Anda di halaman 1dari 11

Mikroskop

Mikroskop adalah peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek atau
spesimen yang berukuran kecil. Mikroskop membantu mikrobiologis dalam mempelajari dan
mendapatkan informasi tentang ciri-ciri organisme. Mikroskop pertama kali dikembangkan pada
abad ke-16 yang menggunakan lensa sederhana untuk mengatur cahaya biasa. Pertama kali
perbesaran terbatas kira-kira 10 kali dari ukuran objek sebenarnya. Setelah mengalami perbaikan
akhirnya perbesaran bisa mencapai 270 sampai 400 kali.
Mikroskopi adalah teknik-teknik dalam penggunaan mikroskop. Dua parameter penting
dalam mikroskopi adalah perbesaran dan daya resolusi atau daya urai. Persebsaran adalah
perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Sedangkan resolusi adalah ukuran
kejelasan citra yaitu jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bisa
dibedakan sebagai dua titik. Resolusi ini dibatasi oleh gelombang cahaya terpendek yang
digunakan untuk menyinari spesimen. Parameter terpenting ketiga dalam mikroskopi adalah
kontras, yang mempertajam perbedaan dalam bagian-bagian dari sampel. Sebagian besar
peningkatan mutu mikroskopi cahaya dalam seratus tahun terakhir melibatkan metode-metode
terbaru dalam peningkatan kontras, misalnya pewarnaan atau pelabelan komponen-komponen sel
agar terlihat menonjol.
Tahun 1632-1723, Anthony van Lauwenhoek dapat membuat lensa-lensa dengan perbesaran
yang memuaskan untuk melihat benda-benda yan kecil. Walaupun demikian terdapat
keterbatasan kemampuan sebuah mikroskop dalam daya urainya. Setelah kemajuan dalam
bidang teknologi maka bermunculan berbagai tipe mikroskop modern. Mikroskop modern
meliputi mikroskop cahaya, mikroskop ultraviolet, mikroskop fluerense, mikroskop elektron, dan
mikroskop akustik.
1. Mikroskop cahaya
Mikroskop ini menggunakan cahaya putih biasa untuk melihat mikroorganisme. Cahaya
dapat dilewatkan secara langsung melalui objek atau disekitar tepi objek. Polarisasi cahaya
dengan melewatkan cahaya biasa melalui dua filter dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian
objek lebih jelas. Mikroskop cahaya membantu mikroskopis dalam melihat perbesaran objek
secara langsung dengan mata. Seperti daya resolusi mata manusia yang terbatas, mikroskop
cahaya tidak dapat meresolusi detail yang lebih kecil dari 0,2 mikrometer atau 200 nanometer.

Mikroskop cahaya dan memperbesar objek hingga 1000 kali dari ukuran sebenarnya.
Mikroskop cahaya menggunakan satu lensa atau lebih lensa untuk mengatur pemusatan cahaya.
Mikroskop cahaya sederhana menggunakan satu lensa sedangkan mikroskop cahaya kompleks (
compound light microscope ) menggunakan dua set lensa. Mikroskop cahaya, berlensa okuler
tungga dikenal dengan nama Mikroskop Monokuler sedangkan yang berlensa okuler ganda
dikenal dengan nama Mikroskop Binokuler.
2. Mikroskop ultraviolet ( UV )
Mikroskop UV menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang lebih pendek dari
cahaya putih untuk melihat organisme. Mikroskop UV dapat melihat objek yang lebih kecil dari
objek yang terlihat oleh mikroskop cahaya. Bayangan yang dihasilkan tercatat pada film
fotografi, sehingga mikroskopis tidak melihat bayangan objek secara langsung. Perbesaran yang
mungkin dengan mikroskop UV kira-kira sama dengan perbesaran mikroskop cahaya.
3. Mikroskop fluoresen
Mikroskop fluoresen juga menggunakan UV. Penggunaan mikroskop ini melibatkan
pemakain zat warna fluoresen untuk mewarnai objek. Pewarnaan akan mempermudah kita dalam
mendeteksi dan mengidentifikasi tipe sel tertentu. Mikroskop fluoresen membantu mikroskopis
melihat objek secara langsung dan dapat memperbesar objek hingga 1000 kali ukuran
sebenarnya.
4. Mikroskop elektron
Mikroskop elektron pertama kali dibuat oleh Knoll dan Rusha pada tahun 1932.
perkembangan mikroskop elektron tergantung pada teknologi memperoleh panjang gelombang
yang sangat pendek dengan meningkatkan tegangan listrik. Mikroskop elektron memfokuskan
seberkas elektron melalui spesimen atau pada permukannya. Resolusi berbanding terbalik
dengan panjang gelombang radiasi yang digunakan mikroskop untuk mencitra, dan berkas
elektron memiliki panjang gelombang yang jauh lebih pendek daripada cahaya tampak.
Mikroskop elektron modern secara teoritis dapat mencapai resolusi sekitar 0,002 nm, walaupun
untuk kegunaan praktis biasanya mikroskop semacam itu tidak dapat meresolusi struktur biologis
yang lebih kecil daripada 2 nm. Tetap saja, resolusi ini merupakan peningkatan seratus kali lipat
dari mikroskop cahaya. Hal tersebut memberikan harapan besar untuk kemajuan penelitian
dibidang ilmu pengetahuan biologi seluler.

Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektro transisi dan mikroskop
elektron scanning yang mempunyai keuntungan yaitu diperoleh bayangan tiga dimensi dengan
memberikan gambaran kontur permukaan jaringan atau struktur dalam sel.
1. Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope, SEM)
Mikroskop elektron payar atau scanning berguna untuk penelitian terperinci mengenai
permukaan spesimen. Berkas elektron memindai permukaan sampel, yang biasanya dilapisi
selapis tipis emas. Berkas tersebut mengeksitasi elektron pada permukaan, dan elektron-elektron
sekunder ini terdeteksi oleh alat yang menerjemahkan pola elektron menjadi sinyal elektronik ke
layar video. Hasil yang diperoleh adalah citra topografi spesimen. Scanning Electron Microscope
memiliki medan kedalaman yang besar, menghasilkan citra yang tampak berdimensi tiga.
2. Mikroskop elektron transmisi (transmission electron microscope, TEM)
Mikroskop elektron transmisi digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel.
Mikroskop ini mengarahkan berkas elektron melalui irisan spesimen yang snagat tipis, mirip
dengan cara mikroskop cahaya meneruskan cahaya melalui objek. Spesimen ini telah diwarnai
dengan atom-atom logam berat yang melekat ke struktur selular tertentu, sehingga meningkatkan
kerapatan atom di beberapa bagian sel melebihi bagian lain. Elektron yang melewati spesimen
lebih banyak yang dihamburkan di wilayah yang berdensitas tinggi, sehingga lebih sedikit yang
diteruskan. Citra menampilkan pola elektron yang diteruskan. Sebagai ganti penggunaan lensa
kaca, mikroskop ini menggunakan elektromagnet sebagai lensa untuk membengkokkan jalur
elektron, dan akhirnya memfokuskan citra ke layar untuk dilihat atau ke film fotografi.

Mikroskop elektron mengungkapkan banyak organel dan struktur subselular lain yang
tidak mungkin diresolusi mikroskop cahaya. Namun, kekurangan mikroskopi elektron adalah

bahwa metode yang digunakan untuk menyiapkan spesimen ternyata membunuh sel. Selain itu,
penyiapan spesimen dapat menimbulkan artifak, fitur struktural yang terlihat di mikrograf namun
tidak ada pada sel hidup.

5. Mikroskop akustik
Mikroskop ini menggunakan komputer untuk menganalisis gelombang suara untuk
malihat objek. Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara elektronik pada layar
televisi. Mikroskop ini dapat memperbesar objek sampai 5000 kali ukuran sebenarnya.
Mikroskop pada umumnya mikroskop cahaya yang biasa digunakan sehari-hari merupakan suatu
alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non optik yang
digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan transparan. Mikroskop memiliki
bagian-bagian yang terdiri dari bagian mekanik dan bagian optik.
Pada bagian mekanik terdiri dari:
1. Kaki mikroskop
berfungsi untuk menyangga mikroskop.
2. Pilar atau sendi inklinasi
Berfungsi sebagai penghubung antara kaki dengan lengan mikroskop.
3. Pengatur kondensor
berfungsi untuk menarik turunkan kondensor.
4. Kondensor
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke benda yang sedang diamati
5. Lengan mikroskop
berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
6. Engsel penggerak
berfungsi sebagai penghubung lengan dengan kaki mikroskop
7. Meja preparat
berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati.
8. Penjepit preparat atau pemegang sediaan
berfungsi untuk menjepit preparat yang akan diamati agar tidak bergeser.
9. Tabung mikroskop
berfungsi menghubungkan antara lensa objektif dan lensa okuler.
10. Revolver
berfungsi untuk menempatkan lensa objektif.
11. Sekrup pemutar kasar
berfungsi untuk menggerakkan tabung mikroskop secara cepat dari atas ke bawah.
12. Sekrup pemutar halus

