Anda di halaman 1dari 33

AUDIT ELEKTRONIC DATA PROCESSING (EDP)

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Audit Keuangan Pemerintah
Dosen Pengampu :
1. Drs. Sudarno, M.Si, PhD, Akt
2. Prof. Dr. Abdul Rohman, M.Si, Akt

Disusun oleh :
Bambang Indarto/ NIM 120301154100
Eko Yunianto/ NIM NIM 120301154100
Farida Ariani/ NIM NIM 120301154100
Juni Ambarwati/ NIM 120301154100
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II RUMUSAN MASALAH

BAB III LANDASAN TEORI

A. Electronic Data Processing (EDP)


B. E-Procurement
BAB IV PEMBAHASAN

28

BAB V SIMPULAN

33

DAFTAR PUSTAKA

35

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apakah

dengan

pola

Jaminan

Kesehatan

Nasional

menyebabkan

meningkatnya potensi piutang?


2. Apakah penyebab munculnya piutang (berpotensi tidak tertagih) di RSU Dr.
X
3. Apakah piutang pasien umum berpotensi menjadi piutang penyisihan piutang
tak tertagih?

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ELECTRONIC DATA PROCESSING


2.1 PENGERTIAN EDP
Pengertian

EDP

(Electronic

Data

Processing)

adalah sistem

pengolahan data elektronik ditandai dengan penggunaan perangkat komputer.


Pemakaian komputer mempunyai dampak yang cukup besar terhadap
perusahaan, terutama operasional perusahaan yang saat ini wajib harus
digunakan perusahaan. Hal ini ditandai dengan komputer yang mampu bekerja
sesuai program yang ada dalam sistem komputer itu sendiri sehingga mampu
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar dan keinginan perusahaan.
2.2. DEFINISI EDP MENURUT PARA AHLI
1. Menurut Romney B.Marshal (2005)
Electronic Data Processing adalah pemrosesan data dengan
menggunakan sistem komputer, hanya dibutuhkan sedikit atau bahkan
tidak ada keterlibatan manusia ketika sedang diproses.
2. Menurut Bodnar et al (2004-5)
Electronic Data Processing is the use of computer technology to
perform an organizations transactions oriented data processing.
3. Menurut Nugroho Widjajanto (2001:29)
Pengolahan data secara elektronik adalah pemanfaatan teknologi
komputer untuk melakukan pengolahan data yang berorientasi pada
transaksi dalam suatu organisasi. Dimana menurut nugroho, Teknik
EDP ditemukan pada akhir abad ke-19.
4. Menurut Edi Purnomo (2004 : 5)
Sebuah model pengolahan data yang segenap prosedur pengolahan
datanya telah disiapkan dalam program yang menggunakan bahasa
komputer sebagai medianya yang dengan demikian memungkinkan
4

komputer tersebut mengerjakan semua perintah yang diterimanya tanpa


ada campur tangan dari manusia.

2.3 ELEMENT ELEMENT SISTEM EDP


Pada EDP Sistem terdapat beberapa elemen-elemen. Secara umum
elemen-elemen yang terdapat dalam EDP adalah:
a. Hardware / perangkat keras
Perangkat keras yang dimaksud adalah bentuk fisik seperangkat
komponen-komponen peralatan yang membentuk sistem komputer,
dimana mempunyai lima komponen pokok yaitu:

Unit Masukan (Input Device)

Unit Pemrosesan Sentral (Central Processing Unit)

Unit Keluaran (Output Device)

Perangkat Penyimpangan (Storage Unit)

Perangkat Tambahan (Peripheral)


1. Unit Masukan (Input Device)
Nugroho Widjajanto (2001:60) menyatakan bahwa unit
masukan yaitu media yang digunakan untuk menerima masukan
data untuk diproses, dan alat input ini dibagi atas dua golongan
yaitu:
a. Alat input langsung (on-line input), yaitu alat input yang
langsung dibaca komputer seperti:
1. Keyboard yaitu alat berbentuk papan tombol. Input
dimasukkan dengan melakukan pengetikan dengan jalan
menekan tombol tersebut. Biasanya keyboard didampingi
5

oleh alat tambahan untuk mengetahui dan melihat apa yang


ditekan di keyboard, yaitu monitor.
2. Teleprinter adalah alat kombinasi antara keyboard dengan
alat cetak (printer) dimana hasil tampilan tersebut dapat
dilihat di kertas.
3. Financial Transaction Terminal merupakan suatu alat yang
digunakan untuk transaksi yang berhubungan dengan ATM
(Automatic Teller Machine) dimana terminal ini dapat
melakukan

transaksi

24

jam

per

harinya

dengan

memasukkan kartu berisi kode rekening nasabah diikuti


dengan beberapa instruksi penekanan tombol sesuai dengan
nomor PIN (Personal Identity Number).
4. Point Of Sales (POS), yaitu terminal yang digunakan dalam
chek-out counter pada toko-toko pusat perbelanjaan (pasar
sawalayan) untuk mencatat barang-barang terjual dan
pengendalian persediaan (inventory control).
5. Visual Display Terminal, yaitu alat yang digunakan untuk
memasukkan data ke komputer dengan terdiri dari
keyboard

dan monitor. Visual display terminal disebut

juga CRT (Cathoda Ray Tube) Terminal.


