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu
Sekolah Unggul. Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu, mohon saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca pada umumnya khususnya
bagi penyusun.

Penulis
Malang, 11 november 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mutu Sekolah dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen


berbasis sekolah/madrasah. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian

beberapa indikator kinerja, adapun upaya peningkatan mutu pendidikan


merupakan titik strategis dalam upaya menciptakan pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu pilar
pembangunan bagi suatu bangsa melalui pengembangan potensi individu.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa masadepan suatu bangsa terletak pada mutu
dan kualitas pendidikan yang dilaksanakan.Untuk menjamin mutu dan kualitas
pendidikan, diperlukan perhatian yang serius, baik oleh penyelenggaran
pendidikan, pemerintah, maupun masyarakat. Sebab, dalam sistem pendidikan
nasional sekarang ini,konsentarasi terhadap mutu dan kualitas bukan sematamata tanggung jawab sekolah dan pemerintah, tetapi merupakan sinergi antara
berbagai komponen termasuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus
sadar dan berkonsentrasi terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, diperlukan kegiatan yang
sistematis dan terencana dalam bentuk manajemen mutu.Manajemen mutu
dalam pendidikan merupakan cara dalam mengatur semua sumber daya
pendidikan, yang diarahkan agar semua orang yangterlibat di dalamnya
melaksanakan tugas dengan penuh semangat danberpartisipasi dalam perbaikan
pelaksanaan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah

1.1 Apa itu mutu?


1.2 Apa manajemen mutu?
1.3 Bagaimana jaminan mutu dalam sekolah?
1.4 Bagaimana manajemen mutu sekolah unggul?
C. Tujuan

1.1 Apa itu mutu?


1.2 Apa manajemen mutu?
1.3 Bagaimana jaminan mutu dalam sekolah?
1.4 Bagaimana manajemen mutu sekolah unggul?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DEFINISI MUTU
Pengertian mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing
orang atau pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau konsumen
(pengguma/pemakaian barang/jasa)akan memiliki definisi yang berbeda
mengenai mutu barang/jasa. Perbadaan ini mengacu pada maasing-masing
pihakmengenai barang/jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi
benang merah dalam konsep mutubaik menurut konsumen maupun produsen
adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat
member kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsen.

Apabila kita mencoba menelusuri latar belakang munculnya gerakan mutu, maka
kita akan bertemu dengan tiga bapak mutu, yaitu W. Edwards Deming, Josep
Juaran, dan Philip B. Crosby. Ketiga pakar mutu tersebut memiliki pandangan
yang beragam mengenai filosifi mutu.
Deming menulis buku yabg paling penting yang berjudul Out of the crisis. Buku
tersebut menjelaskan tentang transformasi gaya manajemen Amerika. Daming
mengkonsentrasikan penjelasan pada kesalahan atau kegagalan manajemen
untuk dijadikan dasar perencanaan mutu pada hakikatnya terletak pada konsep
manajemen. Khususnya kegagalan senior dalam proses perencanaan. Deming
mengemikakan 14 butir filosofi mutu gaya baru yang menjadi daya tarik bagi
pihak manajeman untuk merubah gaya pendekatan mereka. Deming
mengkombinasikannya dengan pemahaman tentang pentingnya psikologi,
khususnya untuk mengatasi hambatan dalam mengadopsi suatu budaya mutu.
Secara tegas Deming juga menekankan pentingnya pencegahan
daripada memperbaiki kerusakan, hal inilah yang dinilai sebagai kontribusi unik
dalam dalam memahami bagaimana menjamin peningkatan mutu. Studi penting
Daminadalah analisa mengenai kegagalan mutu. Hasil kajiannya menunjukkan
bahwa penyabab kegagalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyebab
kegagalan khusus dan umum, penyebab umum adalah adanya kegagalan
sistem, yaitu berkaitan dengan proses internal lembaga. Hal tersebut dapat
diatasi atau dikurangi jika dilakukan perubahan system, proses, dan
prosedurnya. Sedangkan penyabab khususnya adalah gangguan yang dating
dari komponen system yang berfariasi.
Josep Juram merupakan salah satu pakar mutu yang pernah
mendapatkan penghargaan yang dinilai prestisius dari kaisar jepang, yaitu Order
of sacred Treasure. Juran telah meluncurkan sejumlah buku mengenai mutu.
Sebagai pakar ddi bidang mutu, juran memiliki ide penting mengenai mutu, yaitu
produk atau jasa yang bisa menemukan sepesifikasi yang di inginkan oleh
pelanggan. Untuk mewujudkan idenya itu, juran mengemukakan dua hal, yaitu;
1) Hukum 85/15
Hukum 85/15 yang dikemukakan juran bahwa 85% masalah mutu yang
dihadapi organisasi disebabkan Karena buruknya desain proses. Desain proses
meruoakan prose manajemen yang dilakukan untuk mengelola organisasi.
Apabila desain proses dibuat secara benar maka dapat dikatakan bahwa mutu
telah dibuat secara benar. Desain proses system merupakan manajemen.
2) Strategi manajamen mutu
Untuk memperbaiki manajemen dalam rangka mutu, juran
mengembangkan suatu pendekatn yang disebut strategic quality
management (SQM). SQM merupakan tiga bagian proses berdasarkan tingkatan
staf. Perbedaan tingkatan staf ini dinilai memberikan kontribusi yang unik bagi
peningkatan mutu. Manajer puncak memiliki pandangan strategi organisasi.
Manajer madya memegang peranan oprasional mutu. Dan pengawas mutu
bertanggung jawab atas pengawasn mutu.