berfungsi untuk menggerakkan tabung ke arah atas dan bawah secara lambat. Alat ini dipakai
jika objek telah terfokus dengan memutar pemutar kasar.
Pada bagian optik terdiri dari:
1. Cermin
Terdapat dua buah cermin, yaitu sebuah cermin datar dan sebuah cermin cekung. Fungsi cermin
adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengarahkan sinar pada objek yang diamati. Cermin
datar untuk sumber cahaya yang cukup terang dan cermin cekung untuk sumber cahaya yang
kurang terang .
2. Diafragma
Diafragma berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya sinar yang dipantulkan cermin menuju
ke mata.
3. Lensa okuler
Lensa okuler yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat. Lensa ini membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek, terletak pada bagian atas tabung.
4. Lensa objektif
Lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik,
di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver yang berfungsi untuk menentukan perbesaran
lensa objektif.
Mikroskop merupakan peralatan yang berharga yang harus diperlakukan dengan baik.
Untuk membawa mikroskop itu pegang tangkainya dengan satu tangan. Letakkan tangan yang
satu lagi pada bagian bawah untuk menopangnya. Jangan mengayun atau melambung, atau
menggetarkannya sewaktu meletakkan mikroskop itu. Janganlah mencoba mengangkat
mikroskop pada tubuh tabungnya. Akan ada bagian dari mikroskop yang terlepas dan jatuh ke
lantai bila kita memegangnya secara demikian. Kita juga tidak akan dapat mengamati dengan
baik dan jelas dengan mikroskop yang kotor. Peralatan harus dibersihkan setiap saat akan
digunakan. Gunakan kain yang lembut untuk membersihkan bagian logamnya. Akan tetapi harus
hati-hati karena debu merupakan musuh lensa yang terbesar. Lensa yang kotor harus dibersihkan
dengan kain yang lembut, kapas pengisap atau kertas lensa yang telah dibasahi dengan air
bersabun, alkohol, atau lisol.
Untuk menggunakan mikroskop dengan baik dan benar maka kita harus Menemukan
lapang pandang dengan mengatur penyinaran. Untuk menghasilkan lapang pandang adalah

dengan mengatur cermin sambil melihat lensa okuler agar sinar masuk ke diafragma, sehingga
menghasilkan pemantulan yang optimal. Bagian yang terang berbentuk bulat dinamakan lapang
pandang.
Mengatur fokus mikroskop atau bayangan dengan perbesaran lemah bisa dilakukan
dengan cara meletakkan preparat di atas meja preparat, dijepit dengan penjepit sambil
mengamati mikroskop dari samping tabung mikroskop diturunkan dengan pemutar kasar,
lakukan secara hati-hati hingga lensa objektif tidak menyentuh preparat. Kemudian lihatlah
melalui lensa okuler dan dengan perlahan-lahan naikkanlah tabung mikroskop sehingga objek
terlihat jelas. Setelah objek tampak, putarlah pemutar halus ke depan atau ke belakang sehingga
mendapatkan bayangan sebaik-baiknya. Perbesaran mikroskop diperoleh dengan cara
mengalikan angka pada lensa objektif dengan angka yang tertera pada lensa okuler. Misalnya 5x
lensa objektif 10x lensa okuler maka perbesarannya 50x.
Sedangkan untuk mengatur fokus mikroskop dengan perbesaran kuat dapat dilakukan
dengan mengubah lensa objektif yang memiliki perbesaran lemah dengan yang lebih kuat.
Misalnya lensa objektif perbesaran 5x dapat diganti dengan 10x atau 40x dengan memutar
revolver sampai terdengar suara terdetak. Pemutar halus diputar ke depan atau ke belakang agar
diperoleh objek yang lebih jelas.
c.

Pewarnaan sel dan jaringan


Dalam jenjang organisasi biologis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagai
organisme bersel tunggal. Organisme yang lebih kompleks termasuk tumbuhan dan hewan
bersifat multiselular, tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerja sama antara banyak
jenis sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama secara
sendirian. Akan tetapi, ketika tersususn kedalam tingkat organisasi yang lebih tinggi, misalnya
jaringan dan organn, sel merupakan unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme.