6. Point Device, yaitu suatu alat masukan yang biasanya
dipergunakan untuk pembuatan grafik dan gambar alat-alat
ini antara lain: mouse, touch screen, light pen, digitzer
tablet.
7. Scanner, yaitu alat input yang terdiri dari Magnetic Inc
Character Recognition (OCR), OCR tag reader, bar code
wand, dan Optical Mark Recognition (OMR) reader.
b. Alat input tidak langsung (off-line input)
Input unit tidak langsung diproses oleh CPU melainkan
direkam kesuatu media agar dapat dibaca komputer seperti
kartu plong (puched card), pita magnetik (magnetic tape), atau
disk magnetik (magnetic disc).
6

2. Unit Pemrosesan Sentral (Central Processing Unit)


Menurut Nugroho Widjajanto (2001:61), Central Processing
Unit (CPU) adalah komponen inti dari suatu sistem komputer guna
menginterpretasikan dan melakukan eksekusi instruksi program. Pada
CPU terdapat tiga komponen yaitu: Control Unit, Arithmatic Logic Unit
(ALU), dan Primary Storage.
Tugas Control Unit ini untuk menseleksi, menafsirkan, dan
melaksanakan instruksi program dimana unit kontrol CPU bisa
mengatur dan mengarahkan operasi seluruh instalasi. Pada ALU
bertugas

melakukan

operasi

aritmatika

seperti

perhitungan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian atas dasar penjumlahan. ALU


juga bertugas melakukan operasi logika sesuai dengan instruksi
program.
Sedangkan

Primary

Storage

berguna

untuk

menyimpan

program-program instruksi yang tengah dilaksanakan dan juga


menyimpan data pada saat data itu tengah diproses di CPU.
3. Unit Keluaran (Output Device)
Unit keluaran (output device) menurut Nugroho Widjajanto
(2001:61) adalah media perekam dan penyaji data dalam bentuk yang
terbaca oleh manusia atau dalam bentuk yang terbaca oleh komputer.
Ada tiga golongan output berdasarkan fungsinya yaitu:

Hard copy device yaitu berupa alat yang digunakan untuk


mencetak tulisan baik berupa simbol-simbol, angka, dan gambar
yang bersifat grafis di media keras (hard copy), misalnya kertas
atau film. Alat ini misalnya printer dan potter.

Soft copy device yaitu alat yang digunakan untuk menampilkan


hasil output berupa signal elektronik seperti video display, flat
panel display, dan speaker.
7

Drive device, yaitu alat yang digunakan untuk merekam simbol


dan hanya dapat dibaca oleh mesin disc drive dan tape magnetic.
Sedangkan bentuk yang terbaca oleh manusia antara lain adalah

hasil cetak komputer, dengan menggunakan perangkat seperti dot


matrix, ink jet, dan laser.
4. Unit Penyimpanan (Storage Device)
Menurut Romney et al (2006:187), Unit penyimpanan data
adalah tempat menyimpan data baik secara permanen maupun
temporer. Media penyimpanan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu: internal storage (primary storage), dan external storage
(secondary storage). Internal Storage adalah media penyimpanan yang
terletak di dalam dan berhubungan langsung dengan CPU, sedangkan
external storage terpisah dan tidak berhubungan langsung dengan
CPU. Media penyimpanan terbagi atas tiga golongan dari sisi
teknologi mekanik seperti: kartu plong, teknologi magnetik misalnya:
tape magnetik, hard disc, disket, dan teknologi optik, seperti CD ROM,
optical disc, dan floptical disc.
5. Perangkat Tambahan (Peripheral)
Merupakan perangkat yang berguna untuk menambah kegunaan
komputer. Perangkat ini biasanya ditambahkan ke dalam rangkaian
komputer yang disebut expansion slot atau expansion bus.

b. Perangkat Lunak (Software)


Perangkat lunak adalah komponen dalam electronic data
processing system merupakan program-program yang berfungsi dengan
memberikan instruksi-instruksi tertentu sehingga mengidentifikasi
program, menyiapkan aplikasi program agar seluruh peralatan komputer
terkontrol dan menghasilkan hubungan yang lebih efisien antara
8

manusia dengan mesin komputer. Perangkat lunak dikategorikan atas


tiga bagian, yaitu: system software, perangkat lunak bahasa (language
software) dan perangkat lunak aplikasi (application software) :
1. System software, yaitu perangkat lunak yang berfungsi untuk
mengatur bagaimana cara menggunakan peralatan. Ada beberapa
jenis software yaitu:
a. Sistem operasi (operating system), adalah program komputer
yang digunakan untuk mengorganisasikan penggunaan
komputer. Program sistem operasi ini antara lain: PC DOS,
MS DOS, dan XENIC dibuat oleh Microsoft, APPLE DOS,
dan TRS DOS dibuat oleh Apple, dan Radio Shack
Respectively, UNIX dikembangkan oleh perusahaan AT&T
yang banyak dipergunakan dalam mainframe, supermini, dan
supermicro.
b. Software Development Kit (SDK), yaitu software yang
dibuat oleh pembuat hardware guna membantu para
programmer dalam membuat software baru.
c. Utility program, yaitu perangkat lunak tambahan yang
digunakan untuk membantu para pemakai komputer misalnya
memperbaiki, mengubah, dan memanajemen sistem baru
lainnya.
2. Perangkat lunak aplikasi (application software) Perangkat ini
adalah program komputer yang sengaja dibuat untuk pemakai
komputer.
3. Perangkat

lunak

bahasa

(language

software)