Philip Crosby trrkenal dengan idenya mengenai mutu. Pertama, bahwa


mutu adalah gratis. Artinya pemborosan dan ketidak-efisienan pada system
dapat dihemat dan dibayar oleh program peningkatan mutu. Kedua, bahwa
kesalahan, kegagalan, pemborosan dan seluruh hal yang tidak mencerminkan
mutu dapat dihapus seluruhnya jika lembaga memiliki keinginan kuat untuk
menghilangkannya.
Mutu adalah gambaran dan karekteristik dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang memuaskan
pelanggan,penulis memandang mutu terkait dengan kepuasan pelanggan
terhadap barabg atau jasa yang diberikan oleh produsen. Lebih luas dari itu,
konsep mutu juga ditetapkan produsen sebagai pembuat atau pembri jasa yang
didasarkan pada pada spesifikasi yang telah ditentukan produsen. Manajemen
kontemporer saat ini mengorientasikan proses manajenugn pada upaya untuk
mencapai mutu baik pada input, proses, maupun output organisasi, sehingga
organisasi sllu diharapkan akan sllu mamiliki hubungan yang berarti dengab
pelanggan. Keberartian inilah yang akan membuet organisasi dkatakan sebagai
organisasi yang bermutu.[1]

b. Prinsip Mutu
Menurut Deming ada 14 prinsip mutu yang harus dilakukan
organisasi/perusahaan jika menghendaki dicapainya mutu, yaitu;
1) Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa dengan
adanya tujuan suasana bisnis yang kompetirif.
2) Adopsi filosofi baru.
3) Menghentikan ketergantungan pada adanya inspeksi dan diganti dengan
upaya pencapaian mutu.
4) Menghentikan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah terletak pada harga.
5) Peningkatan system produksi dan layanan secara terus menerus guna
peningkatan mutu dan produktuivitas.
6) Pelatihan dalam pekerjaan.
7) kepemimpinan lembaga.
8) Menghilangkan rasa takut.
9) Hilangkan penghalang antar departemen/biro.
10) Mengurangi selogan peringkatan-peringkatan dan target, dan mengganti
dengan pemantapan motode-metode yang dapat meningkatkan mutu kerja.
11) kurangi standar kerja yang menentukan kuato berdasarkan jumlah.
12) Hilangkan penghambat yang dapat merampas hak asasi manusia untuk
merasa bangga terhadap kecapakan kerjanya.

13) Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang penuh
semangat.
14) Setiap orang dalam perusahaan bekerja sama dalam mendukung proses
transformasi.[2]

c. Komponen Mutu
Komponen-komponen mutu merupakan bagian-bagian yang harus ada
dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian ini merupakan pendukan
dan menjadi prasyarat dimilakinya mutu, beberapa komponen mutu yang
dmaksud adalah;
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Manajer puncak harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan secara
terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif,
menggunakan data, dan mengidentifikasikan orang-orang (SDM). Dalam
implemetasi TQM sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak berperan
sebagai penasehat, guru atau pemimpin.
Pimpinan harus mengerti bahwa TQM adalah suatu proses yang harus
bersinergi dan terdiri dari prisip-prisi[ dan komponen-komponen pendukung yang
harus dikelola agar mencapai perbaikan mutu secara berkasinambungan sebagai
kunci keunggulan bersaing.
b. Pendidikan dan pelatihan
Perwujudan mutu didasarkan pada keterampilan setiap pegawai dalam
merencanakan, mengorganisasi, membuat, mengevaluasi, dan mengembangkan
barabg/jasa sebagaimana tuntutan pelanggan. Pemahaman dan keterampilan
pegawai menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu melalui aplikasi pemahaman
dan kemampuannya.
c. Struktur pendukung
Manajer puncak akan memerlukan dukungan untuk melekukan
perubahab yang dianggap perlu dalam melksanakan strategi pencapaian mutu.
Dukungan semacan ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan atau tim
mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari dalam organisasi itu
sendiri. Staf pendukung yang kecil dapat membantu manajemen puncak untuk
mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui network dengan
manajer mutu dibagian lain dalam organisasi dan membantu sebagai nara
sumber mengenal topic-topik yang berhubangan dengan mutu bagi manajer
puncak.
d. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organisasi yang berorentasi mutu perlu
ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan yang dikomunikasikan dapat