Hampir semua sel dan jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat
mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Pewarnaan atau
stainning merupakan pemberian warna pada jaringan atau sel atau komponennya supaya mudah
diamati di bawah mikroskop cahaya. Zat warna terdiri atas banyak jenis. Zat warna yang
digunakan harus memiliki syarat sebagai senyawa organik kompleks yang memiliki pembawaan
khusus seperti warna, dapat dipertahankan dalam jaringan, terdiri dari gugus chromophore. Tiap
bagian dari sel atau komponen dalam sel mempunyai sifat- sifat khusus. Zat warna mempunyai
kemampuan khusus dalam mewarnai jaringan sesuai sifatnya. Dua macam zat warna denga sifat
sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan tidak sama dalam mewarnai satu macam
jaringan. Oleh karena itu perlu mengenali setiap bagian dari sel & mengenali setiap zat warna yg
akan digunakan.
Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani
serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemprosesan jaringan ini akan mengawetkan,
mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena mereka memiliki
sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk diamati
disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat atau sediaan histologi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Preparat rutin
Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara
sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE). Pembuatan preparat jenis
ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology atau mikroteknik sehingga dapat dikatakan
dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan karena
sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.
2. Preparat khusus
Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit dalam
pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan dan
penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat dengan
pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan neuroglia,
imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron.
Beberapa teknik pewarnaan sel dan jaringan yang dapat dilakukan untuk memberikan
warna pada sel dan jaringan agar lebih mudah untuk diamati yaitu sebagai berikut.

1. Metode Histokimia
Histokimia adalah teknik histologis yang digunakan untuk belajar kimia jaringan dan sel,
enzim histokimia, imunositokimia, dalam hibridisasi di dalam lingkungannya. Prinsip dasar dari
pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa
aktif dari pewarna yang disebut kromogen.Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa
pewarna bermuatan negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam
pikrat, eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif.
Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristalviolet, safranin dan lain-lain. Teknik
pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut
pewarna sederhana.
2. Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu teknik untuk mendeteksi keberadaan berbagai macam
komponen yang terdapat di dalam sel atau jaringan dengan menggunakan prinsip reaksi ikatan
antigen (Ag) dan antibodi (Ab). Antigen dapat berupa protein, glikoprotein, proteoglikan.
Sedangkan antibodi merupakan Protein serum yang dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi
terbentuk dalam sistem kekebalan humoral oleh sel plasma. Ada lima jenis antibodi yang
ditemukan dalam darah, antara lain IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM. IgG adalah yang paling umum
dan paling sering digunakan antibodi untuk imunohistokimia.
Teknik imunohistokimia dapat digunakan untuk mempelajari distribusi enzim spesifik
serta mendeteksi keberadaan berbagai komponen aktif yang terdapat di dalam sel atau jaringan
seperti protein dan karbohidrat. Terdapat dua metode pewarnaan imunohistokimia, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung hanya menggunakan satu antibodi, yaitu
antibodi primer yang telah dilabel. Metode tidak langsung menggunakan dua antibodi, yaitu
antibodi primer tanpa dilabel dan antibodi sekunder yang telah dilabel. Prinsip pewarnaan
imunohistokimia metode peroksidase, yaitu antigen yang ada pada jaringan diikatkan dengan
antibodi primer yang spesifik. Lalu antibodi primer yang terikat antigen kemudian diikatkan pula
dengan antibodi sekunder yang telah dilabel enzim peroksidase.
3. Metode pelabelan fluoresensi

Fluorosensi menunjukkan letak molekul spesifik dalam sel dengan cara melabeli molekul
dengan menggunakan pewarna atau antibodi fluorosen. Zat-zat fluorosen ini menyerap radiasi
ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak.
Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah
pewarnaan HE. Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah
hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya selain
daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat dengan
melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik pewarnaan yang
berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa sedangkan larutan eosin
bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan memungkinkan hematoxylin berikatan
terutama dengan komponen selyang bersifat asam. Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang
benar-benar bersifat basa. Kita dapat mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan
hematoxylin akan banyak ditemukan pada nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung
DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel
yang bersifat asam.