Perangkat lunak bahasa komputer merupakan program khusus


yang sudah dapat dibuat oleh perusahaan perangkat lunak yang
dipergunakan untuk mengembangkan program aplikasi.
c. Database
9

Database menurut Nugroho Widjajanto (2001:64) diartikan


sebagai kumpulan file yang terstruktur dan terintegrasi sedemikian
rupa sehingga proses data dan pencaharian data pada file dapat
dilakukan dengan mudah. Pada dasarnya penerapan database
merupakan suatu hal yang terpenting dari electronic data processing
system dimana database bertujuan mengorganisasikan data dalam
memproses pengelolaan data sehingga memudahkan para pemakai
informasi. Pelaksanaan penggunaan database memerlukan suatu file
data program, hal ini yang sering disebut sebagai Database
Management System (DBMS).
d. Procedures
Prosedur dibutuhkan agar terjadi keefektifan dalam penggunaan
sistem komputer dimana para pemakai dapat melakukan aktivitasnya
dengan menggunakan komputer secara efektif dan efisien.
e. Personal (brainware)
Pemakai komputer (brainware) adalah aspek manusia yang
menangani komputer. Pemakai komputer inilah yang seharusnya
bekerja dalam setiap penggunaan
2.4 EDP AUDITING
a. Pengertian
Menurut Ron Weber, EDP auditing adalah proses mengumpulkan
dan menilai bukti untuk menentukan apakah sistem computer mampu
mengamankan harta, memelihara kebenaran data maupun mencapai
tujuan organisasi perusahaan secara efektif dan menggunakan aktiva
perusahaan secara hemat.

10

b.

Tujuan
Tujuan audit EDP adalah untuk memberikan opini terhadap system
informasi yang terkomputerisasi.

c. Metode audit EDP

Auditing-around the computer, ( Audit Sekitar Komputer )


Yaitu pendekatan audit dengan memperlakukan komputer sebagai
kotak hitam, teknik ini tidak menguji langkah langkah proses secara
langsung, hanya berfokus pada input dan output dari sistem computer

Auditing-through the computer, ( Audit Melalui Komputer )


Yaitu pendekatan audit yang berorientasi computer yang secara
langsung berfokus pada operasi pemrosesan dalam system computer
dengan asumsi bila terdapat pengendalian yang memadai dalam
pemrosesan, maka kesalahan dan penyalahgunaan dapat dideteksi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Generalized Audit Sotware
dan memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data
tersebut diproses sesuai dengan system yang seharusnya. Dummy data
digunakan adar tidak mengganggi data aslinya.

Auditing-with the computer, ( Audit dengan Komputer )

11

Yaitu audit menggunakan computer dan software untuk membantu


melaksanakan langkah langkah audit dan mengotomatiskan pelaksanaan
audit.
d.

Sistem Pengendalian Intern dalam EDP


Tujuan SPI dalam EDP adalah :
Untuk melindungi harta perusahaan
Mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi
Meningkatkan efisiensi usaha
Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang sudah ditetapkan

1.
2.
3.
4.

e. Tahapan Prosedur EDP


Perencanaan pengauditan
Peninjauan Pendahuluan
Analisis Aplikasi
Penilaian Pengendalian Intern
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

f. Teknik Audit EDP


Pengujian dengan data simulasi
Pemanfaatan Fasilitas Pengujian secara Terpadu
Simulasi Paralel
Pemasangan Modul / Program Pemeriksaan
Pemakaian Perangkat Lunak / Software Audit EDP
Metode Tracking
Metode Pemetaan
g. Pengendalian Intern atas Electronic Data Processing
1. Pengendalian Umum
Pengendalian Organisasi
1. Departemen EDP harus berdiri independent dari departemen
pemakai dengan demikian manajer EDP harus melapor
langsung kepada orang yang tidak terlibat langsung dengan
otorisasi transaksi untuk pemrosesan computer.
2. Personil EDP seharusnya tidak mengotorisasi

atau

menandtangani transaksi
3. Penggabungan antara fungsi system analis, pemrograman dan
operasi dalam satu orang akan menyebabkan mudahnya

orang tersebut melakukan dan menyembunyikan kesalahan.


Pengendalian Administrasi
Manfaat dan tujuan pengendalian intern yang ingin dicapai :
12

1. Memberikan kerangka untuk mencapai tujuan system


informasi

secara

keseluruhan,

memberikan

arah

pengembangan system informasi dan mengambarkan sumber


daya yang diperlukan.
2. Menyediakan seperangkat prosedur yang menggambarkan
tindakan tindakan yang harus diambil dalam keadaan
darurat.
3. Menyediakan pelatihan dan pengarahan bagi karyawan,
penyaringan dan seleksi karyawan sehingga menghasilkan

personil computer yang andal dan kompeten.


Pengendalian Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem
1. Desaian sitem harus melibatkan departemen pemakai,
akuntansi dan internal auditor
2. Setiap system harus ditulis secara spesifik serta direview dan
disetujui oleh manajemen pemakai
3. Pengujian system harus dilakukan dengan kerjasama antar
pemakai dan personal EDP
4. Manajer EDP, database administrator, pemakai dan top
manajemen harus memberikan persetujuan akhir atas sebuah
system baru sebelum dioperasikan
5. Perubahan dan perbaikan program harus disetujui sebelum
diimplementasikan untuk menentukan apakah mereka telah

diotorisasi, diuji dan didokumentasikan.