tersampaikan secara efektifdan manajer puncak dapat berkomunikasi kepada


seluruh pegawai mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk
melakukan perubahab dalam usaha peningkatan mutu
e. Ganjaran dan pengakuan
Tim dan individu yang berhasil menerapkan prinsip-prisip mutu dalam
proses mutu diakui dan diberi ganjajaran sebagaimana kemampuan organisasi,
sehingga pegawai lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa
yang diharapkan. Kegagalan dalam mengenali seseorang menuju sukses akan
memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan sukses, dan
memungkinkan promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada
dasarnya pegawai yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi
ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi pegawai lainnya. [3]
1.2 MANAJEMEN MUTU
Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya
menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas
merupakan salah satu pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui
pengembangan potensi individu. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masa depan
suatu bangsa terletak pada mutu dan kualitas pendidikan yang
dilaksanakan.Untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan, diperlukan
perhatian yang serius, baik oleh penyelenggaran pendidikan, pemerintah,
maupun masyarakat. Sebab, dalam sistem pendidikan nasional sekarang
ini,konsentarasi terhadap mutu dan kualitas bukan semata-mata tanggung jawab
sekolah dan pemerintah, tetapi merupakan sinergi antara berbagai komponen
termasuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus sadar dan
berkonsentrasi terhadap peningkatan mutu pendidikan. Untuk melaksanakan
penjaminan mutu tersebut, diperlukan kegiatan yang sistematis dan terencan
adalam bentuk manajemen mutu. Manajemen mutu dalam pendidikan
merupakan cara dalam mengatur semua sumber daya pendidikan, yang
diarahkan agar semua orang yangterlibat di dalamnya melaksanakan tugas
dengan penuh semangat danberpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan
pekerjaan sehingga menghasilkan jasa yang sesuai bahkan melebihi harapan
pelanggan.
a. Manajemen Mutu dalam Pendidikan
1. Konsep Dasar Manajemen Mutu Istilah manajemen memiliki banyak arti,
tergantung orang yang mengartikannya. Menurut Moefti Wiriadihardja
manajemen adalah mengarahkan/memimpin sesuatu daya usaha melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian dan pengendalian sumber
daya manusia dan bahan ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Sedang Syafaruddin mendefinisikan manajemen sebagai suatu
proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yangdimiliki organisasi
melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien. Dari dua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa manajemen
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam

sebuah organisasi dalam rangkamencapai tujuan organisasi yang telah


ditetapkan. Sedangkan mutu, secara essensial digunakan untuk menujukkan
kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan ataudikenakan
kepada barang (product) dan/atau jasa (service) tertentu berdasarkan
pertimbangan obyektif atas bobot dan/atau kinerjanya, Jasa/pelayanan atau
produk tersebutdikatakan bermutu apabila minimal menyamai bahkan melebihi
harapan pelanggan. Dengan demikian, mutu suatu jasa maupun barang selalu
berorientasi pada kepuasaan pelanggan. Apabila kata mutu digabungkan dengan
kata pendidikan, berarti menunjuk kepada kualitas product yang dihasilkan
lembaga pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa
yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain, serta
lulusannya relevan dengan tujuan (Aan Komariahdan Cepi Tiratna) Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu adalah suatu
cara dalam mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan
terintegrasi yang diarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan
secara konsisten dan mencapai peningkatan secaraterus menerus dalam setiap
aspek aktivitas organisasi.
Sasaran yang dituju dari manajemen mutu adalah meningkatkan mutu
pekerjaan, memperbaiki prodiktivitas dan efisiensi melalui perbaikankinerja dan
peningkatan mutu kerja agar menghasilkan produk yang memuaskan atau
memenuhi kebutuhan pelanggan. Jadi, manajemen mutu bukanlah seperangkat
peraturan dan ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat
prosedur proses untuk memperbaiki kinerjadan meningkatkan mutu kerja
(Mohammad Ali). Dalam manajemen produksi, ada suatu mekanisme penjaminan
agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar mutu. Untuk itu
pengendalian mutu harus dilakukan sejak awal perencanaan.
Apabila pengendalian mutu dilakukan setelah produk dihasilkan bisa
menghadapi resiko terjadinya sejumlah produk yang tidak sesuai dengan standar
yang diharapkan. Dalam paradigma demikian, tujuan utama manajemen
mutuadalah untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kesalahan
dalamproses produksi, dengan cara mengusahakan agar setiap langkah
yangdilaksankan selama proses produksi dapat berjalan sebaik-baiknya
sesuaistandar. Dengan demikian, dalam manajemen mutu bukan
sekedarberupaya agar produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu,
tetapilebih difokuskan pada bagaimana proses produksi bisa terlaksana
denganbaik, sesuai dengan prosedur yang seharusnya dilakukan. Dengan
prosesproduksi yang baik, tentu akan dapat menghasilkan produk yang baik
pula.
2. Manajemen Mutu Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan
harapan dan dambaan bagi setiap warga negara ini. Masyarakat, baik yang
terorganisir dalam suatu lembaga pendidikan, maupun orang tua/wali murid,
sangatberharap agar murid dan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan
yangbermutu agar kelak dapat bersaing dalam menjalani kehidupan. Untuk
menjawab harapan masyarakat tersebut, setiap lembaga pendidikan hendaknya
selalu berupaya agar pendidikan yang dikelolanya dapa tmenghasilkan produk