Dalam pengamatan histologi didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan. Beberapa
istilah pewarnaan yang didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan adalah sebagai berikut.
1. Asidofilik
Asidofilik menjabarkan pola pewarnaan sel jaringan tertentu yang menggunakan
pewarnaan asam dan basa. Secara khusus, asidofilik merujuk pada sifat struktur yang senang
berikatan dengan zat warna asam. Pada pewarnaan yang menggunakan eosin, suatu zat warna
yang bersifat asam, makna asidofilik dapat disamakan dengan eosinofilik. Bagian sel yang sering
menunjukkan sifat asidofilik adalah sitoplasma sel. Zat warna asam lainnya adalah biru anilin,
acid fuchsin, dan orang G.
2. Basofilik

Basofilik merujuk pada sifat struktur yang senang berikatan dengan zat warna basa. Zat
warna basa yang sering digunakan adalah hematoxylin. Selain hematoxylin, zat warna basa
lainnya adalah biru toluidin. Bagian sel yang menunjukkan sifat basofilik adalah nukleus.
3. Chromaffin
Chromaffin merujuk pada keadaan yang dapat didemonstrasikan oleh pewarnaan garam
chromium. Garam chromaffin mengoksidasi dan mempolimerisasi katekolamin untuk
membentuk warna coklat, yang terkuat warnanya dihasilkan oleh sel yang menyekresikan
noradrenalin.
4. Metakromasia
Metakromasia adalah perubahan khas pada warna dari pewarnaan yang terjadi pada
jaringan biologis, ditunjukkan oleh zat warna anilin tertentu saat zat warna tersebut berikatan
dengan bahan-bahan tertentu yang terdapat pada jaringan biologis, yang disebut chromotrophes.
Sebagai contoh biru toluidin menjadi merah muda (pink), tidak mewarnai jaringan menjadi biru
saat berikatan dengan cartilage. Ketiadaan perubahan warna pada pewarnaan dinamai
ortokromasi.
5. Periodic Acid Schiff (PAS)
Reaksi terhadap pewarnaan PAS menunjukkan adanya glikogen dalam jaringan. Periodic
acid akan mengoksidasi residu glukosa dan menghasilkan aldehida yang selanjutnya bereaksi
dengan reagen Schiff dan menimbulkan warna magenta-purple. Pewarnaan PAS diberi perona
berupa pewarnaan basa misalnya hematoxylin. Pewarnaan PAS akan menunjukkan keberadaan
karbohidrat pada jaringan ikat, mukus, dan membran basal jaringan epitel.
6. Sudanofil
Pewarnaan Sudan adalah penggunaan zat warna untuk mewarnai bahan-bahan sudanofil,
biasanya lemak. Pewarnaan sudan digunakan untuk mendemonstrasikan trigliserida, lipid, dan
lipoprotein
3. Kesimpulan
Dari berbagai pengertian metode observasi yang dapat dilacak dari berbagai sumber
dapat disimpulkan bahwa metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan
pengamatan secara inderawi yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai
atau diinterpretasikan dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati.

Dalam pengamatan dapat menggunakan alat seperti mikroskop. Mikroskop adalah alat yang
digunakan untuk melihat benda yang teramat kecil. Berdasarkan fungsinya mikroskop dibagi
menjadi 2 yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya merupakan
mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya seperti sinar matahari sedangkan mikroskop
elektron yaitu mikroskop yang menggunakan bantuan cahaya listrik. Salah satu contoh objek
yang biasanya diamati menggunakan mikroskop adalah sel. Dalam mengamati sel menggunakan
mikroskop tidaklah mudah karena pada dasrnya sel dan jaringan tidak berwarna. Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik pewarnaan sel dan jaringan. Pewarnaan sel dan
jaringan dilakukan agar berbagai unsur sel dan jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan.
4. Penutup
a. Saran
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan diri saya sebagai manusia biasa yang tidak
pernah luput dari kesalahan. Demikianlah karya tulis ini saya buat dengan semaksimal mungkin.
Namun, di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan hasil karya tulis yang saya
buat. Kesempurnaan hanyalah ada pada Allah SWT, dan segala kekurangan hanyalah milik
manusia semata. Oleh karena itu, sudah pasti karya tulis ini memerlukan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi lebih baiknya karya tulis yang mungkin akan saya buat setelah
ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
http://ukfa-20-july.blogspot.co.id/2014/01/observasi-mikroskopis-pewarnaan-seldan.html

Anda mungkin juga menyukai