Pengendalian Hardware dan Software
1. Dual read, input data akan dibaca dua kali dan kedua bacaan
tersebut akan dibandingkan
2. Parity check, dta diproses

oleh

computer

dengan

menggunakan aturan bit


3. Echo chek, test echo merupakan pemindahan data yang
diterima device output kembali ke unit sumber dan
dibandingkan dengan data asli.
4. Read after writer, computer mebaca ulang data setelah dicatat
di dalam storage atau outputdevice, dan menguji data dengan
membandingkan pada sumber asli.
13

Pengendalian Dokumentasi
1. Penjelasan dan flow chart dari system dan program
2. Instruksi operasi untuk operator computer
3. Prosedur Pengendalian yang harus diikuti oleh operator dan
pemakai
Pengendalian Keamanan
Mencegah penggunaan secara tidak sah dalam EDP, data files
dan program komputer

2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian Input
Pengendalian input didesain untukmemberikan jaminan bahwa
data yang diterima untuk diproses telah :
a. Diotorisasi secara sah
b. Diubah ke dalam bentuk yang dapat dibaca oleh computer
c. Dapat dipertanggungjawabkan, input data tidak hilang,
ditambah, diduplikasi atau dirubah
d. Dikoreksi dan diperbaikai untuk menjamin keakuratan

catatan akuntansi
Pengendalian Pemrosesan
a. Programmed checks, untuk mendetksi hilang atau tidaknya
terprosesnya data
b. Programmed check, untuk menguji perhitungan aritmatika
c. Programmed check, untuk menguji ketetapan posting
Pengendalian Output
a. Output telah dideteksi dari kesalahan yang terjadi
b. Output segera diserahkan ke bagian control dan
didistribusikan oleh orang orang yang berwenang kepada
pamakai output yang berhak
c. Output control total direkonsiliasi dengan input control total
untuk memastikan bahwa tidak ada data yang hilang atau
ditambah selama proses atau transmisi data
d. Semua formulir yang penting harus

dinomori

dan

dipertanggungjawabkan

14

e. Output yang sangat sensitive yang tidak boleh diketahui oleh


karyawan pusta computer,output harus diletakkan pada
tempat yang aman diluar computer
f. Menetapkan prosedur yang menghubungkan pemakai jasa
computer dengan data control group, untuk memberikan
umpan balik melalui kesalahan kesalahan yang telah
terjadi.

B. E-PROCUREMENT
1.

Dasar Hukum
a. Sebagaimana diatur dalam Pasal 131 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah bahwa
K/L/D/I wajib melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik
untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada Tahun Anggaran
2011.
b. Terhadap informasi, transaksi elektronik pada pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik mengacu pada Undangundang nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.
c. Ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa secara elektronik
mengacu pada Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Peraturan Kepala LKPP
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang e-Tendering, Peraturan Kepala LKPP
Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Standar Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik
15

Tujuan SPSE
Pengadaan barang/jasa secara elektronik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan

usaha yang sehat;

3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;


4. Mendukung proses monitoring dan audit; dan
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Beda Pengadaan Barang Jasa dan Jasa Pemerintah secara manual dan
secara elektronik
Secara umum perbedaan antara pengadaan secara manual dan eProcurement sebagai berikut
No
1
2
3
4
5

Manual
Pemasukan
dan
pengambilan
dokumen dilakukan dengan tatap
muka
Pengumuman hanya dilakukan di
media
cetak
dan
papan
pengumuman
Daerah cakupan pemberitahuan
terbatas
Terbukanya kesempatan untuk
berkolusi antara pokja ULP dan
penyedia
Kurang transparan

e-Procurement
Pemasukan
dan
pengambilan
dokumen dilakukan melalui internet
Pengumuman dilakukan di internet
melalui website yang ada
Daerah cakupan pemberitahuan
sangat luas
Kesempatan untuk berkolusi antara
pokja ULP dan penyedia semakin
kecil
Lebin transfaran

Perbedaan antara proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara manual


dan elektronik dalam berbagai tahapan pengadaan.
No.
1.

Tahapan
Pembuatan user ID

Manual
Tidak Ada

Elektronik
Panitia PBJ mengajukan

16

2.

dan password untuk


Panitia
Pengadaan
Barang/Jasa (PPBJ)
Penyusunan jadwal
dan
Dokumen
Pengadaan

Jadwal yang telah disusun oleh PPBJ


disampaikan kepada PPK, Dokumen
Pengadaan juga disampaikan kepada
PPK untuk ditandatangani PPK

3.
4.

Penetapan HPS
Pengumuman
Pelelangan

Dilakukan oleh PPBJ


Melalui website instansi dan media
cetak

5.

Pendaftaran Lelang
dan Pengambilan
Dokumen Pengadaan
oleh peserta lelang

Datang langsung (tatap muka)

6.

Penjelasan pekerjaan
(aanwijzing)
dan
Pengambilan Berita
Acara aanwijzing

Datang langsung (tatap muka)

7.

Pengambilan
Perubahan Dokumen
Pengadaan/Adendum
(jika
ada)
oleh
peserta lelang
Penyampaian
dan
Pembukaan
Dokumen Penawaran

Datang langsung (tatap muka)

Pengambilan Berita
Acara
Evaluasi
Penawaran
oleh
peserta lelang
Pengambilan Berita
Acara
Hasil
Pelelangan
oleh
peserta lelang
Pengumuman
Pemenang Lelang

Datang langsung (tatap muka)

Sanggah
Lelang

Datang langsung (tatap muka) atau


surat menyurat

8.