yang berkualitas, yaitu produk yang dapa tmemuaskan para pelanggan.Praktek


penyelenggaraan pendidikan dapat dikiyaskan dengan proses produksi dalam
sebuah perusahaan (industri). Hanya saja, produkyang dihasilkan lembaga
pendidikan dalam bentuk jasa. Oleh karena itu
lembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa. Dari
prespektif ini, mutu dan kualitas layanan (jasa) yang dihasilkan merupakan
ukuran mutu sebuah lembaga pendidikan. Yaitu sejauh mana kepuasaan
pelanggan terhadap jasa yang dihasilka. Menurut Mulyasa, sebagai industri jasa,
mutu lembaga pendidikan dapat diukur dari pelayanan yang diberkan oleh
pengelola pendidikan beserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai
dengan standar mutu tertentu bukan hanya dalam bentuk kualitas lulusannya.
Pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya,
tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi dan
melayani kebutuhan pelanggan sesaui denganstandar mutu yang berlaku. Yang
dimaksud pelanggan di sini adalah pelanggan internal, yaitu guru dan tenaga
kependidikan lainya, danpelanggan eksternal yaitu peserta didik dan pihak-pihak
terkait di luarlembaga pendidikan tersebut. Dengan demikian, sekolah dikatakan
bermutu apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan melebihi harapan
guru, karyawan, peserta didik, dan pihak-pihak lain yang terkaitseperti orang
tua, penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja pengguna lulusan.
Untuk memberikan jaminan terahadap mutu dan kualitas, lembaga
pendidikan harus mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh
pelanggannya. Lembaga pendidikan hendaknya selalu berupaya mensinergikan
berbagai komponen untuk melaksanakan manajemen mutu pendidikan yang
dikelolanya agar dapat menjalankan tugas dan fungsi kependidikan. Untuk itu,
kerjasama dengan semua komponen sekolahdalam manajemen harus menjadi
prioritas. Komponen sekolah dimaksud adalah para pendidik, karyawan, peserta
didik, orang tua/wali, maupun masyarakat. Kerjasama dengan komponen sekolah
dimaksudkan untukmelibatkan dan memberdayakan mereka dalam proses
organisasi baik dalam pembuatan keputusan mupun pemecahan masalah. Oleh
karena itu, pada saat initelah menggejala hampir di seluruh dunia sebuah cara
untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu school based management yang
diIndonesia dikenal dengan istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).Pada
sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri untuk menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan
pemberdayaan sumber-sumber, baik kepadamasyarakat maupun pemerintah.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pembaharuan pendidikan,yang memberikan
kewenangan penuh kepada sekolah untuk meneyelenggarakan pendidikan agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan lingkungan. Kecuali pemberian
kewenangan yang cukup besar tersebut, pelaksanaan MBS juga memberikan
beban pertanggung jawaban pengelolaan sumber daya yang ada kepada sekolah
yang bersangkutan.Karena itu, MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai
pihak, sehingga menjamin partisipasi semua komponen pendidiikan yanglebih
luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.

Hal ini dimaksudkan untuk mendorong komitmen mereka terhadap


penyelenggaraan pendidikan. Yang pada akhirnya akan mendukung efektivitas
dalam pencapaian tujuan sekolah. Keberhasilan manajemen mutu dalam dunia
pendidikan (sekolah) dapat diukur tingkat kepuasaan pelanggan. Sekolah dapat
dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sesuai harapan
pelanggan.Menurut Depdiknas (1999), sebagaimana dikutip Syafaruddin,
menyebutkan 3 (tiga) hal yang merupakan cakupan keberhasilan manajemen
sekolah, yaitu
1) Siswa puas dengan layanan sekolah, yaitu dengan pelajaran yang diterima,
perlakuan guru, pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah atau
siswa menikmati situasi sekolah dengan baik.
2) Orang tua siswa merasa puas dengan layanan terhadap anaknya,layanan
yang diterimanya dengan laporan tentang perkembangan kemajuan belajar
anaknya dan program yang dijalankan sekolah.
3) Pihak pemakai lulusan puas karena menerima lulusan dengan kualitas tinggi
dan sesuai harapan, dand. Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah,
dalam bentukpembagian kerja, hubungan dan komunikasi antar guru/pimpinan,
karyawan, gaji/honor yang diterima dan pelayanan.
3. Pentingnya Manajemen Mutu dalam Pendidikan Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 tentang Otonomi Daerah membawa dampak pada pengelolaan pendidikan
di daerah, dengan diberlakukannya desentralisasi pendidikan. Dengan
diberlakukannya otonomi pendidikan, diharapkan akan berpengaruh positif
terhadap tumbuhnya lembaga pendidikan yang berkualitas. Setiap lembaga
pendidikan diharapkan mampu menggali sumber daya dan potensi daerah
berbasis keunggulan local .Konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari
desentralisasi pendidikan tersebut, karena budaya dan potensi daerah yang
sangat beragam, adalah lulusan yang bervariasi. Oleh karena itu, upaya
standarisasi mutu dan jaminan bahwa penyelenggaraan pendidika nmemenuhi
standar mutu harus menjadi fokus perhatian dalam upaya memelihara dan
meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mohammad Ali memaparkan,
bahwa untuk menjamin terselenggaranya pendidikan sesuai dengan standar
mutu, diperlukan penilaian secara terus menerus dan berkesinambungan
terhadap kelayakandan kinerja yang dilakukan dalam rangka melakukan
pebaikan danpeningkatan mutu sekolah.
Penilaian terhadap kelayakan dan kinerjasecara berkesinambungan
tesebut tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan manajemen, khususnya
manajemen mutu sekolah, yang mempunyai tujuanutama mencegah dan
mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalamproses produksi, dengan cara
mengusahakan agar setiap langkah yang dilaksankan selama proses produksi
dapat berjalan sebaik-baiknya sesuaistandar. Dari paparan di atas, dapat ditarik
pemahaman bahwa untuk menjamin pelaksanaan standarisasi mutu dan kualitas
pendidikan, manajemen mutu mempunyai peranan penting. Sebab, kegiatan
dalam manajemen mutu bukan sekedar berupaya agar produk yang dihasilkan
memenuhi standar mutu, tetapi lebih difokuskan pada bagaimana