9.

10.

11.

12.

Hasil

Datang langsung (tatap muka)

pembuatan user ID dan


password kepada admin
agency
Jadwal dan Dokumen
Pengadaan yang telah
disusun
oleh
PPBJ,
disampaikan kepada PPK
agar
disetujui
PPK,
melalui komunikasi online
Dilakukan oleh PPK
Melalui website instansi,
aplikasi SPSE, dan Portal
Pengadaan Nasional
Pendaftaran
melalui
aplikasi SPSE
Dokumen
Pengadaan
dapat
di-download
melalui aplikasi SPSE
Melalui komunikasi/tanya
jawab online pada aplikasi
SPSE.
Berita Acara aanwijzing
dapat
di-download
melalui website instansi
dan aplikasi SPSE
Dapat
di-download
melalui aplikasi SPSE

Berbentuk
dokumen
elektronik
yang
disandikan (encrypt) dan
dikirim (upload) melalui
aplikasi SPSE dan dibuka
(decrypt)
secara
elektronik
Dapat
di-download
melalui website instansi
dan aplikasi SPSE

Datang langsung (tatap muka)

Dapat
di-download
melalui website instansi
dan aplikasi SPSE

Media pengumuman kantor serta


dikirimkan juga melalui faks kepada
seluruh peserta lelang

Melalui website instansi


dan aplikasi SPSE serta
dikirimkan juga melalui email
kepada
seluruh
peserta lelang
Melalui
komunikasi
online atau mengirim file

17

sanggahan
aplikasi SPSE

melalui

Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah secara Elektronik


Secara umum dan ringkas, pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Panitia Pengadaan Barang/Jasa (PPBJ) mengisi formulir isian pendaftaran
yang telah diisi lengkap, menyampaikan formulir tersebut kepada admin
agency LPSE guna mendapatkan user ID dan password yang akan
dipergunakan untuk mengakses aplikasi SPSE.
2. Panitia membuat jadwal pelelangan dan menyusun dokumen pengadaan
untuk disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
3. PPK menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
4. Pengumuman dilakukan melalui website instansi yang akan mengadakan
pelelangan barang/jasa, aplikasi SPSE, dan portal pengadaan nasional.
Pengumuman tersebut disertai dengan dokumen pengadaan yang telah diupload oleh panitia.
5. Pendaftaran pelelangan dilakukan secara elektronik (online) pada aplikasi
SPSE, dan sebelumnya telah melakukan registrasi dan verifikasi dokumen
perusahaan ke kantor LPSE untuk mendapatkan user ID dan password.
6. Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) yang berupa forum tanya jawab dilakukan
melalui komuniksi online melalui aplikasi SPSE. Rekaman komunikasi
online/tanya jawab tersebut tertuang dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
7. Perubahan dokumen pengadaan (adendum) dapat di-download oleh peserta
pengadaan melalui aplikasi SPSE.
18

8. Dokumen penawaran yang sampaikan berbentuk dokumen elektronik yang


disandikan (encrypt) dan dikirim (upload) melalui aplikasi SPSE dan dibuka
(decrypt) secara elektronik.
9. Berita acara evaluasi penawaran dapat di-download oleh peserta pengadaan
melalui aplikasi SPSE.
10. Berita Acara Hasil Pelelangan dapat di-download oleh peserta pengadaan
melalui aplikasi SPSE.
11. Pengumuman pemenang lelang diumumkan pada aplikasi SPSE dan website
instansi yang mengadakan pelelangan barang/jasa, serta dikirimkan juga
melalui e-mail kepada seluruh peserta lelang.
12. Sanggah

hasil

lelang

(jika

ada)

dilakukan

dengan

cara

berkomunikasi online atau mengirim file sanggahan melalui aplikasi SPSE


sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

E-Tendering
1) E- Tendering Merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang terdaftar pada sistem pengadaan elektronik dengan cara menyampaikan
satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan

2) Ruang lingkup e-Tendering meliputi proses pengumuman pengadaan


barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang
3) Para pihak yang terlibat dalam e-Tendering adalah Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)/Unit Layanan Pengadaan (ULP)/ Pejabat Pengadaan
dan Penyedia barang/jasa.
4) Aplikasi e-Tendering wajib memenuhi unsur perlindun- gan hak atas
kekayaan intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen serta
19

tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen elektronik


yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada
waktu yang telah ditentukan.
5) E-Tendering dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan
Secara Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan
Secara Elektronik.
6) ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara
Elektronik terdekat.
7) Sistem Pengadaan Secara Elektornik yang diselenggarakan oleh
Layanan Pengadaan Secara Elektronik wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) Mengacu pada standar yang telah ditetapkan LKPP berkaitan
dengan interoperabilitas dan intergerasi dengan Sistem Pengadaan
Secara Elektronik yang dikembangkan oleh LKPP;
b) Mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang
ditetapkan oleh LKPP; dan
c) bebas lisensi (free lisence)

Gambar Alur Proses E-Tendering

20

E-Purchasing
Merupakan tata cara pembelian barang/ jasa melalui sistem katalog elektronik.
1. E-Purchasing diselenggarakan dengan tujuan:
a. Terciptanya proses pemilihan barang/jasa secara langsung

melalui

sistem katalog elektronik sehingga memungkinkan semua ULP/Pejabat


Pengadaan dapat memilih barang/jasa pada pilihan terbaik;
b. Efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan barang/jasa dari sisi
penyedia barang/jasa dan pengguna
2. Sistem katalog elektronik diselenggarakan oleh LKPP dan sekurangkurangnya memuat informasi spesifikasi dan harga barang/jasa.
3. Pemuatan informasi dalam sistem katalog elektronik oleh LKPP di lakukan
dengan membuat frame work contact dengan penyedia barang/jasa
4. Barang/jasa yang di informasikan pada sistem katalog elektronik di tentukan
oleh LKPP
21

Prosedur E-purchasing berdasarkan Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2015


Tentang E-Purchasing dapat diuraikan sebagai berikut:
Persiapan
1. PPK/ Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi
a. PPK/Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi yang belum
mendapatkan kode akses (user ID dan password) aplikasi SPSE
harus melakukan pendaftaran sebagai pengguna SPSE untuk
mendapatkan user id dan password SPSE.
b. PPK/Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi menetapkan
nama Barang/Jasa, spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Barang/Jasa harus berdasarkan pada Katalog Elektronik yang
ditayangkan di Portal Pengadaan Nasional.
c. PPK/Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi menyampaikan
surat yang berisikan nama Barang/Jasa, spesifikasi teknis, HPS, dan
rancangan perjanjian pembelian Barang/Jasa kepada Pejabat
Pemesan.
d. Surat beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada butir 3) di
atas dapat berbentuk dokumen elektronik.
2. Pejabat Pemesan
Pejabat Pemesan yang belum mendapatkan kode akses (user ID dan
password) aplikasi SPSE harus melakukan pendaftaran sebagai
pengguna SPSE.
Pejabat Pemesan menerima, menyimpan, dan melaksanakan
pemilihan berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK/Pejabat
yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi
3. Penyedia Barang/Jasa
Penyedia Barang/Jasa yang belum mendapatkan kode akses aplikasi
SPSE

wajib

melakukan

pendaftaran

pada

apliasi

SPSE

dan
22

melaksanakan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan user id dan


password aplikasi SPSE
Pelaksanaan E-Purchasing
a. Pembuatan Paket
Pejabat Pemesan membuat paket pembelian Barang/Jasa melalui
aplikasi E-Purchasing, berdasarkan informasi yang diberikan oleh
PPK/Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi dan data
Barang/Jasa yang terdapat pada sistem E-Catalogue sebagaimana
tercantum pada portal pengadaan nasional.
b. Pengiriman Permintaan Pembelian Barang/Jasa
Pejabat Pemesan mengirimkan permintaan pembelian Barang/Jasa
kepada

Penyedia

Barang/Jasa

yang

terdaftar

pada

sistem E-

Catalogue melalui aplikasi E-Purchasing.


c. Persetujuan Pembelian Barang/Jasa
Penyedia Barang/Jasa

memberikan persetujuan atas

permintaan

pembelian Barang/Jasa melalui aplikasi E-Purchasing.


d. Perjanjian Pembelian Barang/Jasa
Tanda bukti perjanjian yang disahkan/ditandatangani oleh PPK/Pejabat
yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi meliputi:

Surat Pesanan;
Kuitansi;
Surat Perintah Kerja (SPK); atau
Surat Perjanjian.

Syarat dan ketentuan dan user guide aplikasi E-Purchasing dapat


berbeda sesuai dengan jenis Barang/Jasa yang tercantum pada ECatalogue.

23

Karakteristik Audit e Procurement


24

1. PPK, Panitia Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa, berinteraksi langsung


dengan perangkat teknologi informasi dalam proses pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik.
2. Auditor tidak lagi melakukan audit secara manual, tetapi secara elektronik yaitu
dengan alat bantu.
3. Pelaksanaan audit terhadap paket pengadaan yang di lelangkan melalui LPSE
memungkinkan auditor untuk melakukan audit:
* Selama proses pengadaan (on the spot/real time); atau
* Setelah proses pengadaan (post audit).
Fitur e Audit
a. Implementasi e-Procurement di lingkungan instansi pemerintah memberikan
tantangan bagi dunia auditing,
b. LKPP sebagai pengembang Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
mulai tahun 2009 bekerjasama dengan BPKP untuk mengembangkan e-Audit
(modul dalam SPSE) suatu alat bantu auditor yang untuk melakukan audit
terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE.
Fasilitas e Audit
Dalam e-Audit fasilitas yang tersedia yaitu:
1. Memungkinkan auditor untuk melakukan lazimnya fungsi-fungsi audit,
seperti, tetapi tidak terbatas, membandingkan antara data/informasi tertentu
dengan data/informasi lainnya
2. Memungkinkan auditor mengambil data dari database LPSE, kemudian
menyimpannya ke dalam database tertentu untuk kepentingan audit,
memasukkan data dari lapangan ke database, dan melakukan fungsi-fungsi
sebagaimana lazimnya suatu kegiatan audit.
3. Memungkinkan adanya kolaborasi antara auditor dengan auditee dalam proses
audit sehingga beberapa hal yang tidak jelas dapat dikomunikasikan dan
didokumentasikan.
25