prosesproduksi bisa terlaksana dengan baik, sesuai dengan prosedur


yangseharusnya dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang memuaskan
pelanggan, khususnya masyarakat pengguna jasa pendidikan.[4]
b. Ciri-ciri sekolah bermutu
1. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul ,
dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
2. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar
dari berbagai kerusakan psikologis yang sangat sulit memperbaikinya..
3. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas baik di tingkat pimpinan,
tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
4. sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk
mencapaidan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar
pada masa berikutnya
5. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik
untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
6. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang
sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
7. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu
menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara
berkualitas.
8. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk
kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
9. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
10. Sekolah memnadang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai
jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
11. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
12. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai
suatu keharusan[5]
1.3. PENJAMINAN MUTU DALAM SEKOLAH
Salah satu upaya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 35 Ayat (1), yakni Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Oleh karena
itu pengembangan Sekolah dimaksudkan untuk terwujudnya kedelapan standar
tersebut. Agar penyelenggaraan Sekolah sesuai dengan yang diharapkan, perlu

disusun Penjaminan Mutu Sekolah. Adapun indikator penjaminan mutu pada SMP
Negeri 6 Pekalongan sebagai berikut
1. Akreditasi
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang
sangat baik. Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dan/atau
satuan pendidikan itu sendiri. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci, yaitu perolehan sertifikat akreditasi minimal predikat A
dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M). Dengan
memperoleh predikat A pada setiap periode akreditasi berarti bahwa Sekolah
setiap saat selalu menunjukkan keunggulan kinerja yang sangat baik dan
sekaligus merupakan pengakuan terhadap kemampuan Sekolah/Madrasah untuk
menjamin mutu pendidikan secara optimal.

2. Kurikulum
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum secara
tuntas. Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci sebagai berikut:
1.Memiliki dan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai
tuntutan standar isi
2. Prosentase kelulusan setiap tahunnya 100%
3.Rata-rata nilai ujian nasional dan ujian sekolah mencapai kategori A
4.Rata-rata KKM mencapai 75 atau lebih
5. Prosentase ketercapaian KKM 100%
6. Memiliki layanan bimbingan konseling yang efektif.
7. Memiliki program pembelajaran perbaikan dan pengayaan untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan
8. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
9. Memiliki sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses silabus, dan bahan
ajar melalui situs sekolah.
3. Proses Pembelajaran
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci, yaitu :
1. Kegiatan pembelajaran memenuhi Standar Proses.

2. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menekankan pada


pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,
kepemimpinan, jiwa entrepreneur, jiwa patriot, dan jiwa inovator;
3. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
4. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, dan matematika menggunakan
bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya menggunakan
bahasa Indonesi.
4. Penilaian
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan menunjukkan kinerja pendidikan
yang optimal melalui penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu
pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci, yaitu :
1. Kegiatan penilaian memenuhi Standar Penilaian
2. Memiliki sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masingmasing;
3. Mengembangkan penilaian kinerja pendidikan dengan model penilaian sekolah
unggul.
5. Pendidik
Mutu Sekolah dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal
sesuai dengan tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis
karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan
pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci, yaitu :
1. Memenuhi Standar Pendidik.
2. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK;
3. Guru mata pelajaran kelompok sains dan matematika mampu mengampu
pembelajaran berbahasa Inggris;
6.Tenaga Kependidikan
Mutu setiap Sekolah/Madrasah dijamin dengan kepala sekolah/madrasah yang
menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya, yaitu
sebagai pemimpin manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci yaitu:
1. Memenuhi Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

2. Kepala Sekolah/Madrasah mampu berbahasa Inggris secara aktif; dan


3. Kepala Sekolah/Madrasah bervisi mengembangkan sekolah ungguk, mampu
membangun jejaring, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan
dan entrepreneural yang kuat.
7. Sarana dan Prasarana
Mutu Sekolah dijamin dengan kewajiban sekolah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci,
yaitu:

1. Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana.


2. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK;
3. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke
sumber pembelajaran berbasis TIK; dan
4. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah
raga, klinik, dan lain sebagainya.
8. Pengelolaan
Mutu Sekolah dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen berbasis
sekolah/madrasah. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci,
yaitu:

1. Memenuhi Standar Pengelolaan.


2. Bebas narkoba dan rokok;
3. Bebas kekerasan (bullying);
4. Mewujudkan sekolah sehat dan hijau (Healthy and Green School)
5. Membudayakan nilai-nilai luhur yang berlandaskan agama, budaya, dan
kehidupan berbangsa;
6. Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan
sekolah; dan
7. Memiliki sistem administrasi terpadu berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang menjamin akurasi data.
8. Meraih medali tingkat propinsi pada berbagai kompetisi sains, matematika,
teknologi, seni, dan olah raga.
9. Pembiayaan
Mutu Sekolah dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci, yaitu:

1. Memenuhi Standar Pembiayaan.

2. Memiliki sistem administrasi keuangan berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi (TIK) yang menjamin tranparansi dan akuntabilitas.
1.4 MANAJEMEN MUTU SEKOLAH UNGGUL
Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai
keunggulan (out put) pendidikannya, istilah unggul disebut
juga favorit,teladan,model dan plus. Sekolah unggulan yang sebenarnya, adalah
sekolah yang dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan
hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Keunggulan akan dapat di capai
apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal "Berarti
tenaga pendidik, tenaga administrasi, pengembang kurikulum, kepala sekolah,
dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif, karena sumber daya
tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk keunggulan
sekolah." Kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan
kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi
siswa seoptimal mungkin, serta seimbang (tawazun).

a. Kurikulum Sekolah Unggulan

Kurikulum harus dirancang untuk membantu siswa mencapai


perkembangan yang menyeluruh dan seimbang secara lebih luas dan mendalam
(luas, terpadu, dan internasional).