4. Memungkinkan auditor menyampaikan summary dan informasi-informasi


hasil audit yang penting ditindaklanjuti oleh auditee. Beberapa summary
dimaksud sebagai berikut:
5. Memungkinkan auditee menyampaikan tindak-lanjut hasil audit sehingga
auditor dapat memonitor tindak-lanjut temuan audit.
6. Memungkinkan disajikannya summary hal-hal yang terkait dengan audit untuk
kepentingan penyusunan kebijakan pengadaan selanjut- nya dan untuk
kepentingan peningkatan kapasitas auditor.
7. e-Audit dapat menyimpan data auditor yang menggunakan LPSE untuk
kepentingan pelacakan dan peningkatan kapasitas auditor. BAB IV
PEMBAHASAN

Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Audit E-Procurement di lingkungan


pemerintah?
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas dapat kita ketahui
bahwa

Implementasi

e-Procurement

di

lingkungan

instansi

pemerintah

memberikan tantangan bagi dunia auditing,


LKPP sebagai pengembang Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
mulai tahun 2009 bekerjasama dengan BPKP untuk mengembangkan e-Audit
(salah satu modul dalam SPSE) suatu alat bantu auditor yang untuk melakukan
audit terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE
Prosedur Audit E-Proc

Akses ke dalam SPSE


Auditor mendapat kode akses (user id dan pasword) untuk masuk/login ke
dalam SPSE dari pengelola LPSE

dengan menunjukkan surat tugas sebagai

auditor.

26

Proses audit awal antara lain :


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Mencetak sumary lelang


Melihat jadwal lelang
Melihat data penjelasan lelang
Membuka dokumen kualifikasi
Membuka dokumen penawaran
Membuka hasil evaluasi lelang
Membuka berita acara hasil lelang
Melihat data sanggahan lelang

Prosedur Audit Tambahan


1)
2)
3)
4)

Pengujian terhadap prosedur persetujuan lelang.


Pengujian terhadap validitas time-frame penggunaan user id.
Pengujian terhadap acces control oleh ULP/Pokja ULP
Pengujian terhadap kemungkinan kolusi antara ULP/Pokja ULP dengan

penyedia.
5) Pengujian terhadap kemungkinan kerjasama antar peserta lelang.
6) Pengujian
terhadap
kemungkinan
pengaturan
availability aplikasi SPSE.
1. Pengujian terhadap prosedur persetujuan lelang.
Permasalahan :
Pada tahapan persiapan lelang, ULP/Pokja ULP memperoleh user-id dari
admin LPSE untuk bisa mengakses sistem e-lelang. Seluruh anggota ULP bisa
mengunggah maupun mengunduh informasi ke/dari aplikasi e-lelang. Namun
untuk memberikan persetujuan pelaksanaan lelang, hanya bisa dilakukan
oleh user-id Ketua ULP.

27

Dalam kenyataannya terdapat beberapa paket lelang yang persetujuan


dilakukan oleh user-id selain Ketua ULP, sebagaimana terungkap dalam
summary report paket lelang yang bersangkutan.
Hal ini menunjukkan indikasi adanya perubahan data yang dilakukan tidak
melalui aplikasi SPSE.
Prosedur audit :
Auditor perlu membandingkan informasi summary report terkait user-id yang
memberikan persetujuan lelang dengan jabatan user-id tersebut dalam daftar
panitia lelang.
Selanjutnya auditor perlu meminta kepada pemilik user-id tersebut untuk
mencapture data log aksesnya agar dapat dibandingkan dengan tanggal dan
waktu persetujuan lelang dilakukan.
2. Pengujian terhadap validitas time-frame penggunaan user id.
Permasalahan :
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh pemilik user-id penyedia barang/jasa
akan terekam dalam log akses masing-masing user. Seharusnya setiap
kali user-id melakukan aktivitas dalam aplikasi SPSE, maka user- id tersebut
sedang dalam kondisi login ke dalam aplikasi.
Namun dalam beberapa kasus ditemukan kondisi ketidaksesuaian waktu
pendaftaran, history aanwijzing dan waktu dokumen penawaran diterima oleh
server dengan data log-access dari peserta lelang yang bersangkutan, yang
mengindikasikan adanya aktivitas perubahan data yang dilakukan tidak
melalui aplikasi.
Prosedur audit :
Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, auditor perlu menganalisis
data waktu aktivitas user id penyedia pada saat melakukan pendaftaran lelang,
mengikuti aanwijzing, file penawarannya diterima oleh server, maupun saat
melakukan sanggahan.

28

Data tersebut kemudian dibandingkan dengan log akses user id yang


bersangkutan, yang dapat diperoleh dengan meng-klik icon yang tersedia di
sebelah nama perusahaan peserta lelang

3. Pengujian terhadap acces control oleh ULP/Pokja ULP


Permasalahan :
Belum semua anggota ULP/Pokja ULP memahami teknis penggunaan aplikasi
SPSE, meskipun sudah mendapatkan pelatihan mengenai hal tersebut.
Kondisi ini menyebabkan ada sebagian ULP/Pokja ULP yang menyerahkan
teknis operasi aplikasi kepada pihak lain di luar keanggotaan ULP.
Hal ini menyebabkan acces control terhadap data/informasi lelang menjadi
lemah, dan memungkinkan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak
berwenang.
Prosedur audit :
Untuk mendeteksi hal tersebut, auditor perlu memperoleh data aktivitas userid masing-masing anggota ULP/Pokja ULP melalui summary report, serta data
log akses-nya. Selanjutnya berdasarkan data tersebut dilakukan klarifikasi
29

kepada pemilik user-id untuk memastikan bahwa yang bersangkutan benarbenar melakukan aktivitas tersebut.
4. Pengujian terhadap kemungkinan kolusi antara ULP/Pokja ULP dengan
penyedia
Permasalahan :
Sebelum mengunggah dokumen penawaran, peserta lelang terlebih dahulu
melakukan enkripsi file dengan menggunakan aplikasi pengamanan dokumen
(Apendo) yang disediakan oleh LPSE. Untuk membuka file penawaran tersebut,
hanya bisa dilakukan dengan menggunakan password Apendo peserta. Dengan
demikian peserta lelang tidak dapat membuka file penawaran dari peserta lainnya.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kolusi antar peserta lelang sehingga terjadi
persaingan yang sehat.
Prosedur audit :
Untuk mengantisipasi hal tersebut, auditor perlu melakukan uji nilai hash (yang
merepresentasikan sidik jari dari masing-masing file). Auditor mengambil file
yang masih terenkripsi dari komputer ULP/Pokja ULP (dengan ekstensi file .rhs)
dan

menganalisis

nilai hash MD5-nya

(misalnya

dengan

menggunakan

aplikasi md5summer) dan membandingkan hasilnya dengan nilai hash yang


tercantum dalam aplikasi SPSE. Bila terdapat perbedaan nilai hash maka bisa
dipastikan bahwa file yang diunggah oleh peserta berbeda dengan file yang
dievaluasi oleh panitia.
5. Pengujian terhadap kemungkinan kerjasama antar peserta lelang
Permasalahan :
Sumber akses oleh peserta lelang ke dalam aplikasi SPSE ditunjukkan
dengan IP address yang dapat diperoleh pada data log akses masingmasing user id peserta lelang. IP address adalah identifikasi numeric pada
alamat dasar dari sebuah komputer ketika berada pada bagian jaringan
komputer.
Kerjasama yang tidak sehat antar peserta lelang diindikasikan dari
kesamaan IP address yang digunakan oleh lebih dari satu perusahaaan
30

penyedia barang/jasa pada saat melakukan pendaftaran lelang, aanwijzing,


unggah dokumen penawaran, maupun saat menyampaikan sanggahan.
Kesamaan IP addrees menunjukkan bahwa satu orang/satu pihak yang sama
menggunakan lebih dari 1 user id untuk mengikuti 1 paket lelang.
Prosedur audit :
Untuk mendeteksi hal tersebut, auditor perlu menganalisis hubungan IP
address-IP address dari datalog akses, yang digunakan olehsetiap peserta
lelang pada tahapan pendaftaran sampai dengan sanggahan
6. Pengujian terhadap kemungkinan pengaturan availability/ akses aplikasi
SPSE
Permasalahan :
Banyak keluhan yang disampaikan penyedia barang/jasa mengenai sulitnya
mengunggah file penawaran ke dalam aplikasi SPSE.
Hal tersebut selain disebabkan oleh keterbatasan kapasitas jaringan internet
yang dimiliki LPSE, tidak tertutup kemungkinan adanya kesengajaan dari
pihak tertentu untuk membatasi pemasukan file penawaran, setelah penawaran
dari rekanan tertentu diterima oleh server LPSE.
Prosedur audit :
Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan audit dengan pendekatan
forensik komputer agar seluruh aktivitas server LPSE pada periode
pelaksanaan lelang dapat diketahui. Dengan demikian bila ada kesengajaan
untuk mengatur availability /akses aplikasi SPSE untuk menguntungkan
rekanan tertentu, hal tersebut dapat diketahui.

BAB V
SIMPULAN
1. Audit e-Procurement audit dapat dimasukkan kedalam kelompok audit
around the computer. Dimana dalam audit around the computer pengujian
31

yang dilakukan hanya sebatas kualitas input dan output, tidak melakukan
pengujian terhadap sistem EDP.
2. Perlunya pembenahan etika pejabat pengadaan bagi pokja ULP dalam
proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik.
3. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM pelaksana pengadaan secara
elektronik agar terhindar dari kecurangan peserta lelang.

32

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa
Pemerintah sebagaimana terahir diubah dengan Perpres Nomor 4 Tahun
2015 tentang Perubahan keempat atas Perpres 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Nomor
1 Tahun 2015 tentang E-Tendering
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Nomor
14 Tahun 2015 tentang E-Purchasing
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Nomor
2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Mulyadi (2002), Auditing, Salemba Empat, Jakarta
Alvin A.Arens dkk (2003), Auditing dan Pelayanan Verifikasi Edisi Kesembilan,
PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
LKPP, Buku Manual SPSE V.3.5 Auditor
Arumsari, Totok P., Iswahyudi, Mucharor dan Akib P, Audit atas Pelaksanaan
Lelang secara Elektronik dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
Forensic Computer Examiner Laboratorium Forensik Komputer Deputi
Bidang Investigasi, BPKP
http://www.khalidmustafa.info/2010/03/08/pengadaan-barang-dan-jasa-di
pemerintahan- bagian-iv-e-procurement-apa-dan-bagaimana.php
http://ahmaddamopolii.info/2015/06/08/prosedur-e-puchasing/

33

Anda mungkin juga menyukai