Berdiferensiasi, melayani berbagai kemampuan dan bakat sesuai tingkat


kemampuan dan kecerdasan anak/ Multiple Intelligences.

Penekanan pada pertumbuhan intellectual (learning to know), berfokus


pada pengajaran dan pengembangan potensi kecerdasan intelektual/ akademis,
pengetahuan anak didik.

Pertumbuhan emotional, spiritual (learning to be) berfokus pada


penanaman nilai dan pengembangan moral spiritual anak didik.

Pertumbuhan Physical/ Social (learning to do) berfokus pada pelatihan


dan pengembangan fisikdan keterampilan anak didik.

life skills dan pertumbuhan komunikasi (learning to live together)


berfokus pada pengembangan keterampilan/ kecakapan hidup dan cara
berkomunikasi dengan orang lain.

b. Materi dan Proses Pembelajaran Sekolah Unggulan


Salah satu cara untuk mengembangankan scientific and religious attitude adalah
dengan memberlakkan anak seperti 'ilmuwan muda' sewaktu anak mengikuti
pembelajaran IPA. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang perlu
dikembangkan dengan baik yaitu active and cooperative learning, diantaranya:
problem-based learning, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yang bersama-sama membentuk kelompok kecil memecahkan

masalah dan merefleksikan pada pengalamannya, sedangkan guru berperan


sebagai fasilitator.

inquiry-based learning, pembelajaran yang aktif dan berpusat pada


siswa, yang di fokuskan pada kegiatan bertanya atau berpikir kritis dan
pemecahan masalah.

project-based learning, pembelajaran yang di fokuskan pada


pengembangan pembuatan produk atau pembuatan karya.

ICT-based learning, proses pembelajaran didukung oleh fasilitas


internet, LCD dan Hot spot program.

creative Teaching Techniques, langkah-langkah pembelajaran dengan


membiasakan anak didik melakukan; observation/experiment, recording,
analysis, presentation & discussion.

contextual teaching and learning, membantu mengkaitkan konten


mata pelajaran dengan situasi dunia.

c. Guru yang Profesional dalam Sekolah Unggulan


Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik dan pelatih
haruslah memiliki potensi-potensi sebagai berikut:
Academic Potential, meliputi advanced and innovative knowledge,
integrated and comprehensive knowledge, popular information, teachinglearning material development, selecting use of effective resource.

Professional Potential, yaitu appopriate approaches, effective teaching


methods application, creative, innovative teaching techniques, teaching
administration, designing instruction, assessing student learning, local &
international curriculum contents, teaching-learning information technology.

Managerial Potential, yaitu student management, managing classroom


procedures, classroom action research, instructional management.

Social Potential, yaitu effective communications, facilitating students in


cognitively simulating activities, school culture environment of respect and
support.

Ethical Potential, yaitu moral development (akhlaqul karimah),


marhamah, sabar dan tabah, moeslem personality.[6]
d. Konsep sekolah unggul
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh
seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam
konsep sekolah unggulan yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi
siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh
guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya,
keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah
dimanfaatkan secara optimal. Berati tenaga administrasi, pengembang
kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan
secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim
sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah
sebagai organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun,

bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung
jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang
disertai tangung jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan
dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Menurut Profesor Suyanto, program kelas unggulan di Indonesia secara pedagogis menyesatkan,
bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan kita dalam
jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa menurut
kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelaskelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat.
Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogeny.
Bila boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak
kelemahan selain yang dikemukakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta di atas.
Pertama, sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas
inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah unggulan cenderung
bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila sekolah unggulan didasari atas pengakuan
masyarakat maka pemerintah tidak perlu mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena
masyarakat akan menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua, sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin
tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis memenuhi syarat.
Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki kemampuan akademis tinggi juga harus
menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan
prinsip equity yaitu terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk
menikmati pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat penting agar
kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani yang berkeadilan.
Ketiga, profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang tinggi
berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan berkualitas, sarana prasarana yang
lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang
kesemuanya sudah unggul. Wajar saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik
dan dengan cara yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul
adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses ditempat yang baik
dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus.

Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera


direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang
bermanfaat bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar
karena prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat
20 anak berbakat[7]

BAB III
Pentup

Kesimpulan
Sasaran yang dituju dari manajemen mutu adalah meningkatkan mutu
pekerjaan, memperbaiki prodiktivitas dan efisiensi melalui perbaikankinerja dan
peningkatan mutu kerja agar menghasilkan produk yang memuaskan atau
memenuhi kebutuhan pelanggan. Jadi, manajemen mutu bukanlah seperangkat
peraturan dan ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat
prosedur proses untuk memperbaiki kinerjadan meningkatkan mutu kerja.
Manajemen mutu dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kesalahan dalam proses produksi, agar setiap langkah yang
dilaksankan selama proses produksi dapat berjalan dengan baik, Pendidikan
yang bermutu tidak dilihat hanya dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup
bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi dan melayani kebutuhan
pelanggan sesaui dengan standar mutu yangberlaku. Dan untuk mewujudkan
sekolah yang bermutu dan unggul adalah sekolah yang dibangun secara
bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas
pendidikan. Keunggulan akan dapat di capai apabila seluruh sumber daya
sekolah dimanfaatkan secara optimal "Berarti tenaga pendidik, tenaga
administrasi, pengembang kurikulum, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun
harus dilibatkan secara aktif, karena sumber daya tersebut akan menciptakan
iklim sekolah yang mampu membentuk keunggulan sekolah

DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press
Komariah Aan dan Cepi Tiratna. 2005. Visionary Leadership, Menuju Sekolah
Efektif.Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi
Suharto nuhraha. 2009. Manajemen pendidikan. Bandung. Alfabet
Arcaro Serome. S . 1995. Pendidikan Berbasis mutu, Yogyakarta; pustaka pelajar
http://re-searchengines.com/nurkolis3.html

[1]Nugraha Suharto, manajemen pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009, hal 293


[2] Jerome S. Arcaro, Pendidikan berbasis mutu, pustaka pelajar, Jakarta, 1995, hal 77
[3] Nugraha Suharto, manajemen pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009, hal 302
[4] Dr. E. Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah, remaja ros dataria, Bandung, 2006, hal 131
[5] Sudarman Danim, visi baru manajemen sekolah, unit birokrasi ke lembaga, Jakarta, 2004, hal
124
[6]Drs. H. Syaichul Basyar M., Dalam Raker Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010,Bandung,hal 76

[7] http://re-searchengines.com/nurkolis3.html

(Sumber: http://kamiluszaman.blogspot.co.id/2015/04/manajemen-mutu-danjaminan-mutu-sekolah.html)

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH


YANG UNGGUL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu
pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap
peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan
hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair
dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di
lingkungan sekolah sehari-hari. Zamroni (2003:149) mengatakan bahwa
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah
dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi, dan siswa
sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam
transmisi kultural antar generasi.
Penelitian di Amerika serikat membuktikan bahwa kultur sekolah
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan motivasi siswa untuk
berprestasi, sikap dan motivasi guru serta produktivitas dan kepuasan
kerja guru. Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan
adanya kesadaran dan motivasi terutama dari diri masing-masing warga
sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu
memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa khususnya. Kebiasaan guru
yang datang tepat waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik,
sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur
sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan
kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam
kehidupan sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara
dan mendarah daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya
diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya sense of
belonging atau rasa memiliki terhadap sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Dasar dan Pengertian Budaya Sekolah
2. Karakteristik Budaya Sekolah
3. Unsur-unsur Budaya Sekolah

4. Peran Budaya Sekolah


5. Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menciptakan Budaya Sekolah
Yang Unggul
C. Tujuan
1. Mengetahui mengenai Konsep Dasar dan Pengertian Budaya Sekolah
2. Mengetahui Karakteristik Budaya Sekolah
3. Memahami Unsur-unsur Budaya Sekolah
4. Mengetahui Peran Budaya Sekolah
5. Memahami Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menciptakan
Budaya Sekolah Yang Unggul
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar dan Pengertian Budaya Sekolah
1. Konsep Dasar Budaya Sekolah
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki
budaya sekolah (school culture) yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah
sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang
menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif
terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi
dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa,
jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap
dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan
pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam
perkembangan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci (key word) yang
perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola
pendidikan.Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan
karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu berada.Budaya
sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus
dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh
komunitas sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan
masyarakat.
Untuk membangun atmosfer budaya sekolah yang kondusif, maka ada
baiknya kita mengenal terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan
budaya sekolah, bagaimana penciptaannya, bagaimana peran kepala
sekola selaku leader dalam mendisain budaya sekolahnya, bagaimana
budaya sekolah SD Muhammadiyah Sapen dan bagaimana hasil dari
budaya sekolah kontribusinya terhadap keberhasilan sekolah baik dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia maupun prestasi
sekolahnya.

Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur sekolah ) sangat mempengaruhi


prestasi dan perilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya sekolah
merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat
tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai
lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa
untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif
perlu ada rekayasa social. Dalam mengembangkan budaya baru sekolah
perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan
level organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku
siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang
ada.Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku
individu.Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin
sekolah.
2. Pengertian Budaya Sekolah
Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata
culture.Marvin Harris (1987) mendefinisikan culture atau budaya sebagai
serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga menjadi milik
bersama, dapat diterima oleh masyarakat, dan bertingkah laku sesuai
dengan aturan. Dalam istilah lain, Denis Lawton (1975) mendefinisikan
bahwa culture is everything that exists in a society. Culture includes every
thing that is man made : technological artifacts, skills, attitudes, and
values.
Secara implisit, kesimpulan dari kedua definisi di atas menyatakan bahwa
kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang telah diterapkan di suatu sekolah
merupakan budaya sekolah. Secara eksplisit, Deal dan Peterson (1999)
mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang
menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu
masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di di sekolah, sekolah dapat saja
memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan kultur lain
sebagai subordinasi.( Kennedy, 1991 )
Pendapat lain tentang budaya sekolah juga dikemukakan oleh Schein,
bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi,
penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia
belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta
dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara
yang benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-

masalah tersebut. ( Schein , 2010 )


Pandangan lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni ( 2011
) bahwa budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi
dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang
dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah
terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam
beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi
internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada
anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat
bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan
bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada
( Zamroni, 2011: 297 ).
B. Karakteristik Budaya Sekolah
Kehidupan selalu berubah.Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
mengalami perubahan.Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena
pengaruh lingkungan dan pendidikan.Pengaruh lingkungan yang kuat
adalah di sekolah karena besar waktunya di sekolah.Sekolah memegang
peranan penting dan strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang
berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup di masyarakat sesuai
dengan tuntutan jamannya.
Studi terhadap sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh
gambaran bahwa mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti
yang diungkapkan oleh Steven dan Keyle (editor) (1985) sebagai berikut :
a. Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif
b. Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses
c. Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
d. Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan
penilaian keberhasilan kelas
e. Prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga dapat memelihara
kedisiplinan siswa
Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
a. Pemahaman tentang budaya sekolah
b. Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
c. Reward and punishment
Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah
sebagai berikut: (1) inisiatif individual, (2) toleransi terhadap tindakan
beresiko, (3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan dari manajemen, (6) kontrol,
(7) identitas, (8) sistem imbalan, (9) toleransi terhadap konflik dan (10)
pola-pola komunikasi.

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah


sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat di ukur yang menjadi
ciri budaya sekolah seperti:
1. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau
personil sekolah, komite sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
2. Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak
progresif, inovatif dan berani mengambil resiko.
3. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan,
sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya.
4. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan
cara yang terkoordinasi.
5. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas,
bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
6. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
7. Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara
keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu
atau bidang keahlian profesional.
8. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria
prestasi.
9. Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik
dan kritik secara terbuka.
10. Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki
yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan
oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya
sekolah bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga
merupakan cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku
individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.
C. Unsur-unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena
yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan
berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan
dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua
kategori:
1. Unsur yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar
sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di
anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus
dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan

sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.


2. Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual meliputi
:
a. visi,misi, tujuan dan sasaran,
b. kurikulum,
c. bahasa komunikasi,
d. narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
e. struktur organisasi,
f. ritual, dan upacara,
g. prosedur belajar mengajar,
h. peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
i. layanan psikologi sosial,
j. pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil
dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta
pakaian seragam.
Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau
dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai
prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan,
misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa
jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan
konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan.
Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa
dan lain-lain.
D. Peran Budaya Sekolah
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk
lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial
yang di dalamnya berlangsung interaksi antara pendidik dan peserta didik
sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan,dan juga norma
maupun kebiasaan yang di pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah
suatu proses budaya. Masalah yang terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang
mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses
pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan demikian sekolah menjadi

tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya


terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai
kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang
berbudaya.
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan
sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
1. Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis.
Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara
efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan
milik perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan
oleh semua warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah
untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan
tumbuh karena dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang
memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat
meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang
cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan
meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang
memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang
memadai.
3. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya
ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk
menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan
tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca
di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui
tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan
sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan
yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat
berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang
akan menentukan keberhasilan seseorang.
E. Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah
Yang Unggul
Keberadaan budaya sekolah di dalam sebuah sekolah merupakan urat
nadi dari segala aktivitas yang dijalankan warga sekolah mulai dari guru,
karyawan, siswa dan orang tua. Budaya sekolah yang didesain secara
terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya,
pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia sekolah dalam menuju sekolah yang

berkualitas.Ada tiga hal yang perlu dikembangkan dalam menciptakan


budaya sekolah yang berkualitas, yaitu:
1. Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam
pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian
dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah)
Bentuk Kegiatan :
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa bersama, Sholat
Berjamaah (bagi yang beragama islam), peringatan hari besar
keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya.
2. Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui
kegiatan yang dilakukan bersama.
Bentuk Kegiatan:
MOS, Kunjungan Industri, Parents Day, Baksos, Teman Asuh, Sport And Art,
Kunjungan Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Pelepasan Siswa,
Seragam Sekolah, Majalah Sekolah, Potency Mapping, Buku Tahunan,
PHBN, (Peringatan hari Besar Nasional), dan PORSENI.
3. Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dinikepada
anak-anak. Bentuk Kegiatan :
Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif; Mandiri &
bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, Ceramah Umum, upacara
bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan Siswa, LKMS (Latihan
Keterampilan manajemen siswa), Disiplin siswa, dan OSIS.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi
seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan
memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah
yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya
sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua
warga sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar dan belajar
bersama.Akan tumbuh suatu iklim bahwa belajar adalah menyenangkan
dan merupakan kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan.Belajar yang muncul
dari dorongn diri sendiri, intrinsic motivation, bukan karena tekanan dari
luar dalam segala bentuknya.Akan tumbuh suatu semangat di kalangan

warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu yang memiliki


nilai-nilai kebaikan.
Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi
tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat
sehat, solid, kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana
kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju,
dorongan untuk bekerja keras dan belajar mengajar dapat diciptakan.
Budaya sekolah yang baik akan secara efektif menghasilkan kinerja yang
terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/ unit dan sekolah sebagai
satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan tersebut.
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah
dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau
aktif, positif dan profesional.
Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah
berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas,
memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh
karena itu, budaya sekolah ini perlu dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/pendidikan-karakter-danbudaya-sekolah/
http://blog.umy.ac.id/wiwinsundari/2011/11/09/budaya-sekolah-schoolculture/
http://novia9002.wordpress.com/2010/10/26/mewujudkan-sekolahberkualitas-melalui-penciptaan-budaya-sekolah/
http://hbis.wordpress.com/2010/03/31/konsep-budaya-dan-iklim-sekolaholeh-a-fatah-munzali/
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/faktor-yangmempengaruhi-kinerja-guru-iklim-kerja
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/01/26/catatan-harianseorang-guru-bagaimanakah-menciptakan-budaya-sekolah-yang-unggul/
http://education-mantap.blogspot.com/2010/07/budaya-sekolah.html

(Sumber: https://kikyuno.wordpress.com/tugas/)

Anda mungkin juga menyukai